• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

45 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation Diintegrasikan Dengan Lembar Kerja Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa SMANegeri 1 Madapangga

Nurfathurrahmah

Abstrak: Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe group investigation diintegrasikan dengan lembar kerja siswa terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Madapangga, dan untuk mengetahui perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation diintegrasikan lembar kerja dengan pembelajaran langsung terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Madapangga. Penelitian ini adalah quasi eksperimen yang dibagi menjadi dua kelompok, pertama diberi pembelajaran dengan model kooperatif tipe group investigation diintegrasikan dengan lembar kerja siswa dan kelompok kedua sebagai kontrol berupa model pembelajaran langsung. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh yang signifikan pembelajaran kooperatif tipe group investigasi diintegrasikan dengan lembar kerja terhadap motivasi belajar dan h asil belajar siswasiswa SMA Negeri 1 Madapangga (p < 0.05, dengan sig. 0,000) dan (p < 0.05, dengan sig. 0,000) (2) Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation diintegrasikan lembar kerja dengan pembelajaran langsung terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Madapangga (p < 0.05, dengan sig 0.000dan ( p < 0.05, dengan sig 0.000).

Kata Kunci: Group investigation, Motivasi belajar, Hasil belajar

PENDAHULUAN

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA/MA, yang mencakup tiga komponen yaitu produk, proses, dan sikap. Keseluruhan komponen tersebut haruslah terealiasasi dalam proses pembelajaran karena yang diharapkan kedepannya dapat meningkatkan kemampuan akademik, melatihkan keterampilan berbicara dan bersosialisasi, sekaligus menanamkan moralitas kepada siswa.

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran biologi siswa masih kurang

optimal. Hal ini ditandai dengan skor hasil ulangan harian rata-rata 50%, nilai tersebut jauh di bawah standar KKM sebelum di remedial. Asumsi dasar yang menyebabkan pencapaian kompetensi mata pelajaran biologi siswa kurang optimal disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Proses belajar mengajar biologi masih terfokus pada guru (teacher-centered) dan kurang terfokus pada siswa, sehingga mereka hanya melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru, siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan

(2)

46 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 minat dan keinginannya. Siswa tidak

diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Hal ini mengakibatkan suasana belajar yang tidak menyenangkan sehingga membuat materi yang diajarkan kurang diminati dan membosankan bagi siswa. Kebosanan siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang kurang memperhatikan pada saat guru mengajar dan cenderung pasif.

Selain itu, juga dipicu oleh kurangnya pemanfaatan perangkat pembelajaran biologi oleh guru yang berbasis aktifitas, sehingga siswa cenderung menghafal konsep tanpa disertai dengan pemahaman yang baik, siswa kurang berpeluang untuk belajar mandiri, memberdayakan logika yang dimilikinya untuk memahami dan menyatakan konsep-konsep biologi yang dipelajari. Mereka hanya menjadi pendengar yang baik terhadap konsep yang diberikan tanpa ikut terlibat dalam mengkonstruksi konsep dan prinsip secara mandiri.

Di samping itu, penerapan model, pendekatan, strategi, metode dalam PBM masih perlu mendapat perbaikan sehingga dapat menimbulkan interaksi timbal balik antara guru dan siswa. Seorang guru harus mampu menyajikan materi dengan

menerapkan model yang mampu mengubah suasana belajar menjadi asyik dan menyenangkan, sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.

Berdasarkan masalah–masalah tersebut maka guru di tuntut untuk lebih inovatif dalam menentukan model pembelajaran. Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, psikomotor dan afektif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Slavin (1995)

(3)

47 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 dalam Sanjaya (2010) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan, ada dua alasannya yaitu: (1) beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dari orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri, (2) pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengadakan perbaikan dan inovasi dalam pembelajaran yang cocok untuk diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (investigasi kelompok). Group investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa memilih sub topik yang ingin dipelajari

dan topik biasanya ditentukan oleh guru, selanjutnya melakukan investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresestasikan laporannya di depan kelas secara keseluruhan (Trianto, 2009).

Narudin (2009) mengemukakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks diantaranya: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, (3) siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, (4) adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Menurut Santyasa (2009) bahwa apabila pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok-kelompok kecil menggunakan seting pembelajaran kooperatif tipe group investigation, pertanyaan-pertanyaan resitasi dan konstruksi tetap diacu untuk memediasi pembelajaran. Namun, pertanyaan resitasi dan konstruksi tersebut hendaknya dituangkan dalam lembaran kerja (LK). Peranan LK tersebut juga untuk memandu siswa dalam melakukan investigasi.

(4)

48 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 Berdasarkan atas permasalahan

tersebut tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe group investigation diintegrasikan dengan lembar kerja terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar kognitif siswa SMA Negeri 1 Madapangga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah quasi eksperimen menggunakan kelompok ekperimen berupa Penelitian dilaksanakan pada SMA Negeri 1 Madapangga. Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Postest Control Group Design. Adapun gambaran rancangan:

Tabel 1. Rancangan penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes A B O1 O3 X1 X2 O2 O4 (Sumber: Sugiyono, 2010). Keterangan: A : Pembelajaran menggunakan

model group investigation yang diintegrasikan dengan lembar kerja

B : Pembelajaran menggunakan

model group investigation yang diintegrasikan dengan lembar kerja

X1 : Pembelajaran menggunakan

model pembelajaran langsung X2 : Pembelajaran kooperatif tipe

group investigation yang

dintegrasikan dengan lembar kerja

O1 & O3 : Pretes untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol

O2 & O4 : Postes untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol

Instrumen penelitian digunakan berupa lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran, lembar observasi aktivitas guru mengelola pembelajaran, angket motivasi belajar dan tes hasil belajar kognitif. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Motivasi belajar siswa dan hasil belajarr siswa diianalisis analisis dengan kovariansi (Anakova). Analisis statistik ini dibantu dengan program analisis statistik SPSS 15,0 for Windows, dilakukan dengan taraf signifikansi 5%.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data Skor Angket Motivasi Belajar

Rekap skor dinyatakan dalam bentuk persentase selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kategori. Rangkuman dari data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut ini

(5)

49 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri

1 Madapangga Nilai Kriteria

Eksperimen Persentase (%) Kontrol Persentase (%)

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

81-100 Tinggi Sekali 10 23 31.25 71.88 7 15 21.88 46.87 61-80 Tinggi 22 9 68.75 28.13 25 17 78.12 53.13 41-60 Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0 21-40 Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0-20 Rendah Sekali 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 32 32 100 100 32 32 100 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Madapangga pada dasarnya tinggi. Hal ini terlihat dari distribusi skor motivasi belajar siswa yang hanya terpusat pada kategori tinggi dan tinggi sekali baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Sedangkan apabila skor motivasi belajar siswa dibandingkan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, terlihat adanya perbedaan. Pada kelas eksperimen, persentase motivasi belajar awal sebesar 31.25% dan akhir 71.88%, jadi meningkat sebesar 40.63% pada kriteria sangat tinggi, sedangkan pada kriteria tinggi terjadi penurunan sebesar 40.62% dari motivasi awal sebesar 68.75% dan motivasi belajar akhir sebesar 28.13%. Sedangkan pada kelas kontrol, persentase

motivasi belajar awal sebesar 21.88% dan akhir 46.87%, jadi meningkat sebesar 25.01% pada kriteria sangat tinggi, sedangkan pada kriteria tinggi terjadi penurunan sebesar 24.99% dari motivasi awal sebesar 78.12% dan motivasi belajar akhir sebesar 21.88%. Sedangkan rata-rata skor motivasi belajar siswa tergambar pada Gambar 1 berikut ini

Gambar 1 Diagram Rata-Rata Skor MotivasiBelajar

(6)

50 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 Berdasarkan Gambar 1 di atas terlihat

bahwa rata-rata skor motivasi belajar awal pada kelas kontrol terdapat pada kategori tinggi dan kelas eksperimen terdapat pada kategori tinggi. Sementara itu rata-rata motivasi belajar akhir pada kelompok kontrol masih tetap berada pada kategori tinggi, sedangkan pada kelompok eksperimen meningkat menjadi kategori sangat tinggi. Jadi setelah proses pembelajaran, terjadi peningkatan motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dari kategori tinggi menjadi sangat tinggi, sedangkan kelas kontrol tetap pada kategori tinggi, akan tetapi tetap

mengalamipeningkatan rata-rata skor meskipun peningkatannya tidak terlalu besar.

Deskripsi Skor Hasil Belajar Kognitif

Pengelompokan skor hasil belajar kognitif siswa merujuk pada sistem penilaian pada SMA Negeri 1 Madapangga. Berdasarkan pada pedoman tersebut, rata-rata skor hasil belajar kognitif 0-34 dikategorikan sangat kurang, 35-54 kategori kurang, 55-64 kategori sedang, 65-84 kategori tinggi, dan 85-100 kategori sangat tinggi. Skor hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rangkuman dari data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Madapangga

Nilai Kriteria Eksperimen Persentase (%) Kontrol Persentase (%) Pretes Postes Pretes Postes Pretes Postes Pretes Postes

85-100 Tinggi Sekali 0 17 0 53.13 0 2 0 6.25 65-84 Tinggi 0 13 0 40.63 0 22 0 68.80 55-64 Cukup 3 2 9.38 6.25 1 7 3.13 21.90 35-54 Kurang 21 0 65.63 0 23 1 71.88 3.10 0-34 Sangat Kurang 8 0 25.00 0 8 0 25.00 0 Jumlah 32 32 100 100 32 32 100 100

Pada Tabel 3, terlihat bahwa pada pretes kelas eksperimen persentase siswa yang memperoleh nilai sangat kurang 25.00%, kurang 65.63%, cukup 9.38%, dan

tidak ditemukan adanya siswa yang memiliki nilai tinggi dan sangat tinggi. Pada saat postes persentase siswa yang memperoleh nilai cukup 6.25%, tinggi

(7)

51 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 40.63%, tinggi sekali 53.13 %, dan tidak

ditemukan adanya siswa yang memiliki nilai kurang dan sangat kurang. Sedangkan pada pretes kelas kontrol persentase siswa yang memperoleh nilai sangat kurang adalah 25.00%, kurang 71.88%, cukup 3.13%, dan tidak ditemukan adanya siswa yang memiliki nilai tinggi dan sangat tinggi. Pada saat postes persentase siswa yang memperoleh nilai kurang 3.10%, cukup 21.90%, tinggi 68.80%, tinggi sekali 6.25 %, dan tidak ditemukan adanya siswa yang memiliki nilai sangat kurang. . Gambar 2 di bawah ini menggambarkan rata-rata skor hasil belajar kognitif keseluruhan siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada pretes dan postes

Gambar 2 Diagram Rata-Rata Skor Hasil Belajar Kognitif

Dari Gambar 2 terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa sebelum proses

pembelajaran (pretes) berada pada kategori kurang, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Sementara itu, skor hasil belajar kognitif siswa sesudah proses pembelajaran (postes) mengalami peningkatan yang bervariasi. Kelas kontrol meningkat dari kategori kurang (40.34) menjadi kategori tinggi (70.17), sedangkan kelas eksperimen setelah proses pembelajaran (postes) meningkat dari kategori kurang (40.98) menjadi kategori sangat tinggi (85.09).

Dari hasil rata-rata nilai psikomotor untuk kelas eksperimen 88.13 dan nilai afektif 89.75 dengan kategoti amat baik. Sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata nilai afektif 78.69 dengan kategori baik, namun ada lima orang yang mempunyai nilai 64 dengan kategori kurang. Nilai psikomotor untuk kelas kontrol tidak diukur. Data selengkapnya nilai psikomotor dan afektif baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Apabila distribusi skor hasil belajar siswa dikelompokkan dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan di SMA Negeri 1 Madapangga, maka rangkumannya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

(8)

52 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan

Kategorisasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Madapangga

Pada Tabel 4 terlihat bahwa pada kelas eksperimen, siswa yang tuntas adalah 29 orang atau 90.63% dan yang tidak tuntas 3 orang atau 9.38%. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa yang tuntas adalah 18 orang atau 56.25% dan yang tidak tuntas 14 orang atau 13.75%. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Madapangga disebabkan karena pada kelas eksperimen dimana guru menerapkan pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang diintegrasikan dengan lembar kerja, semangat belajar siswa sudah terlihat meningkat pada saat pembagian tugas dalam kelompok, mereka mulai menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dan sumber apa yang mereka butuhkan. Motivasi siswa juga terlihat meningkat pada saat siswa mulai melakukan investigasi terhadap tumbuhan yang ada dihadapan mereka, dimana siswa aktif mengamati ciri-ciri tumbuhan sesuai

dengan petunjuk LK, bahkan ada beberapa siswa yang membuka internet sebagai salah satu sumber untuk mendukung dalam penyelesaian tugas yang telah diberikan. Hal lain yang paling nampak adalah siswa sering menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sharan (1990) dalam Isjoni (2009) bahwa siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Sedangkan menurut Samani (1996) dalam Santyasa (2009) menyatakan bahwa jika para siswa memiliki keterampilan investigasi kelompok tingkat mahir, mereka memiliki keterampilan mengelaborasi suatu konsep yang menghasilkan suatu pemahaman lebih dalam dan kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi yang pada akhirnya menumbuhkan motivasi positif dan sikap yang lebih baik. Sedangkan menurut Sutama (2007) mengemukakan bahwa kesiapan siswa dalam belajar juga bisa dipandang sebagai faktor pendorong bagi pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Kesiapan fisik dan mental dalam belajar ada kaitannya dengan motivasi siswa dalam belajar. Semakin kuat motivasi siswa dalam Nil

ai Kriteria

Frekuensi Persentase (%) Eks Kont Eks Kont

≥ 70 Tuntas 29 18 90.63 56.25 < 70 Tidak Tuntas 3 14 9.38 43.75 Jumlah 32 32 100 100

(9)

53 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 belajar maka akan semakin dini ia

menyiapkan mental dan fisiknya dalam belajar.

Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Naruddin (2009) yang menyatakan bahwa adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran. Sedangkan hasil penelitian Arimbawa (2007:8) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran group investigation dalam proses pembelajaran mata kuliah metode penelitian, ternyata mampu meningkatkan motivasi dan responbilitas mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Kegiatan investigasi yang dilakukan secara berkelompok, ternyata dapat menggairahkan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan

Pengujian Hipotesis Motivasi Belajar

Uji anakova diperoleh p-level lebih kecil dari ά 0.05 (p < 0.05) dengan sig. 0,000. Hal ini berarti bahwa Ho yang menyatakan bahwa “Tidak ada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang diintegrasikan dengan lembar kerja terhadap motivasi belajar“ tidak diterima Sementara hasil uji t terlihat bahwa t hitung untuk motivasi belajar dengan equal variance assumed adalah 4.678 dengan sig 0,000. Oleh karena sig 0,000 < 0.005, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation diintegrasikan LK dengan model pembelajaran langsung terhadap motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Madapangga.

Hasil Belajar Kognitif

Uji anakova diperoleh p-level lebih kecil dari ά= 0.05 (p < 0.05) dengan sig. 0,000. Hal ini berarti bahwa Ho yang menyatakan bahwa “Tidak ada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang diintegrasikan dengan lembar kerja terhadap hasil belajar kognitif“ tidak diterima. Sementara hasil uji t independen untuk hasil belajar kognitif terlihat bahwa t hitung untuk hasil belajar

(10)

54 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 kognitif dengan equal variance assumed

adalah 6.916 dengan sig 0,000. Oleh karena sig 0,000 < 0.005, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation diintegrasikan dengan LK dengan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar kognitif siswa SMA Negeri 1 Madapangga.

Menurut penelitian hasil belajar yang tinggi dari pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini disebabkan karena siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang diintegrasikan dengan LK lebih semangat dan aktif dalam menerima pelajaran. Hal ini tampak pada siswa yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah, merencanakan, mempresentasikan serta mengevaluasi kegiatan mereka. Selain itu anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan tugas mereka. Bersama mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan tugas yang mereka hadapi, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa akan melakukan

apa, dan bagaimana mereka akan menampilkan hasil investigasi mereka yang sudah selesai ke hadapan kelas. Demikian juga halnya dengan pelaksanaan presentasi hasil investigasi yang berlangsung dalam suasana hangat dan seru. Masing-masing anggota kelompok saling adu agrumentasi tentang hasil investiagsi yang telah dilakukan. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang diintegrasikan dengan LK mampu memudahkan siswa dalam proses penerapan konsep dan akan lebih mudah memahami materi pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan temuan dalam penelitian Arimbawa (2007) yang mengemukakan bahwa penerapan metode group investigation dalam proses pembelajaran mata kuliah metode penelitian, pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dilakukan dalam usaha pencapaian target/sasaran materi perkuliahan. Di samping itu, penerapan metode group investigation merupakan salah satu strategi dalam usaha pemberian rangsangan (stimulus) untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Cara ini diharapkan dapat berpengaruh secara signifikan pada minat belajar mahasiswa dan sekaligus dapat meningkatkan mutu hasil belajar. Tujuan

(11)

55 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 dan sasaran akhir yang ingin dicapai adalah

peningkatan standar kompetensi mahasiswa dalam menguasai metode penelitian, di samping peningkatan kualitas hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh masing-masing mahasiswa setelah penerapan metode pembelajaran group investigation, akan semakin signifikan jika dikomparasikan dengan capaian hasil belajar oleh mahasiswa yang sama sebelum penerapam metode pengajaran baru (inovatif), atau dengan perkataan lain sebuah proses pembelajaran yang masih mempergunakan metode konvensional (ceramah-demontrasi) Sedangkan hasil penelitian Syaban (2010) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan daya matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran investigasi dan pembelajaran konvensional. Daya matematis siswa secara keseluruhan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran investigasi lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya secara konvensional.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran kooperatif tipe group investigasi yang diintegrasikan dengan lembar kerja berpengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Madapangga.

2. Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation diintegrasikan dengan lembar kerja dengan pembelajaran langsung terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa siswa SMA Negeri 1 Makassar. Hal tersebut terlihat dari rata-rata skor motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada berada pada kategori tinggi sekali

DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, I Made Gede, 2007. Penerapan Metode Group Investigation Untuk Meningkatkan Standar Kompetensi Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Metode Penelitian I. Laporan Hibah Pengajaran Program Due-Like Batch IV.

Denpasar: STSI

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Narudin, David. 2009. Pembelajaran Metode Group Investigation. http:// akhmadsudrajat .wordpress.com/ 2009/06/20/strategi-pembelajaran-

kooperatif-metode-group-investigation/. Diakses 5 Januari 2015.

Safari. 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: APSI Pusat. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi

(12)

56 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015 Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group. Santyasa, I Wayan . 2009. Pengembangan

Pemahaman Konsep

DanKemampuan

Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa Sma Dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok.

Error! Hyperlink reference not valid..Com/Santyasa/Pdf2/Pengemb angan_Pemahaman_Konsep.Pdf. Diakses tanggal 5 Januari 2015 Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning.

Bandung: Nusa Media

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. S u t a m a. 2007. Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Pengembangan Kreativitas Mahasiswa. FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta . Jurnal Varidika (online), Vol. 19, No. 1. Syaban, Mumun. 2010.

Menumbuhkembangkan Daya Dan Disposisi Matematis Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran Investigasi. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Budaya(online). Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Trianto. 2009. Mendasain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana

Gambar

Gambar 1 Diagram Rata-Rata Skor  MotivasiBelajar
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Madapangga

Referensi

Dokumen terkait

 Saling tukar informasi tentang materi Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan

Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas, saudara tidak dapat hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli untuk melakukan

Di samping itu ditunjukkan juga dalam simulasi ini pengaruh perubahan parameter serat optis dan sistem komunikasi optis terhadap besarnya daya sinyal FWM yang dibangkitkan..

The opportunity for innovative cooperation in the form of change projects that generated by the Diklatpim alumni in regional government is important because if the change

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

(b) jika terjadi kesalahan hasil pengalian antara volume dengan harga satuan pekerjaan maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan volume pekerjaan sesuai dengan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/CK-06/POKJA/2015 tanggal 25 Mei 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor

JKT48 Surakarta adalah salah satu fanbase yang berasal dari