• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU STICKY COST PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU STICKY COST PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i

BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU

STICKY

COST

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

Oleh:

DIMAS PRADIPTA NIM: 232010061

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI: AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2013

(2)

ffi

Pnnrus, araaN UNtvnR$ITAs

UNI\GRSI-IhS KRISTEN SATYA

.f l. Diponegoro 52 - 60 Salatig 5071 I reg. 02en - rr'l1:n]i;,'yli},iri'i;'iilT

Enuril: libnu_v@adnr.ulisr'.cdu ; http://lillar]'.uksn'.cdu

PERNYATAAN

TIDAK

PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

0tMAs

PgAo\?rA

Nama NIM Fakultas

Judul rugas akhir

,.t

2ara

et,\ Email

Program Studi

:

dlttrc.lQsaaPtagg@ gane.cavr

€rotrwrgA

t*ll

LKN\C

:

Sr$Ntqsst

guFlr\ DRsr v&g\Afr

\$rF6fAp

p€${L6[4u sr\c.rs*(

cofr

PAD6

QEwset\AArs aAN& TeSgSt{AR

D\

BE"tl

1.

Dr"

Su+t

t$o*r\orr't( MM CPA Pembimbing

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana rnaupun di institusi pendidikan lainnya.

2.'Hasil karya saya

ini

bukan saduiar/terjemahan melainkah merupakan gagasan, runiusan, dan hasil

pelalsanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing

akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi teraktrir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui oleh

pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain,

kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan

ketidakbenaran dalam pemyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Universitas Kristen Satya Wacana

2.

€€0FQAR\ lotq

(3)

ffi

Pnnrus, araaN UNtvnR$ITAs

UNI\GRSI-IhS KRISTEN SATYA

.f l. Diponegoro 52 - 60 Salatig 5071 I reg. 02en - rr'l1:n]i;,'yli},iri'i;'iilT

Enuril: libnu_v@adnr.ulisr'.cdu ; http://lillar]'.uksn'.cdu

PERNYATAAN

TIDAK

PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

0tMAs

PgAo\?rA

Nama NIM Fakultas

Judul rugas akhir

,.t

2ara

et,\ Email

Program Studi

:

dlttrc.lQsaaPtagg@ gane.cavr

€rotrwrgA

t*ll

LKN\C

:

Sr$Ntqsst

guFlr\ DRsr v&g\Afr

\$rF6fAp

p€${L6[4u sr\c.rs*(

cofr

PAD6

QEwset\AArs aAN& TeSgSt{AR

D\

BE"tl

1.

Dr"

Su+t

t$o*r\orr't( MM CPA Pembimbing

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana rnaupun di institusi pendidikan lainnya.

2.'Hasil karya saya

ini

bukan saduiar/terjemahan melainkah merupakan gagasan, runiusan, dan hasil

pelalsanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing

akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi teraktrir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui oleh

pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain,

kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan

ketidakbenaran dalam pemyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Universitas Kristen Satya Wacana

2.

€€0FQAR\ lotq

(4)

ii

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52-60 : (0298) 321212, 311881 Telex 322364 ukswsaia Salatiga 50711-Indonesia Fax. (0298)-321433 

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : DIMAS PRADIPTA NIM : 232010061

Program Studi : AKUNTANSI

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,

Judul : BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU STICKY

COST PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

Pembimbing : 1. Dr. Suzy Noviyanti, SE, MM, Akt., CPA

Tanggal diuji : 24 January 2014

adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 23 Desember 2013 Yang memberi pernyataan,

(5)

iii

BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU

STICKY

COST

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

Oleh:

DIMAS PRADIPTA NIM: 232010061

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI: AKUNTANSI

Disetujui Oleh:

Dr. Suzy Noviyanti, SE, MM, Akt., CPA Pembimbing

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2013

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

I will never give up

(7)

v

ABSTRACT

This research is aimed to find the indication of sticky cost behavior in the industrial sectors in Indonesia based on the classification from PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) and compared which sector has the highest level of sticky cost. The indication of sticky cost will shown when it measure the response from the cost of sales, administrative and general to the net change of the sales and discriminant between sales/income rose period and sales/revenue decreased period. Then, the variation of sticky cost level will be compared to find which sector has the highest and the lowest level of sticky cost and also what the effect is in the future.

From the research that has been done, it found that the sticky cost behavior from the six sectors with the rank from the highest to the lowest level of sticky cost, the agricultural sector; various industry sector; consumer goods industry sector; property and real estate sector; trade, services and investment sector; sectors of infrastructure, utilities and transportation; and basic industry and chemicals sector. The writer found the anti-sticky behavior in the mining sector and financial sector. This is the important information for the investor because the high sticky cost behavior will decrease the accuracy level of profit prediction and higher sales volume to achieve profit.

(8)

vi

SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan indikasi perilaku sticky cost pada sektor-sektor industri di Indonesia berdasar klasifikasi oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membandingkan sektor apakah yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi. Indikasi perilaku

sticky cost akan terlihat pada saat mengukur respon dari biaya penjualan, administrasi dan umum terhadap perubahan bersih dari penjualan dan mendiskriminankan antara periode penjualan/pendapatan naik dan periode penjualan/pendapatan menurun. Kemudian variasi tingkatan sticky cost akan dibandingkan untuk mencari sektor apakah yang tingkat sticky cost

tertinggi dan terendah dan dampaknya pada masa yang akan datang.

Dari pengujian yang dilakukan ditemukan perilaku sticky cost pada enam sektor dengan peringkat dari tingkatan sticky cost tertinggi hingga terendah, sektor pertanian; sektor aneka industri; sektor industri barang konsumsi; sektor properti dan real estat; sektor perdagangan, jasa dan investasi; sektor infrastrukur, utilitas & transportasi; dan sektor industri dasar dan kimia. Penulis menemukan perilaku anti-sticky pada sektor pertambangan dan sektor keuangan. Hal ini merupakan informasi yang penting bagi investor dikarenakan perilaku sticky cost yang tinggi akan mengurangi tingkat akurasi peramalan laba dan volume penjualan yang semakin tinggi untuk mencapai laba.

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Sticky cost ialah respon biaya yang cenderung kaku atas penurunan aktivitas dibandingkan saat aktivitas mengalami peningkatan. Dalam skripsi ini, penulis mengangkat judul “Bukti dan Variasi Tingkatan Perilaku Sticky Cost Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI”. Dengan periode amatan 2009-2010 dan membagi seluruh perusahaan kedalam Sembilan sektor industry sesuai klasifikasi oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membandingkannya unutuk mencari sektor dengan tingkat sticky cost tertinggi.

Akhir kata penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang konstruktif guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Selain itu, penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Salatiga, 20 Desember 2013

(10)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur atas berkat Yesus Kristus dan Bunda Perawan Maria, Santo Octavianus pelindungku yang tiada hentinya melimpahkan berkat atas diri penulis. sehingga akhirnya kertas kerja ini dapat selesai dengan baik. Penulis sadar akan keterbatasan yang dimiliki dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga tanpa campur tangan Yesus Kristus dan Bunda Perawan Maria dan peran serta berbagai pihak semua ini tidak akan terjadi. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini turut serta memberikan bantuan, memotivasi, mendoakan dan memberikan dukungan hingga terselesainya skripsi ini:

1. Mamiku tercinta Luciana Aju Trisna dan adikku terkasih Violita Ayu Riyanti. Terimakasih telah mendukung moril maupun material dan mencintai koko untuk hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

3. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Kaprodi Akuntansi.

4. Ibu Dr. Suzy Noviyanti, SE, MM, Akt., CPA selaku pembimbing utama, atas segala bimbingan, dukungan, saran, kesabaran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Petrus Wijayanto, SE.. selaku wali studi yang memberikan pengarahan dalam menjalani kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

6. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA, Koh Paskah Ika Nugroho, SE, MSi, dan Ci Sally Dwijayanti, SE, MSM yang berkenan berbagi pengetahuan dalam penyusunan skropsi ini dan tanpa bosan-bosannya menjawab pertanyaan dan mendengar curhatan penulis.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis atas pengetahuan dan inspirasi yang telah diberikan selama masa kuliah

8. Seluruh staff TU Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan akademis kepada penulis.

9. Kong Tjong () Mak Erlien () yang sudah merawatku sejak kecil menemaniku sejak kecil dan menjagaku kasih kalian tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.

(11)

ix

10.Pek Anton (), De Endang, Pek Liem (), De Ina, Wak lily, De Yono, Ik Lanny, Ku Han, Ik Lisa dan Om Feri, kalian adalah keluarga besar yang selalu aku kasihi dan terima kasih atas dukungannya.

11.Sepupu-sepupuku Marcello, Matthew, Mas Didit dan Dinda terimakasih atas dukungannya.

12.Keluarga om Sutriyarso () dan tante Endah terimakasih atas dukungan dan doanya. 13. Titania Tabita Oktriana ♥ Tempatku mengeluh, menangis, dan tertawa, terimakasih

untuk semua dukunganmu kamu selalu ada disaat aku membutuhkanmu dan berjuang bersamaku disaat-saatku sulit, terima kasih atas semuanya hunie.

14.My very best friends Risang, Dhoni, Cella, Indah, Stevi, Tyas, Via, Lea, Monic, Rara, dan Diven terimakasih atas semua dukungan dan doanya mari kita bersama menyambut masa depan dan hiduplah sesuai kata hati kalian semoga cong community terus berjaya . Untuk Annisaa‟ terimakasih atas wi-finya ya dan Nana yang juga menemani saat mencari data thx guys .

15.Teman-teman seperjuangan Voni, Ghea, Samuel, Veni, Susan, Taka, Tata, Radit, Yocky, Pendonk, Asenk, Diva, Shidqi, Obex, Jerry, David, Annisa, Risma, ncik Sylvi dan semua teman-teman angkatan 2010 terimakasih atas semuanya dan semoga kita slalu berjalan di jalan kesuksesan di masa depan. Untuk kakak angkatan, Mba Wulan dan Mas Ben terimakasih atas saran-sarannya.

16.Teman-teman Metpen, Mateus, Cindy, Robby, Ifo, Anissa, Fiona, Carolina, Vania, Albert, Astrid terimakasih atas dukungan dan doanya ya .

Dan Untuk semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa selalu melimpahkan kasih karunia serta rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Amin.

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan/Pengesahan ... iii

Halaman Motto/Persembahan ... iv

Abstract ... v

Saripati ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terima Kasih ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Rumus ... xiii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB 1 – Pendahuluan ... 1

BAB 2 – Tinjauan Pustaka ... 3

Sticky Cost ... 3

Stickiness Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum ... 5

BAB 3 – Metodologi Penelitian ... 8

Jenis Penelitian ... 8

Jenis Data ... 8

Populasi dan Sampel ... 8

Teknik Pengumpulan Data ... 8

Metode Analisis ... 9

BAB 4 – Pembahasan Deskripsi Objek Penelitian ... 11

(13)

xi

Sektor Pertanian ... 12

Sektor Pertambangan ... 14

Sektor Industri Dasar dan Kimia ... 16

Sektor Aneka Industri ... 18

Sektor Industri Barang Konsumsi ... 20

Sektor Properti dan Real Estat... 22

Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi ... 24

Sektor Keuangan ... 26

Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi ... 28

Variasi Tingkatan Sticky Cost ... 29

BAB 5 – Penutup ... 35 Kesimpulan ... 35 Keterbatasan Penelitian ... 36 Saran ... 36 Daftar Pustaka ... 37 Lampiran-Lampiran Curiculum Vitae

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

(15)

xiii

DAFTAR RUMUS

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel ... 11

Tabel 2. Deskriptif Statistik Sektor Pertanian ... 12

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Sektor Pertanian ... 13

Tabel 4. Deskriptif Statistik Sektor Pertambangan ... 14

Tabel 5. Hasil Uji Regresi Sektor Pertambangan ... 15

Tabel 6. Deskriptif Statistik Sektor Industri Dasar dan Kimia ... 16

Tabel 7. Hasil Uji Regresi Sektor Industri Dasar dan Kimia ... 17

Tabel 8. Deskriptif Statistik Sektor Aneka Industri ... 18

Tabel 9. Hasil Uji Regresi Sektor Aneka Industri ... 19

Tabel 10. Deskriptif Statistik Sektor Industri Barang Konsumsi ... 20

Tabel 11. Hasil Uji Regresi Sektor Industri Barang Konsumsi ... 21

Tabel 12. Deskriptif Statistik Sektor Properti dan Real Estat ... 22

Tabel 13. Hasil Uji Regresi Sektor Properti dan Real Estat ... 23

Tabel 14. Deskriptif Statistik Sektor Infrastruktur, Utilitas & Transportasi... 24

Tabel 15. Hasil Uji Regresi Sektor Infrastruktur, Utilitas & Transportasi ... 25

Tabel 16. Deskriptif Statistik Sektor Keuangan ... 26

Tabel 17. Hasil Uji Regresi Sektor Keuangan ... 27

Tabel 18. Deskriptif Statistik Sektor Perdagangan, Jasa, & Investasi ... 28

Tabel 19. Hasil Uji Regresi Sektor Perdagangan, Jasa, & Investasi ... 29

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan

Lampiran 2. Sampel Data

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Seringkali investor harus waspada pada perusahaan yang memiliki tingkat sticky cost

yang tinggi hal ini dikarenakan perilaku sticky cost mengurangi tingkat akurasi peramalan laba (Weiss, 2010). Selain itu Anderson et al (2006) dan Weiss (2010) juga menemukan bahwa perilaku sticky cost menghasilkan penyesuaian biaya yang kecil pada saat aktivitas menurun dan kemudian akan menyebabkan penghematan biaya menjadi rendah. Dengan demikian ketika aktivitas menurun penjualan pun pasti akan menurun, bila biaya kemudian menjadi tetap atau sticky dengan level penjualan yang menurun maka laba yang diperoleh pun akan menjadi berkurang. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat sticky cost pada suatu perusahaan akan membuat perusahaan tersebut membutuhkan volume penjualan yang semakin tinggi untuk mencapai laba.

Perilaku sticky cost adalah respon suatu biaya atas perubahan aktivitas dimana biaya lebih cepat merespon saat terjadi peningkatan aktivitas dibandingkan saat aktivitas mengalami penurunan aktivitas (Cooper & Kaplan, 1998, Anderson et al, 2003; Subramaniam dan Weidenmier, 2003; De Medeiros dan Costa, 2004; Windyastuti dan Biyanto, 2005; Anderson et al, 2006; Anderson et al, 2006 dan Hidayatullah et al, 2010). Perilaku sticky cost akan membuat perubahan kenaikan biaya lebih besar dibandingkan dengan perubahan penurunan biaya atas dasar perubahan volume aktivitas yang sama (Anderson et al, 2003; Anderson et al, 2006). Selain itu terdapat perilaku yang bertentangan dengan sticky cost yaitu perilaku anti-sticky. Perilaku anti-sticky adalah peningkatan cost

lebih sedikit saat volume aktivitas meningkat dibanding penurunan cost saat volume aktivitas menurun (Weiss, 2010).

Perilaku sticky cost ditemukan tidak hanya pada industri tertentu saja, namun hampir pada setiap industri. Ditemukan terdapat perilaku sticky cost pada sektor keuanagn khususnya perbankan (Werbin dan Porporato, 2010), sektor perkebunan (Argilés dan Blandón, 2009), sektor transportasi (Cannon, 2011), dan sektor industri bahan konsumsi (Pervan dan Pervan, 2012).

Selain itu terdapat penelitian yang menumukan bahwa di dalam semua perusahaan di suatu Negara tertentu terdapat perilaku sticky cost. Salah satunya De Medeiros dan Costa (2004) yang mencoba menunjukkan adanya indikasi sticky cost pada perusahaan-perusahaan

(19)

2

di Brazil dengan sampel 542 perusahaan diberbagai sektor, tanpa memisahkan sektor satu dengan sektor lain. Menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perilaku sticky cost pada perusahaan-perusahaan di Brazil.

Subramaniam dan Weidenmier (2003) mencoba untuk menemukan perbedaan tingkat

sticky cost pada tiap-tiap industri di USA selama periode 1979-2000. Subramaniam dan Weidenmier menemukan bahwa sektor manufaktur memiliki tingkat sticky cost yang tertinggi dibanding sektor perdagangan dan jasa.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan indikasi perilaku sticky cost pada sektor-sektor industri di Indonesia berdasar klasifikasi oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membandingkan sektor apakah yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi. Berbeda dengan penelitian De Medeiros dan Costa (2004) yang melihat indikasi perilaku sticky cost tanpa memisahkan sektor industrinya, penelitian ini dikembangkan dengan meneliti sticky cost

berdasarkan sektor industrinya seperti yang dilakukan pada penelitian Subramaniam dan Weidenmier (2003).

Untuk menemukan indikasi perilaku sticky cost dibutuhkan satu variabel dari proxy biaya dan satu variabel dari proxy volume aktivitas sebagai drivernya. Dalam penelitian ini sebagai proxy biaya digunakan biaya penjualan, administrasi dan umum sedangkan sebagai proxy volume aktivitas digunakan penjualan/pendapatan bersih. Biaya penjualan, administrasi dan umum dipilih karena biaya ini merupakan biaya atas kegiatan operasional perusahaan dan biaya ini pengakuannya dilakukan dalam periode yang sama saat biaya itu terjadi. Penjualan/pendapatan bersih dipilih karena volume aktivitas tidak dapat langsung terobservasi. Selain itu menurut Cooper dan Kaplan (1998), perilaku biaya penjualan, administrasi dan umum dapat dipelajari dengan menghubungkan aktivitas penjualan/pendapatan karena volume penjualan/pendapatan mempengaruhi beberapa komponen biaya penjualan, administrasi dan umum. Kemudian indikasi perilaku sticky cost

akan terlihat pada saat mengukur respon dari biaya penjualan, administrasi dan umum terhadap perubahan bersih dari penjualan dan mendiskriminankan antara periode penjualan/pendapatan naik dan periode penjualan/pendapatan menurun.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka persoalan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah perilaku pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor industri dasar dan kimia; sektor aneka industri; sektor industri barang konsumsi; sektor properti dan real estat; sektor infrastrukur, utilitas & transportasi; sektor keuangan; sektor perdagangan; jasa dan investasi adalah sticky?

(20)

3

2. Sektor apakah yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi?

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti empiris mengenai perilaku

sticky cost pada berbagai sektor industri dan memberikan informasi mengenai sektor industri mana yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi dan terendah. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan literatur mengenai perilaku biaya, terutama perilaku sticky cost.

2. Bagi praktisi, penelitian ini memberikan informasi bagi investor mengenai tingkatan

sticky cost di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dampaknya di masa yang akan datang.

(21)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

StickyCost

Beberapa dugaan bahwa cost meningkat lebih tinggi saat volume aktivitas meningkat dibanding penurunan cost saat volume aktivitas menurun, perilaku cost ini disebut sticky

(Cooper & Kaplan, 1998). Cost dikatakan sticky jika besarnya kenaikan cost dihubungkan dengan kenaikan volume lebih besar dibanding besarnya penurunan cost dihubungkan dengan penurunan volume yang ekuivalen (Cooper dan Kaplan, 1998). Perilaku anti-stiky adalah peningkatan cost lebih sedikit saat volume aktivitas meningkat dibanding penurunan cost saat volume aktivitas menurun (Weiss, 2010)

Beberapa penelitian dilakukan untuk menjelaskan kemunculan perilaku sticky cost

dan mencoba mencari kejadian yang lebih mengawalinya. Anderson et al (2003) menyatakan bahwa sticky cost muncul akibat dari manajer cenderung untuk menunda upaya mengurangi

utilization sampai diperoleh kepastian tentang penurunan permintaan output. Selain itu. Yasukata dan Kajiwara (2011) mereka menguji masalah penelitian tersebut dengan teori The Deliberate Decision Theory dan Cost Adjustment Delay Theory, dengan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar pada Tokyo Stock Exchange dari tahun 1991-2005. Yang kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa biaya menjadi sticky ketika manajer memiliki prospek peningkatan penjualan di masa depan. Dengan kata lain, manajer yang memprediksi bahwa penjualan akan meningkat di masa depan akan mempertahankan utilization yang berlebihan dalam jangka pendek meskipun penjualan saat ini menurun. Dengan demikian perilaku atau keputusan manajer inilah yang kemudian memunculkan proporsi Fixed cost yang tidak

elastic sehingga membuat total biaya sulit untuk berubah dan biaya ini diberi label “sticky

cost” (Werbin dan Porporato, 2010).

Cost Asymmetry

Cost Function

Sticky cost

Anti-Sticky cost

(22)

5

Pada gambar 1 mengilustrasikan contoh dari perilaku sticky dan anti-sticky cost

menurut Balakrishnan (2004) dan Weiss (2010). Garis tebal mengilustrasikan sticky cost

dalam utilisasi kapasitas yang tinggi, dan garis putus-putus menggambarkan anti-sticky cost.

Stickiness Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum

Penelitian ini menggunakan penjualan/pendapatan bersih sebagai proxy dari volume aktivitas, karena volume aktivitas tidak dapat langsung terobservasi. Sebagai proxy biaya, penelitian ini menggunakan biaya penjualan, administrasi dan umum. Menurut Cooper dan Kaplan (1998), perilaku biaya penjualan, administrasi & umum dapat dipelajari dengan menghubungkan aktivitas penjualan/pendapatan karena volume penjualan mempengaruhi beberapa komponen biaya penjualan, administrasi & umum. Suatu biaya akan menjadi sticky

bila perubahan kenaikan biaya lebih besar dibandingkan dengan perubahan penurunan biaya atas dasar perubahan volume aktivitas yang sama. Oleh sebab itu biaya penjualan, administrasi & umum akan menjadi sticky bila besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun.

Anderson et al (2003), Anderson et al (2006) Dewi (2012), Rahmadi (2012), dan Nugroho (2013) menjelaskan biaya penjualan, administrasi & umum akan menjadi sticky

karena adanya pengelolaan sumber daya oleh manajer. Ketika terjadi peningkatan terhadap permintaan, manajer memutuskan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya terikatnya sehingga permintaan dapat terpenuhi. Namun, ketika permintaan mengalami penurunan manajer tidak langsung mengurangi sumber daya terikatnya. Manajer mengevaluasi terlebih dahulu kemungkinan tren permintaan di masa yang akan datang. Ketika manajer melihat kecenderungan permintaan mengalami penurunan maka akan diputuskan untuk melepas sumber dayanya dan mereka harus menanggung biaya penyesuaian akibat pelepasan tersebut serta kemungkinan terjadi peningkatan permintaan perusahaan harus mengakuisisi kembali sumber dayanya. Biaya penyesuaian akibat pelepasan yang meliputi biaya penjualan aset tetap, biaya pemutusan hubungan kerja, biaya untuk merekrut dan melatih karyawan ketika akan mempekerjakan karyawan baru dimana beberapa biaya tersebut adalah komponen penyusun biaya penjualan, administrasi & umum. Akan tetapi, ketika manajer melihat penurunan permintaan bersifat sementara maka akan diputuskan untuk menahan sumber dayanya sehingga akan ada kapasitas menganggur yang harus ditanggung oleh perusahaan.

(23)

6

Untuk jumlah permintaan yang menurun, perusahaan tetap harus membayar untuk biaya yang sama ketika permintaan belum mengalami penurunan.

H1a: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor pertanian.

H1b: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor pertambangan.

H1c: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor industri dasar dan kimia. H1d: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor aneka industri.

H1e: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor industri barang konsumsi. H1f: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor properti dan real estat. H1g: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor infrastrukur, utilitas & transportasi.

H1h: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor keuangan.

H1i: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat

penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor perdagangan, jasa dan investasi.

(24)

7

Perilaku biaya cenderung akan berbeda pada satu industri dengan industri lainnya, hal ini dikarenakan setiap industri memiliki produksi, lingkungan operasi, pasar produk, teknologi, dan lingkungan peraturan yang berbeda-beda sehingga akuntansi akan berusaha menangkap variabel-varibel tersebut sesuai nature operasi masing-masing industri (Ely, 1991). Dengan demikian penulis berasumsi akan menemukan perbedaan tingkat sticky cost

satu industri dengan industri lainnya. Subramaniam dan Weidenmier (2003) mengungkapkan sektor perdagangan dan jasa cenderung memiliki fixed cost yang lebih rendah dari pada sektor lain dan dua industri ini memiliki profit margin yang lebih kecil pula, sehingga akan mudah bagi perusahaan untuk mampu menyesuaikan biaya bila terjadi penurunan aktivitas. Dengan demikian tingkat sticky cost akan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan sektor manufaktur yang cenderung memiliki asset tetap yang lebih tinggi yang akan memunculkan

fixed cost yang tinggi pula.

H2: Sektor manufaktur (sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor

industri barang konsumsi) akan lebih sticky dibanding sektor utama (sektor Pertanian dan sektor pertambangan) dan akan lebih sticky dibanding sektor jasa (sektor Infrastruktur, utilitas & transportasi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan, jasa dan investasi)

(25)

8 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksplanatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menerangkan, menguji hipotesis dari variabel-variabel penelitian.

Jenis Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari website resmi PT. BURSA EFEK INDONESIA berupa informasi penjualan/pendapatan bersih dan biaya penjualan, administrasi dan umum di dalam laporan keuangan perusahaan periode 2009-2012.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang go public yang saham-sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan laporan keuangan pada periode 2009-2012. Pengambilan data selama lima tahun untuk keperluan perhitungan beberapa variabel yang memerlukan data tahun sebelum dan sesudahnya.

Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dengan metode purposive sampling dengan kriteria:

1. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya pada periode 2009-2012. 2. Perusahaan memuat biaya penjualan, administrasi dan umum dan

penjualan/pendapatan bersih dari tahun 2009 sampai dengan 2012 secara terus menerus.

3. Biaya penjualan, administrasi dan umum tidak melebihi pendapatan penjualan/pendapatan bersih.

(26)

9

Kriteria-kriteria ini dipilih atas dasar pertimbangan dan pengembangan dari penelitian sebelumnya yaitu Anderson et al (2003); Windyastuti dan Biyanto (2005); Anderson et al (2006); Weiss (2010) Hidayatullah et al (2010) dan Prabowo (2013). Kriteria ketiga ditekankan pada perusahaan dalam periode laba dikarenakan tidaklah tepat bila perusahaan rugi untuk diuji, karena sudah pasti bahwa biaya dalam perusahaan pada periode rugi terdapat perilaku sticky cost. Selain itu Prabowo (2013) menyatakan bahwa bila perusahaan dalam kondisi dimana biaya penjualan, administrasi dan umum lebih tinggi dari pada penjualan/pendapatan bersih perusahaan akan lebih berfokus pada bagaimana menurunkan biaya sehingga perusahaan pada kondisi yang tidak normal.

Metode Analisis

Sebuah model empiris memungkinkan untuk mengukur respon dari biaya penjualan, administrasi dan umum terhadap perubahan dari penjualan dan mendiskirmankan antara periode penjualan/pendapatan naik dan periode penjualan/pendapatan menurun. Interaksi antara variabel Decreased Dummy (DECRDUM) mengambil nilai 1 jika penjualan/pendapatan menurun antara periode t-1 dan t, dan nilai 0 jika sebaliknya. (Anderson et al, 2003; De Medeiros dan Costa, 2004; Windyastuti dan Biyanto, 2005; Anderson et al, 2006; dan Hidayatullah et al, 2010)

Log[PA&Ui,t/PA&Ui,t-1]=β0+β1log[Salesi,t/Salesi,t1]+β2*DECRDUMi,t*log[Salesi,t/Sales i,t-1]+εi,t

Dimana:

PA&Ui,t = Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum perusahaan i pada periode t

PA&Ui,t-1 = Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum perusahaan i pada periode t-1

Salesi,t = Penjualan/Pendapatan Bersih perusahaan i pada periode t

Salesi,t-1 = Penjualan/Pendapatan Bersih perusahaan i pada periode t-1

DECRDUMi,t = Variabel Dummy bernilai 1 bila penjualan/pendapatan bersih turun antara

periode t dan t-1, serta bernilai 0 bila sebaliknya.

Untuk menguji variabel-variabel dan model di atas digunakan alat bantu Statistic Package for Sosial Science (SPSS) dengan pengujian regresi berganda. Jika biaya penjualan, administrasi dan umum adalah sticky, variasi biaya penjualan, administrasi dan umum dengan penjualan/pendapatan bersih bertambah harus lebih besar daripada ketika

(27)

10

penjualan/pendapatan bersih menurun. Koefisien β1 mengukur persentase kenaikan biaya

penjualan, administrasi dan umum akibat kenaikan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, sedangkan penjumlahan koefisien β1+β2 mengukur persentase kenaikan biaya

penjualan, administrasi dan umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen.

Hipotesis 1 mendasarkan pada asumsi β1> 0 dan β2 < 0, atau jika β1 + β2 < β1, dengan

demikian menunjukkan bahwa kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibandingkan penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih turun. Ini berarti biaya penjualan, administrasi dan umum bersifat sticky.

Hipotesis 2 berdasarkan pada asumsi β1> 0, β2 < 0, dan β1 + β2 < β1. Nilai selisih

peningkatan biaya dan penurunan biaya dari setiap sektor akan dibandingkan untuk menentukan sektor manakah yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi.

(28)

11 BAB IV

PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan audited yang dipublikasi dan diunggah melalui website resmi PT. BURSA EFEK INDONESIA selama periode 2009-2012. Dari data yang terkumpul kemudian dipilih data yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan membaginya kedalam sembilan sektor berdasar pengelompokan sektor yang telah dilakukan oleh PT. BURSA EFEK INDONESIA. Pembagian sektor dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2013 sehingga bila terjadi perpindahan sektor bagi emiten setelah tanggal tersebut, data tidak akan diubah.

Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel

Sektor Emiten Sampel yang Tidak Terpilih Sampel Emiten Sampel Data Outliner Total Sampel Data Sektor Pertanian 21 (7) 14 42 (5) 37 Sektor Pertambangan 38 (13) 25 75 (5) 70

Sektor Industri Dasar dan

Kimia 60 (11) 49 147 (4) 143

Sektor Aneka Industri 43 (6) 37 111 (7) 104

Sektor Industri Barang

Konsumsi 35 (4) 31 93 (11) 82

Sektor Properti dan Real

Estat 45 (1) 43 129 (4) 125

Sektor Infrastrukur,

Utilitas & Transportasi 44 (16) 28 84 (10) 74

Sektor Keuangan 69 (12) 57 171 (9) 162

Sektor Perdagangan, Jasa

(29)

12 Sektor Pertanian

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi & Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor pertanian.

Tabel 2. Deskriptif Statistik Sektor Pertanian

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 (5,893,604,506,894) 5 9 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 331.208.126.789 2 12 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 (130.130.129.574) 6 8 Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 669.314.435.176 2 12

Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1.549.931.544.861 0 14

Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 (321.041.203.548) 7 7

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama periode 2009-2010 terdapat 64 persen dari total sampel mengalami kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum. Namun perusahaan-perusahaan pada sektor pertanian juga mampu mengurangi biaya penjualan, administrasi dan umum dengan rata-rata sebesar Rp. 5.893.604.506.894. Pada periode ini pula perusahaan-perushaan sektor pertanian mampu meningkatkan penjualan/pendapatan dengan rata-rata sebesar Rp. 669.314.435.176 hal ini juga dapat terlihat dimana terdapat 86 persen dari total sampel perusahaan yang mengalami peningkatan penjualan.

Pada periode 2010-2011 terdapat 86 persen dari total sampel mengalami peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum dengan rata-rata sebesar Rp. 331.208.126.789. Namun hal ini juga diiringi dengan peningkatan penjualan/pendapatan dengan rata-rata sebesar Rp. 1.549.931.544.861 oleh semua sampel.

Pada periode 2011-2012 terdapat 57 persen dari total sampel yang mengalami penurunan biaya biaya penjualan, administrasi dan umum dengan rata-rata sebesar Rp. 130.130.129.574 dan terdapat keseimbangan antara jumlah sampel yang mengalami peningkatan dan penurunan penjualan/pendapatan dengan rata sebesar Rp. 321.041.203.548.

(30)

13

Sebelum menguji apakah terdapat perilaku sticky cost pada sektor seluruh sektor telah dilakukan uji asumsi klasik untuk memperoleh hasil model yang baik. Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model telah lolos uji multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Untuk hasil uji asumsi klasik secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Sektor Pertanian

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) .016 .041 Penjualan 1.170 .398 Periode -.543 1.376

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien

regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh

persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,627 (1,170-0,543). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 1,170. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,627 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 1,170 persen.

Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1a bahwa besaran kenaikan biaya

administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor pertanian. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor pertanian dan hipotesis 1a diterima.

(31)

14 Sektor Pertambangan

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi & Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor pertambangan.

Tabel 4. Deskriptif Statistik Sektor Pertambangan

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 51.240.022.843 8 17 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 (7.095.441.294) 7 18 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 50.254.291.572 6 19 Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 488.109.637.707 9 16

Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1.220.349.093.108 5 20

Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 304.049.053.565 7 18

Dari tabel di atas dapat bahwa selama periode 2009-2010 terjadi peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum dengan rata-rata Rp. 51.240.022.843 yang dialami oleh 17 perusahaan. Selain itu terdapat 18 perusahaan yang mengalami peningkatan penjualan dengan rata rata sebesar Rp. 488.109.637.707.

Pada periode 2010-2011 terdapat peningkatan efisiensi operasional perusahaan-perusahaan sektor pertambangan hal ini dapat dilihat bahwa rata-rata penurunan biaya sebesar Rp. 7.095.441.294, walaupun disisi lain masih terdapat 72 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan. Peningkatan efisiensi operasional juga dapat dilihat dari 80 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan penjualan bersih dengan rata-rata sebesar Rp. 1.220.349.093.108. Sehingga dalam periode ini perusahaan-perusahaan pada sektor pertambangan mampu mengurangi biaya dan meningkatkan penjualan pada saat yang bersamaan.

Pada periode 2011-2012 terjadi peningkatan biaya oleh 19 perusahaan dengan rata-rata sebesar Rp. 50.254.291.572. Pada periode ini pula terjadi peningkatan penjualan/pendapatan sebesar Rp. 304.049.053.565 oleh 72 persen dari total sampel.

(32)

15

Tabel 5. Hasil Uji Regresi Sektor Pertambanagan Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) .038 .034 Penjualan .598 .205 Periode .755 1.056

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien regresi β2

> 0 sehingga asumsi tidak terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan

diperoleh persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 1,225 (0,598+0,755). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,598. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 1,225 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,598 persen.

Dengan demikian temuan ini tidak mendukung hipotesis 1b bahwa besaran kenaikan

biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor pertambangan. Hal ini berarti tidak terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor pertambangan dan hipotesis 1b tidak diterima. Pada

perusahaan-perusahaan sektor pertambangan terdapat 28 persen dari total sampel perusahaan yang mengalami penurunan biaya dan penurunan penjualan. Dan terdapat 72 persen dari total sampel perusahaan yang mengalami peningatan biaya dan penjualan. Dengan demikian biaya bergerak sesuai perubahan penjualan sehinnga tidak terdapat perilaku sticky cost.

Biaya penjualan, administrasi dan umum pada industri pertambangan justru memiliki indikasi perilaku anti-sticky dimana peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum lebih sedikit saat penjualan/pendapatan meningkat dibanding penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum saat penjualan/pendapatan menurun.

(33)

16 Sektor Industri Dasar dan Kimia

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor industri dasar dan kimia.

Tabel 6. Deskriptif Statistik Sektor Industri Dasar dan Kimia

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 201.385.232.492 11 38 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 240.375.718.006 14 35 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 277.734.140.000 8 41 Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 155.445.618.792 15 34

Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 835.977.614.345 10 39

Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 475.918.707.306 14 35

Pada industri dasar dan kimia memiliki peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum yang relatif stabil hal ini dapat kita lihat pada tabel di atas dimana pada periode 2009-2010 memiliki 78 persen dari total sampel dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 201.385.232.492. Sedangkan pada periode 2010-2011 memiliki 71 persen dari total sampel dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 240.375.718.006. Dan pada periode 2011-2012 memiliki 84 persen dari total sampel dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 277.734.140.000.

Berbeda dengan tingkat peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor industri dasar dan kimia ini mengalami peningkatan yang cukup fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas, dimana pada periode 2009-2010 terdapat peningkatan penjualan dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 155.445.618.792 oleh 69 persen dari total sampel. Kemudian pada periode 2010-2011 terdapat peningkatan penjualan dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 835.977.614.345 oleh 80 persen. Dan pada periode 2011-2012 terdapat 71 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan penjualan dengan rata-rata sebesar Rp. 475.918.707.306.

(34)

17

Tabel 7. Hasil Uji Regresi

Sektor Industri Dasar dan Kimia

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) .033 .010 Penjualan .127 .126 Periode -.053 .200

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien

regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh

persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,074 (0,127-0,053). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,127. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,074 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,127 persen.

Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1c bahwa besaran kenaikan biaya

penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor industri dasar dan kimia. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi & umum pada sektor industri dasar & kimia, dan hipotesis 1c diterima.

(35)

18 Sektor Aneka Industri

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor aneka industri.

Tabel 8. Deskriptif Statistik Sektor Aneka Industri

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 136,579,977,421 12 25 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 (401,466,616) 9 28 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 84,402,131,066 10 27 Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 1,187,757,062,897 9 28

Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1,308,979,682,855 4 33

Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 898,406,430,885 12 25

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada periode 2009-2010 dan 2010-2011 memiliki tingkat peningkatan penjualan yang relatif sama yaitu Rp. 1.187.757.062.897 dan Rp. 1.308.979.682.855. Perbedaanya adalah pada periode 2009-2010 terdapat 76 persen dari total sampel perusahaan yang mengalami peningkatan tersebut sedangkan pada periode 2010-2011 terdapat 89 persen dari total sampel perusahaan yang mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan pada sektor aneka industri mampu beroperasi dengan baik. Nampak pula bahwa dari periode 2009-2010 hingga periode 2010-2011 memiliki peningkatan sebesar Rp. 121.222.619.957. Namun pada periode 2011-2012 peningkatan penjualan justru menurun hanya sebesar Rp. 898.406.430.885 dimana yang pada periode ini hanya terdapat 68 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan penjualan.

Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pada periode 2009-2010 memiliki rata-rata peningkatan biaya yang paling besar dari antara periode pengamatan lain yaitu sebesar Rp. 136.579.977.421 hal ini dikarenakan masih terdapat 68 persen dari sampel yang mengalami peningkatan biaya. Namun pada periode 2010-2011 perusahaan-perusaan pada sektor aneka

(36)

19

industri mampu menurunkan biaya dengan rata-rata sebesar Rp. 401.466.616 namun masih terdapat 76 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan biaya. Kemudian pada periode 2011-2012 perusahaan-perusaan pada sektor aneka industri kembali lagi mengalami peningkatan biaya dengan rata-rata sebesar Rp. 84.402.131.066.

Tabel 9. Hasil Uji Regresi Sektor Aneka Industri

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) -.018 .015 Penjualan .825 .149 Periode -.448 .322

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien

regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh

persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,337 (0,825-0,448). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,825. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,337 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,825 persen.

Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1d bahwa besaran kenaikan biaya

penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor aneka industri. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor aneka industri dan hipotesis 1d diterima.

(37)

20 Sektor Industri Barang Konsumsi

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor barang konsumsi.

Tabel 10. Deskriptif Statistik Sektor Industri Barang konsumsi

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 118.301.738.377 4 27 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 98.739.972.003 5 26 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 164.120.692.659 3 28 Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 690.849.888.493 4 27

Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1.091.773.792.098 2 29

Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 1.264.576.221.027 4 27

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi mampu konsisten meningkatkan penjualan dengan baik. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata peningkatan penjualan dari periode 2009-2010, 2010-2011, hingga periode 2011-2012. Berturut-turut dengan rata-rata nilai sebesar Rp. 690.849.888.493 ; Rp. 1.091.773.792.098; dan Rp. 1.264.576.221.027 dan dengan rata-rata peningkatan perperiode sebesar Rp. 286.863.166.267. Selain itu terdapat rata-rata 89 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan penjualan, ini dapat memberikan indikasi bahwa hampir semua perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi mampu meningkatkan penjualan setiap periode.

Namun disisi lain pada perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi juga mengalami peningkatan biaya pada setiap periode dari 2009-2010, 2010-2011, hingga periode 2011-2012. Berturut-turut dengan rata-rata nilai sebesar Rp. 118.301.738.377; Rp. 98.739.972.003; dan 164.120.692.659. Selain itu terdapat rata-rata 87 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan biaya.

(38)

21

Tabel 11. Hasil Uji Regresi Sektor Aneka Industri

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) .032 .009 Penjualan .478 .115 Periode -.316 .329

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien

regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh

persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,163 (0,479-0,316). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,478. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,163 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,478 persen.

Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1e bahwa besaran kenaikan biaya

penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor industri barang konsumsi. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor industri barang konsumsi dan hipotesis 1e diterima.

(39)

22 Sektor Properti dan Real Estat

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor properti dan real estat.

Tabel 12. Deskriptif Statistik Sektor Properti dan Real Estat

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 23.516.515.710 10 33 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 36.879.936.143 6 37 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 49.362.189.854 4 39 Perubahan Pendapatan Tahun 2010/2009 35.675.725.186 13 30

Perubahan Pendapatan Tahun 2011/2010 298.665.226.838 12 31

Perubahan Pendapatan Tahun 2012/2011 443.019.004.307 7 36

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa 85 persen perusahaan-perusahaan di sektor properti dan real estat pada periode 2009-2010, 2010-2011, dan periode 2011-2011 mengalami peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum. Peningkatan ini berlangsung konstan dengan rata-rata peningkatan per periode sebesar Rp. 12.922.837.072.

Pada periode 2009-2010, 2010-2011, dan periode 2011-2011 perusahaan-perusahaan di sektor properti dan real estat sebanyak 75 persen juga mengalami peningkatan pendapatan dengan rata-rata berturut-turut sebesar Rp. 35.675.725.186; Rp. 298.665.226.838; dan Rp. 443.019.004.307. Dengan rata-rata peningkatan perperiode Rp. 203.671.639.560.

(40)

23

Tabel 13. Hasil Uji Regresi Sektor Properti dan Real Estat

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) .043 .011 Penjualan .326 .066 Periode -.133 .142

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien

regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh

persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,193 (0,326-0,133). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,326. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,193 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,326 persen.

Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1f bahwa besaran kenaikan biaya

penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor properti dan real estat. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor properti dan real estat dan hipotesis 1f diterima.

(41)

24 Sektor Infrastrukur, Utilitas & Transportasi

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor infrastrukur, utilitas & transportasi.

Tabel 14. Deskriptif Statistik Sektor Infrastrukur, Utilitas & Transportasi

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 146.362.249.446 9 19 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 (1.473.365.834.811) 10 18 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 131.067.571.849 8 20 Perubahan Pendapatan Tahun 2010/2009 417.823.104.991 9 19

Perubahan Pendapatan Tahun 2011/2010 645.492.881.951 8 20

Perubahan Pendapatan Tahun 2012/2011 891.972.961.192 8 20

Dari tabel di atas perusahaan-perusahaan di sektor infrastrukur, utilitas & transportasi dapat menurunkan biaya penjualan, administrasi dan umum pada periode 2010-2011 dengan cukup besar dibandingkan dengan periode-periode lain dimana justru mengalami peningkatan biaya. Pada periode 2010-2011 perusahaan-perusahaan di sektor infrastrukur, utilitas & transportasi mampu menurunkan biaya dengan rata-rata sebesar Rp. 1.473.365.834.811 oleh 36 persen dari total sampel perusahaan.

Disisi lain perusahaan-perusahaan di sektor infrastrukur, utilitas & transportasi juga mampu meningkatkan pendapatan selama berturut-turut dari periode 2009-2010, 2010-2011, dan periode 2011-2012 dengan rata-rata peningkatan sebesar Rp. 237.074.928.100. Dimana peningkatan tersebut dialami oleh 70 persen dari total perusahaan per periode.

(42)

25

Tabel 15. Hasil Uji Regresi

Sektor Infrastrukur, Utilitas & Transportasi

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) .022 .021 Penjualan .210 .174 Periode -.061 .470

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien

regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh

persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,149 (0,210-0,061). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,210. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,149 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,210 persen.

Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1f bahwa besaran kenaikan biaya

penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor infrastrukur, utilitas & transportasi. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor infrastrukur, utilitas & transportasi dan hipotesis 1f diterima.

(43)

26 Sektor Keuangan

Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 pada sektor keuangan.

Tabel 16. Deskriptif Statistik Sektor Keuangan

Rata-rata Perubahan Dalam (Rp) Sampel Mengalami Penurunan Sampel Mengalami Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2010/2009 113.480.981.498 4 53 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2011/2010 130.173.698.890 6 51 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi

& Umum Tahun 2012/2011 109.365.061.719 12 45 Perubahan Pendapatan Tahun 2010/2009 576.615.725.244 8 49

Perubahan Pendapatan Tahun 2011/2010 660.365.337.750 8 49

Perubahan Pendapatan Tahun 2012/2011 704.755.313.316 8 49

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan pada sektor keuangan mampu konsisten dalam peningkatan pendapatan dari periode ke periode. Peningkatan ini dialami oleh 86 persen dari total sampel pada setiap periodenya, dengan rata-rata peningkatan sebesar Rp. 64.069.794.036. Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan pada sektor keuangan mampu beroperasi dengan baik.

Peningkatan pendapatan tersebut juga diiringi oleh peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum pada tiap periodenya. Dengan rata-rata pada periode 2009-2010 sebesar Rp. 113.480.981.498; sedangkan pada periode 2010-2011 sebesar Rp. 130,173,698,890. Namun pada periode 2011-2012 masih terdapat peningkatan biaya hanya saja tidak sebesar pada periode 2009-2010 dan periode 2010-2011 yaitu sebesar Rp. 109.365.061.719.

(44)

27

Tabel 17.

Hasil Uji Regresi Sektor Keuangan

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) .060 .010 Penjualan .145 .094 Periode .942 .510

a. Dependent Variable: Biaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien regresi β2

> 0 sehingga asumsi tidak terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan

diperoleh persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 1,087 (0,145+0,942). sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,145. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih

turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 1,087 persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,145 persen.

Dengan demikian temuan ini tidak mendukung hipotesis 1h bahwa besaran kenaikan

biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor keuangan. Hal ini berarti tidak terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor keuangan dan hipotesis 1h tidak diterima. Terdapat 72

persen dari total sampel perusahaan yang tidak memasukan akun gaji karyawan ke dalam akun biaya penjualan, administrasi & umum sehingga akun biaya penjualan, administrasi & umum akan kehilangan salah satu komponen fixed cost, dengan demiakan total biaya penjualan, administrasi & umum memiliki perbandingan proporsi variabel cost yang lebih besar sehingga biaya mudah untuk disesuaikan dan mengakibatkan tidak terdapat perilaku

sticky cost.

Biaya penjualan, administrasi dan umum pada industri keuangan justru memiliki indikasi perilaku anti-sticky dimana peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum lebih sedikit saat penjualan/pendapatan meningkat dibanding penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum saat penjualan/pendapatan menurun.

Gambar

Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel
Tabel 2. Deskriptif Statistik Sektor Pertanian
Tabel 4. Deskriptif Statistik Sektor Pertambangan
Tabel 6. Deskriptif Statistik Sektor Industri Dasar dan Kimia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menemukan pada perusahaan manufaktur di Indonesia biaya pemasaran, administrasi dan umum meningkat sebesar 0,475% setiap 1% peningkatan penjualan dan menurun

Tingkatan perilaku sticky cost akan dibandingkan dari ukuran perusahaan large , medium , dan small untuk melihat mana ukuran perusahaan yang memiliki tingkatan perilaku

Kertas kerja ini berjudul “Apakah Cost Stickiness Biaya Penjualan, Administrasi, dan Umum Terjadi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia?” ini dibuat dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji besaran kenaikan harga pokok produksi dan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan bersih naik lebih tinggi

Keseluruhan variabel penelitian akan dianalisis apakah terdapat indikasi perilaku sticky cost pada variabel biaya produksi dan non-produksi yang dilihat dari respon biaya

Keseluruhan variabel penelitian akan dianalisis apakah terdapat indikasi perilaku sticky cost pada variabel biaya produksi dan non-produksi yang dilihat dari respon biaya

Hasil ini menguatkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Marpaung (2006) yang menjelaskan bahwa Biaya administrasi &amp; Penjualan tidak berpengaruh

Sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum terjadi jika manajer memutuskan untuk menahan sumber daya yang tidak terpakai daripada melakukan adjustment cost ketika