PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH
(Studi Empiris BPRS di DIY dan Jawa Tengah)
THE INFLUENCE OF INTEREST AND, PROFIT SHARING RATES, INFLATION, AND SIZE OF ORGANIZATIONS TO MUDHARABAH
DEPOSITS
(Empirical Study in some BPRS in DIY and Central Java)
SKRIPSI
Oleh :
ZYAHWAN ALFIAN 20120420244
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MOTTO :
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu,
namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat
mengejarnya
Abraham Lincoln
Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan
bukanlah akhir yang gagal, namun keberanian untuk meneruskan kehidupan yang di perhatikan
Sir Winston Churchil
jika anda memiliki keberanian untuk memulai, anda juga memiliki keberanian untuk sukses
David Viscoot
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar
Khalifah ‘Umar
Yang Terbaik di antara kalian adalah mereka yang
berakhlak mulia
Nabi Muhannad SAW
Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi. Tindakan
tanpa visi hanyalah membuang waktu. Visi dengan tindakan akan mengubah dunia!
THANKS TOO..
1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat
dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah
SWT sang penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
2. Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak tauladan kehidupan
sehingga pada hari ini nikmat itu sungguh nyata saya rasakan atas ilmu
pengetahuan yang bermanfaat berkat beliau yang telah membawa kita hijrah ke
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
3. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi
serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah
lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari
orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas
kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk
kalian bapak dan ibuku.
4. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan
5. Saudara kandung saya (Mba Ikha dan Mba Dian), yang senantiasa memberikan
dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian
adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang
ku untuk kalian.
6. Buat keluarga besarku di Sumbawa Om Tuo, Om icceng, Tante totte, Tante Nia,
tante Hawiyah, Iis naini, yuli, kak amir dll. Yang selalu memberi dukungan dari
awal kuliah hingga dalam penyelsaian skripsi ini.
7. Buat keluarga besar “KOLONG LANGIT” Hamdan, Hendra, Rian, Elvan, Ali,
Dio, Tami, Aska, Umo, Oyong terima kasih sudah menjadi keluarga baru di
kehidupanku yang selalu mensupport, menyemangati dan memotivasi dalam
penyelsaian skripsi ini sungguh kalian luar biasa, bangga bisa mengenal kalian
semua, semoga Allah SWT memberikan jalan yang lurus buat kita yaitu
kesuksesan.
8. Buat Sahabat-sahabatku Dean, Pringgo,Rico, Hefi, Heny, Dian, Dessy, Agil,
kunto, Ipung, Phi tik, aldy kucing, monik, Dea dan banyak lagi, kalian selalu
memotivasiku dan memberi semangat dalam penyelsaian skripsi ini.
9. Keluarga besar “MAMPIS RUNGAN UMY” Aka Irawan, AAN, BOY, AI,
Astrid, Andika, Abi, Iqbal, Akim, Mita, eki Cepang, Dede,Dinda, Warda, dll.
Terima kasih banyak sudah memberi semangat dan motivasi yang luar biasa
10.Temen-temen IMM, Temen BEM dan SMA terima kasih sudah banyak ilmu dan
pengalaman yang kalian berikan serta semangat dan motivasi dalam penyelsaian
skripsi ini.
11.Teruntuk kamu sang pujaan hati Nurull terimakasih sudah memberikan kasih dan
sayang yang tulus, terimakasih do’a, support dan motivasi yang tiada henti
sehingga bisa menyelsaikan karya kecil ini
12.Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan, kemudahan, semangat
dalam proses penyelsaian skripsi ini.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………...ii
HALAMAN PENGESAHAN………..iii
3. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional………..17
4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………...18
5. Tujuan Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………18
6. Usaha Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………...19
7. Produk Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………19
8. Perbedaan BPR syariah dan BPR Konvensional………...27
11.Inflasi……….30
12.Ukuran Perusahaan………...32
13.Deposito Mudharabah………...33
B. Penurunan Hipotesis………...41
C. Kerangka Pemikiran………...47
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian………..48
B. Teknik Pengumpulan Data………..48
C. Jenis Data………...48
D. Teknik Pengambilan Sampel………...48
E. Defenisi Operasional Variabel………...49
F. Uji Kualitas Data……….52
G. Uji Analisis Regresi Linier Berganda………..55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian/Subyek penelitian………..59
B. Uji Validitas Data………62
C. Hasil Peneliti………...66
D. Pembahasan……….71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN LANJUTAN A. Simpulan………..76
B. Implikasi………..76
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Lanjutan………...78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional………..16
4.1 Daftar BPRS DIY dan Jawa Tengah yang Menjadi Subjek Penelitian………..59
4.2 Statistik Deskriptif………..60
4.3 Hasil Pengujian Normalitas Residual pada BPRS………..62
4.4 Hasil Pengujian Multikolinieritas pada BPRS…..………..63
4.5 Hasil Pengujian Autokorelasi pada BPR………64
4.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas pada BPRS………65
4.7 Hasil Pengujian Statistik F pada BPRS………..66
4.8 Hasil Pengujian Regresi Linier pada BPRS………67
ABSTRAK
Penelitian ini untuk menguji pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Deposito Mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan publikasi triwulan BPRS periode Desember 2014 hingga Desember 2015 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Dari hasil analisis yang dilakukan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa secara bersama-sama variabel independen (Tingkat suku bunga, Tingkat bagi hasil, Inflasi, dan Ukuran perusahaan) mampu mempengaruhi variabel dependen yaitu deposito mudharabah. Teknik analisis data menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap deposito mudharabah. (2) Tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah. (3) Inflasi tidak berpengaruh dan signifikan terhadap deposito mudharabah. (4) Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap deposito mudharabah.
ABSTRACK
This study aims to examine the influence of interest and, profit sharing rates, inflasion, and size of organizations to mudharabah deposits at Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). This study uses secondary data quarterly financial report that BPRS in December 2014 until December 2015 periode that published by the
Bank Indonesia. From the analysis carried out by preparing the obtained result that are collectively the same independent variables (Interest rates, profit sharing, inflation, and size of organizations) was able to influence the dependent variable that is mudharabah deposits. The methodology used is a linier regression model.
The results showed : (1) Interest rates is a significant negative effect on mudharabah deposits. (2)Pprofit sharing is a significant positive effect on mudharabah deposits. (3) Inflation is a significant negative effect on mudharabah deposits. (4) Size of organizations is a significant positive effect on mudharabah deposits.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Sebagaimana diketahui, kegiatan perbankan syariah di Indonesia baru
di mulai sejak tahun 1992. Pengaturan mengenai perbankan syariah pada saat
itu masih sangat terbatas. Adanya UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan,
belum dapat mengatur secara tegas mengenai perbankan syariah. Pada tahun
1998, lahir UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas UU No. 7 tahun
1992 tentang perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa bank dapat
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Adanya perubahan regulasi
tentang perbankan merupakan momen strategis bagi umat Islam Indonesia
untuk mendirikan lembaga keuangan yang berbasis nilai-nilai syariah (Islam)
selanjutnya dikenal dengan sebutan bank syariah. Melalui kelompok
cendikiawan muslim yang memiliki komitmen untuk mengembangkan
lembaga-lembaga keuangan Islam.
Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bank syariah diposisikan
sebagai bank umum (commercial bank) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) (rural bank). Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
dipertegas bahwa: pertama, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No.
10/1998, 9-10). Dari tahun ke tahun perkembangan perbangkan syariah
semakin meningkat, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah bank umum
syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) maupun bank pembiayaan syariah
(BPRS). Sejalan dengan berkembangnya BUS dan UUS, aset perbankan
syariah mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Tidak hanya pada aset
saja mengalami lonjakan yang cukup signifikan, akan tetapi hal ini juga terjadi
pada total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun, salah satunya deposito
mudharabah.
Salah satu bukti perkembangan perbankan syariah di Indonesia yaitu
dengan bertambahnya jaringan kantor bank syariah. Sedangkan menurut
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK posisi Mei industri perbankan
syariah terdiri atas 12 bank umum syariah, 22 unit usaha syariah, dan 162
BPR Syariah. Dari keseluruhan jumlah industri perbankan yang ada, total aset
mencapai Rp272,389 triliun dengan pangsa pasar baru 4,67%. Selama ini
aktivitas perbankan syariah menjadi tolok ukur utama dalam perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia. Keuangan syariah diperkirakan
melebihi 3 triliun dolar AS pada 2018 dari 1,8 triliun di 2014.
(www.ekbis.sindonews.com)
Peranan bank sangat penting dalam proses perekonomian di Indonesia
selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga
sistem pembayaran, serta otoritas moneter. Peran bank tersebut harus
diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan
kepercayaan sehingga minat masyarakat untuk menanamkan dananya menjadi
semakin meningkat.
Perbankan merupakan suatu sarana yang strategis dalam rangka
pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut terutama disebabkan
oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Perbankan
syariah kini telah menunjukkan perkembangan yang pesat seiring dengan
kemajuan pembangunan di Indonesia dan perkembangan perekonomin
internasional serta sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan
jasa perbankan (Nur, 2012).
Perkembangan perbankan syariah saat ini telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Perbankan syariah merupakan suatu
alternative sistem keuangan internasional yang memberikan peluang dalam
upaya penyempurnaan system keuangan internasional yang belakangan
dirasakan banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang
menyebabkan krisis perekonomian dunia. Sistem ekonomi syariah atau biasa
disebut dengan ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di
negara-negara Islam tetapi bahkan juga di negara-negara-negara-negara barat. Sebagian kalangan
melihat, Islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya sebagai faktor
bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin meningkat dan
berkembang bila di bebaskan dari nilai-nilai normatif (Pratami, 2011).
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah berdampak pada
terpuruknya fondasi perekonomian bangsa. Hampir semua sendi kehidupan
ekonomi terkena imbas dari krisis tersebut. Salah satunya adalah sektor
perbankan yang banyak disoroti di era krisis pada waktu itu (Adnan, 1999).
Menghadapi gejolak moneter yang diwarnai dengan tingkat suku bunga tinggi,
eksistensi perbankan syari’ah tidak tergoyahkan, karena perbankan Islam tidak
berbasiskan pada bunga. Konsep Islam adalah menjaga keseimbangan antara
sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan pembiayaan tidak
akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayainya (Arifin, 2000).
Oleh karena itulah, faktor pembiayaan yang diterapkan di perbankan
syari’ah memerankan posisi yang sangat penting untuk menjaga stabilitas
terhadap perkembangan sektor riil yang erat kaitannya dengan masyarakat
kelas menengah ke bawah, dengan memberikan produk-produk pembiayaan
syari’ah yang terbagi ke dalam lima kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunannya yaitu: (a) Pembiayaan dengan prinsip buyu’
(Murabahah, Salam, dan Istisna); (b) Pembiayaan dengan prinsip sewa
(Ijarah); (c) Pembiayaan dengan prinsip Syirkah (Musyarakah, Mudharabah,
Muzara’ah, dan Musaqah); (d) Fee based service atau jasa (Wakalah, Kafalah,
Hawalah, Rahn); dan (e) Produk Sosial (Qard al-Hasan)( Adnan, 2005).
Pada pasal 1 (butir 4) UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lintas pembayaran.
Secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan
sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan
prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2008 mengenai
perbankan syariah, pada pasal ayat 12 disebutkan bahwa prinsip syariah
adalah prinsip syariah Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
dibidang syariah. Aturan hukum mengenai BPRS mengacu pada
Undang-undang RI Nomor 21 tahun 2008 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI).
Karakteristik dan ciri khas yang menjadi keunggulan BPRS yaitu: Pertama
skala usaha yang kecil memungkinkan untuk mengadaptasi dengan cepat dan
responsive terhadap lingkungan bisnis. Kedua, lebih fleksibel sehingga memiliki peluang untuk berinovasi dan bereksperimen. Ketiga, meiliki banyak sumber keunikan yang berbasis budaya setempa. Keempat, dapat memanfaatkan peluang kecil yang ada. Kelima, mudah untuk bangkit kembali apabila menghadapi kondisi bisnis yang kurang menguntungkan.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki beberapa jenis
penghimpunan dana salah satunya adalah deposito Mudharabah yakni jenis investasi pada bank syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
saat jatuh tempo deposit, dilakukan dengan prinsip bagi hasil sebagai timbal
menggunakan prinsip bagi hasil, Pihak bank akan memberikan deposito
kepada masyarakat yang berlandaskan prinsip mudharabah dan akan membagi
hasil sesuai dengan kesepakatan yang tlah disetujui.
Kegiatan pada BPRS meliputi penghimpunan dana dan penyaluran
dana. Untuk dapat melangsungkan kegiatan pembiayaan, secara otomatis bank
harus memproleh dana dari penghimpunan dana pihak ketiga dalam hal ini
adalah deposito Mudharabah. Dalam melakukan penghimpunan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh para nasabah pada bank syariah, bank syariah
sebagai suatu unit bisnis harus memiliki ukuran perusahaan untuk mengukur
aspek yang dapat mempengaruhi jumlah penghimpunan dana pihak ketiga
dalam hal ini adalah deposito mudharabah yang dilakukan oleh (Andriyanti
dan wasilah (2010). Adapun dasar hukum tentang deposito syariah.
.ََشْخَيْلَوََنيِذلاَْوَلاَوُكَرَ تَْنِمَْمِهِفْلَخَ ةيِرُذا فاَعِضاوُفاَخَْمِهْيَلَعاوُق تَيْلَ فََهللااوُلوُقَ يْلَوَ لْوَ قا ديِدَس
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. an-Nisaa’:9).
َنِإََهللاَْمُكُرُمْأَيَْنَأاودَؤُ تَِتاَناَمَْْاَ ىَلِإاَهِلَْأاَذِإَوَْمُتْمَكَحََنْيَ بَِسانلاَْنَأاوُمُكْحَتَِلْدَعْلاِبَۚ َنِإََهللاامِعِنَْمُكُظِعَيَِهِبَۚ
َنِإََهللاََناَكا عيِمَسا ريِصَب
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. an-Nisaa’ : 58 ).
Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin
menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, dimungkinkan
pihak kreditor tertarik menanamkan dananya ke perusahaan. Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dari besarnya total asset
yang dimiliki perusahaan. Asset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan nasabah dilihat dari penjelasan tersebut
bahwa perkembangan dana pihak ketiga pada bank syariah tidak terlepas dari
berbagai macam faktor yang mendasarinya. Salah satu bentuk dana pihak
ketiga pada bank syariah adalah deposito mudharabah, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi deposito mudharabah baik secara positif dan negatif. Terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh
terhadap deposito mudharabah, yaitu tingkat suku bunga , dan tingkat bagi hasil, inflasi dan ukuran perusahaan.
Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang deposito
mudharabah pada perbankan syariah yaitu bank BPRS di DIY dan Jawa
Tengah yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan periode 2014-2015.
memungkinkan adanya faktor-faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan
perkembangan deposito mudharabah. Adapun faktor-fakor yang akan
yaitu tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil, tingkat inflasi dan ukuran
perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rilla (2013). Penelitian ini
memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dibuat mengikuti
saran dan implikasi dari penelitian terdahulu. Penelitian ini menambahkan
variabel independen yaitu Inflasi yang merujukpada penelitian Andriyanti dan
Masilah (2010) dan Muttaqin (2014) sehingga penelitian ini merupakan
kompilasi dari penelitian-penelitian tersebut diatas.
Penelitian ini tidak mengubah objek penelitian, dimana penelitian
sebelumnya menggunakan objek bank syariah yaitu BPRS (Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah) yang ada di DIY dan Jawa Tengah periode 2011 hingga 2012.
Pada penelitian ini hanya menambah sampel yang sebelumnya mengunakan
sampel sebanyak 17 bank pada periode September 2011 hingga September
2012 ditambah menjadi 22 bank pada periode Desember 2014 hingga
Desember 2015.
B. Batasan Masalah
Dari banyak faktor yang diukur secara kuantitatif yang mempengaruhi
deposito mudharabah, maka dalam penelitian ini hanya membatasi variabel
ini menggunakan data laporan keuangan publikasi tahunan BPRS di DIY dan
Jawa Tengah periode Desember 2014 hingga Desember 2015.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap deposito mudharabah
pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah?
2. Apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap deposito mudharabah
pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah?
3. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di
DIY dan Jawa Tengah?
4. Apakah ukuran perusaan berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada
BPRS di DIY dan Jawa Tengah?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menguji apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap
deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.
b. Untuk menguji apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap
deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.
c. Untuk menguji apakah inflasi berpengaruh terhadap deposito
d. Untuk menguji apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang penulis peroleh dari
bangku kuliah pada program S1 Jurusan Akuntansi konsentrasi
syariah. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan dan pemahaman
bagi penulis tentang pengaruh tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil
inflasi dan ukuran perusahaan terhadap deposito mudharabah
khususnya pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang
Akuntansi dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan tentang perbankan syariah. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti
sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti
tentang perbankan syariah.
3. Bagi Perbankan Syariah
Pengaruh tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil, Inflasi dan
dapat dibahas lebih lanjut. Kajian penelitian ini dapat bermanfaat
untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah mengenai
Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu deposito mudharabah. 4. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank syariah
terutama terkait dengan produk deposito mudharabah.
5. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan
akuntansi syariah. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai
bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut (bagi yang berminat) di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian
1. Teori Stakeholder
Teori Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial
yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Yang
termasuk dalam stakeholder yaitu shareholder, kreditur, karyawan, pelanggan, supplier, pemerintah, masyarakat dan sebagainya. Stakeholder
terbagi menjadi dua yaitu stakeholder primer dan sekunder (Brooks, 2004).
Stakeholder primer adalah individu atau kelompok yang tanpa keberadaannya perusahaan tidak mampu survive untuk going concern, meliputi shareholder dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok, bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu pemerintah dan komunitas. Stakeholder sekunder didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi
perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi
perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya.
Bagi bank, deposan merupakan keberadaan yang vital, karena bank
membutuhkan dana dari deposan sebagai salah satu fungsi operasional
konvensional) untuk bersaing memperoleh pangsa pasar deposan, yaitu
bank konvensional menggunakan suku bunga dan bank syariah dengan
sistem bagi hasilnya untuk menarik deposan.
2. Definisi Bank
Menurut UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Menurut Muhammad (2005) dilihat dari
pembayaran bunga atau bagi hasil, bank dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dan bank yang
melakukan usaha secara syariah.
a. Bank Konvensional
Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kurniati (2011) menyatakan bahwa dalam
1) Menghimpun dana dari masyarakat maupun dari lembaga non bank
dan dunia usaha lainnya.
2) Memberikan kredit.
3) Memperlancar lalu lintas pembayaran.
4) Sebagai media kebijakan moneter.
5) Sebagai penyedia informasi, pemberian konsultasi dan bantuan
penyelenggaraan administrasi.
b. Bank Syariah
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan, perbankan
merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank. Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kedit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Menurut (Yaya dkk, 2009) bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang
terdiri atas Bank Umum Syariah) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Bus adalah bank syariah yang memberikan jasa
dalam lalu lintas pmbayaran. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit
kerja dari kantor atau unit kerja dikantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan
diluar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu dan/ unit
syariah.
Menurut khoiriyah (2011) bank syariyah harus menjalankan
usahanya dengan:
a) Tidak mengandung riba,
b) Bisnis dan investasi dijalankan berdasarkan aktivitas yang halal,
c) Zakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan masyarakat,
d) Semua aktivitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip syariah
dengan Dewan Pengawas Syariah bertindak sebagai penyedia dan
memberikan nasehat kepada bank syariah mengenai keputusan
suatu transaksi.
Bank syariah dijalankan dengan keunggulan tanpa
adanya unsur riba, hal tersebut menjadi daya Tarik bagi para
nasabah untuk menggunakan jasa perbankan syariah. Muhammad
(2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa hakikat pelnggaran
riba dalam Islam adalah suatu penolakan terhadap timbulnya risiko
finansial tambahanyang ditetapkan dalam transaksi uang atau
modal maupun jual beli yang dibebankan kepada satu pihak saja
sedangkan pihak lainnya dijamin keuntungannya. Riba memiliki
pembayaran sebagai imbalan tempo pembayaran, dan (3) jumlahan
tambahan yang disyaratkan dalam transaksi.
Menurut novianti (2013) menyatakan bahwa
pengharaman riba disebutkan dalam ayat-ayat dari beberapa surat
dalam Al-Qur’an yang berbeda. Ayat pertama menegaskan bahwa
riba menghilangkan sebagai sama dengan memberikan harta orang
lain secara tidak sah. Ayat ketiga memerintahkan kaum muslimin
untuk menjauhi riba demi kesejahtraan mereka sendiri. Ayat
keempat menetapkan perbedaan yang jelas antara riba dengan
perdagangan, yang, mendorong kaum muslimim mengambil
jumlah modal pokoknya saja dan merelakannya jika si peminjam
tidak mampu melunasi.
Menurut Widianingsih (2011) perbankan syariah
dapat diartikan sebagai Bank Islam dan Bank yang beroperasi
dengan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah, antara lain
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyerta modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(ijarah) dan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari bank oleh pihak lain.
3. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
terdapat beberapa perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional yakni:
TABEL 2.1
Perbedaan bank syariah dan bank konvensonal
No Item Bank Syariah Bank Konvensional
1. Investasi Melakukan investasi yang halal saja
Perbedaan mendasar bank syariah dengan bank konvensional.
Pertama, bank syariah berdasarkan bagi hasil dan margin keuntungan,
sedangkan bank konvensional berdasarkan tingkat bunga. Kedua, pada
bank syariah hubungan dengan bank syariah berbentuk kemitraan
sedangkan pada bank konvensional hubungan dengan bank berbentuk
debitur – kreditur. Ketiga, bank syariah melakukan investasi yang halal
sedangkan orientasi bank konvensional semata hanya duniawi. Kelima,
Bank syariah tidak memandang uang sebagai komoditi, sedangkan
sedangkan bank konvensional cenderung berpandangan demikian.
4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
BPRS berdiri berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 1992 tentang
Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Sudarsono
2007:83).Secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga
keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan
prinsip syariah terutama bagi hasil.
5. Tujuan Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Terdapat beberapa tujuan yang dikehendaki dari berdirinya BPRS
yaitu:
a. BPRS dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya
berada didaerah pedesaan. Sasaran utama dari BPRS adalah
masyarakat yang berada di pedesaan dan ditingkat kecamatan.
Masyarakat yang berada dikawasan tersebut pada umumnya ternasuk
b. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber permodalan bagi
pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah,
sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan mereka.
6. Usaha Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
BPRS merupakan perbankan yang memiliki beberapa kegiatan
usaha antara lain:
a. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk:
1) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah. 2) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan:
1) Prinsip jual beli (murabahah, istishna’ dan salam)
2) Prinsip sewa menyewa (ijarah)
3) Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah) 4) Prinsip kebajikan (qardh)
c. Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito pada bank
syariah lain.
d. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan UU
Perbankan dan prinsip syariah.
7. Produk Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Secara umum kegiatan penyimpanan dana ini dibagi menjadi
kedalam tiga jenis, yaitu:
1) Deposito Mudharabah
Menurut Antonio dan Permataatmadja (2000:20) Deposito
Mudharabah adalah Simpanan pihak ketiga (perorangan atau badan
hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu dengan mendapatkan imbalan bagi hasil
berdasarkan kesepakatan bersama.
Deposito dengan prinsip mudharabah adalah adalah jenis investasi pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada saat jatuh tempo deposito (sesuai jangka waktunya). Deposito
tersebut dapat diperpanjang secara otomatis. Deposito ini
menggunakan prinsip mudharabah yakni suatu kesepakatan antara dua pihak dengan pihak pertama selaku pemilik dana (shahibul maal), dan pihak kedua selaku pengelola dana (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan dana.
2) Tabungan Mudharabah
Menurut Muhammad (2005) Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan
Tabungan mudharabah adalah dana yang disimpan akan dikelola oleh pihak bank dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan,dan keuntungan tersebut akan diberikan kepada
nasabah berdasarkan kesepakatan bersama. Tabungan tersebut
dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian
yang disepakati, namun tidak diperkenankan mngalami saldo
negatif membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
3) Giro Wadiah
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya
(Wiroso, 2005). Giro Wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana penyimpanan
dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Al-Wadiah Yad Dhamanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek atau bilyet giro. Dengan prinsip tersebut
titipan akan dimanfaatkan dan diinvestasikan bank secara produktif
dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis usaha dari usaha
kecil dan menengah sampai pada tingkat korporat secara
keamanan dana secara utuh dan ketersediaan dana setiap saat guna
membantu kelancaran transaksi.
b. Penyaluran Dana
1) Prinsip Jual Beli
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata
cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang
yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank
untuk melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian
bank menjual barang barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan. Adapun hadist
mengenai jual beli antara lain sebagai berikut :
ا تكو اب ك نإو ،ا عيب يف ا ل روب انَيبو اقدص نإف ،اقَرفتي مل ام رايخلاب هناعّيبلا هيلع قفتم ؛((ا عيب ةكرب تقحم.
Artinya: Jual-beli itu dengan memilih selagi keduanya (pembeli dan penjual) belum berpisah dalam transaksi tersebut, apabila si
penjual berlaku jujur dan jelas maka keberkahan lah pada jual-beli
mereka, dan apabila berdusta dan diam ( tidak menjelaskan) maka
sirnalah keberkahan pada jual-beli mereka.
. نوب كيف نوثدحي م نكلو ، ىلب " : اق ؟ عيبلا ّ لحأ دق سيلأ ، ّ وسر اي : اولاق نو ثأيو نوفلحيو
Artinya: aku mendengar Rasulullah SAW berkata: sesungguhnya para pedagang adalah orang-orang yang berbuat maksiat, maka
menghalalkan jual-beli, Rasulpun menjawab: benar, akan tetapi
mereka berkata sambil berdusta dan bersumpah hingga berdosa.
Dalam prinsip ini dikenal dengan 3 istilah,yaitu:
a) Pembiayaan Murabahah
Al-murabahah adalah bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan
mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak
kedua, yakni si pelaku usaha, dengan tujuan untuk
mendapatkan profit atau keuntungan (A Karim 2006).
b) Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada, oleh karena itu barang diserahkan
secara tangguh sedangkan pembayarannya dilakukan dengan
tunai. Lembaga keuangan dalam pembiayaan salam bertindak
sebagai pembeli produk dan memberikan uangnya lebih dulu
sedangkan para nasabahnya menggunakan sebagai modal
(Karim 2006).
c) Istishna
Istishna adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang berdasarkan persyaratan serta
kriiteria tertentu, sedangkan pola pembayaran dapat dilakukan
sesuai dengan kesepakatan. Produk Istishna’ menyerupai
dilakukan oleh bank dalam beberapa transaksi (termin)
pembayaran (Karim, 2006).
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan itu sendiri. Harga
sewa disepakati pada awal perjanjian dan dalam transaksi ijarah
tidak ada perpindahan kepemilikan barang sampai akhir periode
sesuai dengan akadnya, maka barang yang disewa harus
dikembalikan kepada pihak bank (Karim 2006).
Pensyari’atan Ijarah
Allah Ta’ala berfirman:
ّنهروج ّنهوت ف ْمكل نْعضْر ْ إف “…Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang
hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin…” [Ath-Talak: 6]
Allah Ta’ala juga berfirman:
ْلا ّيوقْلا تْرجْأتْسا نم رْيخ ّ إ ۖ هْرجْأتْسا تب اي ا هاد ْحإ ْتلاق نيم
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Wahai bapakku,
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat serta dapat dipercaya.”
Dan juga Allah berfirman:
ارْجأ ههْيلع ْ خَتَ تْ هش ْول اق ۖ هماقأف َضقني نأ ديهري ارادهج ا يهف ادجوف“ “Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding
rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu.
Musa berkata, ‘Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah
untuk itu.” [Al-Kahfi: 77]
(mengupah) seorang penunjuk jalan yang mahir dari Bani ad-Dail
kemudian dari Bani ‘Abdu bin ‘Adi.”
3) Prinsip bagi hasil (Syirkah)
Syirkah secara bahasa adalah masdar dari كراشyaitu – كراش
كراـــش – اكرش -
ةكرش yang berarti penyatuan dua dimensi atau lebih
menjadi satu kesatuan. Taqiyudin nberpendapat bahwa syirkah
menurut bahasa berarti Al-Ikhtilath ataukhalatha ahada minal malaini yang artinya adalah campur atau percampuran dua harta menjadi satu, yang dimaksud dengan percampuran di sini adalah
seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain
sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.
Menurut istilah, yang dimaksud dengan syirkah, para
هحْبَرْلاو ه ا ْلا هسْأر ىهف هنْيك راشت ْلا نْيب دْقُ
“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal)
dan keuntungan”.
Menurut Muhamad Al-Syabini Al-Khatib, yang dimaksud
dengan syirkah ialah:
“Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui)”
Sistem ini adalah suatu sistem dalam pembagian hasil usaha
antara pemilik dana dan pengelola dana. Produk-produk bank
syariah yang berdasarkan prinsip ini adalah Musyarakah dan
Mudharabah.
a) Musyarakah adalah Perjanjian diantara para pemilik modal untuk mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana modal
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumya
(Muhammmad 2005).
b) Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al- maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal
kas dari sahib al-maal dan keahlian mudharib (Karim 2006).
Prinsip ini terdiri atas seluruh layanan non-pembiayaan
yang diberikan bank. Produk yang ditawarkan berdasarkan prinsip
ini adalah bank Garansi, kliring, inkaso, Jasa Transfer, dan
lain-lain.
8. Perbedaan BPR Syariah dan BPR Konvensional
Kegiatan yang dilakukan oleh BPRS tidak jauh berbeda dengan
kegiatan yang dilakukan BPR Konvensional. Perbedaannya adalah terletak
pada prinsip yang digunakan yaitu BPRS menggunakan prinsip/ketentuan
berdasarkan hukum Islam dalam pelaksanaan kegiatannya. Keuntungan
yang ditawarkan pada BPRS menggunakan prinsip bagi hasil, sedangkan
pada BPR Konvensional menggunakan suku bunga.
9. Tingkat Suku Bunga
Suku bunga merupakan suatu variabel yang paling banyak diamati
dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di
surat kabar. Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai
presentasi per tahun) (Mishkin, 2008:4).
Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang
yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian
yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas yang
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian yang
mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam hal
mengosumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam
rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis
bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan
investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas (Sawaldjo
Puspopranoto, 2004:69).
Menjadi sebuah hal baru yang menarik adalah dengan munculnya
bank berbasis non-bunga atau yang lebih dikenal denga perbankan syariah.
Perbankan syariah pada dasarnya merupakan suatu industri keuangan yang
memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya
dibandingkan dengan perbankan konvensional. Salah satu perbedaan
utamanya terletak pada penentuan return yang akan diperoleh oleh para
depositonya.
Menurut Akhmadi (2007) SBI mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Untuk pengendalian moneter.
b. Sebagai alternatif penanaman dana bagi lembaga keuangan dalam hal
ini adalah bank.
Oleh karena itu, industri perbankan lebih memilih untuk
mengalokasikan dananya kedalam SBI dikarenakan SBI merupakan
instrumen surat berharga yang paling luas pasarnya dan tingkat suku
bunga yang ditawarkan oleh SBI lebih menarik.
10. Tingkat Bagi Hasil (Profit Sharing)
prinsip perhitungan bagi hasil pendapat sangat penting untuk
ditentukan diawal untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang kan
melakukan kesepakatan kerjasama bisnis karena apabila hal ini tidak
dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Rizal Yaya dkk, 2009:370).
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan
profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dasar bagi hasil bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangi
harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan
dengan gross profit (Rizal Yaya dkk).
Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan
dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya
kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing
pihak, misalnya 20:80 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh
akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul mal) dan 80% bagi pengelola dana (mudharib).
kecilnya perolehan kembali itu tergantung pada hasil usaha yang
benar-benar terjadi. Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi pembagian
hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana pembagian hasil usaha.
Nisbah bagi hasil merupakan nisbah dimana para nasabah mendapatkan hak atas laba yang disisihkan kepada deposito mereka karena deposito
masing-masing dipergunakan oleh bank dengan menguntungkan. Jadi
pengertian bagi hasil adalah suatu sistem yang digunakan dalam perbankan
syariah dalam menentukan porsi yang didapat masing-masing pihak.
Tingkat margin dan bagi hasil bank syariah relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat rata-rata tingkat bunga kredit bank
konvensional. Rendahnya bagi hasil yang diberikan bank syariah
menyebabkan turunnya minat nasabah untuk menyimpan dananya pada
bank syariah lebih tinggi dari pada bank konvensional sehingga
menyebabkan nasabah cendrung lebih tertarik untuk menyimpan dananya
di bank syariah (Sudarsono, 2009).
11. Inflasi
Cahyono (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya konsumsi masyarakat yang meningkat atau
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya mata uang secara kontinyu. Inflasi adalah
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus
menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan kesediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
Inflasi merupakan kenaikan di dalam tingkat harga umum. Inflasi
dihitung dengan menggunakan indeks harga rata-rata tertimbang dari
harga ribuan produk individual. Indeks harga konsumen (IHK) mengukur
kenaikan rata-rata harga barang.
Menurut Bank Indonesia inflasi adalah meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Dapat diambil
kesimpulan secara umum inflasi adalah kecenderungan naiknya
harga-harga barang dan jasa secara umum yang menyebabkan terjadinya
penurunan nilai uang dalam suatu periode tertentu.
Teori ini merupakan pandangan dari teori klasik. Menurut teori ini
sebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan mengarah
pada inflasi ada tiga : sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan uang dari
satu tangan ke tangan yang lain begitu cepat (masyarakat terlalu
komsumtif), terlalu banyak uang yang dicetak dan diedarkan ke
masyarakat, dan turunnya jumlah produksi secara nasional.
Teori Kuantitas adalah teori yang membahas mengenai inflasi,
para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal
sebagai model kaum moneteris. Teori kuantitas ini menekankan pada
peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan
harga terhadap timbulnya inflasi.
Inti dari teori kuantitas ini sebagai berikut :
a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun uang giral.
b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
12. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dari besarnya total asset yang dimiliki perusahaan. Asset menunjukkan aktiva
yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Peningkatan asset
yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah
kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya
kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, dimungkinkan pihak kreditor
tertarik menanamkan dananya ke perusahaan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Andriyanti dan Wasilah, (2010), yang menyimpulkan bahwa
ukuran perusahaan memiliki kecenderungan kuat dalam menghasilkan
profit yang tinggi. semakin banyak atau tingginya total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank umum syariah maka masyarakat akan cenderung
merasa dana yang dititipkan tidak akan sia-sia begitu saja, begitu pula
sebaliknya apabila jumlah total pembiayaan yang disalurkan sedikit atau
rendah maka masyarakat enggan atau sungkan menyimpan dananya pada
bank syariah tersebut karena masyarakat merasa kurang yakin atas dana
yang dititipkan akan tersalurkan dengan baik.Deposan pada umumnya
menyimpan dananya di bank dengan motif profit maximitation. Semakin
besar ukuran perusahaan, maka masyarakat akan cenderung menyimpan
uangnya di bank tersebut karena masyarakat berpikir akan merasa aman
menyimpan dananya di sana.
13. Deposito Mudharabah
a) Pengertian Mudharabah
Mudharabah memiliki dua istilah yaitu Al Mudharabah dan Al Qiradh sesuai dengan penggunaannya di kalangan kaum muslimin. Penduduk Irak menggunakan istilah Al Mudharabah untuk mengungkapkan transaksi syarikat ini. Disebut sebagai mudharabah
karena diambil dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga dan berperang.
نورخآو هَّ هلْضف ْنهم نوغتْبي هضْر ْْا يهف نوبهرْضي نورخآو ىضْرم ْمكْنهم نوكيس ْنأ مهلع هْنهم رَسيت ام اوءرْقاف هَّ هليهبس يهف نولهتاقي “Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang
jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an.” (Qs. Al Muzammil: 20)
Mudharabah adalah akad dari kedua belah pihak atau lebih dimana satu pihak menyerahkan hartanya sebagai modal dan pihak lain
menerima modal tersebut dan mengelolanya dengan keuntungan akan
dibagi sesuai kesepakatan, jika rugi maka kerugiannya akan di
tanggung pemilik modal selama kerugian tersebut tidak di sebabkan
oleh pengelola.
b) Jenis-jenis Mudharabah
1) Mudharabah Muthlaqoh.
Mudharabah Muthlaqoh adalah akad dimana pemilik modal memberikan keleluasaan pada pengelola untuk
mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang di anggap baik
dan menguntungkan.
2) Mudharabah Muqoyyadah
Mudharabah Muqoyyadah adalah akad dimana pemilik modal menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam
penggunan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha,
dan jenis pengelolaan usaha.
3) Mudharabah Musytarakah
investasi dan pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu
yang harus dipatuhi oleh bank.
c) Pengertian Deposito dan Deposito syariah
Istilah deposito sangat berhubungan erat dengan dunia
perbankan. Menurut Undang-Undang No. 10/1998, Pasal 1 ayat 7
(1998:7) yang memberikan pengertian deposito adalah sebagai berikut:
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
bank. Sedangkan yang dimaksud dengan deposito syariah dalam pasal
1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, deposito
didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan Akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau UUS.
Deposito pada bank konvensional menerima jaminan
pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga,
deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba
atau rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya sebagai
rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu
dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan
tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan rekening
pembiayaan (financing). Ada juga simpanan investasi khusus yang
dipakai untuk membiayai proyek tertentu dan hasilnya tergantung pada
keuntungan yang dihasilkan oleh proyek bersangkutan dan nisbah bagi
hasil atau mudharabah fee disetujui bersama antara bank dan depositor.
Dalam hal ini, Bank syariah bertindak sebagai mudharib (
pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal
(pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank syariah
dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan
akad mudharabah dengan pihak ketiga. Dengan demikian, Bank
syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai
seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana
serta beriktikad baik serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
timbul akibat kesalahan atau kelaliannya. Disamping itu, Bank syariah
juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang
diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa
melanggar berbagai aturan syariah.
Bahwa dalam perbankan syariah mengenai instrument
penghimpunan dana dari masyarakat secara langsung ini menggunakan
tiga instrument simpanan, yaitu giro (demand deposit), tabungan (saving
deposit), dan deposito (time deposit). Berbeda dengan bank konvensional
yang menggunakan bunga sebagai kontraprestasi bagi nasabah, maka
yang didalamnya diyakini tidak mengandung unsur riba, maisyir, gharar,
yaitu prinsip titpan (wadiah) dan prinsip bagi hasil (mudharabah). Adapun
dasar hukum menurut Al-Qur’an dan Hadist :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. an-Nisaa’:9).
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. an-Nisaa’ : 58 ).
“Abu hurairah meriwayatkan bahwa Rasulluh SAW. Bersabda,
“sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya
dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu.”( HR Abu Dawud dan menurut Tirmidzi hadits ini
hasan, sedangkan Imam Hakim mengategorikannya sahih).
Pada produk perbankan syariah berupa giro (demand deposit)
sebagai produk simpanan yang bisa diambil sewaktu-waktu biasanya
menggunakan akad wadiah yad dhamanah yaitu suatu titipan dimana bank
ketentuan sewaktu-waktu nasabah mau mengambil bank dapat
menyediakan dana sejumlah yang disimpan oleh nasabah. Sedangkan
mekanisme penghimpunan dana oleh bank syariah melalui produk berupa
tabungan dan deposito biasanya didasarkan pada akad mudharabah
mutlaqah.
Sedangkan dana yang diperoleh akan dilempar atau disalurkan
kepada masyarakat dengan mendasarkan pada akad mudharabah
muqayyadah sehingga memudahkan bank dalam proses monitoring.
Nasabah selaku deposan akan mendapatkan kontraprestasi berupa bagi
hasil yang besarnya sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan diawal
akad. Dengan menggunakan akad mudharabah nasabah juga menanggung
risiko tidak mendapatkan keuntungan, bahkan akan kehilangan sebagian
uang yang disimpannya jika usaha yang didanai mengalami kerugian.
1. Masalah Deposito
Dalam keyakinan Islam, masa depan suatu usaha manusia tidak
dapat diprediksi oleh manusia apakah usaha yang bersangkutan
membawa keuntungan atau justru mengalami kebangkrutan (kerugian).
Karena ketidakpastian masa depan usaha inilah sehingga dalam Islam
mengajarkan mudharabah. Dengan sistem ini, maka kedua belah pihak
yang berserikat berjalan berdasarkan pepatah berat sama dipikul ringan
sama dijinjing. Dalam kaitan usaha bisnis, bank Islam tidak bisa
menerima simpanan dari orang-orang yang ingin mendapatkan
terjadi karena sesuai dengan syariah, berbagi keuntungan tidak
dibenarkan tanpa berbagi resiko.
Dengan landasan operasional diatas, deposan yang berorientasi
pada keuntungan yang tetap (tanpa mau menanggung kerugian) seperti
ini lebih cenderung mendepositokan uangnya pada bank-bank yang
berdasar bunga atau pada pasar modal (stock market). Lain halnya, jika
nasabah benar-benar memahami hakekat keberuntungan dan kerugian
dari usahanya ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Dalam hal ini,
menunjuk pada realitas kebanyakan orang Muslim di Negara-negara
Islam kontemporer tidak terlibat bunga, tetapi mereka juga belum
terbiasa dengan pengambilan resiko.
2. Kontrak Berlakunya Mudharabah
Kontrak mudharabah tidak memuat aturan khusus mengenai
batas berlakunya kontrak. Pengikut mazhab Maliki dan Syafi’I
berpendapat, adanya batasan masa berlakunya kontrak akan membuat
kontrak batal. Namun pengikut mazhab Hanafi dan Hanbali tetap
memperkenankan klausa tersebut. Para ulama yang berpegang pada
pendapat yang pertama beranggapan bahwa batasan waktu yang
terdapat pada kontrak mudharabah kemungkinan akan menyebabkan lepasnya kesempatan emas bagi pihak mudharib untuk dapat mengembangkan usahanya atau merusak rencana-rencananya, sebagai
yang dijalankannya. Kontrak mudharabah dapat diakhiri oleh salah satu pihak dengan jalan memberitahu pihak lain atas keputusan
tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena mayoritas ulama menyatakan
bahwa mudharabah bukanlah bentuk kontrak yang mengikat. Disini tidak terdapat perbedaan mengenai kapan berlangsungnya mengakhiri
kontrak mudharabah, sekalipun mudharib belum mulai menjalankan
aktivitas usaha yang berdasarkan pada kontrak tersebut. Imam Syafi’I
dan Abu Hanifah berpendapat bahwa kontrak mudharabah dapat diakhiri kapan saja, sekalipun mudharib sudah mulai menjalankan usahanya. Meskipun demikian, Imam Malik tidak memperkenankan
mengakhiri kontrak sebagaimana kasus di atas. Menurutnya, kalau itu
dilakukan, maka mudharabah tidak sah. Apapun alasannya itu, menjadikan pihak mudharib akan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjanya sendiri, tidak dari yang lain. Jika demikian, maka namanya
tidak kontrak mudharabah tetapi kontrak kerja (ijarah). Apabila berdasarkan kontak kerja, maka semua keuntungan yang diperoleh
akan menjadi miliknya sebagai kompensasi hasil dari pekerjaannya.
B. Penurunan Hipotesis
1. Tingkat suku Bunga dan Deposito Mudharabah
market. Teori tentang segmentasi nasabah perbankan menurut Adiwarman dan Afifi ini menjelaskan bahwa ada sebagian nasabah yang menyimpan
uangnya di bank lebih disebabkan alasan rasional ekonomi seperti tingkat
keuntungan dan kualitas layanan yang ditawarkan. Salah satu bentuk
keuntungan yang ditawarkan adalah bagi hasil (bank syariah) dan suku
bunga (bank konvensional). Apabila tingkat suku bunga pada bank
konvensional lebih tinggi(akibat kenaikan BI Rate) dibandingkan dengan tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, maka tidak menutup
kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank syariah akan
beralih menjadi nasabah bank konvensional. Begitupula sebaliknya, jika
tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah lebih tinggi dibandingkan
tingkat suku bunga di bank konvensional (akibat kenaikan BI Rate), maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah
bank konvensional akan beralih menjadi nasabah bank syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh siffa dalam kusuma (2013)
menyatakan bahwa menurut teori klasik, semakin tinggi tingkat suku
bunga pada bank konvensional maka akan semakin tinggi pula keinginan
masyarakat dalam menyimpan dananya di bank konvensonal. Bagi bank
konvensional yang menjanjikan bunga tinggi, maka sudah pasti banyak
orang tertarik untuk menginvestasikan dananya pada bank konvensional
sehingga jumlah penghimpunan dana di bank syariah mengalami
Hasil penelitian ini sesuai dengan Andriyanti dan Wasilah (2010)
serta Kurniati (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga bank
konvensional berpengaruh negatif signifikan terhadap deposito
mudharabah pada bank syariah. Demikian juga dengan penelitian Rilla
(2013) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan
suku bunga SBI terhadap deposito mudharabah pada BPRS.
Penelitian Azmi (2009) menemukan temuan yang cukup menarik
yaitu suku bunga bank konvensional berpengaruh positif terhadap tingkat
bagi hasil bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga bank
konvensional masih digunakan sebagai tolak ukur dalam penentuan bagi
hasil di bank syariah.
Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1: Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap Deposito
Mudharabah pada BPRS.
2. Tingkat Bagi Hasil dan Deposito Mudharabah
Aktivitas perbankan dalam menghimpun dana (funding) dari
masyarakat luas dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat
mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Agar masyarakat
terdorong menyimpan uangnya di bank, maka perbankan memberikan
rangsangan balas jasa berupa bagi hasil pada bank syariah maupun bunga
pada bank konvensional. Dengan tingkat bagi hasil yang tinggi pada bank
syariah akan memberikan dampak bagi nasabah untuk meningkatkan