• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM

POSITIF DI INDONESIA

A. Peranan Kepolisian Dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas 1. Aspek Hukum Kepolisian Indonesia

Pengertian Kepolisian menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya di sebut UU Kepolisian adalah segala sesuatu hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.29

Hubungan antara polisi, hukum dan masyarakat memang sangat erat. Achmad Ali menjelaskan mengenai hubungan antara polisi dengan efektivitas hukum : Kualitas dan keberdayaan polisi dalam menanggulangi kriminalitas, merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan afektif dan tidaknya ketentuan yang berlaku, khususnya di bidang kriminalitas yang menjadi tugas pokok kepolisian untuk menindaknya.

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertujuan mengawal keamanan dan ketertiban masyarakat dalam hal ini suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasayarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman yang membangun kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan menanggulangi segalah bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

30

29 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

30 Achmad Ali. 1988. Perubahan Masyarakat, Perubahan Hukum, dan Penemuan Hukum Oleh Hakim. Ujung Pandang : Hasanuddin University Press. Hlm 203 .

Masih berkaitan dengan eksistensi polisi, Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa yang paling besar

(2)

frekuensinya dalam berhubungan secara langsung dengan masyarakat adalah polisi, di bandingkan dengan penegak hukum lainnya.31

Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

Kewenangan Kepolisian negara Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menegaskan tugas dan wewenang kepolisian dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 UU Kepolisian.

32

1. Memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat; 2. Menegakkan hukum;

3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam menjalankan tugas pokoknya, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:33

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan;

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas di jalan;

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian, khusus penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

31

Ibid.

32 Pasal 13 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 33 Pasal 14 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(3)

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

8. Menyelenggaakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian umtuk kepentingan tugas kepolisian;

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

10.Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang;

11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:34

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

34 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(4)

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang:35

a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;

g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

35 Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(5)

i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional; k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.36

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:37 a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda

pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

36 Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

37 Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(6)

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf 1 adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:38 a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan e. Menghormati hak asasi manusia.

Kepolisian Indonesia dalam melaksakan tugas sebagaimana diamanatkan oleh UU 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia membagi jajarannya untuk menangani berbagai persoalan di masyarakat salah satunya menangani Lalu Lintas. Polisi yang menangani lalu lintas, yang selanjutnya disebut Polantas (Polisi Lalu Lintas) adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakantugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli,pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat dan mematikan proses produktivitas masyarakat. Seperti kecelakaan lalu

38 Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(7)

lintas, kemacetan maupun tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Untuk itu polisi lalu lintas juga mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan bahasan Polri di masa depan (yang telah dibahas di atas).

Para petugas kepolisian pada tingkat pelaksana menindaklanjuti kebijakan kebijakan pimpinan terutama yang berkaitan dengan pelayanan di bidang SIM, STNK, BPKB dan penyidikan kecelakaan lalu lintas. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang digagas oleh Departemen Perhubungan, dibuat agar penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai harapan masyarakat, sejalan dengan kondisi dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta harmoni dengan Undang-undang lainnya.

Yang lebih penting dari hal tersebut adalah bagaimana kita dapat menjawab dan menjalankan amanah yang tertuang didalamnya. Sesuai dengan Pasal 7 ayat 2e dinyatakan :”bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu : “urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas”.

Selanjutnya, tugas dan fungsi Polri tersebut, diperinci pada pasal 12, meliputi 9 hal yakni :

1. Pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor

2. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

3. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu lintas danangkutan jalan

4. Pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan.

(8)

6. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganankecelakaan lalu lintas.

7. Pendidikan berlalu lintas

8. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas 9. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.

2. Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas oleh Kepolisian

Deskripsi perilaku masyarakat terhadap operasi bukti pelanggaran (tilang) dalam berlalu‐lintas saat ini dibuktikan dengan data tingginya angka pelanggaran lalu‐lintas merupakan salah satu penyebab tingginya kecelakaan lalu‐lintas yang terjadi. Banyak pengguna jalan yang mengabaikan aturan berlalu‐lintas sehingga menjadi pemicu kecelakaan. Tindakan yang tegas terhadap pelanggaran lalu‐lintas tanpa kecuali akan merubah tingkah laku pengemudi dalam berlalu‐lintas dan pada gilirannya meningkatkan keselamatan dalam berlalu‐lintas. Penegakan hukum lalu‐lintas yang masih parsial dirasakan belum efektif dan efisien dalam menekan angka kecelakaan lalu‐lintas dan dapat memberikan pelayanan prima pada masyarakat.39

Pelanggaran lalu‐lintas yang berpotensi timbulnya kecelakaan lalu‐lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti;40

1. penegakan hukum/law enforcement, 2. kondisisi sarana dan prasarana lalu‐lintas,

3. kualitas individu meliputi: knowledge, skill, attitude (sikap mental), menyepelekan dan kepatuhan seperti jam karet,

39

Dr. Eko Soponyono, S.H.,M.H., Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum Tentang Perilaku Masyarakat Terhadap Hukum Dalam Berlalu Lintas, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Ham Ri, 2013), Hlm. 25.

(9)

4. Kondisi social budaya seperti ketidakjelasan tentang benar dan salah “the other do the same “, dilema faktor ekonomi, sosial, kesulitan mencari figur panutan.

Terhadap pelanggaran lalu‐lintas, Kepolisian DKI Jaya pernah melakukan berbagai “Operasi Lalu‐Lintas” yaitu:41

a. Operasi Ketupat, digelar dalam rangka mendukung kelancaran kegiatan umat Islam dalam rangka merayakan hari Idul Ftri dan Idul Adha dan sudah menjadi issue nasional tentang “mudik lebaran”;

b. Operasi Lilin, digelar dalam rangka mendukung umat nasrani merayakan Hari Natal dan Tahun Baru dan issue yang muncul terror dan pengerusakan gereja; c. Operasi Zebra, digelar dalam rangka penindakan segala bentuk pelanggaran yang

menggangu keamanan dan ketertiban, kelancaran dan bahkan keselamatan berlalu‐lintas di jalan raya;

d. Operasi Simpatik, digelar dalam rangka menciptakan kondisi bila bertepatan dengan event nasional seperti, Pemilu, ada tamu Negara Asing (dalam skala besar, seperti Pertemuan ASEAN, OPEC, ASEAN GAMES. Operasi ini lebih bersifat teguran dan himbauan untuk patuh pada hukum;

e. Backup/Bantuan dilakukan dalam rangka mendukung fungsi serse apabila terjadi

arus narkoba, terorisme dan pencurian kendaraan bermotor/curanmor;

f. Operasi Kawasan, dilakukan dalam rangka mendukung wibawa pemerintah dan kesadaran hukum masyarakat di kawasan tertentu, contoh di jalan protocol utama. Dalam hal upaya menanggulangi pelanggaran lalu lintas karena mereka tidak cukup umur untuk memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi), maka aparat dalam hal ini

41Ibid.

(10)

polisi lalu lintas harus melakukan upaya-upaya. Seperti yang dikemukakan oleh E.H. Sutherland dan Cressey ada dua metode yang digunakan yaitu:42

1. Upaya Preventif

Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha untuk memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan ulangan. Sangat beralasan bila upaya preventif diutamakan karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomi.

2. Upaya Represif

Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat .

B. Jenis-jenis Pelanggaran Lalu Lintas

Suatu perbuatan dapat disebut pelanggaran apabila perbuatan-perbuatan yang sifatnya melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah adanya undang-undang (wet) yang menentukan demikian.43

42 Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, (Bandung: PT. Eresco , 1995), hlm. 95.

43

Sutrisno, Pembagian Perbuatan Pidana dalam Kejahatan dan Pelanggaran, dalam http://www.el-gezwa09.co.cc/2010/02/pembagian-perbuatan-pidana-dalam.html,(diaksespada 31 Juli 2016 pada pukul 13.04 WIB).

(11)

karena perbuatan tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict (delik undang-undang).44

Kata “Lalu lintas” dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah lintas adalah berjalan bolak-balik, hilir mudik dan perjalanan dijalan dan sebagainya, serta perhubungan antara sebuah tempat tinggal dan lainnya (dengan jalan pelayaran, udara, darat, dan sebagainya).45

a. Pelanggaran Terhadap Kelengkapan Menggunakan Kendaraan Bermotor.

Sedangkan pengertian Lalu lintas dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tantang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yaitu gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian lalu lintas dalam arti luas adalah hubungan antara manusia dengan ataupun tanpa disertai alat penggerak dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya.

Seperti dipahami bahwa sebenarnya seorang pengemudi kendaraan bermotor tidak menginginkan terjadinya gangguan kendaraan selama perjalannan. Apakah gangguan ringan, seperti mogok sampai gangguan yang terberat. Selain si pengemudi tersebut yang akan mengalami keterlambatan sampai ketujuan, gangguan tersebut dapat juga mengakibatkan timbulnya pelanggaran atau kemacetan lalu lintas.

Perbuatan-perbuatan dalam bentuk pelanggaran menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dapat dibagi menjadi :

Kelengkapan di dalam menggunakan kendaraan bermotor sangatlah penting, disamping untuk melindungi pengguna kendaraan, penumpang kendaraan, maupun pengguna jalan dan kendaraan bermotor lainnya dari bahaya kecelakaan yang tidak diinginkan . Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan telah mengatur berbagai ketentuan mengenai kelengkapan-kelengkapan bagi pengguna kendaraan bermotor dalam

44

C.S.T.Kansil, Christine Kansil, Memahami Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU No 10 tahun 2004), (Jakarta : Pradya Paramita, 2007), hlm 38

(12)

berkendara di jalan, adapun kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan dalam hal kelengkapan menggunakan kendaraan bermotor di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan antara lain kewajiban menggunakan helm bagi pengguna kendaraan roda dua, dan kewajiban kelengkapan bagi kendaraan roda empat atau lebih. Kewajiban penggunaan helm bagi pengguna kendaraan roda dua dimaksudkan untuk melindungi anggota tubuh yang penting, yaitu kepala dari pengendara ataupun penumpang dari benturan apabila terjadi suatu kecelakaan, kewajiban ini tertulis pada Pasal 57 ayat (1) sampai (4) yaitu :46

a) sabuk keselamatan;

Ayat (1): Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor.

Ayat (2): Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.

Ayat (3): Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas:

b) ban cadangan; c) segitiga pengaman; d) dongkrak;

e) pembuka roda;

f) helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dan peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas.

(13)

Ayat (4): Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

Berkendaraan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas47 diatur pada Pasal 58, yaitu: Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di jalan dilarang memasang perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas. Kendaraan bermotor juga diwajibkan untuk memasang tanda nomor kendaraan bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berfungsi untuk menandai kepemilikan yang sah dari kendaraan bermotor rersebut, seperti diatur pada Pasal 68 ayat (1) yang menyebutkan : Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.48

Bagi pengguna kendaraan bermotor juga diwajibkan untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), yaitu surat yang menandakan bahwa pengendara telah mendapatkan izin untuk mengemudi suatu kendaraan tertentu, seperti telah diatur pada Pasal 77 ayat (1) yaitu : Setiap orang yangmengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.49

Persyaratan teknis bagi kendaraan sepeda motor yang layak jalan meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban seperti diatur dalam Pasal 48 ayat (2) dan (3) kewajibannya diatur dalam Pasal 106 ayat (3) yaitu: Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan

47 Lihat penjelasan UU 22 Tahun 2009 pasal 58,yang dimaksud dengan perlengkapan, atau benda lain pada kendaraan yang dapat membahayakan keselamatan lalu lintas, antara lain pemasangan bumper tanduk dan lampu menyilaukan.

48Ibid, hlm 38 49Ibid, hlm 42

(14)

Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.50

a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor;

Pengemudi kendaraan bermotor juga wajib untuk memiliki Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia seperti diatur dalam Pasal 106 ayat (5) yaitu : Ayat (5) : Pada saat diadakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:

b. Surat Izin Mengemudi;

c. bukti lulus uji berkala; dan/atau d. tanda bukti lain yang sah.51

Adanya kewajiban bagi pengemudi dan penumpang kendaraan beroda empat atau lebih untuk memakai sabuk keselamatan diatur pada Pasal 106 ayat (6) dan ayat (7) yang berisi:

Ayat (6):

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.52

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di Jalan dan penumpang yang duduk di Ayat (7) : 50 Ibid, hlm 59 51Ibid. 52Ibid.

(15)

sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia..53

Kewajiban bagi pengendara dan penumpang sepeda motor untuk memakai helm Standar Nasional Indonesia diatur pada Pasal 106 ayat (8) yaitu :Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia.54

b. Pelanggaran Terhadap Tata Cara Berlalu Lintas dan Berkendaraan

Pelanggaran yang kerap terjadi terhadap tata cara berlalu lintas dan berkendaraan antara lain adalah pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan yang harus dijalan kanan dihindari oleh pengemudi kendaraan bermotor, antara lain seperti : Tindakan pengguna jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia karena dalam keadaan tertentu untuk ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat melakukan tindakan memberhentikan arus lalu lintas atau pengguna jalan, memerintahkan pengguna jalan untuk jalan terus, mempercepat arus lalu lintas, memperlambat arus lalu lintas, dan/atau mengalihkan arah arus lalu lintas , seperti diatur pada Pasal 104 ayat (1), kewajiban ini diatur pada Pasal 104 ayat (3) yang berbunyi : Pengguna Jalan wajib mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Setiap pengemudi kendaraan bermotor di jalan juga wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi seperti diatur pada Pasal 106 ayat (1): Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.

53Ibid.

(16)

Kewajiban setiap pengemudi kendaraan bermotor untuk mengutamakn keselamatan pejalan kaki dan pesepeda disebutkan pada Pasal 106 ayat (2): Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda.

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan seperti yang diatur dalam Pasal 106 ayat (4) yaitu :

a) Rambu perintah atau rambu larangan. b) Marka jalan.

c) Alat pemberi isyarat lalu lintas. d) Gerakan lalu lintas.

e) Berhenti dan parkir

Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tanpa kereta samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 (satu) orang, larangan ini diatur pada Pasal 106 ayat (9), pengemudi kendaraan bermotor juga wajib menghidupkan lampu pada malam hari dan juga dalam kondisi tertentu (Pasal 107 ayat 1), kewajiban menghidupkan lampu pada siang hari diberlakukan terhadap pengemudi sepeda motor seperti diatur pada Pasal 107 ayat (2), pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan seperti yang diatur pada Pasal 112 ayat (1),ketentuan ini juga berlaku terhadap kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak kesamping (Pasal 112 ayat 2).

Pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat, setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain, ketentuan ini diatur pada Pasal 121 ayat (1).

(17)

Bagi pengendara kendaraan tidak bermotor dilarang dengan sengaja membiarkan kendaraannya ditarik oleh kendaraan bermotor dengan kecepatan yang dapat membahayakan keselamatan, mengangkut atau menarik benda yang dapat merintangi atau membahayakan pengguna jalan lain dan menggunakan jalur jalan kendaraan bermotor jika telah disediakan jalur jalan khusus bagi kendaraan tidak bermotor, ketentuan ini diatur pada Pasal 122 huruf a, b, dan c.

c. Pelanggaran Terhadap Fungsi Jalan dan Rambu Lalu Lintas

Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat dan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan seperti yang disebutkan pada Pasal 25 ayat (1).

C. Sanksi Hukuman Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas

Dalam suatu peraturan perundang-undangan, adanya pengaturan tentang sanksi atau hukuman pidana menjadi hal yang sangat penting karena didalam hukum pidana kita dapat mengetahui perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, dilarang, dan harus dilakukan dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar ketentuan tersebut.55

Sanksi pidana didalam undang-undang ini dirumuskan menggunakan sistem perumusan Alternatif, dari aspek pengertian dan substansinya, sistem perumusan alternatif adalah sistem dimana pidana penjara dirumuskan secara alternatif dengan jenis sanksi

(18)

pidana lainnya, berdasarkan urutan-urutan jenis sanksi pidana dari yang terberat sampai yang teringan. Dengan demikian, hakim diberikan kesempatan memilih salah satu jenis pidana yang dicantumkan dalam pasal yang bersangkutan.56

1) Hukuman Pokok,yang meliputi :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada pasal 10 menentukan jenis-jenis hukuman pidana ,yaitu :51

a) Hukuman mati. b) Hukuman penjara. c) Hukuman kurungan. d) Hukuman denda

2) Hukum Tambahan,yang meliputi : a) Pencabutan beberapa hak tertentu. b) Perampasan barang tertentu. c) Pengumuman Keputusan Hakim

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 ini menerapkan ancaman hukuman pokok berupa hukuman penjara, hukuman kurungan dan hukuman denda, selain itu pelaku tindak pidana dan pelaku pelanggaran lalu lintas dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan Surat Izin Mengemudi atau ganti kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana maupun pelanggaran lalu lintas.

Adapun sanksi pidana yang dikenakan pada pelaku pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan diatur dalam beberapa pasal yaitu:57

56

Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi, (Jakarta : Djambatan, 2004), hlm 19 .

(19)

NO. PASAL PERBUATAN YANG DILARANG ANCAMAN HUKUMAN

1. 274 (1) Setiap orang yang melakukan

perbuatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau gangguan fungsi Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).

(2) Perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan sebagaimana dmaksud dalam Pasal 28 ayat (2).

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).

2. 275 (1) Perbuatan yang mengakibatkan

gangguan pada fungsi Rambu Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman Pengguna Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

3. 276 Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek tidak singgah di Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

4. 278 Setiap orang yang mengemudikan

Kendaran Bermotor beroda empat atau lebih di jalan yang tidak dilengkapi dengan perlengkapan berupa ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

5. 279 Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor di Jalan yang dipasangi perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak

Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

6. 280 Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda

paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta

rupiah).

7. 281 Perbuatan pengendara kendaraan

bermotor roda dua atau lebih yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda

(20)

atau sering disebut SIM sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat (1).

paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta

rupiah)

8. 282 Perbuatan pengendara kendaraan

bermotor roda dua atau lebih yang tidak mematuhi pemerintah yang diberikan oleh petugas kepolisian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (3).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

9. 283 Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda

paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus

lima puluh ribu rupiah).

10. 284 Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor dengan tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau pesepeda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (2).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah). 11. 285 (1) Setiap orang yang mengemudikan

sepeda motor di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3)

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor,

bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus

(21)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2).

12. 286 Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor beroda empat atau lebih di jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (3).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah). 13. 287 (1) Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau marka jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf c.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

(3) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf d atau tata cara berhenti dan Parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf e.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

(4) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar ketentuan mengenai penggunaan atau hak utama bagi kendaraan bermotor yang menggunakan alat peringatan dengan bunyi dan sinar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pasal 106 ayat (4) huruf f, atau Pasal 134.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

(5) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf g atau

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp.500.000,00 (lima ratus

(22)

Pasal 115 huruf a.

(6) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan tata cara penggandengan dan penempelan

dengan kendaraanlain sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 106 ayat (4) huruf h..

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

14. 288 (1) Pengemudi kendaraan bermotor

yang tidak dilengkapi dengan surat tanda kendaraan bermotor (STNK) atau surat tanda coba kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp.500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah). (2) Pengemudi kendaraan bermotor

yang tidak dapat menunjukkan surat izin mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah). (3) Setiap orang yang mengemudikan

mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak dilengkapi dengan surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji berkala sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf c.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp.500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah).

15. 289 Pengemudi kendaraan roda empat

atau lebih dan penumpang disampingnya yang tidak mengenakan sabuk keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (6).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

16. 290 Pengemudi dan penumpang

kendaraan bermotor selain sepeda motor yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah dan tidak mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (7).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah). 17. 291 (1) Pengendara kendaraan bermotor

roda dua yang tidak mengenakan helm Standard Nasional Indonesia (SNI) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

(23)

(2) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah). 18. 292 Pengemudi kendaraan bermotor roda

dua tanpa kereta samping yang mengangkut penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (9).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

19. 293 (1) Pengemudi kendaraan bermotor

yang tidak menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana di maksud dalam Pasal 107 ayat (1).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah). (2) Pengemudi kendaraan bermotor

roda dua tidak menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda

paling banyak Rp.100.000,00 (seratus ribu

rupiah). 20. 294 Pengendara kendaraan bermotor yang

membelok atau berbalik arah tanpa memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah). 21. 295 Pengendara kendaraan bermotor yang

berpindah lajur atau bergerak kesamping tanpa memberikan isyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (2).

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah). 22. 296 Pengendara kendaraan bermotor yang

tidak berhenti di lintasan kereta api ketika sinyal sudah berbunyi: palang pintu kereta api sudah mulai ditutup, dan atau ada isyarat lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 huruf a.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda

paling banyak Rp.750.000,00 (tujuh ratus

lima puluh ribu rupiah). 23. 297 Pengemudi kendaraan bermotor yang

berbalapan di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf b.

Dipidana dengan pidana kurunagan paling lama 1 tahun atau denda paling bannyak Rp.3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

24. 298 Pengemudi kendaraan bermotor yang tidak memasang segitiga pengaman ,lampu isyarat peringatan bahaya,

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling

(24)

atau isyarat lain pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (1).

banyak Rp.500.000,00 (liam ratus ribu rupiah).

25. 299 Pengendara kendaraan bermotor yang dengan sengaja berpegang pada kendaraan bermotor untuk ditarik, menarik benda-benda yang dapat membahayakan pengguna jalan lain, dan/atau menggunakan jalur-jalur kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 huruf a, huruf b atau huruf c.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 hari atau denda paling banyak Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah).

26. 300 Pengemudi kendaraan bermotor yang tidak menggunakan lajur yang telah ditentukan atau tidak menggunakan lajur paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (1) huruf c. Bagi pengemudi kendaraan umum yang tidak memberhentikan kendaraannya selama menaikkan dan/atau

menurunkan penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

124 ayat (1) huruf d. Tidak menutup pintu kendaraan selama kendaraan berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (1) huruf e.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

27. 301 Pengemudi berkendaraan angkutan

barang yang tidak mengemudikan Kendaraan Bermotor angkutan barang yang tidak menggunakan jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

28. 302 Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor Umum angkutan orang yang tidak berhenti selain di tempat yang telah ditentukan, mengetem, menurunkan penumpang selain di tempat pemberhentian, atau melewati jaringan jalan selain yang ditentukan dalam izin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

29. 303 Setiap orang yang mengemudikan

mobil barang untuk mengangkut orang kecuali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

(25)

137 ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf c.

Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

30. 304 Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan atau menurunkan penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 153 ayat (1).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

31. 305 Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor yang

mengangkut barang khusus yang tidak memenuhi ketentuan tentang persyaratan keselamatan, pemberian tanda barang, parkir, bongkar dan muat, waktu operasi dan rekomendasi dari instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, atau huruf f.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah).

32. 306 Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan angkutan barang yang tidak dilengkapi surat muatan dokumen perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168 ayat (1).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus

lima puluh ribu rupiah).

33. 307 Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor angkutan umum barang yang tidak mematuhi ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat (1).

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak

Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

34. 308 Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor Umum yang:

a. tidak memiliki izin

menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a;

b. tidak memiliki izin

menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b;

c. tidak memiliki izin dalam Pasal 173.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah).

(26)

mengasuransikan tanggung jawabnya untuk penggantian kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189.

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda

paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta

lima ratus ribu rupiah).

36. 313 Setiap orang orang yang tidak

mengasuransikan awak Kendaraan dan penumpangnya sebagaimana dimaksud pasal 237.

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda

paling banyak Rp.1.500.000,00 (satu juta

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kandungan mineral pada bunga nangka jantan belum ada literatur yang menyatakan berapa jumlah kadarnya, sehingga penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengetahui

Adapun untuk akibat hukum yang ditimbulkan dari tidak diterapkannya kafa‟ah dalam pernikahan, berdasarkan dengan keadaan masyarakat yang telah ditemukan dalam

Salisburry and Ross (1995) menyatakan sitokinin mampu memperlambat penuaan daun dengan cara mempertahankan keutuhan membran tonoplas, sehingga proses fotosintesis tanaman gandum

Sudah 100 b Apakah telah digunakan standard, teknik, dan tool dalam pengadaan, pengembangan, dan pemeliharaan database atau data war 100 c Apakah pengelolaan proyek

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)Pengembangan modul berbasisP2OEW, 2)Kelayakan modul berbasisP2OEW, dan 3) Keefektifanmodul berbasisP2OEW padamateri

· Penentuan tujuan yang jelas dan dapat dicapai. Seperti tujuan mengajak pengunjung ikut andil dalam pemilahan dan pengurangan sampah dari sumber dengan target pemilahan dari

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan khususnya pada perusahaan makanan dan

Perusahaan pada saat sekarang juga tidak memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penetapan dari gaji pokok yang seharusnya diterima oleh karyawan tersebut,