• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil HIPMI-PT Universitas Telkom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil HIPMI-PT Universitas Telkom"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil HIPMI-PT Universitas Telkom

HIPMI PT-IM Telkom berdiri sekitar tahun 2006 dengan anggota sekitar 150 orang. Pada periode sebelumnya yaitu periode 2012 - 2013 diketuai oleh Dwi Okta dari Jurusan Ilmu Komunikasi di Institut Manajemen Telkom, yaitu melalui program kerja yang dirancang di awal kepengurusan Kabinet Supermassive (2012-2013) HIPMI-PT IM Telkom terus berusaha untuk menciptakan mahasiswa yang bisa menghasilkan lapangan pekerjaan tersendiri, seperti misalnya program Young Entrepreneur Camp (YEC), Business Challenge, School Manager, Gathering Pengusaha dan sebagainya yang mampu menimbulkan dan meningkatkan jiwa entrepreneurship masing-masing anggota, untuk bisa menjadi anggota HIPMI-PT IM Telkom sendiri tidak mudah, melalui serangkaian tes yang cukup sulit dan menantang pendaftar yang berjumlah 470 orang (terhitung sangat banyak jika dibandingkan dengan UKM dan organisasi lainnya di bawah IM Telkom) mahasiswa harus bersaing secara ketat hingga akhirnya terpilih 100 orang anggota. Melalui program kerja yang terancang, HIPMI-PT IM Telkom sukses menghasilkan kader-kader pengusaha yang berkompeten dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri (Data Internal HIPMI-PT Universitas Telkom, 2013-2014).

HIPMI-PT IM Telkom adalah HIPMI Perguruan Tinggi pertama di Indonesia, didirikan oleh BPC HIPMI kota Bandung sebagai rintisan organisasi pengkaderan dan pembinaan wirausahawan di kalangan mahasiswa. Pada periode 2011-2013 HIPMI-PT IM Telkom berhasil mendapatkan penghargaan sebagai HIPMI-PT terbaik tingkat Jabar dan Nasional. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) – Perguruan Tinggi IM Telkom merupakan sebuah organisasi yang mewadahi mahasiswa-mahasiswi IM Telkom yang memiliki keinginan berwirausaha, agar memiliki kemampuan entreprenual (baik secara teoritis maupun secara praktis) yang baik, menumbuhkan jiwa entrepreneurship yang kemudian termotivasi dan tergerak untuk berwirausaha. HIPMI-PT IM Telkom juga ingin memberikan pandangan kepada orang banyak, bahwa HIPMI-PT IM Telkom bukan hanya baik di bidang entrepreneurial tetapi juga baik dalam organisasi (Data Internal HIPMI-PT Universitas Telkom, 2013-2014).

Penggabungan IT Telkom, IM Telkom, Politeknik Telkom, dan STISI menjadi Universitas Telkom telah merubah nama HIPMI-PT IM Telkom menjadi HIPMI-PT Universitas Telkom dikarenakan HIPMI harus berdiri di bawah nama dinas pendidikan yang bersangkutan. HIPMI-PT Universitas Telkom sendiri berdiri pada tanggal 18 Desember 2013 yang diketuai oleh Ragil M Kamal. Masa kepengurusan dari HIPMI-PT Universitas Telkom adalah empat tahun, dimana tahun ke satu sampai tahun ke tiga dimulai dari semester satu sampai semester tujuh yang disebut anggota aktif, dan mempunyai satu tahun masa kepengerusan lagi pada saat tahun ke empat yang disebut Badan Kehormatan, setelah itu baru dianggap lulus dari HIPMI-PT Universitas Telkom yaitu sebagai Ikatan

(2)

2

Alumni, Badan Kehormatan dan Ikatan Alumni ini disebut sebagai anggota tidak aktif (Data Internal HIPMI PT Universitas Telkom, 2013-2014).

Berikut merupakan Data Jumlah Anggota HIPMI-PT Universitas Telkom yang aktif pada periode 2013 – 2014 berdasarkan angkatan :

Tabel 1.1

Data Jumlah Anggota HIPMI PT-Universitas Telkom (2013 – 2014)

Tahun Jabatan Angkatan Jumlah

Tahun ke 1 Anggota Departemen 2013 110 orang

Tahun ke 2 Anggota Departemen 2012 80 orang

Tahun ke 3 Pengurus 2011 45 orang

Total 235 orang

Tahun ke 4 Badan Kehormatan 25 orang

Tahun selanjutnya…. Ikatan Alumni ± 250 orang

Sumber : Data Internal HIPMI-PT Universitas Telkom (2013-2014)

Pada saat menjadi maba dan ingin masuk ke dalam HIPMI-PT Universitas Telkom, harus mengikuti Young Entrepreneur Camp (YEC) untuk bisa menjadi anggota departemen yaitu pada tahun ke satu dan dua, setelah memasuki tahun ke tiga maka akan menjadi pengurus melalui proses kaderisasi, dan pada tahun ke empat pengurus akan menjadi Badan Kehormatan, lalu tahun-tahun berikutnya akan menjadi Ikatan Alumni. Kabinet yang dipakai sejak tanggal 18 Desember 2013 hingga sekarang adalah Kabinet Double Degree, dimana perbedaannya dengan kabinet sebelumnya yaitu Kabinet Supermassive (2012-2013) terletak pada pergantian jabatan pada bagian pengurus, serta program kerjanya yang sudah direvisi kembali. HIPMI-PT Universitas Telkom telah melahirkan banyak entrepreneur yang siap menghadapi dunia bisnis saat ini, sebagai contohnya adalah Driver BDG, Mister Tako, Doramen, oleh-oleh Indonesia dan bisnis-bisnis lainnya (Data Internal HIPMI-PT Universitas Telkom, 2013-2014).

1.1.2 Visi HIPMI-PT Universitas Telkom

Mengembangkan potensi berwirausaha kepada seluruh anggota HIPMI Perguruan Tinggi Universitas Telkom dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada sehingga tetap menjadi HIPMI Perguruan Tinggi berprestasi dan terbaik se-Indonesia.

1.1.3 Misi HIPMI-PT Universitas Telkom

1. Memberikan pengetahuan yang bermutu dan komprehensif dalam bidang berwirausaha kepada seluruh anggota HIPMI.

(3)

3

3. Menciptakan semangat berkompetensi untuk mencapai prestasi terbaik dalam bidang berwirausaha

1.1.4 Program Kerja HIPMI-PT Universitas Telkom

Program Kerja adalah aktivitas yang menggambarkan di awal mengenai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan berikut petunjuk-petunjuk mengenai cara pelaksanaannya. Aktivitas menggambarkan dimuka ini biasanya menyangkut juga jangka waktu penyelesaiannya, penggunaan material dan peralatan yang diperlukan, pembagian wewenang dan tanggung jawab serta kejelasan lainnya yang dianggap perlu.

Berikut adalah program kerja dari HIPMI-PT Universitas Telkom (2013 -2014) : Tabel 1.2

Program Kerja HIPMI-PT Universitas Telkom (2013 – 2014)

Program Kerja Pengurus

Mentoring Bisnis Bagian Litbang

YEC (Young Enrepreneur Camp) Bagian Litbang dan Anggota Depatemen Gathering Pengusaha Bagian PSDM (Pengembangan Sumber Daya

Manusia)

Wirausaha Muda Mulya Bagian Humas

Open Recruitment Bagian PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)

Diesnatalis Bagian Anggota Departemen

1000 Pengusaha Bagian Humas

Sharing Business & Business Motivation

Bagian Litbang

Kaderisasi Bagian Keseluruhan Pengurus

Bazar Pengusaha Bagian Humas

Pengukuhan Bagian PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)

Makrab Bagian PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)

Awarding Night Bagian PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)

(4)

4

Pemilihan Bagian PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)

Debat Calon Ketua Bagian Anggota Departemen

Rapat Umum Anggota Hipmi Bagian Anggota Departemen

Sumber : Data Internal HIPMI-PT Universitas Telkom (2013-2014)

1.1.5 Struktur Organisasi HIPMI-PT Universitas Telkom

Berikut merupakan Struktur Organisasi dari HIPMI-PT Universitas (2013 – 2014) :

Sumber : Data Internal HIPMI-PT Universitas Telkom (2013-2014) Gambar 1.1

Struktur Organisasi HIPMI-PT Universitas Telkom

Ketua

Sekretaris Jendral Sekretaris Internal Bendahara Staff Bisnis Eksternal Staff Bisnis Internal Badan Birokrasi Kadept. Humas Wakadept, Sekdept, Bendept, dan assdept Kadept. Operasional Sekretaris Eksternal Kadept. Litbang Kadept. PSDM Wakadept, Sekdept, Bendept, dan assdept Wakadept, Sekdept, Bendept, dan assdept Wakadept, Sekdept, Bendept, dan assdept

(5)

5 1.2 Latar Belakang

Isu Pemanasan Global dan Perubahan Iklim (Climate Change) bukan lagi sekedar isapan jempol belaka, tapi sudah menunjukan bentuk & wujud yang sebenarnya kehadapan umat manusia di bumi dengan semakin tidak nyamannya bumi sebagai tempat tinggal ataupun hunian makhluk hidup. Berbagai fenomena alam yang cenderung mengalami penyimpangan akhir-akhir ini seperti iklim yang kacau, panas yang ekstrim berkepanjangan, intensitas curah hujan yang sangat tinggi diluar batas normal, banjir, angin ribut, puting beliung, banyak dikaitkan dengan isu pemanasan global tersebut. Hal tersebut tidaklah keliru dan berlebihan bila melihat fakta dan hasil-hasil penelitian para ahli yang menunjukkan bahwa ada kecenderungan jumlah kadar gas rumah kaca seperti CO2 di atmosfer telah kelewat batas, yang terus menerus dimuntahkan dari bumi, dimana semakin hari jumlahnya dan konsentrasinya terus membumbung tinggi, serta ternyata sangat berkorelasi positif dengan semakin tingginya aktivitas manusia di bumi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan antara lain rumah tangga (termasuk institusi, kantor, rumah sakit, sekolah atau kampus), industri, dan transportasi (Nasoetion, 2009).

Permasalahan lingkungan yang memang menjadi salah satu hal yang paling utama dan paling diperhatikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Setiap elemen masyarakat mulai menyadari bahwa bumi memang sedang tidak dalam keadaan baik, harus melakukan tindakan untuk menyelamatkan bumi kita bersama. Kata “hijau” atau “green” telah menjadi sebuah trend baru dalam setiap keseharian manusia sekarang ini. Aspek lingkungan pun menjadi salah satu acuan dasar dalam setiap proses pembangunan dan juga pertumbuhan ekonomi (Institut Teknologi Bandung, 2011).

Isu dan topik kajian yang terus berkembang baik di lingkungan akademik, bisnis, masyarakat dan pemerintahan saat ini salah satunya adalah kewirausahaan. Hal ini dikarenakan kewirausahaan memiliki keterkaitan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara baik pada tingkat mikro yaitu, individu dan perusahaan, maupun pada tingkat makro yaitu industri, wilayah, dan nasional.

Kegiatan wirausaha yang saat ini sedang marak digalakan pemerintah, ternyata bisa menimbulkan dampak negatif. Jika tidak dilakukan secara hati-hati dan peduli lingkungan, maka bukan tidak mungkin bumi akan hancur akibat ulah para wirausahawan. “Ratusan tahun banyak pengusaha di seluruh dunia yang terus mengeksploitasi kekayaan alam dan mengeruk keuntungan dari sana tanpa memperdulikan dampaknya," Pendapat itu disampaikan oleh CEO Mamor Chocolate New Zealand Prof Howard Frederick selaku keynote speaker dalam presentasi Indonesian Conference on Innovation and Enterpreneurship (ICIES) di Aula Barat ITB (Nugrahanto, 2009).

Saat ini antara wirausaha dengan masalah lingkungan memang sering dikait-kaitkan, maka munculah kajian mengenai wirausaha yang ramah lingkungan atau yang biasa disebut ecopreneurship. Kewirausahaan jenis ini berkembang terkait dengan isu-isu penting yang dihadapi saat ini seperti permasalahan lingkungan, permintaan yang meningkat akan produk-produk ramah lingkungan serta kesadaran masyarakat dan pemerintah yang meningkat akan berkelanjutan dalam ekosistem dan pembangunan. Hal ini mengingat pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu tujuan

(6)

6

pembangunan nasional. Meskipun demikian, ecopreneurship masih merupakan konsep yang baru, baik dari kajian akademik maupun dalam implementasi praktis (Suprihatin, 2011).

Ecopreneurship memang merupakan kajian yang relatif masih terhitung baru, tetapi literatur mengenai ecopreneurship terus berkembang. Ecopreneurship sendiri mempunyai dimensi di dalamnya yang dapat menunjang tercapainya seorang ecopreneur yang baik, yaitu terdiri dari 3 dimensi, eco-innovation, eco-commitment, dan eco-opportunities. Eco-innovation merupakan tindakan pada pelaku bisnis dalam mengembangkan ide-ide baru, proses dan produk baru, serta menerapkannya sehingga dapat berkontribusi dalam pengurangan beban lingkungan, lalu eco-commitment adalah kesadaran untuk bertidak, memberikan energi dan waktu untuk beraktivitas dalam penanggulangan beban lingkungan, serta eco-opportunities merupakan kesempatan bagi wirausaha untuk bisa mencoba menanggulangi beban lingkungan saat kerusakan lingkungan sudah terjadi akibat aktivitas ekonomi. Dimensi-dimensi tersebut jika digabungkan akan menjadi hal yang bisa mendukung seorang ecopreneur untuk melakukan tindakan bisnisnya tetapi tetap perduli terhadap lingkungan (Kainrath, 2011).

Menjadi green entrepreneur atau seorang ecopreneur yang handal merupakan peluang bisnis yang sangat menguntungkan untuk para pebisnis, khusus nya dikalangan anak muda yang selalu mengembangkan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Green entrepreneur berorientasi kepada kepedulian lingkungan dan secara berkelanjutan meneruskan aksi mereka untuk menciptakan ekonomi yang hijau di masa yang akan datang. Prinsip dasar untuk Green entrepreneur sama dengan wirausaha pada umumnya. Mereka adalah sesorang yang memanfaatkan kesempatan bisnis yang ada dan mendapatkan keuntungan dari bisnis tersebut serta di dukung dengan kegiatan yang menanggulangi permasalahan pada lingkungan dan sosial. Green entrepreneur atau biasa disebut dengan ecopreneur, juga menciptakan lapangan pekerjaan dengan skala besar untuk banyak orang disekitar mereka, dengan memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk ikut melestarikan lingkungan dalam bisnis mereka. Lingkungan disini, tidak hanya alam saja, para pekerja dan masyarakat juga merupakan bagian dari lingkungan yang perlu diperhatikan hak-hak nya (Ivyanno, 2012).

Berkembangnya para wirausaha yang sudah mulai memikirkan mengenai permasalahan lingkungan saat ini seharusnya dapat menjadikan para civitas akademika atau kalangan akademika di perguruan tinggi juga mengetahui berbagai konsep pemikiran mengenai masalah lingkungan serta melakukan pengelolaan lingkungan sekitarnya secara sistematis dan berkesinambungan atau biasa disebut Eco-Campus (Ansav, 2013), terlebih lagi jika pada suatu kampus tersebut sudah terdapat organisasi yang mendukung hal tersebut. Misalnya, melalui organisasi atau UKM HIPMI, dimana HIPMI merupakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia yang saat ini sudah mulai marak terdapat di berbagai Universitas. HIPMI merupakan wadah entrepreneurship yang ada untuk mempelajari mengenai banyak hal tentang wirausaha, salah satunya mendapatkan pengetahuan mengenai wirausaha ramah lingkungan, sehingga hal tersebut dirasakan dapat berkaitan untuk menunjang mahasiswa-mahasiswa yang masuk ke dalam anggota HIPMI tersebut dalam menerapkan ilmu yang mereka

(7)

7

peroleh di dalam HIPMI tersebut ke dalam konsep Eco-Campus di setiap universitas mereka masing-masing.

Berbagai bentuk antisipasi telah bermunculan dengan semakin banyaknya gerakan dan program penanggulangan pemanasan global. Pemerintah sendiri telah memprakasai gerakan-gerakan cinta lingkungan, tidak hanya itu juga bermunculan LSM peduli lingkungan dan juga pendidikan lingkungan di berbagai sekolah. Program Eco-Campus atau Green campus merupakan salah satunya, ini ditujukan kepada perguruan tinggi di Indonesia dan sifatnya hanya sukarela, tidak ada paksaan dari pemerintah, dengan begitu diharapkan munculnya kesadaran dan kepedulian segenap warga kampus untuk menjalankan program ini. Kampus sebagai kumpulan kaum intelektual sudah seharusnya menjadi contoh atau panutan kepada institusi atau masyarakat lain akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan (Maarif, 2013).

Green campus merupakan sebuah program atau gerakan yang berusaha mewujudkan lingkungan kampus yang nyaman, teduh, rindang, asri dan tentunya dapat mengurangi pemanasan global. Kampus diharapkan bisa mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki terutama di bidang lingkungan. Kampus harus menjadi motor penggerak perubahan menuju lingkungan yang hijau. Konsep go green disini bukan hanya sekedar menanam pohon-pohonan atau membuat kampus menjadi “hijau”. Namun bagaimana kampus dapat menggunakan sumber daya yang ada dengan efektif dan efisien. Mulai dari penggunaan listrik, air, kertas, pengelolaan sampah, saluran drainase dan masih banyak lagi (Maarif, 2013).

Secara umum Eco-Campus adalah konsep pengelolaan lingkungan hidup di wilayah kampus dengan melibatkan semua civitas akademika. Menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLHD) Jabar, Eco-Campus didasarkan pada pemikiran bahwa:

a. Sulitnya masalah lingkungan dipecahkan secara parsial

b. Transfer knowledge potensial disampaikan melalui jalur pendidikan formal dan tidak formal c. Pelibatan mahasiswa secara aktif agar mempunyai kesadaran dalam hal pengelolaan

lingkungan

d. Meningkatnya interaksi mahasiswa dan lingkungannya e. Meningkatnya partisipasi masyarakat

Program membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan serta membantu membawa perubahan pola hidup dalam menggunakan energi dan sumber daya alam yang sudah terbatas pada perguruan-perguruan tinggi, maka UI melakukan inovasi di bidang lingkungan hidup dengan menyusun daftar pemeringkatan perguruan tinggi di dunia berdasarkan pengelolaan lingkungan hidup kampus, yaitu UI Green Metric Ranking of World Universities 2010. UI Green Metric adalah pemeringkatan perguruan tinggi yang pertama dan satu-satunya di dunia dengan menggunakan komitmen pengembangan infrastruktur kampus ramah lingkungan sebagai indikatornya (Syaiful, 2010).

(8)

8

Berikut merupakan data peringkat perguruan-perguruan tinggi di Indonesia melalui UI Green Metric:

Tabel 1.3

World Ranking in UI Green Metric 2013

No University Ranking Total Score Setting & Infrastru ktur Energy and Climate Change

Waste Water Transportation Education

1 Universitas Indonesia 30 6,379 983 1,635 1,050 475 1,475 761 2 Institut Pertanian Bogor 32 6,363 856 1,330 1,125 775 1,375 902 3 Universitas Diponegoro 47 6,172 621 1,495 1,350 525 1,375 806 4 Universitas Negeri Semarang 48 6,165 825 1,545 1,050 675 1,375 695 5 Institut Teknologi Bandung 85 5,756 689 1,360 1,425 875 900 507 6 Institut Teknologi Sepuluh November 123 5,308 684 1,395 1,050 875 675 629 7 Universitas Sebelas Maret 134 5,174 612 1,285 1,050 575 1,175 477 8 Universitas Andalas 146 5,032 676 1,505 1,050 500 659 643 9 Universitas Lampung 148 4,984 795 1,285 1,050 400 800 654 10 Universitas Riau 164 4,814 574 1,060 900 750 925 605 11 Universitas Bengkulu 168 4,793 812 1,050 1,050 375 1200 306 12 Universitas Sanata Dharma 178 4,718 428 985 1,200 875 525 705 13 Universitas Islam Indonesia 184 4,679 761 1,125 900 400 1,275 218 14 Universitas Gunadarma 208 4,410 333 1,310 1,200 575 725 267

(9)

9 15 Universitas Terbuka 219 4,249 531 1,285 900 625 800 108 16 Institut Teknologi Telkom 246 3,783 668 925 675 625 750 140 17 Universitas Negeri Jember 253 3,682 504 925 900 150 600 603 18 Universitas Pancasila 256 3,655 685 710 600 625 625 410 19 Universitas Muhamadiyah Surakarta 264 3,551 819 1,160 600 126 700 147 20 Universitas Sriwijaya 265 3,550 959 610 600 625 475 281 21 Universitas of Brawijaya 275 3,326 373 910 900 585 375 183 22 Universitas Tanjungpura 287 2,905 315 550 750 625 375 290 23 Universitas Tarumanegara 288 2,881 225 810 675 275 550 346 24 Universitas Atma Jaya Yogjakarta 291 2,820 414 1,220 450 125 400 120 25 Universitas Kristen Petra 292 2,814 247 685 675 875 225 108 26 Universitas Syiah Kuala 294 2,711 779 775 375 250 350 182 27 Universitas Surabaya 298 2,436 401 450 375 450 625 135 28 Universitas Pelita Harapan 301 1,807 535 375 450 15 325 106

Sumber : Universitas Indonesia (2013)

Dilihat dari tabel di atas yaitu pemeringkatan perguruan tinggi berdasarkan pengelolaan lingkungan hidup kampus yang bisa dijadikan contoh atau panutan bagi universitas-universitas lain khususnya di Indonesia, yang terdapat pada 5 besar perguruaan tinggi yang berasal dari Indonesia yaitu, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, dan Institut Teknologi Bandung.

Universitas Indonesia (UI) mendapatkan peringkat 30, UI sendiri mempunyai beberapa pogram untuk penerapan Eco-Campus atau Green Campus ini yaitu, program pemanfaatan air, pemanfaatan enegi, pengurangan timbunan sampah, pemanfaatan lahan, penanggulangan pencemaran udara (Universitas Indonesia, 2014).

(10)

10

UI memiliki obsesi untuk menciptakan lingkungan kampus yang hijau atau green campus. Sebagai institusi pendidikan dengan perspektif world class university, UI mempunyai modal simbolik berupa pengetahuan dan alokasi dana untuk menjadi pengaruh bagi lingkungan di sekitarnya. Ekosistem di UI yang asri dan hijau adalah wujud nyata dari kepedulian UI terhadap lingkungan hidup. Usaha ini tentunya banyak didukung oleh para pemerhati lingkungan dan civitas akademika UI (Universitas Indonesia, 2014).

Selanjutnya ada diperingkat 32 yang didapat oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), IPB mempunyai Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak di Lingkungan Hidup yang dinamakan Agreemove. Agreemove didirikan pada tanggal 21 Oktober 2009 dan baru bisa dimulai pada tanggal 14 Februari 2010. Agreemove berfokus pada beberapa spesifikasi kegiatan, yaitu pengelolaan dan pemanfaatan sampah, limbah, serta hal hasil buangan lain yang tidak termanfaatkan. Lalu pengkajian dan pemanfaatan hasil kajian terhadap isu efisiensi sumber daya terbarukan seperti air, udara, dan energi yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Serta pengkajian, pendidikan, dan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Selalu berpegang pada tiga pilar keberlanjutan (sosial, lingkungan, ekonomi) dalam menjalankan seluruh programnya dan Agreemove percaya keseimbangan diantara ketiga pilar tersebut sangat mendasar terhadap tercapainya masyarakat yang berkelanjutan (Institut Pertanian Bogor, 2014).

UKM Agreemove IPB mempunyai tiga bidang peminatan bagi anggotanya, yaitu: Pengolahan Sampah Terpadu, Ilmiah Lingkungan, dan Kreasi Lingkungan, yaitu sebagai berikut :

Sumber : Institut Pertanian Bogor (2014) Gambar 1.2

Tiga Peminatan UKM Agreemove IPB

Selanjutnya diurutan 47 diperoleh Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Diponegoro belakangan ini gencar sosialisasi dan memantapkan diri sebagai kampus yang ramah lingkungan dengan sejumlah indikator di antaranya memiliki pojok tanaman langka, hutan kampus dan secara kontinyu melakukan penanaman tanaman penghijauan di kampus Undip. Selain itu kampus juga dilengkapi dengan sarana prasana kampus yang ramah lingkungan seperti sarana pemisahan sampah, memiliki waduk, jalur sepeda dan lain sebagainya (Aditya, 2013).

Toto Rusmanto menjelaskan, pencangan Universitas Undip sebagai Green Campus pada 2013 oleh Kementrian Lingkungan Hidup yang diidealkan memiliki 30% kawasan hijau. Maka evaluasi ketersediaan lahan setiap unit kampus segera dilakukan. Dia menjelaskan, 1 hektar hutan

(11)

11

membutuhkan sekitar 350 pohon, jika 30% luas kampus Undip 135,3 hektar maka sekitar 49,56% hectare merupakan hutan kampus sehingga dibutuhkan sebanyak 14.196 pohon. Suprihartono menjelaskan, terkait penataan kampus Undip yang berwawasan lingkungan, maka program penanaman pohon menjadi program utama. Komitmen untuk ruang terbuka hijau sekitar 70% (SuaraMerdeka, 2013).

Lalu pada posisi ke 48 yaitu Universitas Negeri Semarang (UNS). Balthasar Kambuaya, Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia mengungkapkan bahwa UNS menjadi model Green Campus di Indonesia. “Kampus ini menjadi model pemimpin lingkungan hidup yang berkelas. Sehingga, bila nanti mahasiswanya menjadi pemimpin di tempat lain, dapat menerapkan lingkungan hijau di sana,” ungkapnya saat jumpa pers usai penanaman pohon. Untuk menjadi Green Campus, lanjut Balthasar, ruang terbuka hijau di UNS harus mencapai minimal 30% dari luas lahan yang dimiliki. Sedangkan, hingga saat ini ruang terbuka hijau UNS baru mencapai sekitar 25% dari luas lahan kampus UNS (Universitas Negeri Semarang, 2013).

Institut Teknologi Bandung (ITB) pun masuk ke dalam UI Green Metric dengan berada di peringkat 85, ITB mempunyai wadah kolaborasi bersama dimana diterapkan berbagai disiplin ilmu, dalam hal ini lembaga kemahasiswaan di ITB yang concern terhadap lingkungan, dapat saling bertemu, berkomunikasi, dan melahirkan sebuah gerakan bersama, yang disebut Ganesha Hijau. (Institut Pertanian Bogor, 2011).

Selain terkenalnya ITB dengan ukuran banyaknya pohon yang ada di dalam kampus, ITB pun memiliki banyak potensi yang dapat menjadikan ITB sebagai role model Eco-Campus di Indonesia. Beberapa potensi yang dimiliki oleh ITB diantaranya adalah :

1. Pusat Pengolahan Sampah (PPS) Sabuga.

2. Tempat sampah 2 jenis (Sampah yang dapat membusuk: warna hitam dan sampah yang tidak dapat membusuk: warna putih).

3. Ruang terbuka hijau yang luas. 4. Fasilitas tempat parkir sepeda. 5. Lampu solar cell.

6. Gerakan bersama mahasiswa ITB di bidang lingkungan, Ganesha Hijau.

Untuk mendukung tercapainya Eco-Campus di ITB, ITB mempunyai tiga pilar utama yang terkait penerapan Eco-Campus tersebut, berikut merupakan Tiga Pilar Utama Eco-Campus ITB :

(12)

12

Sumber : Institut Pertanian Bogor (2011)

Gambar 1.3

Tiga Pilar Utama Eco-Campus ITB

1. Kebijakan atau peraturan rektorat dalam penegasan hal-hal yang berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup, green rules.

2. Perilaku seluruh civitas akademika terkait kesadaran terhadap permasalahan lingkungan, green attitude dan green lifestyle.

3. Sarana dan prasarana (fasilitas fisik) penunjang hal-hal yang berkaitan dengan ramah lingkungan, green infrastructure.

Pada gambar Tiga Pilar Utama Eco-Campus ITB di atas, bahwa mahasiswa merupakan salah satu atau inti dari target penerapan adanya Eco-Campus di perguruan-perguruan tinggi, karena mahasiswa merupakan calon pemimpin generasi masa depan yang memiliki tanggung jawab khusus untuk memimpin jalan dalam menangani masalah yang sangat nyata terkait krisis energi dan pemanasan global yang ada (Syaiful, 2010).

Berdasarkan dari Gambar 1.3, dapat dilihat bahwa mahasiswa merupakan inti atau awal dari pencapaian terbentuknya Eco-Campus di suatu Universitas, sebelum rektorat dan civitas akademika lainnya. Sebagai mahasiswa, rasa peduli terhadap lingkungan seharusnya bukan hanya celoteh belaka, namun lebih ke arah implementasi untuk membuat gagasan yang positif bisa terwujud dan menjadi kenyataan. Peran aktif mahasiswa untuk mengurangi polusi udara bisa dilakukan dengan hal-hal kecil misalnya bersepeda ataupun jalan kaki menuju kampus. Mengurangi penggunaan transportasi yang menimbulkan emisi karbon monoksida tentunya akan sangat bermanfaat bagi lingkungan. Efek rumah kaca penyebab global warming yang terjadi di bumi ini pun akan berkurang secara berkelanjutan sedikit demi sedikit (Institut Teknologi Sepuluh November, 2013).

Banyak perguruan tinggi di Indonesia yang memang sudah menerapkan konsep dari program Eco-Campus atau Green campus ini, hal ini seharusnya menjadikan Universitas Telkom menjadi salah satunya. Apalagi pada UI Green Metric Ranking of World Universities, sudah tercantum Institut Teknologi (IT) Telkom pada saat sebelum menjadi satu dalam Universitas Telkom dimana IT Telkom berada di urutan 246, karena IT Telkom saat ini sudah menjadi bagian dari Universitas Telkom,

(13)

13

disinilah mengapa seharusnya Universitas Telkom tergerak mengikuti jejak IT Telkom tersebut, dimana seharusnya warga Universitas Telkom yang intinya dimulai dari mahasiswa dapat peka dan mengetahui terlebih dahulu mengenai konsep ramah lingkunganya itu memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan efisien, terlebih lagi Universitas Telkom mempunyai UKM eksternal yaitu HIPMI-PT Universitas Telkom, dimana di ukm ini adalah sebagai wadah pengetahuan mengenai entrepreneurship yang telah melahirkan banyak entrepreneur yang siap menghadapi dunia bisnis saat ini, dimana wirausaha saat ini harusnya sudah mulai mengetahui konsep ataupun sudah bergerak kearah ramah lingkungan (ecopreneur) dan secara berkelanjutan meneruskan aksi mereka untuk menciptakan ekonomi yang hijau di masa yang akan datang, didukung pula dengan dimensi-dimensi yang ada di dalam ecopreneurship yaitu Innovation, Commitment, dan Eco-Oppportunities, dimana dimensi-dimensi tersebut merupakan penunjang tercapainya ecopreneurship yang baik, hal ini berkaitan dengan bagaimana keterkaitan mereka pada konsep Eco-Campus yaitu kampus yang berorientasi juga kepada lingkungan yang saat ini mulai banyak di terapkan di Universitas–Universitas lain, lalu dengan melihat kondisi yang sudah dipaparkan diatas, maka penelitian ini membahas mengenai Pengaruh Dimensi Ecopreneur terhadap Konsep Eco-Campus pada Himpunan Pengusaha Muda Indonesia – Perguruan Tinggi Universitas Tekom.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian inisebagai berikut:

1. Bagaimana Eco-Innovation, Eco-Commitment, Eco-Opportunities pada HIPMI-PT Universitas Telkom?

2. Bagaimana konsep Eco-Campus pada HIPMI-PT Universitas Telkom?

3. Bagaimana pengaruh Eco-Innovation, Eco-Commitment, Eco-Opportunities secara simultan terhadap konsep Eco-Campus pada HIPMI-PT Universitas Telkom?

4. Bagaimana pengaruh Eco-Innovation, Eco-Commitment, Eco-Opportunities secara parsial terhadap konsep Eco-Campus pada HIPMI-PT Universitas Telkom?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Eco-Innovation, Eco-Commitment, Eco-Opportunities padaHIPMI-PT Universitas Telkom.

2. Mengetahui konsep Eco-Campus pada HIPMI-PT Universitas Telkom.

3. Mengetahui pengaruh Eco-Innovation, Eco-Commitment, Eco-Opportunities secara simultan terhadap konsep Eco-Campus pada HIPMI-PT Universitas Telkom.

4. Mengetahui pengaruh Eco-Innovation, Eco-Commitment, Eco-Opportunities secara parsial terhadap konsep Eco-Campus pada HIPMI-PT Universitas Telkom.

(14)

14 1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan : 1. Bagi Universitas Telkom

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai dimensi ecopreneur terhadap konsep Eco-Campus pada HIPMI-PT Universitas Telkom. Hal ini menjadi evaluasi dari dimensi ecopreneur pada mahasiswa khususnya HIPMI-PT Universitas Telkom sekaligus untuk mengetahui bagaimana terhadap konsep Eco-Campus nya. 2. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penulis dalam mengaplikasikan serta menumbuhkan keterampilan menulis dan meneliti guna pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang yang akan dikaji.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini, disusun suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pendahuluan yang terdiri atas gambaran umum objek penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi rangkuman teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian yang digunakan, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, uji regresi linear berganda, dan pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis dan pengolahan data yang dilakukan, yaitu karakteristik responden, deskripsi variabel penelitian, analisis dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian beserta rekomendasi bagi objek yang diteliti maupun bagi penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, penelitian ini akan berjudul “PENGARUH STUDENT ENGAGEMENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS UNIVERSITAS TELKOM”... 16 1.3

Dalam situasi tersebut masyarakat Indonesia telah mencari alternatif dan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah dengan cara menciptakan usaha dan menyediakan lapangan

publik, maka perlu dirancang pola penyelenggaraan pelayanan publik yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat pada umumnya seperti pola pelayanan

mengusulkan Fasilitator Kecamatan kepada Bupati untuk diangkat menjadi Fasilitator Kecamatan dan ditetapkan melalui Keputusan Bupati yang bertugas sebagai petugas

Langkah 5: M engkaji ulang aset yang berhubungan dengan informasi yang telah di identifikasi pada saat langkah dua dan memilih kurang lebih lima aset yang paling kritis

Tentu saja, dari sekian banyak masalah yang dihadapi apotek tersebut tidak dapat diselesaikan seluruhnya (terutama dengan bidang ilmu komputer).. Sehingga, isi batasan masalah

Seperti beberapa pengguna yang merasa jika informasi yang dihadirkan kurang up to date, serta fitur- fitur pada chatbot Serina masih sulit untuk dioperasikan sehingga

Seluruh dosen dan staf Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana yang telah memberikan segenap ilmunya.. Suami tercinta, Kresno Nugro Aji SH.,