• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Maret 2017 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 104,72; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 93,08; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 91,99; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 119,03 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 103,50. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 111,87 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 90,00. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 104,71 yang berarti NTP bulan Maret 2017 mengalami peningkatan 0,13 % bila dibandingkan dengan bulan Februari 2017 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 104,58.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Maret 2017 tercatat 112,81 yang berarti mengalami penurunan 0,48 persen dibandingkan bulan Februari 2017 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 113,35.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Maret 2017, terdapat 4 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 29 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 0,58 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat 0,87 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi DKI yaitu sebesar 1,37 %, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,98 %.

Pada bulan Maret 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,51 persen. Deflasi disebabkan karena terjadinya penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan Makanan sebesar (-1,37 %). Sedangkan 6 kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan, terdiri dari kelompok Perumahan (0,69 %), Sandang (0,31 %), Kesehatan (0,22 %), Transportasi & Komunikasi (0,16 %), Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,16 %) dan Makanan Jadi (0,06 %).

No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN MARET 2017

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

2

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Maret 2017 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi Nusa Tenggara Barat berada di atas 100 ( tercatat 104,71 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Januari 2015 – Maret 2017 (2012=100)

NTP bulan Maret 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,13 % bila dibandingkan dengan NTP Februari 2017 yaitu dari 104,58 menjadi 104,71. Hal ini disebabkan karena tingkat penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar (-0,19 persen) lebih rendah dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang menurun sebesar (- 0,31 persen).

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Maret 2017 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (119,03), sub sektor Tanaman Pangan (104,72) dan subsektor Perikanan (103,50). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Perkebunan Rakyat (91,99) dan sub sektor Hortikultura (93,08).

101,38101,97 102,23 101,15 102,39 103,29 103,86 104,14 104,78 105,97106,43106,22 105,53 104,85 104,38 103,58103,81 104,14 104,71 106,26 106,99107,25 107,32 106,56 105,70 104,58 104,71 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 N ilai Tu kar Pe tan i TAHUN

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Maret 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Februari 2017 Maret 2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 133,13 131,53 -1,20

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,87 125,59 -0,22

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 105,77 104,72 -0,99

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 117,61 117,77 0,14

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,02 126,52 -0,39

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 92,59 93,08 0,53

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 116,35 117,18 0,71

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,95 127,38 -0,44

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 90,94 91,99 1,15

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 143,91 145,07 0,81

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,30 121,87 -0,35

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 117,67 119,03 1,16

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 125,89 125,51 -0,30

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,62 121,27 -0,29

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 103,50 103,50 -0,01

5.a. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 139,73 138,57 -0,83

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,30 123,87 -0,35

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 112,42 111,87 -0,49

5.b. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 104,75 105,57 0,79

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,54 117,30 -0,20

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 89,12 90,00 1,00

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 131,03 130,78 -0,19

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,29 124,90 -0,31

-Konsumsi Rumah Tangga 129,07 128,41 -0,51

-BPPBM 115,59 115,93 0,30

(4)

4

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Maret 2017 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar (-0,19 persen) yaitu dari 131,03 menjadi 130,78. Terdapat 2 subsektor yang mengalami penurunan indeks harga yang diterima yaitu sub sektor Tanaman Pangan (-1,20 persen) dan Perikanan (-0,30 persen). Sedangkan 3 sub sektor lainnya mengalami peningkatan terdiri dari Perkebunan Rakyat (0,71 persen), Hortikultura (0,14 persen) dan Peternakan (0,81 persen).

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Maret 2017 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar (-0,31 persen) yaitu dari 125,29 menjadi 124,90. Dimana Indeks konsumsi rumahtangga mengalami penurunan (-,51 persen) sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan 0,30 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Februari – Maret 2017 (2012=100) Indeks Diterima; 131,03 Indeks Diterima; 130,78 Indeks Dibayar; 125,29 Indeks Dibayar; 124,9 KRT; 129,07 KRT; 128,41 BPPBM; 115,59 BPPBM; 115,93 100 105 110 115 120 125 130 135 20 1702 20 1703

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan Maret 2017 NTPP mengalami penurunan sebesar (-0,99 persen), hal ini disebabkan karena tingkat penurunan indeks yang diterima petani sebesar (-1,20 %) lebih tinggi dari tingkat penurunan indeks yang dibayar petani sebesar (-0,22 persen).

Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami penurunan sebesar (-1,78 persen) yang disebabkan karena menurunnya harga gabah/padi. Sedangkan Indeks harga yang diterima petani sub kelompok palawija mengalami peningkatan sebesar 0,31 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga jagung, ubi jalar. Indeks yang dibayar (Ib) mengalami penurunan, yang disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar (-0,50 persen), sedangkan indeks BPPBM mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga KCL, terpal, biaya servis motor, upah buruh (memanen, membajak, pengeringan, menanam, menyiangi), bambu, sewa tanah sawah, kereta dorong, arit/sabit, TSP/SP36, oli, parang, bibit jagung, NP/NPK, bibit padi, insektisida.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Sub sektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Maret 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,53 %. Hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,14 % sedangkan indeks harga yang dibayar petani menurun sebesar (-0,39 persen).

Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan sebesar (-0,51 %) yang disebabkan karena menurunnya harga tomat, petsai/sawi, kacang panjang, cabai merah, bawang putih, bawang merah. Indeks yang diterima (It) sub kelompok buah-buahan dan tanaman obat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,08 % dan 0,001 %, yang disebabkan karena meningkatnya harga sawo, rambutan, durian, alpukat, pisang, manggis, melon, langsat, jeruk besar, semangka, sirsak. Penurunan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar (-0,52 persen) dan indeks BPPBM meningkat sebesar 0,22 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga bibit kacang panjang, plastik transparan/mulsa, KCL, ban luar motor, sprayer, biaya pengairan lahan, upah memanen, TSP/SP36, tali rafia, terpal, upah membajak, upah menanam, NP/NPK, upah menyiangi, sewa lahan sawah, bibit cabai, upah mencangkul, oli, tampah/nyiru, bibit terung, bibit melon, bibit nanas.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Maret 2017 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 1,15 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,71 % sedangkan indeks harga yang dibayar petani menurun sebesar (-0,44 persen).

Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain kopi, jarak, biji jambu mete. Penurunan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh menurunnya indeks konsumsi rumah

(6)

6

tangga sebesar (-0,57 persen) dan indeks BPPBM meningkat sebesar 0,24 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya sewa lahan ladang, barang modal (karung, tampah/nyiru, sprayer), ongkos angkut.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Maret 2017, NTPT mengalami peningkatan sebesar 1,16 %, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,81 % sedangkan indeks yang dibayar petani menurun sebesar (-0,35 persen).

Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok ternak besar dan ternak kecil mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,99 % dan 0,67 %, yang disebabkan karena meningkatnya harga babi, kerbau, sapi potong, kuda. Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok unggas dan hasil ternak mengalami penurunan masing-masing (-0,80 %) dan (-0,27 %), yang disebabkan menurunnya harga telur ayam buras, itik/bebek, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, kambing, ayam buras. Penurunan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM mengalami penurunan masing-masing sebesar (-0,50 persen) dan (-0,04 persen). Dimana penurunan indeks BPPBM disebabkan oleh menurunnya harga dedak, bibit ternak (kambing, sapi potong, ayam ras pedaging, bebek/itik), pakan (jagung pipilan, concentrate swine, jerami), ban luar motor, oli.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Maret 2017 NTNP mengalami penurunan sebesar (-0,01) persen, hal ini disebabkan karena tingkat penurunan indeks yang diterima petani sebesar (-0,30 persen) lebih tinggi dari tingkat penurunan indeks yang dibayar petani sebesar (-0,29 persen).

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar (-0,83 persen) yang disebabkan menurunnya harga produksi perikanan tangkap antara lain julung-julung, tembang, baronang, belanak, pari, tuna, kerang, cumi-cumi, kurisi/kerisi, selar, cakalang, rajungan, kuniran, kemung, tenggiri, kerapu. Sedangkan sub kelompok budidaya mengalami peningkatan sebesar 0,79 persen yang disebabkan meningkatnya harga rumput laut dan ikan nila. Penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar (-0,55 persen) dan peningkatan indeks BPPBM sebesar 0,11 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM dipengaruhi oleh meningkatnya biaya produksi antara lain garam hancur, upah memanen, oli/pelumas, umpan, benih (rumput laut, nila, bandeng/nener), transportasi (oli/pelumas, bensin), sewa alat penangkapan, minyak tanah, urea, pelet.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Maret 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Februari 2017 Maret 2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 133,13 131,53 -1,20

- Padi 136,59 134,16 -1,78

- Palawija 124,90 125,28 0,31

b. Indeks Dibayar Petani 125,87 125,59 -0,22

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,67 128,03 -0,50

- Indeks BPPBM 118,93 119,57 0,54

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 117,61 117,77 0,14

- Sayur-sayuran 132,30 131,63 -0,51

- Buah-buahan 101,10 102,20 1,08

- Tanaman Obat 136,70 136,70 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 127,02 126,52 -0,39

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,71 129,04 -0,52

- Indeks BPPBM 115,14 115,39 0,22

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 116,35 117,18 0,71

- Tanaman Perkebunan Rakyat 116,35 117,18 0,71

b. Indeks Dibayar Petani 127,95 127,38 -0,44

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,02 130,27 -0,57

- Indeks BPPBM 113,87 114,14 0,24

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 143,91 145,07 0,81

- Ternak Besar 147,32 148,77 0,99

- Ternak Kecil 144,09 145,06 0,67

- Unggas 119,85 118,89 -0,80

- Hasil Ternak 121,59 121,26 -0,27

b. Indeks Dibayar Petani 122,30 121,87 -0,35

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,28 127,64 -0,50

- Indeks BPPBM 111,78 111,74 -0,04

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 125,89 125,51 -0,30

- Penangkapan 139,73 138,57 -0,83

- Budidaya 104,75 105,57 0,79

b. Indeks Dibayar Petani 121,62 121,27 -0,29

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,68 127,98 -0,55

- Indeks BPPBM 112,30 112,42 0,11

Gabungan

a. Indeks Diterima Petani 131,03 130,78 -0,19

b. Indeks Dibayar Petani 125,29 124,90 -0,31

- Konsumsi Rumah Tangga 129,07 128,41 -0,51

(8)

8

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Maret 2017, hanya 4 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan sebagian besar (29 provinsi) mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat (0,58 persen), diikuti oleh Provinsi Maluku (0,37 persen) dan Banten (0,27 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi DKI (-1,37 persen) diikuti oleh Kalbar (-1,30 persen ) dan Kalsel (-1,20 persen).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Maret 2017 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perb Indeks % Perb Indeks % Perb

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 119,20 -0,93 125,32 -0,59 95,11 -0,35 12 SUMUT 128,19 0,16 128,48 0,19 99,77 -0,03 13 SUMBAR 123,65 -0,11 125,93 0,35 98,19 -0,46 14 RIAU 131,86 -0,19 127,40 0,10 103,50 -0,29 15 JAMBI 127,08 -0,80 125,83 -0,03 100,99 -0,77 16 SUMSEL 118,69 -0,80 125,01 0,15 94,94 -0,94 17 BENGKULU 121,53 -0,20 127,43 0,32 95,37 -0,52 18 LAMPUNG 129,55 -0,41 124,79 -0,06 103,82 -0,36 19 BABEL 119,77 -1,08 122,04 -0,05 98,14 -1,03 21 KEPRI 119,01 -0,92 121,25 0,07 98,16 -0,99 31 DKI 119,56 -0,98 120,83 0,40 98,95 -1,37 32 JABAR 133,09 -0,08 130,01 0,08 102,37 -0,16 33 JATENG 124,27 -0,56 127,46 -0,03 97,50 -0,53 34 YOGYAKARTA 127,93 -0,67 126,26 -0,21 101,32 -0,45 35 JATIM 131,61 -0,49 129,46 -0,34 101,66 -0,15 36 BANTEN 123,74 0,50 126,02 0,23 98,19 0,27 51 BALI 129,90 -1,14 124,05 -0,14 104,72 -1,01 52 NTB 130,78 -0,19 124,90 -0,31 104,71 0,13 53 NTT 126,69 -0,01 125,64 0,17 100,84 -0,18 61 KALBAR 122,42 -1,22 125,66 0,09 97,42 -1,30 62 KALTENG 124,82 0,03 124,66 0,40 100,14 -0,37 63 KALSEL 118,57 -1,08 121,76 0,12 97,38 -1,20 64 KALTIM 122,77 -0,42 124,95 0,33 98,25 -0,74 71 SULUT 116,25 -0,34 126,84 0,56 91,65 -0,89 72 SULTENG 120,70 -0,57 126,58 0,40 95,36 -0,96 73 SULSEL 127,74 -0,56 126,80 0,10 100,74 -0,66 74 SULTRA 120,12 -0,74 124,91 0,39 96,16 -1,13 75 GORONTALO 132,11 -0,34 126,51 0,50 104,43 -0,84 76 SULBAR 128,43 -0,75 121,81 0,16 105,44 -0,91 81 MALUKU UTARA 128,25 0,60 127,75 0,23 100,39 0,37 82 MALUKU 126,29 0,18 125,02 0,36 101,01 -0,18 91 PAPUA BARAT 128,24 0,87 126,56 0,29 101,33 0,58 94 PAPUA 120,84 0,57 125,79 0,61 96,07 -0,03 Nasional 127,19 -0,39 127,25 -0,01 99,95 -0,38

(9)

4.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Maret 2017 di Provinsi NTB terjadi deflasi perdesaan sebesar (-0,51 persen).

Deflasi disebabkan karena terjadinya penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan Makanan sebesar (-1,37 %). Sedangkan 6 kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan, terdiri dari kelompok Perumahan (0,69 %), Sandang (0,31 %), Kesehatan (0,22 %), Transportasi & Komunikasi (0,16 %), Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,16 %) dan Makanan Jadi (0,06 %).

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Maret 2017 (2012=100)

Sub Kelompok Februari 2017 Maret 2017

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumahtangga 129,07 128,41 -0,51

- Bahan makanan 137,95 136,06 -1,37

- Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 123,99 124,07 0,06

- Perumahan 121,49 122,34 0,69

- Sandang 123,02 123,41 0,31

- Kesehatan 119,96 120,22 0,22

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 111,85 112,02 0,16

- Transportasi dan Komunikasi 124,94 125,14 0,16

Deflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Maret 2017 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh menurunnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain tomat sayur, cabai merah, kacang panjang, jeruk, bawal, kapur tembok, lada/merica, kemiri, rajungan, ketimun, daging ayam ras, bayam, asam, bawang putih, kunyit, kacang kedele, terasi, kangkung, ikan pindang tongkol, kelapa tua, telur ayam ras, daging ayam buras, ikan asin selar, beras, bawang merah, ketela pohon, wortel, kerupuk mentah, tenggiri, ayam kampung hidup, nila, tissu, kaos kutang/singlet, bandeng, biaya air, telur ayam kampung, kacang tanah.

(10)

10

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

Maret 2017 (2012=100)

-0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 P A P U A SU LUT G O R O N TA LO D KI KALT EN G SU LT R A M ALU KU UT AR A SU M B A R KA LT IM B EN G KU LU SU LT EN G P A P U A B A R A T M A LU KU B A N TE N SU M UT SU LB A R N TT SULSE L KA LSE L SU M SE L JAB AR R IA U KE P R I KA LB A R JA M B I B A B EL LAM P UN G JA TE N G B A LI YOG YA K A R TA N TB JATIM NA D N AS IO N AL 0, 73 0, 67 0,64 0, 62 0, 46 0,45 0,43 0,41 0, 38 0,37 0, 34 0,32 0, 27 0,22 0, 18 0, 18 0,17 0,13 0,12 0,12 0,11 0,10 0, 09 0, 05 -0,05 -0,10 -0, 16 -0,27 28-0, -0,36 -0,51 -0,53 -0,78 -0, 10

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail :bps5200@bps.go.id Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Gambar

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya  Maret 2017 (2012=100)
Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  Maret 2017 (2012=100)  -0,80-0,60-0,40-0,200,000,200,400,600,80 PAPUA SULUT GORONTALO DKI KALTENG SULTRA MALUKU UTARA SUMBAR KALTIM BENGKULU SULTENG PAPUA BARAT MALUKU BANTEN SUMUT SULBAR NTT SULSEL KALSEL SUMSEL JABAR RIAU KEPRI KALBAR JAMBI BABEL LAMPUNG JATENG BALI YOGYAKARTA NTB JATIM NAD NASIONAL0,730,670,640,620,460,450,430,410,380,370,340,320,270,220,180,180,170,130,120,120,110,100,090,05-0,05-0,10-0,16-0,2728-0,-0,36-0,51-0,53-0,78 -0,10

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menggunakan metode ini, peneliti akan mencari data dari buku, jurnal maupun karya ilmiah yang berkaitan dengan tema kerukunan antar umat beragama... 14 Analisa data

Hubungan antara persepsi tentang perilaku merokok dengan tingkat perilaku merokok pada penelitian ini bersifat negatif, yaitu siswa yang memiliki persepsi negatif atau yang

Langkah pertama yaitu melakukan penelitian terhadap pola tersebut, kemudian pola tersebut dibentuk dalam format file ‘jpg’, lalu pola tersebut juga dapat diaplikasikan ke dalam

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Fungsi Kantor dan Rincian Tugas Sub Bagian Tata Usaha,

Abstrak: Tata rias pengantin di setiap daerah memiliki pakem dan tata cara adat istiadat yang berbeda, seiring berkembangnya zaman, busana pengantin telah

Penyimpangan maksim kebijaksanaan terdapat pada data (1) karena tuturan narasumber menyimpang dari prinsip kesantunan pada indikator 3 karena dalam tuturan mungkin

1) Produk, memiliki produk yang berbeda dari sekolah lainnya yakni kegiatan baca tulis Al-Quran, kegiatan ekstrakurikuler drumband, beladiri, pramuka, futsal, voli, basket. 2)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang dilakukan di SMP Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, teknik pengumpulan data