• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etiologi dan Epidemiologi Glomerulonefritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Etiologi dan Epidemiologi Glomerulonefritis"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P e m i c u 2

Etiologi dan Epidemiologi Glomerulonefritis

Oleh Achmad Rizki Yono 1406527803

DK 13

I. PENDAHULUAN

Glomerulonefritis adalah suatu kondisi terjadinya peradangan pada glomerulus di ginjal.1-3 Secara umum, peradangan ini disebabkan oleh reaksi sistem imun yang menyerang jaringan tubuh yang sehat. Reaksi imun ini terjadi karena adanya antigen yang memicu kompleks antigen-antibodi di glomerulus.3 Glomerulonefritis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) maupun menetap (kronis).1 Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai etiologi dan epidemiologi glomerulonefritis.

Meskipun masih sedikit yang diketahui sebagai etiologi glomerulonefritis, akan tetapi jelas bahwa mekanisme sistem imun yang bertanggung jawab menyebabkan glomerulonefritis.3

II. ISI

A. Etiologi Glomerulonefritis

Seperti yang telah dikemukakan pada pendahuluan, mekanisme sistem imunlah yang menyebabkan terjadinya glomerulonefritis. Sistem imun ini dapat menyerang glomerulus jika terdapat antigen yang memicu terjadinya kompleks antigen-antibodi maupun endapan imunoglobulin dengan beberapa macam komponen protein komplemen. Ada dua bentuk perlukaan yang diasosiasikan dengan antibodi pada kasus glomerulonefritis yaitu:3

1. Glomerulonefritis yang disebabkan oleh deposisi kompleks imun (antigen-antibodi) dari sistem sirkulasi di glomerulus.3

Etiologi terjadinya glomerulonefritis pada kondisi ini adalah adanya antigen yang bersirkulasi di dalam darah, kemudian terjebak di glomerulus. Adanya antigen ini akan memicu terjadinya reaksi imun di glomerulus yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya peradangan glomerulus (glomerulonefritis). Dengan kata lain, antigen pada kondisi glomerulonefritis seperti ini bukan asli dari glomerulus.3

(2)

2 | P e m i c u 2

Jenis antigen yang bersirkulasi seperti ini dapat bersifat endogen maupun eksogen. Sebagai contoh antigen yang bersifat endogen adalah antigen yang berasosiasi dengan SLU (Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat memicu hipersensitivitas tipe III di glomerulus dan pada akhirnya menimbulkan glomerulonefritis.3-4 Sedangakan jenis antigen yang bersifat

eksogen di antaranya adalah antigen yang berasal dari infeksi bakteri

Streptococcus β hemolyticus yang dapat menyebabkan terjadinya

poststreptococcal glomerulonephritis, antigen dari virus hepatitis B, antigen dari parasit, sebagai contoh Plasmodium falciparum, dan antigen dari infeksi spirocheta, sebagai contoh Treponema pallidum. Selain yang disebutkan di atas, ada beberapa antigen yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan Membranoproliferative Glomerulonephritis (MPGN).

Apapun jenis antigennya, antigen ini bersirkulasi di dalam darah, kemudian terjebak di dalam glomerulus dan membentuk kompleks antigen-antibodi. Adanya kompleks antigen-antibodi di dalam glomerulus ini akan memicu terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe III dengan cara mengaktifkan sistem komplemen dan migrasi leukosit di glomerulus. Akibatya, terjadi perlukaan atau peradangan pada glomerulus yang disebut sebagai glomerulonefritis.3-4

Peradangan ini dapat berlangsung sementara (akut) maupun menetap (kronik) karena adanya paparan antigen berulang, sehingga menimbulkan siklus reaksi imun berulang dan persisten. Kondisi glomerulonefritis akut sering ditemukan pada infeksi poststreptococcal yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus β hemolyticus. Kondisi ini hanya berlangsung singkat dan merupakan self-limited disease, namun dapat menyebabkan sindroma nefritik baik pada anak maupun dewasa muda yang ditandai dengan gejala hematuria, edema, azotemia (penurunan fungsi ginjal), dan hipertensi.1,3-5 Sedangkan glomerulonefritis kronis sering ditemukan pada kondisi terinfeksi virus hepatitis B dan penyakit autoimun seperti SLU (Systemic Lupus Erythematosus).3

2. Glomerulonefritis yang disebabkan oleh kompleks imun in situ di glomerulus, intrinsik antigen glomerulus atau molekul yang “tertanam” di glomerulus.3

(3)

3 | P e m i c u 2

Etiologi terjadinya kondisi glomerulonefritis pada kondisi ini adalah adanya reaksi secara langsung antara antibodi dengan antigen yang sudah tertanam di glomerulus. Antibodi juga dapat bereaksi in situ dengan antigen nonglomerular yang sudah “tertanam” sebelumnya yang berinteraksi dengan komponen intrinsik glomerulus. Contoh antigen yang sudah tertanam ini adalah kompleks nukleosomal pada pasien SLE, produk bakteri, seperti endostroptosin yang dihasilkan oleh kelompok streptococcus A, agregat protein besar, seperti agregat IgG yang cenderung terdeposit di mesangial, dan kompleks imun glomerulus sendiri yang mengandung sisi reaktif terhadap antigen bebas, antibodi bebas, dan komplemen. Adanya interaksi antara reaksi imun in situ dan kompleks imun yang terjebak di glomerulus menyebabkan terjadinya perubahan pada morfologi dan fungsi glomerulus, sehingga menimbulkan glomerulonefritis.3

3. Etiologi Lain Glomerulonefritis

a. Podocyte Injury

Perlukaan pada podosit dapat diinduksi oleh antibodi terhadap antigen podosit oleh toksin, sebagai contoh puromisin yang meracuni ribosom dan focal segment dari glomerulosclerosis yang dapat melukai podosit. Perlukaaan pada podosit ditandai dengan adanya perubahan morfologi, vakuolisasi, dan retraksi atau sobekan pada Glomerulus Basement Membrane (GBM), sehingga struktur kapiler glomerulus menjadi terurai. Hal ini dikarenakan fungsi dari podosit (intraglomerular mesangial cell) adalah mengikat kapiler glomerulus, sehingga membentuk kuntuman di dalam kapsula Bowman.3,6

b. Nephron Loss

Penyakit ginjal dalam bentuk apapun dapat merusak nefron, sehingga mengurangi GFR sebesar 30%-50%. Penurunan ini akan berakibat timbulnya berbagai macam kelainan dan gangguan fungsi ginjal, seperti

glomerulosclerosis, proteinuria, perlukaan podosit, dan lain-lain. Karena nefron hilang, secara otomatis dapat menyebabkan hilangnya glomerulus.3

c. Glomerular Disease

Bebarapa penyakit glomerulus dapat menjadi etiologi glomerulonefritis baik itu primary glomerular disease, secondary glomerular disease,

(4)

4 | P e m i c u 2

maupun penyakit yang diturunkan. Disebut primer bila penyakit tersebut hanya menyerang ginjal dan disebut sekunder bila penyakit tersebut tidak hanya menyerang ginjal, akan tetapi dapat menyebabkan penyakit glomerulus pada ginjal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.3

Image from: Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic pathophysiology. 9th ed. Philadelphia: Elsevier Sanders; 2013. p.520.

B. Epidemiologi Glomerulonefritis

Berdasarkan studi literature review dari tahun 1980-2010 mengenai insiden

primary glomerulonephritis (GN) worldwide yang dilakukan oleh 40 studi insidensi

primary GN di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Kanada, Australasia, dan Timur Tengah menunjukkan bahwa rata-rata glomerulonefritis ditemukan pada dewasa dengan 0,2/100.000/tahun untuk membrano-proliveratife GN dan 0,2/100.000/tahun untuk mesangio-proliveratife GN.7

Glomerulonefritis mewakili 1-15% penyakit glomerulus. Meskipun berjangkit secara sporadik, insidensi dari Poststreptococcal Glomerulonephritis (PSGN) telah turun selama beberapa dekade terakhir. Faktor yang menyebabkan hal ini kemungkinan adalah adanya layanan kesehatan yang lebih baik dan peningkatan kondisi sosioekonomi.8

(5)

5 | P e m i c u 2

Berdasarkan statistik internasional, penyakit Berger merupakan penyebab tersering dari GN. Meskipun insidensi PSGN turun di negara barat, namun insidensi PSGN masih tetap tinggi di daerah-daerah seperti India, Afrika, Karibia, Malaysia, Pakistan, Papua Nugini, dan Amerika Selatan. Di Nigeria, insidensi GN pada anak 3-16 tahun adalah 15,5 kasus/tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 1,1:1. Prevalensi PSGN lebih besar pada GN yang berasosisasi dengan faring daripada GN yang bearsosiasi dengan kulit.8

PSGN dapat terjadi pada semua usia, akan tetapi biasanya terjadi pada anak usia 5-15 tahun. Hanya 10% PSGN yang terjadi pada dewasa di atas 40 tahun. Secara keseluruhan, PSGN sering terjadi pada anak usia 6-16 tahun. GN akut predominan terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 2:1 pada wanita. Higenitas yang rendah pada beberapa kelompok sosioekonomi menunjukkan adanya insidensi yang tinggi pada infeksi PSGN, akan tetapi hal ini bukan berarti PSGN memiliki predileksi untuk beberapa ras atau kelompok.8

III. KESIMPULAN

Glomerulonefritis terjadi karena adanya reaksi imun yang menimbulkan peradangan pada glomerulus. Etiologi glomerulonefritis adalah glomerulonefritis karena kompleks imun yang bersirkulasi, glomerulonefritis karena kompleks imun in situ, dan glomerulonefritis karena penyebab lainnya, seperti podocyte injury, nephron loss, dan

glomerular disease.

Berdasarkan data statistik, insidensi glomerulonefritis di dunia sebesar 0,2/100.000/tahun dengan perbandingan laki-laki dibanding wanita 1,1:1, sedangkan pada infeksi PSGN, angka insidensi tinggi pada anak usia 6-16 tahun dengan perbandingan laki-laki dan wanita 2:1.

Referensi:

1. Marcovitch H. Black’s medical dictionary. 41st ed. London: A & C Black; 2005. p.393.

2. Glomerulonephritis [Internet]. NHS choices. 2014 [updated 2014 Dec 12;cited 2016 Feb 14]. Available from:

http://www.google.com/url?q=http://www.nhs.uk/conditions/Glomerulonephritis/Pages/Intro duction.aspx&sa=U&ved=0ahUKEwjxguyLm_fKAhULc44KHWrsBHsQFggnMAY&usg= AFQjCNFG3u119oFt1eaPvo9yPIVG9Y-1Ww

(6)

6 | P e m i c u 2

3. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic pathophysiology. 9th ed. Philadelphia: Elsevier Sanders; 2013. p.519-23.

4. Abbas AK; Lichtman AH; Pillai H. Cellular and Molecular Immunology 6th Edition. 2014. Philadelphia: Elsevier. p.

5. Davis ID, Avner ED. Glomerulonephritis associated with infections. In: Kliegman RM, Stanton BF, Geme J, Schor NF, Behrman RE. Nelson’s textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p.

6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 8th ed. Jakarta: EGC; 2013. p.598-614.

7. McGrogan A, Franssen CF, de Vries CS. The incidence of primary glomerulonephritis worldwide: a systemic review of the literature. Nephrol Dial Transplant [Internet]. 2011 Feb [cited 2016 Feb 14];26 (2):414-30. doi:10.1093/ndt/gfq665. Epub 2010 Nov 10. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21068142

8. Parmar MS. Acute glomerulonephritis [Internet]. 2014 [updated 2015 Aug 03;cited 2016 Dec 14]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/239278-overview#a5

Referensi

Dokumen terkait

Suatu air dalam keadaan asam, akan memicu terjadinya pembentukan gel pada alginat sehingga menyebabkan reaksi setting menjadi sedikit lebih cepat, memperkuat

Proses yang mendasari (patogenesis) kelainan ini dapat dibagi menjadi: respon imun innate dan adaptive, pembentukan kompleks antigen antibodi di dalam sirkulasi, kegagalan

Jadi sebagai organ yang immune privilege maka testis dapat: menekan sejumlah faktor respon imun mengatur perkembangan sperma ketimbang memicu peradangan, tetapi

Selain itu, karena glomerulonefritis memiliki kemungkinan menyebabkan penyakit ginjal kronik, penting dilakukan studi terkait hubungan derajat hipertensi dengan

Suatu air dalam keadaan asam, akan memicu terjadinya pembentukan gel pada alginat sehingga menyebabkan reaksi setting menjadi sedikit lebih cepat, memperkuat

Penyakit autoimun adalah dimana sistem imun tidak bisa membedakan antigen tubuh sendiri atau antigen asing penyakit yang disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan (sistem imun)

Ruptur plak ini dianggap sebagai penyebab terbanyak timbulnya angina pectoris tidak stabil akibat terjadinya sumbatan parsial atau total dari pembuluh darah koroner

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi serius dengan tanda-tanda yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses.4 Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kolonisasi