• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI.1 KERANGKA KELEMBAGAAN VI.1.1 Struktur organisasi tugas dan fungsi masin-masing unit yang terkait dengn pembangunan infrastruktur biadan Cipta Karya - DOCRPIJM 1527491310Bab 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI AKHIR HSS OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "VI.1 KERANGKA KELEMBAGAAN VI.1.1 Struktur organisasi tugas dan fungsi masin-masing unit yang terkait dengn pembangunan infrastruktur biadan Cipta Karya - DOCRPIJM 1527491310Bab 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI AKHIR HSS OK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

VI - 1

VI.1 KERANGKA KELEMBAGAAN

VI.1.1 Struktur organisasi tugas dan fungsi masin-masing unit yang terkait dengn pembangunan infrastruktur biadan Cipta Karya

Pencapaian hasil yang optimaL dari pembangunan prasarana bidang Cipta Karya memerlukan

kelembagaan yang berfungsi sebagai motor penggerak pembangunan infrastruktur permukiman sehingga

dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 (tiga) komponen utama, yaitu ; ● Organisasi,

● Tata laksana, dan

● Sumber daya manusia.

Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata

laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan

sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk

meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara

bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan

kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan Kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang mengatur pembagian urusan dan kewenangan

saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang

berlaku sejak tanggal 2 Oktober 2014.

Bidang Cipta Karya merupakan urusan wajib pelayanan dasar yang disebutkan sebagai Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Serta Bidang Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman. Selain itu, tugas dan wewenang pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman

atau bidang cipta karya diatur pula dalam Undang-Undang No. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan

BAB. VI

KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

(2)

VI - 2 dan Kawasan Permukiman. Poin utama yang diperoleh dari kedua peraturan perundangan tersebut

adalah Pembangunan Bidang Cipta Karya merupakan Urusan Wajib Pelayanan dasar yang bersifat

konkuren artinya merupakan urusan yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Namun sesuai dengan perkembangan otonomi daerah dan kebijakan nasional

lainnya maka titik berat pelaku utama dalam pembangunan bidang keciptakaryaan tersebut adalah

Pemerintah Daerah setempat;

2. Peraturan Pemerintah nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan;

4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah;

5. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014;

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010-2025;

7. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional;

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Bidang pekerjaan Umum;

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan;

10. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan

Organisasi Perangkat Daerah;

12. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan

Beban Kerja Dalam Rangka penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

Pembangunan infrastruktur permukiman terkait keciptakaryaan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

merupakan urusan wajib daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian

Dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda), Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang (DPUTR), Dinas

Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim& LH.) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta

Dinas terkai bidang Cipta Karya sesuai SK.Satgas Perencanaan dan Pengendalian (Randal) Kabupaten

Hulu Sungai Selatan.

Berikut Standard Operasional Prosedur (SOP) Dinas terkait kegiatan Bidang Cipta Karya dalam tabel

(3)

VI - 3 Tabel VI. 1 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

(1) (2) (3) (4)

1. Kegiatan Peningkatan kualitas permukiman

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin, sarana sanitasi, dan fasilitasi penyediaan rumah layak huni

2. Kegiatan pengembangan kawasan agropolitan

Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Pedesaan

Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah permukiman.

PDAM Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih dengan system perpipaan

Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis, dan pengkoordinasian kegiatan pengembangan

permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD

1 .

1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penataan gedung pemerintah, rumah dinas, dan bangunan pelayanan umum

Menyelenggarakan kegiatan pemanfaatan ruang, penataan lingkungan, dan permukiman yang tidak menyalahi pengaturan fungsi ruang wilayah

Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis dan pengkoordinasian kegiatan penataan bangunan dan lingkungan serta penegakkan fungsi ruang yang dilakukan oleh berbagai SKPD

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitasi kegiatan pengelolaan air bersih untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin

PDAM Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih dengan sistem perpipaan.

Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis, dan pengkoordinasian kegiatan pengembangan

permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD

1

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin, sarana sanitasi, dan fasilitasi penyediaan rumah layak huni

Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah permukiman.

Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis dan pengkoordinasian kegiatan pengembangan

permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD Pengembangan Penyehahatan Lingkungan Permukiman (PLP)

PengembanganAir Minum

(4)

VI - 4

VI.1.2 Potensi dan persoalan terkait dengan organisasi dan tata laksana pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas

kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja

antar perangkat daerah dengan menumbuh kembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam

melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu

mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan

tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi .Selanjutnya juga perlu dikembangkan

hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya,

maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi

program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar

(5)

VI - 5 Tabel VI. 2 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

NO. INSTANSI PERAN INSTANSI DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CK

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana,

koordinasi rencana pembangunan perhubungan dan pariwisata;

b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana,

koordinasi rencana pembangunan tata ruang dan tata guna lahan;

c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana,

koordinasi rencana pembangunan dan pengaturan lingkungan hidup;

d) Pelaksana inventarisasi permasalahan,

perencanaan, program dan proyek dibidang fisik prasarana serta perumusan kebijakan langkah-langkah pemecahan;

e) Penyiapan dan koordinasi penyusunan RUTRK

(Rencana Umum Tata Ruang Kota), RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota), RTTRK (Rencana Teknis Tata Ruang Kota).

Bidang Fisik dan Prasarana

2 Dinas Pekerjaan Umum

a) Perumusan kebijakan teknis dalam bidang

penataan ruang dan cipta karya;

b) Penyelenggaraan urusan dan pelayanan dibidang

penataan ruang dan cipta karya;

c) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi terhadap pengawasan bidang penataan ruang dan cipta karya;

Bidang Cipta Karya

a) Perumusan kebijakan teknis dalam bidang

kebersihan;

b) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengangkutan sampah dan tempat pembuangan akhir;

c) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi peningkatan kebersihan;

d) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi terhadap penanggulangan dan

pengelolaan sampah;

Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan

(6)

VI - 6 NO. INSTANSI PERAN INSTANSI DALAM PEMBANGUNAN BIDANG

CK

UNIT/BAGIAN YANG MENANGANI PEMBANGUNAN

BIDANG CK

4 PDAM a) Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawas seluruh kegiatan operasional PDAM;

b) Membina Pegawai;

c) Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM; d) Menyelenggarakan administrasi umum dan

keuangan;

e) Menyusun rencana strategi Bisnis 5 (lima) tahunan

(Business Plan/Corporate Plan) yang disahkan oleh Walikota melalui usul Dewan Pengawas;

f) Menyusun dan menyampaikan Rencana Bisnis dan

Anggaran Tahunan PDAM yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana Strategi Bisnis (Business Plan/Corporate Plan)

Tugas Direksi PDAM

VI.1.3 Analisis kebutuhan SDM dibandingkan dengan kondisi eksisting

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM Bidang Cipta

Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

Analisis deskriptif Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya di Kabupaten adalah sebagai berikut:

 Ketersediaan SDM

 SDM yang tersedia belum memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam

satuan kerja perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya

 Permasalahan dalam manajemen SDM

o Sering adanya droping SDM tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan seperti keahlian

dan latar belakang pendidikan;

o Sering adanya mutasi SDM yang memiliki kemampuan dibidang Cipta Karya pindah ke satuan

kerja yang tidak terkait dengan bidang Cipta Karya;

o Reward bagi SDM yang berprestasi dan funishment kepada SDM yang melakukan kesalahan

belum dijalankan sebagaimana mestinya.

VI.1.4 Rencana penyusunan kelembagaan dalam mencapai sasaran strategis 100-0-100

Sebagai masukan saran dalam rangka rencana penyusunan pengembangan kelembagaan dalam

mencapai sasaran strategis 100-0-100 di Kabupaten adalah sebagai berikut:

(7)

VI - 7 - Meningkatkan kinerja manajemen bidang cipta karya dalam perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring evaluasi;

- Meningkatkan jumlah pegawai untuk mengikuti pelatihan dan bimtek bidang cipta karya;

- Melakukan analisis pemetaan urusan bidang Cipta Karya selaras dengan perkembangan aturan

penyelenggaraan pemerintahan daerah;

- Pengadaan pegawai baru yang memiliki keahlian dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

- Mereview tim anggota SK Satgas Perencanaan RPIJM Kabupaten sesuai Organisasi perangkat

Daerah (OPD) yang baru di Kabupaten.

■ Rencana Pengembangan SDM ;

- Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme staf teknis dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsi dengan memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan di bidang Cipta karya.

- Pengadaan pegawai baru yang memiliki keahlian dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan;

- Menerapkan reward dan funishment kepada semua pegawai

VI.2 KERANGKA REGULASI

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan

kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten Hulu Sungai Selatan ;

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala

Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang

ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya

urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat

daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah,

cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas

wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian

dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu,

kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama

atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP

(8)

VI - 8 urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap

pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan

pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang

menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah

satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya

dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas.

Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3

sub-bagian dan masing¬masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Bagan VI. 1 Organisasi Daerah

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan,

peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem

(9)

VI - 9 Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk

memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar

operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan

pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan

daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan

perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan

akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah.

Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai

tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan

pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta

prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi

pemerintah daerah.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

Dalam Pembangunan Nasional Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarus utamaan gender

(PUG) ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden

menginstruksi¬kan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program

pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta

kewenangan masing¬masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan

PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan

kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam

pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi

tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen

(10)

VI - 10 kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang

dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi

penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar

Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di

Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi

Perangkat Daerah Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan

perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah

Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan

Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk

memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan

perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan,

termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase,

prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan

Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung

kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam

perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar

kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan

pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi

penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan

daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan

pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub

(11)

VI - 11 pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan

kelembagaan.

Selanjutnya, khusus kebutuhan bidang Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, regulasi

yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, serta kewenangannya adalah sebagai berikut:

Tabel VI. 3 Identifikasi kebutuhan Regulasi Kabupaten Hulu Sungai Selatan

No Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Substansi

Arah Regulasi

Unit

Terkait

1 2 3 4 6

1. Peraturan daerah pengelolaan TPA

3. Peraturan Daerah Tentang Pencegahan

1. Perencanaan dan syarat perumahan Permukiman

1. Perencanaan drainase Bappeda, DPU, LH & Dinas Pemberdayaan

(12)

VI - 12

No Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Substansi

Arah Regulasi

Unit

Terkait

disinsentif

3. Hukuman bagi pelanggar

5. RTBL Kawasan Perkotaan

Manajemen

perencanaan panataan perkotaan

1. Perencanaan tata

bangunan dan lingkungan di kawasan permukiman

Bappeda, DPU

2. Mekanisme instensif dan disinsentif

3. Hukuman bagi pelanggar

(13)

VI - 13

Contents

VI.1 KERANGKA KELEMBAGAAN ... 1

VI.1.1 Struktur organisasi tugas dan fungsi masin-masing unit yang terkait dengn pembangunan infrastruktur biadan Cipta Karya ... 1

VI.1.2 Potensi dan persoalan terkait dengan organisasi dan tata laksana pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya ... 4

VI.1.3 Analisis kebutuhan SDM dibandingkan dengan kondisi eksisting ... 6

VI.1.4 Rencana penyusunan kelembagaan dalam mencapai sasaran strategis 100-0-100 ... 6

VI.2 KERANGKA REGULASI ... 7

TABEL VI. 1 INVENTARISASI SOP BIDANG CIPTA KARYA ...3

TABEL VI. 2 HUBUNGAN KERJA INSTANSI BIDANG CIPTA KARYA...5

Gambar

Tabel VI. 2 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh biaya promosi yang terdiri dari biaya periklanan, biaya penjualan pribadi, biaya promosi penjualan, biaya

Pemeriksaan medis dinilai dengan skor yang dihitung dari jayvaban contoh atas 12 pertanyaan mengenai tinggi badan, berat badan, pemeriksaan perut, pemeriksaan

Porang berbeda varian memiliki keragaman dalam karakter kualitatif dan kuantitaif berupa warna tangkai daun, bentuk corak daun, tekstur tangkai, lebar tajuk,

Dari latar belakang dan pemaparan tersebutlah kenapa penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Analisa hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum didapatkan bahwa jenis persalinan spontan sebanyak 787 persalianan, mayoritas mengalami vigorous

yang menggambarkan statistik atas data hasil penelitian PERMA/ flourishing di perusahaan diperoleh bahwa rata-rata skor subjek berada pada rentang skor 163.67 (rentang skor

4.2 Kompensasi Finansial Langsung yang Paling mempengaruhi Kepuasan Kerja Karyawan Distro dan Butik Termurah Palembang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat ini dengan judul “ Aplikasi RFID Sebagai Identifikasi pada Prototype Pengatur Solenoid Valve