• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan formal di Indonesia. Sekolah Dasar dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Siswa kelas satu rata-rata usianya 7 tahun.

Masa usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, karena keterbukaan dan keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman (Iskandarwassid dan Sunendar,D, 2008). Ketika anak beranjak ke usia yang lebih matang seperti usia 4-7 tahun, anak sudah mulai menyukai cerita-cerita tentang terjadinya suatu benda dan bagaimana cara kerja sesuatu. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman-pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Moeslichatoen, 2004). Inilah kesempatan guru untuk mendorong minat anak untuk mengetahui banyak hal melalui cerita. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar mengajar, menilai kemajuan kegiatan belajar mengajar dan menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Aqib, 2009: 10)

Menurut Hamdani (2011), Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, guru harus menentukan metode pembelajaran yang tepat. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasinya pada belajar siswa secara optimal. Jadi metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran ini ditujukan untuk bimbingan belajar dan memungkinkan individu siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Metode

(2)

pembelajaran menekankan proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Belajar secara optimal dapat dicapai jika siswa aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula.

Tugas guru dalam rangka optimalisasi proses belajar mengajar adalah sebagai fasilitator yang mampu mengembangkan kemauan belajar siswa, mengembangkan kondisi belajar yang relevan agar tercipta suasana belajar secara wajar dengan penuh kegembiraan dan mengadakan pembatasan positif terhadap dirinya sebagai seorang guru. Jadi metode pembelajaran merupakan salah satu faktor atau komponen pendidikan yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Seorang guru harus bisa membimbing, mengarahkan dan menciptakan kondisi belajar siswa. Untuk mencapai hal tersebut, ia harus mengurangi metode ceramah dan mulai mengembangkan metode lain yang melibatkan siswa secara aktif. (Hamdani, 2011: 79).

Pada kenyataannya, dalam mengajar masih banyak guru menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan pelajaran sehingga menyebabkan siswa tidak memperhatikan guru. Ada siswa yang mengobrol dengan teman, mengambar, sibuk dengan mainan baru, bahkan makan di dalam kelas. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun.

Motivasi dalam belajar adalah faktor penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar (Hamdani, 2011: 142). Meskipun seorang peserta didik mempunyai kecakapan belajar yang tinggi, ia akan kurang berhasil dalam belajarnya jika motivasinya lemah (Iskandarwassid dan Sunendar,D, 2008).

Menurut Nursalim, dkk (2007: 121), motivasi menentukan penguat belajar, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Seorang pendidik harus memahami hal tersebut, sehingga ia dapat membantu siswanya memilih faktor-faktor atau

(3)

keadaan yang ada dalam lingkungan siswa yang dapat dijadikan bahan untuk penguat belajar. Hal ini tidak cukup dilakukan dengan memberikan sumber-sumber belajar melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya.

Guru harus menggunakan berbagai metode pembelajaran agar mendorong motivasi belajar siswa sehingga terjadi peningkatan hasil belajar. Menurut Sudjana (dalam Supratiknya, 2012: 1) penilaian hasil belajar adalah kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai atau dikuasai oleh murid dalam bentuk hasil belajar yang bisa mereka tunjukkan setelah menjalani kegiatan belajar-mengajar.

Menurut Muslich (2008: 48), siswa terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis dan mandiri dan kreatif. Sementara fitrah ber-Tuhan merupakan cikal bakal untuk bertaqwa kepada Tuhan. Mendorong siswa untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan, bereksplorasi dan berekspresi merupakan wujud upaya pengembangan potensi tersebut. Di sisi lain dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar. Siswa tertentu lebih mudah belajar melalui dengar-baca (auditif), siswa lain melalui melihat (visual) sementara yang lain lagi melalui bergerak (kinestetik). Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar perlu beragam sesuai karakteristik siswa tersebut. Ketika guru berceramah, hanya siswa dengan tipe auditiflah yang mengalami pembelajaran secara optimal. Supaya semua siswa mengalami peristiwa belajar, guru perlu menyediakan beragam pengalaman belajar. Dengan cara ini perbedaan individu terakomodasi. Salah satu caranya melalui bercerita dengan boneka jari. Anak tidak hanya mendengarkan cerita guru tapi juga melihat guru bercerita menggunakan boneka jari.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas 1 SD Negeri Dukuh 03 Salatiga, proses belajar mengajar masih menggunakan metode konvensional untuk menyampaikan pelajaran. Guru mengajar dengan metode konvensional

(4)

yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam dan dengar sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam memahami mata pelajaran. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa dalam proses belajar hendaknya guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang lain agar proses belajar mengajar tidak monoton.

Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan pengajaran diukur dari sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis yang dilaksanakan secara periodik (Hamruni, 2011).

Proses belajar mengajar yang monoton mengakibatkan siswa tidak memperhatikan pelajaran sehingga tujuan utama pengajaran tidak optimal. Penyebabnya, sewaktu pembelajaran berlangsung ada siswa berbicara dengan teman sebangku, menundukkan kepala dan tidak memperhatikan guru, bermain alat tulis, mengambar di kertas atau mencoret-coret meja. Hal ini dikarenakan siswa merasa jenuh. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kurang optimal.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sewaktu PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SDN Siderejo lor 07, siswa kelas 1 Sekolah Dasar tertarik mendengarkan guru yang memberikan pelajaran melalui kegiatan bercerita dengan boneka jari. Mereka termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar Siswa juga meningkat setelah mendengarkan guru bercerita dengan boneka jari.

Jadi peneliti bersama guru kelas 1 SD Negeri Dukuh 03 mencoba meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar melalui kegiatan bercerita dengan boneka jari pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Salatiga.

(5)

1.2 Permasalahan Penelitian

Guru masih menggunakan metode konvensional atau ceramah untuk menyampaikan pelajaran sehingga siswa kurang memperhatikan pelajaran. Sewaktu pembelajaran berlangsung ada siswa berbicara dengan teman sebangku, menundukkan kepala dan tidak memperhatikan guru, bermain alat tulis, mengambar di kertas atau mencoret-coret meja. Hal ini dikarenakan siswa merasa jenuh. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kurang optimal.

1.3 Cara Pemecahan Masalah

Guru menggunakan metode bercerita dengan boneka jari untuk menarik minat siswa memperhatikan pelajaran sehingga motivasi belajar dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

1.4 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar melalui kegiatan bercerita dengan boneka jari pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Salatiga dapat berhasil?

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar melalui kegiatan bercerita dengan boneka jari pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Salatiga.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik

(6)

secara langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan dalam memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran mengenai penerapan metode pembelajaran melalui kegiatan bercerita dengan boneka jari. B. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi sekolah

Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada sekolah tempat penelitian ini dilakukan, dapat menjadikan masukan yang positif bagi sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

Dapat menjadi salah satu alternatif pemilihan cara agar meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa

Dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar dengan menerima pelajaran dengan penuh perhatian.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan tentang pembelajaran siswa kelas satu SD melalui penerapan pembelajaran dengan bercerita melalui boneka jari.

Referensi

Dokumen terkait

7.4.1 Laksana pelepasan, rujuk buku Panduan Ternakan Ikan Air Tawar (OPR/TPU/BP/TERNAKAN/Ikan Air Tawar) atau Modul AFS2001 Siri 6 – Penternakan Hidupan Akuatik dan rekodkan

Perbedaan muatan kurikulum di SMA dan MA, masalah-masalah yang dihadapi remaja pada jenjang sekolah menengah serta perbedaan hasil penelitian dari Rosemary (2008) yang menyebutkan

Berikut merupakan salah satu contoh pengujian yang dilakukan pada aplikasi ARMIPA yaitu pengujian ketepatan titik lokasi pada peta dan kamera dengan markerless

Komunikasi dan Informatika, yang mencakup audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara dan audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Komunikasi dan

dimana analisis mutu dilakukan pengujian dilaboratorium yang meliputi uji kuat tarik untuk material baja ringan benda uji dibuat menjadi spesimen berdasarkan standar ASTM

Pada Ruang Baca Pascasarjan perlu dilakukan pemebersihan debu baik pada koleksi yang sering dipakai pengguna maupun

Menurut teori hukum Perdata Internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan laju perubahan tata guna lahan yang cukup tinggi. Kondisi tersebut ditandai dengan laju deforestrasi baik disebabkan