• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROS Satriya AH, Umi MNA, Yodhi AP, Yospina R Perancangan Detektor Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROS Satriya AH, Umi MNA, Yodhi AP, Yospina R Perancangan Detektor Full text"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

 

PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK

MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT

Satriya Ary Hapsara1,2*, Umi Muflihatun Nurul Azizah2, Yodhi Anggara P2, Yospina Reru1,2 1

Program Studi Fisika,Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana 2

Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana

*Email : satrya_ary@rocketmail.com

LATAR BELAKANG

Di belahan dunia, terdapat sejumlah gunung – gunung berapi yang tidak aktif, yang kemudian aktif, yang kemudian aktif karena adanya aktivitas pergeseran lempeng bumi. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari banyak gunung berapi, disamping Jepang, New Zealand, Italia, Hawai dan Filipina. Berikut disajikan prosentase penyebaran gunung berapi didunia (Geologi Lingkungan1, 2003) dalam Tabel 1

Tabel 1. Prosentase penyebaran gunung berapi di dunia

No. Negara / Daerah Prosentase (%)

1 Indonesia 99

2 Solomon 95

3 Guenia Baru 90

4 Italia 41

5 Islandia 39

6 Negara Pasifik 03

7 Dataran Rendah

Viktoria

01

(2)

 

masyarakat Indonesia yang membangun pemukiman di kawasan gunung berapi. Hal tersebut bisa disebabkan karena material letusan gunung berapi yang terbentuk setelah terjadinya letusan gunung berapi sangat berguna dalam pengelolaan bidang pertanian, khususnya kesuburan tanah pertanian. Hal ini diperkuat dengan pendapat para pakar tanah yang menyatakan bahwa material letusan gunung berapi merupakan bahan yang kaya akan unsur pupuk (P, K, Ca, dan Mg). Pada hari kamis (3/2/1993) pukul 03.50 WIB, gunung Semeru, gunung tertinggi di pulau Jawa memuntahkan lavanya. Menurut Pos Vulkanologi (Surya, 4 februari 1994) material yang dimuntahkan mencapai volume 4 juta meter kubik. Berdasarkan hasil analisis Direktorat Vulkanologi (1979) terhadap material letusan gunung Semeru dapat dikonversikan terhadap nilai setara (ekivalen) pupuk yang disajikan dalam Tabel 2 (Geologi Lingkungan1, 2003)

Tabel 2. Banyaknya pupuk yang terkandung dalam material letusan Semeru sebanyak 4 juta meter kubik

Dari data diatas setidaknya memberikan bukti bahwa material letusan gunung berapi sangat bermanfaat dalam pengelolaan kesuburan tanah pertanian.

Namun hasil dari abu vulkanik gunung berapi tidak hanya memberikan keuntungan seperti yang disebutkan diatas, berikut jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi ( http://chem-is-try.org2) :

• Sulfur Dioksida (SOx)

• Karbon Monoksida (CO)

• Ozon (O3)

• Haidro karbon (HC)

• PM 10, Partikel debu (PM 2,5)

• TSP (debu)

• Pb (Timah Hitam)

Dari parameter pencemar udara tersebut, senyawa kimia fase gas yang terkandung dalam abu vulkanik hasil letusan gunung berapi adalah Sulfur Dioksida (SO2) dan Karbon Monoksida (CO) (

http:heniputra.com3). dari sumber netral (

Wikipedia.org4 ) disebutkan bahwa, gas yang

dihasilkan berupa Hidrogen Sulfida (H2S) dan Nitrogen Dioksida (NO2). Makalah ini hanya membatasi fokus masalah pada kandungan gas yang terdapat pada abu vulkanik. Karena senyawa kimia dalam fase gas ini lebih muah dihirup dans ulit untuk di deteksi kecuali dengan teknologi khusus. Berikut dijelaskan dampak senyawa kimia dalam fase gas yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia ( http://rachmariska.wordpress.com5 )

Tujuan dan Manfaat

Gagasan dari ide detektor asap ini sendiri bertujuan untuk mendeteksi adanya polutan yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi. Udara yang tercemar polutan hasil dari letusan gunung berapi akan dengan mudah dihirup oleh masyarakat sekitar dan memiliki dampak buruk untuk kesehatan masyarakat sekitar. Manfaat dari ide ini dapat dimanfaatkan sebagai tanda bahaya pencemaran udara dan memberikan kontribusi keamanan kesehatan sistem pernapasan kepada masyarakat yang menetap di kawasan gunung berapi.

TEORI

Dampak senyawa kimia fasa gas yang dihasilkan ole abu vulkanik terhadap kesehatan masyarakat :

(3)

 

Sulfur Oksida (SOx). Berpengaruh pada iritasi sistem pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan iritasi tenggorokan dapat terjadi jika kadar Sulfur Dioksida lebih besar dari 5 ppm. Individu yang sangat sensitif dapat terjadi pada kadar 1 – 2 ppm. Berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan kardiovaskular.

Karbon Monoksida (CO). Dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak

Nitrogen Dioksida (NO2). Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru – paru ( edema

pulmonary ). Terhadap manusia sendiri dapat

mengakibatkan kesulitan bernafas pada kadar 5 ppm – 10 ppm.

Tabel 3 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara, terutama komponen yang terdapat pada abu vulkanik yang didasarkan pada ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) (rachmariska.wordpress.com).

Tabel 3. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara

Kategori Rentang

(ppm)

Karbon Monoksida Nitrogen Dioksida

(NO2)

Sulfur Dioksida (SO2)

Baik 0 – 50 Tidak ada efek Sedikit berbau Luka pada beberapa

spesies tumbuhan akibat kombinasi SO2*

Sedang 51 – 100 Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi

Berbau Luka pada beberapa

spesies tumbuhan*

Tidak Sehat 101 – 199

Peningkatan pada kardiovaskular pada

perokok yang sakit jantung

Bau dan kehilangan warna, peningkatan orang bukan perokok

yang berpenyakit jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang

terlihat

Meningkatnya sensitifitas pasien yang

berpenyakit asma dan bronkitis

Meningkatnya sensitifitas pada pasien

asma dan bronkas

Berbahaya > 300 Tingkat bahaya bagi semua populasi

 

Detektor Asap

Detektor asap merupakan piranti yang berfungsi untuk mendeteksi adanya asap.

Detektor terdiri atas LDR (Light Dependent

Resistor) dan diode yang peka cahaya yaitu

(4)

 

asap dilengkapi dengan alarm sehingga kita dapat mengetahui tingkat pencemaran asapnya. Namun, pada makalah ini kami tidak menggunakan alarm, karena rangkaian yang kami buat merupakan ide dasar untuk pembuatan detektor asap yang lebih kompleks. Fungsi alarm ini kami gantikan dengan Voltmeter (alat pengukur tegangan).

METODOLOGI

Berikut rangkaian dari detektor asap sederhana

HASIL & PEMBAHASAN

Cara Kerja Alat

Detektor asap dirangkai seperti pada gambar.1 diatas. LED yang bernyala dan LDR saling dihadapkan. LED ditutup dengan corong hitam supaya cahaya terfokus ke LDR, begitu pula dengan LDR. Ketika asap timbul, asap akan memasuki corong dan (cahaya dari) LED akan tertutupi oleh asap sehingga intensitas cahaya menjadi berkurang dan LDR akan menangkap intensitas cahaya tersebut. Tanggapan dari LDR berupa bunyi alarm. Tapi pada rangkaian yang kami buat, kami gunakan hasil dari pengukuran Voltmeter.

Pada percobaan yang kami laksanakan. Kami gunakan asap rokok yang ditiupkan ke arah LED. Intensitas cahaya akan segera terbaca oleh LDR yang ditunjukkan dari hasil pengukuran Voltmeter. Hasil pengukuran Voltmeter ketika menggunakan asap rokok sangatlah kecil, sebab asap rokok yang dihasilkan tidak terlalu pekat. Oleh karena itu, indikator kepekatan dari asap ini kami gantikan dengan lipatan kertas. Tebal lipatan kertas dianalogikan dengan kepekatan asap. Tampak bahwa hasil pengukuran tegangan semakin besar pula (terlampir dalam Hasil). Hasil dari pengukuran tegangan yang dihasilkan dapat dilihat dibawah ini :

Hasil

Percobaan 1 Menggunakan asap rokok. Hasil pengukuran tegangan mendekati 0 Volt. Hal ini disebabkan karena kepekatan asap rokok dalam satu kali hembusan dan dua kali hembusan pada Voltmeter tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Karena asap sangat cepat berhambur dengan udara.

Percobaan 2 Menggunakan analogi lipatan kertas

Lipatan ke - Pengukuran Tegangan

0 0, 3 Volt

1 0, 66 Volt

2 0, 718 Volt

3 0, 8 Volt

4 0, 863 Volt

Lipatan kertas dianalogikan sebagai kepekatan asap. Tampak bahwa, semakin banyak lipatan kertas nilai tegangan semakin tinggi. Sehingga Inilah yang menjadi ide dasar kami untuk membuat detektor asap yang lebih kompleks untuk

KESIMPULAN

(5)

 

Gambar

Tabel 1. Prosentase penyebaran gunung
Tabel 3 menjelaskan tentang pengaruh
Gambar 1 kertas

Referensi

Dokumen terkait

Posisi sprue sering tergantung pada intuisi berdasarkan bentuk dan wujud dari model malam. Beberapa menganjurkan untuk meletakkan perlekatan sprue pada permukaan

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Dari kedua kelompok perlakuan tersebut didapatkan bahwa kelompok perlakuan dengan konsentrasi larutan ekstrak siwak 50% merupakan yang paling efektif dalam

His task is to select symbols representing elements of urbanistic development, drag and place them on the chosen part of the playground (GIS map) representing the part of

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa kelas IVB MI Negeri Karanganom Klaten, kemampuan siswa dalam berkonsentrasi masih rendah.Siswa mengalami kesulitan dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan kognitif siswa dengan menggunakan model pembelajaran Computer Assited Learning ( Video Tutorial )

Di dalam proses implementasi teknik dasar bermain trompet, penulis mencoba memfokuskan mahasiswa agar bisa lebih tepat dan tidak sembarangan dalam meniup trompet

Stone dan Paige (2005) menyatakan rainfall simulator yang mampu mengatur curah hujan dari ringan sampai sangat lebat maka rainfall tersebut mempunyai kinerja baik. Selanjutnya