• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DASAR SISWA PRA SEKOLAH DENGAN TIDAK PRA SEKOLAH DI MIN BANTA BANTAENG MAKASSAR - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN PENGETAHUAN DASAR SISWA PRA SEKOLAH DENGAN TIDAK PRA SEKOLAH DI MIN BANTA BANTAENG MAKASSAR - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DASAR SISWA PRA

SEKOLAH DENGAN TIDAK PRA SEKOLAH

DI MIN BANTA BANTAENG MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

OLEH NASRULLAH NIM : 20700108068

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

(2)

ii

bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri, jika dikemudian hari

terbukti bahwa skripsi ini benara adalah hasil karya penyusun, jika dikemudian hari

terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang

lain secara keseluruhan atau sebgian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karena

batal demi hukum.

Makassar, November 2012

Penulis

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbingan penulisan skripsi saudara Nasrullah, Nim: 20700108068, mahasiswa prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang besangkutan dengan judul, “Perbandingan Pengetahuan Dasar Siswa Pra Sekolah dengan Tidak Pra Sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar.”,

memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

Demikian persetujuan untuk proses selanjutnya.

Makassar, November 2012

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

iv

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul “Perbandingan Pengetahuan Dasar Siswa Pra Sekolah dengan Tidak Pra Sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar, yang disusun oleh saudara Nasrullah, Nim. 20700108068. Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Jum’at, 14 Desember 2012 dan dinyataan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dengan beberapa perbaikan.

Makassar, 14 September 2012 30 Muharram 1434

DEWAN PENGUJI

(NOMOR 059 TAHUN 2012)

Ketua : Drs. Suddin Bani, M.Ag. (………..)

Sekertaris : Drs. Muzakkir, M. Pd.I (………..)

Munaqisy I : Dr. H. Susdiyanto, M.Si. (………..)

Munaqisy II : Drs. Sulaiman Saat, M.Pd. (………..)

Pembimbing I : Dra. Hj. Rosmiati Azis, M.Pd.I (………..)

Pembimbing II : Munirah, S.Ag., M.Ag. (………..)

Diketahui Oleh :

Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Alauddin

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan kesehatan, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Alauddin Makassar.

Penulis manyadari bahwa dari awal penelitian ini hingga akhirnya penulisan skripsi ini selesai, begitu banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan moral, materil, motivasi, pikiran dan doa.

Untuk itulah penulis dalam kesempatan ini akan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. A.Qadir Gassing H.T., M.S, selaku Rektor UIN Alauddin Makassar dan

segenap staf-stafnya.

2. Dr. H. Salehuddin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar beserta para Pembantu dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Drs. Sulaiman Saat, M. Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

(6)

vi

5. Para Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bimbingan, dorongan, arahan, jasa-jasa yang tidak terhingga ternilainya bagi penulis.

6. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Banta Bantaeng Makassar, Masitah, S. Ag,

M. Pd. Beserta guru dan pegawai serta seluruh siswa yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas dan informasi selama penulis mengadakan penelitian.

7. Ayahanda Arifin dan Ibunda Ilassa yang telah mencurahkan cinta dan kasih

sayangnya kepada penulis. Serta keikhlasan dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis, serta terima kasih pula atas doa-doa yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

8. Saudara-saudaraku tercinta kakak-kakakku Abd Malik, Nur Canne, S.E dan

Mustanil S.T terima kasih atas doa-doanya.

9. Sahabatku tercinta St.Mutia Asni, S.Pd.I. Muh. Imransyah, S.Pd.I. Riska Awaliah,

S.Pd.I. dan Zaidatul Fauzah, S.Pd.I. terima kasih atas dukungan dan doa-doanya.

10.Keluarga besar PGMI UIN Alauddin Makassar, khususnya angkatan 2008 yang

senantiasa memberikan dorongan moril untuk penyelesaian studi penulis.

11.Kepada Nita Cahyaninsih, SKM terima kasih karena telah memberiku semangat

(7)

vii

12.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuan yang diberikan, semoga mendapat imbalan yang setimpal dari Allah Swt.

Penulis sangat menyadari bahwa manusia hidup jauh dari kesempurnaan, demikian pula dengan skripsi yang penulis susun ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, masih banyak kesalahan dan kekurangan yyang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, kritikan dan saran penulis harapkan dari para pembaca. Hanya Allah semata pemilik segala kesempurnaan, semoga kita semua berada dalam limpahan Ampunan-Nya, dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak khususnya dalam dunia pendidikan.

Makassar, November 2012

Penulis

Nasrullah

(8)

iiiv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1-11 A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Pengertian operasional variabel 7 D. Tujuan dan kegunaan penelitian 8 E. Garis-garis besar isi skripsi 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12-36 A. Pengetahuan dasar ... 12

1. Membaca ... 12

2. Menulis ... 21

3. Berhitung ... 24

B. Pra sekolah ... 27

1. Anak pra sekolah ... 27

2. Ciri Tahap Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak Pra Sekolah ... 28

3. Ciri Anak Pra Sekolah 31 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah 32 5. Tugas dan Tanggung Jawab Anak Usia Pra Sekolah 33 6. Lingkungan Pendidikan Anak Usia Pra Sekolah 34

(9)

ix

BAB III METODE PENELITIAN ... 37-40 A. Jenis penelitian ... 37 B. Populasi dan Sampel ... 37 C. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data 38

D. Teknik analisis data 39

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 41-61 A. Gambaran Umum Lakasi Penelitian 41 B. Hasil penelitian ... 52

1.Pengetahuan Dasar Siswa Pra Sekolah Di MIN

Banta-Bantaeng Kota Makassar 52

2.Pengetahuan Dasar Siswa Tidak Pra Sekolah Di

MIN Banta-Bantaeng Kota Makassar 55 3.Perbedaan Pengetahuan Dasar Siswa Pra Sekolah

dengan Tidak Pra Sekolah Di MIN Banta-

Bantaeng Kota Makassar 58

C.Pembahasan 60

(10)

x

Tabel 4.2 Tabel Daftar nama-nama siswa kelas I A MIN Banta

Bantaeng Makassar 46

Tabel 4.3 Tabel Sarana dan Prasarana MIN Banta-Bantaeng Makassar 48 Tabel 4.4 Tabel Jumlah Buku-Buku Siswa MIN Banta-Bantaeng

Makassar 49

Tabel 4.5 Tabel Media Pembelajaran MIN Banta-Bantaeng Makassar 50 Tabel 4.6 Tabel Mobiler Kelengkapan Sekolah MIN Banta-Bantaeng

Makassar 51

Tabel 4.7 Tabel Hasil Tes Pengetahuan Dasar Siswa Pra Sekolah MIN

Banta-Bantaeng Makassar 52

Tabel 4.8 Tabel Frekuensi Nilai-Nilai Pengetahuan Dasar Peserta Didik

Kelas 1 A yang Pra Sekolah Sejumlah 20 Orang 54 Tabel 4.9 Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Tentang Nilai-Nilai

Pengetahuan Dasar Peserta Didik Kelas 1 A yang Pra Sekolah

sejumlah 20 Orang 55

Tabel 4.10 Tabel Hasil Tes Pengetahuan Dasar Siswa Tidak Pra Sekolah MIN

Banta-Bantaeng Makassar 56

Tabel 4.11 Tabel Frekuensi Nilai-Nilai Pengetahuan Dasar Peserta Didik

Kelas 1 A Yang Tidak Pra Sekolah Sejumlah 12 Orang 57 Tabel 4.12 Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Tentang Nilai-Nilai

Pengetahuan Dasar Peserta Didik Kelas 1 A Yang Tidak Pra

Sekolah Sejumlah 12 Orang 58

Tabel 4.13 Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Tentang Nilai-Nilai

Pengetahuan Dasar Peserta Didik Kelas 1 A yang Pra Sekolah

Sejumlah 20 Orang 59

Tabel 4.14 Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Tentang Nilai-Nilai Pengetahuan Dasar Peserta Didik Kelas 1 A Yang Tidak Pra

(11)

xi

ABSTRAK

Nama Penyusun : Nasrullah

Nim : 20700108068

Judul Skrpsi : Perbandingan Pengetahuan Dasar Siswa Pra Sekolah dengan

Tidak Pra Sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar.

Skripsi ini membahas tentang perbandingan Pengetahuan Dasar Siswa Pra Sekolah denganTidak Pra Sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai kemampuan dasar siswa pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar, untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai kemampuan dasar siswa yang tidak pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar, dan Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai perbandingan kemampuan dasar antara siswa pra sekolah dengan tidak pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian lapangan di MIN Banta-Bantaeng Makassar dengan jenis penelitian kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelasI-A MIN Banta-Bantaeng. Dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan probability sampling atau teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun bagian dari

probability sampling yang peneliti gunakan adalah sampel jenuh yaitu seluruh

populasi diambil sebagai sampel penelitian. Setelah menggunakan teknik pengambilan sampel di atas peneliti menentukan sampel, yaitu kelas 1a yang berjumlah 32 peserta didik karena di kelas 1a peneliti dapat dengan mudah pengetahui tingkat perbedaan pengetahuan dasar peserta didik yang pra sekolah dengan yang tidak pra sekolah. Teknik dan instrumen yang digunakan ada 3, yaitu: teknik dokumentasi dengan instrumen format dokumentasi, teknik tes dengan instrumen soal tes, dan teknik wawancara dengan intrumen pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah Distribusi frekuensi relatif.

(12)

1

Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia. Ajaran untuk melaksanakan pendidikan kepada anak adalah merupakan perintah Allah Swt, yang semua itu merupakan ibadah kepada-Nya. Adapun ayat al-Qur’an yang menjadi dasar pendidikan diantaranya adalah Q.S. Al-Luqman ayat (13)

ٌمْﯾ ِظَﻋ ٌمْﻠُظَﻟ َكْرﱢﺷﻟا ﱠنِاِ ﺎِﺑ ْكِرْﺷُ◌َتﻻ ﱠﻲَﻧُﺑَﯾ ُﮫُظِﻌَﯾ َوُھ َو ِﮫِﻧْﺑِﻻِ ُنﺎَﻣْﻘُﻟ َلﺎَﻗْذِا َو

Terjemahnya:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.1

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1 disebutkan,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara2. Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak baik menjadi baik. Pendidikan dapat mengubah semuanya.

1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Depag, 1971), h. 413.

2 Tim Penyusun UU RI, Sistem Pendidikan Nasional UU RI No.20 Tahun 2003 (Cet. IV;

(13)

2

Pendidikan pada hakikatnya merupakan kasih sayang Allah yang diturunkan kepada segenap makhluk terutama manusia. Dengan kasih sayanglah suatu proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Dengan kasih sayanglah orang tua mendidik anak-anaknya. Dengan kasih sayanglah guru mendidik murid muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin mendidik bangsa serta negaranya3.

Ini berarti pendidikan itu sangatlah penting untuk semua kalangan. Baik kalangan bawah, kalangan menengah, dan kalangan atas. Baik kepada anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Karena pendidikan itu tidak akan pernah hilang sampai kapanpun.

Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga ia dapat hidup secara layak dalam kehidupannya. Dengan demikian, melalui pendidikan siswa dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, dikembangkan nilai-nilai moral dan keterampilannya.

Dengan demikian pendidikan adalah setiap usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku menjadi perilaku yang dinginkan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku, setiap anak harus dididik supaya dengan cara-cara yang sehat dapat mencapai perkembangan intelektual yang maksimal, kepribadiannya terbentuk dengan wajar, mencerminkan sifat-sifat kejujuran, kebenaran dan tanggung jawab supaya dapat menjadi siswa yang di harapkan oleh bangsa dan negara.

Saat ini isu hangat dalam dunia pendidikan adalah tentang penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, maka sistem pendidikan di Indonesia sekarang terdiri dari pendidikan anak usia dini/pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik.

3Heri Jauhari Mucthar, Fikih Pendidikan (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),

(14)

Anak pra sekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan-5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mengikuti program taman kanak-kanak.4

Pendidikan pra sekolah diselenggarakan untuk membantu meletakkan dasar pengetahuan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta bagi anak usia sebelum memasuki pendidikan dasar.

Selain itu, program pendidikan pra sekolah diharapkan pula dapat menimbulkan minat dan motivasi belajar anak sehingga timbul kemauan dan kesenangan untuk belajar, sehingga memberi peluang pada anak untuk menggali potensi dirinya.

Selama tahun-tahun pra sekolah, kebanyakan anak secara bertahap menjadi lebih sensitif terhadap bunyi kata-kata yang diucapkan dan menjadi semakin mampu memproduksi semua bunyi dari bahasa mereka. Kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa kanak-kanak awal meletakkan dasar untuk perkembangan lebih lanjut pada tahun-tahun sekolah dasar.

Beberapa program pendidikan anak pra sekolah, adalah sebagai berikut: 1. Taman Kanak-Kanak (TK)

TK adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal. Tujuan penyelenggaran pendidikan TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, prilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta peserta didik untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Dengan menjalani pendidikan TK diharapkan anak lebih siap untuk

(15)

4

memasuki pendidikan dasar. Sasaran pendidikan TK adalah anak usia 4-6 tahun yakni kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kolompok B untuk anak usia 5-6 tahun.

2. Raudatul Athfal (RA)

Seperti halnya TK, RA merupakan salah satu bentuk PAUD jalur pendidikan formal. Pada prinsipnya penyelenggaraan RA memiliki banyak kesamaan dengan TK bahkan sama dengan TK Islam. Perbedaan RA dengan TK ada pada nuansa keagamaannya, dimana nuansa agama Islam pada RA lebih menonjol dan menjiwai keseluruhan prosen belajar mengajar.

3. Kelompok Bermain (Kober)

Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk layanan PAUD jalur pendidikan non formal yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak usia dini 2 tahu sampai memasuki pendidikan dasar. Kegiatan diarahkan untuk mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak melalui kegiatan bermain sambil belajar. Sasaran Kelompok Bermain dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok usia3-4 tahun, 4-5 tahun dan 5-6 tahun. Kegiatan belajar secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Penanaman nilai-nilai dasar yang meliputi nilai agama dan budi pekerti. b. Pengembangan kemampuan berbahasa, keterampilan motorik kasar dan

halus.

c. Pengembangan perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat/social dan krestifitas yang mencakup seluruh aspek perkembangan.5

4. Taman Penitipan Anak (TPA)

TPA adalah wahana kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan, bekerja, mencari nafkah, atau halangan lain sehingga tidak berkesempatan

(16)

memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya melalui penyelenggaraan sosialisasi dan pendidikan pra sekolah bagi anak 3 bulan sampai memasuki pendidikan dasar. Sasaran layanan TPA adalah anak 3 bulan sampai dengan 6 tahun atau bahkan hingga anak yang sudah berani ditinggal di rumah (7-8 tahun), sedangkan lama anak tinggal di TPA berkisar anatara 8-10 jam perhari selama 5-6 hari perminggu.

Penyelenggaraan TPA secara umum bertujuan untuk menyediakan pelayanan kesejahteraan sosial anak secara optimal agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar.

5. Bina Keluarga Balita (BKB)

BKB adalah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan tujuan membeikanpengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya tentang bagaimana malakukan pembinaan tumbuh kembang anak balita secara optimal, secara pemantauannya. BKB juga merupakan wahana bagi orang tua dan anggota keluarganya untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Sasaran utama BKB adalah keluarga yang mempunyai anak balita usia pra sekolah (0-6 tahun).6

Masalah Indonesia saat ini adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan masih kurang dikalangan masyarakat menengah kebawah. Hal ini juga ditambah dengan tingkat perekonomian masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah. Sehingga kemampuan untuk menempuh pendidikan yang lebih layak masih sulit untuk mereka tempuh. Bukan hanya pendidikan tingkat lanjut namun juga pada tingkat pendidikan pra sekolah. Mereka menganggap pendidikan pra sekolah belum terlalu penting.

Salah satu faktor penyebab rendahnya angka partisipasi PAUD adalah masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya PAUD bagi pertumbuhan kecerdasan anak.

(17)

6

Padahal menurut Hiban S Rahman, anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental yang secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan hasil belajarnya.7

Tapi tidak bisa dipungkiri pendidikan pra sekolah bukanlah satu-satunya yang menjadi penentu keberhasilan seorang peserta didik. Terdapat beberapa faktor faktor- mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar;

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.8

Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti mengambil judul: PERBANDINGAN PENGETAHUAN DASAR SISWA PRA SEKOLAH DENGAN SISWA TIDAK PRA SEKOLAH DI MIN BANTA-BANTAENG, MAKASSAR.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengetahuan dasar siswa yang pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng kota Makassar?

2. Bagaimana pengetahuan dasar siswa yang tidak pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng kota Makassar?

3. Apakah ada perbedaan pengetahuan dasar siswa yang pra sekolah dengan yang tidak pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng kota Makassar?

7 John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 9.

(18)

C. Pengertian Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi judul penelitian ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan pengertian yang sesuai dengan variabel dalam judul skripsi ini. Sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya.

Pengertian operasional variabel dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang variabel-variabel yang diperhatikan. Pengertian operasional variabel penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Pengetahuan Dasar

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) sedangkan dasar adalah bagian paling bawah. Jadi pengetahuan dasar adalah bagian paling bawah atau yang paling mendasar dari segala sesuatu yang diketahui. Pengetahuan dasar yang penulis maksud di sini ada tiga, yaitu: membaca, menulis dan berhitung.

a. Membaca

Membaca adalah kegiatan untuk memperoleh informasi melalui media kata-kata bahasa tulis. Dari informasi tersebut seseorang tidak hanya dapat meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik tetapi juga memungkinkan juga berpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya, politik dan memenuhi kebutuhan sosial. Alat ukur yang digunakan adalah lembar tes.

b. Menulis

(19)

8

digunakan adalah lembar tes. c. Berhitung

Kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Instrumen atau alat ukur yang digunakan adalah lembar tes.

2. Pra Sekolah

Pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan formal atau pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.

3. Tidak Pra Sekolah

Tidak mengikuti jalur pendidikan usia dini seperti TK (taman kanak-kanak), Kelompok Bermain dan lain sebagainya sebelum masuk sekolah dasar.

D. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai kemampuan dasar siswa pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar.

b. Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai kemampuan dasar siswa tidak pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng Makassar.

c. Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai perbandingan

(20)

MIN Banta-Bantaeng Makassar.

2. Kegunaan

Berdasarkan pada tujuan penelitian diatas, maka ada beberapa kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini. Kegunaan dari hasil penelitian tersebut sebagai berikut:

a. Kegunaan Ilmiah

1) Sebagai kajian lebih lanjut mengenai perbedaan pengetahuan dasar siswa pra sekolah dengan tidak pra sekolah pada tingkat satuan pendidikan.

2) Mengingat penelitian ini masih berskala kecil, maka diharapkan untuk diteliti lebih lanjut dalam skala yang lebih besar.

3) Memperkaya dan mengembangkan khasanah pengetahuan ilmiah. Terkhusus dalam bidang pendidikan

b. Kegunaan Praktis 1) Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam menyempurnakan kurikulum dan perbaikan pembelajaran guna menumbuhkan kreativitas seluruh komponen yang ada di sekolah.

2) Bagi Guru

a) Dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan dalam pembelajaran dapat diminimalisir

(21)

10

3) Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian kuantitatif serta memberikan gambaran pada peneliti sebagai calon guru tentang bagaimana sistem pembelajaran yang baik di sekolah.

E. Garis Besar Isi Skripsi

Penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang secara garis besarrnya adalah sebagai berikut:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang dan kemudian melahirkan suatu masalah yang isinya perbandingan pengetahuan dasar siswa pra sekolah dengan tidak pra sekolah di MIN Banta-Bantaeng kota Makassar. Selanjutya dilengkapi dengan rumusan masalah yang merupakan penjabaran dari pembatasan masalah dalam bentuk pernyataan. Selanjutnya mengungkapkan pula definisi operasional variabel yang merupakan maksud atau arti dari judul penelitian agar tidak terajadi kesalah pahaman. Berikutnya adalah tujuan dan kegunaan penenlitian yang masing-masing merupakan pernyataan dari apa yang hendak dicapai dan pernyataan mengenai manfaat penelitian jika tujuan telah tercapai. Dan terakhir dikemukakan garis besar isi skripsi sebagai gambaran dari seluruh isi skripsi.

Bab II Penulis mengemukakan kajian pustaka (Kajian Teoritis), yaitu menjelaskan bahwa pokok masalah akan diteliti mempunyai relevansi dengan sejumlah teori. Dalam hal ini, penulis mengemukakan tinjauan pustaka yang terdiri dari atas dua sub yaitu pengertian pengetahuan dasar dan pra sekolah.

(22)

data, instrument yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini,teknik pengumpulan serta analisis data.

(23)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengetahuan Dasar

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) sedangkan dasar adalah bagian paling bawah. Jadi pengetahuan dasar adalah bagian paling bawah atau yang paling mendasar dari segala sesuatu yang diketahui. Pengetahuan dasar yang penulis maksud di sini ada tiga, yaitu: membaca, menulis dan berhitung.

1. Membaca

a. Hakikat Membaca

Kata membaca dalam kamus Bahasa Indonesia berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau dalam hati saja1.

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual membaca, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.2

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.3

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 83.

2 Farida Rahim, Pengajaran Membaca Sekolah Dasar (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2005),

h. 2.

3 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:

(24)

Jadi membaca pada hakikatnya bukan hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga memahami dari isi tulisan.

Kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang dapat meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan juga berpastisipasi dalam kehidupan sosial-budaya, politik, dan memenuhi kebutuhan emosional. Membaca juga bermanfaat untuk rekreasi atau untuk memperoleh kesenangan. Mengingat banyaknya manfaat kemampuan membaca, maka anak harus belajar membaca dan kesulitan belajar membaca kalau dapat harus diatasi secepat mungkin.4

Jadi menurut Henry dan Mulyono membaca bisa dijadikan sebagai salah satu kegiatan untuk memperoleh kesenangan.

Menurut Soedarso, membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Aktivitas yang kompleks dalam membaca meliputi pengertian dan khayalan, mengamati, serta mengingat-ingat.5

Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambing bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tilisan. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.

Soedarso mengemukakan bahwa memebaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Bond mengemukakan bahwa membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengematan yang telah dimiliki.6

4 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Cet. II; Jakarta:

Rineka Cipta, 2003), h. 200.

5 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.

4.

(25)

14

Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca. Banyak anak yang dapat membaca secara lancar suatu bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bahan bacaan tersebut. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait erat dengan kematangan gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Mempersiapkan anak utnuk belajar membaca merupakan suatu proses yang panjang.

Hornsby dalam Soedarso menganjurkan agar ibu sudah mulai bercakap-cakap dengan bayi sejak bayi dilahirkan. Seorang ibu hendaknya juga harus menjelaskan segala yang dilakukan bersama anak, karena menurut Hornsby anak baru memahami makna suatu kata setelah sekitar 500 kali anak mendengarkan kata tersebut.7

Dengan demikian, proses mempersiapkan anak untuk belajar membaca harus dimulai sejak bayi dilahirkan.

Menurut Harris ada lima tahap perkembangan membaca yaitu: 1) Kesiapan membaca

2) Membaca permulaan

3) Keterampilan membaca cepat 4) Membaca luas

5) Membaca yang sesungguhnya8

Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan, umumnya pada saat masuk kelas 1 SD. Kesiapan menunjuk pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien.

Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas 1 SD, yaitu pada saat berusia sekitar 6 tahun. Meskipun demikian, ada anak yang sudah

7Ibid.

(26)

belajar membaca lebih awal dan ada pula yang baru belajar membaca pada usia 7 atau 8 tahun. Sudah lama terjadi perdebatan antara peneliti yang menekankan penggunaan pendekatan pengajaran yang menekankan pada pengenalan simbol dengan yang menekankan pada pengenalan kata atau kalimat secara utuh.

Jadi untuk mengajarkan anak untuk membaca yang menekankan pada pengenalan kata atau kalimat ditekankan pada pengenalan simbol.

Chlall dalam Soedarso mengemukakan bahwa hasil penelitiannya yang dilakukan pada tahun 1967 menunjukkan bahwa pendekatan yang menekankan pada pengenalan simbol bahasa atau huruf lebih unggul daripada yang menekankan pada pengenalan kata atau kalimat. Pada tahun 1978 Kirk, Kliebhan, dan Lerner menyajikan suatu model pendekatan tiga tahap belajar membaca yang terdiri dari (a) membaca keseluruhan, (b) membaca rinci, (c) membaca tampa kesadaran rincian.9

Dengan demikian membaca adalah kegiatan untuk memperoleh informasi melalui media kata-kata bahasa tulis. Dari informasi tersebut seseorang tidak hanya dapat meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik tetapi juga memungkinkan juga berpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya, politik dan memenuhi kebutuhan sosial.

b. Manfaat dan Tujuan Membaca 1) Manfaat membaca

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntuk terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektf antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasan sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.10

9Ibid., h. 203.

(27)

16

Kemampuan membaca merupakan suatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat pentingnya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca.

2) Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khususnya yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.11

(d) Meningkatkan informasi baru dengan informasi yang telah dietahuinya

(e) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis (f) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

(g) Menempilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.

(h) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik12

(i)

Dengan demikian, membaca merupakan kegiatan yang harus dilakukan bagi setiap orang, karena selain dengan membaca kita memperoleh pengetahuan dan wawasan baru juga dapat meningkatkan kecerdasan seseorang. Selain itu, setiap

11Ibid., h. 11.

(28)

seseorang membaca hendaknya memiliki tujuan yang jelas seperti yang dikatakan oleh Blanton, dkk.

c. Faktor-Faktor yang dapat Membangkitkan Kegemaran Anak Membaca Pada umumnya, anak cenderung ingin mengetahui banyak hal dan kecenderungannya pun beragam. Idealnya, membaca memiliki peran yang mendasar dalam menjawab berbagai pertanyaan di benak anak. Dalam hal ini, guru harus memahami kecenderungan anak dalam setiap fase, usia, dan tingkatan sekolah mereka, sehingga diharapkan anak akan membaca dengan persaan senang untuk memenuhi keingintahuannya.13

Terkadang, kegemaran anak membaca dipengaruhi oleh tingkat IQnya. Anak yang tingkat IQnya lemah cenderung memilih bacaan-bacaan ringan yang bahasa mudah dan sederhana. Sebaliknya, anak yang tingkat IQnya tinggi akan memilih buku-buku yang biasanya diminati oleh orang-orang dewasa, karena pengruh kegemarannya yang tinggi dan arah bacaannya pun positif.

Jadi beberapa faktor yang membangkitkan kegemaran membaca anak adalah usia, tingkat IQ, dan tingkatan sekolah anak.

Kegemaran anak terhadap bacaan dapat juga dipengaruhi oleh faktor usia. Pada awalnya, anak menyukai buku-buku cerita, kemudian secara bertahap sesuai dengan pertambahan usianya ia mulai membaca buku-buku dengan topik yang lebih berat.14

Perlu dipehatikan bahwa anak yang hidupnya tidak tenang dan penuh dengan

kecemasan-kecemasan, dapat dipastikan ia akan memilih bacaan yang sesuai dengan

kondisi hatinya yang galau untuk mencari kesimpulan atau untuk mencari kepuasan

13 Fahim Musthafa, Agar Anak Anda Gemar Membaca (Cet. I; Bandung: Hikmah, 2005), h.

85-86.

(29)

18

dan kesenangan. Maka, hanya dengan rasa percaya diri dan pemenuhan

kemampuannya, anak akan dapat mengambil manfaat dari bacaannya.

Beberapa penelitian menetapkan hasil-hasil sebagai berikut:

1) Usia dan jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), memenuhi anak dalam memilih materi bacaan.

2) Kecerdasan, kondisi ekonomi keluarga, dan keterampilan membaca merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam memilih bacaan.

3) Anak yang berusia 6 atau 7 tahun lebih menyukai cerita-cerita tentang hewan, kisah-kisah fiksi, humor, kepahlawanan, dan petualangan.

4) Anak laki-laki lebih menyukai bacaan tentang kehidupan luar rumah, cerita kepahlawanan, cerita petualangan, cerita binatang, permainan, olahraga, cerita fiksi dan humor.

5) Anak perempuan yang menginjak dewasa, lebih menyukai teka-teki, cerita tentang kehidupan rumah tangga dan sekolah, kisah cinta yang romantis dan misteri romantis.15

Dapat disimpulkan bahwa hal penting yang harus dilakukan baik para pendidik maupun orang tua dalam membangkitkan minat baca anak khususnya anak usia pra sekolah adalah dengan mencari terlebih dahulu minat dari anak tersebut.

d. Metode Mengajar Membaca Permulaan 1) Metode Eja (Spell Method)

Metode ejaan adalah metode yang paling terdahulu, yang sekarang suda jarang/tidak terpakai lagi. Metode ini mengajarkan kepada anak-anak huruf-huruf dalam abjad, dengn namanya, bukan dengan bunyinya.

Huruf-huruf ini dirangkaikan menjadi suku kata, dari suku kata menjadi kata. Contoh:

de – a = da ; el – I – el = lil ; jadi: dalil16

15Ibid., h. 94-95.

16 M. Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di

(30)

2) Metode Bunyi (Klank Method)

Dalam mengajar menurut metode bunyi, bukannya nama huruf yang diajarkan, melainkan bunyinya. Jalannya sama dengan metode eja.

Jadi metode eja dan metode bunyi memiliki kemiripan karena cara untuk menggunakan kedua metode tersebut sama.

3) Metode Lembaga Kata

Metode lembaga kata dapat dikatakan sebagai peralihan antara metode bunyi

dengan metode yang tebaru, yakni: metode global. Proses pelaksanaan adalah

kira-kira sebagai berikut:

(a) Menyajikan kepada para siswa sebuah kata yang tidak asing lagi bagi mereka. (biasanya kata-kata itu di tulis dalam sebuah gambar).

(b) Menganalisis atau menguraikan kata menjadi suku kata. Suku kata langsung ke bunyi huruf.

(c) Mengajarkan huruf dari tiap-tiap bunyi yang telah dipisahkan dari lambing kata. (d) Huruf-huruf itu disintesis atau dirangkaikan menjadi suku dan kata.

(e) Kata-kata itu dirangkaikan menjadi pola kalimat sederhana.17

4) Metode Global

Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu merupakan segala

keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu iiwa dan ahli didik bangsa

Belgia yang bernama Decroly. Penemuan metode ini berdasarkan atas hasil-hasil

penyelidikan dari ilmu jiwa Gestalt.

Adapun cara pelaksanaannya dapat disingkat sebagai berikut:

(a) Beberapa minggu yang pertama anak-anak diberikan kalimat-kalimat yang

merupakan cerita singkat, umumnya yang mudah-mudah dan berhubungan

(31)

20

dengan diri anak-anak, yang sudah dikenal. Kalimat-kalimat itu di tulis dengan

huruf-huruf tulis, yang tiap-tiap hari dapat diulanginya. Contohnya:

Ini ibu Ani

Ibu Ani masak nasi Ani makan nasi

(b) Setelah beberapa lama, anak-anak hafal bunyi kalimat itu dan dapat membedakan kata-kata yang sama atau hampir sama. Alangkah baiknya jika tiap-tiap kalimat disertai gambar.

(c) Setelah dapat membedakan kata-kata dalam kalimt-kalimta yang sudah diberikan (hal ini biasanya dengan tidak disadari), maka berangsur-angsur anak-anak itu akan dapat pula membedakan suku kata (hafal). Kemudian mengerti huruf-huruf dengan bunyi sekaligus.

(d) Setelah hafal dan mengerti bunyi-bunyi huruf itu, dapat pula merangkaikannya menjadi kata-kata, dari kata-kata menjadi kalimat.18

5) Metode SAS atau Struktur Analisa Sintesa

Metode ini mirip dengan metode global meskipun tidak sama. Dalam metode global dimulai dari suatu unit pikiran atau suatu cerita. Siswa perlu menghafal beberapa kalimat dan dikenalkan banyak huruf sekaligus.

Dalam metode SAS hanya membicarakan suatu hal. Misalnya ibu, bacanya berupa kalimat pendek, seperti: ini ibu – ibu Ani.19

Jadi, dari beberapa metode yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa semua metode tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan, sehingga metode-metode tersebut dapat digabungkan sehingga dapat saling mengisis satu sama lain.

18Ibid.

(32)

2. Menulis

a. Hakikat Menulis

Kata menulis dalam kamus Bahasa Indonesia berarti membuat huruf, angka dengan pena, pensil, atau kapur.20

Menurut Lado menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. 21

Menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Soemarmo Markam menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari, dan mata secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara. Tarigan mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut.

Menurut Poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet, menulis merupakan penggambaran visul tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisnya untuk keperluan komunikasi atau mencatat.22

Dari beberapa definisi tentang munulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut:

20 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op. cit., h. 1219. 21 Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri, dan Sri Wahyuni, eds 1, paket 2 Bahasa Indonesia 1

(Surabaya: Aprinta, 2009), h. 9.

(33)

22

1) Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi,

2) Menulis adalah manggambarka pikiran, perasaan, dan id eke dalam bentuk lambing-lambang bahasa grafis,

3) Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.

Proses belajar menulis pada hakikatnya merupakan suatu proses neurofisiologis. Menurut Russel dan Wanda ada pembagian otak de dalam lobus, a) lobus frontalis, b) lobus parientalis, c) lobus temporalis, dan d) lobus occipitalis. Lobus frontalis terletak di bagian depan, dilindungi oleh tulang dahi. Fungsi lobus frontalis adalah sebagai pusat pengertian, koordinasi motorik, dan yang berhubungan dengan watak dan tabiat. Lobus parientalis terletak di bagian atas, dilindungi oleh tulang ubun-ubun.

b. Tujuan Menulis

Hugo Hartig merumuskan tujuan menulis:

1) Tujuan penugasan sebenarnya tidak memiliki tujuan karena orang yang menulis melakukannya karena tugas yang diberikan kepadanya, 2) Tujuan altruistic penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca,

menghidarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenagkan dengan karyanya itu,

3) Tujuan persuasive bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) Tujuan informasional penulis pertujuan member informasi atau keterangan kepada para pembaca.

5) Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada para pembaca.

6) Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan dirinya denagan keinginan mencapai norma artistic, nilai-nilai kesenian, dan sebagainya.

7) Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.23

(34)

Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan menulis berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata denganmenggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.

c. Jenis-jenis Tulisan

Ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan. Isi tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian, dan tata sajian tulisan. Berdasarkan hal tersebut, ragam tulisan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: deskripsi (perian), eksposisi (paparan), argumentasi (bahasan), dan narasi (kisahan).

1) Deskripsi

Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dituliskan itu sesuai dengan citra penulisnya.24

Dengan demikian, melalui tulisan deskripsi dalam bentuk karangan dapat membantu pembaca khususnya peserta didik untuk mengembangkan imajinasinya melalui bacaan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.

2) Narasi

Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan kejadiannya (kronologis), dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.25

Jadi tulisan narasi adalah tulisan yang menyajikan kronologis dari sebuah cerita.

24Ibid.

(35)

24

3) Eksposisi

Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka. Dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu hal.26

Jadi tulisan eksposisi adalah penulis berusaha untuk mengkomunikasikan sesuatu yang berupa data faktual dan suatu analisis penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta.

4) Argumentasi

Tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. 27

Jadi tulisan argumentasi adalah karangan yang ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.

3. Berhitung

Kata berhitung dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah menyebutkan angka-angka atau mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan sebagainya).28

a. Pengertian berhitung di taman kanak-kanak

Dalam pedoman pembelajaran permainan berhitung permulaan di taman kanak-kanak dijelaskan bahwa:

26Ibid.

27Ibid., h. 10.

(36)

Berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.29

Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta (route counting/rational counting). Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkrit. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 atau 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.

Jadi Pada permainan bilangan ini anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang bilangan sesuai dengan jimlah benda-benda, pengenalan bentuk dan dapat mencocokkan sesuai dengan lambang bilangan. Contoh kegiatannya adalah: meletakkan sejumlah kancing yang telah ditentukan pada gambar baju, meletakkan sejumlah biji semangka pada gambar semangka, permainan angka dengan benda, bermain pengurangan dan penjumlahan melalui menyanyi.

b. Tujuan Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-Kanak

Depdiknas menjelaskan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu:

1) Tujuan Umum

Secara umum berhitung permulaan di TK adalah untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.

29 Boediono dan Suwito, Pintar Berhitung Super Cepat (Jakarta: Bintang Indonesia, 2005), h.

(37)

26

2) Tujuan Khusus

a) Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak.

b) Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.

c) Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraki dan daya apresiasi yang tinggi.

d) Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat meperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

e) Memiliki krestifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.30

Dengan demikian, tujuan khusus dari pembelajaran berhitung di TK adalah peserta didik diharapkan lebih siap dan dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini sehingga dapat menyesuaikan dan dapat melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat serta dapat menghasilkan sesuatu yang kreatif dan inovatif dalam kesehariannya.

c. Prinsip-Prinsip Berhitung di Taman Kanak-Kanak

Prinsip-prinsip berhitung di Taman Kanak-Kanak ini mengacu pada pedoman pembelajaran permainan berhitung permulaan di Taman Kanak-Kanak, yaitu:

1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui pengamantan terhadap alam sekitar.

2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya, dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.

3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberikesempatan berpastisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-maslah sendiri.

4) Permainan berhitung membutuhkan suasana meyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak, untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda

(38)

sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak berbahaya.

5) Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak. 6) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai

tahap penguasaanya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.

7) Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.31

Jadi, prinsip-prinsip berhitung ditaman kanak-kanak memperhatikan tingkat kesukaran dari materi, harus memberi kesempatan kepada siswa untuk berpastisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-maslah sendiri, menciptakan suasana belajar yang meyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak serta menggunakan bahasa yang sederhana.

B. Pra Sekolah

1. Anak Pra Sekolah

Menurut Biechler dan Snowman anak pra sekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program pra sekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3bulan – 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak.32

Menurut Martinis dan Jamilah pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.33

31Ibid.

32 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Cet II; Jakarta: Rineka Cipta,

2003), h. 19.

33 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (Cet. I;

(39)

28

Jadi anak pra sekolah adalah pembinaan yang ditujukan pada anak usia dini .

Menurut pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi penagalaman yang diberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.34

Jadi, pada tahap perkembangan anak pra sekolah ini, anak mulai menguasai keterampilan fisik, bahasa dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya.

2. Ciri Tahap Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak Pra Sekolah

a. Perkembangan Jasmani

Pada saat anak mencapai tahap pra sekolah (3-6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak pra sekolah. Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki.35

Dengan pertambahan usia, perbandingan antar bagian tubuh, akan berubah, letak gravitasi makin berada di bawah tubuh, dengan demikian anak yang makin bertambah usianya, keseimbangan tersebut ada di tungkai bagian bawah. Gerakan anak pra sekolah lebih terkendali, dan terorganisasi dalam pola-pola, seperti: menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjumtai secara santai, dan mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Terbentuknya

34 Yuliani Nuraini Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT. Indeks

Jakarta, 2009), h. 6.

(40)

pola-pola tingkah lahu ini memungkinkan anak untuk berespon dalam berbagai situasi.

Perkembangan lain yang terjadi pada anak pra sekolah, umumnya ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan tanggal pada akhir masa pra sekolah. Gigi yang permanen tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan system tulang akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia pra sekolah. Jaringan saraf mereka juga berkembang sesuai pertumbuhan otak dan mereka akan mampu mengembangkan berbagai gerakan mengendalikannya dengan lebih baik.36

Dengan demikian perkembangan fisik yang terjadi pada anak usia pra sekolah akan sejalan dengan usia mereka dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan otak sehingga mereka mampu mengembangkan berbagai gerakan dengan lebih baik.

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan pada berbagai teori denga berbagai peristilahan. Pandangan aliran tingkah laku (Behaviorisme) berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunya informasi yang makin bertambah. Sedangkan aliran (interactionist) atau (developmentalis), berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari interaksi anak dengan lingkungan anak. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Perkembngan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif terdiri dari empat tahapan perkembangan yaitu tahapan sensorimotor, tahpan praoperasional, tahapan

kongkret operasional dan tahapan formal operasional. Tahapan-tahapan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan pengalaman anak.

37

36Ibid.

(41)

30

Jadi, Walaupun pada umumnya usia anak pra sekolah dikaitkan dengan tahapan perkembangan dari Pieget, yakni tahapan sensorimotor (0-2 tahun), tahap

praoperasional (2-7 tahun), kecepatan perkembangan anak bersifat pribadi, tidak selalu sama untuk masing-masing anak. Dalam tahap sensorimotor anak-anak belajar melalui indra dan tindakannya. Sedangkan setealah masuk tahap praoperasional

anak-anak mulai belajar dengan menggunakan pemikirannya. c. Perkembangan Bahasa

Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja lalu berekspresi dengan komunikasi, dan dari hanya berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujuran yang tepat dan jelas.38

Anak-anak pra sekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan menyanyi. Sejak anak berusia 2 tahun anak memiliki minat yang kuat untuk mnyebut berbagai nama benda. Minat tersebut akan terus berlangsung dan meningkat yang sekaligus akan menambah perbendaharaan kata yang telah dimiliki. Hal-hal di sekitar anak akan mempunyai arti apabila anak mengenal nama, pengalaman-pengalaman dan situasi yang dihadapi anak akan mempunyai arti pula apabila anak mampu menggunakan kata-kata untuk membentuk gagasan yang dapat dikominikasikan kepada orang lain. 39

Dengan demikian, melalui bahasa pendengar/menerima berita akan mampu untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita. Anak-anak dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lain, misalnya bermain peran, isyarat

38Ibid., h. 29.

(42)

yang ekspresif,dan melalui bentuk seni (misalnya menggambar). Ungkapan tersebut dapat berupa petunjuk bagaiman anak memandang dunia dalam kaitan dirinya kepada orang lain.

3. Ciri Anak Pra Sekolah

Menurut Snowman, ciri-ciri anak pra sekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada di taman kanak-kanak (TK). Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial,emosi dan kognitif anak.

a. Ciri Fisik Anak Pra Sekolah atau TK

1) Anak pra sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.

2) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup. Seringkali anak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.

3) Otot-otot besar pada anak pra sekolah lebih berkembang dari control terhadap jari dan tangan.

4) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila haris mengfokuskan pandangannya pada objek-objek kecil ukuranya, itulah sebabnya kordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.

5) Walaupun tubuh anak itu lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan temannya, sebainya dilerai.

6) Walaupun anak laki-laki lebih besar, dan anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaliknya jangan mengkritik anak laki-laki apabila ia tidak terampil.40

Dengan demikian, ciri fisik dari anak usia pra sekolah adalah mereka pada

umumnya sangat aktif karena mereka mengalami perkembangan pada control

terhadap tangan dan kakinya serta mereka mulai tertarik dengan berbagai nama benda

dan warna. Sehingga hendaknya anak usia seperti ini harus terus diawasi karena

tengkorak kepala yang melindungi otaknya masih lunak.

(43)

32

Ciri selanjutnya adalah anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang

bersifat praktis dibanding anak laki-laki. Sehingga hendaknya pengajar harus

bersikap sebagai pembimbing dan motivator.

b. Ciri Sosial Anak Pra Sekolah atau TK

1) Umumnya pada tahap ini anak memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat itu cepat berganti. Merka umunya dapar cepat menyesuaikan diri secara social, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.

2) Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti.

3) Anak yang lebih muda sering kali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.

4) Pola bemain anak sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial.

5) Perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian meraka telah berbaik kembali. Anak laki-laki lebih banyak melaukan tingkah laku agresif dan perselisihan.

6) Tealah menyadari peran jenis kelamin.41

Penulis sangat setuju dengan pendapat di atas karena anak usia seperti ini pada umumnya cepat menyesuaikan diri secara social dengan teman sebayanya serta memiliki pola bermain yang sangat bervariasi sesuai dengan kelas sosialnya dan telah menyadari perannya sesuai dengan jenis kelaminnya.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah

Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti bahwa sel tubuh bertambah banyak atau sel tumbuh dalam ukuran. Mengukur pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menimbang dan mengukur tubuh anak. Relatif, melaksanakan pengukuran ini relatif lebih mudah dibandingkan mengukur perkembangan sosial atau perkembangan kepribadian seseorang.42

41Ibid,. h. 33-35.

(44)

Pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan macam-macam makanan yang dikonsumsi tubuh. Hubungan antara makanan yang dikonsumsi tubuh dan pertumbuhan badan menjadi perhatian para ahli gizi. Namun, kenyataannya pertumbuhan tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi saja tetapi juga proses sosial.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Keduanya (pertumbuhan dan perkembangan) memang benar saling berkaitan dan dalam penggunaan kedua pengertian tersebut sering kali dilakukan satu sama lain. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya.

Seorang anak sudah dapat melihat sejak lahir dengan menangis, ekspresi muka dan gerakan-gerakan. Apabila anak berinteraksi dengan lingkungan berarti sekaligus anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Dengan demikian hubungan anak dengan lingkungan, bersifat timbal-balik, baik yang bersifat perkembangan psikologis maupun pertumbuhan dan perkembangan fisik.43

Dengan demikian pertumbuhan anak usia pra sekolah dipengaruhi oleh jumlah dan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi oleh tubuh sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Sedangkan perkembangan anak usia pra sekolah dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan anak tersebut.

5. Tugas dan Tanggung Jawab Anak Usia Pra Sekolah

Tugas dan tanggung jawab dari anak usia pra sekolah adalah mereka harus mulai belajar membereskan mainan, pakaian kotor, dan merapikan bekas

(45)

34

makan mereka. Mereka juga harus belajar menggantungkan jaket dan meletakkan sepatu dengan rapi di tempatnya.44

Jadi, harus dipahami bahwa para orang tua maupun pendidik seringkali perlu usaha ekstra untuk menanamkan tanggung jawab mereka.

6. Lingkungan Pendidikan Anak Usia Pra Sekolah

Ekologi adalah suatu studi tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana hasilnya atau konsekuensinya dari interaksi tersebut. Dengan berkembangnya lingkungan maka berkembang pula minat seseorang. Para pendidik yang bekerja dengan anak usia TK sebaiknya memperhatikan lingkungan anak. Anak pada usia tersebut mempunyai pengalaman bersama keluarga, lingkungan rumah, teman sebaya, orang dewasa lain, dan lingkungan sekolah.45

Oleh karena itu, orang tua haruslah bekerja sama dengan guru dan masyarakat dalam mengawasi pergaulan anak.

Lingkungan anak TK terdiri dari tiga lapis yang masing-masing mengandung lingkungan ekologi yang berorientasi pada:

a. Lingkungan fisik, yang terdiri dari objek, materi dan ruang.

Lingkungan fisik yang berbeda akan mempengaruhi anak. Misalnya anak yang dibesarkan dalam lingkungan dengan objek yang serba mewah, alat mainan yang bervariasi serta ruang gerak yang luas akan lebih memungkinkan berkembang secara optimal bila dibanding dengan mereka yang serba kekurangan dan tinggal di rumah yang sempit.

b. Lingkungan yang bersifat aktivitas, terdiri dari kegiatan bermain, Kegiatan sehari-hari, dan upacara yang bersifat keagamaan. Misalnya, anak yang aktivitas sehari-hari di isi dengan kegiatan yang bermakna misalnya bermain bersama ibu, hasilnya akan lebih berkualitas dibanding dengan anak bila bermain sendiri.

c. Berbagai orang yang ada disekitar anak dapat dibedakan dalam usia, Jenis kelamin, pekerejaan, status kesehatan dan tingkat pendidikannya. Lingkungan anak akan lebih baik bila orang-orang di sekitarnya

44 Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah (Cet. II;

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 34.

(46)

berpendidikan dibandingkan bila lingkunganya terdiri dari orang yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal.

d. Sistem nilai, sikap, dan norma ekologi anak akan lebih baik apabila anak diasuh dalam lingkungan yang menamkan disiplin yang konsisten, dibandingkan bila mereka tinggal dalam lingkungan yang tidak menentu aturannya.

e. Komunikasi antar anak dan orang sekelilingnya akan menentukan perkembangan sosial dan emosi anak.

f. Hubungan yang hangat dan anak merasa kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungannya, akan menghasilkan perkembangan kepribadian yang lebih mantap dibandingkan apabila hubungannya lebih banyak mendatangkan kecemasan.46

Dengan demikian lingkungan sangat mempengaruhi pendidikan anak pra sekolah. Dengan berkembangnya lingkungan maka akan berkembang pula minat dari peserta didik sehingga para pendidik anak usia pra sekolah/TK memperhatikan lingkungan anak. Seperti lingkungan fisik anak dan lingkungan tempat anak-anak beraktivitas.

7. Cara Belajar Anak Usia Dini

Pada umumnya rentangan usia dini masih melihat segalah sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung pada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialaminya.

Menurut Hawadi dasar-dasar dari aktifitas anak pada rentangan usia dini (usia 2-10 tahun) adalah:

a. Anak belajar memerankan perasaan/nurani dalam pergaulan. Dimana perasaan/nurani merupakan pola tingkah laku yang kompleks yang tidak dipelajari melainkan diperoleh dari kelahiran dan dapat terlihat pada seseorang.

b. Refleks-refleks dan aktivitas tubuh. Tujuan gerakan refleksionis adalah melindungi dari kemungkinan menerima rangsangan baik dari luar maupun dalam yang menimbulkan kerugian, missal: batuk, tangan, bersin, dan kedipan mata.

(47)

36

c. Interaksi dan sosialisasi. Dimana pada masa ini anak mulai membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial, belajar bergaul khususnya bagi anak usia 4-10 tahun.

d. Kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan anak pada usia seperti ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Kebutuhan dan keinginan terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis-organis (makanan, air, dan oksigen) dan kebutuhan psikis.

e. Kebutuhan akan menyatakan diri.

f. Kebutuhan mengadakan hubungan dengan sesama atau bersosilisasi. g. Kebutuhan akan harga diri.47

Dengan demikian pada dasarnya seluruh aktifitas/kegiatan anak usia pra sekolah masih bergantung pada objek-objek nyata dan pengalaman-pengalaman yang telah dialaminya.

47 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik: Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan

Gambar

Table 3.1
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya upaya-upaya dari pihak Dinas Pendidikan Kota Makassar Untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Makassar memberikan hasil

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi promosi Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN) Makassar yaitu: 1)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Polres dan Pengadilan Negeri Bantaeng, dapat dilihat bahwa pada kekerasan yang dilakukan oleh Guru terhadap anak didiknya

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun sistem pendataan anak putus sekolah pada Dinas Pendidikan Kota Makassar yang dapat membantu proses

1. Ada hubungan antara kebiasaan memakai alas kaki dengan kejadian infeksi kecacingan pada pemulung sampah usia anak sekolah dasar di tempat pembuangan akhir Antang, kota

Untuk mengetahui hubungan antara pola makan, pengetahuan, sikap dan tindakan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini preeksperiment dengan jenis pretest-posttest design. Anak usia pra sekolah pada saat penelitian berjumlah 28

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Penyakit Infeksi Kulit pada Murid Kelas I Sekolah Dasar Inpres Andi Tonro Makassar. Infeksi kulit pada anak di Indonesia masih