• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK TANAMAN SURUHAN (Peperomia pellucida L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli DAN Bacillus cereus SECARA IN-VITRO SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA KELAS X SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK TANAMAN SURUHAN (Peperomia pellucida L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli DAN Bacillus cereus SECARA IN-VITRO SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA KELAS X SKRIPSI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

SURUHAN (

Peperomia pellucida L.

)

TERHADAP PERTUMBUHAN

Escherichia coli

DAN

Bacillus cereus

SECARA IN-VITRO SERTA

KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

M.I Karenina Ully Kristanti

NIM: 101434012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh

Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil Kasih Karunia Allah”

(Kisah Para Rasul 20:24-25)

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

“UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK TANAMAN SURUHAN (Peperomia pellucida L.)TERHADAP PERTUMBUHAN

Escherichia coli DAN Bacillus cereus SECARA IN-VITRO SERTA

KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA KELAS X”

M.I. Karenina Ully Kristanti Universitas Sanata Dharma

2014

Penyakit infeksi merupakan permasalahan yang membutuhkan perhatian besar dalam bidang kesehatan. Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit adalah mikroorganisme yang mempunyai daya patogenitas yang tinggi, salah satunya adalah bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak rebus dan ekstrak tumbuk tanaman suruhan (Peperomia pellucida L.) dengan konsentrasi 35%, 40% dan 45% terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Bacillus cereus.

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium menggunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan variasi sampel, variasi populasi, dan konsentrasi ekstrak. Sampel tanaman suruhan diambil di Kebun Obat Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Biakan murni

Escherichia coli dan Bacillus cereus diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Pengujian dilakukan dengan mengukur diameter daerah hambat di sekitar cakram kertas yang telah diberi ekstrak tanaman suruhan dengan konsentrasi tertentu. Data yang diperoleh diolah dengan uji Anova dua arah.

Hasil analisis Anova dua arah menunjukkan ada perbedaan bermakna

(α<0,05) antara perlakuan ekstrak rebus dan ekstrak tumbuk terhadap pertumbuhan Escherichia coli maupun Bacillus cereus. Kesimpulan pada penelitian ini adalah ekstrak tanaman suruhan memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Bacillus cereus. Ekstrak tanaman suruhan yang ditumbuk lebih efektif menghambat pertumbuhan Escherichia coli

dan Bacillus cereus dibanding ekstrak yang direbus. Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap Escherichia coli dari ekstrak rebus adalah 39% dan ekstrak tumbuk 37%. Sedangkan KHM dan KBM terhadap Bacillus cereus dari ekstrak rebus adalah 38% dan ekstrak tumbuk 37%.

(8)

viii

ABSTRACT

THE ANTIBACTERIA ACTIVITY TEST FROM EXTRACT OF SURUHAN PLANT (Peperomia pellucida L.) TOWARDS THE GROWTH

OF Escherichia coli AND Bacillus cereus THROUGH IN-VITRO MECHANISM AND THE IMPLEMENTATION IN BIOLOGY

EDUCATION

M. I. Karenina Ully Kristanti Sanata Dharma University

2014

Infection is a set of problem that needs a big attention in the field of health. Microorganism that can cause infection and make something to come to dishes is a microoorganism which has highly pathogenicity such as bacteria. The purpose of this research is to get to know the activity of antibacteria from boiled extract

and pounded extract of “suruhan” plant (Peperomia pellucida L.) within 35%, 40%, 45% concentration toward the growth of Escherichia coli and Bacillus cereus.

This research was a laboratory experimental research used Completely Randomized Design (CRD) method with sample of treatment variation, population variation and extract concentration. The sample of “suruhan” plant was took in Kebun Obat Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pure isolation of Escherichia coli and Bacillus cereus was gotten from Post Graduate Biotechnology Laboratory of Universitas Gadjah Mada. The experiment was done by measuring the diameter of resistant area surrounding the paper disk which has

given by the extract of “suruhan” plant with specific concentration. Obtained data

is processed which Two Way Annova test.

The result of Two Way Annova analisis showed that there were significant different (α<0,05) between the treatment of boiled extract and pounded extract to the growth of Escherichia coli and Bacillus cereus. The conclusion on this research is “suruhan” plant extract has the antibacteria activity towards the growth of Escherichia coli and Bacillus cereus. Pounded “suruhan” plant extract is more

effective to obstruct the Escherichia coli and Bacillus cereus than the boiled extract. The Minimum Inhibitory Concetration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) to the Escherichia coli from boiled extract is 39% and pounded extract is 37%. While MIC and MBC in Bacillus cereus from boiled extract is 38% and pounded extract is 37%.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus

yang telah memberkati dan melimpahkan kasih karuniaNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) terhadap Pertumbuhan Escherichia coli dan Bacillus cereus secara In-Vitro serta Kaitannya dengan Pembelajaran

Biologi SMA Kelas X”.

Penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar dengan bantuan, bimbingan

dan arahan berbagai pihak. Seiring dengan selesainya skripsi ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph,D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menyetujui dan

mengesahkan skripsi ini.

2. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Biologi Univestitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Chatarina Retno H, S.si. M.Biotech. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan semangat dalam membimbing penulis, bersedia meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran, serta memberikan saran yang membangun bagi

penyusunan skripsi.

4. Dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan kepada penulis dan

bersedia membimbing penulis dalam menyempurnakan naskah skripsi.

5. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung

6. Mas Agus, selaku Laboran di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas

Sanata Dharma yang selalu memberikan waktu dan tenaga selama penelitian

berlangsung.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan, serta

(10)

x

8. Hendy Suprapto Schultz sebagai teman istimewa untuk berbagi, berkeluh, dan

menemani perjuanganku menyelesaikan tulisan ini.

9. Teman-teman angkatan 2010 yang telah membantu dan menemani selama

penelitian, terimakasih atas segala dukungannya.

10. Putri Setyarini, Rita Hesti, Dominica Ria, Fani Herdioktavi, Maria Endah,

Richardus Hugo, Resi Mandalia, Citra Ayu, Dwi Pasinggi, yang ikut

mendukung penelitian ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memiliki banyak

kekurangan. Namun demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Terimakasih yang

setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan penulis sungguh mengharapkan kritik

maupun saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Yogyakarta, 22 Juli 2014

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A.Latar Belakang Masalah...1

B.Rumusan Masalah ...4

C.Batasan Masalah ...5

D.Hipotesis ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II. DASAR TEORI ...7

A.Suruhan Liar (Peperomia pellucida L.) ...7

B.Bakteri ... 9

C.Bacillus cereus ...15

D.Escherichia coli ...16

E. Media ... 17

F. Sterilisasi ...18

G.Antibakteri ...20

(12)

xii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...28

A.Jenis Penelitian ...28

B.Sampel dan Populasi ...28

C.Tempat da Waktu Penelitian ...29

D.Desain Penelitian ...29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

1.Tahap Persiapan ...29

2.Tahap Pelaksanaan ...30

3.Tahap Perlakuan...36

F. Analisa Data ...38

G.Instrumen Penelitian ...39

H.Variabel Penelitian ...39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...40

A.Identifikasi Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) ...40

B.Uji Kemurnian Bakteri Uji ... 40

C.Aktivitas Antibakteri ...42

D.Kadar Hambat Minimum (MIC/Minimum Inhibitory Concentration) ...52

E. Kadar Bunuh Minimum (MBC/Minimum Bactericidal Concentration) ...56

BAB V. KAITAN ANTARA HASIL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN ...59

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN...60

A.Kesimpulan ...60

B.Saran ...60

DAFTAR PUSTAKA ...62

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Variasi Konsentrasi Ekstrak untuk Membuat Stok Perlakuan ...31

Tabel 4.1 Hasil Uji Kemurnian Escherichia coli ...41

Tabel 4.2 Hasil Uji Kemurnian Bacillus cereus ...42

Tabel 4.3 Diameter Daerah Hambat Ekstrak Antibakteri terhadap Pertumbuhan Escherichia coli ...43

Tabel 4.4 Diameter Daerah Hambat Ekstrak Antibakteri terhadap Pertumbuhan Bacillus cereus ...45

Tabel 4.5 Hasil Uji KHM/MIC Ekstrak Antibakteri terhadap Escherichia coli dan Bacillus cereus ...52

Tabel 4.6 Hasil Uji KBM/MBC Ekstrak Antibakteri terhadap Escherichia coli dan Bacillus cereus ...57

Tabel 7.1 Diameter Daerah Hambat Ekstrak Antibakteri terhadap Pertumbuhan Escherichia coli dan Bacillus cereus ...67

Tabel 7.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap

Escherichia coli ...68

Tabel 7.3 Hasil Uji Homogenitas Ekstrak Antibakteri terhadap Pertumbuhan Escherichia coli ...68

Tabel 7.4 Hasil Uji Two Way Annova (Varian Dua Faktor) terhadap

Escherichia coli ...69

Tabel 7.5 Hasil Uji Tukey Post Hoc terhadap Escherichia coli ...69

Tabel 7.6 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap Bacillus cereus ...70

Tabel 7.7 Hasil Uji Homogenitas terhadap Pertumbuhan Bacillus cereus ...70

Tabel 7.8 Hasil Uji Two Way Annova (Varian Dua Faktor) terhadap

Bacillus cereus ...71

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) ... 7

Gambar 2.2 B. cereus pada Media Luria Agar (LA), Inkubasi Suhu Kamar selama 24 jam ...15

Gambar 2.3. E. coli pada Media Luria Agar (LA), Inkubasi Suhu Kamar selama 24 jam ...16

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran ...27

Gambar 3.1. Bagan Alir Proses Pengujian Aktivitas Antibakteri ...37

Gambar 4.1 Diameter Daerah Hambat pada Perlakuan Ekstrak Rebus dan Ekstrak Tumbuk terhadap Escherichia coli ...44

Gambar 4.2 Diameter Daerah Hambat pada Perlakuan Ekstrak Rebus dan Ekstrak Tumbuk terhadap Bacillus cereus ...46

Gambar 7.1 Hasil Pengecatan Negatif Escherichia coli ...72

Gambar 7.2 Hasil Pengecatan Gram Escherichia coli ...72

Gambar 7.3 Hasil Uji Morfologi Koloni Escherichia coli ... 72

Gambar 7.4 Hasil Pengecatan Negatif Bacillus cereus ...73

Gambar 7.5 Hasil Pengecatan Gram Bacillus cereus ...73

Gambar 7.6 Hasil Uji Morfologi Koloni Bacillus cereus ...73

Gambar 7.7 Aktivitas Ekstrak Antibakteri dengan Perlakuan Rebus (kiri) dan Tumbuk (kanan) pada Konsentrasi 35%, 40%, dan 45% terhadap Escherichia coli ...74

Gambar 7.8 Aktivitas Kontrol Negatif dan Kontrol Positif terhadap Escherichia coli ...74

Gambar 7.9 Aktivitas Ekstrak Antibakteri dengan Perlakuan Rebus (kiri) dan Tumbuk (kanan) pada Konsentrasi 35%, 40% dan 45% terhadap Bacillus cereus ... 75

(15)

xv

Gambar 7.11 Hasil Uji Kadar Hambat Minimum Ekstrak Rebus Antibakteri terhadap Escherichia coli ...76

Gambar 7.12 Hasil Uji Kadar Hambat Minimum Ekstrak Tumbuk Antibakteri terhadap Escherichia coli ...76

Gambar 7.13 Hasil Uji Kadar Hambat Minimum Ekstrak Rebus Antibakteri terhadap Bacillus cereus ... 77

Gambar 7.14 Hasil Uji Kadar Hambat Minimum Ekstrak Tumbuk Antibakteri terhadap Bacillus cereus ...77

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Daerah Hambat Aktivitas Antibakteri ...67

Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS pada Aktivitas Antibakteri terhadap Pertumbuhan Escherichia coli ...68

Lampiran 3. Hasil Analisis SPSS pada Aktivitas Antibakteri terhadap Pertumbuhan Bacillus cereus ...70

Lampiran 4. Dokumentasi Hasil Uji Kemurnian Escherichia coli ...72

Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Uji Kemurnian Bacillus cereus ...73

Lampiran 6. Dokumentasi Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Antibakteri terhadap Pertumbuhan Escherichia coli ...74

Lampiran 7. Dokumentasi Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Antibakteri terhadap Pertumbuhan Bacillus cereus ...75

Lampiran 8. Dokumentasi Uji Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap

Escherichia coli ...76

Lampiran 9. Dokumentasi Uji Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap

Bacillus cereus ...77

Lampiran 10. Dokumentasi Uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap

Escherichia coli dan Bacillus cereus ...78

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit infeksi masih merupakan permasalahan yang memerlukan

perhatian besar dalam bidang kesehatan. Infeksi merupakan keadaan

masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, kemudian berkembang biak dan

menimbulkan penyakit (Tan dan Raharjo, 2002). Mikroorganisme yang dapat

menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit adalah mikroorganisme

yang mempunyai daya patogenitas yang tinggi. Bakteri merupakan

mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi (Rostinawati, 2009).

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain infeksi saluran pernafasan

oleh bakteri Staphylococcus aureus, keracunan makanan oleh bakteri Bacillus

cereus, infeksi kulit oleh bakteri Streptococcus pyogenes, infeksi saluran

kemih dan diare oleh bakteri Escherichia coli (Anonim, 2014).

Bakteri dibagi dalam golongan gram positif dan gram negatif

berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan gram. Perbedaan antara bakteri

gram positif dan gram negatif terdapat pada dinding sel bakteri (Yani, 2010).

Beberapa bakteri merugikan yang dapat mewakili bakteri gram positif adalah

Bacillus cereus sedangkan bakteri gram negatif adalah Escherichia coli.

Patogenitas Escherichia coli dan Bacillus cereus sebagai salah satu penyebab

diare dapat mengganggu proses biologis organ pencernaan. Menurut Staf

(18)

banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.

Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari

jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan

selaput perut dan usus. Apabila bakteri ini hidup di luar usus seperti pada

saluran kemih, dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir . Bacillus

cereus memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel darah merah

(hemolytic). Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan. Ada dua

tipe penyakit yang diakibatkannya, yaitu tipe emetik dan tipe diare. Tipe

emetik ditandai dengan mual dan muntah yang muncul setelah masa inkubasi

sekitar 1-6 jam. Tipe diare ditandai dengan rasa sakit perut dan buang air

besar yang muncul setelah masa inkubasi sekitar 6-24 jam (Brooks dkk,

2004).

Pencegahan dan pengobatan infeksi dapat dilakukan dengan

mengetahui penyebabnya serta mengerti cara melakukan penanganannya.

Pengelolaan infeksi yang benar dapat mengurangi angka kematian sampai

95% (Widodo dan Sutoto, 1998). Penelitian terkait pemanfaatan bahan-bahan

alam untuk menangani permasalahan infeksi bakteri telah banyak dilakukan.

Adanya perhatian pada bahan dari alam yang dikenal dengan istilah back to

nature ini dianggap sebagai hal yang bermanfaat karena sejak dahulu kala

masyarakat telah percaya bahwa bahan alam mampu mengobati berbagai

macam penyakit. Selain itu, pemanfaatan bahan alam yang digunakan sebagai

obat jarang menimbulkan efek samping yang merugikan dibandingkan obat

(19)

Tanaman suruhan (Peperomia pellucida L.) merupakan tanaman yang

secara tradisional telah dimanfaatkan dalam pengobatan beberapa penyakit,

seperti abses (penimbunan nanah), bisul, jerawat, radang kulit, penyakit

ginjal, dan sakit perut (Hariana, 2006). Hal tersebut senada dengan

pernyataan Heyne (1987), bahwa tumbuhan ini memiliki khasiat obat. Daun

yang diremas-remas dapat digunakan sebagai obat luar untuk mengobati sakit

kepala dan cairan hasil perasan dapat diminum untuk pengobatan penyakit

perut. Menurut Dalimartha (2006), tumbuhan ini mengandung saponin, tanin,

alkaloid, kalsium oksalat, lemak dan minyak atsiri. Sedangkan berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Majumder dkk (2011), hasil uji fitokimia daun

tumbuhan ini juga mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, tanin,

triterpenoid, dan karbohidrat. Tanin dan flavonoid mempunyai aktivitas

sebagai antiseptik dan antibakteri. Flavonoid terutama berupa senyawa yang

larut dalam air (Harbone, 1987).

Brooks dkk (2004), mengatakan bahwa antibakteri adalah bahan atau

senyawa yang khusus digunakan untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat

dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

1. antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel,

2. antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel

atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel,

3. antibakteri yang menghambat sintesis protein, dan

(20)

Aktivitas antibakteri dibedakan menjadi dua yaitu aktivitas

bakteriostatik dan aktivitas bakterisidal. Pengertian aktivitas bakteriostatik

adalah kemampuan menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh

patogen. Sedangkan pengertian aktivitas bakterisidal adalah dapat membunuh

patogen dalam kisaran luas. Hingga saat ini belum diperoleh informasi

mengenai aktivitas antibakteri dari ekstrak tanaman suruhan dalam bentuk

ekstrak rebus dan ekstrak tumbuk. Informasi ini dibutuhkan karena dalam

pemanfaatan tanaman suruhan sering dikonsumsi oleh masyarakat dengan

meminum cairan hasil remasan untuk mengobati diare (Heyne, 1987).

B. Rumusan Masalah

Dalam upaya pemanfaatan ekstrak tanaman suruhan (Peperomia

pellucida L.) sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan Bacillus

cereus, maka permasalahan yang perlu dikaji adalah:

1. Apakah ekstrak tanaman suruhan memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Escherichia coli dan Bacillus cereus?

2. Apakah ada perbedaan aktivitas antibakteri antara ekstrak tanaman

suruhan yang direbus dan ditumbuk terhadap Escherichia coli dan Bacillus

cereus?

3. Berapa konsentrasi minimum ekstrak tanaman suruhan yang mampu

(21)

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Ekstrak yang digunakan berasal dari seluruh bagian tanaman suruhan

(akar, batang, daun dan buah) yang segar, berwarna hijau dan diberi dua

perlakuan yaitu ekstrak rebus dan ekstrak tumbuk.

2. Parameter dalam penelitian ini adalah diameter daerah hambat di sekitar

kertas cakram pada media kultur dengan satuan milimeter.

3. Media kultur yang digunakan adalah media NA dalam cawan petri dengan

volume 25 ml.

4. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri adalah

metode difusi Kirby-Bauer dengan menggunakan cakram kertas untuk

membantu mengetahui daerah hambat yang terbentuk pada media dengan

satuan milimeter.

5. Metode yang digunakan dalam menentukan Kadar Hambat Minimum

(KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah metode dilusi padat

dengan parameter media kultur yang telah diinkubasi tidak ditumbuhi

bakteri.

D. Hipotesis

Tanaman suruhan (Peperomia pellucida L.) berupa ekstrak rebus dan

ekstrak tumbuk memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan

Bacillus cereus secara in vitro dan terdapat perbedaan aktivitas antibakteri

(22)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antibakteri dari ekstrak tanaman

suruhan (Peperomia pellucida L.) terhadap Escherichia coli dan Bacillus

cereus

2. Mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak tanaman suruhan yang

direbus dan ditumbuk terhadap aktivitas Escherichia coli dan Bacillus

cereus

3. Mengetahui konsentrasi minimum ekstrak tanaman suruhan yang mampu

menghambat dan membunuh Escherichia coli dan Bacillus cereus

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan informasi

ilmiah mengenai potensi tanaman suruhan (Peperomia pellucida L.) sebagai

antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Bacillus

cereus. Hasil penelitian ini secara khusus diharapkan mampu memberikan

informasi ilmiah, terutama kepada para pendidik agar dapat mengaplikasikan

penelitian ilmiah dalam proses pembelajaran mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang termasuk dalam pembelajaran

Biologi SMA pada Kompetensi Dasar 3.4. dan 4.4 dengan materi pokok

(23)

7

BAB II

DASAR TEORI

A. Suruhan Liar (Peperomia pellucida L.)

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dycotyledoneae

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Peperomia

Species : Peperomia pellucida (L.)

HB.K.

(Faiyah, 2013)

Gambar 2.1. Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) (Anonim, 2008)

2. Nama Daerah

Suruhan; Sladanan; Rangu-rangu (Jawa), Saladaan (Sunda),

Ketumpangan ayer (Sumatera), Gofu doroho (Ternate) (Heyne, 1987).

3. Morfologi dan Fisiologi

Peperomia pellucida L. termasuk tanaman herba dengan tinggi

10-20 cm. Batang tegak, lunak dan berwarna hijau muda. Daun tunggal

dengan kedudukan spiral, bentuk lonjong, panjang 1-4 cm, lebar 1,5-2 cm,

(24)

permukaan licin, lunak dan berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk

bulir, terletak di ujung batang atau di ketiak daun, panjang bulir 2-3 cm,

tangkai lunak, berwarna putih kekuningan. Buah bulat, kecil, berwarna

hijau. Biji bulat, kecil, berwarna hitam. Akar serabut, putih dan perakaran

tidak dalam (Heyne, 1987).

4. Habitat

Tanaman suruhan (Peperomia pellucida L.) berasal dari Amerika

Serikat tetapi tumbuh liar dan mudah didapatkan Indonesia. Sekarang

tanaman suruhan tumbuh di Jawa mulai dari dataran rendah sampai kurang

lebih 1000 m di atas permukaan laut. Tanaman suruhan mampu tumbuh

pada daerah yang tidak begitu kering. Umumnya di daerah yang tidak

subur misalnya pada batu karang, tembok yang lembab, di ladang dan di

pekarangan (Heyne, 1987).

5. Kandungan Kimia dan Manfaat

Seluruh bagian tanaman Peperomia pellucida (L.) mengandung

saponin, tannin, alkaloid, kalsium oksalat, lemak dan minyak atsiri

(Dalimartha, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Majumder, dkk (2011) menemukan bahwa hasil uji fitokimia daun

tumbuhan ini juga mengandung steroid, flavonoid, triterpenoid, dan

karbohidrat. Tanin dan flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antiseptik

dan antibakteri (Harbone, 1987). Menurut Syarfati (2011), tanin dapat

menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme tanin sebagai zat

(25)

dinding sel, dan merusak membran sel (Maryani 2013). Sedangkan

menurut Sirait (2007), flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman,

termasuk pada buah, tepung sari dan akar. Mekanisme kerja flavonoid

adalah mengganggu aktivitas transpeptidase peptidoglikan sehingga

pembentukan dinding sel terganggu dan sel mengalami lisis (Cowan,

1999).

Tanaman suruhan banyak dimanfaatkan dalam kehidupan

masyarakat. Tanaman suruhan dipercaya mampu mengobati asam urat dan

menyembuhkan luka bakar (Mappa dkk, 2013). Masyarakat memilih

mengkonsumsi suruhan dengan cara direbus karena lebih bersih dan

mudah dikonsumsi dari pada ditumbuk.

B. Bakteri

Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu, berkembang biak dengan

cara membelah diri, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop

(Dwijoseputro, 1998).

Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian

yaitu:

1. Bentuk silindris (batang), dibedakan atas:

a. Basil tunggal, berupa batang tunggal.

b. Diplobasil, berbentuk batang bergandeng dua.

(26)

2. Bentuk bulat (coccus)

a. Monokokus, bentuk bulat satu-satu.

b. Diplokokus, bentuk bulat bergandeng dua.

c. Streptokokus, bentuk bulat bergandeng seperti rantai

d. Tetrakokus, bentuk bulat terdiri 4 sel tersusun dalam bentuk segi empat.

e. Sarkina, bentuk bulat terdiri atas 8 sel, tersusun dalam bentuk kubus.

f. Stafilokokus, bentuk bulat tersusun seperti kelompok buah anggur.

3. Bentuk spiral

a. Berbentuk spiral (tunggal, spirilum, jamak, spirila) terdapat secara

terpisah-pisah (tunggal) tetapi spesies berbeda panjang, jumlah dan

amplitude spiralnya.

b. Bentuk koma atau vibrio adalah bakteri yang ukurannya pendek dengan

spiral yang tidak lengkap (Dwidjoseputro, 1998)

Berdasarkan reaksi terhadap pewarnaan gram, maka bakteri dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif adalah bakteri yang dapat mengikat zat warna

pertama yaitu kristal violet. Dinding sel bakteri gram positif seperti bakteri

Stapylococcus aureus dan Sterptococcus sp tersusun atas lapisan sederhana

yang terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk suatu

struktur yang tebal dan kaku. Kekakuan pada dinding sel bakteri yang

(27)

membuat bakteri gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Brooks,

2004).

Golongan ini memiliki peptidoglikan setebal 20-80 nm dengan

komposisi terbesar teichoic, asam teichuroni, dan berbagai macam

polisakarida. Asam teikoat berfungsi sebagai antigen permukaan pada

bakteri gram positif. Letaknya berada antara lapisan membran sitoplasma

dan lapisan peptidoglikan. Selain itu golongan ini memiliki 40 lembar

peptidoglikan pada dinding selnya, yang merupakan 50% dari seluruh

komponen penyusun dinding sel. Polisakarida dan asam amino pada

lembar peptidoglikan bersifat sangat polar, sehingga pada bakteri gram

positif yang memiliki dinding sel yang sangat tebal dapat bertahan dari

aktivitas cairan empedu di dalam usus. Sebaliknya, lembar peptidoglikan

rentan terhadap lisozim sehingga dapat dirusak oleh senyawa bakterisidal

(Prasetyo, 2009).

2. Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatit adalah bakteri yang dapat mengikat zat warna

kedua yaitu safranin. Bakteri gram negatif seperti Escherichia coli

memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (5-10 nm) pada dinding selnya

dengan komposisi utama lipoprotein, membran luar, dan lipopolisakarida.

Selain itu dinding sel bakteri gram negatif ini tidak mengandung asam

teikoat tetapi mengandung sejumlah polisakarida dan lebih rentan terhadap

(28)

Membran luar pada bakteri gram negatif juga memiliki sifat

hidrofilik. Namun komponen lipid pada dinding selnya memberikan sifat

hidrofobik. Selain itu terdapat saluran khusus yang terbuat dari protein

yang disebut porins yang berfungsi sebagai tempat masuknya komponen

hidrofilik seperti gula dan asam amino yang penting untuk kebutuhan

nutrisi bakteri. Lipoprotein merupakan komponen yang mendominasi

dinding sel bakteri gram negatif dan berfungsi menjaga stabilitas membran

luar dan tempat perlekatan pada lapisan peptidoglikan. Membran luar

bakteri gram negatif merupakan struktur bilayer, yaitu komposisi lembar

dalamnya mirip dengan membran sitoplasma, hanya saja fospolipid pada

lapisan luarnya diganti dengan molekul lipopolisakarida (LPS). Selain itu

terdapat ruang antara membran dalam dengan membran luarnya yang

disebut ruang periplasma, terdiri dari lapisan murein dan larutan protein

mirip gel (protein pengikat substrat tertentu, enzim hidrolitik, dan enzim

detoksifikasi) (Prasetyo, 2009).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah:

1. Nutrisi

Nutrisi dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen

yang penting untuk sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur

tersebut adalah karbon, nitrogen, sulfur, fosfor dan mineral. Kekurangan

sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba

(29)

2. Suhu

Bakteri seperti halnya makhluk hidup lainnya dalam

pertumbuhannya perlu suhu tertentu. Berdasarkan suhu yang diperlukan

untuk tumbuh, bakteri dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:

a. Psikrofil (cold loving bacteria), yaitu bakteri yang tumbuh antara suhu

(0-20)˚C. Contohnya Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes dan

Achromobacter.

b. Mesofil (moderate temperature loving bacteria), yaitu bakteri yang

tumbuh antara suhu (30-37)˚C dengan suhu optimal 37˚C, misalnya

golongan bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit infeksi pada

manusia. Contoh bakteri mesofil antara lain Escherichia dan Bacillus.

c. Termofil (heat loving bacteria), yaitu bakteri yang tumbuh antara suhu

(50-60)˚C. Contoh bakteri termofil adalah Thermus aquaticus,

Sulfolobus acidocaldarius, dan Chloroflexus.

Suhu terendah dimana bakteri dapat tumbuh disebut minimum

growth temperature. Sedangkan suhu tertinggi dimana bakteri dapat

tumbuh dengan baik disebut maximum growth temperature. Suhu dimana

bakteri dapat tumbuh dengan sempurna di antara kedua suhu tersebut

disebut suhu optimum (Brooks dkk, 2004).

3. pH

Bakteri dalam pertumbuhannya juga memerlukan pH tertentu.

Namun pada umumnya bakteri memiliki jarak pH yang sempit yaitu

(30)

hidup di bawah pH 4, contohnya Bakteri Asam Laktat. Tetapi juga ada

bakteri yang dapat hidup atau tumbuh pada pH alkalis, contohnya Bakteri

Metanogen (Brooks dkk, 2004).

4. Tekanan Osmosis

Medium yang paling tepat bagi kehidupan bakteri ialah medium

yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan di dalam

suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan

mengalami plasmolisis. Sebaliknya bila bakteri ditempatkan pada larutan

hipotonis, maka dapat menyebabkan pecahnya sel bakteri akibat cairan

masuk ke dalam sel bakteri tersebut (Dwidjoseputro, 1998).

5. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dapat dibagi

dalam beberapa golongan, sebagai berikut:

a. Bakteri aerob, yaitu bakteri yang dalam pertumbuhannya memerlukan

adanya oksigen contohnya Nitrosomonas.

b. Bakteri anaerob, yaitu bakteri yang hidup bila tidak ada oksigen

contohnya Clostridium.

c. Bakteri aerob fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik ada

oksigen maupun tanpa adanya oksigen contohnya Cyanobacteria.

d. Bakteri mikroaerofilik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh apabila ada

oksigen dalam jumlah kecil contohnya Helicobacter (Brooks dkk,

(31)

C. Bacillus cereus

Kingdom : Prokaryota

Divisio : Firmicutes

Class : Bacili

Ordo : Bacillales

Family : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus cereus

(Todar, 2008).

Gambar 2.2. B.cereus pada Media Luria Agar (LA), Inkubasi Suhu Kamar selama 24 jam (Hedetniemi dan Liao, 2006).

Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif, bersifat aerob

fakultatif, dan motil. Beberapa bakteri gram positif seperti genus Bacillus,

Sporolactobacillus, Clostridium, Sporosarcina, dan Thermoactinomyces

merupakan bakteri yang mampu membentuk endospora yang tebal dapat

berfungsi sebagai pelindung panas (Atlas, 1984)

Bacillus cereus dapat tumbuh dalam makanan dan menghasilkan

toksin yang dapat menyebabkan penyakit. Ada dua tipe penyakit yang

diakibatkannya, yaitu tipe emetik dan tipe diare. Tipe emetik ditandai dengan

mual dan muntah, muncul gejala setelah masa inkubasi sekitar 1-5 jam. Tipe

diare ditandai dengan rasa sakit perut dan buang air besar, muncul gejala

(32)

D. Escherichia coli

Kingdom : Prokaryota

Divisio : Shizophyta

Class : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

(Dwidjoseputro, 1998)

Gambar 2.3. E.coli pada Media Luria Agar (LA), Inkubasi Suhu Kamar selama 24 jam (Hedetniemi dan Liao, 2006)

Breed (2001) mengatakan bahwa Escherichia coli merupakan bakteri

gram negatif, berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5-1,0 µm, kadang

berbentuk agak bulat/coccus, membentuk rantai pendek atau

berpasang-pasangan, motil aktif dan tidak membentuk spora. Koloni Escherichia coli

pada medium agar berwarna putih dan kadang kekuningan, lembab, dan

mengkilap.

Pembiakan Escherichia coli bersifat aerob atau fakultatif anaerob,

pertumbuhan optimum pada suhu 37˚C. Escherichia coli merupakan bakteri

penghuni saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas lainnya,

biasanya tidak bersifat patogen. Walaupun Escherichia coli merupakan

bagian dari mikroflora normal di dalam saluran pencernaan, galur-galur

(33)

gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan (Pelczar

dan Chan, 1986).

Escherichia coli yang menyebabkan diare diklasifikasikan

berdasarkan karakteristik sifat virulensinya, dan masing-masing kelompok

menyebabkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda yaitu E. coli

Enteropatogenik (EPEC), yang menyebabkan diare pada bayi terutama di

negara berkembang, E. coli Enterotoksigenik (ETEC), yang menyebabkan

diare wisatawan dan E. coli Enterohemoragik (EHEK), yang menimbulkan

diare berat (Brooks dkk, 2004).

E. Media

Pembiakan mikroba di laboratorium memerlukan media yang berisi

zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroba. Media

adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang

terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat makanan. Selain untuk

menumbuhkan mikroba, media dapat juga digunakan untuk isolasi,

memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah

mikroba (Jutono dkk, 1980).

Brooks dkk (2004) mengatakan syarat media yang baik untuk

pertumbuhan mikroba adalah lingkungan kehidupannya harus sesuai dengan

lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu susunan nutrisinya, tekanan

osmosis yaitu harus isotonik, derajat keasaman umumnya netral, temperatur

(34)

untuk pertumbuhan mikroba, yaitu sumber energi, sumber nitrogen, dan

kebutuhan yang khusus seperti vitamin.

Berdasarkan komposisi kimianya, media dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Media sintetik yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti.

Media ini biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan

mikroba.

2. Media non sintetik (kompleks) yaitu media yang susunan kimianya tidak

dapat diketahui dengan pasti. Media ini digunakan untuk menumbuhkan

dan mempelajari taksonomi mikroba.

Sedangkan berdasarkan konsistensinya media dapat dibedakan

menjadi media cair, media padat dan media padat yang dapat dicairkan (Lay,

1994).

F. Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan

dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba (termasuk spora

mikroba). Penyelidikan suatu spesies mikroba selalu didasarkan atas

penyelidikan sifat biakan murni spesies tersebut. Oleh karena itu, untuk

memelihara biakan murni diperlukan alat-alat dan media yang steril. Suatu

benda atau substansi hanya dapat steril, tidak akan pernah mungkin setengah

steril atau hampir steril (Volk dan Wheeler, 1993).

(35)

1. Sterilisasi secara Fisik

a. Sterilisasi dengan pemijaran, cara ini dipakai untuk sterilisasi kawat

inokulasi (jarum ose) yang terbuat dari platinum atau nikron. Caranya

dengan membakar alat tersebut di atas lampu spiritus sampai pijar.

b. Sterilisasi dengan udara panas (kering), cara ini dipakai untuk

mensterilkan peralatan gelas. Alat yang digunakan adalah oven dengan

suhu 170˚C-180˚C selama 2 jam.

c. Sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan, cara ini dipakai

untuk sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang tahan terhadap suhu

dan tekanan tinggi. Alat yang digunakan adalah autoklaf. Pada autoklaf

terdapat penunjuk suhu, penunjuk tekanan serta pengatur uap atau udara

(Lay, 1994)

2. Sterilisasi secara Kimia

Bahan-bahan yang mudah rusak bila disterilkan pada suhu tinggi

(dari plastik) dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan bahan

kimia, gas, atau radiasi. Bahan kimia ialah suatu substansi (padat, cair atau

gas) yang dicirikan oleh komposisi molekuler yang pasti dan

menyebabkan terjadinya reaksi, contohnya senyawa fenolik, alkohol, klor,

iodium, dan etilen oksida. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan

untuk sterilisasi gas yaitu etilen oksida, asam perasetat, formal dehida dan

glutaral dehida alkalin (Pelczar dan Chan, 1986; 327 dan Volk dan

(36)

G. Antibakteri

Antibakteri adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat

mengganggu pertumbuhan dan aktivitas bakteri, terutama bakteri penyebab

infeksi. Zat yang digunakan harus bersifat toksisitas selektif, yaitu suatu obat

yang berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Toksisitas

selektif bersifat relatif, artinya suatu obat yang pada kondisi tertentu dapat

ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit (Brooks dkk, 2004).

Pemakaian bahan antibakteri merupakan suatu usaha untuk

mengendalikan bakteri merugikan. Pengendalian adalah segala kegiatan yang

dapat menghambat, membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme. Tujuan

utama pengendalian adalah mencegah penyakit dan infeksi, membasmi

bakteri pada inang yang terinfeksi, dan mencegak pembusukan dan kerusakan

bahan oleh mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1988).

Brooks, dkk (2004) menambahkan aktivitas antibakteri terbagi

menjadi dua, yaitu bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan

bakterisid (membunuh bakteri). Konsentrasi minimal yang diperlukan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal

(KHM), sedangkan konsentrasi minimal yang diperlukan untuk membunuh

mikroba disebut dengan Kadar Bunuh Minimal (KBM).

Mekanisme kerja zat antibakteri harus dapat mempengaruhi

bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.

Pelczar dan Chan (1988) menyatakan bahwa mekanisme kerja zat antibakteri

(37)

1. Merusak Dinding Sel

Pada umumnya bakteri memiliki lapisan luar yang kaku disebut

dinding sel (peptidoglikan). Sintesis dinding sel melibatkan sejumlah

langkah enzimatik yang banyak dihalangi oleh antimikroba. Rusaknya

dinding sel bakteri misalnya karena pemberian enzim lisosim atau

hambatan pembentukannya oleh karena zat antimikroba, dapat

menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat

terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel karena

dinding sel berfungsi sebagai pengatur pertukaran zat-zat dari luar ke

dalam sel serta memberi bentuk sel.

2. Mengubah Permeabilitas Membran Sel

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput yang disebut

membran sel yang mempunyai permeabilitas selektif. Membran sel

tersusun atas fosfolipid dan protein. Membran sel berfungsi mengatur

keluar masuknya zat antar sel dengan lingkungan luar, melakukan

pengangkutan zat-zat yang diperlukan aktif dan mengendalikan susunan

dalam diri sel. Proses pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik ke dalam

maupun ke luar sel dimungkinkan karena di dalam membran sel terdapat

enzim protein untuk mensintesis peptidoglikan komponen membran luar.

Rusaknya dinding sel bakteri, secara otomatis akan berpengaruh

pada membran sitoplasma. Beberapa bahan antimikroba seperti fenol,

kresol, detergen dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan

(38)

membran sel sehingga fungsi semi permeabilitas membran mengalami

kerusakan. Kerusakan pada membran sel akan mengakibatkan kematian

sel.

3. Kerusakan Sitoplasma

Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat,

protein, karbohidrat, lipid, ion anorganik dan berbagai senyawa dengan

bobot molekul rendah. Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya

molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya.

Konsentrasi tinggi beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi dan

denaturasi komponen-komponen seluler yang vital.

4. Menghambat Kerja Enzim

Di dalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu

kelangsungan proses-proses metabolism. Banyak zat kimia telah diketahui

dapat mengganggu reaksi biokimia misalnya logam-logam berat, golongan

tembaga, perak, air raksa, dan senyawa logam berat lainnya umumnya

efektif sebagai bahan antimikroba pada konsentrasi relatif rendah.

Logam-logam ini akan mengikat gugus enzim sulfihidril yang berakibat terhadap

perubahan protein yang terbentuk. Penghambatan ini dapat mengakibatkan

terganggunya metabolisme atau matinya sel.

5. Menghambat Sintesis Asam Nukleat dan Protein

DNA, RNA, dan protein memegang peranan penting dalam sel.

Beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotik misalnya

(39)

Sedangkan sintesis asam nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotik

misalnya mitosimin. Bila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada

fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antibakteri

dalam menghambat atau membasmi bakteri patogen. Seluruh aspek harus

dikendalikan agar zat antibakteri dapat bekerja secara efektif. Beberapa hal

yang dapat mempengaruhi kerja zat antibakteri menurut Wattimena, dkk

(1981) adalah sebagai berikut:

1. Konsentrasi atau Intensitas Zat Antibakteri

Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antibakteri semakin tinggi

daya antibakterinya, artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat bila

konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.

2. Jumlah Organisme

Ukuran inokulum merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi

lebar daerah hambat, jumlah inokulum yang lebih sedikit menyebabkan

obat dapat berdifusi lebih jauh, sehingga daerah yang dihasilkan lebih

besar, sedangkan jika jumlah inokulum lebih besar maka daerah hambat

kecil.

3. Ketebalan Medium Agar

Ketebalan medium agar berpengaruh dalam mendapatkan

sensivitas yang optimal. Perbedaan ketebalan media agar mempengaruhi

(40)

hambat. Makin tebal media yang digunakan akan makin kecil diameter

hambat yang terjadi.

4. Komposisi Media Agar

Perubahan komposisi media dapat merubah sifat media sehingga

jarak difusi berubah. Media agar berpengaruh terhadap ukuran daerah

hambat dalam hal mempengaruhi aktivitas beberapa bakteri,

mempengaruhi kecepatan difusi antibakteri dan mempengaruhi kecepatan

pertumbuhan antibakteri.

5. Waktu Inkubasi

Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri, karena

luas daerah hambat ditentukan beberapa jam pertama setelah

diinokulasikan pada media agar, maka daerah hambat dapat diamati segera

setelah adanya pertumbuhan bakteri.

6. Suhu

Kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan suatu disinfektan

atau bahan mikrobial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak

mikroorganisme melalui reaksi kimia. Reaksi kimia bisa dipercepat

dengan meninggikan suhu. Kebanyakan bakteri tumbuh baik pada suhu

37˚C

7. Spesies Mikroorganisme

Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang

(41)

8. Keasaman (pH)

Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah

dibasmi pada suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila

dibandingkan dengan mikroorganisme yang hidup pada pH basa.

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan

metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan

mengukur zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon

penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam

ekstrak. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensivitas yaitu 105-108

cfu/ml (Carter and Cole, 1990)

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan.

Metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode

lubang/sumuran dan metode cakram kertas. Metode cakram kertas dilakukan

dengan cara merendam cakram kertas steril ke dalam zat antibakteri selama

kurun waktu tertentu dan diletakkan pada media agar padat yang telah

diinokulasi dengan mikroba uji kemudian diinkubasipada suhu 37˚ C selama

18-24 jam. Selanjutnya diamati adanya daerah (zona) bening di sekitar

cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba (Dzen,

2003)

Menurut Davis dan Stout (1971), ketentuan kekuatan antibiotik dan

antibakteri dapat digolongkan dalam kriteria sebagai berikut: daerah

hambatan 20 mm atau lebih berarti berdaya hambat sangat kuat, daerah

(42)

berdaya hambat sedang, dan daerah hambatan 5 mm atau kurang berdaya

hambat lemah.

Prinsip metode pourplate adalah masing-masing konsentrasi senyawa

antibakteri ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media NA dengan suhu

45˚ C. Perlakuan tersebut akan diinkubasi dan diamati ada atau tidaknyya

pertumbuhan bakteri dalam media. Media uji senyawa antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat bening tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji, ditetapkan

sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM). Media uji yang ditetapkan sebagai

KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media padat tanpa

penambahan bakteri uji ataupun senyawa antibakteri, dan diinkubasi selama

18-24 jam. Media padat yang tetap terlihat bening setelah inkubasi ditetapkan

(43)

H. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dapat disusun suatu kerangka pemikiran yang

disajikan dalam bentuk bagan pada gambar berikut:

Gambar 2.4. Kerangka pemikiran Bakteri Gram Positif:

Bacillus cereus

Bakteri Gram Negatif:

Escherichia coli

Kadar Hambat Minimum

Kadar Bunuh Minimum Tannin dan Flavonoid

Tanaman

Peperomia pellucida L.

Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Rebus Ekstrak Tumbuk

Uji Aktivitas

(44)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium

dengan melakukan percobaan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan

mikroorganisme.

B. Sampel dan Populasi

Sampel yang digunakan adalah tanaman suruhan (Peperomia

pellucida L.) yang diambil secara acak di Kebun Obat Kampus III Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Ekstrak tanaman suruhan adalah hasil ekstraksi

seluruh bagian tanaman suruhan (akar, batang, daun, dan buah) sehingga

menghasilkan ekstrak tumbuk dan ekstrak rebus.

Populasi dari penelitian ini adalah bakteri Escherichia coli yang

mewakili bakteri Gram negatif dan Bacillus cereus yang mewakili bakteri

Gram positif diperoleh dari biakan di Laboratorium Bioteknologi

Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Bakteri diidentifikasi terlebih dahulu

dengan pengamatan morfologi koloni, pengamatan morfologi sel dan

(45)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di

Laboratorium Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Desain Penelitian

Penelitian menggunakan Completely Randomized Design (CRD)

dengan perlakuan variasi sampel, variasi populasi dan konsentrasi ekstrak,

dengan tiga kali ulangan pada setiap perlakuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan penelitian, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan yang terdiri dari pembuatan ekstrak tanaman

suruhan (Peperomia pellucida L.), pembuatan media uji Nutrient Agar (NA),

sterilisasi alat dan media, penyiapan mikroorganisme uji, uji kemurnian

mikroorganisme uji dan tahap perlakuan yang terdiri atas uji aktivitas

antibakteri, uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan uji Kadar Bunuh

Minimum (KBM). Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan dalam

penelitian:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan inventaris alat dan bahan yang

(46)

obat Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam kondisi

yang baik untuk digunakan dalam penelitian. Populasi mikroorganisme uji

yang didapatkan dari Laboratorium Bioteknologi Pascasarjana Universitas

Gadjah Mada dilakukan kultur ulang terlebih dahulu untuk memperbanyak

populasi mikroorganisme uji. Langkah kerja yang dilakukan adalah

menyiapkan media NA miring steril dalam tabung reaksi. Bakteri uji

digoreskan secara zig-zag pada media NA miring steril. Hasil perbanyakan

kultur bakteri dapat diamati setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu

37˚C (Dwidjoseputro, 1990).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pembuatan Ekstrak Tanaman Suruhan

Tanaman suruhan dicuci bersih menggunakan air mengalir dan

disortir (dipisahkan antara tanaman suruhan yang baik dan yang rusak).

Kriteria baik adalah tanaman segar, daun berwarna hijau (tidak terdapat

bercak), batang tegak berwarna hijau pucat, dan akar berwarna putih.

Sedangkan kriteria rusak adalah tanaman layu, terdapat bercak pada

bagian tanaman, dan diserang hama. Tanaman suruhan dengan kriteria

baik disterilkan secara kimia. Sterilisasi dilakukan dengan melarutkan

10 ml Natrium hipoklorit dalam 3 liter akuades. Tanaman suruhan

direndam selama 15 menit, kemudian dibilas menggunakan aquades

steril.

Ekstrak diperoleh dengan melakukan dua metode ekstraksi

(47)

suruhan dihancurkan atau ditumbuk menggunakan mortar dan stamper

yang sudah disterilkan kemudian disaring menggunakan kertas saring

steril sehingga diperoleh stok ekstrak tumbuk tanaman suruhan.

Perlakuan kedua, sampel ditimbang sebanyak 100 gram dan

dimasukkan dalam 100 ml aquades, kemudian direbus hingga

mendidih. Ekstrak hasil rebusan disaring sehingga mendapatkan stok

ekstrak rebus 100%.

Setelah diperoleh stok ekstrak dengan konsentrasi 100%, ekstrak

rebus dan ekstrak tumbuk diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi

masing-masing ekstrak sebesar 35%, 40%, dan 45% dengan

menambahkan aquades steril. Hasil pengenceran ekstrak dapat

digunakan dalam uji aktivitas antibakteri. Variasi konsentrasi ekstrak

pada tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Variasi Konsentrasi Ekstrak pada tiap Perlakuan

Perlakuan Variasi Konsentrasi (%)

Jumlah sampel (ml)

Pelarut aquades (ml)

1Bca 35 3,5 6,5

1Bcb 40 4 6

1Bcc 45 4,5 5.5

2Bca 35 3,5 6,5

2Bcb 40 4 6

2Bcc 45 4,5 5.5

1Eca 35 3,5 6,5

1Ecb 40 4 6

1 Ecc 45 4,5 5.5

2Eca 35 3,5 6,5

2Ecb 40 4 6

(48)

Keterangan:

1 : Ekstrak rebus 2 : Ekstrak tumbuk Bc : Bacilus cereus

Ec : Escherichia coli

a : Konsentrasi 1 b : Konsentrasi 2 c : Konsentrasi 3

b. Pembuatan Media Uji Nutrient Agar (NA)

NA sebanyak 2,8 gram dilarutkan ke dalam 100 ml aquades,

kemudian dipanaskan hingga larut. Bahan yang telah homogen

kemudian dibagi ke dalam tabung reaksi sebanyak 5-10 ml (ketika

untuk perbanyakan bakteri) dan dapat dibagi ke dalam erlenmeyer

sebagai stok, lalu disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121˚C

dan tekanan sebesar 1 atm selama 10 menit (Jutono dkk, 1980).

c. Sterilisasi Alat dan Media

Alat dan media yang digunakan dalam penelitian harus

disterilkan terlebih dahulu dengan tujuan memperkecil peluang

kontaminasi. Sterilisasi panas basah dilakukan pada alat-alat berbahan

kaca menggunakan autoclave. Sterilisasi alat dilakukan pada tekanan 1

atm dan suhu 121˚C selama 15 menit. Media NA dan ekstrak sampel

akan dapat digunakan apabila sedang berada dalam kondisi yang steril,

caranya sama dengan sterilisasi alat namun waktu yang diperlukan

hanya 10 menit. Alat-alat yang tidak tahan panas dapat disterilisasi

dengan pemberian alkohol atau pembakaran dalam api bunsen (Jutono

(49)

d. Penyiapan Mikroorganisme Uji

Mikroorganisme uji yang telah diperoleh dilakukan perbanyakan

kultur murni. Kultur murni bakteri Escherichia coli dan Bacillus cereus

diambil sedikit menggunakan jarum ose, kemudian digoreskan di atas

permukaan media NA miring secara aseptis. Setelah itu dilakukan

inkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam (Jutono dkk, 1980).

Mikroorganisme uji yang akan digunakan dalam uji aktivitas

antibakteri dilakukan pengenceran bertingkat terlebih dahulu untuk

mengendalikan populasi bakteri. Satu ose biakan murni disuspensikan

dengan 10 ml aquades steril pada tabung reaksi. Tabung kedua berisi 9

ml aquades steril dan 1 ml suspensi yang diambil dari tabung pertama.

Begitu seterusnya hingga pengenceran 10-5 yang setara dengan 3.108

cfu/ml Nefelometer McFarland. Suspensi bakteri pada pengenceran 10-5

diinokulasikan dalam media NA padat dengan metode spread plate.

Sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri diteteskan ke dalam cawan petri berisi

media NA, dan diratakan menggunakan trigalski.

e. Uji Kemurnian Mikroorganisme Uji

Mikroorganisme uji yang digunakan di dalam penelitian ini

adalah Escherichia coli dan Bacillus cereus. Pada uji kemurnian

mikroorganisme uji, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pengamatan Morfologi Koloni

Mikroorganisme uji diambil sebanyak satu ose, kemudian

(50)

Setelah itu, kultur diinkubasikan pada suhu 35˚C selama 24 jam.

Selanjutnya, dilakukan pengamatan morfologi koloni

mikroorganisme uji yang meliputi bentuk dan warna koloni

(Alexander dkk, 2003)

2) Pengamatan Morfologi Sel

Mikroorganisme uji diambil sebanyak satu ose, kemudian

diinokulasikan secara goresan pada medis NA miring dan diinkubasi

pada suhu 30˚C selama 24 jam. Morfologi sel mikroorganisme uji

diamati dengan menggunakan pengecatan negatif. Langkah kerjanya

yaitu gelas benda dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol,

selanjutnya biakan mikroorganisme uji diambil secara aseptis

sebanyak 1 ose dan diletakkan di atas gelas benda. Tinta cina

diambil dan diteteskan pada salah satu ujung gelas benda, kemudian

gelas benda yang lain diletakkan di atas suspensi dengan kemiringan

45˚ lalu ditarik permukaannya dari ujung satu ke ujung lain hingga

cat menjadi rata, sehingga menjadi lapisan tipis. Selanjutnya diamati

di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 100 dan dilakukan

pengambilan gambar menggunakan kamera mikro (Alexander dkk,

2003).

3) Pengecatan Gram

Pengecatan gram dilakukan untuk mengetahui sifat Gram

mikroorganisme uji. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu gelas

(51)

spiritus sampai kering. Setelah itu, satu lup suspensi bakteri

diambil menggunakan ose secara aseptis dan diratakan seluas ± 1

cm pada gelas benda kemudian difiksasi dengan cara diletakkan di

atas lampu bunsen yang menyala.

Objek yang sudah difiksasi kemudian ditetesi cat Gram A

(kristal violet) pada permukaan lapisan bakteri dan didiamkan

selama 60 detik. Hasil pengecatan cat Gram A dicuci dengan air

mengalir selama 5 detik dan dikeringkan. Setelah kering, cat Gram

B (iodine) diteteskan dan didiamkan selama 60 detik, kemudian

dicuci dengan air mengalir selama 5 detik dan dikeringkan.

Selanjutnya objek diberi cat Gram C (alkohol) dan didiamkan

selama 30 detik. Sisanya dicuci dengan air mengalir selama 5 detik

dan dikeringkan. Kemudian, objek ditetesi dengan cat Gram D

(safranin) dan didiamkan selama 60 detik. Setelah itu dicuci dengan

air mengalir dan dikeringkan.

Hasil ditutup dengan gelas penutup dan ditetesi dengan

minyak imersi kemudian diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran 10 x 100, kemudian dilakukan pengambilan gambar

menggunakan kamera mikro Jika sel berwarna biru, berarti bakteri

tersebut bersifat Gram-positif dan jika berwarna merah, berarti

(52)

3. Tahap Perlakuan

a. Uji Aktivitas Antibakteri

Pada penelitian ini, uji aktivitas antibakteri dilakukan

menggunakan metode cakram kertas. Cakram kertas steril dengan

diameter 0,5 cm dicelupkan dalam variasi konsentrasi ekstrak selama

30 menit kemudian diletakkan pada media yang berisi bakteri uji.

Masing-masing perlakuan variasi konsentrasi ekstrak yaitu sebesar

35%, 40%, 45% dibuat pengulangan sebanyak 3 kali serta aquades

steril sebagai kontrol negatif dan formalin sebagai kontrol positif.

Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C.

Keekfetifan ekstrak dilihat dari daerah hambat yang didapat.

Daerah hambat biasanya terlihat lebih bening daripada daerah

sekitarnya. Daerah hambat diukur menggunakan jangka sorong. Daerah

hambat diukur dengan cara meletakkan jangka sorong pada batas luar

cakram kertas sampai dengan batas terpanjang dan batas terpendek

daerah hambat yang terbentuk sehingga diperoleh jari-jari daerah

hambat terpanjang dan jari-jari daerah hambat terpendek. Parameter

untuk menilai efektivitas ekstrak terhadap bakteri Escherichia coli dan

Bacillus cereus melalui diameter daerah penghambatan ekstrak dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Rumahlewang, 2001):

Dimana

R : Diameter zona penghambatan (mm)

(53)

b. Uji Kadar Hambat Minimal (KHM)

Konsentrasi minimal yang didapatkan dari uji aktivitas

antibakteri digunakan sebagai acuan dalam menentukan konsentrasi

sampel pada pengujian nilai Kadar Hambat Minimal (KHM).

Pengujian dilakukan dengan metode dilusi padat. Metode ini

dilakukan dengan penanaman bakteri secara pourplate. Langkah

kerjanya yaitu media NA dengan suhu 45˚C dituangkan ke dalam

cawan petri yang sudah berisi mikroorganisme uji dan sampel ekstrak.

Jumlah media kultur yang digunakan sebanyak 10 ml. Mikroorganisme

uji pada pengenceran 10-5 yang divortex dahulu sebelum digunakan

sebanyak 0,5 ml. Sampel ekstrak sebanyak 0,5 ml. Hasil pourplate diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Penentuan nilai KHM dilihat

dari konsentrasi terendah pada media yang tidak ditumbuhi bakteri.

c. Uji Kadar Bunuh Minimal (KBM)

Hasil yang diperoleh dari uji KHM dapat dilanjutkan dalam

pengujian Kadar Bunuh Minimal (KBM) dengan metode streak plate.

Kultur ulang ini dilakukan dengan cara menggoreskan hasil yang

ditetapkan sebagai KHM menggunakan cotton bud steril pada media

padat NA steril (tanpa penambahan bakteri uji ataupun senyawa

antibakteri). Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Media

kultur NA yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan

(54)

Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Pengujian Aktivitas Antibakteri

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui aktivitas ekstrak

tanaman suruhan (Peperomia pellucida L.) dengan pertumbuhan koloni

Escherichia coli dan Bacilus cereus dilakukan uji statistik Two Way ANOVA

dengan tingkat kepercayaan 95 %. Pengitungan dilakukan dengan program

SPSS versi 16.

Tahap Perlakuan

Uji KBM Uji KHM

Uji

Aktivitas Antibakteri Tahap Persiapan

Perbanyakan Kultur Murni Pengambilan Sampel

Inventaris Alat dan Bahan

Tahap Pelaksanaan Sterilisasi Alat dan Media

Pembuatan Media Uji NA

Pembuatan Ekstrak

Penyiapan Mikroorganisme Uji

Uji Kemurnian Mikroorganisme Uji

Pengecatan Gram Pengamatan Morfologi

Koloni

(55)

G. Instrumen Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer,

refrigerator, tabung reaksi, rak tabung reaksi, hot plate stirrer, magnetic

stirrer, mortar, stamper, cawan petri, gelas ukur, jarum inokulum, pembakar

bunsen, penjepit, termometer, autoklaf, pipet volume, vortex mixer, pH meter,

mistar geser, trigalski, inkubator, timbangan analitik, gelas beker, labu ukur,

corong gelas, kertas saring, pinset, gelas benda, gelas penutup, mikroskop

binokuler, kamera mikro, kertas payung, alumunium foil, dan karet.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan

murni Escherichia coli dan Bacillus cereus yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Gajah Mada (UGM), media Nutrient Agar (NA),

aquades steril, cat gram A (kristal violet), cat gram B (iodine), cat gram C

(alkohol), cat gram D (safranin), tinta cina, alkohol, dan tanaman suruhan

(Peperomia pellucida L.).

H. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Ekstrak tanaman suruhan (Peperomia pellucida L.)

2. Variabel terikat : Daya hambat dan daya bunuh Escherichia coli dan

Bacillus cereus

3. Variabel kendali : Suhu inkubasi, waktu inkubasi, media inkubasi, dan

Gambar

Gambar 7.11 Hasil Uji Kadar Hambat Minimum Ekstrak Rebus Antibakteri
Gambar 2.1. Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.)
Gambar 2.2. B.cereus pada Media Luria Agar (LA), Inkubasi Suhu Kamar
Gambar 2.3. E.coli pada Media Luria Agar (LA), Inkubasi Suhu Kamar
+7

Referensi

Dokumen terkait

diuji aktivitas antibakteri terhadap golongan bakteri Gram positif dan Gram negatif yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtillis, dan Escherichia

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri glukosa terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan Escherichia

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol pelepah tanaman pisang ambon (Musa paradisiaca) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TANAMAN SERAI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli MULTIRESISTEN..

Telah dilakukan penelitian antibakteri perasan umbi lapis bawang bombay (Allium cepa L. typica Backer) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Bacillus cereus. Umbi

Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak daun cabe rawit ( Capsicum frutescens L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli

(2014), sebanyak tiga isolat bakteri endofit yang diperoleh dari tanaman miana (Coleus scutellariodes L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia

Berdasarkan uji antibakteri dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun ciplukan ( Physalis anguluta L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Bacillus