• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman kekerasan dan akibatnya serta harapan hidup mahasiswa-mahasiswi Akprind asal Timor Leste selama kerusuhan di Dili tahun 1999-2006 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengalaman kekerasan dan akibatnya serta harapan hidup mahasiswa-mahasiswi Akprind asal Timor Leste selama kerusuhan di Dili tahun 1999-2006 - USD Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Indirah Maria Angelina Pires NIM: 981114037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Lebih baik lah kurang pandai tapi bertakwa daripada sangat berilmu tapi pelanggar hukum Taurat” (Sirakh, 19:24).

“MINTALAH KEPADA TUHAN SUPAYA IA MEMBERI KITA

RENCANA YANG TEPAT” (Penulis).

Skripsi Ini SAYA Persembahkan Untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu setia menemani saya dalam suka dan duka. Pai Câncio Pires dan Mãe Mize Pires serta kedua adik saya Bhuto Pires danAve Pires. Terimakasih atas segala kasih, doa, perhatian dan

dukungannya yang saya terima selama ini. Tuhan memberkati kita semua.

(5)

v

kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya Karya Ilmiah.

Yogyakarta, 11 Desember 2007

(6)

vi ABSTRAK

PENGALAMAN KEKERSAN DAN AKIBANYA SERTA HARAPAN HIDUP MAHASISWA-MAHASISWI AKPRIND ASAL TIMOR LESTE

SELAMA KERUSUHAN DI DILI TAHUN 1999-2006

Indirah Maria Angelina Pires

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2007

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai pengalaman kekerasan dan akibatnya serta harapan hidup mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste selama kerusuhan di Dili tahun 1999-2006. Masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana pengalaman kekerasan mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sewaktu terjadi kerusushan di Dili? (2) Bagaimana akibat dari pengalaman kekerasan mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste bagi diri mereka? (3) Bagaimana harapan hidup mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sekarang ini?

Subjek penelitian adalah para mahasiswa transferan Universidade da Paz (UNPAZ) Dili Timor Leste yang kuliah di AKPRIND-Yogyakarta berjumlahkan 16 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh penulis dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Kuesioner terdiri dari 80 item sebagai penjabaran dari dua aspek. Kedua aspek tersebut adalah (1) pengalaman kekerasan (2) akibat bagi kehidupan: a. fungsi diri, b. harapan hidup.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman kekerasan dan akibatnya serta harapan hidup mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste selama kerusuhan di Dili tahun 1999-2006 tergolong baik, sebab mayoritas dari mereka memiliki harapan hidup cerah terhadap tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan. Ada 11 orang mengalami pengalaman kekerasan ringan dan 5 orang berat sementara akibat kekerasan bagi fungsi diri, ada 9 orang berat dan 7 orang ringan sedangkan harapan hidup ada 9 orang cerah dan 7 orang suram.

(7)

vii

DURING VIOLENCE IN DILI 1999 - 2006

Indirah Maria Angelina Pires

Sanata Dharma University, Yogyakarta 2007

This Research is descriptive research. The objective of this research is to get general description about experiences on violence and its impacts and live expectation of AKPRIND students from Timor Leste during violence in Dili 1999-2006. The issues of this research are (1) what were the experiences for AKPRIND students while violence in Dili? (2) What were the impacts of violence experiences for AKPRIND students from Timor Leste? (3) What the live expectation of AKPRIND students from Timor Leste recently?

The subject of research is student who transferred from Universidade da Paz (UNPAZ) Dili Timor Leste and study at AKPRIND-Yogyakarta that consist of 16 students. The instrument that used in the research was a questioner, which was designed by the writer and consulting with guide lecturer. The questioners consist of 80 items as describe into two aspects. The two aspects are (1) Experiences on violence (2) Impact to life: a. self- function, b. live expectation.

The out comes of the research showed that the experiences on violence and its impact and live expectation of AKPRIND students from Timor Leste during violence in Dili 1999-2006, which was categorized better, because majority of the students have bright life expectation on duty of life and life in community recently and in the future. There were 11 students who had experience on small violence and 5 students had serious violence. Besides that, the impact of violence to self- function also had 9 students on serious impact and 7 students were small impact. For the life expectation, there were 9 students who on bright life expectation and 7 students were on bad life expectation.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur dan limpah terima kasih kepadaMu Tuha n atas bimbingan dan campur tanganMu yang menuntun saya dalam mengerjakan skripsi ini sampai selesai. Berkat dan kemurahanMulah, saya dapat menulis skripsi ini sampai selesai.

Perjalanan penyelesaian skripsi ini terasa sangat panjang dan melelahkan, tetapi banyak makna yang saya petik dari refleksi pengalaman sepanjang penulisan skripsi sampai selesainya skripsi ini. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, saya mengalami banyak dukungan dari banyak pihak; baik itu dukungan moril maupun spiritual, terlebih lagi ide- ide, kritik dan saran yang sangat membantu penyelesaian skripsi ini. Dalam lembar ini saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya secara khusus kepada: 1. Ibu Dra. M. M. Sri. Hastuti, M. Si.; Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk melaksanakan penulisan skripsi ini, dan selama saya belajar di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

2. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum.; Dosen Pembimbing yang penuh pengertian, keramahan, kesabaran, dan ketulusan memberikan masukkan, waktu, tenaga, pengalaman, dukungan, dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ix

5. Rektor AKPRIND yang telah memberikan ijin kepada saya untuk mengadakan penelitian.

6. Para Mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sebagai subjek penelitian ini yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian dengan sungguh-sungguh. (Berjuanglah terus demi membangun negara kita tercinta Timor Leste yang hancur porak poranda akibat konflik dan kekerasan selama ini untuk menjadi semakin lebih baik lagi).

7. Papa dan mama tercinta, terimakasih untuk segala perhatiannya, dukungannya, kesabarannya, doanya dan kasih sayangnya kepada saya selama kuliah dan menyelesaikan skripsi ini. Adik Bhutto, terimakasih untuk terjemahan abstraknya serta kiriman uangnya untuk membeli buku-buku yang saya gunakan dalam penulisan skirpsi ini. Dan juga untuk adik Ave.

(10)

x

Jojon, Dora, Kak Fa, Ella, Lenny, Healhty, Lira, Trias, Elsy, Monic, Eta, Mala, Adilson, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, dan teman-teman tercinta di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling.

Penulis

(11)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

ABSTRAK ………... vi

ABSTRAC ………....vii

KATA PENGANTAR ………viii

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 7

C. Tujuan Penelitian ……… 7

D. Manfaat Penelitian ……….. 8

E. Batasan Variabel ……… 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kekerasan di Dili Timor Leste Periode 1999-2006 ... 10

(12)

xii

2. Macam- macam Bentuk Kekerasan ………. 12

a. Fisik ……….. 13

b. Seksual atau Reproduksi ……….. 13

c. Psikologis ………. 13

d. Deprivasi ……….. 13

3. Penyebab Terjadinya Kekerasan ……… 14

a. Tingginya Tingkat Pengangguran ……… 14

b. Situasi Lingkungan ………. . 15

c. Parahnya Kesenjangan antara Pendapatan dan Kesejahteraan antara yang Kaya dan Miskin ……….. 16

d. Frustrasi dan Kemarahan ……….. 16

B. Penderitaan ……….. 17

C. Pengalaman Traumatis Akibat Kekerasan Menghambat Perkembangan Kepribadian Seseorang untuk Menjadi Pribadi yang Berfungsi Sepenuhnya ………. 19

1. Pengertian Trauma dan Akibat-akibatnya ……….. 20

2. Akibat-akibat Trauma ……… 20

a. Emosi ……… 21

b. Kognitif ………... 21

c. Hyperarousal ……… 21

d. Tubuh ………... 22

(13)

xiii

a. Bimbingan Penyembuhan (Kuratif) ………. 28

b. Bimbingan Perkembangan (Perseveratif) ……… 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 30

B. Alat Pengumpulan Data ………... 30

1. Kuesioner Pengalaman Kekerasan Mahasiswa-mahasiswi AKPRIND Asal Timor Leste ……… 30

2. Skoring ………... 32

3. Reliabilitas dan Validitas ………... 33

a. Reliabilitas Kuesioner ……… 33

b. Validitas Kuesioner ……… 34

C. Subjek Penelitian ……….. 36

D. Prosedur Pengumpulan Data ……… 36

1. Tahap Persiapan ………. 36

2. Pengumpulan Data Penelitian ……… 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 38

(14)

xiv

2. Kategori Akibat Kekerasan terhadap Kehidupan Mahasiswa-

mahasiswi AKPRIND Asal Timor Leste bagi Diri Mereka ………... 39

a. Akibat Fungsi Diri ……… 40

b. Harapan Hidup ………. 40

3. Kesimpulan Umum ……… 41

B. Pembahasan ……….. 43

BAB V KESIMPULAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 48

B. Saran-Saran ……….. 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

DAFTAR LAMPIRAN ……….. 54

Lampiran 1: Kuesioner Pengalaman Kekerasan Mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste ……… 55

Lampiran 2: Hasil Tabulasi Skor Pene litian ……… 61

Lampiran 3 : Perhitungan Peraspek Pengalaman Kekerasan Mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste ……… 68

Lampiran 4 : Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Penelitian ……….. 73

(15)

1

Bab pendahuluan memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan-batasan variabel.

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena kekerasan pada kenyataannya memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Sejak diturunkannya manusia di dunia, sejarah kekerasan telah ditampilkan oleh anak Adam dan Hawa, dengan tewasnya Habel di tangan Kain (Daniel, 1997).

Menurut Fromm (2000), kekerasan akan mencapai puncaknya dengan munculnya tragedi peperangan. Namun peperangan yang paling kejam adalah adanya perang saudara yang tidak saja akan menghancurkan secara fisik, namun lebih jauh akan saling menghancurkan secara ekonomi, sosial, politik kedua pihak yang saling bertikai.

(16)

2

masyarakat sebab situasi sosial, politik, ekonomi, kepemimpinan dan keamanan tidak dapat berjalan normal seperti sedia kala. Dari hari kehari kekerasan demi kekerasan terus terjadi di sekitar mereka.

Warga Timor Leste yang semula hidupnya berdampingan, saling melengkapi kebutuhan antara satu dengan yang lain, saling menghargai baik dalam bentuk barang maupun orang dan saling mempercayai satu dengan yang lain; kini berubah sebab memandang sesama sebagai musuh mereka yang harus dilawan. Teman menjadi musuh, saling membenci, saling mengancam, saling bersaing mendapatkan kesejahteraan, saling menaruh dendam, kecemburuan sosial yang tinggi terhadap jabatan dan kesejahteraan yang diperoleh orang lain. Pada akhirnya melahirkan penjarahan yang diwarnai dengan pembunuhan satu sama yang lainnya, saling menaruh kecurigaan akan kesejahteraan yang diperoleh orang lain dan mengutamakan kekayaan tanpa peduli bahwa ia bahagia di atas penderitaan orang lain.

Menurut Gunadi (PASTI 2004), apabila situasi seperti ini berlangsung terus menerus maka masyarakat akan menjadi mudah dipengaruhi oleh orang lain dan juga akan mudah melakukan tindak kekerasan untuk memenuhi apa yang diinginkannya. Berbagai faktor penyebab terjadinya kekerasan adalah dendam yang bersumber karena pernah mengalami kekerasan maka mendorong korban melampiaskan dalam bentuk perilaku yang sama pula (Smith-Cannady, 1998).

(17)

2003 dan tahun 2006 menandakan kedamaian dan ketenteraman yang diimpikan oleh semua lapisan masyarakat belum sepenuhnya diperoleh. Buktinya, dari tahun 1999 kekerasan terjadi di seluruh teritori Timor Leste, tahun 2003 dan tahun 2006 kekerasan masih terus terjadi yang berpusat di kota Dili Timor Leste. Menurut laporan Komisi Khusus Investigasi Internasional-PBB, puluhan orang harus kehilangan nyawanya baik dari pihak sipil maupun dari pihak militer lokal maupun militer internasional, puluhan orang mengalami luka ringan dan luka berat, kehilangan harta benda karena penjarahan serta kehilangan tempat tinggal karena dibakar oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Akibatnya negara termuda ini berada diujung jurang kehancuran dan menjadi negara yang gagal memberikan keamanan, kedamaian, ketenteraman dan ketenangan pada warganya.

(18)

4

lebih nyaman untuk melakukan sendiri proses penghakiman terhadap pelaku kejahatan ketimbang menyerahkannya kepada institusi hukum yang ada, (Gunadi dalam Pasti, 2004).

Kekerasan adalah segala sesuatu yang menyebabkan orang terhalang untuk mengembangkan potensi kepribadiannya secara sehat. Menurut Galtung (Mohttar dkk, 2000), kekerasan bukan hanya berwujud keadaan yang menimpakan penderitaan atau kesengsaraan pada seseorang tetapi juga bisa berwujud pengalaman traumatis yang menjadi penghalang bagi seseorang untuk memperoleh kebaikan atau kebahagiaan.

Fakta-fakta tersebut menarik minat penulis untuk mengetahui mengapa keberadaan manusia (dalam hal ini masyarakat Dili) lekat dengan kekerasan? Bagaimana dampak kekerasan itu bagi para korban? Bagaimana para korban kekerasan mengatasi pengalaman kekerasan?

(19)

UNPAZ untuk melanjutkan kuliah mereka di kampus AKPRIND-Yogyakarta. Para mahasiswa tesebut berjumlahkan 16 orang: 3 orang perempuan dan 13 orang laki- laki. Atas kebijakan Rektor AKPRIND menerima para mahasiswa transferan tersebut akhirnya mereka bisa melanjutkan kembali kuliah mereka di kampus tersebut dan aktif sebagai mahasiswa AKPRIND. Korban kekerasan yang menjadi subjek penelitian kami adalah para mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste tersebut.

Mahasiswa- mahasiswi Timor Leste yang kuliah di AKPRIND adalah korban kekerasan yang terjadi di Dili Timor Leste pada tahun 1999, tahun 2003, dan tahun 2006. Kekerasan-kekerasan yang mereka alami dan rasakan seperti: ancaman, pemuk ulan, bentakan, kehilangan tempat tinggal karena dibakar, kehilangan orang-orang tercinta karena dibunuh atau diculik serta kehilangan harta benda karena penjarahan. Semua kejadian tersebut pada akhirnya mengakibatkan mereka mengalami ketakutan dan memiliki pengalaman traumatis.

(20)

6

Dili Timor Leste mengalami kepribadian seperti yang digambarkan oleh Rogers. Sebab keamanan, kedamaian dan ketenteraman di kota Dili yang dirasakan/dialami masyarakat tidak sesuai dengan yang diinginkan/diharapkan. Yang ada hanyalah kekacauan, kerusuhan, konflik yang berkepanjangan sehingga harus memakan korban jiwa yang tidak berdosa dan mengakibatkan banyak orang harus mengungsi dari tempat asalnya sendiri karena panik dan takut keselamatannya terancam.

Kepribadian yang berfungsi sepenuhnya, terarah kepada orang lain sama sekali tidak berpusat pada diri sendiri, produktif, dapat mengontrol hidupnya, mengembangkan kualitas-kualitas yang ada pada dirinya, bergerak merubah dunia yang sudah tidak benar, bahagia, independent, mampu menguasai diri sendiri, menentukan nasib sendiri, dan mempunyai dorongan-dorongan untuk menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Pandangan orang berfungsi sepenuhnya adalah ke depan yaitu, kepada peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak menoleh kembali pada peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialaminya (Rogers dalam Schultz, 1991). Menurut penulis, mahasiswa-mahasiswi Timor Leste perlu juga memiliki pandangan ke depan sebab mereka adalah penerus bangsa dan Negara Timor Leste.

(21)

penderitaannya tersebut. Dengan demikian mereka dapat menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya seperti yang ditekankan oleh Rogers. Harapan penulis mereka dapat mengembangkan potensinya dengan cara menyelesaikan kuliahnya tanpa dibayangi pengalaman pahit tentang kekerasan di masa lalu. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa- mahasiswi AKRPIND Yogyakarta yang asalnya dari Timor Leste yaitu para mahasiswa transferan dari UNPAZ (Universidade da Paz) Dili Timor Leste. Alasan penulis memilih mahasiswa-mahasiswi AKPRIND Yogyakarta transferan dari UNPAZ Dili Timor Leste sebagai subjek penelitian karena para mahasiswa tersebut adalah korban-korban kekerasan yang terjadi di Dili Timor Leste.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengalaman kekerasan mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sewaktu terjadi kerusuhan di Dili?

2. Bagaimana akibat dari pengalaman kekerasan para mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste bagi diri mereka?

3. Bagaimana harapan hidup mahasiswa- mahasiswi AKPRIND Asal Timor Leste sekarang ini?

C. Tujuan Penelitian

(22)

8

2. Mengetahui akibat dari pengalaman kekerasan yang dialami para mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste bagi diri mereka. 3. Mengetahui harapan hidup mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor

Leste sekarang ini.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian akan digunakan untuk pengembangan program pendampingan mahasiswa- mahasiswi Timor Leste yang kuliah di AKPRIND.

E. Batasan Variabel

1. Pengalaman kekerasan dari para mahasiswa adalah penderitaan fisik, mental, sosial, moral yang terjadi pada diri mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sewaktu terjadi pergolakan atau kerusuhan di Dili dan diukur dengan kuesioner pengalaman kekerasan mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh mahasiswa. Ada dua kategori pengalaman kekerasan yaitu ringan dan berat.

(23)
(24)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang menjadi dasar perumusan masalah yang memberi arahan bagi penelitian ini.

A. Kekerasan di Dili Timor Leste Periode 1999-2006

Pada tanggal 30 Agustus 1999, dalam referendum yang dipantau oleh pasukan Perdamaian Bangsa-Bangsa (PBB), kebanyakan penduduk Timor Timur 78% memilih merdeka, memisahkan diri dari Indonesia. Kemudian namanya diganti menjadi “Timor Leste”. Hanya tiga-empat jam seusai pengumuman, sebagai wujud ketidakpuasan milisi pro otonomi mulai menyerang kantong-kantong pendukung pro-kemerdekaan. Bahkan beberapa kantor UNAMET didatangi dan digedor. Suara lengkingan tembakan dan kilatan api memenuhi langit hingga ahab subuh dini hari. Penembakan dan pembakaran ruma h, gedung, dan sarana vital lainnya dibakar. Dili berubah jadi lautan api. Puluhan ribu penduduk mengungsi. Korban pun jatuh bergelimpangan, bermandi darah. Setidaknya, lima penduduk Dili dilaporkan tewas dalam sehari (Tempo, 1999).

(25)

di Timor Leste; pemberontakan bersenjata dari para eks-tentara Falintil/FDTL dan milisi- milisi sipil bersenjata disertai dengan demo nstrasi-demonstrasi massa untuk legitimasi politik yang kesemuanya menuntut PM Alkatiri untuk mundur dari jabatannya. Kenyataan yang terjadi pasca restorasi kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 2002, Negara Timor Leste masih mengalami berbagai kerusuhan dan kekerasan pertama selama masa kemerdekaan. Tahun 2003 ratusan demo nstran membakar dan menjarah sebuah toko milik pengusaha dari Australia, bahkan dalam kejadian itu rumah Perdana Menteri Alkatiri Timor Leste juga ikut dibakar massa.

Kerusuhan tahun 2006 yakni pemecatan 594 anggota Falintil/FDTL pemecatan itu melahirkan tragedi kerusuhan 28 April yang lebih dikenal dengan kerusuhan April-Mei 2006. Dengan demikian situasi sosial, politik, ekonomi, keamanan dan kepemimpinan di Timor Leste sesudah kemerdekaan, lebih dikuasai oleh mitos kekuatan fisik. Kekerasan pasca referendum 1999, kekerasan di tahun 2003 dan krisis politik Militer tahun 2006 adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari penyebab utama traumatik dan putus asa dalam diri masyarakat Timor Leste.

(26)

12

Mengapa kekerasan begitu mudah terjadi di Timor Leste? Berikut ini penulis akan menguraikan tentang teori kekerasan.

1. Pengertian Kekerasan

Menurut Kristi (2004), kekerasan adalah hal yang sangat kompleks, menyangkut keterikatan aspek-aspek internal dan eksternal, subjektif (penghayatan akan diri dan yang lain), inter subjektif (bagaimana manusia yang satu dengan yang lain saling memandang dan berkesadaran), obyektif (misalnya, tuntutan perut, atau pengangguran besar-besaran akan disusul dengan meningkatnya kriminalitas). Kekerasan menyangkut aspek yang individual, mulai dari kondisi biologis sang subjek hingga bagaimana ia berkesadaran dalam membangun kehendak. Kekerasan menyangkut aspek sosial-politik, struktur makro masyarakat bagaimana lembaga-lembaga resmi maupun tidak resmi terbangun, ada tidaknya aturan hukum dan budaya, penegakannya, komitmen politis dan moral petingi negara bahkan teknologi informasi dan globalisasi.

Dari uraian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kekerasan yang terjadi di Timor Leste juga terjadi karena ada masalah internal dan eksternal yang menyangkut aspek sosial-politik.

2. Macam-macam Bentuk Kekerasan

(27)

a. Fisik

Pemukulan, pengeroyokan, penggunaan senjata untuk menyakiti, melukai; penyiksaan, penggunaan obat untuk menyakiti, penghancuran fisik pembunuhan dalam banyak manifestasinya.

b. Seksual atau Reproduksi

Serangan atau upaya fisik untuk melukai (pada alat seksual), reproduksi; ataupun serangan psikologis (kegiatan merendahkan, menghina) yang diarahkan pada penghayatan seksual subjektif, seperti: manipulasi seksual pada anak (atau pihak yang tidak memiliki posisi tawar setara), pemaksaan hubungan seksual, sadisme dalam relasi seksual multilasi alat seksual, pemaksaan aborsi, penghamilan paksa dan bentuk-bentuk lain.

c. Psikologis

Penyerangan harga diri, penghancuran motivasi, perendahan, kegiatan mempermalukan, upaya membuat takut, teror dalam banyak menifestasinya. Misalnya: makian kata-kata kasar, ancaman, penghinaan; dan banyak bentuk kekerasan fisik atau seksual yang berdampak psikologis, seperti; penelanjangan dan pemerkosaan. d. Deprivasi

(28)

14

Menurut penulis: kemungkinan besar para korban di Timor Leste mengalami kekerasan fisik, seksual, psikologis dan deprivasi.

3. Penyebab Terjadinya Kekerasan

Menurut Gunadi (PASTI, 2004), dan Mu’tadin (2002), penyebab terjadinya kekerasan adalah:

a. Tingginya Tingkat Pengangguran

(29)

kelompok-kelompok yang ekstrim dan menggunakan kekerasan sebagai cara untuk meluapkan kekecewaan mereka.

Minimnya bahasa Inggris dan bahasa Portugis sebagai syarat melamar pekerjaan di kalangan masyarakat Timor Leste banyak yang menjadi pengangguran. Ditambah lagi dengan seringnya nepotisme, koneksi dan korupsi menjadi penentu pengalokasian pekerjaan membuat masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan (dalam hal ini para penganguran) menjadi frustrasi, dan marah sehingga mereka menggunakan kekerasan sebagai cara untuk meluapkan frustrasi dan kemarahan mereka.

b. Situasi Lingkungan

Khususnya di perkotaan. Tidak memadainya akses pelayanan-pelayanan publik yang penting sementra kota itu sendiri terus berkembang dan bertambah penduduknya. Pemerintahan yang tidak berfungsi dengan baik dalam melayani publik dan penuh tindak korupsi akan menyebabkan minimnya kepercayaan publik terhadap pemerintah dan institusi- institusi lainnya sehingga dapat ditempatkan sebagai pendorong terjadinya kekerasan.

(30)

16

dan penuh tindak korupsi membuat masyarakat menjadi kecewa sehingga mereka meluapkan kekecewaan mereka dengan membakar gedung-gedung dan sarana vital lainnya saat konflik terjadi.

c. Parahnya Kesenjangan antara Pendapatan dan Kesejahteraan antara yang Kaya dan Miskin.

Kemiskinan ada yang disebabkan oleh kemalasan dan ada yang disebabkan oleh perilaku jahat dari kelompok yang kaya. Misalnya, banyak yang bekerja keras dan bertindak jujur, namun tidak juga lepas dari kemiskinan ketika di dalam hubungan-hubungan antar pelaku ekonomi tersebut terjadi tindak-tindak eksploitatif. Kekecewaan yang berlarut- larut ini akhirnya memunculkan keinginan untuk melakukan tindakan balasan dimana kekerasan menjadi cara yang dipilih untuk memenuhi keinginannya.

Adanya perbedaan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat Timor Leste menyebabkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial yang tinggi dan akhirnya memunculkan keinginan untuk melakukan tindakan balasan. Pada saat konflik terjadi, kaum kayalah yang menjadi sasaran utama.

d. Frustrasi dan Kemarahan

(31)

terhadap frustrasi. Frustrasi yang semakin meningkat dikalangan masyarakat akan mengakibatkan masyarakat menjadi mudah marah. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancur atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran kejam. Bila hal- hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku kekerasan.

Konflik dan Kekerasan yang terjadi di Timor Leste di Dili dipicu pula masyarakat yang frustrasi dan marah akibat situasi sosial, politik, ekonomi, keamanan, dan kepemimpinan yang semakin hari tidak menentu dan tidak dapat berjalan seperti sedia kala.

Menurut Penulis, penyebab terjadinya kekerasan di Dili Timor Leste juga diakibatkan karena tingginya tingkat pengangguran, situasi lingkungan, parahnya kesenjangan antara pendapatan dan kesejahteraan antara yang kaya dan miskin, frustrasi dan kemarahan maka tak mengherankan terjadi enam (6) kali peristiwa kekerasan yang besar sehingga menyebabkan banyak orang menderita.

B. Penderitaan

(32)

18

atau hingga saat karya tulis ini dicatat, masih belum bebas dari belenggu penderitaan.

Negara Timor Leste, dalam kurung waktu tersebut, mengalami berbagai tragedi kekerasan. Tragedi kekerasan itu datangnya bertubi-tubi, hingga menimbulkan banyak penderitaan lain yang saling menyusul. Dapat dikatakan sebagai penderitaan kolektif. Artinya dialami oleh banyak orang, dengan perasaan yang sama, namun di lain pihak, tiap orang atau pribadi mengalami penderitaan-penderitaan itu dengan cara dan rasanya masing- masing. Meskipun tragedi kekerasan itu berskala luas, nasional, namun tiap pribadi yang mengalaminya dapat dikatakan sebagai tragedi kekerasan personal atau dengan kata lain, penderitaan yang dilami oleh tiap-tiap pribadi itu terakumulasi dalam lingkup yang luas hingga berpengaruh pada tatanan dan stabilitas nasional. Akhirnya penderitaan-penderitaan personal itu menyatu membentuk penderitaan seluruh bangsa. Penderitaan karena tragedi kekerasan membuat mayoritas masyarakat Timor Leste (khususnya korban kekerasan) mengalami situasi hidup penuh ketakutan, kekwatiran, tidak nyaman, dan tidak damai. Situasi-situasi tersebut dapat menyebabkan korban mengalami pengalaman traumatis.

(33)

seorangpun yang mau menolong mereka, reaksi mereka dapat berkelanjutan, berbulan bahkan bertahun.

Menurut penulis, mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste perlu ditolong untuk memulihkan trauma mereka agar mereka dapat berfungsi sepenuhnya seperti yang digambarkan oleh Rogers.

C. Pengalaman Traumatis akibat Kekerasan Menghambat Perkembangan Kepribadian Seseorang untuk Menjadi Pribadi yang Berfungsi Sepenuhnya.

Hidup manusia tidak lepas dari konflik dan penderitaan sekalipun dengan konflik atau penderitaan ringan. Kadang kala konflik yang terjadi begitu berat akan menimbulkan pengalaman traumatis dan menimbulkan pula pribadi yang tidak dapat berfungsi sepenuhnya.

Menurut Rogers (Schultz,1991), kepribadian yang berfungsi sepenuhnya tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik pada masa lampau. Pandangannya ialah kepada apa yang diharapkannya untuk menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya, dan bukan kepada apa yang sudah terjadi sehingga akan menghambat kepribadiannya untuk menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Sebaliknya orang yang defensif terikat atau terjalin erat pengalaman-pengalaman pada masa lampau.

(34)

20

merasa takut, kwatir, tidak nyaman, dan tidak damai sebagaimana yang diuraikan berikut ini.

1. Pengertian Trauma dan Akibat-akibat Trauma

Menurut Kartono (1974) trauma adalah pengalaman yang begitu mencekam diri seseorang atau terjadinya satu peristiwa hebat luar biasa yang sangat memukul jiwa seseorang. Contoh peristiwa trauma adalah bencana alam, konflik kekerasan, penyiksaan, pemerkosaan, kecelakaan yang mengerikan, dan peristiwa-peristiwa yang mengancam kelangsungan hidup korban tersebut.

Friedman ( Dinoto, 2004), menyatakan trauma didalam DSM-III (Diagnostic and Statistikcal Manual of Mental Disorders-Third Edition) adalah sebagai sebuah bencana besar yang mengakibatkan tekanan atau stress yang akan menimbulkan gejala yang signifikan dari keadaan berbahaya pada banyak orang. Trauma adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri dan mental atau emosio nal yang luar biasa menyakitkan bagi hampir setiap orang yang mengalaminya. Trauma pada dasarnya adalah ingatan peristiwa masa lalu yang mengerikan yang ditampakkan dan direpresi oleh mediasi kultural dan sosial, (Judith Herman dalam Dinoto, 2004)).

2. Akibat-akibat Trauma

(35)

a. Emosi

1) Terkejut atau terguncang, termasuk mati rasa dan kerusakan pada memori ingatan.

2) Penolakan, dimaksudkan untuk membantu mengurangi rasa sakit, ketidakberdayaan, takut akan mati.

3) Kebingungan dan disorientasi 4) Panik

5) Menangis

6) Kecemasan atau ketidaknyamanan 7) Kekakuan

8) Dissosiasi (pemisahan diri), perasaan yang tidak realistis. b. Kognitif

1) Ketidakberdayaan, bentuk-bentuk potensi diri 2) Disorientasi dan kebingungan

3) Pikiran-pikiran yang tidak realistis. Ingatan-ingatan traumatis dapat menganggu kehidupan sehari- hari dan dalam mimpi, membuat perasaan yang tidak terkontrol.

4) Masalah dalam memahami atau menanggapi, misalnya dunia tampak tidak aman, tidak kuat dan tidak adil.

5) Bayang-bayang kuat dan jelas akan ingatan traumatis 6) Kelalaian.

(36)

22

2) Gangguan konsentrasi 3) Kewaspadaan yang tinggi 4) Mudah terkejut

5) Berhati-hati

6) Tiba-tiba menangis atau marah atau panik 7) Kecemasan

d. Tubuh

1) Gejala-gejala Gastrointestinal 2) Sakit kepala

3) Gejala-gejala alergi 4) Masalah menstruasi.

Apabila korban kekerasan terus berada dalam kondisi pengalaman traumatis, maka dapat terhambat untuk menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat mencintai dan memperluas dirinya kedalam hubungan yang penuh perhatian dengan orang lain (Schultz, 1991). Agar menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya Rogers mengemukakan lima sifat khusus untuk menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Lima sifat khusus yang dimaksud Rogers adalah sebagai berikut: a. Keterbukaan pada Pengalaman

(37)

diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.

Sebaliknya orang defensif bersembunyi dibelakang peranaperanan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalama n-pengalaman tertentu. Orang yang berfungsi sepenuhnya dikatakan lebih emosional, dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif.

b. Kehidupan Eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya, dapat menyesuaikan diri, terbuka pada pengalaman-pengalaman baru, mengontrol atau memanipulasi pengalaman-pengalaman, hidup sepenuhnya dalam setiap moment kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru. Orang sehat terbuka pada semua pengalaman, maka kepribadiannya akan terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh setiap pengalaman.

Sebaliknya orang yang defensif, mengubah suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.

c. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri.

(38)

24

maka dia memiliki jalan masuk untuk seluruh informasi yang ada dalam suatu situasi untuk membuat keputusan, dan terbuka pada semua pengalaman. Sebaliknya orang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan- larangan yang membimbing tingkah lakunya.

d. Perasaan Bebas

Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan, memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan, percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya; tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, merasa bebas dan berkuasa. Orang yang sehat melihat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.

Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas, bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas ke dalam tingkah laku yang actual, karena ketidakmampuannya membuat keputusan dan pandangan terhadap masa depan sempit.

e. Kreativitas

(39)

Orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.

Sebaliknya orang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan sosial dan cultural, kurang bersikap defensif, maka mereka tidak menghiraukan kemungkinan tingkah laku mereka diterima dengan baik oleh orang lain.

Menurut penulis, para korban kekerasan yang kemungkinan mengalami pengalaman traumatis perlu pendampingan agar mereka bisa menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Sebab jika tidak didampingi kemungkinan mereka dapat menjadi orang defensif, kurang merasa bebas, tertutup pada banyak pengalaman, tidak kreatif dan tidak spontan.

D. Pentingnya Pendampingan untuk Menjadi Pribadi yang Berfungsi Sepenuhnya

(40)

26

bahwa hubungan dengan dirinya dengan manusia lain atau sesuatu diluar dirinya sangatlah penting bagi hidupnya.

Hal ini akan tampak dalam hidup sehari- hari, dimana para korban kekerasan yang sedang mengalami pengalaman traumatis tidak berani berhubungan dengan orang lain. Mereka akan semakin menutup dirinya untuk berhubungan dengan orang lain atau sesuatu diluar dirinya. Para korban tersebut merasa tidak aman dan nyaman untuk berhubungan dengan orang lain. Apabila para korban kekerasan ini tidak segera didampingi akibatnya mereka akan menjadi manusia yang tidak bisa berfungsi sepenuhnya. Maka dari itu, para korban kekerasan perlu didampingi agar mereka dibimbing untuk menyembuhkan pengalaman traumatisnya sehingga mereka semakin mantap dan sadar bahwa berhubungan dengan orang lain atau sesuatu diluar dirinya sangatlah penting bagi kehidupanya.

(41)

E. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya ia dapat memahami dirinya, sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan masyarakat di sekitarnya (Winkel, 1997). Sejalan dengan pendapat Winkel, Thantawy (Kamus istilah Bimbingan dan Konseling, 2005) mengartikan bimbingan suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu dalam memahami diri dan lingkungan, agar mampu membuat keputusan yang tepat sehingga tercapai perkembangannya secara optimal untuk kepentingannya dan masyarakat. Sementara, Sukardi (1983) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus- menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

(42)

28

berkesinambungan, supaya para mahasiswa- mahasiswi korban kekerasan tersebut dapat memahami dirinya, sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan kampus serta masyarakat disekitarnya. Dengan begitu, mereka akan sabar, tabah dan pantang menyerah untuk berusaha mengatasi segala penderitaannya dan pengalaman traumatisnya, karena yakin suatu saat mereka akan dibebaskan dari segala penderitaan dan pengalaman traumatis akibat kekerasan yang mereka alami. Dengan dimikian mereka dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk membangun negaranya yang porak-poranda akibat konflik kekerasan itu.

2. Tujuan Bimbingan

Tujuan bimbingan disesuaikan dengan materi bimbingan yang direncanakan dan diselengarakan oleh seorang konselor (Winkel, 1997). Adapun tujuan yang akan diberikan kepada para korban kekerasan adalah sebagai berikut:

(43)

kekerasan dimasa lalu dan memiliki harapan hidup yang suram terhadap tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan, maka mereka perlu dibantu (dikonseling). Tujuannya supaya mereka dapat melihat pengalaman kekerasan sebagai bagian tak terpisahkan dari hidupnya sekaligus dapat menarik makna dalam penderitaannya tersebut. Dengan demikian mereka dapat menyelesaikan kuliahnya tanpa dibanyangi pengalaman pahit tentang kekerasan dimasa lalu.

(44)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi penelitian, yaitu: jenis penelitian, alat pengumpulan data, subjek penelitian, prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mencoba mengungkap gejala apa adanya (Furchan, 1982). Penelitian ini dimaksudkan untuk memproleh gambaran tentang pengalaman kekerasan mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste selama kerusuhan di Dili tahun 1999-2006.

B. Alat Pengumpulan Data

1. Kuesioner Pengalaman Kekerasan Mahasiswa -mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste.

(45)

pertanyaan yang mengambarkan Pengalaman Kekerasan Mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste.

Butir-butir pertanyaan terdiri dari 2 aspek yaitu, aspek pengalaman kekerasan, dan aspek akibat kekerasan terhadap kehidupan; a. fungsi diri, b. harapan hidup. Kuesioner pengalaman kekerasan mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste merupakan penjabaran dari teori yang tersaji dalam bab II di gambarkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Rincian Aspek-Aspek Kuesioner dan Item-Item Pengalaman Kekerasan Mahasiswa -Mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste f.Tidak diberi minum 2. Seksual

a.Pemerkosaan

b.Hamil diluar perkawinan c.Pemaksaan aborsi 3. Psikologis

a.Penyerangan harga diri b.Perendahan harga diri

(46)

32

2.Kognisi a.Disorientasi

b.Pikiran-pikiran yang tidak realistis

c.Dunia tidak aman d.Dunia tidak adil

b.Menerima akibat dari penderitaan dan berusaha membangun hidup baru. c. Terbuka sepenuhnya pada

pengalaman baru.

d.Mengalami secara mendalam kebahagiaan

Skoring item kuesioner adalah 1 sampai 4. Pemberian skor sebagai berikut: Selalu (S): 4, Berulang Kali (BK): 3, Kadang-kadang (KK): 2, Tidak Pernah (TP) 1.

(47)

diwilayah tidak jelas. Menurut Hadi (dalam Simantara, 2007) modifikasi lima alternatif jawaban seperti Skala Likert menjadi empat Alternatif jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat. Dalam skala lima, kategori netral mempunyai arti ganda. Arti netral itu bisa berarti belum dapat memutuskan, bisa juga netral, atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban tengah juga menimbulkan kecenderungan jawaban netral (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.

3. Reliabilitas dan Validitas a. Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajengan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan, 1982). Proses penghitungan tingkat reliabilitas alat ukur dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Programme For Social Science),

setelah sebelumnya memberi skor pada tiap-tiap item dan mentabulasi data penelitian.

Reliabiltas kuesioner pengalaman kekerasan mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste ditentukan dengan:

Langkah I: Menghitung koefisien korelasi skor item ganjil dan skor item genap dengan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson (Masidjo, 1995) dengan rumus:

(48)

34

Langkah II : Menghitung koefisien reliabilitas dengan mengunakan teknik belah dua Spearman & Brown (Garrett, 1967)

Validitas suatu alat ukur adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat tersebut untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas menunjuk sejauh mana alat pengukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (furchan, 1982). Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas konstruk. Validitas konstruk digunakan untuk menunjukan sesuatu yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat menerangkan akibat-akibat yang dapat diamati.

Rumus validitas yaitu: rt8 = rtt(Guilford, 1965)

(49)

rtt = Koefisien reliabilitas

Garet mengemukakan suatu deskripsi tentang penafsiran koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu alat tes.

Koefisien korelasi Klasifikasi + 0, 70 - + 1,00 Tinggi – Sangat Tinggi + 0, 40 - + 0, 70 Cukup

+ 0,20 - + 0, 40 Rendah

0, 00 - + 0,20 Sangat Rendah

Hasil penelitian menunjukan sebagai berikut:

Tabel 4. Reliabilitas dan Validitas kuesioner pengalaman kekerasan mahasiswa -mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste.

Koefisien Penelitian

rtt 0,87

rt8 0,93

Jadi, reliabilitas dan validitas kuesioner pengalaman kekerasan mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste termasuk tinggi dan konstan.

c. Perhitungan Mean

M =

(50)

36

Keterangan :

M = Mean (skor rata-rata) N = Jumlah Subjek

? X =

Jumlah skor

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang akan diminta informasi atau orang yang menjadi sumber informasi. Subjek penelitian adalah para mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang berjumlah 16 orang. Ada dua alasan mengapa penulis memilih mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste menjadi subjek penelitian. Pertama, para mahasiswa- mahasiswi tersebut pernah mengalami kekerasan yang terjadi di Dili Timor Leste periode 1999-2006 sehingga menimbulkan pengalaman traumatis. Kedua, mahasiswa- mahasiswi tersebut dapat terbuka kepada penulis dan bersedia menjadi subjek penelitian.

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

(51)

a. Penulis menyusun kuesioner penelitian dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

b. Penulis mengajukan permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Rektor AKPRIND secara tertulis tanggal 21 September 2007.

c. Penelitian

Penelitian dilaksanakan tanggal 26 September 2007 di Kampus AKPRIND. Mahasiswa-mahasiswi yang diadakan penelitian sebanyak 16 orang. Penelitian berlangsung lancar dan

baik

2. Pengumpulan Data Penelitian

(52)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan dimulai dari rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana pengalaman kekerasan mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sewaktu terjadi kerusuhan di Dili? (2) Baga imana akibat dari pengalaman kekerasan para mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste bagi diri mereka? (3) Bagaimana harapan hidup mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sekarang ini?

A. Hasil Penelitian

(53)

1. Pengalaman Kekerasan Mahasiswa -mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste.

Jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami kekerasan selama terjadi kerusuhan di Dili disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami kekerasan sewaktu terjadi kerusuhan di Dili tahun 1999-2006.

Pengalaman Kekerasan Jumlah

Ringan 11

Berat 5

Jumlah (N) 16

Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami pengalaman kekerasan ringan lebih banyak daripada jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami pengalaman kekerasan berat. 2. Kategori Akibat Kekerasan Terhadap Kehidupan Mahasiswa

-mahasiswi AKPRIND Asal Timor Leste Bagi Diri Mereka.

(54)

40

a. Akibat Fungsi Diri

Tabel 6. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang menderita akibat kekerasan pada fungsi diri.

Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang menderita akibat kekerasan terhadap fungsi diri berat lebih banyak daripada jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang menderita akibat kekerasan terhadap fungsi diri ringan.

b. Harapan Hidup

Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste harapan hidup terhadap tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan.

Tabel 7. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste dan berakibat pada harapan hidup

Harapan Hidup Jumlah

Cerah 9

Suram 7

Jumlah (N) 16

Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste harapan hidup cerah lebih banyak daripada jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste harapan hidup suram.

Akibat Kekerasan pada Fungsi Diri Jumlah

Ringan 7

Berat 9

(55)

3. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil di atas dan data pada tabel 5, 6, dan 7 dapat disimpulkan bahwa pengalaman kekerasan yang dialami mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste sewaktu terjadi kerusuhan di Dili tahun 1999-2006 dan akibatnya tidak mempengaruhi harapan hidup mereka. Buktinya mayoritas mereka memiliki pandangan yang cerah terhadap tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan.

Secara keseluruhan pengalaman kekerasan mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste terhadap aspek pengalaman kekerasan dan akibat kekerasan terhadap kehidupan disajikan dalam tabel 8 sebagai berikut.

Tabel 8. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste dan keseluruhan aspek pengalaman kekerasan dan aspek akibat kekerasan terhadap kehidupan.

Aspek Akibat Kekerasan Terhadap Kehidupan Subjek

Aspek Pengalaman

Kekerasan Fungsi Diri Harapan hidup

1 R B S

2 B B S

3 R R S

4 R R C

5 R B C

6 R B S

7 R R C

8 R R S

(56)

42

10 R B C

11 R B C

12 R B C

13 B R C

14 B B C

15 R R S

16 B B C

Keterangan: B = Berat R = Ringan S = Suram C = Cerah

Berdasarkan hasil diatas dan data pada tabel 8 dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada 5 orang mengalami pengalaman kekerasan berat. Dari antara mereka ada 3 orang yang menderita akibat kekerasan berat, (ada 2 orang yang mempunyai harapan hidup cerah, dan 1 orang yang mempunyai harapan hidup suram). Dari mereka ada 2 orang yang menderita akibat kekerasan ringan, (ada 1 orang yang mempunyai harapan hidup cerah, dan 1 orang mempunyai harapan hidup suram).

(57)

mempunyai harapan hidup cerah, dan 3 orang yang mempunyai harapan hidup suram).

B. Pembahasan

Penelitian ini bersifat deskriptif, artinya mengambarkan keadaan mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami kekerasan di Dili terhadap keseluruhan aspek pengalaman kekerasan, sewaktu terjadi pergolakan/kerusuhan di Dili tahun 1996-2006 berdasarkan fakta- fakta yang mereka alami sebagaimana adanya.

Hasil penelitian yang diperoleh penulis jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami pengalaman kekerasan sewaktu terjadi kerusuhan di Dili ringan lebih banyak daripada jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami pengalaman kekerasan berat. Penderitaan akibat kekerasan terhadap fungsi diri berat lebih banyak daripada jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang menderita akibat kekerasan terhadap fungsi diri ringan, sedangkan harapan hidup cerah lebih banyak daripada jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste harapan hidup suram.

(58)

44

yang mempunyai harapan hidup cerah, dan 1 orang mempunyai harapan hidup suram).

Ada 11 orang mengalami pengalaman kekerasan ringan. Dari antara mereka ada 6 orang yang menderita akibat kekerasan berat, (ada 4 orang mempunyai harapan hidup cerah, dan 2 orang mempunyai harapan hidup suram). Dari mereka ada 5 orang menderita akibat kekerasan ringan, (ada 2 orang yang mempunyai harapan hidup cerah, dan 3 orang yang mempunyai harapan hidup suram).

Berdasarkan hasil data penelitian di atas pengalaman kekerasan mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste terhadap keseluruhan aspek pengalaman kekerasan dijabarkan sebagai berikut:

1. Ada 7 dari 16 orang para mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang tidak bisa melupakan pengalaman pahitnya tentang kekerasan yang dialaminya. Buktinya secara keseluruhan pengalaman kekerasan yang dialami mereka sewaktu terjadi kerusuhan di Dili berdampak pada harapan hidup mereka. Dengan demikian tugas-tugas hidup dan kehidupan mereka dalam masyarakat sekarang dan ke depan menjadi suram.

(59)

tidak mengalami secara mendalam kebahagiaan dan kesusahan yang mereka alami sekarang.

Oleh karena itu, para korban kekerasan tersebut perlu didampingi agar mereka dibimbing untuk menyembuhkan pengalaman traumatisnya sehingga mereka dapat melihat pengalaman kekerasan sebagai bagian tak terpisahkan dari hidupnya sekaligus dapat menarik makna dalam penderitaannya tersebut. Dengan demikian mereka dapat menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya baik dalam lingkungan kampus maupun dalam lingkungan masyarakat serta dapat mengembangkan potensinya dengan cara menyelesaikan kuliahnya tanpa dibayangi pengalaman pahit tentang kekerasan di masa lalu.

2. Ada 9 dari para mahasiswa- mahasisiwi AKPRIND asal Timor Leste yang bisa melupakan pengalaman pahitnya tentang kekerasan yang dialaminya sewaktu terjadi kerusuhan di Dili. Ini berarti mayoritas dari mereka yang mengalami pengalaman kekerasan sewaktu terjadi kerusuhan di Dili tidak berdampak pada harapan hidup mereka. Buktinya mereka memiliki harapan hidup yang cerah akan tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan.

(60)

46

terbuka sepenuhnya pada pengalaman baru, dan mengalami secara mendalam kebahagiaan dan kesusahan yang mereka alami sekarang.

Oleh karena itu, mereka perlu didampingi agar dibimbing untuk diteguhkan. Tujuannya supaya mereka dapat berproses untuk menjadi pribadi yang sepenuhnya seperti yang digambarkan oleh Rogers (Schultz, 1991) dan semakin mantap dengan hidup mereka. Dengan demikian mereka dapat melanjutkan perjalanan hidupnya sebagai orang yang berfungsi sepenuhnya dan sebagai mahasiswa- mahasiswi penerus bangsa dan Negara Timor Leste yang bebas dari rasa trauma akibat konflik dan kekerasan yang mereka alami selama ini.

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka penulis merasa perlu memberikan bimbingan sebab mereka adalah generasi muda Negara Timor Leste yang harus memperbaiki Dili yang hancur akibat konflik dan kekerasan yang terjadi di Dili selama ini. Bimbingan yang perlu diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan penyembuhan (kuratif) diberikan kepada 7 orang mahasiswa-mahasiswi sebab mereka memiliki harapan hidup suram akan tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan.

(61)

Dengan demikian mereka dapat menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya baik dalam lingkungan kampus maupun dalam lingkungan masayarakat serta dapat mengembangkan potensinya dengan cara menyelesaikan kuliahnya tanpa dibayangi pengalaman pahit tentang kekerasan di masa lalu.

2. Bimbingan perkembangan (perseveratif) diberikan kepada 9 orang mahasiswa- mahasiswi tersebut sebab mereka memiliki harapan hidup yang cerah akan tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan.

(62)

48 BAB V

KESIMPULAN, DAN SARAN

Pada bab ini disajikan kesimpulan, dan saran-saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian. Bagian saran memuat saran-saran pendampingan bagi mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste serta konseling bagi mereka yang melihat masa depan suram.

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman kekerasan dan akibatnya serta harapan hidup mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste selama kerusuhan di Dili tahun 1999-2006.

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa- mahasiswi transferan Universidade da Paz (UNPAZ) Dili Timor Leste yang kuliah di AKPRIND berjumlah 16 orang. Alat yang digunakan adalah kuesioner pengalaman kekerasan mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek-aspek yang terdiri dari dua aspek yaitu: pertama, aspek pengalaman kekerasan, kedua, aspek akibat kekerasan; fungsi diri dan harapan hidup.

(63)

1. Jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami pengalaman kekerasan ringan lebih banyak daripada jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang mengalami pengalaman kekerasan berat.

2. Jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang menderita akibat kekerasan terhadap fungsi diri berat lebih banyak daripada jumlah mahasiswa- mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang menderita akibat kekerasan terhadap fungsi diri ringan.

3. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste harapan hidup cerah lebih banyak daripada jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste harapan hidup suram.

4. Ada 5 orang mengalami pengalaman kekerasan berat. Dari antara mereka ada 3 orang yang menderita akibat kekerasan berat, (ada 2 orang yang mempunyai harapan hidup cerah, dan 1 orang yang mempunyai harapan hidup suram). Dari mereka ada 2 orang yang menderita akibat kekerasan ringan, (ada 1 orang yang mempunyai harapan hidup cerah, dan 1 orang mempunyai harapan hidup suram).

(64)

50

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pengalaman kekerasan dan akibatnya serta harapan hidup mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste selama kerusuhan di Dili tahun 1999-2006 tergolong baik, sebab mayoritas mereka memiliki harapan hidup cerah terhadap tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masayarakat sekarang dan ke depan .

Meskipun bertahun-tahun Negara Timor Le ste dirundung penderitaan yang berkepanjangan akibat situasi, sosial, politik, ekonomi, keamanan, dan kepemimpinan yang tidak menentu namun mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste dengan sabar, tabah dan pantang menyerah mereka mampu mengatasi segala penderitaan yang mereka alami selama ini. Buktinya, mayoritas mereka memiliki harapan hidup cerah terhadap tugas-tugas hidup dan kehidupan dalam masyarakat sekarang dan ke depan. Dengan demikian mereka dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk membangun negaranya yang porak-poranda akibat konflik kekerasan itu.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut.

(65)

Tujuannya agar mereka mampu menjadi individu yang berperan kua t membangun diri dan dapat menarik makna penderitaan yang dialami. 2. Konseling bagi mereka yang melihat masa depan suram, agar

(66)

52

DAFTAR PUSTAKA

Dinoto, R. 2004. Studi Kasus Tentang Perkembangan Sosial Remaja yang Memiliki Pengalaman Traumatis Sebagai Korban Perkosaan pada Masa Kanak. Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarya: USD.

Diana, S. 2006. Mengapa Tindak Kekerasan? Mengapa Bukan Damai?. Flores Ende: Ledalero.

Darminta, J. 1993. Mengubah Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: Kanisius.

Furchan, A. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Fromm. 2004. Akar Kekerasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Graham, B. 2006. Bebas dari Tujuh Dosa Maut. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF.

Helder. 2005. Spiral Kekerasan. Yogyakarta: Resist Book.

Listijabudi, D. 1997. Tragedi Kekerasan. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen. Lugt dan Vander. 1997. Mengapa Terjadi Kekerasan di Dunia. Yogyakarta:

Yayasan Gloria.

Mohttar, dkk. 2000. Kekerasan Kolektif. Bandung: Yayasan Eja Insani.

Mu’tadin, Z. 2002. Faktor Penyebab Perilaku Agresi. Jakarta: Kompas Cyber Media.

Margaret, dkk. 2005. Menyembuhkan Luka Batin Akibat Trauma. Yogyakarta: Gloria Graffa.

Masidjo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Poerwandari, K. E. 2004. Mengungkap Selubung Kekerasan Telaah Filasat Manusia. Bandung: Yayasan Eja Insani.

(67)

Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.

Santoso, O. 199. Jejak-jejak Darah Tragedi dan Pengkhianatan di Timor-Timur.

Amsterdam: Stichting Inham

Santoso, T. 2002. Teori-teori Kekerasan. Universitas Kristen Petra: Ghalia Indonesia.

Sindhunata. 2003. Jembatan Air Mata, Tragedi manusia pengungsi Timor-Timor.

Yogyakarta: Galang Press.

Sara. 2005. Menghibur Lara Menyembuhkan Duka. Yogyakarta: Gloria Graffa. Taufik, dkk. Tempo. 5 September 1999.

Thantawy, R. 2005. Kamus Istilah Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Gramedia. Ximenes, dkk. Tempo.11 Juni 2006.

Winkel, WS. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

(68)

L

A

M

P

I

R

A

(69)

(Alat Penelitian)

A. IDENTITAS PARA MAHASISWA Jenis kelamin : ………

Umur : ………

B. PENGANTAR

Para mahasiswa- mahasiswi yang terkasih, pada kesempatan ini kami mohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini. kuesioner ini bersifat rahasia, dan jawaban yang diberikan tidak akan dipublikasikan. Maka diharapkan anda mengisi kuesioner ini dengan jujur, dan kesungguhan hati dalam mengisi kuesioner ini, diucapkan banyak terima kasih.

C. TUJUAN KUESIONER

Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari anda berkaitan dengan pengalaman kekerasan yang anda alami ketika terjadi konflik di Dili Timor Leste. Anda diharapkan menjawab sesuai dengan pengalaman yang sebenarnya.

D. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Bacalah pernyataan kuesioner dengan teliti!

2. Pilihlah salah satu jawaban dari empat kemungkinan jawaban yakini: a. Selalu (S) : Senantiasa mengalami

b. Banyak Kali (BK) : Sering mengalami namun tidak terus- menerus. c. Kadang-kadang (KK) : Mengalami namun sekali-kali

d. Tidak Pernah (TP) : Belum pernah mengalami 3. Berilah tanda centang (V) pada kolom jawaban yang anda pilih!

4. Teliti jawaban sebelum dikumpulkan, jangan sampai ada nomor yang tidak anda jawab.

(70)

56

KUESIONER PENGALAMAN KEKERASAN

MAHASISWA-MAHASISWI AKPRIND ASAL TIMOR LESTE

No Pernyataan S BK KK TP

001 Saya dipukul oleh orang tak dikenal waktu keluyuran pada malam hari.

002 Saya dipukul oleh aparat waktu mengikuti demo

003 Saya dipukul massa waktu membakar rumah orang/membakar gedung-gedung pemerintah.

004 Saya dipukul massa sebab dicurigai membakar rumah orang/membakar gedung-gedung pemerintah.

005 Saya dipukul oleh penjaga tahanan waktu dalam penjara 006 Saya dikeroyok orang waktu menjarah barang milik

orang lain/pemerintah.

007 Saya dikeroyok orang sebab dicurigai menjarah barang milik orang lain/pemerintah.

008 Saya dikeroyok waktu disangka maling.

009 Saya disiksa teman waktu menolak ajakannya menjarah barang milik orang lain/pemerintah.

010 Saya disiksa waktu ditangkap masyarakat/aparat 011 Saya disiksa oleh penjaga tahanan waktu dalam penjara. 012 Saya dipenjarakan waktu ketahuan membakar rumah

orang/membakar gedung-gedung pemerintah/menj arah barang milik orang lain.

013 Saya dipenjarakan sebab dicurigai membakar rumah orang/membakar gedung-gedung pemerintah/menjarah barang milik orang lain.

014 Saya tidak diberi makan waktu dalam penjara. 015 Saya tidak diberi minum waktu dalam penjara.

016 Saya bersyukur atas penderitaan yang saya alami akibat konflik kekerasan yang terjadi di Dili Timor Leste. 017 Saya membuka sepenuhnya kepada orang lain

(71)

019 Saya diperkosa oleh orang tak di kenal waktu sendirian dalam taksi/dalam rumah.

020 Saya mengikuti kemauan orang tak dikenal untuk memenuhi kebutuhan seksnya karena takut diancam bunuh.

021 Saya sulit meminta bantuan kepada orang lain waktu mengetahui saya akan diperkosa karena takut diancam bunuh.

022 Saya berani memberitahukan kepada orang tua saya bahwa saya hamil diluar nikah.

023 Saya kena marah waktu orang tua mengetahui saya hamil diluar nikah.

024 Orang tua diam saja waktu mengetahui saya hamil di luar nikah.

025 Keluarga saya mengeluarkan kata-kata kasar waktu mengetahui saya hamil diluar nikah.

026 Saya dikucilkan dalam pergaulan waktu mengetahui saya hamil diluar nikah.

027 Saya dicemoohkan dalam lingkungan waktu mengetahui saya hamil diluar nikah.

028 Saya berani menerima akibat penderitaan yang saya alami.

029 Saya terpaksa aborsi kandungan saya karena takut ketahuan.

030 Saya terpaksa aborsi kandungan saya karena saya tidak menginginkannya.

031 Saya terpaksa aborsi kandungan saya karena pasangan saya tidak mau bertangungjawab.

032 Saya dipaksa aborsi kandungan saya oleh yang menghamili saya

(72)

58

034 Saya bahagia walau berada dalam kesusahan.

035 Saya dipaksa ikut terlibat dalam demonstrasi setiap ada kerusuhan di Dili.

036 Saya dipaksa ikut terlibat menjarah barang milik orang lain/menjarah barang pemerintah/membakar rumah orang/membakar gedung-gedung pemerintah setiap ada kerusuhan di Dili.

037 Saya dihina oleh teman-teman waktu mengetahui menjarah barang milik orang lain/menjarah barang pemerintah.

038 Saya membuka sepenuhnya kepada orang lain masalah yang sedang saya hadapi.

039 Saya diteror oleh orang tak dikenal lewat telpon. 040 Saya diteror oleh keluarga/kerabat dekat waktu

mengetahui tidak seide dalam berpolitik.

041 Saya mampu terbuka sepenuhnya pada pengalaman baru.

042 Saya mudah terkejut jika ada sesuatu benda yang jatuh dekat saya.

043 Saya mudah terkejut jika orang lain berbicara keras. 044 Saya mudah terkejut jika ada yang kagetin.

045 Saya mudah terkejut jika ada yang berbicara keras. 046 Saya jadi panik jika ada teman/keluarga saya kena

musibah.

047 Bila saya panik saya berusaha menenangkan pikiran saya.

048 Saya jadi cemas kabar yang saya dengar tentang teman/keluarag saya masih kabur.

049 Bila saya cemas, saya akan menelepon/sms menanyakan langsung berita yang sebenarnya kepada teman/keluarga saya yang bersangkutan.

(73)

052 Saya cenderung curiga terhadap orang lain yang belum saya kenal yang mencoba mendekati saya.

053 Saya cenderung curiga terhadap orang lain yang belum saya kenal yang mengungkapkan masalahnya kepada saya.

054 Saya takut mengungkapkan perasaan tidak puas kepada teman-teman karena takut dikucilkan

055 Saya takut mengungkapkan perasaan tidak senang karena takut di cemoohkan

056 Saya takut menyampaikan pendapat saya secara jujur kepada teman/keluarga saya karena takut dianggap bodoh.

057 Saya berusaha membangun hubungan yang sehat dengan siapa saja disekitar saya.

058 Saya mengikuti apa saya yang diperintahkan oleh orang lain waktu terjadi kerusuhan di Dili.

059 Saya mengikuti hati nurani saya

060 Saya memberitahukan kepada orang lain kebahagiaan dan kesusahan yang saya alami sekarang.

061 Saya merasa penderitaan menyebabkan manusia menjadi pesimis.

062 Saya merasa dunia tidak aman jika penuh dengan konflik dan kekerasan

063 Saya merasa dunia tidak adil jika masyarakat hidupnya penuh dengan penderitaan akibat konflik dan kekerasan yang sering terjadi.

064 Saya sulit berkonsentrasi

065 Saya belajar sendiri waktu dosen berhalangan hadir 066 Saya menjalankan dengan baik tugas saya sebagai

seorang mahasiswa.

(74)

60

068 Saya mengunakan pakain resmi dengan rapi selama dikampus.

069 Sebagian tubuh saya jadi sakit bila saya mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan.

070 Saya mampu mengontrol kesehatan saya sehingga tidak mudah jatuh sakit.

071 Saya mudah jatuh sakit untuk suatu masalah yang tidak penting.

072 Saya mudah jatuh sakit jika saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya.

073 Badan saya jadi lemas bila pikiran saya terkuras habis dalam menghadapi berbagai masalah.

074 Saya mengalami salah satu bagian tubuh terluka sebab dipukul/dikeroyok waktu kerusuhan di Dili.

075 Saya mengalami salah satu bagian tubuh saya terluka waktu ditusuk sesama pendemo.

076 Saya mengalami salah atu bagian tubuh saya jadi cacat sebab saya dikeroyok/dipukul waktu kerusuhan di Dili. 077 Saya berani mengatakan tidak mau diganggu saat tidur bila ada teman membangunkan saya untuk suatu urusan yang tidak penting.

078 Saya tidur dengan nyenyak dalam situasi yang kacau balau/ribut.

079 Saya bahagia dengan hidup saya walaupun saya memiliki masa lalu yang suram akibat konflik dan kekerasan yang terjadi di Dili Timor Leste.

(75)

N/Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Gambar

Tabel 3. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu alat tes.
Tabel 5. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang
Tabel 6. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND asal Timor Leste yang menderita akibat kekerasan pada fungsi diri
Tabel 8. Jumlah mahasiswa-mahasiswi AKPRIND  asal Timor Leste dan

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah ditetapkan pemenang seleksi untuk pekerjaan Supervisi Penyelesaian Pembangunan Masjid Raya Kecamatan Sekayu, kami bermaksud melakukan klarifikasi dan

Dari hasil penilaian yang dilakukan ke- pada masing-masing website pemerintah kabupaten/kota dengan dengan kriteria yang sama, dapatdiambil kesimpulan bah- wa website

Dari parameter pencemar udara tersebut, senyawa kimia fase gas yang terkandung dalam abu vulkanik hasil letusan gunung berapi adalah Sulfur Dioksida (SO 2 ) dan Karbon

Lampiran 4.Data Pengamatan Parameter Rataan N total tanah pada perlakuan TKKS dan jumlah lubang biopori.. Perlakuan Blok Total

1. Dapat mengkaji hubungan antara derajat resiliensi dan stres pada ibu yang memiliki anak tuna grahita di sekolah dasar SLB C “X” Cimahi, sehingga dapat.. bermanfaat

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu, sikap ibu, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan penggunaan garam beryodium di rumah tangga

[r]

In mixed adsorption dryer, zeolite and the seed product such as corn are mixed in a column and fluidized by air as drying medium.. The air will evaporate water from the product,