PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG DEKORASI TPS DI DESA
GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM
PILBUP 2015
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Politik Islam
Oleh:
Uci Nurul Hidayati
NIM: E04212038
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Uci Nurul Hidayati, 2016. PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG
DEKORASI TPS DI DESA GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM PILBUP 2015. Skripsi program studi Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universtas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Ini merupakan penelitian lapangan guna menjawab pertanyaan sebagai berikut: Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015 dan untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS. Serta dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat sebagai pengetahuan, terutama tentang kajian dan simbol.
Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik. Teori ini menggunakan interaksi yang bermakna sebagai pengungkapan atas segala bentuk interaksi setiap individu. Interaksionisme simbolik menekankan perhatiannya dalam menunjukkan bagaimana kompleksnya makna yang terbangun dari pengalaman langsung individu. Pandangan teori tersebut digunakan dalam mengungkapkan segala bentuk interaksi masyarakat pada dekorasi TPS 01. Sejalan dengan teori yang digunakan, penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Data penelitian ini dihimpun melalui wawancara dan dokumentasi. Teknik penulisan dengan menggunakan metode analisis deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dilapangan, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diteliti. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian mengungkapkan berbagai hal pemahaman masyarakat pada dekorasi TPS. Adapun faktor pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 antara lain: Semakin mempengaruhi Ketua Panitia dalam berpartisipasi pada lomba dekorasi TPS 01 desa Giri yang ingin membuat perbedaan suasana pada dekorasi TPS 01 dengan tahun-tahun yang sebelumnya dan mengenalkan adat budaya di Desa Giri, sehingga masyarakat menjadi lebih antusias datang ke TPS serta berpartisipasi untuk mengeluarkan hak suaranya secara penuh tanpa adanya Golongan Putih (GOLPUT).
Kata Kunci : Pemahaman, Dekorasi, TPS dan Pilbup.
DAFTAR ISI
COVER LUAR... i
COVER DALAM... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN SKRIPSI... iv
PERNYATAAN KEASLIAN... v
MOTTO... vi
KATA PENGANTAR... vii
PERSEMBAHAN... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
ABSTRAK... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Definisi Konseptual... 8
F. Telaah Pustaka... 10
G. Sistematika Pembahasan... 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka... 15
1. Pengertian dekorasi... 15
2. Peran dan fungsi dekorasi... 15
B. Teori Interaksionisme Simbolik…... 16
1. Definisi interaksionisme simbolik... 16
C. Pilkada di Indonesia…... 23
2. Penyelenggara Pilkada... 26
3. Peserta Pilkada... 27
4. Tahapan Pilkada... 28
5. Modal Kandidat... 34
BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan jenis penelitian... 37
2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 39
3. Sumber Data... 41
4. Pemilihan Subyek Penelitian... 44
5. Teknik Pengumpulan Data... 44
6. Instrumen Penelitian... 48
7. Teknik Analisis Data... 49
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 51
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian... 55
1. Kondisi Geografis... 56
2. Letak Geografis Desa Giri... 57
3. Keadaan Sosial Keagamaan... 59
4. Kondisi Sosial Budaya... 60
5. Keadaan Ekonomi... 60
B. Hasil Penelitian dan Analisis…... 64
1. Dekorasi TPS 01 dalam Pilbup 2015 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik... 66
2. Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015 tentang dekorasi TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas... 73
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Lampiran Gambar
3. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman menurut Sadiman (1946) merupakan suatu kemampuan
seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.1 Masyarakat merupakan kelas-kelas yang beragam. Mulai dilihat dari
status sosial, kasta, pendidikan, sampai pada status ekonominya. Setiap gejala
sosial dalam masyarakat akan ikut mempengaruhi semua komponen penting
pemerintah termasuk bidang politik. Sehingga keberagaman yang ada dalam
masyarakat menjadi suatu fenomena ada atau tidaknya partisipasi dalam politik.
Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor panggung
teater. Hiasan atau perhiasan sementara dari ruangan, gedung, jalan, dan
sebagainya.2
Interaksi merupakan proses timbal balik, dengan mana satu kelompok di
pengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan demikian ia mempengaruhi
tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui
kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam
obrolan, pendengaran, melalui gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan
1Arif Sukadi Sadiman,Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar,(Jakarta: Mediyatama
Sarana Perkasa, 1946), 109.
2
lain-lain sebagainya, atau secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara
berhubungan dari jauh.
Yang menginisiasi dekorasi TPS adalah anggota KPU Gresik. TPS yang
tidak didekorasi pada tahun 2010 masyarakat tidak antusias untuk berpartisipasi
secara aktif dan mengurangi angka Golongan Putih (GOLPUT). TPS yang
didekorasi pada tahun 2015 bertujuan untuk menarik minat masyarakat untuk
mendatangi TPS dalam Pilbup Giri 2015, selain itu juga menimbulkan
keingintahuan masyarakat untuk datang ke TPS sehingga selain untuk melihat
TPS, masyarakat juga berpartisipasi dalam mencoblos. Hal ini akan meningkatkan
partisipasi politik sehingga masyarakat menggunakan hak pilihnya secara penuh.
Gejala ini sesuai dengan konsep partisipasi politik itu sendiri dimana
kegiatan dan aktifitas individu sebagai warga negara yang berusaha
mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintahan. Pengaruh terhadap
pemerintah dapat mewujudkan perubahan dalam sitem politik indonesia. Hal ini
dapat di lakukan dengan kekuatan politik. Salah satu kekuatan politik yang ada
adalah masyarakat dan partisipasinya.
Pemahaman masyarakat tentu tak lepas dari kondisi atau sistem politik
yang sedang berproses. Sistem kepolitikan bangsa Indonesia hingga dewasa ini
telah berkali-kali mengalami perubahan, mulai dari orde baru sampai pada
reformasi. Disadari bahwa reformasi sering dimaknai sebagai era yang lebih
demokratis. Sebagai proses dari transformasi politik, makna pilkada selain
merupakan bagian dari penataan struktur kekuasaan makro agar lebih menjamin
3
dari tingkat pusat sampai daerah, masyarakat mengharapkan pula agar pilkada
dapat menghasilkan kepala daerah yang akuntabel, berkualitas, dan peka terhadap
kepentingan masyarakat.
Dari pemaparan tentang arti Pemahaman masyarakat diatas, mengambil
lokasi di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Berdasarkan
informasi yang saya dapat dari sumber pemilih asli Desa Giri, Bapak Ma’ruf
Azizi yang bertempat tinggal di Desa Giri selaku Ketua Panitia Pemungutan Suara
(KPPS). Awal mula adanya TPS yang didekorasi atau dilombakan pada tahun
2015 kemarin, masyarakat mendatangi TPS karena adanya kesadaran sendiri
untuk memilih, dan ada pula beberapa orang tertarik dengan TPS yang didekorasi
atau dilombakan, karena 5 tahun yang lalu pada tahun 2010 tidak pernah ada TPS
yang didekorasi atau dilombakan.
Selain itu informasi dari beberapa masyarakat yang diwawancarai yakni
saudari Khabibatul Rochmawati salah satu masyarakat yang memilih di TPS 01
didekorasi, mengatakan bahwa ikut berpartisipasi dalam memilih Pemilihan
Bupati karena mereka lebih tertarik dengan adanya dekorasi TPS, alasannya
karena suasana di TPS terlihat lebih berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
4
selain itu juga disajikan makanan seperti ubi-ubian dan kacang-kacangan.
Sedangkan di TPS 03 dan TPS 04 tidak ada dekorasi dalam TPS, jadi masyarakat
tidak seberapa antusias untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Bupati 2015.
Dari hasil observasi yang di lakukan pada tanggal 9 Desember 2015
bahwa banyaknya kalangan ibu-ibu yang antusias untuk memilih karena adanya
dekorasi tersebut. Hal itu terlihat dari partisipasi ibu-ibu yang datangnya lebih
awal di tempat lokasi TPS.
Masyarakat daerah yang selama ini hanya sebagai penonton proses
politik pemilihan yang dipilih oleh DPRD, kini masyarakat menjadi pelaku atau
voter (pemilih) yang akan menentukan terpilihnya Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota. Sistem pemilu kepala daerah secara langsung
lebih menjanjikan dibandingkan sistem yang telah berlaku sebelumnya. Pilkada
langsung diyakini memiliki kapasitas yang memadai untuk memperluas partisipasi
politik masyarakat, sehingga masyarakat daerah memiliki kesempatan untuk
memilih secara bebas pemimpin daerahnya tanpa suatu tekanan, atau intimidasi,
floating mass (massa mengambang), kekerasan politik, maupun penekanan jalur birokrasi.
Pilkada merupakan momentum yang cukup tepat munculnya berbagai
varian preferensi pemilih yang menjadi faktor dominan dalam melakukan
5
menghantui pemilu 2015. Dibutuhkan langkah strategis lembaga penyelenggara
pemilu dan pemerintah daerah agar masyarakat menggunakan hak pilihnya.3 Misalnya contoh berita TPS yang didekorasi di Dusun Kanjitongeng,
Desa Mattirotasi, Kecamatan Maros Baru, Maros melakukan pencoblosan di TPS
2 dijemput oleh personel TNI-Polri dan petugas KPPS yang menggunakan baju
bodo. Petugas KPPS 1 sampai 5, memakai baju bodo warna ungu, songko to
Bone, dan sarung sutra atau lipa sabbe. Ada juga yang menggunakan jas
pengantin. TPS tersebut dididekorasi seperti ada pesta pengantin. Ketua KPPS
TPS 02 Ahmad Hannanu mengatakan, konsep tersebut bertujuan untuk
memperkenalkan budaya Bugis - Makassar kepada pemilih. Selain itu, juga akan
menambah jumlah pemilih. "Kami sengaja mendekorasi begini (pesta pengantin)
ini untuk memperkenalkan budaya kita yang harus tetap dijaga. Ini juga
menambah pemilih dibanding pilkada lainnya," katanya. Jumlah pemilih di TPS
02 sebanyak 542.4
Di Desa Giri terdapat 07 TPS, tetapi data yang diambil hanya di TPS 01,
TPS 03 dan TPS 04. Data yang di TPS 01 dijadikan data utama, sedangkan data di
TPS 03 dan TPS 04 hanya dijadikan pembanding dari TPS 01. Terdapat alasan
yang melatarbelakangi diambilnya tema tentang Pemahaman Masyarakat Tentang
Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Dalam Pilbup
2015. Dimana menurut KPU Gresik (2015) Jumlah pemilih yang datang di TPS
01 dalam Pilbup di Desa Giri yaitu 368 orang, sedangkan TPS 3 berjumlah 321
orang dan TPS 4 berjumlah 259 orang. Hal ini membuktikan bahwa pada TPS 01
3http://lampost.co/berita/rendahnya-partisipasi-pemilih-hantui-pemilu-2014 (diakses pada 18
Maret 2016), Jam 10.00
6
yang didekorasi memiliki jumlah pemilih yang datang lebih banyak dibanding
dengan TPS 03 dan TPS 04, hal itu dikarenakan pada TPS 01 terdapat hiasan atau
dekorasi yang membuat warga di TPS 01 lebih tertarik, sehingga masyarakat ikut
berpartisipasi politik dan menggunakan hak suaranya secara penuh dan
meminimalisir angaka Golongan Putih (GOLPUT).
Menurut pasal 1 ayat (22) UU No. 10 tahun 2008, pemilih adalah warga
negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau
sudah/pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No. 10 tahun 2008
menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara
Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan pada
hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau
sudah/pernah kawin.
Untuk mengetahui bagaimana kebenaran dari pemaparan diatas, tentu
harus dilakukan suatu penelitian yang lebih mendalam lagi sesuai dengan
kajian-kajian ilmiah. Oleh sebab itu penulis tertarik mengadakan kajian-kajian tentang
“Pemahaman Masyarakat Tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015”.
B. Rumusan Masalah
Setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari sesuatu yang
dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya. Bertitik tolak dari
latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka untuk lebih memfokuskan
kajian masalah pada penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut disusun
7
1. Mengapa TPS 01 Desa Giri didekorasi dalam Pilbup 2015 Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik?
2. Bagaimana Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015 mengenai dekorasi
TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai
tujuan yan hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini
agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar dari adanya
interpretasi dan meluasnya masalah dalam memahami isi riset. Tujuan dari riset
ini adalah:
1. Untuk mengetahui mengapa TPS 01 Desa Giri didekorasi dalam Pilbup
2015 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
2. Untuk mengetahui bagaimana Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015
mengenai dekorasi TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten
Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas maka penulis paparkan
bahwa manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Memperkaya kajian tentang “Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi
TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam
8
b. Memberikan inspirasi bahwa studi tentang “Pemahaman Masyarakat
tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten
Gresik dalam Pilbup 2015” dapat membantu pemahaman tentang
fenomena kehidupan masyarakat, sehingga dapat mengembangkan
ilmu yang benar-benar berbasis pada pengembangan kemajuan
masyarakat.
2. Secara akademis, penelitian saya ini bermanfaat untuk:
a. Sebagai masukan dan evaluasi bagi Mahasiswa Politik Islam, atas
hal-hal yang mengenai “Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di
Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015”
yang berkaitan dengan partisipasi politik masyarakat.
b. Sebagai Mahasiswa Politik Islam, sangat penting dan bisa menjadi
wawasan agar bisa memberikan informasi persoalan ini kepada
kalangan masyarakat.
E. Definisi Konseptual
Dan pembahasan ini perlulah kiranya peneliti membatasi sejumlah
konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul, “Pemahaman Masyarakat
Tentang Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik
dalam Pilbup 2015”. Jika dikaitkan dengan PILKADA di Indonesia yakni
pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil daerah secara langsung
di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Adapun
9
1. Pemahaman
Pemahaman merupakan suatu kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu
dengan cara sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.5 2. Dekorasi
Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor
panggung teater. Hiasan atau perhiasan sementara dari ruangan,
gedung jalan, dan sebagainya.6 3. Tempat Pemungutan Suara (TPS)
Tempat Pemungutan Suara (TPS) merupakan tempat pemilih
memberi suara dan mengisi surat suara mereka dalam pemilihan
umum. Di dalam Tempat Pemungutan Suara (TPS) akan terdapat
tempat memberikan suara yang umumnya berupa bilik suara, dimana
pemilih bisa memilih calon atau partai pilihannya secara rahasia.
Tempat Pemungutan Suara ini umunya berupa struktur sementara atau
kabin portabel, dan akan disingkirkan setelah pemilihan umum
selesai.7
4. Pemilihan Bupati (Pilbup)
Setiap daerah di Indonesia mempunyai pemimpin diantaranya
adalah Gubernur, Bupati dan wali kota. Untuk memilih pemimpin
5Arif Sukadi Sadiman,Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Mediyatama
Sarana Perkasa, 1946), 109.
6http://ki.we.id/dekorasi (diakses pada 17 Maret 2016), Jam 13.30
7Stein, Robert, Vonnahme, Greg (September 2012).“When, Where, and How We Vote: Does it
10
tersebut maka pemerintah pusat melaksanakan pemilihan langsung
yang dilakukan oleh rakyat dalam satu daerah.8 F. Telaah Pustaka
Telaah pustaka atau bisa disebut penelitian terdahulu, memuat hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, dengan
maksud untuk menghindari duplikasi. Disamping itu, untuk menunjukkan bahwa
topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang
sama serta menjelaskan posisi penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
Dengan kata lain, tinjauan pustaka bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian
diantara penelitian-penelitian yang telah ada.9
Hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan penulis terdahulu digunakan
sebagai bahan kajian dan masukan bagi penulis, sehingga diharapkan dengan
hasil-hasil penulisan yang dilakukan oleh penulis akan lebih berbobot, karena
adanya hasil penulisan terdahulu tersebut sebagai tolok ukur atas hasil
berkelanjutan yang telah dicapai. Hasil penulisan terdahulu tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ikhyana yang berjudul Tingkat
Partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah-daerah Kabupaten
Batang Tahun 2011 Studi Yuridis terhadap pasal 56 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dalam
bentuk Thesis, penelitian tersebut diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian
8http://seputarpengertian.blogspot.com/2015/11/pengertian-pilkada-atau-pemilukada.html (diakses
pada 22 Maret 2016), Jam 09.20
9Syarifuddin Jurdi,Panduan Penulisan skripsi Jurusan Ilmu Politik Uin Alauddin(Makassar: UIN
11
tersebut adalah Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Batang Tahun 2011 mengacu pada UU No 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah. Mekanisme penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah dalam hal ini kepala daerah tingkat kabupaten
tidak lagi dipilih oleh DPRD, tetapi melalui pemilihan berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, serta mengandung makna
demokratis.
Yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian diatas adalah
pada apa yang dikaji yaitu penelitian ini lebih mengkaji pada Tingkat
Partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah-Daerah Kabupaten
Batang, sedangkan peneliti meneliti Pemahaman masyarakat tentang
dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 yang berada di Desa Giri Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik. Dari persamaannya sama-sama meneliti
tentang masyarakat dalam Pilkada, jenis penelitiannya juga berupa
penelitian kualitatif.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Roos Firdaus yang berjudul Partisipasi
Pemilih Pemula dalam Pilkada di Desa Belik Kecamatan Belik Kabupaten
Pemalang pada Tahun 2012 dalam bentuk Thesis, penelitian tersebut
diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Politik Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Semarang. Hasil penelitian tersebut adalah Pemilihan kepala
daerah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memilih kepala daerah
yang dianggap mampu untuk memimpin disuatu daerah. Sesuai dengan
12
dilakukan secara demokratis. Ditingkat daerah pelaksanaan demokratis
diwujudkan dalam bentuk pemilihan daerah secara langsung yang
melibatkan seluruh masyarakat. Masyarakat adalah komponen penentu
berhasil atau tidaknya pelaksanaan pilkada secara demokratis. Partisipasi
merupakan aspek yang penting dari pelaksanaan demokrasi yang telah
dapat berpartisipasi adalah mereka yang telah mencapai usia
sekurang-kurangnya 17 tahun atau pernah kawin.
Yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian di atas adalah
pada apa yang di kaji yaitu penelitian ini lebih mengkaji pada Partisipasi
Pemilih Pemula dalam Pilkada di Desa Belik Kabupaten Pemalang,
sedangkan peneliti meneliti Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS
dalam Pilbup 2015 yang berada di Desa Giri Kecamatan Kebomas
Kabupaten Gresik. Dari persamaannya sama-sama meneliti tentang
masyarakat dalam Pilkada, jenis penelitiannya juga berupa penelitian
kualitatif.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika merupakan panduan mengenai pembahasan dalam
setiap bab peneitian. Dalam setiap penelitian perlu adanya sistematika
pembahasan dengan tujuan untuk mempermudah mengetahui isi dari
tiap-tiap bab. Pada penelitian yang berjudul “Pemahaman masyarakat tentang
dekorasi Tps di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam
13
setiap bab penelitian diatas, maka perlu adanya pengorganisasian
mengenai sistematika pembahasan diantaranya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN:
Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang
latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan
rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan
manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan penelitian terdahulu dan
sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI:
Dalam bab kajian pustaka, peneliti memberikan gambaran tentang
definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang
akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep harus
digambarkan dengan jelas, selain itu harus memperhatikan relevansi teori
yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.
BAB III METODE PENELITIAN:
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang peneliti gunakan
dalam penelitian antara lain: tentang pendekatan dan jenis penelitian,
subjek penelitian, sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data.
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS:
Dalam bab ini menjelaskan penyajian data, peneliti memberikan
gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data
14
gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti
juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk
analisi deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan
menggunakan teori yang relevan.
BAB V PENUTUP:
Dalam bab penutup ini merupakan bab akhir, penulis menuliskan
kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian.selain itu, dalam penutup
juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta peneliti juga
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian dekorasi
Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor
panggung teater. Jika makna dekorasi digabungkan pada teori
interaksionisme simbolik yakni interaksi manusia yang dijembatani oleh
penggunaan simbol-simbol dengan menemukan makna tindakan orang
lain.
Makna dekorasi sebenarnya cukup luas dan memiliki keterkaitan
dalam banyak hal, namun secara simpel ialah setiap bagian dari suatu
tempat seperti jalan, rumah, kamar, ruangan, panggung, teater, taman dan
pelaminan yang dihias sebagus mungkin supaya terlihat menarik dan
berbeda dari tempat di sekelilingnya. Dekorasi cenderung mengarah ke
dunia seni dan hiburan. Berasal dari bahasa inggris dengan arti (hiasan)
kini telah menjadi bahasa serapan indonesia dan lazim digunakan orang
secara umum.
2. Peran dan fungsi dekorasi
Kini definisi dekorasi semakin melebar tidak terkait pada tempat
saja melainkan lebih mengarah kepada jasa untuk seni dan hiburan jauh
16
perkembangan zaman kini sudah banyak orang yang mengkomersilkan
jasa dekorasi sebagai mata pencaharian. Dekorasi kini banyak diminati
masyarakat terutama untuk kebutuhan event/acara serta fenomena
tertentu, antara lain seperti: dekorasi pernikahan, ulang tahun, natal,
permainan anak, gambar dekorasi, dekorasi kamar pengantin, wedding,
permainan, pesta.
Secara umum jasa yang ditawarkan cukup bervariasi dengan
tarif yang berbeda tergantung pada orderan acara itu sendiri. Di dunia
maya pun banyak yang menawarkan jasa dengan hasil pencarian dekorasi
untuk keperluan tersebut diatas. Tarif jasa memang lebih mahal
dibandingkan dengan harga barang karena yang dibutuhkan adalah skill,
inspirasi dan seni.10
B. Teori Interaksionisme Simbolik
1. Definisi interaksionisme simbolik
Merupakan salah satu prespektif teori yang baru muncul setelah
adanya teori aksi (action theory) yang dipelopori dan dikembangkan oleh Marx Weber. Teori interaksionisme simbolik berkembang pertama kali di
Universitas Chicago tokoh utama dari teori ini berasal dari berbagai
Universitas diluar Chicago. Diantaranya John Dewey dan C. H Cooley,
filsuf yang semula mengembangkan teori interaksionisme simbolik di
17
Universitas Michigan kemudian pindah ke Chicago dan banyak memberi
pengaruh kepada W. I Thomas dan George Herbert Mead.11
Interaksionisme simbolik, kata Blumer, merujuk pada karakter
interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. aktor tidak
semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan
mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara
langsung maupun tidak selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut.
Oleh karenanya, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan
simbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain.12
Bagi Blumer studi masyarakat harus merupakan studi dari
tindakan bersama, ketimbang prasangka terhadap dirasanya sebagai
sistem yang kabur dan berbagai prasyarat fungsional yang sukar
dipahami. Masyarakat merupakan hasil interaksi-simbolis dan aspek
inilah yang harus merupakan masalah bagi para sosiolog. Bagi Blumer
keistimewaan pendekatan kaum interaksionisme simbolis ialah manusia
dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan
mereka dan buka hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan itu
menurut mode stimulus-respon. Seseorang tidak langsung memberi
11Wirawan,Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma(Jakarta: Kencana Prenata Media, 2012), 12Irving M Zetlin,Memahami Kembali Sosiologi(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
18
respon tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan
kepada tindakan itu.13
Bagi Blumer, dunia sosial empiris terdiri dari manusia beserta
berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari mereka. Pengetahuan perilaku
yang intim itu hanya dapat diperoleh melalui observasi tangan pertama
dan partisipasi dalam kelompok yang diteliti, ia tidak dapat diperoleh
orang luar yang kurang familiar dan intim dalam mengenal kelompok.
Blumer menegaskan bahwa metodologi interaksi-simbolis merupakan
pengkajian fenomena sosial secara langsung, “pendekatan yang mendasar
untuk mempelajari secara ilmiah kehidupan kelompok dan tingkah laku
manusia”.14
Bagi Blumer interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga
premis: (1) Manusia bertindak pada sesuatu berdasarkan makna-makna
yang ada pada suatu itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal dari
“interaksi sosial seseorang dengan orang lain, (3) makna tersebut
disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.15 Interaksionisme simbolis yang di ketengahkan Blumer mengandung
sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut :
13Margaret M. Poloma,Sosiologi Kontemporer(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada 2010),
262-263.
14Ibid.,267.
19
a. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut
saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang
di kenal sebagai organisasi atau struktur sosial.
b. Interaksi terdiri dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan
kegiatan manusia yang lain. Interaksi-interaksi nonsimbolis
mencakup stimulus-respon yang sederhana, seperti halnya bentuk
untuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis
mencakup “penafsiran tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorang
pura-pura batuk ketika tidak setuju dengan pokok-pokok yang
diajukan oleh si pembicara, batuk tersebut menjadi suatu simbol
yang berarti, yang dipakai untuk penolakan. Bahasa tentu saja
merupakan simbol berarti yang paling umum.
c. Objek-objek tidak mempunyai makna instrinsik, makna lebih
merupakan produk interaksi simbolik. Objek-objek dapat di
klasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas antara lain:
a) objek fisik, seperti meja, tanaman atau mobil.
b) objek sosial seperti ibu, guru, menteri atau teman, dan
c) objek abstrak, seperti nilai-nilai, hak dan peraturan.
d. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat
dirinya sebagai objek. Jadi seorang pemuda dapat melihat dirinya
sebagai mahasiswa, suami dan seorang yang baru saja menjadi ayah.
Pandangan terhadap diri sendiri ini, sebagaimana, dengan semua
20
e. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh
manusia itu sendiri.
f. Tindakan tersebut saling di kaitkan dan disesuaikan oleh
anggota-anggota kelompok, hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang
dibatasi sebagai, “organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan
berbagai manusia”.
Blumer membatasi objek sebagai “segala sesuatu yang
berlainan dengannya”. Dunia objek “diciptakan, disetujui, ditransformir
dan dikesampingkan” lewat interaksi simbolis, ilustrasi peranan makna
yang diterapkan kepada objek fisik dapat dilihat dalam perlakuan yang
berbeda terhadap sapi di Amerika sapi dapat diartikan makanan, sedang
di India sapi dianggap sakral. Bila dilihat dari perspektif lintas kultural,
objek-objek fisik yang maknanya kita ambil begitu saja bisa dianggap
terbentuk secara sosial.
Konsep Blumer, dan bukan Mead, secara luas telah berhasil
dan mendominasi pemikiran dan penelitian kaum interaksi simbolik
dewasa ini. Kita tidak dapat memaparkan secara singkat karya-karya
dari para pengikutnya. Meskipun demikian, ada beberapa tulisan yang
cukup mewakili. Dari sekumpulan karya-karya pengikutnya ini
menunjukkan bahwa cara mereka dalam memfokuskan pada dimensi
21
memperlakukan interaksi sosial dengan seolah-olah merupakan proses
yang tidak lebih daripada komunikasi simbolik.16
Dari hal tersebut, analisis Herbert Blumer semakin menukik
tajam dalam melihat sisi interaksi diri sang aktor terlebih ketika melihat
sisi medium yang digunakan didalamnya yaitu bahasa dan isyarat.
Sebab, secara gamblang dapat dikatakan interaksionisme simbolik
dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol
yang terpenting, dan melalui isyarat.
Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol
berada dalam proses yang continue dan secara terus-menerus dalam proses “menjadi”. Artinya, medium perlu secara gamblang untuk
menggambarkan “kesepahaman” pada makna yang muncul; to view any language, as Herbert Blumer has suggested, as a set of more or less “significant indicative gesture”, the meaning of which arise out of
specific interactive situation.
Dengan demikian, mungkin menjadi suatu bentuk kelaziman
ketika Herbert Blumer memberikan istilah pada aperspektif ini dengan
term “interaksionisme simbolik”, maka fokus pemikiran yang muncul terdiri atas dua konsep yaitu: simbol dan interaksi. Simbol mengacu
pada setiap objek sosial (misalnya, benda fisik, isyarat, atau kata) yang
16Irving M Zetlin,Memahami Kembali Sosiologi(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
22
berdiri di tempat atau mewakili sesuatu yang lain. Simbol adalah ciptaan
unik manusia.17
Kesimpulan utama yang perlu diambil dari uraian tentang
subtansi Teori Interaksionalisme Simbolik ini adalah sebagai berikut.
Kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan
komunikasi antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang
dipahami maknanya melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam
proses interaksi itu bukan semata-mata merupakan suatu tanggapan yang
bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya atau
dari luar dirinya.
Tetapi tindakan itu merupakan hasil dari pada proses
interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar,
dalam arti memahami simbol-simbol, dan saling menyesuaikan makna
dari simbol-simbol itu. Meskipun norma-norma, nilai-nilai sosial dan
makna dari simbol-simbol itu memberikan pembatasan terhadap
tindakannya, namun dengan kemampuan berpikir yang dimilikinya
manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya.
Dalam penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme
Simbolik dengan memahami realitas sebagai suatu interaksi yang
dipenuhi sebagai simbol. Kenyataan merupakan interaksi interpersonal
17Umiarso Elbadiansyah, Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik Hingga Modern(Jakarta: PT
23
yang menggunakan simbol-simbol. Dalam dekorasi TPS muncul sebuah
interaksi antar masyarakat untuk meningkatkan sebuah partisipasi
politik dengan adanya dekorasi TPS.
C. Pilkada di Indonesia
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut
pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil daerah
secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi
syarat. Kepala daerah adalah:
a. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi.
b. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten.
c. Walikota dan wakil walikota untuk kota.
Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dasar hukum penyelenggaraan pilkada
adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.
Dalam undang-undang ini, pilkada (pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah) belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu).
Pilkada pertama kali diselenggaraan pada bulan Juni 2005.18
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang
penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu,
sehingga secara resmi bernama “pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala
24
daerah”. Pilkada pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini
adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.19
Masalah efektif dan efisiensi pilkada langsung tidak semata dipandang
karena besarnya biaya. Efisiensi perlu pula menjawab persoalan rendahnya
kepercayaan (trust) dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari kinerja Kepala Daerah terpilih. Pelaksanaan demokrasi yang dinilai mahal, dapat diefisiensikan
dengan berbagai cara, sepanjang tidak merusak nilai-nilai demokrasi. Sehingga
pasca pilkada akan terbentuk sebuah pemerintahan daerah yang efektif (effective government).
Memang tidak ada yang menyangkal bahwa demokrasi memerlukan
biaya, termasuk dalam menyelenggarakan pilkada. Tetapi kalau biayanya terlalu
mahal maka harus dicari cara yang lebih murah. Bukankah salah satu prinsip
penyelenggaraan pemilu adalah efisien, karena itu faktor biaya menjadi
pertimbangan yang sangat penting.
Dalam perkembangannya, efisiensi dan efektivitas mulai disebut sebagai
bagian terpenting dalam penyelenggaraan pilkada langsung. Hal ini dapat dibaca
pada bagian penjelasan UU Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi UU yang berbunyi
sebagai berikut:
19http//www.wikipedia.com/2011/01/Pemilihan Umum Kepala Daerah (diakses pada 4 Mei 2016),
25
“Di samping itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan dengan menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas baik yang berkaitan dengan pemanfaatan dana, perlengkapan, personel, dengan memerhatikan kondisi wilayah pemilihan.”20
Begitu besarnya proporsi dukungan responden terhadap pilkada langsung
tersebut menunjukkan tingkat antusiasme publik yang sangat tinggi. Kendati
pelaksanaannya sendiri masih menunggu hingga bulan Juni mendatang,
tampaknya semangat untuk menyongsong pemimpin daerah yang “lebih disukai
rakyat” terus saja mencuat. Bahkan pada saatnya nanti, mayoritas(88 persen)
responden menyatakan siap menyukseskan pilkada langsung dengan memberikan
dukungan suara kepada calon kepala daerah yang mereka anggap layak
memimpin.
Selain masyarakat, beragam perangkat organisasi pelaksana maupun
penunjang suksesnya pilkada ini pun diyakini kesiapannya. Keberadaan Komisi
Pemilihan Umum Daerah (KPUD), misalnya, diyakini siap untuk
menyelenggarakan perhelatan demokrasi di daerah mereka. Lebih dari separuh
bagian (54 persen) responden merasa optimis KPUD siap melaksanakan pilkada
kendati masih perlu dilakukan pembenahan.21 1. Tujuan Pilkada
Tujuan diselenggarakannya pilkada adalah untuk mewujudkan
desentralisasi, yang mana dalam sistem yang dahulu, semua ditentukan
oleh pusat, sehingga pembentukan Negara, yaitu mewujudkan
masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Dengan pilkada, pemerintah
20Suharizal,Pemilukada Regulasi Dinamika Dan Konsep Mendatang, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), 197-198.
26
bermaksud melimpahkan kewenangan membangun daerah pada daerah
tersebut.22
Meskipun dilain sisi dengan sistem desentralisasi banyak hal
negatif yang terjadi misalnya memakan anggaran yang cukup besar untuk
menyelenggarakan pilkada, belum dengan potensi konflik apabila ada
salah satu calon yang tidak terima hasil akhir penghitungan suara.
Syarat-syarat untuk menjadi kepala daerah ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Setia kepada pancasila dan UUD 1945.
c. Pendidikan minimal SLTA.
d. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun.
e. Sehat jasmani dan rohani.
f. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara.
g. Tidak sedang dicabut hak miliknya.
h. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi.23 2. Penyelenggara Pilkada
Berdasarkan undang-undang No. 12 tahun 2003, yang
berwenang menyelenggarakan kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah komisi pemilihan umum daerah atau disebut KPUD. KPUD ini
berkedudukan di provinsi, kabupaten dan kota.
27
Sedang penyelenggara untuk tingkat kecamatan disebut panitia
pemilihan tingkat kecamatan (PPK). Untuk tingkat Desa disebut panitia
pemungutan suara (PPS), dan di tempat pemungutan suara disebut
kelompok pemungutan suara (KPPS).24
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) mempunyai tugas
sebagai berikut:
a. Memperlakukan pasangan calon secara adil.
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang-barang dan jasa
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c. Menyampaikan laporan kepada DPRD.
d. Melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah secara tepat waktu.
e. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD.25 3. Peserta Pilkada
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 peserta
pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga
berasal dari pasangan calon perseorangan (jalur independen) yang
didukung olehsejumlah orang. Undang-Undang ini menindak lanjuti
keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal yang
28
menyangkut peserta pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004.26
4. Tahapan Pilkada
a. Tahapan Persiapan
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah penyelenggaraan program kegiatan pada
tahapan persiapan dilaksanakan mulai dengan pemberitahuan DPRD
Kabupaten Gresik Kepada Bupati Gresik mengenai berakhirnya
masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati, kemudian pemberitahuan
DPRD Kabupaten Gresik kepada KPUD Kabupaten Gresik
mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati,
sampai pada penyampaian keputusan tentang Tahapan Program dan
Jadwal Waktu serta Pedoman Teknis Penyelengara Pilbup Desa Giri.
Setelah tahapan persiapan rampung, maka dilanjutkan pada tahapan
pelaksanaan. Dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007 tantang penyelenggaraan pemilu, tahapan persiapan
pelaksanaan pilkada Desa Giri dimulai pada bulan November tahun
2010. Artinya dipersiapkan 4 tahun sebelum waktu pencoblosan
yang jatuh pada tanggal 9 Desember 2015. Salah satu strategi yang
dilakukan oleh KPU Gresik sebagai lembaga penyelenggara pilkada
yang melakukan rapat koordinasi dengan Camat se-Kabupaten
26http//www.wikipedia.com/2011/01/Pemilihan Umum Kepala Daerah (diakses pada 8 Mei 2016),
29
Gresik, dalam rangka rapat persiapan penyelenggaraan Pilkada
Bupati dan Gubernur.
Pertama, mengenai pembentukan Badan Penyelenggara
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah 2010. Salah satu
tahapan rekrutmen anggota panitia pelaksana pilkada tingkat
kecamatan, kemudian untuk Panitia Pemungutan Suara. Jumlah
anggota PPK yang dibutuhkan terdiri dari 6 orang per kecamatan dan
PPS berjumlah 3 orang tiap desa. Kedua, mengenai sosialisasi
dimasyarakat menjadi agenda berat bagi KPU Gresik. Materi
sosialisasi yang diberikan tentang UU Penyelenggaraan (UU No 32
Tahun 2004).
b. Tahapan Pelaksanaan
Secara umum penyelenggaraan kegiatan sebagai
pelaksanaan dimulai pada pemutakhiran data pemilih, sampai pada
pemungutan suara dan perhitungan suara antara lain:
1) Pemutakhiran data dan penetapan daftar pemilih
Pemutakhiran data dan pendaftaran pemilih yang dimulai
dengan penyerahan daftar pemilih sementara (DPS) oleh
pemerintah Kabupaten Gresik ke KPUD Gresik. Kemudian DPS
diserahkan kepada PPK, kemudian dilanjutkan ke PPS untuk
dilakukan penyusunan dan pengumuman daftar pemilih sementara
yang akan ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap (DPT). Setelah
30
direkapitulasi. Selanjutnya PPK menyampaikan ke KPUD.
Terakhir, rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dan jumlah TPS
dalam wilayah kabupaten untuk pendistribusian kartu pemilih
kepada pemilih. Pendaftaran peserta pemilih dimaksudkan untuk
mengidentifikasi pemilih yang sudah wajib pilih serta yang
kategori belum wajib pilih dalam proses pemberian suara.
2) Pencalonan
Pada tahapan pencalonan yang dimulai pada proses
pengumuman pendaftaran pasangan calon sampai pada penetapan
nomor urut pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati. Penetapan
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dituangkan dalam
keputusan KPUD Gresik Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Penetapan Nama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik
Yang Memenuhi Syarat Administrasi Menjadi Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Gresik dalam Pemilihan Umum Bupati
dan Wakil Bupati Gresik Tahun 2015. Pada akhir Mei 2015, KPU
Kabupaten Gresik menuntaskan tahapan pencalonan Bupati dan
Wakil Bupati, yaitu pengundian nomor urut pasangan calon
Bupati dan Wakil Bupati Gresik periode 2015-2020. Acara
pengundian berlangsung di kantor KPU Kabupaten Gresik.
3) Kampanye
Pelaksanaan kampanye dilaksanakan selama 14 (empat
31
tenang. Hari pertama kampanye dilakukan dalam Rapat Paripurna
DPRD dengan cara penyampaian visi, misi dan program dari
pasangan calon secara berurutan dengan waktu yang sama tanpa
dilakukan dialog.
Acara sosialisasi melalui pawai ini diharapkan akan
mengenalkan figure para calon bupati dan wakil bupati kepada
masyarakat secara langsung. Masyarakat juga dapat mengenali
para calon melalui visi-misi dan program yang diusung.
Setelah sosialisasi dilanjutkan dengan kegiatan
kampanye. Kampanye merupakan bagian dari penyelenggaraan
pemilihan Kepala Daerah. Proses penyelenggaraan kampanye
dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari mulai tanggal
diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan
calon bersama-sama dengan partai politik atau gabungan partai
politik yang mengusulkan calon.
4) Pemungutan dan Perhitungan Suara
Pemberian suara adalah kegiatan pemilih memberikan
suara dalam bilik pemberian suara dengan cara mencoblos salah
satu pasangan dalm surat suara. Untuk memberikan suara dalam
pilkada dibuat suara pemilih dengan memuat nomor, foto dan
nama pasangan calon untuk setiap daerah pemilihan. Berdasarkan
jadwal yang telah ditetapkan oleh KPUD Gresik, maka
32
Sebelum pemilih melakukan pencoblosan, maka
selambat-lambatnya pukul 06.00 KPPS sudah berada di TPS
dengan melakukan tugas: membuka kotak suara, pengeluaran
seluruh isi kotak suara, mengidentifikasi jenis dokumen dan
peralatan, menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
Keseluruhan kegiatan KPPS tersebut, dihadiri oleh pemilih, saksi
dari pasangan calon, kemudian dibuatlah berita acara yang
ditandatangani oleh ketua KPPS, dan 2 (dua) anggota KPPS serta
ditandatangani oleh saksi.
Setelah semua prosedur tersebut diatas telah
dilaksanakan, maka pemilih pada pilkada diberi kesempatan oleh
KPPS berdasarkan prinsip nomor urutan kehadiran pemilih. Pada
saat pemilihan berlangsung pemilih diberikan surat suara oleh
KPPS. Bagi pemilih yang menggunakan hak suaranya di TPS,
maka diberi tanda khusus oleh KPPS berupa tinta yang telah
ditetapkan oleh KPUD pada salah satu jari tangan.
Setelah melakukan persiapan dan pemungutan suara
berakhir, pelaksanaan perhitungan suara dimulai pada pukul
13.00 sampai dengan selasai. Sebelum perhitungan suara dimulai
maka KPPS menghitug diantaranya:
a) Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan
daftar pemilih tetap untuk TPS.
33
c) Jumlah surat suara yang tidak terpakai dan,
d) Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena
rusak atau keliru dicoblos.
Pada saat proses perhitungan suara di TPS oleh KPPS
dihadiri oleh saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau,
dan warga masyarakat. Bagi saksi pasangan calon dalam
perhitungan suara harus membawa surat mandat dari tim
kampanye yang bersangkutan dan menyerahkan kepada ketua
KPPS.
Setelah penandatanganan berita acara KPPS memberikan
salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara kepada
masing-masing saksi pasangan calon yang hadir sebanyak 1
(satu) eksemplar dan memasang sertifikat hasil perhitungan suara
di tempat umum. Kemudian KPPS menyerahkan berita, sertifikat
hasil perhitungan suara, surat suara dan alat kelengkapan
administrasi pemungutan suara dan perhitungan suara kepada
PPS setelah perhitungan suara untuk diteruskan ke PPK.
Perhitungan Suara dan penyusunan Berita Acara di tingkat PPK.
5) Tahap penyelesaian
Setelah seluruh pelaksanaan selesai, maka tahap terakhir
atau tahap penyelesaian, penerimaan laporan dana kampanye oleh
34
penyerahan laporan dana kampanye ke Akuntan Publik. Proses
terakhir dari tahapan ini adalah penyampaian laporan pelaksanaan
Pemilu Bupati / Wakil Bupati oleh KPUD Gresik kepada KPU
Provinsi Jawa Timur.
5. Modal Kandidat
Pasangan calon Kepala Daerah itu berkemungkinan
memenangkan Pilkada secara langsung manakala memiliki tiga
kombinasi di dalam berkendaraan, yakni adanya mobil yang baik,
sopir yang piawai, dan bensin yang memadai. Secara konseptual,
metafora itu terwujud dari tiga modal utama yang dimiliki oleh para
calon yang hendak mengikuti kontestasi di dalam Pilkada secara
langsung. Ketiga modal itu adalah modal politik, modal sosial dan
modal ekonomi.
Modal politik (political capital) ini memiliki makna yang sangat penting karena Pilkada menggunakan mekanisme ‘party system’ didalam proses pencalonan bakal calon. Kandidat yang akan
mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah harus
diberangkatkan dari atau melalui partai politik yang memiliki kursi di
parlemen sebagaimana diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 dan PP
No. 6 tahun 2005. Ada juga yang mamakai jalur independen dengan
asas Undang-Undang No. 12 tahun 2008 yang menyatakan bahwa
peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan
35
Modal kedua adalah modal sosial (sosial capital), yakni bangunan relasi dan kepercayaan (trust) yang dimiliki pasangan calon dengan masyarakat yang memilihnya. Termasuk didalamnya adalah
sejauh mana pasangan calon itu mampu meyakinkan para pemilih
bahwa mereka itu memiliki kompetensi untuk memimpin daerah.
Agar bisa meyakinkan para pemilih, para calon harus dikenal oleh
masyarakat.
Kepercayaan tidak tumbuh begitu saja. Ia didahului oleh
adanya perkenalan. Popularitas saja kurang bermakna tanpa
ditindaklanjuti oleh adanya kepercayaan. Melalui modal sosial yang
dimiliki, para kandidat tidak hanya dikenal oleh para pemilih tetapi
juga masyarakat memberi penilaian terhadap diri kandidat untuk
kemudian diberi kepercayaan.
Didalam Pilkada secara langsung, modal sosial memiliki
peran yang cukup penting. Hal ini terlihat dari fakta bahwa pasangan
calon yang diusung oleh partai dominan ternyata tidak otomatis dapat
memenangkan Pilkada secara langsung. Hal ini bisa terjadi karena
peran figur pasangan calon dipandang lebih kuat daripada peran partai
politik. Didalam situasi seperti ini, kontestasi didalam Pilkada secara
langsung memiliki perbedaan yang substansial dengan Pemilu
Legislatif. Didalam Pileg, peran partai politik sangat dominan,
sementara di dalam Pilpres dan Pilkada, peran figur dari pasangan
36
Modal yang ketiga adalah modal ekonomi (economic capital). Pemilu, termasuk Pilkada secara langsung, jelas membutuhkan biaya yang besar. Modal yang besar itu tidak hanya
dipakai untuk membiayai pelaksanaan kampanye. Yang tidak kalah
pentingnya adalah untuk membangun relasi dengan para (calon)
pendukungnya, termasuk didalamnya adalah modal untuk
memobilisasi dukungan pada saat menjelang dan berlangsungnya
masa kampanye. Tidak jarang, modal itu juga ada yang secara langsug
dipakai untuk mempengaruhi pemilih.
Misalnya saja, banyak ditemui kasus ada calon yang
membagi-bagikan barang atau uang kepada para pemilih. Tujuannya,
supaya pada saat pemilihan mendukungnya. Biasanya modus
pembagian barang atau uang itu tidak diberikan oleh pasangan calon
secara langsung, melainkan oleh tim sukses resmi. Tujuannya, ketika
diketahui oleh publik dan diancam pidana, yang terkena bukanlah
pasangan calon melainkan tim sukses ‘siluman’ itu. Tidaklah
mengherankan, meskipun ‘tim sukses siluman’ ini ada yang
tertangkap basah, tidak ada satupun pasangan calon yang diadili atau
37
Sebagai ringkasan dari kekuatan kandidat, berikut ini adalah
hal-hal yang dianggap penting bagi sukses kandidat dalam
memenangkan Pilkada langsung, yakni:
a. Kredibilitas dan Kapabilitas Calon.
b. Disukai karena memiliki sifat yang baik dan rendah hati.
c. Kerja keras, jujur dan serius.
d. Berakar dan memiliki massa panatik yang diikat oleh solidaritas
profesi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan salah satu cara ilmiah yang
digunakan untuk mendapatkan data dan tujuan untuk kegunaan tertentu.
Berdasarkan cara ilmiah, dan kegunaan.27 Oleh karena itu, metodologi penelitian sangat penting untuk memudahkan dalam proses penelitian.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi
pada gejala-gejala yang bersifat alamiah dan harus terjun langsung di
lapangan. Pendekatan kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati
sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat
manusia.28
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
artinya peneliti terjun langsung ke Desa Giri yang mana merupakan objek
dari penelitian yang diambil oleh peneliti, agar lebih terarah dan terukur.
Peneliti mencari data langsung berupa kata-kata terhadap orang-orang
yang didalamnya. Alasan kenapa peneliti mengambil pendekatan kualitatif
karena dalam permasalahan yang diambil peneliti yaitu tentang
pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 data
39
yang dihasilkan masih berbentuk nalar dan masih belum jelas, kompleks,
dinamis dan penuh makna. Sehingga tidak memungkinkan oleh peneliti
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen berbentuk
angket. Karena metode ini sangat relevan untuk mengetahui dan
memahami masalah fenomena-fenomena sosial yang terjadi.
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan dan bukan dari
laboratorium atau penelitian yang terkontrol.
2) Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada
situasi-situasi alamiah subyek, dan
3) Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori
jawaban.29 b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu subyek, suatu set kondisi, suatu sistem, pemikiran maupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.30Berbagai situasi atas berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi subyek penelitian itu.
Situasi ataupun variabel tertentu.31
Dalam peneltian ini peneliti membangun dan mendeskripsikan
melalui analisis dan nalar. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta yang ada.
29Agus Salim,Teori & Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006), 4. 30Moh. Nazir,Metode Penelitian(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 63.
40
Maka dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini, sehingga akan dilihat
dari pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Dalam tradisi penelitian kualitatif, penelitian tidak ditujukan
untuk membuat generalisasi atas satu fenomena atau realitas sosial,
melainkan lebih pada upaya pemberian pemahaman atas suatu gejala
tersebut. Karena itu penelitian kualitatif membutuhkan lokasi sosial
tertentu sebagai latar alamiah permasalahan guna pijakan dalam
memberikan suatu pemahaman atau penggambaran secara menyeluruh.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian dilakukan dengan pengambil
lokasi di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik di Jl.Sunan
Giri 18/E Gresik, Jawa Timur.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada fokus penelitian yaitu
tentang pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri
Kabupaten Gresik dalam PILBUP 2015. Alasan untuk mengambil lokasi
penelitian di Kabupaten Gresik adalah karena pemahaman masyarakat
tentang dekorasi TPS di Desa Giri dalam PILBUP 2015 masih kurang dan
menjadi sebuah ketertarikan peneliti untuk mengungkap pemahaman
masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri dalam PILBUP 2015.
Selain itu pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam PILBUP
41
akan memperkaya partisipasi politik atau antusias masyarakat Desa Giri
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam PILBUP 2015. Desa Giri
juga memiliki keunikan tersendiri, selain itu pemahaman masyarakat
tentang dekorasi TPS yang akan mengenalkan adat budaya yang khas asli
Desa Giri, sehingga masyarakat lebih mengenal adat budaya tentang
dekorasi TPS tersebut.
b. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 bulan lebih
di mulai pada saat mencari data di Desa Giri dan data di KPU Gresik.
Tahap-tahap waktu penelitian antara lain:
1) Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember
2015, dimulainya dekorasi TPS 01 di Desa Giri karena pada
tahun-tahun lalu tidak pernah ada dekorasi TPS.
2) Proposal penelitian sebagai lanjutan dari judul yang sudah diterima
oleh ketua prodi untuk dijadikan penelitian, selanjutnya peneliti
mengajukan proposal kepada dosen pembimbing untuk diperiksa,
sampai bisa diujikan dan jika proposal sudah diterima maka peneliti
telah mendapatkan izin dan bisa melakukan penelitian.
3) Seminar proposal yakni lanjutan sesudah mengajukan proposal
penelitian dan jika sudah diberi izin oleh dosen pembimbing untuk
42
4) Penulisan dan pembahasan yakni lanjutan sesudah seminar proposal
dan melakukan penelitian, setelah itu mencari data untuk dianalisis
terhadap jawaban yang sudah diwawancarai. Bila sudah ada jawaban
yang di wawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu
diperoleh dan data yang sudah dianggap kredibel.
3. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data utama dan kebutuhan
mendasar dari penelitian ini. Sumber data diperoleh dari informan saat
peneliti terjun langsung ke lapangan tempat penelitian. Beberapa
informan akan dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian, yang berkaitan
dengan tema penelitian.
Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi tentang
situasi dan juga kondisi latar penelitian.32 Informan bukan hanya sebagai sumber data, melainkan juga aktor pelaku yang menentukan berhasil atau
tidak penelitian berdasar hasil informasi yang diberikan. Informan yang
telah diwawancarai adalah Ketua KPU Gresik, Panitia Pemungutan Suara
dan Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS), yakni:
32Lexy J. Moeleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
43
1) Ma’ruf Azizi (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 01).
2) Izzat Farahiddi (Panitia Pemungutan Suara TPS 01).
3) Suyono, SE.,M.Si (Kasubbag, Teknis dan Hupmas).
4) Rusdi Amali (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 03).
5) Badrud Tamam (Panitia Pemungutan Suara TPS 03).
6) Badrus Zaman (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 04).
7) Gunawan (Panitia Pemungutan Suara TPS 04).
Berikut ini adalah tabel data perbandingan di TPS antara lain:
Tabel 3.1
Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data sekunder
merupakan data pendukung dan pelengkap dari data primer. Dalam
penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan cara dokumentasi dalam
44
untuk melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh
dari hal-hal yang diberkaitan dengan penelitian, antara lain buku, jurnal,
artikel, koran, browsing data internet, dan juga berbagai dokumentasi pribadi maupun resmi.
c. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian.33 Informasi ini di butuhkan untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya dari narasumber bertujuan untuk
mengetahui Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di desa Giri
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015. Adapun key informan yang akan dimintai data informasi sesuai judul pemahaman masyarakat, yaitu:
1) Fadhilatun Ni’mah (Masyarakat yang memilih di TPS 01).
2) Khabibatul Rochmawati (Masyarakat yang memilih di TPS 01).
3) Nur Usyrotul Muharromah (Masyarakat yang memilih di TPS 01).
4) Ratna Rahayu (Masyarakat yang memilih di TPS 01).
5) Nike Ardiani (Masyarakat yang memilih di TPS 01).
6) Muhammad Arif Rakhman (Masyarakat yang memilih di TPS 01).
7) Hildan Ardiansyah (Masyarakat yang memilih di TPS 01).
8) M. Hendra (Masyarakat yang memilih di TPS 03).
9) Ma’rifah (Masyarakat yang memilih di TPS 03).
10) Farid Habibi (Masyarakat yang memilih di TPS 04).
45
11) Nindi Fitriani (Masyarakat yang memilih di TPS 04).
4. Pemilihan Subyek Penelitian
Subyek penelitian ialah sumber tempat peneliti memperoleh
keterangan tentang permasalahan yang diteliti, singkatnya subyek penelitian
ialah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.34 Dari lokasi penelitian diatas, maka subyek penelitian dipilih secara
langsung oleh peneliti. Penentuan subyek peneliti berdasarkan atas kebutuhan
penelitian yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan peneliti di
atas.
Peneliti juga telah melakukan wawancara, salah satu informan utama
yang penting Pertama, Masyarakat itu sendiri yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai dekorasi TPS dalam Pilbup 2015. Kedua, yaitu Panitia Pemilihan Umum sebagai salah satu subyek informan penting
dalam penelitian ini yang dapat memberikan gambaran tentang diadakannya
dekorasi TPS dalam Pilbup 2015. Ketiga, yaitu Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS) sebagai salah satu subyek informan penting dalam penelitian ini
yang dapat memberikan gambaran tentang diadakannya lomba dekorasi TPS
dalam Pilbup 2015.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat penting dalam
sebuah penelitian, karena keakuratan hasil penelitian ditentukan oleh ketepatan
alat pengumpul data. Oleh karena itu sesuai kebutuhan peneliti, teknik
34Tatang, M.Amirin,Menyusun Perencanaan Penelitian(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),