• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI TULUNGAGUNG

PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2014

TENTANG

FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG,

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Peraturan

Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia;

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 2 Tahun

2008 tentang Urusan yang menjadi Kewenangan

Pemerintahan Kabupaten Tulungagung;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 16 Tahun

2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun 2011 Nomor 02 Seri D).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG TENTANG FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

(2)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, selanjutnya

disingkat forum adalah wahana koordinasi antar instansi penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Tulungagung.

2. Kawasan aglomerasi perkotaan adalah kawasan perkotaan

yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan system jaringan prasarana wilayah yang terintregrasi dan membentuk sebuah sistem.

3. Satuan Kerja Perangkat Daerah atau selanjutnya disingkat

SKPD adalah instansi pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung yang merupakan bagian dari pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang tugas yang diemban..

4. Asosiasi Perusahaan Angkutan Umum adalah perkumpulan

yang dibentuk sebagai wadah dari perusahaan angkutan umum.

BAB II

PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Pasal 2

(1) Dalam kegiatan pelayanan langsung kepada masyarakat,

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan

dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Hukum dan/atau masyarakat.

(2) Penyelenggaraan LLAJ sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diselenggarakan secara terkoordinasi dalam sebuah forum.

(3) Forum bertugas melakukan koordinasi antar instansi yang

menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang

memadukan dan mensikronkan perencanaan dan

(3)

Bagian Kesatu Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang lingkup penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi :

a. Urusan pemerintahan di bidang kebina margaan;

b. Urusan pemerintahan di bidang perhubungan darat;

c. Urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri

dan teknologi LLAJ; dan

d. Urusan pemerintahan di bidang registrasi dan identifikasi

kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas.

Bagian Kedua Penyelenggara LLAJ

Pasal 4

Penyelenggaraan LLAJ dilaksanakan oleh penyelenggara LLAJ yang meliputi :

(1) Pemerintah, dalam hal ini Kepolisian Resort.

(2) Pemerintah Daerah, dalam hal ini terdiri dari :

a. SKPD yang membidangi Perhubungan Darat;

b. SKPD yang membidangi Kebinamargaan;

c. SKPD yang membidangi Perindustrian dan Teknologi

LLAJ; dan

d. SKPD yang membidangi Perencanaan.

Bagian Ketiga Forum LLAJ

Pasal 5

(1) Untuk mengkoordinasikan, memadukan dan

mensinkronkan perencanaan dan penyelesaian

permasalahan LLAJ di Kabupaten, dibahas dalam Forum yang disebut Forum LLAJ.

(2) Forum mempunyai tugas mengkoordinasikan, memadukan

dan mensinkronkan perencanaan dan permasalahan LLAJ di Kabupaten.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), Forum berfungsi :

a. pengkoordinasian perencanaan penyelesaian

permasalahan LLAJ sesuai dengan tugas pokok penyelenggaraan jalan;

(4)

b. pelaksanaan sinkronisasi perencanaan dan penyelesaian permasalahan LLAJ;

c. perencanaan dan penyelesaian permasalahan LLAJ.

Bagian Keempat Keanggotaan Forum

Pasal 6

(1) Keanggotaan Forum terdiri dari :

a. unsur Pembina, terdiri dari : 1. Bupati;

2. Kepala Kepolisian Resort.

b. unsur Penyelenggara, terdiri dari :

1. SKPD yang membidangi Perhubungan Darat; 2. SKPD yang membidangi Kebinamargaan;

3. SKPD yang membidangi Perindustrian dan Teknologi LLAJ;

4. SKPD yang membidangi Perencanaan; dan 5. Satlantas Kepolisian Resor.

c. unsur Akademis d. unsur Masyarakat

(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat(1) huruf c dan

huruf d dapat ditunjuk oleh pemarakarsa dari salah satu unsur penyelenggara sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

BAB III

MEKANISME KERJA FORUM Pasal 7

(1) Setiap instansi Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai

penyelanggara lalu lintas dan angkutan jalan yang memerlukan keterpaduan di dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dapat menjadi pemrakarsa pelaksaan pembahasan dalam forum.

(2) Badan hukum atau masyarakat penyelenggara lalu lintas

dan angkutan jalan dapat mengajukan usulan pembahasan permasalahan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalandalam forum melalui instansi Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi.

(3) Dalam hal badan hukum atau masyarakat penyelenggara

lalu lintas dan angkutan jalan menilai bahwa suatu perencanaan penyelenggarakan sebagaimana dimaksud

(5)

dalam Pasal 5 ayat (3) memerlukan keterpaduan antar instansi penyelanggara lalu lintas dan angkutan jalan, dapat mengajukan usulan pembahasan permasalahan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam forum melalui instansi Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungi instansi.

(4) Dalam hal ini instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah

menilai bahwa usulan dari badan hukum atau masyarakat sesuai dengan ruang lingkup sebagaimana di maksud dalam Pasal 3, instansi Pemerintah atau Pemerintah

Daerah dapat menjadi pemrakarsa pelaksanaan

pembahasan dalam forum.

Pasal 8

(1) Dalam pelaksanaan pembahassan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (4), pemrakarsa pelaksaan pembahasan dalam forum mengundang semua anggota forum.

(2) Dalam pelaksaan pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengundang pula instansi lain yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas sebagai peserta forum.

(3) Dalam pelaksaan pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (4), forum dipimpin oleh Instansi Pemerintah Daerah yang menjadi pemrakarsa pelaksaan pembahasan.

Pasal 9

(1) Pembahasan dalam forum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus menghasilkan kesepakatan yang merupakan

solusi dalam perencanaan atau penyelesaian

permasalahaan lalu lintas dan angkutan jalan.

(2) Pelaksaan pembahasan dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam hal permasalahan sangat kompleks dan belum diperbolehkan kesepakatan.

(3) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam naskah kesepakatan dan ditandatangani oleh peserta forum yang sepakat.

(4) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disepakati paling sedikit oleh pemrakarsa pelaksanaan pembahasan dalam forum dengan Instansi Pemerintah Daerah yang sangat terkait dengan permasalahan yang dibahas.

(6)

(5) Kesepakatan yang dihasilkan dalam forum lalu lintas dan angkutan jalan wajib dilaksanakan oleh semua instansi penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan.

Pasal 10

(1) Dalam pelaksanaan pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9, setiap peserta forum mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

(2) Pembahasan dilaksanakan secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan diantara para peserta forum.

(3) Apabila dalam pelaksanaan pembahasan tidak tercapai kesepakatan, permasalahan akan dikembalikan kepada pemangku kepentingan.

BAB IV

KEANGGOTAAN FORUM Pasal 11

(1) Forum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) diselenggarakan dalam rangka melakukan koordinasi antar instansi penyelenggara lalu lintas angkutan jalan kabupaten, keanggotaan forum terdiri atas;

a. Bupati;

b. Kepala kepolisian resor;

c. Badan usaha milik Negara dan /atau badan usaha milik

daerah yang kegiatan usahanya di bidang lalu lintas dan angkutan jalan;

d. Assosiasi perusahaan angkutan umum di kabupaten;

e. Perwakilan perguruan tinggi;

f. Tenaga ahli di bidang lalu lintas dan angkutan jalan;

g. Lembaga swadaya masyarakat yang aktivitasnya di

bidang lalu lintas dan angkutan jalan; dan

h. Pemerhati lalu lintas dan angkutan jalan di kabupaten.

(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d sampai dengan huruf h ditunjuk oleh pemrakarsa pelaksanaan pembahasan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

(3) Dalam pembahasan forum, bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus mengikutsertakan SatuanKerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan :

(7)

b. Jalan;

c. Perindustrian; dan

d. Penelitian dan pengembangan.

(4) Dalam pembahasan forum, kepala kepolisian resor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus mengikutsertakan kepala satuan lalu lintas kepolisian resor.

Bagian Kelima Dukungan Adminitrasi

Pasal 12

Pelaksanaan forum lalu lintas dan angkutan jalan kabupaten memperoleh dukungan administratif dari secretariat daerah kabupaten.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP Pasal 13

Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tulungagung.

Ditetapkan di Tulungagung

pada tanggal Desember 2014 BUPATI TULUNGAGUNG,

Referensi

Dokumen terkait

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana

Secara keseluruhan hasil pe- nilaian tentang aspek keterbacaan, konstruksi dan keterpakaian produk oleh guru menunjukkan bahwa pe- ngembangan instrumen asesmen

Pada pengujian deteksi koordinat sasaran, peneliti akan membagi tiga titik koordinat. Yakni titik Pibak, Peninjau dan Target. Pada titik koordinat Pibak dan Peninjau

Kanit Reskrim Kompol guruh mengatakan, malam itu anggota berhasil menangkap dua tersangka penjambret yang sempat diamuk massa.”Mereka sudah berulangkali melakukan penjambretan

For all students of SMAN Englishindo, we announce English Speech Contest.. Time : Saturday, 22

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi

23 Data primer diperoleh dalam bentuk verbal atau kata kata atau ucapan lisan dan perilaku dari subjek (informan) berkaitan dengan kepemimpinan. Sedangkan data sekunder berupa

(v) Menjaga lingkungan sekitar (jalan setapak, jalan) bebas dari kotoran untuk meminimalkan debu (w) Tidak akan ada pembakaran terbuka konstruksi / bahan limbah di lokasi. (x)