KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI,
DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision
Edisi Revisi 2015
Tim Penyusun Penuntun Keterampilan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2015
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK
BLOK 2.1
TOPIK: PENULISAN RESEP I
I. PRASYARAT
Sudah pernah mengikuti pembelajaran pada Blok 1.6.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui kaidah dasar penulisan resep dan memiliki keterampilan menuliskan resep yang benar.
B. Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian resep, tujuan penulisan resep, dan jenis-‐jenis resep.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ketentuan dan kaidah dalam penulisan resep (yang berhak menulis, kejelasan, cara penulisan, dll).
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen resep dan penulisan resep pada keadaan tertentu (resep mengandung narkotika, resep segera, resep ulangan).
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan istilah yang berkaitan dengan penulisan resep.
5. Mahasiswa dapat menuliskan contoh resep yang lengkap.
III. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa wajib mengikuti jadwal pembelajaran keterampilan klinik yang telah ditetapkan bersama instruktur.
2. Mahasiswa belajar mandiri untuk kompetensi penulisan resep.
3. Mahasiswa meninjau ulang dan mengintegrasikan kuliah dan praktikum farmakologi yang telah diberikan pada blok sebelumnya (Blok 1.6).
4. Mahasiswa belajar mandiri dengan membaca kepustakaan terkait, seperti Panduan Penulisan Resep Rasional (WHO), buku ajar Farmakologi, buku Ars Prescribendi (Airlangga Univ. Press).
IV. TEORI
A. Pendahuluan
Enam langkah rutin terapi: 1. Tentukan masalah pasien 2. Tentukan tujuan pengobatan
3. Memilih obat dan menentukan kecocokan obat untuk pasien
4. Tulis resep yang benar
5. Beri informasi obat dan instruksi pemakaian obat pada pasien 6. Monitor dan / atau hentikan pengobatan
Pada keterampilan klinik ini kita akan langsung menuju langkah 4 yakni menuliskan resep yang benar. Langkah 1-‐3 dipelajari mahasiswa pada metode pembelajaran tutorial maupun mandiri.
Filosofi dasar peresepan menurut Bernhard Fantus menyatakan bahwa resep adalah kunci dari seluruh upaya terapi seorang dokter kepada pasiennya. Resep dibuat berdasarkan pada diagnosis (yang didasarkan pada patofisiologi) dan prognosis kasus di satu sisi, serta pengetahuan Farmakologi dan Terapi seorang dokter di sisi lainnya. Kelemahan pada salah satu sisi tersebut akan tercermin pada resep yang ditulis.
Penulisan resep adalah langkah yang dilakukan dokter untuk penderitanya setelah melakukan anamnesis, menegakkan diagnosis dan prognosis serta memutuskan bahwa diperlukan terapi farmakologis. Terapi farmakologis dapat bersifat profilaktik, simtomatik, atau kausal dan diwujudkan dalam bentuk resep. Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu karena banyak variabel yang harus diperhatikan, termasuk variabel unsur obat, kemungkinan kombinasi obat, maupun variabel individu penderita.
Motto yang harus diingat dalam farmakoterapi adalah 4T1W:
ü Tepat obat
ü Tepat dosis
ü Tepat bentuk sediaan obat (disingkat: BSO)
ü Tepat signatura/cara pakai
Untuk dapat menuliskan resep yang tepat dan rasional seperti di atas, seorang dokter harus memiliki cukup pengetahuan dasar mengenai Farmakologi, Farmakodinamik, Farmakokinetik, Farmakoterapi, disamping pengetahuan mengenai sifat fisiko-‐kimia obat.
B. Pengertian, tujuan, dan jenis resep
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-‐udangan yang berlaku kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat-‐obatan bagi penderita. Menurut undang-‐undang, yang dibolehkan menulis resep adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan dokter spesialis, tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh diberikan kepada penderita. Dokter gigi hanya boleh menuliskan resep berupa jenis obat yang berhubungan dengan penyakit gigi. Sedangkan dokter hewan pembatasan bukan pada jenis obatnya melainkan pada penderitanya; dokter hewan hanya boleh menuliskan untuk keperluan hewan semata-‐mata.
Pada prinsipnya resep adalah bentuk komunikasi antara dokter dan apoteker, maka prinsip dasar komunikasi berlaku dalam penulisan resep yaitu kejelasan informasi dari dokter sehingga dapat dipahami oleh apoteker.
Menurut cara peracikan obat maka resep dibagi atas formula
magistralis dan officinalis. Pada resep formula magistralis atau dikenal juga sebagai resep racikan, resep disusun sendiri oleh dokter. Untuk dapat meracik obat, dokter perlu memahami pedoman penulisan formula magistralis, memahami bahan obat yang digunakan, menentukan sediaan (BSO) yang tepat, dan menentukan bahan tambahan yang diperlukan. Pada formula magistralis, terapi bersifat spesifik untuk individu penderita dalam hal obat yang diperlukan serta dosisnya. Penderita juga lebih mudah untuk meminum obat jika obat lebih dari satu macam, dengan syarat dokter perlu memperhatikan kemungkinan interaksi obat dan kesesuaian jadwal pemberian obat. Selain itu, dokter juga harus paham mengenai bahan-‐bahan tambahan obat. Pada resep
dengan formula officinalis dokter meresepkan obat standar sesuai buku pedoman obat, macam obat terbatas dengan BSO sederhana.
C. Kriteria resep yang rasional menurut WHO/INRUD
1. Jumlah obat setiap datang maksimal 2.
2. Nama generik digunakan pada semua obat (100%). 3. Peresepan antibiotika <30% dari semua peresepan. 4. Peresepan obat injeksi <20% dari semua peresepan.
5. Peresepan obat esensial/formularium pada semua obat (100%).
D. Ketentuan dan kaidah penulisan resep yang benar Beberapa ketentuan tentang menulis resep:
1. Secara hukum dokter yang menandatangani suatu resep bertanggungjawab sepenuhnya tentang resep yang ditulisnya untuk penderita.
2. Resep ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dibaca oleh apoteker tanpa keraguan.
3. Resep ditulis dengan tinta sehingga tidak mudah terhapus. 4. Tanggal resep dituliskan harus tertera dengan jelas.
5. Umur penderita harus dicantumkan dengan jelas, terutama pada anak. Ini penting bagi apoteker untuk mengkalkulasi apakah dosis obat yang ditulis pada resep sudah cocok dengan umur si anak.
6. Di bawah nama penderita hendaknya dicantumkan alamatnya. Hal ini penting dalam keadaan darurat (misalnya salah obat) sehingga penderita dapat langsung dihubungi. Alamat penderita pada resep juga akan mengurangi kesalahan/tertukarnya pemberian obat bila penderita dengan nama yang kebetulan sama.
7. Untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep, hindarilah menggunakan angka desimal untuk menghindari kemungkinan kesalahan. Contoh: Untuk obat yang diberikan dalam jumlah kurang dari satu gram maka ditulis dalam miligram; misalnya jika obat diberikan setengah gram maka ditulis 500 mg (bukan 0,5 gram).
8. Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan Unit jangan disingkat menjadi U.
9. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dengan satuan ml, hindari menulis satuan cc atau cm3.
E. Komponen resep dan penulisan resep pada keadaan tertentu Resep yang lengkap mengandung informasi berikut ini :
I. INSCRIPTIO
1. Identitas dokter: Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter. Dapat dilengkapi dengan nomor telepon, jam praktek serta hari praktek. 2. Nama kota & tanggal penulisan resep.
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Tanda ini adalah singkatan dari recipe yang berarti ”harap diambil”.
Ctt: Sebagian literatur menggolongkan tanda R/ sebagai superscriptio (terpisah dari inscriptio).
II. PRAESCRIPTIO
4. Inti resep dokter atau komposisi berisi: Nama setiap jenis/bahan obat, dan jumlah bahan obat (mg, g, ml, l) dengan angka Arab. Untuk penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol) dalam
angka Romawi.
Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari:
a. Remedium cardinale: obat pokok yang mutlak harus ada, dapat berupa bahan tunggal atau beberapa bahan.
b. Remedium adjuvans: bahan yang membantu kerja obat pokok, tidak mutlak ada dalam tiap resep.
c. Corrigens: bahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis), warna (corrigens coloris) atau bau obat (corrigens odoris). d. Konstituens atau vehikulum: bahan pembawa, seringkali perlu terutama pada formula magistralis. Misalnya konstituens obat minum umumnya air.
5. Perintah pembuatan bentuk sediaan obat yang dikehendaki, misalnya
f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan, obat berupa puyer.
III. SIGNATURA
6. Aturan pemakaian obat (frekuensi, jumlah obat dan saat obat diminum, informasi lain), umumnya ditulis dengan singkatan dalam bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signa yang disingkat dengan S.
7. Identitas pasien di belakang kata Pro: Nama pasien, umur, alamat lengkap. Bila penderita seorang anak harus ditulis umurnya. Bila resep untuk orang dewasa dicantumkan Tuan/Nyonya/Bapak/Ibu diikuti nama penderita dan umurnya.
IV. SUBSCRIPTIO
8. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep untuk menjadikan suatu resep otentik. Resep obat dari golongan narkotika harus dibubuhi tandatangan dokter, tidak cukup dengan paraf saja.
Resep yang mengandung obat golongan narkotika:
• Tidak boleh ada tanda iter (iterasi), m.i (mihi ipsi), dan u.c (usus cognitus). Mihi ipsi artinya untuk pemakaian sendiri.
• Resep tidak boleh diulang, harus dengan resep asli, resep baru.
Resep yang perlu penanganan segera:
• CITO (segera) • STATIM (penting)
• URGENT (sangat penting)
• PIM (periculum in mora = berbahaya bila ditunda) • Urutan yang didahulukan: PIM, Urgent, Statim, dan Cito
Penulisan tanda segera di atas digarisbawahi dan diberi tanda seru, kemudian diparaf/tandatangan di belakang Cito (CITO! paraf).
Resep yang dapat/tidak dapat diulang:
• ITER à Boleh diulang
• NI (ne iteratur) à Tidak boleh diulang • Resep mengandung narkotika tidak boleh diulang
Contoh resep formula magistralis
dr. Aliya Mustika
SIP No. 228/DKK/2002Jl. Perintis Kemerdekaan 19, Padang, Telp. 714656 Praktek tiap hari kerja (Jam 16.00-‐20.00)
Padang, 5 Agustus 2015 R/ Asetosal 500 mg Codein 20 mg CTM 4 mg S.L. q.s.
m.f. pulv. dtd. No. XV da in cap S.t.d.d. cap1 p.c. Pro : Tn. Marzuki Umur : 30 tahun
Alamat : Jl. Abdul Muis 23 Jati, Padang inscriptio inscriptio praescriptio subscriptio signatura
Contoh resep formula officinalis
F. Pedoman penulisan resep dokter
1. Ukuran blangko resep (lebar 10-‐12 cm, panjang 15-‐18cm). 2. Penulisan nama obat:
a. Dimulai huruf besar.
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (menurut Farmakope Indonesia atau nomenklatur Internasional), misal
Asetosal atau disingkat Ac.salic. 3. Penulisan jumlah obat:
a. Satuan berat : mg, g
b. Satuan volume/ unit : ml, l, UI
c. Penulisan jumlah obat dlm satuan biji : Romawi d. Penulisan alat penakar : C = sendok makan (15 ml) Cth = sendok teh (5 ml) 4. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian:
a. Ditulis secara benar.
dr. Aliya Mustika
SIP No. 228/DKK/2002
Jl. Perintis Kemerdekaan 19, Padang, Telp. 714656 Praktek tiap hari kerja (Jam 16.00-‐20.00)
Padang, 5 Agustus 2015
R/ Tetracyclin cap 250 mg No. XX S.q.d.d. cap.1 p.c. R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S.p.r.n. tab.1 max.t.d.d Pro : Tn. Marzuki Umur : 30 tahun
Alamat : Jl. Abdul Muis 23 Jati, Padang
b. Pemakaian yang rumit ditulis dengan S.U.C (signa usus cognitus = pemakaian diketahui).
5. Setiap selesai penulisan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup atau tanda pemisah diantara dua R/ dan paraf atau tanda tangan.
6. Penulisan tanda iter (iteretur) dan N.I (Ne Iteretur) disebelah kiri atas dari resep apabila diulang/tidak diulang seluruhnya. Bila tidak semua resep diulang, maka ditulis dibawah setiap resep. Demikian juga untuk N.I.
7. Tanda Cito atau PIM (resep segera dilayani) dituliskan disebelah kanan atas.
G. Istilah-‐istilah dan singkatan Latin yang berkaitan dengan penulisan resep
• a.c. = ante coenam = sebelum makan • a.n. = ante noctem = malam sebelum tidur • ad us. ext. = ad usum externum = untuk obat luar • ad. us. int = ad usum internum = untuk obat dalam • agit. = agitation = kocok
• alt. hor. = alternis horis = tiap jam • aq.dest. = aqua destilata = air suling
• c. = cohlear = sendok makan =15 ml • c.th. = cochlear theae = sendok the = 5 ml • caps. = capsulae = kapsul
• collut.or. = collutio oris = obat kumur (cuci mulut) • collyr. = collyrium = obat cuci mata
• da.in.dim = da in dimidio = berilah separuhnya
• d.in 2plo = da in duplo = berilah dua kali banyaknya • d.c. = durante coenam = sedang makan
• d.d. = de die = sehari • 1.d.d.=s.d.d. = semel de die = sekali sehari • 2.d.d.=b.d.d.=b.i.d.=bis de/in die = dua kali sehari • 3.d.d.=t.d.d.=t.i.d.= ter de/in die = tiga kali sehari
• 4.d.d.=q.d.d.=q.i.d.=quarter de/in die = empat kali sehari • d.t.d = da tales doses = berilah sekian takaran • dext. = dexter = kanan
• dext.et sin. = dexter et sinister = kanan dan kiri
• o.d./o.s. = oculus dexter et oculus sinister=mata kanan dan mata kiri
• f. = fac = buat, harap dibuatkan • f.l.a = fac lege artis = buat menurut semestinya • fls. =fles = botol
• g. = gramma = gram
• gr. = granum = 65 mg, grain • garg. = gargarisma = obat kumur • gtt. = guttae = tetes
• gtt.ad aur = guttae ad aures = tetes telinga • gtt.auric = guttae auriculares = tetes telinga • gtt.nasal = guttae nasals = tetes hidung • gtt.ophth. = guttae ophthalmicae= tetes mata • h. = hora = jam
• h.s. = hora somni = jam sebelum tidur
• i.m.m. = in manum medici = berikan ke tangan dokter • inj. = injectio = obat suntik
• iter. = iteratur = harap diulang
• iter. 1x = iteretur 1 x = harap diulang satu kali • ne iter. = ne iteratur = tidak diulang
• lin. = linimentum = obat gosok
• lot. = lotio = obat cair untuk pakai luar • m. = misce = campurlah
• m.f. = misce fac = campurlah dan buatlah
• m.f.l.a. = misce fac lege artis= campur&buat menurut semestinya
• man. = mane = pagi
• m.et .v. = mane et vespere = pagi dan sore • mg. = milligramma = miligram • o.h. = omni hora = tiap jam • o.b.h. = omni bihorio = tiap 2 jam
• o.t.h. = omni trihorio = tiap 3 jam • o.4.h. = omni quaterhorio = tiap 4 jam • o.m. = omni mane = tiap pagi • o.n. = omni nocte = tiap malam
• o.h.c. = omni hora cochlear= tiap jam 1 sendok makan • p.c. = post coenam = sesudah makan
• p.r.n. = pro re nata = kalau perlu • pulv. = pulvis = serbuk (tunggal) • pulv. = pulveres = serbuk terbagi (puyer) • pulv. adsp. = pulvis adspersorius= serbuk tabur (bedak) • R/ = recipe = ambillah
• S = signa = tanda
• S.L. = saccharum lactis = gula susu (bahan pemanis obat)
• s.q. = sufficiante quantitate = dengan jumlah yang cukup • q.s. = quantum satis = secukupnya
• si op. sit = si opus sit = bila perlu • sol. = solutio = larutan
• u.c. = usus cognitus = aturan pakai diketahui • u.n. = usus notus = aturan pakai diketahui • ung. = unguentum = salep
• u.e. = usum externum = dipakai untuk luar • u.i. = usum internum = dipakai untuk dalam
• S.s.d.d.c = semel de die cochlear= 1 kali sehari sekali sendok
makan
• t.d.d.c. = ter de die cochlear = 3 kali sehari sekali sendok
makan
H. Contoh resep yang lengkap Skenario 1
Ny. Nensi, berusia 50 tahun, memeriksakan diri ke sebuah Puskesmas di kota Padang dengan keluhan sakit kepala sejak beberapa hari yang lalu. Dokter Puskesmas melakukan pemeriksaan dan menegakkan diagnosis hipertensi esensial derajat I. Setelah memberikan informasi dan edukasi diet serta anjuran kegiatan fisik kepada pasien, dokter akan memberikan obat diuretik oral hydrochlorothiazide dalam bentuk sediaan tablet 12,5 mg. Obat ini diberikan sebanyak satu tablet, satu kali sehari di pagi hari, dan harus diminum setiap hari untuk pengendalian tekanan darah. Pada pengobatan pertama ini dokter berencana memberikan obat untuk sepuluh hari. Setelah tiga hari pengobatan pasien diminta datang kembali untuk monitor keberhasilan terapi.
Jika anda adalah dokter di atas, bagaimana anda menuliskan resep untuk Ny. Nensi? Jawab:
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG PUSKESMAS ALAI
Jl. Gajah Mada 167 Padang
Dokter : Andi Budiman
Tanggal : 6 Agustus 2015
R/ Hydrochlorothiazide tab 12,5 mg No.X S.s.d.d.tab.1 mane
Pro : Ny. Nensi Umur : 50 tahun
Alamat : Jl. Bahagia 12, Siteba, Padang
Skenario 2
Qonita, 10 tahun, dibawa ibunya berobat ke dokter praktek umum karena matanya tampak merah sejak satu hari yang lalu. Pada anamnesis diketahui bahwa kedua mata terasa gatal dan lengket namun penglihatan tidak terganggu. Pada pemeriksaan tampak konjungtiva merah dan banyak sekret kental kekuningan pada kelopak mata. Dokter menegakkan diagnosis konjungtivitis bakterialis dan meresepkan antibiotik topikal dalam bentuk tetes mata. Tetes mata ini mengandung bahan aktif Chloramphenicol dengan konsentrasi 0.5% dan diberikan sebanyak 2 tetes pada tiap mata dengan frekuensi pemberian
setiap 4 jam.
Jika anda adalah dokter di atas, bagaimana anda menuliskan resep untuk Qonita?
Jawab: Skenario 3
Tito, 22 tahun, datang ke instalasi gawat darurat (IGD) sebuah rumah sakit dengan keluhan tertusuk paku pada telapak kaki kanannya satu hari yang lalu ketika sedang bekerja memperbaiki dinding rumahnya. Pada pemeriksaan tampak luka tusuk yang kecil namun cukup dalam. Dokter jaga IGD berencana memberikan terapi profilaksis tetanus dengan memberi injeksi serum anti tetanus (anti tetanus serum/ATS) pada Tito sebanyak 250 IU immunoglobulin
dr. Firman Abdiansyah SIP No. 337/DKK/2010
Jl. Situjuh 28, Jati, Padang, HP:081378632020 Praktek tiap hari kerja jam 16.00-‐21.00
Padang, 6 Agustus 2015
R/ Chloramphenicol 0.5% gtt. ophth. fls. No.I S.o.4.h.gtt.2 o.d./o.s. Pro : Qonita Umur : 10 tahun
tetanus manusia. Dokter menuliskan resep untuk satu ampul ATS dan sebuah spuit 1 ml kemudian meminta keluarga Tito untuk segera menebusnya di apotik rumah sakit kemudian menyerahkan ATS dan spuit kepada dokter jaga.
a. Jika anda adalah dokter jaga tersebut, bagaimana anda menuliskan resep di atas?
b. Sebelum Tito pulang, dokter jaga meresepkan obat antibiotik amoxycillin tablet 500 mg yang diminum 3 kali satu tablet sehari, metronidazole tablet 500 mg yang diminum 3 kali satu tablet sehari, dan antinyeri mefenamic acid tablet 500 mg yang diminum bila kaki terasa nyeri dengan pemberian
maksimal 4 kali satu tablet sehari setelah makan. Jika anda dokter tersebut, bagaimana anda menuliskan resepnya? Jumlah obat yang diberikan adalah untuk lima hari, kecuali untuk mefenamic acid yang diberikan untuk tiga hari, dan
resep tidak boleh diulang.
Jawab: a.
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT DR. M. RASYIDIN PADANG
Dokter : Meisya Nurrahmah Tanggal : 6 Agustus 2015
R/ ATS amp. No.I S.i.m.m
R/ Spuit 1 ml No. I S.i.m.m Pro : Tito Umur : 22 tahun
Alamat: Jl. Tan Malaka 11, Padang
N.I. b.
I. Contoh resep yang dapat dibaca dan sulit dibaca (identitas dokter sengaja dihilangkan)
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT DR. M. RASYIDIN PADANG
Dokter : Meisya Nurrahmah Tanggal : 6 Agustus 2015
R/ Amoxycillin tab 500 mg No. XV
S.t.d.d.tab.1 R/ Metronidazole tab 500 mg No. XV
S.t.d.d.tab.1
R/ Mefenamic acid tab 500 mg No. XII
S.p.r.n.max.q.d.d.tab.1 p.c. Pro : Tito Umur : 22 tahun
V. PELAKSANAAN KETERAMPILAN KLINIK
Minggu
Pertemuan Kegiatan
5 I • Instruktur menjelaskan materi dalam penuntun keterampilan klinik.
• Mahasiswa ditugaskan membaca tentang
komponen resep, jenis resep, dan istilah-‐istilah yang berkaitan dengan penulisan resep.
5 II • Instruktur mencontohkan penulisan resep yang benar menggunakan skenario (diagnosis penyakit sesuai kompentensi 4 SKDI).
• Instruktur memberi tugas pada mahasiswa untuk
menulis beberapa jenis resep sesuai skenario yang diberikan.
• Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan tugas
yang diberikan.
6 III • Instruktur dan mahasiswa melanjutkan diskusi pada pertemuan II.
6 IV • Ujian tulis penulisan resep berdasarkan skenario yang dibuat oleh instruktur.
VI. LEMBAR PENILAIAN
No
Aspek yang dinilai
Skor Bobot Skor x Bobot 0 1 I Inscriptio 1. Nama dokter 1 2. Alamat dokter 1 3. SIP 1 4. Hari praktek 1 5. Jam praktek 1 6. No. telepon 1 7. Nama kota 1 8. Tanggal resep ditulis 1 9. Tanda R/ 5 II Praescriptio
10. Tepat penulisan obat 10 11. Tepat penulisan dosis 10 12. Tepat penulisan jumlah 10 13. Tepat penulisan BSO 12 III Signatura
14. Tepat penulisan signa 20 15. Nama penderita 5 15. Umur penderita 5 16. Alamat penderita 5 IV Subscriptio
17. Tandatangan/paraf dokter 5 V Tulisan dapat dibaca tanpa keraguan 5
TOTAL NILAI
Keterangan:
Skor 0 = Tidak ditulis sama sekali/ditulis tapi salah Skor 1 = Ditulis dengan benar
NILAI = Total nilai = ………. Padang, ……….2015
Instruktur,
VII. KEPUSTAKAAN
1. De Vries TPGM, Henning RH, Hogerzeil HV, Fresle DF. Guide to good prescribing. World Health Organization, Geneva; 1994. WHO/DAP/94.11. Diakses dari: http://www.med.rug.nl/pharma/who-‐ cc/ggp/homepage.htm.
2. Nanizar Zaman-‐Joenoes. Ars Prescribendi Resep yang Rasional Edisi 2. Airlangga University Press, Surabaya; 2001.
3. Buku Ajar Farmakologi Universitas Indonesia.
4. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.