• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI SOSIAL dan lembaga sosial (16)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTERAKSI SOSIAL dan lembaga sosial (16)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

dimulai dari pengertian Allport (dalam Gerungan, 2009:58) tentang kepribadian manusia yang menurutnya kepribadian manusia itu adalah organisasi dinamis dari sistem psiko-fisik dalam individu yang turut menentukan cara-cara yang khas dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai satu kesatuan an sich (satu individu saja) tanpa sekaligus meletaan hubungannya dengan lingkungannya. Justru kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya menyatakan dirinya dengan khas dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Individu memerlukan hubungan dengan lingkungannya yang merangsang dan memberikan apa yang ia perlukan.

Individu manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yakni lingkungan alamiah atau fisik (keadaan benda-benda), lingkungan psikis (cara bergaul orang-orang), dan lingkungan rohaniah (pengetahuan). Penyesuaian diri terbagi menjadi dua, yaitu penyesuaian diri autoplastis (dipengaruhi) dan penyesuaian diri aloplastis (mempengaruhi).

Hubungan individu dan lingkungan pada umumnnya berkisar pada usaha menyesuaikan diri (autoplasis atau aloplastis) dengan lingkungannya. Begitu pula berlangsungnya hubungan individu yang satu dengan individu yang lain, dimana individu pertama menyesuaikan dirinya dengan individu yang lain, dan yang lain terhadap yang pertama. Begitulah hubungan interaksi sosial dengan penyesuaian diri

(2)

dengan lingkungan karena interaksi sosial juga merupakan suatu bentu hubungan antara individu dengan lingkungannya.

Untuk menggambarkan hubungn ini, H. Bonner (dalam Gerungan, 2009:62) pada intinya mengemukakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengruhi oleh orang lain. Individu yang satu juga menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yang dipengaruhi oeh dirinya yang pertama. Dengan demikian, hubungan antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal-balik, saling pengaruh yang timbal-balik.

2. Faktor yang Melandasi 2.1 Faktor Imitasi

Dalam perkembangan ilmu jiwa sosial mengenai pendapat Gabriel Tarde (dalam Gerungan, 2009:63) yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya berdasarkan faktor imitassi saja, misalnya seorang anak belajar berbicara dengan mengimitasi ibunya. Lebih jauh, imitasi juga memegang cara untuk menyatakan diri dan pendidikan serta perkembangan kepribadian atau watak individu.

(3)

imitasi dalam interaksi sosial dapat berujung imitasi tanpa kritik. Sehingga akan timbul kebiasaan malas berpikir kritiss pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupannya.

Maka, imitasi buka merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial, melainkan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan bagaimana keseragaman tingkah laku dan pandangan terjadi.

2.2 Faktor Sugesti

Arti sugeti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya; sedangkan sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya tanpa kritik.

Pada zaman modern yang semakin kompleks, orang kebanyakan mengambil alih padangan dan tingkah laku orang lain tanpa pertimbangn terlebih dahulu agar lebih mudah menghadapi persoalan kehidupa sehari-hari yang lebih kompleks.

Ada bebrapa keadaan serta syarat-syarat memudahkan sugesti terjadi, yaitu (1) hambatan berpikir, (2) keadaan pikiran terpecah-belah atau disosiasi, (3) otoritas, (4) mayoritas, dan (5) karena “Will to believe.

2.3 Faktor Identifikasi

(4)

untuk mempelajari hal itu dan menghukum tingkah laku yang melanggar norma-normanya oleh orang tuanya. Kedua, kesadaran norma itu dapat diperoleh secara identifikasi dengan orang tuanya; biasanya anak laki-laki berkecenderungan ingin sama seperti ayahnya dan anak perempuan berkecenderungan ingin sama seperti ibunya. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.

Ikatan yang terjalin antara orang yang mengidentifikasi dan yang diidentifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada ikatan antara orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya.

2.4 Faktor Simpati

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul atas dasar logis rasiona, tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Orang tiba-tiba merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu buka karena salah satu ciri tertentu melainka karena keseluruhan cara bertingkah laku orang tersebut. Akan tetapi, berbeda dengan identifikasi, timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terhadap orang lain.

(5)

menghormati dan menjungjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lai itu dianggapnya sebagai ideal.

3. Introyeksi

Suatu gejala lain – yang berdekatan dengan simpati – adalah apa yang disebut introyeksi. Istilah ini merupakan istilah yang diambil dari psikologi Freud. Gejala introyeksi itu tidak begitu sering terjadi dalam pergaulan sosial seperti faktor dasar lainnya sehingga tidak disebut faktor terendiri.

Introyeksi terjadi dalam kondisi tertentu setalah terbentuknya kerjasama antara dua atau lebih orang berdasarkan simpati. Namun, salah satu diantara yang sudah melakukan hubungan kerjasama simpati itu tiba-tiba harus menghilang, baik meninggal dunia atau harus terpaksa pergi jauh. Introyeksi dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan keseluruhan cara bertingkah laku orang lain yang pergi itu, batin dan kegiatan khas orang lain itu, seakan-akan sudah menjadi darah daging orang yang ditinggalkan. Ia seakan-akan mengandung gambaran dari keseluruhan ciri, sikap, pandangan, dan tingkah laku dari orang lain itu yang begitu “hidup” dalam dirinya, seperti partner yang sebenarnya akan berbicara dalam keadaan serupa.

Kejadian introyeksi tidak sering terjadi, tetappi jika terjadi hal itu dapat berlangsung sangat mendalam sehingga introyeksi itu bisa bertahan seumur hidup.

4. Situasi Sosial

(6)

4.1 Situasi Kebersamaan

Pada situasi ini, individu-individu yang turut serta dalam situasi tersebut belum mempunyai saling hubungan yang teratur dan interaksi sosial yang seberapa mendalam seperti dalam situasi kelompok sosial. Mereka kebetulan bersamaan ada pada suatu tempat. Yang terpneting dalams situasi ini ialah bahwa sejumlah orang itu – karena kepentingan bersama – telah berkumpul di suatu tempat.

4.2 Situasi Kelompok Sosial

Situasi ini merupakan situasi di dalam kelompok, dimana kelompok sosial tempat orang-orang berinteraksi itu merupakan suatu keseluruhan tertentu, misalkan suatu partai, yang anggotanya sudah mempunyai hubungan yang lebih mendalam. Terdapat juga hubungan struktural dan hierarkis, yaitu antara pemimpin dan staf kelompok serta anggota-anggota biasa. Hubungan tersebut berdasarkan pembagian tugas diantara para anggotanya menuju kepentinga bersama. Selain itu, kelompok sosial sudah mempunyai ciri dan peraturan-peraturan yang khas baginya.

5. Kesimpulan Eksperimen Para Ahli

(7)

Dari eksperimen Rosenbaum dan Blake ternyata bahwa situasi togetherness itu, sebagai bentuk situasi sosial, dan sikap keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan, sangat memudahkan terjadinya imitasi dan sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaan yang sama.

(8)

TINGKAH LAKU SOSIAL

1. Pengertian

Secara biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Secara oprasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Berikut adalah pengertian tingkah laku menurut beberapa ahli:

1.1Ensiklopedi Amerika, tingkah laku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungan. Tingkah laku timbul apabila ada sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi, yakni disebut dengan rangsangan.

1.2Menurut Ribert Kwick (1974) tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Secara umum prilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungan sebagai monivestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.

(9)

Jadi, Psikologi Perilaku mempelajari bagaimana mengembangkan perilaku hidup organisme dalam menanggapi kondisi tertentu. Psikologi perilaku didasarkan pada teori bahwa perilaku semua dipelajari melalui pengkondisian.

2. Aliran Psikologi Tingkah Laku

Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Adapun Penganut psikologi tingkah laku, yaitu :

2.1 Teori Belajar Thorn Dike

Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem.

Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu :

a. Hukum Akibat (Law of effect) menyatakan bahwa tercapainya keadaan yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon. Maksudnya, bila respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang menimbulkan sesuatu yang memuaskan (mengenakkan) maka bila stimulus itu muncul lagi subjek akan memberikan respons yang lebih cepat, tepat, dan intens. b. Hukum Latihan (Law of axercise) menyatakan bahwa respons terhadap stimulus dapat diperkuat dengan seringnya respons itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan implikasi bahwa pratik , khususnya pengulangan dalam pelajaran adalah penting dilakukan.

(10)

kematangan dalam pengajaran, baik dalam pengajaran fisik maupun mental dan intelek

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

2.2 Teori Belajar Skinner

(11)

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

2.3 Teori Belajar Ausubel

Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “ pengatur kemajuan belajar” (advance organizer), didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadai (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarksn kepada siswa. Ausubel percaya bahwa advance organizer dapat memberikan 3 macam mamfaat yaitu:

a. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa.

b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari siswa. c. Mampu membantu siswa untu k memahami bahan belajar secara lebih mudah.

2.4 Teori Belajar Gagne

Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan

(12)

Dalam penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk menguji penerapan teorinya. Gagne menyatakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Gagne mengemukakan delapan fase dalam suatu tindakan belajar. Kedelapan fese yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Fase Motivasi

Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

b. Fase Pengenalan

Siswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks.

c. Fase Perolehan

Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi tidak langsung terserap dalam memori ketika

disajikan, informasi itu di ubah kedalam bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam memori siswa.

(13)

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.

e. Fase Pemanggilan

Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka-panjang. Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

f. Fase Generalisasi

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan memintapara siswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru.

g. Fase Penampilan

Siswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak.

h. Fase Umpan Balik

(14)

Pavlof terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan atau conditioning. Dalam hubugannya dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal peekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.

2.6 Teori Baruda

Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru.

2.7 Aliran Latihan Mental

Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan bahwa struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-gumapalan otot, agar ini kuat, maka harus dilatih dengan beban, makin banyak latihan dan beban yang makin berat,maka otot atau otak itu makin kuat pula, oleh karna itu jika anak atau siswa ingin pandai, maka ia harus dilatih otaknya dengan cara banyak berlatih memahamidan mengerjakan soal-soal yang benar, makin sukar materi itu makin pandai pula anak tersebut. Struktur kurikulum pada masa itu berisikan materi-materi pelajaran yang sulit, sehingga orang sedikit yang bersekolah karna tidak kuat untuk mengikutinya. Disamping faktor lain seperti keturunan, biaya, dan kesadaran akan pentingya sekolah.

(15)

Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi dijelaskan beberapa cara pendekatan, yaitu:

3.1 Pendekatan Neurobiologis

Pendekatan ini mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses biologis. Penemuan-penemuan penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman. Misalnya, reaksi emosi, seperti rasa takut dan marah, pada hewan dan manusia dapat dirangsang dengan aliran listrik lemah di daerah tertentu yang jauh di bagian dalam otak. Dari berbagai penelitian dikatakan, tindakan manusia yang paling rumit pun pada akhirnya mempunyai kemungkinan untuk di perinci dan diteliti dasar mekanisme neurobiologisnya.

Menurut Sukadji 1986, konsepsi psikologi mengenai manusia yang hanya didasarkan neurobiologi kurang memadai untuk menjelaskan perilaku manusia. oleh karena itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan lain untuk mengkaji fenomena-fenomena psikologi.Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.

3.2 Pendekatan Perilaku (Behaviorisme)

(16)

model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B.

Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan

melahirkan banyak sub-aliran. Menurut Watson jika psikologi ingin diakui sebagai ilmu maka data harus diperoleh dari yang dapat diamati dan dapat diukur. Pendekatan ini adalah "angkatan kedua" dalam psikologi, sesudah psikoanalisis. Mazhab ini lahir di amerika, ketika metode ilmiah dipercaya sebagai satu-satunya cara mengetahui perilaku yang dapat diandalkan (Rakhmat, 2003). Behaviorisme adalah pendekatan yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan persepsi interpersonal, konsep diri, eksperimen, sosialisasi, kontrol sosial, serta ganjaran dan hukuman. Berbeda dengan psikoanalisis yang melihat bahwa perilaku manusia lahir dari keinginan bawah sadar mereka, behaviorisme (perilaku) menganailis perilaku manusia hanya berdasarkan perilaku yang tampak dan dapt diukur.

(17)

itu hanya dapat diketahui oleh anda sendiri, seorang peneliti hanya bisa melihat dan menilai tindakan anda, emosi yang sedang anda alami.

3.3 Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimanaindividu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang. Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang berperilaku berbeda dari lingkungannya, yakni ia memiliki motif pribadinya sendiri. Juga karena terlihat bagaimana pasifnya manusia.

3.4 Pendekatan Psikoanalisa

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, ataudorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan. Hal terpenting dari pendekatan psikoanalisis adalah bahwa tindakan manusia mempunyai sebab. Namun, penyebabnya sering kali berupa motif-motif yang tidak disadari, bukan alasan rasional yang diberikan oleh seseorang terhadap perilakunya. Dalam pandangan psikoanalis, kepribadian manusia merupakan interaksi antara id,ego, superego.

(18)

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektifindividu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkutkesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

3.6 Pendekatan Humanistik

Dalam pendekatan ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludes (manusia bermain). Setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang unik. Tidak akan ada satu manusiapun yang memiliki pengalaman yang sama. Pendekatan ini berpendapat manusia bukan hanya sekedar wayang, yang sibuk mencari identitas, namun ia juga berupaya mencari makna, baik makna kehidupannya, makna kehadirannya di lingkungan, serta apa yang dapat diberikannya kepada lingkungan. Carl Rogers mengatakan, "kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri". aktualisasi diri adalah mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Psikologi humanistik menekankan kreativitas, vitalitas emosi, eutentisitas, dan pencarian makna diatas kepuasan materi. Pendekatan ini merupakan penampakan sosial dari upaya kita untuk membina hati dan tubuh yang bijak sebagaimana jiwa yang bijak (Rakhmat, 2003). Psikologi humanistik bertumpu pada tiga dasar pijakan, yaitu:

a.) Keunikan manusia

(19)

c.) Kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.

Jadi, pendekatan ini menilai manusia tidak digerakan oleh kekuatan luar yang tidak dapat di kontrolnya, tetapi manusia adalah pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan mampu mengubah dunia di sekelilingnya.

4. Cara Mempelajari Psikologi Tingkah Laku

Psikologi Tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara, diantaranya dengan memperhatikan, mengayati, menerangkan apa yang terjadi dalam proses kejiwaan. Akan tetapi tidak ada cara tertentu untuk digunakan dalam semua keadaan karena proses kejiwaan itu sendiri itu tidak pernah sama. Sewaktu waktu ia dapat berubah sehingga tidak mungkin membagi-baginya, apalagi hendak memasukan kejiwaan itu kedalam golongan –golongan tertentu

Cara yang dipergunakan untuk anak-anak ada persamaannya dengan cara yang dipergunakan untuk orang dewas. Penyelidikan terhadap anak anak harus lebih hati hati dilakukan karena adanya perbedaan antara kewajiban anak dengan kewajiban orang dewasa. Ada beberapa metode para ahli untuk cara penyelidikan diantaranya adalah:

4.1 Metode Pengamatan (observasi)

(20)

bekerjanya (secara kronologis), kemudian menyediakan daftar yang memuat initi kata, nomor halaman disusun menurut abjad . semua anjuran itu dimaksudkan agar sewaktu-waktu orang mudah menemukan catatan itu jika diperlukan kemudian hari. 4.2 Metode Eksperimen dan Tes

Penelitian terhadap anak-anak tidak mudah dilakukan. Alasan nya pertama karena anak-anak sangat sugestibel dan selalu berusaha menyenangkan hati si penanya. Alasan kedua karena sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksud oleh anak tersebut.

4.2.1 Eksperimen

Penggunaan eksperimen terhadap anak–anak hanya terbatas pada penyelidikan yang dapat diamati dengan alat indera karena gejala-gejala yang bersifat rohaniyah masih sangat samar-samar. Dalam hal ini ada pula bentuk-bentuk perasaan seperti kecewa, putus asa , rindu, dsb. Agar sukar diciptakan dalam suasana eksperimen, yaitu suasan yang dibuat-buat. Walaupun eksperimen banyak kelemahannnya, eksperimen tetap bermanfaat digunakan karena selain kelemahan itu ia memiliki kelebihan lain, misalnya dapat diselidiki dengan teliti karena peristiwanya dapat diulang-ulang.

4.2.2 Menggunakan Tes

Dua orang ilmuan berasal dari bangsa perancis yang benama Alfred

Binet dan Simon, telah memperkenalkan tes skala inteligensi yang pertama pada

(21)

dengan menggunakan tes Binet Simon diperkenalkan oleh L.M. terman dalam bukunya, the measurement of intelligence, pada tahun 1916. Kemudian Terman

dan M.A. Merrilmelakukan penyempurnaan yang kedua kalinya pada tahun 1937.

Dari hasil penyempurnaan itu mendapat lima tingkat kecerdasan, yaitu; sangat bodoh, bodoh, normal, pandai dan cerdas

4.2.3 Metode Klinis

Metode klinis suatu bentuk penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak ialah dengan cara mengamat-ngamati, mengajak bercakap-cakap, dan Tanya jawab. Penggunaan metode klinis merupakan gabungan dari eksperimen dan observasi. Pelaksanaan nya dengan cara mengamat-ngamati atas pertimbangan bahwa anak itu sendiri belum mampu untuk mengungkapkan isi pikirannya dan perasaannya dengan bahsa ynag lancar. Cara untuk memudahkan Tanya jawab dalam pelaksanaannya menggunakan daftar pertanyaan yang berisi bermacam-macam pertanyaan yang member petunjuk kepada isi si peneliti tentang pa saja yang harus diperhatikan. Seorang ilmuan berasal dari bangsa perancis yang bernama Prof. JeanPiget

menggunakan metode klinis untuk meneliti cara berfikir dan perkembangan bahasa anak-anak.

Metode-metode observasi, klinis, eksperimen termasuk metode langsung karena metode itu dapat langsung memperoleh informasi dan data-data dari sumbernya. 4.2.4 Metode Pengumpulan

a. Angket

(22)

pertanyaan itu disampaikan kepada anak (responden) untuk memperoleh data dan informasi. Kemudian melakukan pengolahan dan analisis terhadap data-data ynag terkumpul. Dengan angket ini kadang kadang mengalami hambatan karena anak itu sendiri belum menyadari akan manfaatnya bagi dunia pendidikan dimasa mendatang b. Biografi

Jiwa anak dapat dipelajari dan dipahami dengan riwayat hidupnya, baik yang mereka tulis sendiri maupun yang dituliskan dengan orang lain mengenai dirinyakedua karya itu dapat mengungkapkan jiwa orang yang memiliki biografi itu. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh orang yang punya riwayat dinamakan autobiografi. Riwayat hidup uang ditulis oleh orang lain dinamakan biografi. Kedua riwayat itu menjadi sumber yang berharga untuk mendapatkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk meneliti kejiwaan anak yang sedang diselidiki.

c. Buku Harian

(23)

ILUSTRASI INTERAKSI DAN TINGKAH LAKU SOSIAL

Seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Jerman harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan alamiah disana. Ia harus berpakain tebal pada musim dingin atau berpakaian tipis saat musim panas, ia harus membiasakan makanan dan minuman di sana sesuai keyakinan yang ia pegang, dan ia juga mungkin harus membiasakan diri untuk tinggal di apartemen atau asrama yang cenderung terletak di tingkat paling atas.

(24)

ada, merancang dengan teliti pengeluaran uangnya, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang dapat melancarkan pergaulannya dengan orang-orang setempat.

Mahasiswa itupun harus menyesuaikan dirinya dengan iklim ilmiah yang terdapat disana, ide-ide, teori-teori, ataupun hasil kebudayaan yang berlainan dengan kebudayaan di tanah airnya.

Setelah beberapa tahun tinggal disana, mahasiswa tersebut menjadi ingin mengubah suasana yang ada di dalam kamarnya sesuai keinginan yang ada dalam dirinya. Seperti mengubah letak tempat tidur, kursi, dan meja di kamarnya, mengganti warna cat tembok, gambar-gambar di dinding, bahkan mengganti semua perabot yang ada di dalam agar sesuai dengan keinginannya.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubunganpositif antara pengetahuan dengan penggunaan Terapi Tradisional Cina, serta

Peningkatan konsentrasi ekstrak kental buah semangka dalam sediaan krim pelembab dapat meningkatkan efektivitas sediaan sesuai dengan spesifikasi yaitu memberikan kapasitas

Analisa dilakukan dengan melakukan rotasi pada posisi pile untuk mencari line tension yang minimum sehingga diameter rantai yang digunakan akan minimum.. Perhitungan

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SETELAH PERCERAIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian

Program- program acara di stasiun Nyenyes TV antara lain adalah mengulas tentang bahasa- bahasa Palembang, jajanan Palembang, sitkom-sitkom, film pendek maupun karya- karya

Untuk memudahkan penulis memperoleh data dalam penelitian ini, penulis memerlukan sumber data. Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

Karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan oleh seluruh bangsa di dunia untuk berkomunikasi, bahasa ini dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh

Tujuan metode kausal ini adalah untuk menentukan hubungan antar faktor (input dan output dari suatu sistem) dan menggunakan hubungan tersebut untuk meramal