PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA
DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
NIDAUL HIKMAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
NAZDIROH NUR CHAYATI
NIM. 11508019
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA
DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
NIDAUL HIKMAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
NAZDIROH NUR CHAYATI
NIM. 11508019
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
SKRIPSI
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM
TERPADU (SDIT) NIDAUL HIKMAH SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
DISUSUN OLEH NAZDIROH NUR CHAYATI
11508019
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada
tanggal April 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd.
Sekretaris : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Penguji I : Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Penguji II : Fatchurrohman, M.Pd.
Penguji III : Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd.
Salatiga, April 2014 Ketua STAIN Salatiga
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nazdiroh Nur Chayati
NIM : 11508019
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 08 Maret 2014
Yang menyatakan,
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
َدَج ْنَم
دَجَو
“Siapa yg bersunggug-sungguh maka akan berhasil”
اًرْسُي ِرْسُعلْا َعَم نإ
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan penuh cinta,
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Orang tuaku, Bapak M.Slamet Chayatun dan Ibu Wahyuni
yang tak pernah jemu mendukung serta mendo’akanku
dengan penuh kasih sayang
Adikku v3 dan smua keluarga, terimakasih do’a dan suport nya
Ms Mu’alim yang setia menunggu dan tak bosan memberi
semangat, nasehat serta do’anya
Teman-teman PGMI 2008 serta teman-teman PPTI Al-falah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan
kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membebaskan
umatnya dari belenggu kejahiliyahan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul
skripsi ini adalah “PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NIDAUL HIKMAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa dan senantiasa membantu kelancaran
proses pembuatan skripsi, baik berupa material maupun spiritual. Dengan penuh
kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. selaku ketua Progdi PGMI STAIN
Salatiga.
3. Bapak Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd., dan Bapak Drs. Djoko Sutopo yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan penuh keikhlasan serta
4. Seluruh tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai
dan membantu menyempurnakan skripsi ini.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
6. Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu guru Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul
Hikmah Salatiga yang telah memberikan kesempatan dan telah membantu
dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan untuk melaksanakan
penelitian di SDIT.
7. Pengasuh PPTI Al-Falah Romo KH. Zoemri Rohib Wahab Sulaiman beserta
Ibu Hj. Latifah dan seluruh asatidz/asatidzah yang telah membina, mendidik,
dan mencurahkan ilmunya kepada penulis selama di pesantren.
8. Bapakku M. Slamet Chayatun dan Ibuku Wahyuni tersayang yang telah
mencurahkan pengorbanan dan do’a restunya sehingga putrimu berhasil
menyelesaikan studi S1 PGMI.
9. Adikku Fitri, Dek Likah, Mbk Ayuk serta seluruh keluarga yang telah
mendoakan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
10. Mas Mu’alim yang setia menunggu dan memberikan semangat serta do’anya.
11. Sahabatku tercinta Unul, Nia, Ragil, Rumi dan seluruh teman-teman PPTI
Al-Falah, khususnya mbak kantor dan kamar D26.
12. Rekan-rekan seangkatan PGMI 2008 yang telah saling mendukung dan
memberi semangat.
13. Semua pihak yang ikut serta memberikan dukungan dan do’anya dalam
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan,semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan dalam kesempuranaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri
maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi
agama, nusa, dan bangsa. Amin.
ABSTRAK
Chayati, Nazdiroh Nur. 2014. (11508019) Pengaruh Pola Asuh Orang tua Dan
Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H.A. Sulthoni, M.Pd.
Kata Kunci: Pola Asuh Orangtua, Motivasi Belajar, dan Prestasi Siswa.
Pola asuh orangtua dan motivasi belajar dapat memengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap siswa. Penelitian ini untuk mengetahui: (1) Bagaimanakah pola asuh orangtua di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014? (2) Bagaimanakah motivasi belajar di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014? (3) Bagaimanakah prestasi siswa di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014? (4) Adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi siswa di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014? (5) Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi siswa di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014? (6) Adakah pengaruh pola asuh orangtua dan motivasi belajar terhadap prestasi siswa di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasi, subjek penelitian sebanyak 100 responden, menggunakan
teknik sampel purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument
kuesioner untuk menjaring data pola asuh orangtua, motivasi belajar, dan data nilai rata-rata rapor semester akhir untuk prestasi siswa.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis varians tiga jalur. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pola asuh orangtua untuk
kategori authoritarian 56 siswa (56%), authoritative 37 siswa (37%), permisif 7
siswa (7%), sehingga dapat dikatakan pola asuh orangtua tergolong authoritarian.
(2) Motivasi belajar untuk kategori tinggi 27 siswa (27%), sedang 54 siswa (54%), rendah 19 siswa (19%), sehingga dapat dikatakan motivasi siswa tergolong sedang. (3) Prestasi siswa terendah 76, tertinggi 90, rata-rata prestasi siswa 85,6, sehingga dapat dikatakan prestasi siswa tergolong tinggi. (4) Tidak ada pengaruh
pola asuh orangtua terhadap prestasi siswa setelah dilakukan analisis harga r
hitung lebih kecildari harga r tabel taraf signifikan 5% (0,18<3,10). 1%
(0,18<4,85) (5) Tidak ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi siswa setelah dilakukan analisis harga r hitung lebih kecil dari harga r tabel taraf signifikan 5% (0,94<3,10) 1% (0,94<4,85).(6) Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dan motivasi belajar terhadap prestasi siswa setelah dilakukan
analisis harga r hitung lebih kecil dari harga r tabel taraf signifikan 5%
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanMasalah ... 9
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 15
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
1. Pengertian PolaAsuh Orangtua ... 28
3. Macam-macam Pola Asuh Orangtua ... 29
B. MotivasiBelajar ... 36
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 36
2. Fungsi Motivasi Belajar ... 39
3. Macam-macam Motivasi Belajar ... 40
4. Hubungan Motivasi Dengan Belajar ... 42
C. Prestasi Siswa ... 43
1. Pengertian Prestasi Siswa ... 43
2. Fungsi UtamaPrestasi Siswa ... 44
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PrestasiBelajar... 45
D. Hubungan Pola Asuh Orangtua, Motivasi Belajar, dan Prestasi Siswa ... 50
E. Pandangan Filosofis Tentang Pengaruh Belajar ... 52
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 56
1. Profil Sekolah ... 56
C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis... 101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 109
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Populasi Dan Sampel ... 17
Tabel1.2 Rancangan Data Anava Dua Jalan ... 22
Tabel1.3 Data Hasil Penelitian ... 23
Tabel1.4 Tabel Statistik ... 23
Tabel1.5 Rumus Unsur Tabel ... 24
Tabel 3.1 Kondisi Kelas ... 57
Tabel 3.2 Data Guru ... 58
Tabel 3.3 Data Rombel ... 61
Tabel3.4 Daftar Jumlah Siswa ... 63
Tabel3.5 Daftar Nama Responden ... 65
Tabel3.6 Jawaban Angket Pola Asuh Orangtua ... 67
Tabel3.7 Jawaban Angket Motivasi Belajar ... 72
Tabel3.8 Daftar Nilai Rapor ... 77
Tabel 4.1 SkorJawaban Angket Pola Asuh Orangtua ... 86
Tabel 4.2 SkorJawaban Angket Motivasi Belajar ... 89
Tabel 4.3 Prestasi Siswa Menurut Rapor ... 92
Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian ... 95
Tabel 4.5 Tabel Statistik ... 97
Tabel 4.6 Tabel Statistik Induk ... 98
Tabel 4.7 Tabel Statistik Induk ... 98
Tabel 4.8 Tabel Statistik ... 99
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Nota Pembimbing... 110
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 111
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian ... 112
Lampiran 4 Surat Keterangan Keaktifan... 113
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi ... 115
Lampiran 6 Angket ... 116
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 117
Lampiran 8 Tabel Nilai Kritis Distribusi Fpada Tingkat 5 Persendengan α = 0,05dan α = 0,01 ... 118
Lampiran 9 Dokumentasi Kegiatan Siswa SDIT ... 123
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar merupakan pencapaian hasil belajar siswa setelah
menempuh mata pelajaran tertentu, dalam hal ini dapat dilihat dari nilai rapor
yang diperoleh. Akan tetapi, pencapaian hasil belajar kadangkala tidak sesuai
dengan yang diharapkan sehingga berakibat pada hasil belajar siswa yang
menurun. Selain prestasi akademik juga dapat di lihat dari prestasi non
akademik seperti juara lomba. Masalah hasil belajar dan tingkat prestasi siswa
yang berbeda-beda diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pola
asuh orangtua dan motivasi belajarnya.
Faktor –faktor yang mempengaruhi prestasi banyak jenisnya, akan tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu
(Slameto, 1991:56).
Pola asuh orangtua merupakan faktor ekstern yang memengaruhi prestasi
siswa karena orangtua berperan penting dalam kebiasaan belajar anak, anak
mengikuti cara belajar yang diajarkan orangtua dan orangtua akan
memberikan dampak terhadap hasil belajar anak. Cara orangtua mendidik
anaknya berbeda-beda, ada yang menggunakan pola asuh bersifat penyabar,
ada yang sangat menuntut, dan ada juga yang tidak pernah sama sekali
Sesuai dengan pendapat Baumrind dalam Muallifah (2009:45), pola asuh
dibagi dalam tiga macam, yaitu pola asuh authoritarian (otoriter), pola asuh
authoritative, dan pola asuh permisif. Dengan adanya perbedaan pola asuh
yang digunakan orangtua dalam memberikan perhatian kepada anak-anaknya,
maka berbeda pula cara orangtua dalam memberikan motivasi belajar kepada
anaknya.
Pernyataan tersebut telah di terangkan dalam hadits Rasulullah Saw.:
َلوُي لَِّإ ٍدْوُلْوَم ْنِم اَم
ِوِناَسِّجَُيُ ْوَأ ِوِناَرِّصَنُ ي ْوَأ ِوِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُد
“Tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas kesucian. Dua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.(HR.
Bukhori)
Hadits tersebut mengandung makna bahwa sesungguhnya kesuksesan
dan masa depan anak tergantung dari bagaimana orangtua mendidik dan
membimbingnya.
Disamping hal tersebut, diterangkan bahwa setiap anak yang terlahir
sesungguhnya sudah memiliki potensi, namun potensi itulah yang kemudian
bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal, jika diasah oleh lingkungan
keluarga dan sekitar dengan baik (Muallifah, 2009:57).
Pada buku karya M.Musrofi (2010:169-171), beliau melihat dari berbagai
cerita sejarah bahwa orang-orang besar (baca: orang hebat dan berguna bagi
sesama) ternyata hasil didikan ibu mereka, seperti Imam Syafi,i. Beliau
menjadi hebat karena ibunya. Sejak usia dua tahun, ibunda memboyong
beliau ke Mekah kemudian belajar bahasa di Suku Hudzail yang dikenal
paling fasih, sehingga beliau tidak hanya terkenal sebagai ahli fikih saja, akan
dan sejak umur tujuh tahun telah hafal Al-Qur’an. George Washington,
presiden Amerika Serikat, menuliskan bahwa beliau dididik oleh
ibunya,”Ibuku adalah wanita paling cantik yang pernah kulihat. Semua
keberhasilan saya, dalam hal pendidikan, moral, intelektual, dan fisik, saya
terima dari ibu saya. Albert Einstein juga mendapatkan motivasi dan
pendidikannya diambil alih oleh ibunya ketika beliau dikatakan bodoh
gurunya.
Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat Vygostky dalam Muallifah
(2009:6), keberhasilan seorang anak sangat didukung oleh lingkungan yang
ada di sekitarnya. Jika lingkungan atau orangtua mampu memahami potensi
anak kemudian mendukung mengembangkan dalam hal apapun yang bersifat
positif, maka anak akan berkembang dengan maksimal. Akan tetapi bila
orangtua tidak mendukung atau malah menghambat dan selalu memaksakan
kehendaknya tanpa mempedulikan keinginan anak, maka potensi anak pun
tidak akan berkembang bahkan akan mengalami kegagalan. Sesuai pula
dengan teori Baumrind dalam Muallifah (2009:42), pola asuh pada prinsipnya
merupakan parental control, yakni bagaimana orangtua mengontrol,
membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan.
Banyak orangtua masa kini yang lebih mementingkan bekerja untuk
mendapatkan uang banyak tanpa memberikan perhatian kepada anak-anaknya
sehingga anak kurang terkontrol dalam masalah pergaulan maupun
bahwa itu adalah suatu cara yang sudah cukup untuk memberikan perhatikan
kepada anaknya. Padahal seorang anak tidak hanya membutuhkan perhatian
materi saja akan tetapi kasih sayang dan pengontrolan.
Hubungan dekat antara orangtua dan anak sangat diperlukan sekali.
Dilihat dari fenomena yang terjadi, banyak anak yang mengalami kenakalan
remaja dan prestasi sekolahnya menurun bahkan berantakan, ini diakibatkan
karena broken home atau orangtua yang sibuk bekerja tanpa meluangkan
waktu untuk anaknya.
Dalam syari’at islam telah diajarkan bahwa mendidik dan membimbing
anak bagi orangtua merupakan suatu kewajiban karena anak merupakan
amanat yang harus dipertanggung jawabkan. Rasulullah saw. memerintahkan
umatnya agar orangtua senantiasa memberikan perhatian dan mendidik
anaknya dengan budi pekerti yang baik.
Sabda Rasulullah dari Ibn Majjah :
ْنَع ُثِّدَُيُ ِكِلَام َنْب َسَنَا ُتْعَِسَ
: َلاَق َم لَسَو ِوْيَلَع الله ى لَص الله ِلْوُسَر
)وجام نبا هاور( ْمُهَ بَدأ وُنِسْحأَو ْمُكَدَلَّْوَأْوُمِرْكأ
“Aku mendengar Anas ibn Malik menceritakan tentang RasullulahSAW yang bersabda:Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklahmereka dengan budi pekerti yang baik.(H.R. Ibnu Majah).”Al-qur’an Surat at-Tahrim ayat 6, menerangkan juga tentang hal tersebut.
Bahwa, perintah memelihara keluarga, termasuk anak, bagaimana orangtua
bisa mengarahkan, mendidik, dan mengajarkan anak agar dapat terhindar dari
ِْلاَو ُسا نلا اَىُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْىَأَو ْمُكَسُفنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذ لا اَهُّ يَأ اَي
ٌظ َلَِغ ٌةَكِئ َلََم اَهْ يَلَع ُةَراَج
َنوُرَمْؤُ ياَم َنوُلَعْفَ يَو ْمُىَرَمَأ اَم َ للَّا َنوُصْعَ ي َلَّ ٌداَدِش
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. at-Tahrim, 66:6).
Hasil survei yang telah peneliti lakukan di Sekolah Dasar Islam (SDIT)
Nidaul Hikmah Salatiga yaitu, terdapat anak yang mengaku sering membuat
gaduh di kelas bahkan anak tersebut bangga apabila melakukan sikap
tersebutsikap ini menunjukkan bahwa semangat motivasi siswa dalam
bersekolah atau belajar kurang. Akan tetapi sebagian anak yang sangat
memperhatikan gurunya ketika memberikan pelajaran, anak tersebut memilih
diam dan memperhatikan guru daripada membuat gaduh, bahkan ia sering
bertanya apabila ada pelajaran yang belum paham, demikian menandakan
semangat motivasi belajar siswa tinggi.
Peneliti mengamati bahwa sebagian orang tua memang memberikan
perhatian khusus untuk siswa atau anaknya dalam hal memberikan semangat
motivasi agar anaknya dapat meraih prestasi yang tinggi. Suatu contoh pola
asuh orangtua yang mendukung prestasi anaknya adalah memberikan
tambahan pelajaran seperti privat dll, ada juga orangtua yang memberikan
perhatian dengan cara mengantar jemput anaknya agar anak tersebut
bersemangat dalam belajar dan terkontrol kehadirannya di sekolah.
Akan tetapi ada pula orangtua yang terlalu sibuk bekerja sehingga kurang
memberikan waktu dan perhatian untuk anaknya, maka tak jarang ada anak
kurangnya perhatian dari orangtuanya. Banyak orangtua yang beranggapan
bahwa anak mereka setelah diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah
hak dan kewajibannya untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Semua
tanggung jawabnya telah beralih kepada guru di sekolah, apakah menjadi
pandai atau bodoh anak tersebut, akan menjadi nakal atau berbudi pekerti
yang baik dan luhur, maka itu adalah urusan guru di sekolah.
Orangtua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/
melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau
tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan
yang dialami dalam belajarnya dll, dapat menyebabkan anak tidak/kurang
berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak atau siswa sendiri sebenarnya
pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, maka anak mengalami
kesulitan dalam belajar sehingga nilai atau prestasi yang ia dapatkan
mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi pada siswa yang kedua
orangtuanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau mungkin memang ada
sebagian orangtua yang tidak mencintai anaknya.
Sedangkan mendidik anak dengan memanjakannya adalah cara mendidik
yang kurang baik. Orangtua yang tidak tega memaksa anaknya belajar,
bahkan membiarkan saja anaknya tidak belajar dengan alasan segan adalah
nakal, berbuat seenaknya. Mendidik anak terlalu keras juga cara yang kurang
benar, karena anak akan diliputi rasa takut dan benci terhadap belajar, bahkan
bila terus menerus maka menjadikan anak mengalami gangguan kejiwaan
akibat tertekan.
Faktor lain yang memengaruhi prestasi siswa adalah faktor intern, salah
satunya yaitu motivasi belajar. Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi
siswa karena motivasi merupakan pendorong siswa untuk lebih giat dan tekun
dalam belajar. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka semakin baik hasil
yang diperolehnya.
Sardiman (2009:84) menegaskan, belajar sangat diperlukan adanya
motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan
menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Dalam buku teori belajar
dan pembelajaran karya Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:11)
menyatakan bahwa dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan
tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Faktor-faktor internal
dan ekternal saling berintegrasi secara langsung atau tidak langsung dalam
mendukung dan mencapai prestasi belajar. Sehingga kedua faktor tersebut
menentukan kualitas hasil belajarsetiap siswa.
Faktor-faktor tersebut tidak selalu muncul bersamaan seperti fenomena
prestasi belajarnya baik, hal ini disebabkan adanya dorongan motivasi dalam
diri siswa sendiritinggi. Ada juga siswa yang orangtuanya memberikan pola
asuh yang sesuai tetapi dalam diri siswa sendiri tidak ada motivasi sama
sekali sehingga prestasi siswa menjadi menurun. Disamping itu ada siswa
yang kurang adanya motivasi diri tetapi orangtua selalu menanamkan pola
asuh dengan cara menekannya maka siswa tersebut juga dapat mencapai
prestasi tinggi walaupun psikologi siswa tersebut juga berpengaruh.
Dari berbagai fenomena tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan
sementara bahwa pola asuh dan motivasi belajar berpengaruh terhadap
prestasi siswa, untuk mengetahui lebih jelasnya maka penulis bermaksud
mengadakan penelitian ilmiah di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Nidaul Hikmah Salatiga, Secara sederhana peneliti memberi judul
“PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pola asuh orangtua siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014?
3. Bagaimanakah prestasi siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014?
4. Adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi siswa di Sekolah
Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran
2013/2014?
5. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi siswa di Sekolah
Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran
2013/2014?
6. Adakah pengaruh antara pola asuh orangtua dan motivasi belajar
terhadap prestasi siswadi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul
Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola asuh orangtua siswa di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui prestasi siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pola asuh orangtua
terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul
Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap
prestasi siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah
Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
6. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara pola asuh orangtua
dan motivasi belajar terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011:96).Bentuk-bentuk hipotesis
penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari
tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga
yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif
(perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk
hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan
asosiatif/hubungan (Sugiyono, (2011:100).
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri(Sugiyono,
2011:100).Adapun hipotesis deskriptif dari penelitian ini meliputi: pola asuh
sangat baik atau sedang atau rendah, motivasi belajar siswa di SDIT Nidaul
Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 sangat tinggi atau sedang atau
rendah, prestasi belajar siswa di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2013/2014 sangat tinggi atau sedang atau rendah.
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh orangtua terhadap
prestasi siswaSDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap
prestasi siswa SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Ada pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh orangtua dan motivasi
belajar terhadap prestasi siswa SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2013/2014.
E. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan kajian
terhadap teori-teori belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah dan guru
1) Diharapkan dapat menjadi hal pertimbangan untuk meningkatkan
pengembangan sekolah dalam pengawasan siswa mengenai
2) Sebagai bahan untuk meningkatkan kerjasama dengan orangtua
dalam pengawasan belajar siswa.
b. Bagi orangtua,
Untuk orangtua, sebagai bahan masukan agar lebih memperhatikan
dalam meningkatkan pola asuh dan motivasi belajar anaknya.
F. Definisi Operasional:
Untuk menghindari kesalahfahaman definisi pada penelitian ini maka
peneliti akan menjelaskan beberapa istilah sebagai batasan penelitian.
1. Pola asuh orangtua
Menurut Baumrind (Muallifah, 2009:42-43) pola asuh pada
prinsipnya merupakan parental control, yakni bagaimana orangtua
mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses
pendewasaan. Sedangkan Kohn mengatakan bahwa pola asuh merupakan
cara orangtua berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan,
hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta tanggapan orang tua
terhadap setiap perilaku anak. Thresia Indira Shanti, Psi. M.Si.juga
berpendapat bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua
dan anak. Bagaimana sikap atas perilaku orangtua saat berinteraksi
dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan
nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan
sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan bagi
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa pola asuh
adalah suatu cara orangtua berinteraksi dengan anak dalam hal
mengontrol, membimbing, dan mendampinginya yang meliputi
pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta
tanggapan orangtua terhadap setiap perilaku anak sehingga dapat
dijadikan contoh/panutan bagi anaknya untuk berkembang menuju pada
proses pendewasaan.
Indikator dari pola asuh orangtua menurut Khon dalamMuallifah,
(2009:43) diantaranya:
a. Adanya pemberian aturan terhadap anak.
b. Suka memberikan hadiah pada anak..
c. Seringnya memberikan hukuman pada anak.
d. Adanya penerapan pemberian perhatian.
e. Tanggapan orangtua terhadap setiap perilaku anak.
2. Motivasi belajar
Menurut Mc. Donald (Sardiman A.M., 2009:73), motivasi adalah
perubahan energi pada seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
JamesO.Wittaker (Baharudin, 2010:163), mendefinisikan belajar sebagai
proses ketika tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Motivasi menurut Sultan Surya dan M. Hariwijaya (2008:V) adalah
umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang
ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan.
Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan
bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku
mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang
Maka motivasi belajar adalah suatu perubahan kekuatan energi
yang begitu besar untuk mendorong seseorang/siswa dalam melakukan
suatu proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan,
pengalaman, maupun praktek yang dapat mencapai melebihi kemampuan
logika serta didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Indikator dari motivasi belajar menurut Sardiman diantaranya:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3. Lebih senang bekerja mandiri.
4. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalausudahyakinakansesuatu).
5. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
3. Prestasi siswa
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. S. Nasution (1996:17) juga
berpendapat, prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi
-belajar/)
Kesimpulannya adalah prestasi belajar merupakan suatu bukti
kesempurnaan keberhasilan belajar dari usaha yang maksimal atau
kemampuan yang dicapai seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
usaha-usaha belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai.
Prestasi belajar siswa SDIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2013/2014 pada penelitian ini diambil dari kesempurnaan
keberhasilan belajar siswa atau kemampuan yang dicapai siswa pada nilai
hasil ulangan akhir semester kenaikan kelas.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Dalam Sugiyono (2011:14) menyatakan bahwa, metode penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
Peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap
obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga
dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari
variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2011:19)
Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif. Sedangkan rancangan penelitiannya adalah penelitian
korelasi. Peneliti hanya mencari pengaruh antara variabel yaitu pola
asuh orangtua dan variabel yaitu motivasi belajar dengan variabel Y,
yaitu prestasi siswa.
Penelitian ini bermaksud meneliti pengaruh pola asuh orangtua dan
motivasi belajar terhadap prestasi siswa, dengan kata lainapakah pola
asuh orangtua dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Penelitian ini mengarah pada studi korelasi yang sejajar dengan teknik
angket.
Penelitian ini meliputi 3 variabel, yaitu pola asuh orangtua
( motivasi belajar ( ),dan prestasi siswa (Y). Asumsi dasar dari
penelitian ini adalah bahwa yaitu pola asuh orangtua, yaitu motivasi
belajar, dan Y yaitu prestasi siswa.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam (SDIT) Nidaul
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Saifuddin
Azwar (2010:77) juga mendefinisikan penelitian sebagai kelompok
subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian.
Subyek penelitian skripsi ini, siswa kelas lima dan enam Sekolah
Dasar Islam (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2013/2014 yang
diambil adalah 100 siswa. Adapun jumlah total semua keseluruhan siswa
adalah 518 siswa yang terdiri 283 siswa laki-laki dan 235 siswa
perempuan.
Secara terperinci, jumlah total siswa di setiap kelas sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Populasi dan Sampel Sekolah Dasar Islam (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga
No Kelas Rombel
Jumlah Siswa
Lk+Pr
Lk Pr
1 I 4 57 43 100
2 II 4 52 45 97
3 III 4 61 38 99
4 IV 3 39 34 73
5 V 3 34 41 75
6 VI 3 40 34 74
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut(Sugiyono,2011:118).
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel
(Sugiyono,2011:118).
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling, Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling meliputi
,sampling sistematis,sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling(Sugiyono, 2011:119).
Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011:122). Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2011:124). Oleh karena itu, teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menerapkan “purposive sampling”.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono,
Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi mengenai
profil Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga
tahun ajaran 2013/2014 serta data-data yang mendukung penelitian
ini agar tidak terjadi kekeliruan dari dokumen-dokumen yang telah
ada. Metode ini diterapkan pada siswa, guru, karyawan, dan orangtua
siswa untuk mengetahui keadaan Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2013/2014 dalam hal
kegiatan, prestasi ataupun data lainnya yang mendukung penelitian
ini.
b. Metode Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono,2011:199). Metode angket ini digunakan dalam penelitian
untuk mendapatkan data pokok tentang bagaimana pola asuh
orangtua, dan bagaimana motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2013/2014.
c. Metode Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono(2011:203) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
secara umum Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nidaul Hikmah
Salatiga yang bersifat pengamatan langsung, seperti mengamati
langsung proses kegiatan belajar mengajar siswa Sekolah Dasar
Islam (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2013/2014.
d. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang, (Sugiyono, 2011:329). Dalam penelitian
ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang
bersifat dokumentasi, seperti biodata siswa, biodata guru dan
karyawan. Setelah data terkumpul, maka perlu dilakukan analisis
data melalui metode tertentu.
5. Instrumen Penelitian
Sugiyono mengungkapkan (2011:148),
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel
penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Dalam penelitian ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat
1. Instrumen untuk mengukur pola asuh orangtua.
2. Instrumen untuk mengukur motivasi belajar.
3. Instrumen untuk mengukur prestasi siswa.
Bentuk angket yang digunakan adalah multiple choice (pilihan
ganda). Peneliti menggunakan skala ordinal (skala), dengan alternatif
jawaban setiap pertanyaan adalah A, B, C Skor adalah A adalah 3,
skor B: 2, dan skor C: 1. Jumlah pertanyaan atau soal angket
sebanyak 40 buah. Sumber datanya adalah siswa Sekolah Dasar
Islam (SDIT) Nidaul Hikmah Salatiga.
6. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistik deskriptif, dan statistik infensial.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.Untuk
hipotesis deskriptif, dalam menjawab rumusan masalah, peneliti
menggunakan rumus Analisis Varians.
Analisis Varians (Analysis of Variance), merupakan sebuah teknik
penelitian ini menggunakan rancangan analisis varians tiga jalur atau
rancangan faktorial tiga faktor. Model analisis untuk rancangan ABC
adalah analisis varians tiga jalur (jalur A, B, dan C). Pengaruh utama
(main effect) yang dapat diuji dalam rancangan ini ada tiga, yaitu
pengaruh utama faktor A (FA), pengaruh utama faktor B (FB), dan
pengaruh utama faktor C (FC). Pengaruh interaksi yang dapat diuji adalah
empat, yaitu pengaruh interaksi AB, AC, BC, ABC.
Langkah – langkah dalam anava ini adalah :
2. Membuat Data Hasil Penelitian
Tabel Statistik untuk Anava Dua Jalan dengan Tabel ( 3 x 3 )
3. Membuat Tabel Rumus Unsur Persiapan Anava
Tabel 1.5
Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan
e. JK dal =
Jika hasil uji hipotesis terdapat pengaruh interaksi yang signifikan (F
inter AB adalah signifikan), maka dilanjutkan dengan uji simple effect
dengan uji Tukey (jika n tiap kelompok sama) atau uji t- Scheffe (jika n sama atau tidak sama), dengan rumus sebagai berikut.
Isi dan sistematika skripsi penelitian kuantitatif dibagi menjadi tiga
bagian utama yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.
1. Bagian Awal
Cakupan bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Dalam bagian inti penelitian ini, penulis membagi menjadi lima bab
yang saling berkaitan dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,
Metode Penelitian (Pendekatan dan Rancangan Penelitian, Lokasi dan
Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Metode
Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data), dan
Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pola Asuh Orangtua, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar Siswa dan
Pola Asuh Orangtua dan Motivasi Belajar Pengaruhnya Terhadap
BAB III HASIL PENELITIAN
Pemaparan hasil penelitian berisi tentang Gambaran Umum Lokasi
dan Subyek Penelitian (Profil Madrasah, Visi, Misi, dan Tujuan
Madrasah), Struktur Organisasi, Kegiatan Madrasah, dan Responden
dan Penyajian Data.
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam Bab ini berisi tentang, Analisis Deskriptif, Pengujian Hipotesis
danPembahasan.
BAB V PENUTUP
Berisi Kesimpulan dan Saran.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir berisi: Daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan data
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh Orangtua
Pola asuh menurut Baumrind dalam Muallifah (2009:42-43), merupakan parental control, yakni bagaimana orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan. Sedangkan Kohn mengatakan bahwa pola asuh merupakan cara orangtua berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta tanggapan orangtua terhadap setiap perilaku anak. Thresia Indira Shanti, Psi. M.Si. juga berpendapat bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua dan anak. Bagaimana sikap atas perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya.
Dalam syariat agama Islam, mengajarkan bahwa mendidik dan membimbing anak merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim karena anak merupakan amanat yang harus dipertanggung jawabkan oleh orangtua. Orang tua harus mampu menerapkan pendidikan yang bisa membuat anak mempunyai prinsip untuk menjalankan hidupnya dengan positif, menjalankan ajaran agama Islam yang benar, sehingga mampu membentuk mereka menjadi anak yang mempunyai akhlaqul karimah, dan menunjukkan hal yang
bermanfaat.
Secara umum, pola asuh dalam Islam adalah mempersiapkan generasi muda yang memiliki moral yang mengacu dalam norma-norma Islam dan membentuk generasi yang shalih dan shalihah (Muallifah, 2009: 63).
2. Fungsi dan tujuan Pola Asuh
Fungsi dan tujuan Pola Asuh dalam buku karangan Muallifah
(2009: 43) adalah sebagai berikut:
a. Tujuan pola asuh menurut Hurlock yaitu untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat.
juga adanya penerimaan dan tuntutan dari orangtua dan melihat bagaimana orangtua menerapakan disiplin.
Dalam konteks kultur Islam Indonesia, maka pengasuhan orangtua berdampak terhadap sosialisasi anak-anak di dalam stuktur keluarga yang bervariasi dan berdasarkan nilai-nilai kultur Islam Indonesia (Casmini, 2007 dalam Muallifah, 2009:4).
3. Macam-macam Pola Asuh Orangtua
Menurut Baumrind (1971:45) dalam Muallifah (2009:45), pola
asuh orangtua dibagi dalam tiga macam:
a. Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)
Ciri-ciri pola asuh ini adalah:
1) Memperlakukan anaknya dengan tegas.
2) Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan orangtua.
3) Kurang memiliki kasih sayang. 4) Kurang simpatik.
5) Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika anak ingin berlaku kreatif.
mengatur kehidupan anak, sehingga anak tidak dibiarkan untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya termasuk kreavitasnya.
b. Pola Asuh Authoritative
Pola authoritative mempunyai ciri-ciri:
1) Hak dan kewajiban antara anak dan orangtua diberikan secara seimbang.
2) Saling melengkapi satu sama lain, orangtua yang menerima dan melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan keluarga.
3) Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia dan kemampuan mereka, tetapi mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah.
4) Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan yang diberikan oleh orangtua kepada anak.
5) Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa membatasi segala potensi yang dimilikinya serta kreativitasnya, namun tetap membimbing dan mengarahkan anak-anaknya.
Pola asuh authoritative ini, dapat dikatakan bahwa orangtua dalam bertindak atau bersikap kepada anak selalu memberikan alasan yang jelas kepada anak, mendorong untuk saling membantu dan bertindak secara obyektif. Orangtua tipe ini juga cenderung bersikap tegas, tetapi kreatif dan percaya diri, mandiri dan bahagia, serta memiliki tanggung jawab sosial.
Orangtua yang berpola asuh authoritative ini memiliki sikap bebas namun masih dalam batas-batas normatif. Anak dari orangtua berpola asuh
authoritative seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang mandiri, tegas terhadap diri sendiri, ramah dengan teman sebaya, dan mau bekerja sama dengan
orangtua. Mereka juga kemungkinan berhasil secara intelektual dan sosial, menikmati kehidupan, dan memiliki motivasi yang kuat untuk maju.
c. Pola Asuh Permisif
1) Orangtua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin. 2) Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab.
3) Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur diri sendiri.
4) Orangtua tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengatur diri sendiri dan diberikan kewenangan untuk mengontrol dirinya sendiri.
Sedangkan pola asuh ini, meliputi dua hal yaitu penerimaan orang tua dan tuntutan orang tua. Penerimaan orangtua adalah seberapa jauh orang
tuamerespons kebutuhan anak dengan cara-cara yang sifatnya menerima dan mendukung segala apapun yang dilakukan oleh anak. Tuntutan orang tua adalah seberapa jauh orang tua menuntut dan mengharapkan tanggung jawab dari tingkah laku anak-anaknya.
Casmini(2007) dalam Muallifah (2008:49) juga menyatakan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua sangat variatif. Ada orangtua yang hangat dan sangat menerima anaknya-anaknya, ada juga orang tua yang tidak pernah merespons dan selalu menolak apapun yang dilakukan oleh anak, ada orangtua yang selalu menuntut anak-anaknya agar sesuai dengan keinginannya, ada juga yang membiarkan anak-anaknya tanpa membimbing sama sekali.
Menurut Baumrind, ada beberapa cap untuk orang tua. pertama, orang tua yang sangat menerima namun tidak pernah ada tuntutan terhadap anaknya. Ini disebut indulgent (sangat sabar). Kedua, tipe orang tua yang sifat
penerimaan dan tuntutannya sama tingginya, maka disebut
orangtua otoritatif (pemberi wewenang). Ketiga, orang tua yang sangat menuntut perilaku anaknya. ini disebut orangtua otoriter. Keempat, orangtua yang tidak pernah menuntut sama sekali dan tidak menerima anaknya ini disebut tipe orangtua yang indifferent (tidak acuh atau penelantar).
Sedangkan menurut Hauser, model pola asuh bersifat interaktif anatara orangtua dan anak. Papalia dan Old, mengungkapkan bahwa, terdapat hubungan yang ambivalen (perasaan bertentangan) antara anak dengan orangtua, dalam arti anak mempunyai perasaan yang campur aduk, seperti halnya orangtua, yaitu kebimbangan antara menginginkan mandiri atau tetap bergantung pada dirinya.
Model pengasuhan menurut Papalia dan Old:
a. Pola asuh yang bersifat mendorong dan menghambat
Pola asuh ini dilakukan orangtua dalam berinteraksi dengan anak yang bersifat mendorong (enabling) dan juga bersifat
teori Baumrind. Dalam sifat ini mengandung komponen kognitif dan afektif.
b. Pola asuh yang bersifat mendorong (Enabling)
Maknanya yaitu adanya dorongan terhadap anggota keluarga untuk mengekspresikan pikiran-pikiran dan persepsi-persepsi mereka. Pengasuhan yang bersifat mendorong kognisi meliputi: memfokuskan pada pemecahan masalah, mengikutsertakan dalam berekplorasi tentang masalah-masalah keluarga, dan menjelaskan sudut pandang individu pada anggota keluarga yang lain. Pola asuh yang mendorong secara afektif adanya ekspresi empati dan penerimaan dari anggota keluarga lain.
c. Pola asuh yang bersifat menghambat
Pola asuh menghambat yang bersifat kognitif meliputi: mengalihkan anggota keluarga dari masalah-masalah yang mereka hadapi, tidak memberi atau menyambunyikan informasi pada anak, dan
mengabaikan anggota keluarga dari masalah-masalah keluarga. Sedangkan yang bersifat afektif meliputi: penilaian yang berlebihan (bersifat negatif atau positif) terhadap anggota keluarga dan
pandangan-pandangan mereka.
Berdasarkan teori Hauser, kelebihan darimodel pola asuh mendorong adalah anak menjadi lebih matang atau dewasa karena anak dilibatkan secara langsung dalam melakukan problem solvingterhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga. Rasa memiliki terhadap keluarga menimbulkan sifat empati jika anak melihat anggota keluarga sedang mengalami kesusahan. Sedangkan kelemahannya yaitu apabila keluarga menerapkan norma-norma kesopanan yang konvensional, maka orangtua akan merasa kecewa seolah-olah anak tidak menghargai orangtuanyakarena terbiasa bermusyawarah bersama untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Kelebihan pola asuh menghambat adalah orangtua lebih bersifat
membimbing dan menyembunyikan sesuatu yang bersifat sensitif karena takut anaknya akan merasa kecewa. Sedangkan kelemahannya adalah orangtua tidak mengarahkan anak menjadi lebih matang dan dewasa, menjadikan anak tidak memahami identitasnya karena dia selalu terbiasa tidak mandiri dan selalu dibimbing.
Dari berbagai macam model pola asuh orangtua, maka penulis akan menyimpulkan dan mengangkat empat model pola asuh yang akan dibahas dalam penulisan ini yaitu mengikuti pendapat Baumrind, pertama, orangtua yang sangat menerima namun tidak pernah ada tuntutan terhadap anaknya atau
Keempat, orangtua yang tidak pernah menuntut sama sekali dan tidak menerima anaknya.ini disebut tipe orang tua yang indifferent (tidak acuh atau penelantar).
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi menurut istilah berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak. Motivasi secara bahasa yaitu suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik,1992). Menurut Sardiman (2009:73) kata motif diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif juga diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi berawal dari kata motif, maka dapat diartikan sebagai penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman , 2009:73).
Dalam buku teori belajar dan pembelajaran karya Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:11-13), menyatakan bahwa, motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Printich & Schunk,1996). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Menurut Wexley & Yukl (As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell (Winardi, 2002) motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Motivasi menurut Gray (Winardi, 2002) merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.Morgan (Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated
dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai
suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan,
kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi
kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri
seseorang.http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.
Beberapa definisi tentang belajar (Sardiman, 2009:20):
a. Cronbach : Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
b. Harold Spears : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
c. Geoch : Learning is a change in performance as a result of practice. Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2009:20).
Sardiman (2009:85) menyatakan fungsi motivasi menjadi tiga yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Disamping fungsi tersebut motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Sardiman (2009:84) menegaskan, belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
3. Macam-macam motivasi
Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Macam-macam motiasi menurut Sardiman (2009:86):
a. Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa perlu dipelajari. Motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan secara biologis. Arden N Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives. b. Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsen mengistilahkan dengan
c. Jenis atau macam motif lainnya adalah motif kebutuhan organis seperti minum, makan, bernafas, dll., kemudian motivasi jasmani yaitu seperti refleks, insting otomatis, nafsu, sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan yaitu soal terbentuk dari momen timbulnya alasan, memilih, putusan dan timbulnya kemauan.
d. Motivasi juga mempunyai macam lain yaitu motivasi intrinsik dan ektrinsik. Yang dimaksud intrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah motivasi dalam belajar untuk meraih prestasi yaitu timbul dari pembentukan dorongan diri sendiri karena dipelajari (Frandsen mengistilahkan dengan affiliative nedds ).
4. Hubungan motivasi dengan belajar
Motivasi merupakan sebuah konstruk psikologi yang memberikan banyak pengaruh terhadap belajar dan performasi melalui empat cara yaitu:
a. Motivasi meningkatkan energi siswa untuk melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh, intensif, dan memunculkan usaha yang keras.
b. Motivasi memberi arah bagi individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ini berarti motivasi dapat mempengaruhi pilihan-pilihan manusia dalam membuat dan menghasilkan apa yang membuat mereka rasakan sebagai bentuk kepuasan.
memulai segala sesuatu berdasarkan tanggungjawab terhadap diri sendiri, dan siap menghadapi kesulitan.
d. Motivasi mempengaruhi strategi belajar dan proses kognitif yang digunakan siswa, sehingga akan memberikan perhatian terhadap sesuatu, mempelajari dan mempraktikannya, dan mencoba belajar secara penuh makna, juga meningkatkan kemauan untuk mencari bantuan pada saat siswa menghadapi kesulitan. (Esa Nur Wahyuni ,2009:40).
C. Prestasi Siswa
1. Pengertian Prestasi Siswa
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing
(ZainalArifin, 1988:2). Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”(Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin).
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan
menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam
Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat
dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,
prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam
proses pembelajaran.
2. Fungsi Utama
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dikaji, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia (Abraham H. Moslow, 1984), termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.