• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS TERSTRUKTUR. ETIKA BISNIS DAN SISTEM EKONOMI PANCASILA Disusun untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Etika Bisnis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS TERSTRUKTUR. ETIKA BISNIS DAN SISTEM EKONOMI PANCASILA Disusun untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Etika Bisnis."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR

ETIKA BISNIS DAN SISTEM EKONOMI PANCASILA Disusun untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Etika Bisnis.

Oleh :

M.M. Rizki Akbar A1C010004

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika ada pendapat bahwa (ilmu) ekonomi tidak mengajarkan keserakahan sedangkan (ilmu atau praktek) bisnis memang serakah, maka memang yang relevan adalah etika bisnis bukan etika ekonomi atau ekonomi moral. Namun jelas Adam Smith mengajarkan adanya homo ekonomikus atau homo socius atau homo religiousus. Artinya manusia memang mengandung pada dirinya dua sifat yang nampak bertentangan, yaitu sifat-sifat selfish-egois dan sifat-sifat social-symphathetic. Inilah sifat-sifat manusia yang masing-masing digambarkan dalam buku Adam Smith Wealth of Nations (1776) dan The Theory of Moral Sentiments.

Perkembangan ekonomi global sekarang ini memungkinkan setiap pelaku bisnis bahkan pegawai dalam bisnis tersebut bersaing ketat dalam mengembangkan bisnisnya bahkan dapat menguasai pasar. Sejalan dengan harapan terhadap kemajuan suatu bisnis, sikap dan perilaku banyak organisasi bisnis sering melupakan dasar-dasar hukum yang berlaku di negaranya hanya untuk kepentingan pribadi atau sekelompok orang saja.

Kenyataan perekonomian yang ada saat ini sedikit banyak telah menunjukkan sistem Ekonomi Pancasila yang tidak sepenuhnya diterapkan pada berbagai bentuk bisnis atau perrusahaan yang ada dalam tujuan mencari profit. Sebagai negara yang menjungjung tinggi hukum sebagai dasar dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan bermayarakat maka alangkah bijaksananya jika

(3)

Ekonomi Pancasila dapat diterpakan sebagai dasar kegiatan bisnis maupun pembangunan ekonomi secara makro melalui kebijakan-kebijakan pemerintah.

Adanya bentuk-bentuk pelanggaran etika bisnis dan usaha-usaha mencari keuntungan sebesar-besarnya maka, sangat memungkinkan bahwa sekarang ini Ekonomi Pancasila hanya sebagai dasar pembuatan aturan oleh pemerintah yang memimpin dan belum sepenuhnya diimplementasikan dalam tingkat ekonomi mikro. Maka dari itu penulis bertmaksud mengangkat Ekonomi Pancasila dalam tulisan ini sebagai suatu bahan pembelajaran dan upaya merefleksikan keadaan yang terjadi saat ini dengan prinsip ekonomi pancasila.

B. Tujuan

Mengetahui tentang Sistem Ekonomi Pancasila dan hubungannya dengan etika bisnis.

(4)

PEMBAHASAN

Ekonomi pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (instructional economics) yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai idiologi Negara yang kelima silanya, secara utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia. Jika Pancasila mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila (1) etika, (2) kemanusiaan, (3) nasionalisme, (4) kerakyatan/demokrasi, dan (5) keadilan sosial, harus dipertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun. Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai caranya, maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila.

Di era glabalisasi ini arus perubahan Negara-negara di dunia telah mengarah kepada homogenisasi paradigma kehidupan, yaitu universalisasi liberalisme. Di bidang politik, demokrasi liberal telah menjadi wacana utama, sedangkan di di bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang bertumpu pada kapitalisme global menjadi arus utama.

Indonesia ebagai Negara yang sedang berkembang telah mulai berkenalan dengan kapitalisme global seiring dengan perekonomian era Orde baru yang menjadikan paradigma pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi panglima. Krisis devaluasi rupiah yang lantas menjelma menjadi krisis moneter sepanjang 1997-1998 telah membutakan mata bahwa pondasi perekomomian Indonesia yang dibangun atas dasar hutang luar negeri tidaklah kokoh. Namun, di era reformasi ini, kesadaran demikian tidak malah membangkitkan semangat di

(5)

kalangan pemerintahan untuk mencari alternative system perekonomian yang manusiawi dan berkeadilan sosial, justru sebaliknya, saat ini Indonesia mengalami berbagai arus neoliberalisme yang terwujud dalam trio deregulasi, privatilasi, dan liberalisasi perdagangan.

Di sisi lain, muncul perkembangan menarik dengan wacanakannya sistem Ekonomi Pancasila yang merupakan sistem ekonomi yang belandasan dan dijiwai spirit nilai-nilai Pancasila. Pandangan sistem ini yang bisa dilacak dari ide-ide Bung Hatta, salah seorang proklamator RI. Senada dengan pesan pasal 33 UUD 1945 dan berbasiskan nilai-nilai sosio-religio-budaya masyarakat Indonesia.

Disinilah perlunya menengok ulang pemikiran Adam Smith yang 17

tahun sebelum menulis karyanya Inquiry Into Nature and Causes Of The Wealth

of Nations (1776) yang kemudian menjadi “kitab suci” ideology kapitalisme, telah menulis The teory of Moral Sentiments (1759). Di dalam karya terdahulunya, terdapatlah ajaran asli Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa ekonomi sama sekali tidak lepas dari faktor-faktor etika. Dalam buku ini. Smith mencoba mengembangkan ilmu ekonomi yang tidak saja bermoral namun jga mendesain aspek kelembagaannya. Dari sinilah keberadaan Ekonomi Pancasila parallel dengan pemikiran Smith.

Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), Sistem Ekonomi Pancasila dicarikan oleh lima hal sebagai berikut :

1. Koperasi adalah sokoguru rekonomian nasional

(6)

3. Ada kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianisme dan kemerataan sosial.

4. Prioritas utama kebijakan diletakan pada penyususnan perekonomian nasional yang tangguh.

5. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi.

Meskipun dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya sistem perekonomian yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber darinya. Setelah dicengkrami sistem ekonomi komando di era Orde Lama yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi pasar yang bercorak kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan kapitalisme pun semakin menguat seiring derasnya paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen kapitalisme global seperti World Bank dan IMF setelah Indonesia mengalami krisis moneter.

(7)

Sistem Ekonomi Pancasila sebagai “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Etika Pancasila adalah landasan moral dan kemanusiaan yang dijiwai semangat nasionalisme (kebangsaan) dan kerakyatan, yang kesemuanya bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Intisari Pancasila (Eka Sila) menurut Bung Karno adalah gotong royong atau kekeluargaan, sedangkan dari segi politik Trisila yang diperas dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme) sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Praktek-praktek liberalisasi perdagangan dan investasi di Indonesia sejak decade delapan puluhan bersamaan dengan serangan globalisasi dari negara-negara industri terhadap negara-negara berkembang, sebenarnya dapat ditangkal dengan penerapan sistem ekonomi Pancasila. Namun sejauh ini gagal karena politik ekonomi diarahkan pada akselerasi pembangunan yang lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi tinggi ketimbang pemerataan hasil-hasilnya.

Himbauan Ekonomi Pancasila

Pada tahun 1980 Seminar Ekonomi Pancasila dalam rangka seperempat abad FE-UGM “menghimbau” pemerintah Indonesia untuk berhati-hati dalam memilih dan melaksanakan strategi pembangunan ekonomi. Ada peringatan “teoritis” bahwa ilmu ekonomi Neoklasik dari Barat memang cocok untuk menumbuhkembangkan perekonomian nasional, tetapi tidak cocok atau tidak memadai untuk mencapai pemerataan dan mewujudkan keadilan sosial. Karena amanah Pancasila adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

(8)

Indonesia maka ekonom-ekonom UGM melontarkan konsep Ekonomi Pancasila yang seharusnya dijadikan pedoman mendasar dari setiap kebijakan pembangunan ekonomi. Jika Emil Salim pada tahun 1966 menyatakan bahwa dari Pancasila yang relevan dan perlu diacu adalah (hanya) sila terakhir, keadilan sosial, maka ekonom-ekonom UGM menyempurnakannya dengan mengacu pada kelima-limanya sebagai berikut:

1. Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;

2. Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan

sosial yaitu tidak membiarkan terjadinya dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial;

3. Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi mekin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri;

4. Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat;

5. Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggungjawab, menuju perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagaimana terjadi pemerintah Orde Baru yang sangat kuat dan stabil, memilih strategi pembangunan berpola “konglomeratisme” yang menomorsatukan

(9)

pertumbuhan ekonomi tinggi dan hampir-hampir mengabaikan pemerataan. Ini merupakan strategi yang berakibat pada “bom waktu” yang meledak pada tahun 1997 saat awal reformasi politik, ekonomi, sosial, dan moral.

Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham liberal dengan mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar (Mubyarto, 2002: 68), SEP juga dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, yang bisa berasal dari nlai-nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku ekonomi masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa:

“Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.

b. Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor negara.

Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita keadilan sosial.” (GBHN 1993).

(10)

Namun dengan pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila dapat memberikan dampak positif seperti berikut:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak di kuasai oleh Negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Sumber-sumber Kekayaan dan keungan Negara digunakan dengan

permufakatan lembanga-lembaga Perwakilan Rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat pula.

5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilikh dalam memilih

pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak dan penghidupan yang layak.

6. Hak milik perorangan diakui dan dimanfaatjannya tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi warga Negara diperkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. 8. fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

(11)

Seorang pakar senior lain pun mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari Sistem Ekonomi Pancasila yaitu :

1. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.

2. Komitmen pada upaya pemerataan.

3. Kebijakan ekonomi nasionalis.

4. Keseimbangan antara perencanaan terpusat.

5. Pelaksanaan secara terdesentralisasi.

Konsep ekonomika etik ekonomi Pancasila oleh Mubyarto dalam bukunya Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila dicirikan sebagai berikut:

1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, moral dan sosial.

2. Ada kehendak kuat dari seluruh anggota masyarakat untuk mewujudkan keadaan kemerataan sosial ekonomi.

3. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional

yang kuat dan tangguh, yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.

4. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional.

5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara sentralisme dan

desentralisme kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan keadilan sosial dengan sekaligus menjaga efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.

(12)

Ciri-ciri Ekonomi Pancasila

1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya.

2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling mendukung.

3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.

4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.

Pengertian social economics atau economic sociology (Max Weber) adalah cara lain untuk menggambarkan sifat-sifat sosial manusia. Artinya manusia pada dasarnya suka hidup bermasyarakat dan saling membutuhkan yang dalam bahasa

Jerman dikenal dalam konsep Gemeinschaft (paguyuban) yang dilawankan

dengan konsep Gesellschaft (patembayan). Dalam dunia bisnis Jawa ada istilah “Tuna Satak Bati Sanak” yang artinya orang dapat mentoleransi kerugian uang dengan kompensasi bertambahnya persaudaraan (brotherhood).

(13)

Etika Bisnis Indonesia yang dapat kita sebut Etika Bisnis Pancasila mengacu pada setiap sila atau perasan-perasannya. Menurut Bung Karno, pada pidato kelahiran Pancasila 1 Juni 1945, Pancasila dapat diperas menjadi Sila Tunggal, yaitu Gotong Royong, atau Tri Sila sbb:

1. Socio-nasionalisme (Kebangsaan dan Peri Kemanusiaan)

2. Socio-demokrasi (Demokrasi/ Kerakyatan, dan Kesejahteraan Sosial);

3. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Syarat mutlak dapat diwujudkannya Etika Bisnis Pancasila adalah mengakui terlebih dahulu Pancasila sebagai ideologi bangsa, sehingga asas-asasnya dapat menjadi pedoman perilaku setiap individu dalam kehidupan ekonomi dan bisnis sehari-hari. Baru sesudah asas-asas Pancasila benar-benar dijadikan pedoman etika bisnis, maka praktek-praktek bisnis dapat dinilai sejalan atau tidak dengan pedoman moral sistem Ekonomi Pancasila.

(14)

KESIMPULAN

Sistem Ekonomi Pancasila adalah “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Etika Pancasila adalah landasan moral dan kemanusiaan yang dijiwai semangat nasionalisme (kebangsaan) dan kerakyatan, yang kesemuanya bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Maka harapan adanya dan terlaksananya sistem Ekonomi Pancasila adalah pemerataan kesejahteraan rakyat.

Sebagai suatu sitem ekonomi yang mengedepankan keadilan, Eokomi Pancasila tidak dapat terlepas dari Etika dalam Bisnis karena pada prakteknya para pelaku bisnis harus menyadari adanya kesejahteraan dan kepuasaan baik bagi pelanggan, pegawai, pemilik usaha maupun masyarakat di lingkungan perusahaan dan masyarakat luas.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Sistem Ekonomi Pancasial”.

http://pusat-kreasi.blogspot.com/2012/12/sistem-ekonomi-pancasila.html, diakses pada tanggal 26 Juni 2013.

Budianto, Agus. 2011. “Ekonomi Pancasial”.

http://enjhayagas.blog.com/2011/06/08/ekonomi-pancasila/, diakses pada tanggal 26 Juni 2013.

Sugiarto. 2010. “Bisnis dan Ekonomi Pancasila ”.

http://sugiartobabon.blogspot.com/2010/11/etika-bisnis-dan-pancasila.html, diakses pada tanggal 26 Juni 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Ini berarti tinggi rendahnya prestasi belajar PKn yang diperoleh siswa memiliki keterkaitan yang sangat kuat terhadap konsep diri dan kemampuan mengeluarkan

Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0,023 yang lebih kecil dari α = 0,05 artinya ada hubungan antara kondisi kepadatan hunian rumah dengan kejadian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam teknik kultur jaringan antara lain adalah pemilihan eksplan yaitu bagian dari tanaman yang digunakan dalam

Demikian permohonan ini saya buat, atas perhatian dan terkabulnya kami ucapkan terima kasih. Yogyakarta,

Pertama karena itu membuat wanita kelihatan lebih tinggi daripada keadaan yang sebenarnya; kedua: Berbahaya bagi para wanita karena dia mudah terjatuh karenanya;

– Dapat bekerja seperti DBMS yg ada – Mendukung model data spasial, tipe data abstrak spasial (ADT /Abstract Data Type ) & bahasa queri yg dapat memanggil ADT.. –

Jual Vimax LOT:1087 Original || Vimax Capsule Canada || Toko Vimax Herbal || Agen Vimax Pills || Vimax Asli/Palsu || Obat Pembesar Penis Terbaik Dan PERMANEN || Harga Vimax

Saya akan merasa senang ketika pacar menawarkan untuk melakukan