• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan keluarganya. Kelompok pemulung ini mengalami ketidakadilan, mereka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan keluarganya. Kelompok pemulung ini mengalami ketidakadilan, mereka"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini menggunakan perspektif fungsional, dimana kehidupan pemulung pada penelitian ini mengalami disfungsi, dilihat dari keadaan kelompok pemulung yang tidak sesuai dengan pancasila ke 5 kita yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan tidak sesuai menurut UUD 1945 dan UU HAM setiap warga Negara berhak untuk sejahtera dan mensejahterakan dirinya dan keluarganya. Kelompok pemulung ini mengalami ketidakadilan, mereka hidup dengan tidak layak, hidup di kelilingi sampah dan melalui limbah sampahlah mereka melanjutkan kehidupan mereka.Secara struktural fungsional mereka sudah mengalami disfungsi sebagai warga Negara Indonesia, dimana peran pemerintah kurangaktif memberikan kehidupan yang sejahtera dan kemakmuran kepada mereka.

Akan tetapi selain dampak negatif yang pemulung rasakan, mereka juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan, karena dengan adanya pemulung-pemulung ini mereka dapat mengurangi limbah sampah dan dapat membantu dinas kebersihan dalam membersihkan sampah dijalanan.

Untuk penelitian mengenai strategi bertahan hidup pemulung penulis menggunakan teori strategi bertahan hidup, Modal sosial, kemiskinan,teori ketergantungan dan sektor informal sebagai tinjauan pustaka. Adapun teorinya sebagai berikut :

(2)

2.1.Strategi bertahan hidup

Strategi bertahan hidup pemulung adalah segala tindakan atau usaha/taktik pemulung dengan segala kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. Steategi bertahan hidup terbagi atas 2 yaitu : strategi aktif dan strategi pasif

2.1.1. Strategi aktif

Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki atau strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau keluarga dengan cara memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki menurut Suharto (2009:31) strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah penghasilannya). Menurut andrianti (dalam kusnadi, 2000:192) salah satu strategi yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi kesulitan ekonomi adalah dengan mendorong para isteri untuk ikut mencari nafkah bukan hanya menjadi tanggung jawab suami semata tetapi menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga sehingga pada keluarga yang tergolong miskin isteri juga ikut bekerja demi membantu menambah pengahasilan dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau keluarga dengan cara memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki keluarga mereka.

(3)

2.1.2. Strategi pasif

Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan dan sebagainya). Cara keluarga pemulung untuk menghemat pengeluaran keluarganya adalah dengan menggunakan uang secara hati-hati, lebih memprioritaskan kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan dari pada kebutuhan lainnya, sikap hemat yang terlihat dari keluarga pemulung adalah kebiasaan mereka makan dengan lauk seadanya yang penting mereka dapat makan dan melangsungkan hidup mereka.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahawa yang dimaksud strategi pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara selektif, tidak boros dalam mengatur keuangan keluarga. (Repository.unej.ac.id diakses pada tanggal 28 juni 2016 jam 15.00 wib).

2.2.Modal Sosial

Modal sosial adalah bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Selain itu konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama. Modal sosial dalam kelompok pemulung dapat diciptakan pada hasil kepercayaan antar sesama, hubungan timbal balik yang mereka miliki serta jaringan informasi untuk menunjang kebutuhan yang harus mereka penuhi.

(4)

Dalam bahasa Robert Putnam, “ide dasar teori modal sosial adalah bahwa jaringan social memilki nilai, kontak social berpengaruh terhadap produktivitas individu dan kelompok”.Sedangkan menurut Bourdieau dan Loic Waquant modal sosial adalah “sejumlah sumber daya yang nyata atau sebenarnya (actual atau virtual), yang tumbuh pada individu atau kelompok berdasarkan pemilikan jaringan hubungan yang awet dan lebih kurang terlembaga dari perkenalan dan pengakuan timbal balik” (Scoot, 2011).

Putnam menerima pembedaan mengenai modal social:

a. Modal sosial yang mengikat (bonding social capital) adalah didasarkan pada keluarga atau ikatan yang kuat lainnya, bertumpu pada ikatan langsung dan jelas dari orang-orang yang dikenal, ditempatkan pada hierarki yang mapan.

b. Modal sosial yang menjembatani (bridging social capital) adalah yang mengantar orang dari berbagai latar belakang yang berbeda untuk bersama tampak sejenis dengan solidaritas organik Durkheim.

c. Modal sosial yang menghubungkan (linking social capital) adalahyang menunjuk pada ikatan antara orang dengan tipe jaringan yang berbeda yang memberikan akses bagi tipe sumber daya yang sangat berbeda.

Menurut Coleman (2008:373) modal sosial adalah nilai aspek-aspek struktur sosial bagi para pelaku sebagai sumber yang dapat digunakan oleh para pelaku untuk merealisasikan kepentingannya.

Modal sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada hasil dari kepercayaan, pertukaran timbal balik, pertukaran ekonomi dan informasi serta

(5)

asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya.Sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan.

Ada tiga indikator modal sosial, yaitu : 1. Networking (Jaringan)

Jaringan merupakan terjemahan dari network, menurut Lawang yang dikutip oleh Damsar (2009:157-158) jaringan yang dimaksud yaitu:

a. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.

b. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan social menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama-sama. c. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar

simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.

d. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. e. Media (benang dan kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau

orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

f. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Sedangkan sosial adalah suatu yang dikaitkan, atau dihubungkan dengan orang lain atau menunjuk pada makna subjektif yang mempertimbangkan prilaku atau tindakan orang lain yang berkaitan dengan pemaknaan. Jaringan sosial merupakan pola atau struktur hubungan sosial yang meningkatkan atau

(6)

menghambat prilaku orang untuk terlibat dalam bermacam arena dari kehidupan sosial pada tataran struktur sosial (Damsar, 2009: 159).

2. Trust (Kepercayaan)

Pengertian kepercayaan menurut beberapa ahli :

a. Torsvik (2000:458), kepercayaan merupakan kecendrungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari prilakunya. b. Giddens (2005:45) kepercayaan sebagai keyakinan akan reliabilitas

seseorang atau system terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas atau cinta kasih orang lain, atau terhadap ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis).

c. Zucker (1986), kepercayaan sebagai seperangkat harapan yang dimiliki bersama-sama oleh semua yang berada dalam pertukaran.

d. Lawang (2004:36), kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.

3. Reciprocal (Hubungan Timbal Balik)

Dimana terjalinnya suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelaku yang memiliki hubungan tersebut, sehingga hubungan timbal balik ini akan menghasilkan keuntungan satu sama lainnya. Segala sesuatu yang dikerjakan akan mengharapkan suatu hubungan timbal balik yang akan menguntungkan satu sama lainnya dimana adanya suatu tujuan yang ingin mereka capai, hubungan saling membantu antar pemulung merupakan modal bagi pemulung. Hubungan timbal balik yang terjadi pada pemulung merupakan salah satu strategi yang

(7)

mereka lakukan dalam kehidupan mereka, karena modal seperti ini yang mereka miliki. Proses suatu reciprocal tidak hanya terjadi seperti jual beli akan tetapi melalui proses yang sudah terjadi sebelumnya dalam kehidupan masyarakat, dan hubungan ini berlangsung dalam jangka panjang maupun pendek. Selain itu hubungan timbal balik akan terjadi ketika orang tersebut merasa bahwa ia pernah dibantu oleh seseorang tersebut dalam artian balas budi. Setiap kehidupan seseorang selalu mengharapkan balasan terhadap kebaikan yang ia peroleh dari orang tersebut akan tetapi hal ini juga akan terjadi dengan tingkat kepedulian sosial yang tinggi, saling membantu dan memperhatikan.

2.3.Kemiskinan

Mengapa kita perlu mempelajari fenomena kemiskinan ?kemiskinan bukanlah fenomena yang baru didalam kehidupan sosial. Ia merupakan fenomena sosial yang selalu menjadi atribut Negara-negara dunia ketiga. Fenomena ini juga merupakan kebalikan dari kondisi yang dialami oleh Negara-negara maju yang memiliki atribut sebagai Negara modern.Jika diamati, seolah-olah kemiskinan identik dan selalu melekat didalam struktur Negara-negara dunia ketiga dan menjadi problem yang cukup serius untuk mendapat penanganan dari para penyelenggara Negara.

2.3.1. Batasan tentang kemiskinan

Kemiskinan lazimnya digambarkan sebagai gejala kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.Sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada di bawah garis kemiskinan jika pendapatan kelompok anggota masyarakat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Kemiskinan merupakan tema sentral

(8)

dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dapat dipengaruhi oleh tiga hal : (1) persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan, (2) posisi manusia di dalam lingkungan sekitar, dan (3) kebutuhan objektif manusia untuk dapat hidup secara manusiawi.

Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan system nilai yang dimiliki.Dalam hal inilah maka garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah.Berkaitan dengan posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatnya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya.Kebutuhan objektif manusia untuk dapat hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah bernilai gizi cukup dengan protein dan kalori, sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim, dan lingkungan alam yang dialaminya.

Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa serta tertuangkan dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang diperlukan.Dengan demikian, garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal (versi Bank Dunia dikota 75 dolar AS, dan di pedesaan 50 dolar AS per jiwa setahun, 1973. Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun ).

(9)

Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tidak memiliki factor produksi sendiri seperti tanah, modal, dan keterampilan.

2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.

3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.

4. Kebanyakan tinggal didesa sebagai pekerja bebas (self employed) berusaha apa saja.

5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.

Di Indonesia, salah satu patokan yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang termasuk kategori miskin atau tidak adalah dengan mengacu pada kriteria yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik (BPS). BPS setiap tahun biasanya selalu mengeluarkan batasan pendapatan per kapita per tahun, dan dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan.

Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar tertentu dan kebutuhan dasar baik makanan maupun bukan makanan. Standar ini disebut garis kemiskinan, yakni setara 2.100 kalori energy per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok.

(10)

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas mengemukakan batasan kemiskinan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga Negara.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara, di antaranya :

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi seluruh dunia.

(11)

2.3.2. Mengukur Kemiskinan

Menurut Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomi, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :

1. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan dimana orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan, kalori, GNP per kapita, dan pengeluaran konsumsi. Kemiskinan absolut diukur dari satu set standar yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/Negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut yaitu persentase dari populasi yang mengkonsumsi makanan dibawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira-kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki-laki dewasa).

Bank Dunia mendefenisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari. Dengan batasan ini maka diperkirakan pada 2001 1,1 miliar orang dunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari.

2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya. Contoh, seorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa yang lain. Disamping itu, terdapat bentuk bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal

(12)

mula kemiskinan), yaitu : (1) kemiskinan natural, (2) kultural, dan (3) struktural.

a. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat ini menjadi miskin karena tidak memilki sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, manusia, maupun pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut, atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini menurut kartasasmita disebut sebagai “persisten poverty”, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun-temurun. Daerah seperti ini pada umumnya merupakan daerah yang kritis sumber daya alamnya atau daerah yang terisolasi.

b. Kemiskinan kultural mengacu kepada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup, dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki, dan mengubah tingkat kehidupannya. Akibatnya, tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Baswir bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti malas, tidak disiplin dan boros.

c. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh factor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi asset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta

(13)

tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya Sumodiningrat mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula, sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang.

2.4.Ketergantungan

Didalam KBBI ketergantungan adalah hubungan sosial seseorang yang tergantung kepada orang lain atau masyarakat, keadaan seseorang yang belum dapat memikul tanggung jawabnya sendiri.

Teori ketergantungan atau dikenal teori dependensi (dependency theory) adalah salah satu teori yang melihat permasalahan pembangunan dari sudut Negara dunia ketiga. Menurut Theotonio Dos Santos, depedensi (ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi Negara-negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi Negara–negara lain, dimana Negara-negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Aspek penting dalam kajian sosiologi adalah adanya pola ketergantungan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam kehidupan berbangsa didunia.

Pola ketergantungan pada pemulung dilihat dari hubungan antara pemulung dan Toke, dimana pemulung bergantung kepada toke disaat pemulung

(14)

mengalami keadaan pulungan sedikit dan desakan kebutuhan terhadap duit untuk kelangsungan hidup.

2.5.Sektor Informal

Sektor informal didefenisikan sebagai bidang dimana produksi barang dan jasa pada umumnya berada diluar kontrol pemerintah dan tidak terdaftar. Pedagang kaki lima, usaha kecil yang tenaga kerjanya anggota keluarga sendiri, tukang becak, tukang semir sepatu dan pemulung dianggap sebagai perwujudan sektor infornal ini.

Sementara itu konsep “sektor informal” juga digunakan sebagai label bidang-bidang tertentu pada masyarakat industrial jerman barat tanpa memperhatikan diskusi-diskusi kritis yang berkembang dalam disiplin sosiologi pembangunan. Sektor informal mestinya dilihat dari sisi sosiologis, bahwa sebuah strata dalam masyarakat yang basis kelangsungan hidupnya paling kritis, akan selalu berusaha bertahan hidup dan mempertahankan sistem reproduksinya dengan memanfaatkan semua ceruk ekonomi yang memungkinkan, dengan mobilitas tinggi dalam mencari kerja, dengan memanfaatkan beberapa sumber pendapatan dan reproduksi (Elwert, Evers dan Wilkens 1983 dalam urbanisme di Asia Tenggara oleh Evers & Korff 2002). Menyebabkan meluasnya sektor informal ketika di masa-masa krisis tingkat pengangguran disektor formal meningkat.

Ketidakseragaman (heterogenitas) kota besar sering didiskusikan sebagai sebuah dikotomi antara “sektor informal” dan “sektor formal”. Pada kenyataannya, ekonomi sebagian besar kota dunia ketiga tampaknya memang memiliki dua sektor atau lintasan yang satu sama lainnya berbeda dan terpisah

(15)

(Santos 1979 dalam urbanisme di Asia Tenggara oleh Evers & Korff 2002). Sektor formal atau modern dengan perusahaan-perusahaan besar, bank-bank, dan pusat-pusat perbelanjaannya, dan sektor informal dengan pengasong, pedagang kaki lima, produsen kecil-kecilan, pelacur dan pemulungnya. Di sepanjang jalan raya, khususnya di Asia Tenggara, berjejer warung-warung yang menjual makanan, jam tangan imitasi dan busana rancangan yang juga tiruan, mie rebus dan lain-lain. Tetapi terdapat pula gedung-gedung tinggi perkantoran, hotel-hotel modern, toserba dan pusat perbelanjaan.

Sampai sekarang, aspek sektor informal yang mendapat perhatian sedikit adalah “lingkungan sosial”, “pengalaman sehari-hari” dan “moral ekonomi”, namun aspek-aspek ini dapat berguna untuk menjelaskan perilaku protes yang muncul didalam sektor informal (Stauth 1982; Semsek 1986 dalam urbanisme di Asia Tenggara oleh Evers & Korff 2002).

2.6.Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni penelitian dari Gunawan (2012), penelitian ini menyangkut permasalahan bagaimana strategi bertahan hidup yang dimiliki oleh pemulung di tempat pembuangan akhir Ganet Tanjungpinang, metode yang digunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Teknik analisisdatayang digunakan yaitu mendeskripsikanfenomena, mengklasifikasikan dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul satu dengan yang lainnya saling berkaitan.Teori yang digunakan yaitu modal social yang dilihat dari tiga indicator yaitu networking, trust, dan reciprocal.Marjinalisasi dan kemiskinan serta ketergantungan.

(16)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi bertahan hidup pada kelompok pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ganet Tanjungpinang adalah:

1. Telah terjadi suatu kepercayaan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari pemulung ini. Kepercayaan yang dimiliki untuk mempererat kembali kelompok mereka, membuat rasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan rasa hubungan keluarga. 2. Hubungan timbal balik yang tercipta melalui jaringan yang mereka

ciptakan yang tidak hanya terjadi antara sesama pemulung itu sendiri melainkan terjadi dengan semua orang yang mereka kenal selama terjadinya suatu hubungan yang baik dan saling menguntungkan bagi mereka. Dari hubungan yang sudah terjalin pada kelompok pemulung ini telah terjadinya suatu hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya, hubungan timbal balik yang sudah mereka ciptakan tidak hanya dalam bentuk ekonomi atau uang saja akan tetapi dalam bentuk tenaga ataupun dalam bentuk barang dan mereka akan membalasnya dari apa yang mereka peroleh dari apa yang mereka bantu sebelumnya. 3. Pemulung ditempat Pembuangan Akhir Ganet Tanjungpinang itu

sendiri mereka merasa miskin ketika menggunakan atribut sebagai pemulung lepas dari itu semua mereka bebas dari rasa miskin dalam hidup mereka, kemiskinan yang diciptakan oleh diri sendiri membuat mereka merasa terasing, selain itu juga rasa malas yang dimiliki pemulung membuat kebiasaan baru pada diri mereka untuk tidak mencari rekan kerja baru selain di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

(17)

dan hal seperti ini akan membuat mereka selalu berharap terhadap orang yang sama, dan tidak mau mencoba mencari toke baru di luar TPA.

Referensi

Dokumen terkait

Para Peserta Pengadaan yang telah mengikuti proses Penjelasan Teknis / Aanwijzing selanjutnya akan diberikan lembar Request for Quotation (RFQ) atau lembar permintaan penawaran

TAHAP 2—PELATIHAN UNTUK BERLATIH (TRAINING TO TRAIN) USIA BIOLOGIS: WANITA 9 - 13 TAHUN; PRIA 12 - 14 TAHUN.  Penting untuk ditekankan bahwa pelatihan

Zona atraksi wisata yang bersifat terbuka pada tapak diletakkan di sebelah selatan untuk memaksimalkan view dari tapak sungai, serta view dari jalan ke dalam

[1] Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan oleh kegagalan

Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif sebelumnya yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian

mirasidium dalam waktu 3 minggu  masuk ke tubuh Siput & tumbuh mjd sporokista  redia  serkaria  serkaria keluar dr siput  berenang mencari H.P.II  berkembang

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Hal ini meaunjukkan bahwa secara umum siswa SMA Negeri 11 Makassar memiliki konsep personalitas dalam kategori cukup baik, artinya siswa di sekolah tersebut