• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Persentase daya berkecambah menunjukkan hasil yang baik, yaitu berada diatas 80 %. Penyakit yang menyerang bibit di persemaian adalah rebah kecambah (Pythium sp.) dan cendawan tanah.

Penanaman di lapang dilakukan saat terjadi hujan. Hal ini menyebabkan kondisi lapangan memiliki kelembapan yang cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kec. Darmaga, Kab. Bogor (2010) selama penelitian berlangsung, curah hujan berada pada selang interval 42.9 - 460.7 mm/bulan.Curahhujan tertinggi tejadi pada bulan Februari 2010 (460.7 mm/bulan), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada saat bulan April 2010 (42.9 mm/bulan). Sebaliknya, suhu tertinggi terjadi pada bulan April (27.1oC) dan terendah pada bulan Januari (25.3oC).

Secara umum pertumbuhan tanaman di lapangan menunjukkan kondisi yang cukup baik, walaupun terjadi serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang meliputi belalang (Valanga nigricornis), bekicot(Achatinafulica), lalat buah (Bactrocera dorsalis), trips (Thrips parvispinus), kutu daun persik (Myzuspersicae), dan ulat grayak (Spodoptera litura). Gejala yang ditimbulkan oleh belalang dan ulat grayak berupa sobekan dan lubang-lubang pada daun akibat gigitan. Hama trips menyebabkan daun menjadi berkerut dan bercak klorosis, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Kondisi umum tanaman di lapangan ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 8. Kondisi Tanaman di Lapangan pada 7 MST: kiri) tetua P1 (IPB C120); tengah) tetua P2 (IPB C5); kanan) F2 (IPB C120 x IPB C5)

(2)

Curah hujan yang cukup tinggi selama penelitian mengakibatkan serangan penyakit terhadap tanaman juga meningkat. Beberapa penyakit yang menyerang tanaman cabai adalah antraknosa (Colletotrichum sp.), layu fusarium (Fusarium oxysporum), rebah kecambah (Phytium debaryanum), dan daun keriting kuning (geminivirus). Gulma yang banyak tumbuh di lahan terdiri atas teki (Cyperus sp.), krokot (Portulaca oleracea), babadotan (Ageratum conyzoides), sawi liar (Capsella bursapastoris), dan Euphorbia hirta.

Karakter Kualitatif

Karakter kualitatif yang diperoleh pada populasi kedua tetua merupakan nilai tengah dari fenotipe yang muncul lebih dominan. Fenotipe kualitatif pada kedua tetua dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengamatan Karakter Kualitatif pada Kedua Tetua

Karakter P1(IPB C120) P2(IPB C5)

Habitus Tanaman Prostrate Erect

Bentuk Daun Ovate Ovate

Bentuk Batang Cylindrical Cylindrical

Warna Batang Hijau garis ungu Hijau garis ungu

Warna Buku Ungu Ungu

Posisi Bunga Intermediate Intermediate

Warna Anter Ungu Biru

Warna Filamen Kuning Kuning

Warna Mahkota Bunga Putih Putih

Tepi Kelopak Buah Intermediate Intermediate

Tipe Pangkal Buah Truncate Truncate

Bentuk Buah Elongate Elongate

Bentuk Ujung Buah Sunken Blunt

Warna Buah Muda Hijau Hijau

Warna Buah Masak Merah Merah

Permukaan Kulit Keriting Lurus

Karakter habitus tanaman pada kedua tetua di lapangan bersifat heterogen. Populasi P1 menunjukkan bentuk habitus tanaman antara prostrate dan intermediate, sedangkan populasi P2 menunjukkan fenotipe erect dan intermediate. Karakter bentuk daun pada populasi P1 menunjukkan fenotipe yang heterogen antara ovate dan lanceote, sedangkan populasi P2 menunjukkan fenotipe yang homogen (ovate).

(3)

Karakter warna batang pada populasi P1 dan P2 menunjukkan fenotipe yang heterogen antara hijau garis ungu, hijau, dan ungu. Karakter posisi bunga pada kedua tetua menunjukkan fenotipe yang heterogen antara intermediate dan pendant, demikian pula dengan karakter tipe pangkal buah yang menunjukkan fenotipe yang heterogen pada kedua tetua antara truncate dan obtuse. Karakter warna anter pada populasi P2 lebih beragam dibandingkan dengan populasi P1. Fenotipe warna anter yang muncul pada populasi P1 meliputi ungu, biru,dan biru pucat, sedangkan populasi P2 menunjukkan fenotipe anter yang berwarna biru, biru pucat, ungu, ungu kuning, dan hijau. Fenotipe posisi bunga dan warna anter ditunjukkan pada Gambar 9 dan 10.

Karakter tepi kelopak buah pada populasi P1 menunjukkan fenotipe yang heterozigot antara intermediate dan dentate, sedangkan pada populasi P2 menunjukkan fenotipe yang homogen (intermediate). Karakter bentuk ujung buah pada populasi P1 menunjukkan fenotipe yang heterogen antara pointed dan sunken, sedangkan populasi P2 menunjukkan fenotipe bentuk ujung buah yang pointed dan blunt. Karakter bentuk batang, warna buku, warna filament, warna Gambar 9. Posisi Bunga Cabai: kiri) pendant; tengah) intermediate; kanan)

erect.

Gambar 10. Warna Anter pada Bunga Cabai: ungu kuning; biru; hijau; dan ungu pucat.

(4)

mahkota bunga, bentuk buah, warna buah muda, warna buah masak, dan permukaan kulit pada kedua tetua menunjukkan fenotipe yang homogen.

Kedua tetua diduga memiliki genotipe homozigot untuk karakter bentuk batang, warna buku, warna filamen, warna mahkota bunga, bentuk buah, warna buah muda, dan warna buah masak. Hal ini dapat dilihat dari populasi F2 yang menunjukkan fenotipe yang homogen pada karakter-karakter tersebut. Karakter posisi bunga, tepi kelopak buah, dan tipe pangkal buah pada salah satu atau kedua tetua diduga bersifat heterozigot. Hal ini dapat dilihat dari fenotipe populasi F2 yang beragam karena adanya segregasi. Persentase fenotipe populasi F2 ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase Fenotipe Populasi F2

Karakter Fenotipe F2 (%)

Habitus Tanaman 63.18 intermediate : 18.64 prostrate : 18.18 erect Bentuk Daun 90.54 ovate : 9.46 lanceote

Bentuk Batang 100 cylindrical

Warna Batang 67.50 hijau bergaris ungu : 22.50 hijau : 10.00 ungu

Warna Buku 100 ungu

Posisi Bunga 76.81 intermediate : 23.19 pendant

Warna Anter 49.82 ungu : 25.09 biru : 15.87 biru pucat : 6.64 ungu pucat : 1.85 ungu kuning : 0.74 kuning Warna Filamen 100 kuning

Warna Mahkota Bunga 100 putih

Tepi Kelopak Buah 77.62 intermediate : 21.43 dentate : 0.95 entire Tipe Pangkal Buah 93.87 obtuse : 4.25 acute : 1.89 truncate Bentuk Buah 100 elongate

Bentuk Ujung Buah 66.67 pointed : 19.25 blunt : 14.08 sunken Warna Buah Muda 100 hijau

Warna Buah Masak 100 merah

Permukaan Kulit 94.96 semi keriting : 3.78 lurus : 1.26 keriting

Karakter-karakter yang bersegregasi dapat dihitung berdasarkan nisbah segregasi. Berdasarkan hasil pengamatan tidak semua karakter yang diamati memiliki perbandingan yang sesuai dengan nisbah segregasi. Karakter yang sesuai dengan nisbah segregasi yaitu karakter habitus tanaman, bentuk daun, posisi bunga, dan bentuk ujung buah yang ditunjukkan pada Tabel 4. Karakter warna batang, warna anter, tepi kelopak buah, tipe pangkal buah, dan permukaan kulit buah tidak dapat dijelaskan berdasarkan nisbah segregasi.

(5)

Tabel 4. Hasil Khi Kuadrat Fenotipe Populasi F2

Karakter Nisbah segregasi X hitung X tabel 5% Habitus Tanaman 10intermediate : 3prostrate :

3erect 1.14

tn

5.99 Bentuk Daun 15 ovate : 1 lanceote 2.50 tn 3.84 Posisi Bunga 13 intermediate : 3 pendant 0.26 tn 3.84 Bentuk Ujung Buah 10 pointed : 3 blunt : 3 sunken 1.81 tn 5.99

Nisbah segregasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa karakter habitus tanaman, bentuk daun, posisi bunga, dan bentuk ujung buah memiliki jumlah perbandingan genotipe sebanyak 16 kombinasi. Banyaknya kombinasi dalam F2 dapat memperlihatkan berapa banyaknya sifat beda berdasarkan rumus (2n)2, dimana n adalah jumlah sifat beda yang dikendalikan oleh masing-masing pasangan gen. Hal ini berarti karakter habitus tanaman, bentuk daun, posisi bunga, dan bentuk ujung buah diduga dikendalikan oleh dua pasang gen.

Karakter habitus tanaman dan bentuk ujung buah memiliki nisbah segregasi yang sama, yaitu 10 intermediate : 3 prostrate : 3 erect pada habitus tanaman dan 10 pointed : 3 blunt : 3 sunken pada bentuk ujung buah. Karakter bentuk daun memiliki nisbah segregasi 15 ovate : 1 lanceote, sedangkan posisi bunga memiliki nisbah segregasi 13 intermediate : 3 pendant. Nisbah segregasi yang muncul sebagai penyimpangan hukum Mendel ini merupakan akibat dari interaksi gen yang disebut epistatis. Menurut Allard (1992) epistatis merupakan interaksi interalelik antara gen-gen pada tempat yang berbeda, dimana terdapat gen-gen yang dapat menutup atau mempengaruhi gen-gen lain. Nisbah segregasi 10 : 3 : 3 merupakan interaksi interalelik kompleks, sedangkan nisbah segregasi 15 : 1 dan 13 : 3 masing-masing merupakan interaksi gen dominan rangkap (epistatis dominan rangkap) dan epistatis dominan resesif.

Heritabilitas

Nilai heritabilitas menunjukkan persentase dan pengaruh genetik dari penampakan fenotipe yang dapat diwariskan dari tetua kepada keturunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa ragam genetik besar dan ragam lingkungan kecil. Semakin besar komponen lingkungan, heritabilitas akan semakin kecil (Crowder, 2006).

(6)

Nilai heritabilitas pada karakter-karakter kuantitatif yang diamati ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa karakter-karakter vegetatif umumnya memiliki nilai heritabilitas yang tinggi, kecuali pada karakter lebar kanopi yang bernilai sedang (25.56 %). Karakter generatif berupa umur berbunga memiliki nilai heritabilitas yang tinggi (55.87 %), sedangkan umur panen bernilai sedang (49.31 %). Karakter komponen daya hasil berupa diameter buah memiliki nilai heritabilitas yang tinggi, baik diameter pangkal (50.69 %), tengah (61.99 %), maupun ujung buah (51.01 %). Karakter panjang buah, panjang petiol, dan bobot buah memiliki nilai heritabilitas sedang, masing-masing sebesar 21.31, 35.12, dan 39.28 %.

Tabel 5.Nilai Heritabilitas Masing-masing Karakter

Karakter p g e h2bs Kriteria

Tinggi Tanaman (cm) 245.74 150.87 94.86 61.40 Tinggi Tinggi Dikotomus (cm) 31.48 24.86 6.61 78.99 Tinggi

Diameter Batang (cm) 5.00 2.57 2.43 51.42 Tinggi

Lebar Kanopi (cm) 416.01 106.32 309.69 25.56 Sedang Umur Berbunga (HST) 35.97 20.10 15.87 55.87 Tinggi

Umur Panen (HST) 157.19 77.51 79.68 49.31 Sedang

Diameter Pangkal Buah (mm) 5.57 2.82 2.74 50.69 Tinggi Diameter Tengah Buah (mm) 3.63 2.25 1.38 61.99 Tinggi Diameter Ujung Buah (mm) 0.09 0.04 0.04 51.01 Tinggi

Panjang Buah (cm) 6.98 1.49 5.49 21.31 Sedang

Panjang Petiol (cm) 0.69 0.24 0.44 35.12 Sedang

Jumlah Buah 4377.83 806.39 3571.44 18.42 Rendah

Bobot per Buah (g) 5.08 1.99 3.08 39.28 Sedang

Bobot Buah per Tanaman (g) 71921.72 12046.38 59875.34 16.75 Rendah

Ket: p = ragam fenotipe; g = ragam genotipe; e = ragam lingkungan; h2bs = heritabilitas arti luas (%).

Karakter komponen daya hasil lainnya berupa jumlah buah dan bobot buah per tanaman memiliki nilai heritabilitas yang tergolong rendah, yaitu 18.42 % dan 16.75 %. Komponen daya hasil merupakan karakter kuantitaitf. Menurut Crowder (2006) sifat kuantitatif diatur oleh beberapa gen yang disebut poligen (gen ganda), memberikan pengaruh yang kecil, dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan bahwa ragam lingkungan pada karakter jumlah buah dan bobot buah per tanaman jauh lebih besar dibandingkan dengan ragam genotipenya.

(7)

Kemajuan Seleksi

Menurut Brewbaker (1983) kemajuan genetik melalui seleksi umumnya lebih banyak menyangkut sifat-sifat metrik yang dikendalikan oleh banyak gen dan bergantung pada nilai heritabilitas dan variabilitas fenotipe dari sifat turunan yang diseleksi. Sejalan dengan meningkatnya keragaman fenotipe dan heritabilitas, maka kemajuan genetik melalui seleksi juga semakin meningkat. Nilai kemajuan seleksi pada masing-masing karakter dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Duga Kemajuan Seleksi Masing-masing Karakter

Karakter  (S)  (F2) KS KGH  (F3) Tinggi Tanaman (cm) 88.52 82.28 3.83 4.66 86.11 Tinggi Dikotomus (cm) 25.12 24.29 0.65 2.67 24.94 Diameter Batang (cm) 13.29 11.47 0.94 8.16 12.41 Lebar Kanopi (cm) 109.74 90.30 4.97 5.50 95.27 Umur Berbunga (HST) 26.33 27.84 -0.84 -3.03 27.00 Umur Panen (HST) 77.28 84.66 -3.64 -4.30 81.02 Diameter Pangkal Buah (cm) 13.93 12.04 0.96 7.95 13.00 Diameter Tengah Buah (cm) 10.75 9.35 0.87 9.26 10.22 Diameter Ujung Buah (cm) 1.36 1.29 0.04 2.91 1.33

Panjang Buah (cm) 16.84 14.22 0.56 3.92 14.78

Panjang Petiol (cm) 5.80 4.95 0.30 6.02 5.25

Jumlah Buah 216.61 119.26 17.93 15.04 137.19

Bobot per Buah (g) 10.35 7.45 1.14 15.28 8.59

Bobot Buah per Tanaman (g) 886.46 457.96 71.77 15.67 529.73

Ket: µ(S) = nilai tengah pada tanaman hasil seleksi; µ(F2) = nilai tengah pada populasi F2; KS = kemajuan seleksi; KGH = persentase kemajuan genetik harapan (%); µ(F3) = dugaan nilai tengah pada populasi F3.

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada populasi F3 diduga terjadi peningkatan untuk semua karakter akibat kegiatan seleksi. Nilai kemajuan seleksi dapat pula ditunjukkan dengan nilai persentase kemajuan genetik harapan (KGH). KGH merupakan persentase kemajuan genetik sebagai akibat dilakukannya kegiatan seleksi. Menurut Nasir (2001) kriteria persentase kemajuan genetik harapan digolongkan rendah = 0 % < KGH < 3.3 %, agak rendah = 3.3 % < KGH < 6.6 %, cukup tinggi = 6.6 % < KGH < 10 %, dan tinggi = KGH > 10 %.

Nilai KGH pada karakter bobot buah per tanaman memiliki besaran yang paling tinggi (15.67 %), padahal karakter ini memiliki nilai heritabilitas yang paling rendah (16.75 %). Hal ini terjadi karena nilai tengah dari bobot buah per

(8)

tanaman dari tanaman hasil seleksi jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai tengah populasi F2, sehingga nilai diferensial seleksinya lebih besar. Nilai tengah bobot buah per tanaman pada populasi F2 mencapai 457.96 g dan diduga meningkat menjadi 529.73 g pada populasi F3 sebagai akibat dilakukannya seleksi.

Karakter bobot per buah memiliki nilai KGH sebesar 15.24 %, sehingga pada populasi F3 bobot per buah diduga meningkat dari 7.45 g menjadi 8. 59 g. Demikian pula pada karakter jumlah buah yang memiliki nilai KGH sebesar 15.04 %. Kemajuan seleksi mengakibatkan jumlah buah pada populasi F3 diduga meningkat dari 119.26 menjadi 137.19. Nilai KGH pada umur berbunga dan umur panen bernilai negatif, yaitu -3.03 dan -4.30 %. Nilai negatif menunjukkan nilai yang berbanding terbalik. Hal ini menerangkan bahwa pada generasi selanjutnya tanaman yang dipilih akan berbunga dan panen lebih cepat dari populasi awal. Nilai tengah umur berbunga dan umur panen pada populasi F2 adalah 27.84 dan 84.66 HST serta diduga mengalami kemajuan yang mengakibatkan masa berbunga dan panen yang lebih cepat menjadi 27.00 dan 81.02 HST.

Nilai KGH pada karakter tinggi dikotomus dan diameter ujung buah tergolong rendah, masing-masing sebesar 2.67 dan 2.91 %. Karakter-karakter yang memiliki nilai KGH yang tergolong agak rendah meliputi tinggi tanaman (4.66 %), lebar kanopi (5.50 %), panjang buah (3.92 %), dan panjang petiol (6.02 %). Karakter-karakter lain memiliki nilai KGH yang cukup tinggi, yaitu diameter batang (8.16 %), diameter pangkal buah (7.95 %), dan diameter tengah buah (9.26 %).

Korelasi

Hasil analisis korelasi ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antar karakter-karakter vegetatif, kecuali tinggi dikotomus terhadap diameter batang. Karakter vegetatif tinggi tanaman dan tinggi dikotomus tidak menunjukkan korelasi yang nyata terhadap bobot buah per tanaman.

(9)

Keterangan: TT = tinggi tanaman; TD = tinggi dikotomus; DB = diameter batang; LK = lebar kanopi; UB = umur berbunga; UP = umur panen; DPB = diameter pangkal buah; DTB = diameter tengah buah; DUB = diameter ujung buah; PB = panjang buah;PP = panjang buah; JB = jumlah buah; BB = bobot per buah; BBT = bobot buah per tanaman; * = berbeda nyata pada taraf 5 %; ** = berbeda nyata pada taraf 1%

. Karakter TD DB LK UB UP DPB DTB DUB PB PP JB BB BBT TT 0.18* 0.61** 0.60** 0.10 0.09 -0.11 -0.07 -0.08 -0.01 0.09 0.12 -0.07 0.12 TD 0.04 0.15* -0.05 -0.09 -0.01 0.01 -0.02 0.17* 0.15* 0.09 0.04 0.07 DB 0.60** -0.15* -0.13 0.09 0.06 0.09 0.16* 0.24** 0.38** 0.19** 0.44** LK -0.04 -0.10 0.06 0.06 0.02 0.28** 0.26** 0.43** 0.21** 0.45** UB 0.40** -0.15* -0.13 -0.17* -0.18* -0.13 -0.17 -0.17* -0.23** UP -0.46** -0.26** -0.42** -0.42** -0.54** -0.34** -0.49** -0.42** DPB 0.69** 0.43** 0.34** 0.42** 0.24** 0.82** 0.45** DTB 0.22** 0.14 0.23** 0.09 0.64** 0.28** DUB 0.06 0.32** 0.15* 0.36** 0.23** PB 0.52** 0.49** 0.70** 0.61** PP 0.47** 0.56** 0.53** JB 0.39** 0.89** BB 0.63**

Tabel 7. Koefisien Korelasi Masing-masing Karakter

(10)

Karakter diameter batang dan lebar kanopi menunjukkan korelasi yang sangat nyata terhadap bobot buah per tanaman (r=0.44 dan r=0.45). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar diameter dan lebar kanopi, maka bobot buah per tanaman akan semakin besar pula. Batang merupakan salah satu organ tumbuhan yang mampu berfotosintesis. Hasil fotosintesis dapat disimpan sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan dalam bentuk buah. Oleh karena itu peningkatan diameter batang dapat mendukung produksi buah, begitu pula lebar kanopi. Semakin lebar kanopinya, maka daun akan semakin banyak tumbuh dan berfotosintesis.

Umur berbunga dan umur panen berkorelasi negatif terhadap bobot buah per tanaman secara sangat nyata (r=-0.23 dan r=-0.42). Hal ini menunjukkan bahwa semakin pendek umur berbunga dan umur panen, maka bobot buah per tanaman akan semakin meningkat. Karakter lain yang berkorelasi secara nyata terhadap bobot buah per tanaman adalah karakter diameter pangkal buah (r=0.45), diameter tengah buah (r=0.28), diameter ujung buah (r=0.23), dan panjang petiol (r=0.53).

Jumlah buah menunjukkan korelasi tertinggi terhadap bobot buah per tanaman (r=0.89), diikuti dengan bobot per buah (r=0.63) dan panjang buah (r=0.61). Berdasarkan penelitian Ganefianti et al. (2006) karakter yang memiliki korelasi tinggi terhadap bobot buah per tanaman adalah jumlah buah dan panjang buah. Karakter bobot per buah, jumlah buah, dan panjang buah merupakan karakter daya hasil, sehingga nilai korelasinya sangat besar dan nyata.

Analisis Lintasan

Berdasarkan 13 karakter yang diamati, hanya sembilan karakter yang dapat dianalisis dengan menggunakan analisis lintasan. Sembilan karakter tersebut yaitu diameter batang (cm), lebar kanopi (cm), umur berbunga (HST), diameter pangkal buah (mm), diameter tengah buah (mm), panjang buah (cm), panjang petiol (cm), jumlah buah, dan bobot per buah (g).

Berdasarkan analisis lintasan maka nilai korelasi antar karakter-karakter di atas terhadap bobot buah per tanaman dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengaruh langsung dan tidak langsung yang ditunjukkan pada Tabel 8.

(11)

Tabel 8. Koefisien Korelasi Lintas Masing-masing Karakter terhadap Karakter Bobot Buah per Tanaman Cabai Karakter Pengaruh

langsung (C)

Pengaruh tidak langsung (Z)

rxy Selisih DB LK UB DPB DTB PB PP JB BB DB 0.0828 0.0172 0.0058 -0.0011 -0.0015 -0.0030 -0.0072 0.2717 0.0735 0.44** 0.3554 LK 0.0288 0.0496 0.0016 -0.0007 -0.0015 -0.0052 -0.0078 0.3086 0.0804 0.45** 0.4249 UB -0.0387 -0.0123 -0.0012 0.0018 0.0032 0.0035 0.0039 -0.1219 -0.0650 -0.23** -0.1881 DPB -0.0122 0.0073 0.0017 0.0057 -0.0165 -0.0063 -0.0128 0.1743 0.3092 0.45** 0.4626 DTB -0.0238 0.0053 0.0018 0.0052 -0.0084 -0.0026 -0.0071 0.0663 0.2399 0.28** 0.3003 PB -0.0187 0.0134 0.0081 0.0071 -0.0041 -0.0033 -0.0159 0.3553 0.2641 0.61** 0.6247 PP -0.0305 0.0196 0.0074 0.0050 -0.0051 -0.0056 -0.0098 0.3357 0.2115 0.53** 0.5587 JB 0.7207 0.0312 0.0123 0.0065 -0.0029 -0.0022 -0.0092 -0.0142 0.1472 0.89** 0.1687 BB 0.3777 0.0161 0.0061 0.0067 -0.0099 -0.0151 -0.0131 -0.0171 0.2808 0.63** 0.2545

Keterangan: DB = diameter batang; LK = lebar kanopi; UB = umur berbunga; DPB = diameter pangkal buah; DTB = diameter tengah buah; PB = panjang buah; PP = panjang petiol; JB = jumlah buah; BB = bobot per buah; ** = berbeda sangat nyata.

(12)

Nilai total diantara kedua pengaruh tersebut merupakan nilai korelasi antar karakter dengan bobot buah per tanaman yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi tunggal pada analisis sebelumnya. Nilai selisih antara korelasi antar karakter dan bobot buah per tanaman dengan pengaruh langsungnya merupakan nilai total pengaruh tidak langsungnya.Menurut Hutagalung dalam Budiarti et al. (2004) apabila nilai koefisien korelasi tunggal hampir sama besar dengan pengaruh langsungnya (perbedaannya tidak lebih dari 0.05) maka koefisien tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung terhadap variabel tersebut akan sangat efektif. Penentuan karakter-karakter yang dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang efektif dapat dilihat dari besarnya pengaruh langsung terhadap hasil (Pih), korelasi antara karakter dengan hasil (rih), dan selisih antara korelasi antar karakter dan hasil dengan pengaruh langsung karakter tersebut terhadap hasil (rih–Pih) kurang dari 0.05. Jika ketiga hal tersebut dipenuhi, maka karakter tersebut sangat efektif sebagai kriteria seleksi untuk menduga hasil.

Berdasarkan Tabel 8, karakter jumlah buah memiliki pengaruh langsung yang sangat besar terhadap bobot buah per tanaman (C=0.7207). Hal ini selaras dengan nilai koefisien korelasi antara jumlah buah dan bobot buah per tanaman yang bernilai besar dan sangat nyata (r=0.89). Karakter bobot per buah juga memiliki nilai pengaruh langsung yang cukup besar (C=0.3777), sedangkan pengaruh tidak langsungnya melalui jumlah buah sebesar 0.2808. Hubungan pengaruh tidak langsung ini terjadi karena pada tanaman cabai keriting (IPB C120) bobot per buah lebih kecil dibandingkan dengan cabai besar (IPB C5), sedangkan jumlah buah per tanamannya lebih banyak, sehingga bobot per buah dapat berpengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman melalui jumlah buah.

Karakter diameter tengah buah memiliki nilai pengaruh langsung yang negatif sangat kecil (C=-0.0238), sedangkan pengaruh tidak langsungnya melalui bobot buah bernilai positif cukup besar (Z=0.2399). Fenomena ini dapat terjadi karena tetua IPB C120 memiliki buah dengan diameter dan bobot per buah yang kecil tetapi jumlahnya banyak, sedangkan tetua IPB C5 memiliki buah dengan diameter dan bobot per bobot yang besar akan tetapi jumlahnya sedikit. Hal ini mengakibatkan bobot buah per tanaman pada IPB C120 lebih tinggi dari IPB C5.

(13)

Karakter lebar kanopi, umur berbunga, diameter pangkal buah, diameter tengah buah, panjang buah, dan panjang petiol memiliki nilai pengaruh langsung yang sangat kecil. Menurut Hutagalung dalam Budiarti et al. (2004) nilai pengaruh langsung yang kurang dari 0.05 dapat diabaikan, sedangkan menurut Nasution (2008) jika pengaruh totalnya besar, namun pengaruh langsungnya negatif atau kecil sekali, maka karakter-karakter yang berperan secara tidak langsung harus dipertimbangkan. Karakter lebar kanopi, panjang buah, dan panjang petiol berpengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman melalui jumlah buah masing-masing sebesar 0.3086, 0.3553, dan 0.3357. Karakter diameter pangkal buah berpengaruh tidak langsung melalui bobot buah per tanaman melalui bobot buah sebesar 0.3092.

Menurut Wirnas et al. (2005) analisis lintasan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kriteria seleksi. Guna melakukan seleksi tidak langsung maka karakter yang digunakan sebagai kriteria seleksi harus diwariskan dan berkorelasi positif dengan karakter yang akan diseleksi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter jumlah buah dan bobot per buah dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang berpengaruh langsung terhadap bobot buah per tanaman, sedangkan karakter lebar kanopi, panjang buah, panjang buah, panjang petiol, dan diameter panjang buah dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang berpengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman. Karakter-karakter yang dijadikan kriteria seleksi tersebut tunjukkan pada Gambar 11.

Keterangan: BBT = bobot buah per tanaman; JB = jumlah buah; BB = bobot per buah; LK = lebar kanopi; PB = panjang buah; PP = panjang petiol; DPB = diameter pangkal buah; Cs = nilai sisa.

(14)

Nilai sisa dari analisis lintasan sebesar 0.3187. Hal ini berarti bahwa 31.87 % karakter bobot buah per tanaman dipengaruhi oleh karakter lain selain dari sembilan karakter yang dianalisis. Semakin kecil nilai sisa yang diperoleh, maka semakin efektif karakter-karakter tersebut menjelaskan pengaruhnya terhadap karakter bobot buah per tanaman.

Seleksi

Kegiatan seleksi dilakukan berdasarkan kriteria seleksi dengan persentase seleksi sebesar 10 % (intensitas seleksi bernilai 1.79). Karakter-karakter yang dijadikan sebagai kriteria seleksi dipilih berdasarkan nilai heritabilitas, korelasi, dan pengaruh langsung terhadap bobot buah per tanaman. Menurut Wirnas et al. (2006) karakter yang digunakan dalam kriteria seleksi untuk daya hasil selain berkorelasi positif dengan daya hasil, juga harus harus memiliki nilai heritabilitas yang tinggi sehingga akan diwariskan pada generasi berikutnya. Moeljopawiro (2002) mengemukakan bahwa selain memiliki nilai heritabilitas dan korelasi yang tinggi, kriteria seleksi juga harus memiliki nilai ekonomi.

Karakter yang dijadikan sebagai kriteria seleksi adalah jumlah buah danbobot per buah. Jumlah buah dan bobot buah merupakan karakter yang memiliki korelasi yang tinggi terhadap bobot buah per tanaman (r=0.89 dan r=0.63). Kedua karakter tersebut juga memiliki pengaruh langsung yang tinggi terhadap bobot buah per tanaman (C=0.7207 dan C=0.3777). Akan tetapi karakter jumlah buah memiliki nilai heritabilitas yang rendah (18.42 %), sedangkan bobot per buah memiliki nilai heritabilitas sedang (39.28 %). Oleh karena itu dipilih kembali karakter lain yang nilai korelasi dan heritabilitasnya cukup tinggi. Karakter lebar kanopi, panjang buah, dan panjang petiol memiliki pengaruh tidak langsung yang cukup tinggi terhadap bobot buah per tanaman melalui jumlah buah, sedangkan diameter pangkal buah berpengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman melalui bobot buah.

Seleksi daya hasil lebih efisien dilakukan secara tidak langsung berdasarkan indeks seleksi. Menurut Syukur et al. (2009) seleksi berdasarkan indeks seleksi dapat dihitung dengan nilai pembobot (a) yang besarnya ditentukan oleh nilai ekonomi, korelasi genotipe, korelasi fenotipe, dan nilai heritabilitas. Bobot buah

(15)

per tanaman sebagai karakter utama daya hasil yang memiliki nilai ekonomi tinggi diberi nilai pembobot sebesar lima. Karakter jumlah buah dan bobot buah sebagai karakter yang berpengaruh langsung terhadap bobot buah per tanaman diberi nilai pembobot tiga. Karakter lebar kanopi, panjang buah, panjang petiol, dan diameter pangkal buah sebagai karakter yang berpengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman diberi nilai pembobot satu.

Kegiatan seleksi menghasilkan 18 genotipeyang berpotensi memiliki daya hasil tinggi. Genotipe hasil seleksi tersebut adalah genotipe nomor 5, 98, 99, 48, 57, 97, 102, 94, 47, 68, 109, 19, 2, 160, 183, 62, 53, dan 8. Genotipe terpilih dianggap lebih baik dengan bobot buah per tanaman yang lebih tinggi dari nilai tengah populasi F2 yang diuji. Genotipe yang menghasilkan bobot buah per tanaman paling tinggi adalah genotipe nomor 5 dengan bobot buah per tanaman mencapai 1139.91 g, sedangkan genotipe nomor 109 memiliki bobot buah per tanaman paling kecil dibandingkan genotipe terpilih lain sebesar 572.44 g.

Selain dilakukan seleksi berdasarkan indeks seleksi, kegiatan seleksi juga dilakukan secara visual dengan memilih genotipe yang memiliki karakter sesuai dengan idiotipe yang dikehendaki. Idiotipe yang dikehendaki dari genotipe populasi F2 adalah memiliki arsitektur tanaman yang bagus, yaitu berbuah lebat dan habitus tanaman bersifat intermediate dimana perbandingan antara tinggi tanaman dan lebar kanopi setara, sehingga dapat menopang pertumbuhan buah secara optimum. Selain itu idiotipe buah yang diharapkan berupa buah yang panjang, diameter buah besar, dan permukaan kulit buah yang keriting atau semi keriting, sehingga dapat tahan terhadap penyakit antraknosa dan berdaya hasil tinggi. Berdasarkan 18 genotipe terpilih terdapat tujuh genotipe yang sesuai dengan idiotipe yang diharapkan. Genotipe tersebut terdiri atas genotipe nomor 57, 97, 47, 2, 62, 53, dan 8.

Gambar

Gambar  8.  Kondisi  Tanaman  di  Lapangan  pada  7  MST:  kiri)  tetua  P1      (IPB C120); tengah) tetua P2 (IPB C5); kanan) F2 (IPB C120  x IPB C5)
Tabel 2. Pengamatan Karakter Kualitatif pada Kedua Tetua
Gambar 10. Warna Anter pada Bunga Cabai: ungu kuning; biru; hijau; dan  ungu pucat.
Tabel 4. Hasil Khi Kuadrat Fenotipe Populasi F2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis; (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan macromedia flash ; (2) respons siswa terhadap

Target utama dari Arimaya Steak dan Pasta ini adalah masyarakat di kota Palembang namun tidak menutup kemungkinan masyarakat dari kota lain dengan rentang usia 30-50 tahun

Ketiga, karena sistem perladangan dilakukan dengan cara berpindah-pindah, maka jumlah lahan yang dimiliki juga relatif lebih dari satu, sehingga ini juga merupakan

Unit Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Industri pupuk X mempunyai unit penanggulangan kebakaran yaitu bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran (KPK). Unit

Dari kurva ini memperlihatkan bahwa pada pengujian di bulan ke 3, clay shale menunjukkan penurunan tingkat durabilitas dari medium durability ke low durability ,

Jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia (p=0,027) dimana pasien berjenis kelamin perempuan lebih rentan mengalami anemia.Durasi terapi merupakan

Berdasarkan hasil pengujian pada sel aki mengenai pengaruh variasi konsentrasi NaCl 50%, 60%, dan 70% untuk mengembalikan kemampuan penyimpanan listrik, maka