• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG DEKORASI TPS DI DESA GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM PILBUP 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG DEKORASI TPS DI DESA GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM PILBUP 2015."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG DEKORASI TPS DI DESA

GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM

PILBUP 2015

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Politik Islam

Oleh:

Uci Nurul Hidayati

NIM: E04212038

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Uci Nurul Hidayati, 2016. PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG

DEKORASI TPS DI DESA GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM PILBUP 2015. Skripsi program studi Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universtas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Ini merupakan penelitian lapangan guna menjawab pertanyaan sebagai berikut: Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015 dan untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS. Serta dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat sebagai pengetahuan, terutama tentang kajian dan simbol.

Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik. Teori ini menggunakan interaksi yang bermakna sebagai pengungkapan atas segala bentuk interaksi setiap individu. Interaksionisme simbolik menekankan perhatiannya dalam menunjukkan bagaimana kompleksnya makna yang terbangun dari pengalaman langsung individu. Pandangan teori tersebut digunakan dalam mengungkapkan segala bentuk interaksi masyarakat pada dekorasi TPS 01. Sejalan dengan teori yang digunakan, penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Data penelitian ini dihimpun melalui wawancara dan dokumentasi. Teknik penulisan dengan menggunakan metode analisis deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dilapangan, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diteliti. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian mengungkapkan berbagai hal pemahaman masyarakat pada dekorasi TPS. Adapun faktor pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 antara lain: Semakin mempengaruhi Ketua Panitia dalam berpartisipasi pada lomba dekorasi TPS 01 desa Giri yang ingin membuat perbedaan suasana pada dekorasi TPS 01 dengan tahun-tahun yang sebelumnya dan mengenalkan adat budaya di Desa Giri, sehingga masyarakat menjadi lebih antusias datang ke TPS serta berpartisipasi untuk mengeluarkan hak suaranya secara penuh tanpa adanya Golongan Putih (GOLPUT).

Kata Kunci : Pemahaman, Dekorasi, TPS dan Pilbup.

(7)

DAFTAR ISI

COVER LUAR... i

COVER DALAM... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN SKRIPSI... iv

PERNYATAAN KEASLIAN... v

MOTTO... vi

KATA PENGANTAR... vii

PERSEMBAHAN... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

ABSTRAK... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Konseptual... 8

F. Telaah Pustaka... 10

G. Sistematika Pembahasan... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka... 15

1. Pengertian dekorasi... 15

2. Peran dan fungsi dekorasi... 15

B. Teori Interaksionisme Simbolik…... 16

1. Definisi interaksionisme simbolik... 16

C. Pilkada di Indonesia…... 23

(8)

2. Penyelenggara Pilkada... 26

3. Peserta Pilkada... 27

4. Tahapan Pilkada... 28

5. Modal Kandidat... 34

BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan jenis penelitian... 37

2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 39

3. Sumber Data... 41

4. Pemilihan Subyek Penelitian... 44

5. Teknik Pengumpulan Data... 44

6. Instrumen Penelitian... 48

7. Teknik Analisis Data... 49

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 51

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian... 55

1. Kondisi Geografis... 56

2. Letak Geografis Desa Giri... 57

3. Keadaan Sosial Keagamaan... 59

4. Kondisi Sosial Budaya... 60

5. Keadaan Ekonomi... 60

B. Hasil Penelitian dan Analisis…... 64

1. Dekorasi TPS 01 dalam Pilbup 2015 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik... 66

2. Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015 tentang dekorasi TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas... 73

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... 90

(9)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Lampiran Gambar

3. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman menurut Sadiman (1946) merupakan suatu kemampuan

seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan

sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.1 Masyarakat merupakan kelas-kelas yang beragam. Mulai dilihat dari

status sosial, kasta, pendidikan, sampai pada status ekonominya. Setiap gejala

sosial dalam masyarakat akan ikut mempengaruhi semua komponen penting

pemerintah termasuk bidang politik. Sehingga keberagaman yang ada dalam

masyarakat menjadi suatu fenomena ada atau tidaknya partisipasi dalam politik.

Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor panggung

teater. Hiasan atau perhiasan sementara dari ruangan, gedung, jalan, dan

sebagainya.2

Interaksi merupakan proses timbal balik, dengan mana satu kelompok di

pengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan demikian ia mempengaruhi

tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui

kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam

obrolan, pendengaran, melalui gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan

1Arif Sukadi Sadiman,Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar,(Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa, 1946), 109.

(11)

2

lain-lain sebagainya, atau secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara

berhubungan dari jauh.

Yang menginisiasi dekorasi TPS adalah anggota KPU Gresik. TPS yang

tidak didekorasi pada tahun 2010 masyarakat tidak antusias untuk berpartisipasi

secara aktif dan mengurangi angka Golongan Putih (GOLPUT). TPS yang

didekorasi pada tahun 2015 bertujuan untuk menarik minat masyarakat untuk

mendatangi TPS dalam Pilbup Giri 2015, selain itu juga menimbulkan

keingintahuan masyarakat untuk datang ke TPS sehingga selain untuk melihat

TPS, masyarakat juga berpartisipasi dalam mencoblos. Hal ini akan meningkatkan

partisipasi politik sehingga masyarakat menggunakan hak pilihnya secara penuh.

Gejala ini sesuai dengan konsep partisipasi politik itu sendiri dimana

kegiatan dan aktifitas individu sebagai warga negara yang berusaha

mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintahan. Pengaruh terhadap

pemerintah dapat mewujudkan perubahan dalam sitem politik indonesia. Hal ini

dapat di lakukan dengan kekuatan politik. Salah satu kekuatan politik yang ada

adalah masyarakat dan partisipasinya.

Pemahaman masyarakat tentu tak lepas dari kondisi atau sistem politik

yang sedang berproses. Sistem kepolitikan bangsa Indonesia hingga dewasa ini

telah berkali-kali mengalami perubahan, mulai dari orde baru sampai pada

reformasi. Disadari bahwa reformasi sering dimaknai sebagai era yang lebih

demokratis. Sebagai proses dari transformasi politik, makna pilkada selain

merupakan bagian dari penataan struktur kekuasaan makro agar lebih menjamin

(12)

3

dari tingkat pusat sampai daerah, masyarakat mengharapkan pula agar pilkada

dapat menghasilkan kepala daerah yang akuntabel, berkualitas, dan peka terhadap

kepentingan masyarakat.

Dari pemaparan tentang arti Pemahaman masyarakat diatas, mengambil

lokasi di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Berdasarkan

informasi yang saya dapat dari sumber pemilih asli Desa Giri, Bapak Ma’ruf

Azizi yang bertempat tinggal di Desa Giri selaku Ketua Panitia Pemungutan Suara

(KPPS). Awal mula adanya TPS yang didekorasi atau dilombakan pada tahun

2015 kemarin, masyarakat mendatangi TPS karena adanya kesadaran sendiri

untuk memilih, dan ada pula beberapa orang tertarik dengan TPS yang didekorasi

atau dilombakan, karena 5 tahun yang lalu pada tahun 2010 tidak pernah ada TPS

yang didekorasi atau dilombakan.

Selain itu informasi dari beberapa masyarakat yang diwawancarai yakni

saudari Khabibatul Rochmawati salah satu masyarakat yang memilih di TPS 01

didekorasi, mengatakan bahwa ikut berpartisipasi dalam memilih Pemilihan

Bupati karena mereka lebih tertarik dengan adanya dekorasi TPS, alasannya

karena suasana di TPS terlihat lebih berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

(13)

4

selain itu juga disajikan makanan seperti ubi-ubian dan kacang-kacangan.

Sedangkan di TPS 03 dan TPS 04 tidak ada dekorasi dalam TPS, jadi masyarakat

tidak seberapa antusias untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Bupati 2015.

Dari hasil observasi yang di lakukan pada tanggal 9 Desember 2015

bahwa banyaknya kalangan ibu-ibu yang antusias untuk memilih karena adanya

dekorasi tersebut. Hal itu terlihat dari partisipasi ibu-ibu yang datangnya lebih

awal di tempat lokasi TPS.

Masyarakat daerah yang selama ini hanya sebagai penonton proses

politik pemilihan yang dipilih oleh DPRD, kini masyarakat menjadi pelaku atau

voter (pemilih) yang akan menentukan terpilihnya Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota. Sistem pemilu kepala daerah secara langsung

lebih menjanjikan dibandingkan sistem yang telah berlaku sebelumnya. Pilkada

langsung diyakini memiliki kapasitas yang memadai untuk memperluas partisipasi

politik masyarakat, sehingga masyarakat daerah memiliki kesempatan untuk

memilih secara bebas pemimpin daerahnya tanpa suatu tekanan, atau intimidasi,

floating mass (massa mengambang), kekerasan politik, maupun penekanan jalur birokrasi.

Pilkada merupakan momentum yang cukup tepat munculnya berbagai

varian preferensi pemilih yang menjadi faktor dominan dalam melakukan

(14)

5

menghantui pemilu 2015. Dibutuhkan langkah strategis lembaga penyelenggara

pemilu dan pemerintah daerah agar masyarakat menggunakan hak pilihnya.3 Misalnya contoh berita TPS yang didekorasi di Dusun Kanjitongeng,

Desa Mattirotasi, Kecamatan Maros Baru, Maros melakukan pencoblosan di TPS

2 dijemput oleh personel TNI-Polri dan petugas KPPS yang menggunakan baju

bodo. Petugas KPPS 1 sampai 5, memakai baju bodo warna ungu, songko to

Bone, dan sarung sutra atau lipa sabbe. Ada juga yang menggunakan jas

pengantin. TPS tersebut dididekorasi seperti ada pesta pengantin. Ketua KPPS

TPS 02 Ahmad Hannanu mengatakan, konsep tersebut bertujuan untuk

memperkenalkan budaya Bugis - Makassar kepada pemilih. Selain itu, juga akan

menambah jumlah pemilih. "Kami sengaja mendekorasi begini (pesta pengantin)

ini untuk memperkenalkan budaya kita yang harus tetap dijaga. Ini juga

menambah pemilih dibanding pilkada lainnya," katanya. Jumlah pemilih di TPS

02 sebanyak 542.4

Di Desa Giri terdapat 07 TPS, tetapi data yang diambil hanya di TPS 01,

TPS 03 dan TPS 04. Data yang di TPS 01 dijadikan data utama, sedangkan data di

TPS 03 dan TPS 04 hanya dijadikan pembanding dari TPS 01. Terdapat alasan

yang melatarbelakangi diambilnya tema tentang Pemahaman Masyarakat Tentang

Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Dalam Pilbup

2015. Dimana menurut KPU Gresik (2015) Jumlah pemilih yang datang di TPS

01 dalam Pilbup di Desa Giri yaitu 368 orang, sedangkan TPS 3 berjumlah 321

orang dan TPS 4 berjumlah 259 orang. Hal ini membuktikan bahwa pada TPS 01

3http://lampost.co/berita/rendahnya-partisipasi-pemilih-hantui-pemilu-2014 (diakses pada 18

Maret 2016), Jam 10.00

(15)

6

yang didekorasi memiliki jumlah pemilih yang datang lebih banyak dibanding

dengan TPS 03 dan TPS 04, hal itu dikarenakan pada TPS 01 terdapat hiasan atau

dekorasi yang membuat warga di TPS 01 lebih tertarik, sehingga masyarakat ikut

berpartisipasi politik dan menggunakan hak suaranya secara penuh dan

meminimalisir angaka Golongan Putih (GOLPUT).

Menurut pasal 1 ayat (22) UU No. 10 tahun 2008, pemilih adalah warga

negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau

sudah/pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No. 10 tahun 2008

menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara

Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan pada

hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau

sudah/pernah kawin.

Untuk mengetahui bagaimana kebenaran dari pemaparan diatas, tentu

harus dilakukan suatu penelitian yang lebih mendalam lagi sesuai dengan

kajian-kajian ilmiah. Oleh sebab itu penulis tertarik mengadakan kajian-kajian tentang

“Pemahaman Masyarakat Tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan

Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015”.

B. Rumusan Masalah

Setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari sesuatu yang

dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya. Bertitik tolak dari

latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka untuk lebih memfokuskan

kajian masalah pada penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut disusun

(16)

7

1. Mengapa TPS 01 Desa Giri didekorasi dalam Pilbup 2015 Kecamatan

Kebomas Kabupaten Gresik?

2. Bagaimana Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015 mengenai dekorasi

TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai

tujuan yan hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini

agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar dari adanya

interpretasi dan meluasnya masalah dalam memahami isi riset. Tujuan dari riset

ini adalah:

1. Untuk mengetahui mengapa TPS 01 Desa Giri didekorasi dalam Pilbup

2015 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui bagaimana Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015

mengenai dekorasi TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten

Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas maka penulis paparkan

bahwa manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Memperkaya kajian tentang “Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi

TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam

(17)

8

b. Memberikan inspirasi bahwa studi tentang “Pemahaman Masyarakat

tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten

Gresik dalam Pilbup 2015” dapat membantu pemahaman tentang

fenomena kehidupan masyarakat, sehingga dapat mengembangkan

ilmu yang benar-benar berbasis pada pengembangan kemajuan

masyarakat.

2. Secara akademis, penelitian saya ini bermanfaat untuk:

a. Sebagai masukan dan evaluasi bagi Mahasiswa Politik Islam, atas

hal-hal yang mengenai “Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di

Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015”

yang berkaitan dengan partisipasi politik masyarakat.

b. Sebagai Mahasiswa Politik Islam, sangat penting dan bisa menjadi

wawasan agar bisa memberikan informasi persoalan ini kepada

kalangan masyarakat.

E. Definisi Konseptual

Dan pembahasan ini perlulah kiranya peneliti membatasi sejumlah

konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul, “Pemahaman Masyarakat

Tentang Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik

dalam Pilbup 2015”. Jika dikaitkan dengan PILKADA di Indonesia yakni

pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil daerah secara langsung

di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Adapun

(18)

9

1. Pemahaman

Pemahaman merupakan suatu kemampuan seseorang dalam

mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu

dengan cara sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.5 2. Dekorasi

Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor

panggung teater. Hiasan atau perhiasan sementara dari ruangan,

gedung jalan, dan sebagainya.6 3. Tempat Pemungutan Suara (TPS)

Tempat Pemungutan Suara (TPS) merupakan tempat pemilih

memberi suara dan mengisi surat suara mereka dalam pemilihan

umum. Di dalam Tempat Pemungutan Suara (TPS) akan terdapat

tempat memberikan suara yang umumnya berupa bilik suara, dimana

pemilih bisa memilih calon atau partai pilihannya secara rahasia.

Tempat Pemungutan Suara ini umunya berupa struktur sementara atau

kabin portabel, dan akan disingkirkan setelah pemilihan umum

selesai.7

4. Pemilihan Bupati (Pilbup)

Setiap daerah di Indonesia mempunyai pemimpin diantaranya

adalah Gubernur, Bupati dan wali kota. Untuk memilih pemimpin

5Arif Sukadi Sadiman,Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa, 1946), 109.

6http://ki.we.id/dekorasi (diakses pada 17 Maret 2016), Jam 13.30

7Stein, Robert, Vonnahme, Greg (September 2012).When, Where, and How We Vote: Does it

(19)

10

tersebut maka pemerintah pusat melaksanakan pemilihan langsung

yang dilakukan oleh rakyat dalam satu daerah.8 F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka atau bisa disebut penelitian terdahulu, memuat hasil-hasil

penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, dengan

maksud untuk menghindari duplikasi. Disamping itu, untuk menunjukkan bahwa

topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang

sama serta menjelaskan posisi penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

Dengan kata lain, tinjauan pustaka bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian

diantara penelitian-penelitian yang telah ada.9

Hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan penulis terdahulu digunakan

sebagai bahan kajian dan masukan bagi penulis, sehingga diharapkan dengan

hasil-hasil penulisan yang dilakukan oleh penulis akan lebih berbobot, karena

adanya hasil penulisan terdahulu tersebut sebagai tolok ukur atas hasil

berkelanjutan yang telah dicapai. Hasil penulisan terdahulu tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ikhyana yang berjudul Tingkat

Partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah-daerah Kabupaten

Batang Tahun 2011 Studi Yuridis terhadap pasal 56 Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dalam

bentuk Thesis, penelitian tersebut diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian

8http://seputarpengertian.blogspot.com/2015/11/pengertian-pilkada-atau-pemilukada.html (diakses

pada 22 Maret 2016), Jam 09.20

9Syarifuddin Jurdi,Panduan Penulisan skripsi Jurusan Ilmu Politik Uin Alauddin(Makassar: UIN

(20)

11

tersebut adalah Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepala

Daerah Kabupaten Batang Tahun 2011 mengacu pada UU No 32 Tahun

2004 tentang pemerintahan daerah. Mekanisme penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah dalam hal ini kepala daerah tingkat kabupaten

tidak lagi dipilih oleh DPRD, tetapi melalui pemilihan berdasarkan asas

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, serta mengandung makna

demokratis.

Yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian diatas adalah

pada apa yang dikaji yaitu penelitian ini lebih mengkaji pada Tingkat

Partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah-Daerah Kabupaten

Batang, sedangkan peneliti meneliti Pemahaman masyarakat tentang

dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 yang berada di Desa Giri Kecamatan

Kebomas Kabupaten Gresik. Dari persamaannya sama-sama meneliti

tentang masyarakat dalam Pilkada, jenis penelitiannya juga berupa

penelitian kualitatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Roos Firdaus yang berjudul Partisipasi

Pemilih Pemula dalam Pilkada di Desa Belik Kecamatan Belik Kabupaten

Pemalang pada Tahun 2012 dalam bentuk Thesis, penelitian tersebut

diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Politik Program Pasca Sarjana Universitas

Negeri Semarang. Hasil penelitian tersebut adalah Pemilihan kepala

daerah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memilih kepala daerah

yang dianggap mampu untuk memimpin disuatu daerah. Sesuai dengan

(21)

12

dilakukan secara demokratis. Ditingkat daerah pelaksanaan demokratis

diwujudkan dalam bentuk pemilihan daerah secara langsung yang

melibatkan seluruh masyarakat. Masyarakat adalah komponen penentu

berhasil atau tidaknya pelaksanaan pilkada secara demokratis. Partisipasi

merupakan aspek yang penting dari pelaksanaan demokrasi yang telah

dapat berpartisipasi adalah mereka yang telah mencapai usia

sekurang-kurangnya 17 tahun atau pernah kawin.

Yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian di atas adalah

pada apa yang di kaji yaitu penelitian ini lebih mengkaji pada Partisipasi

Pemilih Pemula dalam Pilkada di Desa Belik Kabupaten Pemalang,

sedangkan peneliti meneliti Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS

dalam Pilbup 2015 yang berada di Desa Giri Kecamatan Kebomas

Kabupaten Gresik. Dari persamaannya sama-sama meneliti tentang

masyarakat dalam Pilkada, jenis penelitiannya juga berupa penelitian

kualitatif.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan panduan mengenai pembahasan dalam

setiap bab peneitian. Dalam setiap penelitian perlu adanya sistematika

pembahasan dengan tujuan untuk mempermudah mengetahui isi dari

tiap-tiap bab. Pada penelitian yang berjudul “Pemahaman masyarakat tentang

dekorasi Tps di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam

(22)

13

setiap bab penelitian diatas, maka perlu adanya pengorganisasian

mengenai sistematika pembahasan diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN:

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang

latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan

rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan

manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan penelitian terdahulu dan

sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI:

Dalam bab kajian pustaka, peneliti memberikan gambaran tentang

definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang

akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep harus

digambarkan dengan jelas, selain itu harus memperhatikan relevansi teori

yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.

BAB III METODE PENELITIAN:

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang peneliti gunakan

dalam penelitian antara lain: tentang pendekatan dan jenis penelitian,

subjek penelitian, sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik

pengumpulan data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS:

Dalam bab ini menjelaskan penyajian data, peneliti memberikan

gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data

(23)

14

gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti

juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk

analisi deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan

menggunakan teori yang relevan.

BAB V PENUTUP:

Dalam bab penutup ini merupakan bab akhir, penulis menuliskan

kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian.selain itu, dalam penutup

juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta peneliti juga

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian dekorasi

Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor

panggung teater. Jika makna dekorasi digabungkan pada teori

interaksionisme simbolik yakni interaksi manusia yang dijembatani oleh

penggunaan simbol-simbol dengan menemukan makna tindakan orang

lain.

Makna dekorasi sebenarnya cukup luas dan memiliki keterkaitan

dalam banyak hal, namun secara simpel ialah setiap bagian dari suatu

tempat seperti jalan, rumah, kamar, ruangan, panggung, teater, taman dan

pelaminan yang dihias sebagus mungkin supaya terlihat menarik dan

berbeda dari tempat di sekelilingnya. Dekorasi cenderung mengarah ke

dunia seni dan hiburan. Berasal dari bahasa inggris dengan arti (hiasan)

kini telah menjadi bahasa serapan indonesia dan lazim digunakan orang

secara umum.

2. Peran dan fungsi dekorasi

Kini definisi dekorasi semakin melebar tidak terkait pada tempat

saja melainkan lebih mengarah kepada jasa untuk seni dan hiburan jauh

(25)

16

perkembangan zaman kini sudah banyak orang yang mengkomersilkan

jasa dekorasi sebagai mata pencaharian. Dekorasi kini banyak diminati

masyarakat terutama untuk kebutuhan event/acara serta fenomena

tertentu, antara lain seperti: dekorasi pernikahan, ulang tahun, natal,

permainan anak, gambar dekorasi, dekorasi kamar pengantin, wedding,

permainan, pesta.

Secara umum jasa yang ditawarkan cukup bervariasi dengan

tarif yang berbeda tergantung pada orderan acara itu sendiri. Di dunia

maya pun banyak yang menawarkan jasa dengan hasil pencarian dekorasi

untuk keperluan tersebut diatas. Tarif jasa memang lebih mahal

dibandingkan dengan harga barang karena yang dibutuhkan adalah skill,

inspirasi dan seni.10

B. Teori Interaksionisme Simbolik

1. Definisi interaksionisme simbolik

Merupakan salah satu prespektif teori yang baru muncul setelah

adanya teori aksi (action theory) yang dipelopori dan dikembangkan oleh Marx Weber. Teori interaksionisme simbolik berkembang pertama kali di

Universitas Chicago tokoh utama dari teori ini berasal dari berbagai

Universitas diluar Chicago. Diantaranya John Dewey dan C. H Cooley,

filsuf yang semula mengembangkan teori interaksionisme simbolik di

(26)

17

Universitas Michigan kemudian pindah ke Chicago dan banyak memberi

pengaruh kepada W. I Thomas dan George Herbert Mead.11

Interaksionisme simbolik, kata Blumer, merujuk pada karakter

interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. aktor tidak

semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan

mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara

langsung maupun tidak selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut.

Oleh karenanya, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan

simbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain.12

Bagi Blumer studi masyarakat harus merupakan studi dari

tindakan bersama, ketimbang prasangka terhadap dirasanya sebagai

sistem yang kabur dan berbagai prasyarat fungsional yang sukar

dipahami. Masyarakat merupakan hasil interaksi-simbolis dan aspek

inilah yang harus merupakan masalah bagi para sosiolog. Bagi Blumer

keistimewaan pendekatan kaum interaksionisme simbolis ialah manusia

dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan

mereka dan buka hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan itu

menurut mode stimulus-respon. Seseorang tidak langsung memberi

11Wirawan,Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma(Jakarta: Kencana Prenata Media, 2012), 12Irving M Zetlin,Memahami Kembali Sosiologi(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

(27)

18

respon tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan

kepada tindakan itu.13

Bagi Blumer, dunia sosial empiris terdiri dari manusia beserta

berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari mereka. Pengetahuan perilaku

yang intim itu hanya dapat diperoleh melalui observasi tangan pertama

dan partisipasi dalam kelompok yang diteliti, ia tidak dapat diperoleh

orang luar yang kurang familiar dan intim dalam mengenal kelompok.

Blumer menegaskan bahwa metodologi interaksi-simbolis merupakan

pengkajian fenomena sosial secara langsung, “pendekatan yang mendasar

untuk mempelajari secara ilmiah kehidupan kelompok dan tingkah laku

manusia”.14

Bagi Blumer interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga

premis: (1) Manusia bertindak pada sesuatu berdasarkan makna-makna

yang ada pada suatu itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal dari

“interaksi sosial seseorang dengan orang lain, (3) makna tersebut

disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.15 Interaksionisme simbolis yang di ketengahkan Blumer mengandung

sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut :

13Margaret M. Poloma,Sosiologi Kontemporer(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada 2010),

262-263.

14Ibid.,267.

(28)

19

a. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut

saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang

di kenal sebagai organisasi atau struktur sosial.

b. Interaksi terdiri dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan

kegiatan manusia yang lain. Interaksi-interaksi nonsimbolis

mencakup stimulus-respon yang sederhana, seperti halnya bentuk

untuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis

mencakup “penafsiran tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorang

pura-pura batuk ketika tidak setuju dengan pokok-pokok yang

diajukan oleh si pembicara, batuk tersebut menjadi suatu simbol

yang berarti, yang dipakai untuk penolakan. Bahasa tentu saja

merupakan simbol berarti yang paling umum.

c. Objek-objek tidak mempunyai makna instrinsik, makna lebih

merupakan produk interaksi simbolik. Objek-objek dapat di

klasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas antara lain:

a) objek fisik, seperti meja, tanaman atau mobil.

b) objek sosial seperti ibu, guru, menteri atau teman, dan

c) objek abstrak, seperti nilai-nilai, hak dan peraturan.

d. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat

dirinya sebagai objek. Jadi seorang pemuda dapat melihat dirinya

sebagai mahasiswa, suami dan seorang yang baru saja menjadi ayah.

Pandangan terhadap diri sendiri ini, sebagaimana, dengan semua

(29)

20

e. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh

manusia itu sendiri.

f. Tindakan tersebut saling di kaitkan dan disesuaikan oleh

anggota-anggota kelompok, hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang

dibatasi sebagai, “organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan

berbagai manusia”.

Blumer membatasi objek sebagai “segala sesuatu yang

berlainan dengannya”. Dunia objek “diciptakan, disetujui, ditransformir

dan dikesampingkan” lewat interaksi simbolis, ilustrasi peranan makna

yang diterapkan kepada objek fisik dapat dilihat dalam perlakuan yang

berbeda terhadap sapi di Amerika sapi dapat diartikan makanan, sedang

di India sapi dianggap sakral. Bila dilihat dari perspektif lintas kultural,

objek-objek fisik yang maknanya kita ambil begitu saja bisa dianggap

terbentuk secara sosial.

Konsep Blumer, dan bukan Mead, secara luas telah berhasil

dan mendominasi pemikiran dan penelitian kaum interaksi simbolik

dewasa ini. Kita tidak dapat memaparkan secara singkat karya-karya

dari para pengikutnya. Meskipun demikian, ada beberapa tulisan yang

cukup mewakili. Dari sekumpulan karya-karya pengikutnya ini

menunjukkan bahwa cara mereka dalam memfokuskan pada dimensi

(30)

21

memperlakukan interaksi sosial dengan seolah-olah merupakan proses

yang tidak lebih daripada komunikasi simbolik.16

Dari hal tersebut, analisis Herbert Blumer semakin menukik

tajam dalam melihat sisi interaksi diri sang aktor terlebih ketika melihat

sisi medium yang digunakan didalamnya yaitu bahasa dan isyarat.

Sebab, secara gamblang dapat dikatakan interaksionisme simbolik

dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol

yang terpenting, dan melalui isyarat.

Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol

berada dalam proses yang continue dan secara terus-menerus dalam proses “menjadi”. Artinya, medium perlu secara gamblang untuk

menggambarkan “kesepahaman” pada makna yang muncul; to view any language, as Herbert Blumer has suggested, as a set of more or less “significant indicative gesture”, the meaning of which arise out of

specific interactive situation.

Dengan demikian, mungkin menjadi suatu bentuk kelaziman

ketika Herbert Blumer memberikan istilah pada aperspektif ini dengan

term “interaksionisme simbolik”, maka fokus pemikiran yang muncul terdiri atas dua konsep yaitu: simbol dan interaksi. Simbol mengacu

pada setiap objek sosial (misalnya, benda fisik, isyarat, atau kata) yang

16Irving M Zetlin,Memahami Kembali Sosiologi(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

(31)

22

berdiri di tempat atau mewakili sesuatu yang lain. Simbol adalah ciptaan

unik manusia.17

Kesimpulan utama yang perlu diambil dari uraian tentang

subtansi Teori Interaksionalisme Simbolik ini adalah sebagai berikut.

Kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan

komunikasi antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang

dipahami maknanya melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam

proses interaksi itu bukan semata-mata merupakan suatu tanggapan yang

bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya atau

dari luar dirinya.

Tetapi tindakan itu merupakan hasil dari pada proses

interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar,

dalam arti memahami simbol-simbol, dan saling menyesuaikan makna

dari simbol-simbol itu. Meskipun norma-norma, nilai-nilai sosial dan

makna dari simbol-simbol itu memberikan pembatasan terhadap

tindakannya, namun dengan kemampuan berpikir yang dimilikinya

manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan

tujuan-tujuan yang hendak dicapainya.

Dalam penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme

Simbolik dengan memahami realitas sebagai suatu interaksi yang

dipenuhi sebagai simbol. Kenyataan merupakan interaksi interpersonal

17Umiarso Elbadiansyah, Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik Hingga Modern(Jakarta: PT

(32)

23

yang menggunakan simbol-simbol. Dalam dekorasi TPS muncul sebuah

interaksi antar masyarakat untuk meningkatkan sebuah partisipasi

politik dengan adanya dekorasi TPS.

C. Pilkada di Indonesia

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut

pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil daerah

secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi

syarat. Kepala daerah adalah:

a. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi.

b. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten.

c. Walikota dan wakil walikota untuk kota.

Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dasar hukum penyelenggaraan pilkada

adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.

Dalam undang-undang ini, pilkada (pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah) belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu).

Pilkada pertama kali diselenggaraan pada bulan Juni 2005.18

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang

penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu,

sehingga secara resmi bernama “pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala

(33)

24

daerah”. Pilkada pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini

adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.19

Masalah efektif dan efisiensi pilkada langsung tidak semata dipandang

karena besarnya biaya. Efisiensi perlu pula menjawab persoalan rendahnya

kepercayaan (trust) dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari kinerja Kepala Daerah terpilih. Pelaksanaan demokrasi yang dinilai mahal, dapat diefisiensikan

dengan berbagai cara, sepanjang tidak merusak nilai-nilai demokrasi. Sehingga

pasca pilkada akan terbentuk sebuah pemerintahan daerah yang efektif (effective government).

Memang tidak ada yang menyangkal bahwa demokrasi memerlukan

biaya, termasuk dalam menyelenggarakan pilkada. Tetapi kalau biayanya terlalu

mahal maka harus dicari cara yang lebih murah. Bukankah salah satu prinsip

penyelenggaraan pemilu adalah efisien, karena itu faktor biaya menjadi

pertimbangan yang sangat penting.

Dalam perkembangannya, efisiensi dan efektivitas mulai disebut sebagai

bagian terpenting dalam penyelenggaraan pilkada langsung. Hal ini dapat dibaca

pada bagian penjelasan UU Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UU

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi UU yang berbunyi

sebagai berikut:

19http//www.wikipedia.com/2011/01/Pemilihan Umum Kepala Daerah (diakses pada 4 Mei 2016),

(34)

25

Di samping itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan dengan menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas baik yang berkaitan dengan pemanfaatan dana, perlengkapan, personel, dengan memerhatikan kondisi wilayah pemilihan.”20

Begitu besarnya proporsi dukungan responden terhadap pilkada langsung

tersebut menunjukkan tingkat antusiasme publik yang sangat tinggi. Kendati

pelaksanaannya sendiri masih menunggu hingga bulan Juni mendatang,

tampaknya semangat untuk menyongsong pemimpin daerah yang “lebih disukai

rakyat” terus saja mencuat. Bahkan pada saatnya nanti, mayoritas(88 persen)

responden menyatakan siap menyukseskan pilkada langsung dengan memberikan

dukungan suara kepada calon kepala daerah yang mereka anggap layak

memimpin.

Selain masyarakat, beragam perangkat organisasi pelaksana maupun

penunjang suksesnya pilkada ini pun diyakini kesiapannya. Keberadaan Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD), misalnya, diyakini siap untuk

menyelenggarakan perhelatan demokrasi di daerah mereka. Lebih dari separuh

bagian (54 persen) responden merasa optimis KPUD siap melaksanakan pilkada

kendati masih perlu dilakukan pembenahan.21 1. Tujuan Pilkada

Tujuan diselenggarakannya pilkada adalah untuk mewujudkan

desentralisasi, yang mana dalam sistem yang dahulu, semua ditentukan

oleh pusat, sehingga pembentukan Negara, yaitu mewujudkan

masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Dengan pilkada, pemerintah

20Suharizal,Pemilukada Regulasi Dinamika Dan Konsep Mendatang, (Jakarta: Rajawali Pers,

2012), 197-198.

(35)

26

bermaksud melimpahkan kewenangan membangun daerah pada daerah

tersebut.22

Meskipun dilain sisi dengan sistem desentralisasi banyak hal

negatif yang terjadi misalnya memakan anggaran yang cukup besar untuk

menyelenggarakan pilkada, belum dengan potensi konflik apabila ada

salah satu calon yang tidak terima hasil akhir penghitungan suara.

Syarat-syarat untuk menjadi kepala daerah ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Setia kepada pancasila dan UUD 1945.

c. Pendidikan minimal SLTA.

d. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun.

e. Sehat jasmani dan rohani.

f. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara.

g. Tidak sedang dicabut hak miliknya.

h. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi.23 2. Penyelenggara Pilkada

Berdasarkan undang-undang No. 12 tahun 2003, yang

berwenang menyelenggarakan kepala daerah dan wakil kepala daerah

adalah komisi pemilihan umum daerah atau disebut KPUD. KPUD ini

berkedudukan di provinsi, kabupaten dan kota.

(36)

27

Sedang penyelenggara untuk tingkat kecamatan disebut panitia

pemilihan tingkat kecamatan (PPK). Untuk tingkat Desa disebut panitia

pemungutan suara (PPS), dan di tempat pemungutan suara disebut

kelompok pemungutan suara (KPPS).24

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) mempunyai tugas

sebagai berikut:

a. Memperlakukan pasangan calon secara adil.

b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang-barang dan jasa

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c. Menyampaikan laporan kepada DPRD.

d. Melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah secara tepat waktu.

e. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD.25 3. Peserta Pilkada

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 peserta

pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga

berasal dari pasangan calon perseorangan (jalur independen) yang

didukung olehsejumlah orang. Undang-Undang ini menindak lanjuti

keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal yang

(37)

28

menyangkut peserta pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004.26

4. Tahapan Pilkada

a. Tahapan Persiapan

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan daerah penyelenggaraan program kegiatan pada

tahapan persiapan dilaksanakan mulai dengan pemberitahuan DPRD

Kabupaten Gresik Kepada Bupati Gresik mengenai berakhirnya

masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati, kemudian pemberitahuan

DPRD Kabupaten Gresik kepada KPUD Kabupaten Gresik

mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati,

sampai pada penyampaian keputusan tentang Tahapan Program dan

Jadwal Waktu serta Pedoman Teknis Penyelengara Pilbup Desa Giri.

Setelah tahapan persiapan rampung, maka dilanjutkan pada tahapan

pelaksanaan. Dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2007 tantang penyelenggaraan pemilu, tahapan persiapan

pelaksanaan pilkada Desa Giri dimulai pada bulan November tahun

2010. Artinya dipersiapkan 4 tahun sebelum waktu pencoblosan

yang jatuh pada tanggal 9 Desember 2015. Salah satu strategi yang

dilakukan oleh KPU Gresik sebagai lembaga penyelenggara pilkada

yang melakukan rapat koordinasi dengan Camat se-Kabupaten

26http//www.wikipedia.com/2011/01/Pemilihan Umum Kepala Daerah (diakses pada 8 Mei 2016),

(38)

29

Gresik, dalam rangka rapat persiapan penyelenggaraan Pilkada

Bupati dan Gubernur.

Pertama, mengenai pembentukan Badan Penyelenggara

Pemilu Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah 2010. Salah satu

tahapan rekrutmen anggota panitia pelaksana pilkada tingkat

kecamatan, kemudian untuk Panitia Pemungutan Suara. Jumlah

anggota PPK yang dibutuhkan terdiri dari 6 orang per kecamatan dan

PPS berjumlah 3 orang tiap desa. Kedua, mengenai sosialisasi

dimasyarakat menjadi agenda berat bagi KPU Gresik. Materi

sosialisasi yang diberikan tentang UU Penyelenggaraan (UU No 32

Tahun 2004).

b. Tahapan Pelaksanaan

Secara umum penyelenggaraan kegiatan sebagai

pelaksanaan dimulai pada pemutakhiran data pemilih, sampai pada

pemungutan suara dan perhitungan suara antara lain:

1) Pemutakhiran data dan penetapan daftar pemilih

Pemutakhiran data dan pendaftaran pemilih yang dimulai

dengan penyerahan daftar pemilih sementara (DPS) oleh

pemerintah Kabupaten Gresik ke KPUD Gresik. Kemudian DPS

diserahkan kepada PPK, kemudian dilanjutkan ke PPS untuk

dilakukan penyusunan dan pengumuman daftar pemilih sementara

yang akan ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap (DPT). Setelah

(39)

30

direkapitulasi. Selanjutnya PPK menyampaikan ke KPUD.

Terakhir, rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dan jumlah TPS

dalam wilayah kabupaten untuk pendistribusian kartu pemilih

kepada pemilih. Pendaftaran peserta pemilih dimaksudkan untuk

mengidentifikasi pemilih yang sudah wajib pilih serta yang

kategori belum wajib pilih dalam proses pemberian suara.

2) Pencalonan

Pada tahapan pencalonan yang dimulai pada proses

pengumuman pendaftaran pasangan calon sampai pada penetapan

nomor urut pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati. Penetapan

pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dituangkan dalam

keputusan KPUD Gresik Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Penetapan Nama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik

Yang Memenuhi Syarat Administrasi Menjadi Pasangan Calon

Bupati dan Wakil Bupati Gresik dalam Pemilihan Umum Bupati

dan Wakil Bupati Gresik Tahun 2015. Pada akhir Mei 2015, KPU

Kabupaten Gresik menuntaskan tahapan pencalonan Bupati dan

Wakil Bupati, yaitu pengundian nomor urut pasangan calon

Bupati dan Wakil Bupati Gresik periode 2015-2020. Acara

pengundian berlangsung di kantor KPU Kabupaten Gresik.

3) Kampanye

Pelaksanaan kampanye dilaksanakan selama 14 (empat

(40)

31

tenang. Hari pertama kampanye dilakukan dalam Rapat Paripurna

DPRD dengan cara penyampaian visi, misi dan program dari

pasangan calon secara berurutan dengan waktu yang sama tanpa

dilakukan dialog.

Acara sosialisasi melalui pawai ini diharapkan akan

mengenalkan figure para calon bupati dan wakil bupati kepada

masyarakat secara langsung. Masyarakat juga dapat mengenali

para calon melalui visi-misi dan program yang diusung.

Setelah sosialisasi dilanjutkan dengan kegiatan

kampanye. Kampanye merupakan bagian dari penyelenggaraan

pemilihan Kepala Daerah. Proses penyelenggaraan kampanye

dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari mulai tanggal

diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan

calon bersama-sama dengan partai politik atau gabungan partai

politik yang mengusulkan calon.

4) Pemungutan dan Perhitungan Suara

Pemberian suara adalah kegiatan pemilih memberikan

suara dalam bilik pemberian suara dengan cara mencoblos salah

satu pasangan dalm surat suara. Untuk memberikan suara dalam

pilkada dibuat suara pemilih dengan memuat nomor, foto dan

nama pasangan calon untuk setiap daerah pemilihan. Berdasarkan

jadwal yang telah ditetapkan oleh KPUD Gresik, maka

(41)

32

Sebelum pemilih melakukan pencoblosan, maka

selambat-lambatnya pukul 06.00 KPPS sudah berada di TPS

dengan melakukan tugas: membuka kotak suara, pengeluaran

seluruh isi kotak suara, mengidentifikasi jenis dokumen dan

peralatan, menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.

Keseluruhan kegiatan KPPS tersebut, dihadiri oleh pemilih, saksi

dari pasangan calon, kemudian dibuatlah berita acara yang

ditandatangani oleh ketua KPPS, dan 2 (dua) anggota KPPS serta

ditandatangani oleh saksi.

Setelah semua prosedur tersebut diatas telah

dilaksanakan, maka pemilih pada pilkada diberi kesempatan oleh

KPPS berdasarkan prinsip nomor urutan kehadiran pemilih. Pada

saat pemilihan berlangsung pemilih diberikan surat suara oleh

KPPS. Bagi pemilih yang menggunakan hak suaranya di TPS,

maka diberi tanda khusus oleh KPPS berupa tinta yang telah

ditetapkan oleh KPUD pada salah satu jari tangan.

Setelah melakukan persiapan dan pemungutan suara

berakhir, pelaksanaan perhitungan suara dimulai pada pukul

13.00 sampai dengan selasai. Sebelum perhitungan suara dimulai

maka KPPS menghitug diantaranya:

a) Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan

daftar pemilih tetap untuk TPS.

(42)

33

c) Jumlah surat suara yang tidak terpakai dan,

d) Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena

rusak atau keliru dicoblos.

Pada saat proses perhitungan suara di TPS oleh KPPS

dihadiri oleh saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau,

dan warga masyarakat. Bagi saksi pasangan calon dalam

perhitungan suara harus membawa surat mandat dari tim

kampanye yang bersangkutan dan menyerahkan kepada ketua

KPPS.

Setelah penandatanganan berita acara KPPS memberikan

salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara kepada

masing-masing saksi pasangan calon yang hadir sebanyak 1

(satu) eksemplar dan memasang sertifikat hasil perhitungan suara

di tempat umum. Kemudian KPPS menyerahkan berita, sertifikat

hasil perhitungan suara, surat suara dan alat kelengkapan

administrasi pemungutan suara dan perhitungan suara kepada

PPS setelah perhitungan suara untuk diteruskan ke PPK.

Perhitungan Suara dan penyusunan Berita Acara di tingkat PPK.

5) Tahap penyelesaian

Setelah seluruh pelaksanaan selesai, maka tahap terakhir

atau tahap penyelesaian, penerimaan laporan dana kampanye oleh

(43)

34

penyerahan laporan dana kampanye ke Akuntan Publik. Proses

terakhir dari tahapan ini adalah penyampaian laporan pelaksanaan

Pemilu Bupati / Wakil Bupati oleh KPUD Gresik kepada KPU

Provinsi Jawa Timur.

5. Modal Kandidat

Pasangan calon Kepala Daerah itu berkemungkinan

memenangkan Pilkada secara langsung manakala memiliki tiga

kombinasi di dalam berkendaraan, yakni adanya mobil yang baik,

sopir yang piawai, dan bensin yang memadai. Secara konseptual,

metafora itu terwujud dari tiga modal utama yang dimiliki oleh para

calon yang hendak mengikuti kontestasi di dalam Pilkada secara

langsung. Ketiga modal itu adalah modal politik, modal sosial dan

modal ekonomi.

Modal politik (political capital) ini memiliki makna yang sangat penting karena Pilkada menggunakan mekanisme ‘party system’ didalam proses pencalonan bakal calon. Kandidat yang akan

mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah harus

diberangkatkan dari atau melalui partai politik yang memiliki kursi di

parlemen sebagaimana diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 dan PP

No. 6 tahun 2005. Ada juga yang mamakai jalur independen dengan

asas Undang-Undang No. 12 tahun 2008 yang menyatakan bahwa

peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan

(44)

35

Modal kedua adalah modal sosial (sosial capital), yakni bangunan relasi dan kepercayaan (trust) yang dimiliki pasangan calon dengan masyarakat yang memilihnya. Termasuk didalamnya adalah

sejauh mana pasangan calon itu mampu meyakinkan para pemilih

bahwa mereka itu memiliki kompetensi untuk memimpin daerah.

Agar bisa meyakinkan para pemilih, para calon harus dikenal oleh

masyarakat.

Kepercayaan tidak tumbuh begitu saja. Ia didahului oleh

adanya perkenalan. Popularitas saja kurang bermakna tanpa

ditindaklanjuti oleh adanya kepercayaan. Melalui modal sosial yang

dimiliki, para kandidat tidak hanya dikenal oleh para pemilih tetapi

juga masyarakat memberi penilaian terhadap diri kandidat untuk

kemudian diberi kepercayaan.

Didalam Pilkada secara langsung, modal sosial memiliki

peran yang cukup penting. Hal ini terlihat dari fakta bahwa pasangan

calon yang diusung oleh partai dominan ternyata tidak otomatis dapat

memenangkan Pilkada secara langsung. Hal ini bisa terjadi karena

peran figur pasangan calon dipandang lebih kuat daripada peran partai

politik. Didalam situasi seperti ini, kontestasi didalam Pilkada secara

langsung memiliki perbedaan yang substansial dengan Pemilu

Legislatif. Didalam Pileg, peran partai politik sangat dominan,

sementara di dalam Pilpres dan Pilkada, peran figur dari pasangan

(45)

36

Modal yang ketiga adalah modal ekonomi (economic capital). Pemilu, termasuk Pilkada secara langsung, jelas membutuhkan biaya yang besar. Modal yang besar itu tidak hanya

dipakai untuk membiayai pelaksanaan kampanye. Yang tidak kalah

pentingnya adalah untuk membangun relasi dengan para (calon)

pendukungnya, termasuk didalamnya adalah modal untuk

memobilisasi dukungan pada saat menjelang dan berlangsungnya

masa kampanye. Tidak jarang, modal itu juga ada yang secara langsug

dipakai untuk mempengaruhi pemilih.

Misalnya saja, banyak ditemui kasus ada calon yang

membagi-bagikan barang atau uang kepada para pemilih. Tujuannya,

supaya pada saat pemilihan mendukungnya. Biasanya modus

pembagian barang atau uang itu tidak diberikan oleh pasangan calon

secara langsung, melainkan oleh tim sukses resmi. Tujuannya, ketika

diketahui oleh publik dan diancam pidana, yang terkena bukanlah

pasangan calon melainkan tim sukses ‘siluman’ itu. Tidaklah

mengherankan, meskipun ‘tim sukses siluman’ ini ada yang

tertangkap basah, tidak ada satupun pasangan calon yang diadili atau

(46)

37

Sebagai ringkasan dari kekuatan kandidat, berikut ini adalah

hal-hal yang dianggap penting bagi sukses kandidat dalam

memenangkan Pilkada langsung, yakni:

a. Kredibilitas dan Kapabilitas Calon.

b. Disukai karena memiliki sifat yang baik dan rendah hati.

c. Kerja keras, jujur dan serius.

d. Berakar dan memiliki massa panatik yang diikat oleh solidaritas

profesi.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan salah satu cara ilmiah yang

digunakan untuk mendapatkan data dan tujuan untuk kegunaan tertentu.

Berdasarkan cara ilmiah, dan kegunaan.27 Oleh karena itu, metodologi penelitian sangat penting untuk memudahkan dalam proses penelitian.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi

pada gejala-gejala yang bersifat alamiah dan harus terjun langsung di

lapangan. Pendekatan kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati

sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat

manusia.28

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

artinya peneliti terjun langsung ke Desa Giri yang mana merupakan objek

dari penelitian yang diambil oleh peneliti, agar lebih terarah dan terukur.

Peneliti mencari data langsung berupa kata-kata terhadap orang-orang

yang didalamnya. Alasan kenapa peneliti mengambil pendekatan kualitatif

karena dalam permasalahan yang diambil peneliti yaitu tentang

pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 data

(48)

39

yang dihasilkan masih berbentuk nalar dan masih belum jelas, kompleks,

dinamis dan penuh makna. Sehingga tidak memungkinkan oleh peneliti

menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen berbentuk

angket. Karena metode ini sangat relevan untuk mengetahui dan

memahami masalah fenomena-fenomena sosial yang terjadi.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan dan bukan dari

laboratorium atau penelitian yang terkontrol.

2) Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada

situasi-situasi alamiah subyek, dan

3) Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori

jawaban.29 b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu subyek, suatu set kondisi, suatu sistem, pemikiran maupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.30Berbagai situasi atas berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi subyek penelitian itu.

Situasi ataupun variabel tertentu.31

Dalam peneltian ini peneliti membangun dan mendeskripsikan

melalui analisis dan nalar. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah

untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta yang ada.

29Agus Salim,Teori & Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006), 4. 30Moh. Nazir,Metode Penelitian(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 63.

(49)

40

Maka dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini, sehingga akan dilihat

dari pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri

Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Dalam tradisi penelitian kualitatif, penelitian tidak ditujukan

untuk membuat generalisasi atas satu fenomena atau realitas sosial,

melainkan lebih pada upaya pemberian pemahaman atas suatu gejala

tersebut. Karena itu penelitian kualitatif membutuhkan lokasi sosial

tertentu sebagai latar alamiah permasalahan guna pijakan dalam

memberikan suatu pemahaman atau penggambaran secara menyeluruh.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian dilakukan dengan pengambil

lokasi di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik di Jl.Sunan

Giri 18/E Gresik, Jawa Timur.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada fokus penelitian yaitu

tentang pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri

Kabupaten Gresik dalam PILBUP 2015. Alasan untuk mengambil lokasi

penelitian di Kabupaten Gresik adalah karena pemahaman masyarakat

tentang dekorasi TPS di Desa Giri dalam PILBUP 2015 masih kurang dan

menjadi sebuah ketertarikan peneliti untuk mengungkap pemahaman

masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri dalam PILBUP 2015.

Selain itu pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam PILBUP

(50)

41

akan memperkaya partisipasi politik atau antusias masyarakat Desa Giri

Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam PILBUP 2015. Desa Giri

juga memiliki keunikan tersendiri, selain itu pemahaman masyarakat

tentang dekorasi TPS yang akan mengenalkan adat budaya yang khas asli

Desa Giri, sehingga masyarakat lebih mengenal adat budaya tentang

dekorasi TPS tersebut.

b. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 bulan lebih

di mulai pada saat mencari data di Desa Giri dan data di KPU Gresik.

Tahap-tahap waktu penelitian antara lain:

1) Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember

2015, dimulainya dekorasi TPS 01 di Desa Giri karena pada

tahun-tahun lalu tidak pernah ada dekorasi TPS.

2) Proposal penelitian sebagai lanjutan dari judul yang sudah diterima

oleh ketua prodi untuk dijadikan penelitian, selanjutnya peneliti

mengajukan proposal kepada dosen pembimbing untuk diperiksa,

sampai bisa diujikan dan jika proposal sudah diterima maka peneliti

telah mendapatkan izin dan bisa melakukan penelitian.

3) Seminar proposal yakni lanjutan sesudah mengajukan proposal

penelitian dan jika sudah diberi izin oleh dosen pembimbing untuk

(51)

42

4) Penulisan dan pembahasan yakni lanjutan sesudah seminar proposal

dan melakukan penelitian, setelah itu mencari data untuk dianalisis

terhadap jawaban yang sudah diwawancarai. Bila sudah ada jawaban

yang di wawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka

peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu

diperoleh dan data yang sudah dianggap kredibel.

3. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data utama dan kebutuhan

mendasar dari penelitian ini. Sumber data diperoleh dari informan saat

peneliti terjun langsung ke lapangan tempat penelitian. Beberapa

informan akan dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian, yang berkaitan

dengan tema penelitian.

Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi tentang

situasi dan juga kondisi latar penelitian.32 Informan bukan hanya sebagai sumber data, melainkan juga aktor pelaku yang menentukan berhasil atau

tidak penelitian berdasar hasil informasi yang diberikan. Informan yang

telah diwawancarai adalah Ketua KPU Gresik, Panitia Pemungutan Suara

dan Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS), yakni:

32Lexy J. Moeleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),

(52)

43

1) Ma’ruf Azizi (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 01).

2) Izzat Farahiddi (Panitia Pemungutan Suara TPS 01).

3) Suyono, SE.,M.Si (Kasubbag, Teknis dan Hupmas).

4) Rusdi Amali (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 03).

5) Badrud Tamam (Panitia Pemungutan Suara TPS 03).

6) Badrus Zaman (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 04).

7) Gunawan (Panitia Pemungutan Suara TPS 04).

Berikut ini adalah tabel data perbandingan di TPS antara lain:

Tabel 3.1

Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data sekunder

merupakan data pendukung dan pelengkap dari data primer. Dalam

penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan cara dokumentasi dalam

(53)

44

untuk melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh

dari hal-hal yang diberkaitan dengan penelitian, antara lain buku, jurnal,

artikel, koran, browsing data internet, dan juga berbagai dokumentasi pribadi maupun resmi.

c. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian.33 Informasi ini di butuhkan untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya dari narasumber bertujuan untuk

mengetahui Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di desa Giri

Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015. Adapun key informan yang akan dimintai data informasi sesuai judul pemahaman masyarakat, yaitu:

1) Fadhilatun Ni’mah (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

2) Khabibatul Rochmawati (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

3) Nur Usyrotul Muharromah (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

4) Ratna Rahayu (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

5) Nike Ardiani (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

6) Muhammad Arif Rakhman (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

7) Hildan Ardiansyah (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

8) M. Hendra (Masyarakat yang memilih di TPS 03).

9) Ma’rifah (Masyarakat yang memilih di TPS 03).

10) Farid Habibi (Masyarakat yang memilih di TPS 04).

(54)

45

11) Nindi Fitriani (Masyarakat yang memilih di TPS 04).

4. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian ialah sumber tempat peneliti memperoleh

keterangan tentang permasalahan yang diteliti, singkatnya subyek penelitian

ialah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.34 Dari lokasi penelitian diatas, maka subyek penelitian dipilih secara

langsung oleh peneliti. Penentuan subyek peneliti berdasarkan atas kebutuhan

penelitian yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan peneliti di

atas.

Peneliti juga telah melakukan wawancara, salah satu informan utama

yang penting Pertama, Masyarakat itu sendiri yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai dekorasi TPS dalam Pilbup 2015. Kedua, yaitu Panitia Pemilihan Umum sebagai salah satu subyek informan penting

dalam penelitian ini yang dapat memberikan gambaran tentang diadakannya

dekorasi TPS dalam Pilbup 2015. Ketiga, yaitu Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS) sebagai salah satu subyek informan penting dalam penelitian ini

yang dapat memberikan gambaran tentang diadakannya lomba dekorasi TPS

dalam Pilbup 2015.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat penting dalam

sebuah penelitian, karena keakuratan hasil penelitian ditentukan oleh ketepatan

alat pengumpul data. Oleh karena itu sesuai kebutuhan peneliti, teknik

34Tatang, M.Amirin,Menyusun Perencanaan Penelitian(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),

Gambar

  Tabel 3.1NoTPS 01TPS 03
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk
  Tabel 4.3Batas Wilayah Desa Giri
+4

Referensi

Dokumen terkait

Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmitor penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pasca sinaps.Striknin

BAB VI KESIMPULAN Dari analisa data dan perhitungan yang menggunakan metode kehilangan tekanan dengan korelasi Hagedorn dan Brown untuk menentukan pengaruh Water Cut pada

Selain itu testosteron dirubah menjadi dihidrotestosteron (DHT) oleh sa-reduktase di beberapa jaringan sasaran dan DHT berikatan dengan reseptor intra sel yang sama

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa tingkat toksisitas dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pada ekstrak Gastropoda jenis

Saudara2 yang kami hormati, sebagaimana kita tahu, Rapat Kerja DJPK 2011 mengambil Saudara2 yang kami hormati, sebagaimana kita tahu, Rapat Kerja DJPK 2011 mengambil

Sesuai dengan manfaat penelitian untuk mengetahui gambaran awal tentang sikap dosen ITS terhadap perubahan menuju PTBHMN dan temuan kenyataan di lapangan bahwa banyak

Menurut Palupessy (2011), menyatakan bahwa kawasan wisata terpadu adalah kawasan yang memperhitungkan pusat-pusat kegiatan wisatawan, karakteristik dari jenis wisata

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui peningkatan aspek keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa SMK melalui pembelajaran berbasis proyek pada mata