• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran TIK terhadap Motivasi Belajar Siswa: Studi Kasus SMA N 1 SURUH T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran TIK terhadap Motivasi Belajar Siswa: Studi Kasus SMA N 1 SURUH T1 Full text"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH, PERAN GURU DALAM

PROSES PEMBELAJARAN TIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SISWA

(STUDI KASUS :SMA N1 SURUH)

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:

DONIYANTO TEKAT WIBOWO NIM: 702012085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN

KOMPUTER

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1 1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya pembelajaran di sekolah. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien Komalasari, (2013: 3)[1].

Lingkungan sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dimana peran guru juga mempengaruhi dalam perkembanganya. Potensi yang dimiliki peserta didik berbeda-beda, cara mengembangkan potensi juga tidak sama. Hai ini dipengaruhi oleh motivasi setiap pribadi masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lingkungan sekolah, peran guru dalam proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Dalam bidang pendidikan, TIK banyak memiliki peranan. Teknologi Informasi seakan telah menjadi pengalihfungsian buku, guru dan sistem pengajaran yang sebelumnya masih bersifat konvensional. Teknologi informasi menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi berkembang. Namun dalam kondisi di sekolah SMA N 1 Suruh siswa masih kurang menyadari pentingnya belajar TIK.

Dalam pelaksanaan program pelatihan lapangan penulis menemukan beberapa masalah yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya, siswa sering terlambat masuk kelas, siswa sering ramai dikelas saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa sering sibuk sendiri, siswa asyik ngobrol dengan teman sebangku, hal ini terjadi karena motivasi belajar siswa menurun sehingga penulis melakukan penelitian ini.

2. Tinjauan Pustaka

(7)

2

2013/2014, dengan hasil (9,525) > (1,979) dan dengan probabilitas 0.000 < 0.05 dengan tingkat signifikansi 5%. Variabel lingkungan sekolah memberikan sumbangan relatif sebesar 72,76% dan sumbangan efektif sebesar 33,25%.[3]. Dhita Setiyawan, Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar PKN Pada Siswa Kelas III Di Min Tempel Ngaglik Sleman Yogyakarta menyimpulkan Peran guru PKN di Min Tempel Ngaglik Sleman Yogyakarta sebagai pengajar dari hasil penelitian dengan wawancara yang dilakukan pada sumber data antara lain: guru PKN dan siswa, observasi kegiatan mengajar guru PKN serta angket yang dikumpulkan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya Guru PKN di Min Tempel Ngaglik Sleman Yogyakarta sebelum melakukan kegiatan pembelajaran guru terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran yang berupa silabus, RPP, dan perangkat pembelajaran yang lainnya. Dari hasil angket maka peran guru PKN kelas IIIA sebagai pengajar mencapai angka 81,25% atau dapat dikatakan sangat tinggi[4].

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak baik berupa benda, peristiwa, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh kuat pada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan

berlangsung dan dimana anak bergaul sehari-hari [5].

Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan dan latihan[6]. Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan.

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya[7].

Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah. Lingkungan sekolah sangatlah berpengaruh terhadap proses pembelajaran begitu juga peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran.

(8)

3

kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif.

Mengenai apa peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan, antara lain:

1.Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembmbing dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

2.James W.Brown mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

3.Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, peran guru adalah: a. Sebagai informator, guru sebagai pelaksana mengajar informatife,

laboratorium, studi lapangan dan informasi kegiatan maupun umum.

b. Sebagai organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain.

c. Sebagai motivator, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

d. Sebagai direktor guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Sebagai inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya dalam proses belajar.

f. Sebagai transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Sebagai fasilisator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar.

h. Sebagai mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

i. Sebagai evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak[8].

(9)

4

Motivasi merupakan aspek yang sangat penting dalam mendukung seseorang dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu hal, sehingga mempengaruhi seseorang dalam pencapaian sebuah prestasi belajar.

Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting untuk pencapaian prestasi belajar siswa, krena motivasi belajar yang tinggi akan terlihat dari ketekunan yang tidak mudah menyerah meskipun dihadapkan oleh beberapa kendala. Motivasi tinggi tersebut dapat ditemukan dalam sikap siswa ,antara lain: (1) tingginya keterlibatan afektif siswa dalam belajar, (2) tingginya keterllibatan siswa efektif siswa dalam belajar, (3) tingginya upaya siswa untuk menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar[9].

Motivasi belajar adalah daya penggerak secara keseluruhan yang berasal dari dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut hingga tujuan yang dikehendaki siswa akan tercapai. Dengan demikian motivasi belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu hal yang diwujudkan dalam sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai sebuah tujuan yang diharapkan[10].

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA N 1 Suruh. Jumlah responden 21 siswa dengan 8 responden laki-laki dan 13 responden perempuan.

Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Tehnik ini dilakukuan untuk memperoleh data. Kuesinoer adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang tidak bisa diharapkan dari responden. Kuesioner sebagai teknik pengumpulan data sangat cocok untuk mengumpulkan data dalam jumlah besar [11].

Analisis Data Kuesioner

Analisis data kuesioner dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca atau dipahami. Diperoleh data 21 responden yang terdiri dari 8 responden laki-laki dan 13 responden perempuan. Penyajian hasil analisis data kualitatif dibuat dalam bentuk uraian singkat, atau tabel sesuai dengan data yang dianalisis.

(10)

5

frekuensi. Dalam hal ini penulis melakukan dengan analisis deskriptif frekuensi, sehingga diketahui frekuensi, persen, dan nilai serta kategori lain.

Untuk memberikan gambaran hasil penelitian setiap variabel yang diteliti, maka ditentukan kategori penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh dari hasil kuesioner. Adapun cara menentukan kategori penilaian dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan bobot penilaian untuk setiap pilihan, dalam hal ini ditentukan berdasarkan skala penilaian yaitu skala likert.

2. Menghitung skor nilai untuk setiap item pernyataan, yaitu dengan cara mengalikan bobot nilai dengan jumlah frekuensi (jumlah jawaban responden setiap alternatif jawaban tiap item pernyataan)

3. Nilai terendah dan nilai tertinggi, dalam hal ini nilai terendah = jumlah responden (jumlah responden 21, maka niai terendah adalah 21). Sedangkan nilai tertinggi, nilai terendah dikalikan dengan bobot nilai tertinggi yaitu 21 x 5 =105. Dengan demikian nilai terendah adalah 21 dan nilai tertinggi adalah105.

4. Dikarenakan alternatif jawaban ada lima pilihan (sesuai dengan skala likert), maka kategori penilaian juga harus ada lima, untuk itu langkah selanjutnya adalah menentukan jarak interval dari nilai terendah sampai nilai tertinggi hingga didapat lima kategori penilaian. Jarak interval dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

JI =(105-21) / 5

= 16.8

Dengan demikian maka kategori penilaian untuk setiap item pernyataan dan penilaian terhadap variabel yang diteliti dapat dilakukan.

Tabel 4.1

Kategori Persentase menurut Arikunto

Baik 76% - 100%

Cukup 56% - 75%

Kurang baik 40% - 55%

Tidak baik Kurang dari 40%

Analisis Data Wawancara

(11)

6

yang harus diteliti,dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit[12].

Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara Semiterstrukur. Wawancara semiterstruktur merupakan jenis wawancara yang dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya[13]. Wawancara dilakukan dengan sederhana untuk konfirmasi data yang sudah diperoleh. Hasil wawancara akan dijabarkan secara deskriptif.

4. Hasil dan Diskusi

Berikut ini merupakan hasil data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan di SMA N 1 Suruh.

Data Responden

Adapun responden yang diambil sampel seluruh siswa kelas XI IPS 4 sebanyak 21 siswa, adapun profil responden sebagai berikut:

Tabel 4.2 Profil Responden

Kriteria Sub Kriteria Jumlah Jenis kelamin Laki-laki 8

(12)

7

Data Tanggapan Responden Terhadap Pengaruh Lingkungan

Tabel 4.3

Tanggapan responden terhadap pengaruh lingkungan

per ny ata an

Tanggapan reponden N skor katego ri

(13)

8

Rata-rata variabel pengaruh lingkungan 72. 38

Cukup

Data Tanggapan Responden Terhadap Peran Guru

Tabel 4.4

Tanggapan responden terhadap peran guru

per ny ata an

Tanggapan reponden N skor katego ri

Rata-rata variabel peran guru 74.

71

(14)

9

Data Tanggapan Responden Terhadap Motivasi Belajar

Tabel 4.5

Tanggapan responden terhadap motivasi belajar

per ny ata an

Tanggapan responden N skor katego ri

Skor variabel motivasi belajar siswa 756

Rata-rata variabel motivasi belajar siswa 75. 6

(15)

10 Diskusi

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dideskripsikan tanggapan responden terhadap item-item variabel sebagai berikut :

A. Pengaruh Lingkungan Sekolah

Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar. Berdasarkan tanggapan responden terhadap variabel lingkungan sekolah dideskripsikan sebagai berikut:

1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1) ”Guru sangat menguasai kelas, sehingga semua siswa memperhatikan apa yang disampaikan” 61.9% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 65. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya guru cukup menguasai kelas dan siswa cukup memperhatikan apa yang disampaikan.

2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2) ”Guru menggunakan metode pengajaran yang variatif, sehingga saya tidak bosan dalam belajar” 66.66% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 70. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya guru menggunakan metode pembelajaran yang cukup variatif, sehingga siswa tidak bosan dalam belajar.

3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 3) ”Guru memberikan latihan soal kepada siswa disetiap akhir pembelajaran” 57.14% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 60. Artinya guru tidak selalu memberikan latihan soal kepada siswa di setiap akhir pembelajaran. 4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 4) ”Guru

menggunakan media yang menarik dalam setiap menjelaskan materi” 62.85% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 66. Artinya guru kdang-kadang mengunakan media yang menarik setiap menjelaskan materi.

5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5) ” Saya memberikan dukungan moril kepada teman yang mengalami musibah” 85.71% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 90. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya siswa memberikan dukungan moril kepada teman yang mengalami musibah.

6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6) ” Pelaksanaan jam masuk dan pulang sekolah sesuai dengan peraturan sekolah” 76.19% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 80. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya pelaksanaan jam masuk dan pulang sekolah sesuai dengan peraturan sekolah.

7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7) ” Siswa yang terlambat masuk sekolah mendapat hukuman” 86.66% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 91. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya siswa yang terlambat masuk sekolah mendapat hukuman. 8. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 8) ” Guru menaati

(16)

11

Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya guru menaati peraturan yang terdapat di sekolah untuk memberi contoh yang baik kepada siswa.

9. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 9) ” Jumlah alat peraga yang disediakan sudah mencukupi” 48.57% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 51. Kondisi ini termasuk dalam kategori kurang baik. Artinya jumlah alat peraga yang disediakan belum mencukupi.

10.Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 10) ”Gedung laboratorium sudah di manfaatkan sesuai kebutuhan proses pembelajaran” 63.8% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 67. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya gedung laboratorium sudah dimanfaatkan sesuai kebutuhan proses belajar akan tetapi belum optimal.

11.Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 11) ” Gedung sekolah terlihat bersih dan rapi” 63.8% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 67. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya gedung sekolah terlihat cukup bersih.

12.Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 12) ” Gedung sekolah sudah disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar” 63.8% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 67. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya gedung sekolah sudah diseduaikan dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar akan tetapi belum secara optimal pengunaannya.

13.Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 13) ”Guru memberikan respon dalam melakukan interaksi” 78.09% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 82. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya guru memberikan respon dalam melakukaan interaksi.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dideskripsikan tanggapan responden terhadap item-item variabel sebagai berikut :

B. Pengaruh Peran Guru

Pengaruh peran guru dideskrisikan sebagai berikut:

1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 14) ” Guru kadang-kadang memberikan pujian terhadap hasil belajar siswa” 75.23% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 79. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya guru kadang-kadang memberikan pujian terhadap hasil belajar siswa.

(17)

12

3. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 16) ” Guru mampu merancang kegiatan belajar mengajar dan menyelenggarakan seluruh tahapan proses belajar mengajar secara berurutan” 64.76% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 68. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya guru cukup mampu dalam merancang kegiatan belajar mengajar dan menyelenggarakan seluruh tahapan proses belajar mengajar secara berurutan.

4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 17) ” Penilaian guru sesuai dengan hasil belajar siswa” 79.04% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 83. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya penilaian guru sesuai dengan hasil belajar siswa.

5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 18) ”Guru menunjukan sikap tanggap dalam mengelola kelas” 69.52% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 73. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya guru kurnag menunjukkan sikap tanggap dalam mengelola kelas.

6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 19) ”Guru memusatkan perhatian siswa pada saat kegiatan belajar mengajar” 68.57% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 72. Kodisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya guru kurang memusatkan perhatian pada siswa saat kegiatan belajar mengajar.

7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 20) ”Guru memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas sebelum memberikan pelajaran kepada siswa” 70.74% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 74. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya guru terkadang kurang memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas sebelum mulai pelajaran.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dideskripsikan tanggapan responden terhadap item-item variabel motivasi belajar siswa sebagai berikut :

C. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa

Pengaruh motivasi belajar siswa dideskrisikan sebagai berikut:

1. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 1) ”Saya membahas ulang pelajaran sekolah ketika berada di rumah” 67.61% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 71. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya siswa kadang-kadang membahas ulang pelajaran sekolah ketika dirumah.

2. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 2) ”Saya bertanya kepada guru ketika mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan tugas” 79.04% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 83. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya siswa bertanya kepada guru ketika mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan tugas.

(18)

13

termasuk dalam kategori baik. Artinya siswa mencari solusi dalam menghadapi kesulitan pada saat mengerjakan tugas.

4. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 4) ”Saya menyediakan waktu belajar secara rutin di rumah” 69.52% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 73. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya beberapa siswa menyediakan waktu belajar secara rutin di rumah.

5. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 5) ”Setiap mendapatkan tugas dari guru, saya berusaha mengerjakan tugas sendiri” 78.09% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 82. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya setiap mendapatkan tugas dari guru siswa berusaha mengerjakan sendiri.

6. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 6) ”Saya merasa terbebani pada saat mengikuti proses belajar mengajar” 57.14% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 60. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya beberapa siswa merasa terbebani pada saat mengikuti proses belajar mengajar.

7. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 7) ”Saya merasa bosan dengan cara mengajar guru pada saat proses belajar mengajar” 73.33% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 77. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya kadang siswa merasa bosan dengan cara mengajar guru.

8. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 8) ”Saya merasa bosan dengan tugas yang rutin” 81.9% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 86. Kondisi ini termasuk dalam kategori baik. Artinya siswa merasa bosan dengan tugas yang rutin.

9. Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 9) ”Pada saat mengerjakan ulangan saya mengerjakan soal sendiri” 72.38% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 76. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup. Artinya pada saat mengerjakan ulangan beberapa siswa tidak mengerjakan sendiri.

10.Tanggapan responden terhadap pernyataan (item 10) ”Saya akan mencari dan memecahkan soal-soal tanpa diperintah oleh guru” 60% dari partisipan menjawab dengan skor nilai 63. Kondisi ini temasuk dalam kategori cukup. Artinya siswa cukup mengerti mencari dan memecahkan masalah tanpa diperintah guru.

Secara umum variabel motivasi belajar siswa termasuk dalam kategori cukup 72% dengan skor nilai 75.6. Kondisi ini didukung dengan item No. 8 skor nilai 8 dengan kategori penilaian baik. Selanjutnya nilai terendah yaitu item No. 6 skor nilai 60 dengan kategori penilaian kurang baik.

D. Hubungan Variabel Lingkungan Sekolah, Peran Guru Dan Motivasi Belajar Siswa

(19)

14

belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata-rata prosentase pengaruh lingkungan sekolah 68.15% (cukup), peran guru dalam proses pembelajaran 72.05% (cukup), dan untuk motivasi belajar siswa 71.99% (cukup). Sehingga dapat disimpulkan, hal pertama yang dapat dilihat dari data yang ada adalah persentase variabel pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru 69.71% . Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekolah dan peran guru mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kedua, presentase variabel motivasi belajar siswa 72% menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa cukup dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru. Hal ini didukung dengan data variabel pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru prosentase tertingi berada pada item pernyataan 5 (90%) menyatakan bahwa hubungan antar siswa juga mempengaruhi motivasi belajar. Hal yang sama juga dilihat dari data variabel motivasi belajar siswa prosentase tertinggi berada pada item pernyataan 8 (81.9%) menyatakan bahwa kurangnya motivasi dalam belajar. Hal ini dipengaruhi oleh variabel pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru.

5. Penutup Saran

Untuk penelitian selanjutnya, bila ingin meneliti lebih dalam mengenai pegaruh lingkungan sekolah dan peran guru terhadap motivasi belajar siswa, setidaknya meneliti juga mengenai faktor kebijakan pemerintah mengenai kurikulum yang ditetapkan.

(20)

15 6. Daftar Pustaka

[1] Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

[2] http://eprints.ums.ac.id/29629/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Diakses pada tanggal 2 Desember 2016.Pukul 12:57.

[3] http://eprints.ums.ac.id/29613/18/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf Diakses pada tanggal 2 Desember 2016.Pukul 13:03.

[4] http://digilib.uin

suka.ac.id/9901/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf Diakses pada tanggal 2 Desember 2016.Pukul 12:50.

[5] Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982).

[6] Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Rineka Cipta.

[7]NanaSyaodih sukmadinata. (2004).landasan Psikologi proses pendidikan. Bandung:

PT Remaja ROSDAKARYA.

[8] Sardiman A.M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

[9] Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. [10] Winkel, W.S. (1983). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.Gramedia.

[11] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, /kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[12]Sugiyono.2011.Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B). Bandung: Alfabeta.

[13]Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

(21)

Gambar

Tabel 4.1  Kategori Persentase menurut Arikunto
Tabel 4.2 Profil Responden
Tabel 4.3 Tanggapan responden terhadap pengaruh lingkungan
Tabel 4.4 Tanggapan responden terhadap peran guru
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang diangkat pada artikel terkait dengan pendidikan matematika (di sekolah), baik proses pembelajaran, materi ajar (matematika sekolah), media pembelajaran (ICT,

1.Untuk mengetahui dan mengkajibentuk-bentuk partisipasi masyarakat, apakah.. asas teknik pembentukan Peraturan Daerah telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

penggunaan bahasa untuk menyatakan pengaduan pada konteks budaya Indonesia. Dengan memahami langkah retorika serta fitur kebahasaan dalam

Untuk membiayai pengeluaran, pemerintah dapat menciptakan uang baru, dengan cara mengeluarkan uang kertas baru melalui pinjaman dari Bank Sentral berupa kredit kepada pemerintah,

Dari sajian perhitungan pada penilaian pengaruh tidak langsung ( indirect effect ) kebijakan leverage terhadap nilai perusahaan melalui investment opportunity set

Ieu panalungtikan téh kagolong kana panalungtikan kualitatif kalawan pamarekan étnografi anu maké métode déskriptif. Pamarekan étnografi digunakeun pikeun

Setelah mendapatkan hasil dari beberapa uji di atas, penulis dapat memberikan argumentasi bahwa alur transmisi moneter melalui jalur harga aset syariah (yang

Berdasarkan kondisi diatas maka kebutuhan penanganan drainase perkotaan di Kabupaten Pelalawan adalah melalui pengembangan dan peningkatan kualitas saluran drainase perkotaan