GAMBARAN REAKSI HOSPITALISASI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG AR RAHIM
RSUD HAJI MAKASSAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Keperawatan pada
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Oleh
MUH. IRWAN IRHAM NIM 70300107118
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat
oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Makassar, Agustus 2013
Penyusun,
PENGESAHAN SKIRIPSI
Skripsi yang berjudul
“Gambaran Reaksi Hospitalisasi Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah di Ruang Ar Rahim RSUD Haji Makassar” yang disusun oleh Muh. Irwan Irham, Nim, 70300107118, MahasiswaProdi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Telah diuji dan dipertahankan dalam
sidang skripsi yang diselenggarakan pada hari Rabu 17 April 2013, bertepatan
dengan 15 Ramadhan 1431 H dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (dengan berbagai
perbaikan).
Makassar, 17 April 2013 M
5 Jumadil Akhir 1433 H
DEWAN PENGUJI
Ketua : Risnah, SKM, S.Kep.Ns.M.Kes. (...)
Sekertaris : Mulyadi Muhidin, S.Kep, Ns (...)
Penguji I : Dr. Nur Hidayah, S.Kep.Ns.M.Kes. (...)
Penguji II : Drs. H. Supardin, M.Hi (...)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH., MH. Kes.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya
yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di
muka bumi ini.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih buat kedua orang tua dan saudara-saudaraku
atas bantuan baik berupa materi maupun dukungannya, serta penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof.Dr.H.A.Qadir Gassing HT, MS selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
2. Bapak Dr.dr.H.Rasjidin Abdullah, MPH., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. Ibu Dr. Nur Hidayah, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua prodi Jurusan
Makassar dan selaku penguji I serta sebagai Ibu yang selalu memberikan
motivasi dan pengetahuan yang luas kepada kami anak didiknya.
4. Ibu Risnah,S.Kep.,Ns.,SKM.,M.Kes selaku sekertaris prodi Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar dan selaku Pembimbing I serta sebagai ibu yang selalu
memberikan motivasi yang kuat terhadap kami utamanya saya dalam
penyelesaian akhir studi saya.
5. Bapak Mulyadi Muhidin, S.Kep.,Ns. selaku pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Bapak Drs. H. Supardin, M.Hi. selaku Tim Penguji Agama sekaligus
pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.
7. Dosen serta staf Program Studi Keperawatan yang telah memberi bantuan
dan bimbingan selama peneliti mengikuti pendidikan.
8. Teristimewah buat seluruh keluargaku, khususnya ayah dan ibu serta
kakaku yang tercinta atas dukungan, jerih paya serta doa restunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku Udhy A’im, Chaerullah, Jalal, Idcuq, Zulfikar, dan seluruh
teman teman keperawatan ‘’07 serta adik adik angkatanku yang tak sempat
10.Specially for Lhina Rasya yang jadi semangat hidupku dan buatku
tersenyum, skripsi ini kupersembahkan buat kamu sebagai bukti janjiku
kalau saya pasti sarjana “I Always Love You Forever, Lhyn’’.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangunsebagai upaya penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan dan
bantuan yang diberikan semoga mendapat balasan yang setimpal disisih Allah
swt. Amin.
Makassar, 2013
DAFTAR TABEL Tabel
Tabel 2.1 Respon tubuh fisiologis terhadap kecemasan.
Tabel 2.2 Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan kelompok umur di
RSUD Haji Makassar Tahun 2013
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
RSUD Haji Makassar Tahun 2013
Tabel 5.3 Distibusi frekuensi responden berdasarkan lama rawat inap di
RSUD Haji Makassar Tahun 2013
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden perpisahan di RSUD Haji Makassar
Tahun 2013
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kehilangan kendali di
RSUD Haji Makassar Tahun 2013
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan trauma fisik dan nyeri
ABSTRAK
Nama Penyusun : Muh. Irwan Irham
NIM : 70300107118
Judul Penelitian : Gambaran Reaksi Hospitalisasi Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah Di Ruang Ar Rahim RSUD Haji Makassar
Pembimbing : Risnah, S.KM, S.Kep, Ns, M.Kes dan Mulyadi, S.Kep, Ns
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian yang menunjukan pengalaman yang sangat trauma dan penuh dengan kecemasan. Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, trauma fisik dan rasa nyeri.
Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan reaksi hospitalisasi terhadap kecemasan anak usia Pra Sekolah di ruang Ar Rahim RSUD Haji Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 februari sampai dengan 25 maret 2013, populasi dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah (3-6 tahun) yang sedang menjalani Hospitalisasi. Sampel yang diambil sebanyak 30 responden anak usia pra sekolah. Metode yang di lakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data yang di lakukan adalah analisa univariat.
Berdasarkan hasil penelitian, variabel yang di teliti merupakan gambaran reaksi hospitalisasi dari anak pra sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 93,3% hospitalisasi pada anak pra sekolah menggambarkan perpisahan akibat kecemasan, di ikuti oleh kehilangan kendali 90,0%, trauma fisik dan nyeri 96,7%.
Oleh karena itu, disarankan kepada institusi kesehatan agar meningkatkan pelayanan dan fasilitas sesuai perkembangan anak selama perawatan demi menurunkan stressor dan kecemasan anak akibat hospitalisasi. Dan juga kepada keluarga dan perawat, supaya memperhatikan kebutuhan anak baik fisik maupun psikologi.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN...iii
ABSTRAK...iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Tinjauan Umum tentang Hospitalisasi ... 6
1. Pengertian ... 6
2. Reaksi anak terhadap proses hospitalisasi ... 6
3. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak...7
4. Reaksi saudarah kandung terhadap hospitalisasi anak ... 8
5. Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi ... 9
6. Faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak. ... 10
xi 8. Pengaruh pembacaan doa terhadap kecemasan saat hospitalisasi
...17
B. Tinjauan Umum tentang Kecemasan ... 21
1. Pengertian ... 21
2. faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ... 24
3. Faktor predisposisi kecemasan ... 27
4. Tingkat kecemasan ... 28
5. Respon tubuh terhadap kecemasan ...30
6. Penatalaksanaan kecemasan...31
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN ... 36
A. Kerangka Konsep ... 36
B. Variabel Penelitian ... 38
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ... 38
BAB IV METODE PENELITIAN ... 40
A. Desain Penelitian ... 40
B. Populasi dan Sampel ... 40
C. Tehnik Sampling ... 41
D. Pengumpulan Data ... 42
E. Pengelolaan Data dan Analisis Data ... 46
F. Jadwal Penelitian ... 47
xii
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...49
A. Hasil penelitian...49
B. Pembahasan...54
BAB VI PENUTUP...60
A. Kesimpulan...60
B. Saran...61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah
Sakit merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari.
Pasien bersama keluarganya yang masuk rumah sakit akan mengalami
perasaan cemas atau yang sering disebut anxietas. Pada saat masuk rumah
sakit pasien dihadapkan pada situasi baru, yaitu tenaga kesehatan dan klien
lain, situasi ruang dan lingkungan rumah sakit, tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien, peraturan-peraturan rumah
sakit yang berbeda dengan kebiasaan klien di rumah. Anak yang sakit dan
harus dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat
melakukan kebiasaan seperti biasanya. Dirawat di rumah sakit merupakan
sumber utama stress dan kecewa, termasuk kecemasan perpisahan. (Nelson,
2000)
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit merupakan
penyebab stress bagi anak, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan
atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan
maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan
sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang,
nyeri, dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, seringkali dialami
2 Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu
pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua
sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan berdampak pada kerja sama
anak dan orang tua dalam perawatan anak di rumah sakit. (Brennan, 1994
dalam Supartini, 2004)
Reaksi anak di rumah sakit dan dirawat di rumah sakit berbeda-beda
tergantung pada perkembangan usia, support system, keterampilan koping
dalam menangani stress, serta pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit.
(Windari, 2009)
Anak usia pra sekolah, biasanya mengalami separation anxiety atau
kecemasan perpisahan. Kecemasan merupakan hasil keraguan atas
kemampuan untuk menangani situasi yang menyebabkan stress.. Jumlah anak
usia pra sekolah yang dirawat di Ruang Ar Rahim RSUD Haji Makassar
selama 3 bulan terakhir adalah sebanyak 102 anak, menurut data yang diambil
pada bulan Juli 2012. Kecemasan dirasakan oleh sebagian besar anak usia pra
sekolah selama dirawat di rumah sakit akibat perpisahan dengan orang tua,
menurut perawat Ruang Ar Rahim RSUD Haji Makassar.
Proses perawatan di rumah sakit sering kali mengabaikan aspek-aspek
psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi
pasien yang salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan
yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit,
kecemasan yang sering terjadi adalah apabila pasien yang dirawat di rumah
3 Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan hospitalisasi
dalam menyikapi arus hospitalisasi dan dampak yang menyertai baik bagi
anak maupun orang tua, antara lain:
a. Melibatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan
keperawatan
b. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan
keluarga
c. Mengurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
d. Memberikan dukungan pada anak dan keluarga.
Upaya-upaya tersebut diharapkan mampu meminimalkan dampak yang timbul
akibat proses hospitalisasi, terutama pada anak usia pra sekolah.
B Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka ditetapkan rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana Gambaran Reaksi hospitalisasi terhadap
Kecemasan anak usia pra sekolah ?”
C Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Reaksi Hospitalisasi terhadap kecemasan
4 2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran reaksi perpisahan terhadap kecemasan
anak usia Pra Sekolah di Ruang Ar Rahim RSUD Haji Makassar.
2. Untuk mengetahui gambaran reaksi kehilangan kendali terhadap
kecemasan anak usia Pra Sekolah di Ruang Ar Rahim RSUD Haji
Makassar.
3. Untuk mengetahui gambaran reaksi trauma fisik dan nyeri terhadap
kecemasan anak usia Pra Sekolah di Ruang Ar Rahim RSUD Haji
Makassar.
D Manfaat Penelitian 1. Institusi Pendidikan
a. Diharapkan penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
menjadi bahan bacaan tentang gambaran reaksi hospitalisasi terhadap
kecemasan pada anak usia pra sekolah.
b. Sebagai bahan atau sumber data penelitian berikutnya dan mendorong
bagi pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Instansi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan khususnya tenaga
perawat untuk mengetahui dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
serta memberikan masukan tentang dampak hospitalisasi terhadap anak usia
5 3. Peneliti
Merupakan pengalaman yang sangat berharga dan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan penelitian tentang gambaran reaksi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Hospitalisasi 1. Pengertian hospitalisasi
Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama
individu tersebut dirawat dirumah sakit. Hospitalisasi merupakan
pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi
dapat menimbulkan perasaan tidak aman dan nyaman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin
sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan
semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Perilaku petugas Rumah Sakit. (Dian, 2012)
2. Reaksi anak usia pra sekolah terhadap hospitalisasi
Pada umumnya, reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah kecemasan
karena perpisahan, kehilangan kontrol, trauma fisik dan rasa nyeri.
1. Reaksi terhadap perpisahan
Di tunjukkan dengan menolak makan, sering bertanya, menangis
walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas
7
2. Kehilangan kontrol/kendali
Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan
aktifitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri.
Perawatan di rumah sakit sering kali di persepsikan anak pra
sekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu,
bersalah, dan takut.
3. Trauma fisik dan rasa nyeri
Ketakutan anak terhadap prlukaan tubuh muncul karena anak
menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas
tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif
dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan
kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan
ketergantungan pada orang tua. (Supartini, 2004)
3. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
3.1Perasaan cemas dan takut
a. Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan
b. Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang diagnosa
penyakit anaknya
c. Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi sakit
8
d. Perilaku : sering bertanya / bertanya tentang hal yang sama
secara berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah,
ekspresi wajah tegang dan marah
3.2Perasaan sedih
a. Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
b. Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak
kooperatif terhadap petugas kesehatan
3.3Perasaan frustasi
a. Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan
tidak mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan
psikologis
b. Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan,
menginginkan pulang paks. (Widyawati, 2010)
4. Reaksi saudara kandung terhadap hospitalisasi anak
Reaksi saudara kandung terhadap hospitalisasi anak yaitu perasaan
dan pikiran negatif Anak yang lebih kecil merasa dan berpikiran negatif :
kebutuhan diprioritaskan pada anak yang sakit .Reaksi yang muncul :
marah, cemburu, benci dan rasa bersalah
a. Marah : jengkel pada orang tua yang dinilainya tidak
memperhatikannya
b. Cemburu : orang tua lebih mementingkan saudaranya yang sakit
9
d. Rasa bersalah : anak berpikir mungkin saudaranya sakit akibat
kesalahannya
e. Takut dan cemas : ketidaktahuan tentang kondisi saudaranya
f. Kesepian : situasi rumah dirasakanya tidak seperti biasanya penuh
kehangatan, bercengkrama dengan orang tua dan saudaranya.
(Widyawati, 2010)
5. Perubahan yang terjadi akibat Hospitalisasi
Perubahan yang terjadi akibat hospitalisai adalah :
1. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan,
pengaruh citra tubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan
perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya.
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya
atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian,
tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,
10
5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap
penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena
lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan
kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang
dicintai. (Widyawati, 2010)
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
Faktor-faktor stressor yang utama dan sering terjadi pada anak yang
menjalani perawatan di rumah sakit adalah perpisahan, kehilangan control,
trauma fisik dan nyeri serta penyakit fisik yang dialaminya (wong’s &
whaley, 1999)
1) Perpisahan
Respon anak terhadap perpisahan adalah kecemasan karena perpisahan
dengan orang tua, meliputi:
a) Fase protes
Pada fase protes akan berlangsung dalam beberapa jam sampai
beberapa hari dengan menunjukkan perilaku sebagai berikut:
(1) Menangis kuat, akan berhenti bila capek
(2) Menjerit mencari orang tua dengan pandangan mata
(3) Menolak dan menghindari orang yang tidak di kenal cara
11
tua, dan tidak memperbolehkan orang tua dan meminimalkan
tindakan yang menyakitkan, untuk menghindari reaksi protes
yang lebih keras dari anak.
b) Fase putus asa (despair)
Pada fase ini anak akan menunjukkan perilaku sebagai berikut :
(1) Anak akan berhenti menangis
(2) Tidak aktif
(3) Menarik diri terhadap orang lain
(4) Sedih, tidak interest dengan lingkunagn
(5) Tidak mau berkomunikasi
(6) Tingkah laku kembali pada perkembangan sebelumnya seperti
menghisap ibu jarinya.
(7) Anak akan menolak makan, minum, dan beraktivitas.
Pada fase ini perawat lebih banyak melibatkan peran dan dukungan
orang tua. Pendekatan terhadap orang tua terlebih dulu, menyapa
mainan anak, baru ke anak. Berbicara dan berkomunikasi
terapeutik dengan posisi dan jarak yang menyenangkan bagi anak.
c) Fase menyesuaikan diri (detachment)
Setelah mengalami perpisahan beberapa waktu dengan orang tua,
maka anak akan menunjukkan perilaku sebagai berikut:
(1) Rasa interes dengan lingkungan meningkat.
(2) Mau berinteraksi dengan orang tua yang tidak di kenal atau
12
(3) Anak tampak lebih gembira
Pada fase ini anak mulai menerima rasa perpisahan dengan
orang tuanya atau keluarganya. Peran perawat menerima
perubahan dan mempertahankannya.
2) Kehilangan kendali (loss of control)
Penyebab utama kehilangan kendali adalah keterbatasan fisik karena
keterampilan yang disukainya tidak dapat dilakukan, perubahan dari
aktifitas rutin seperti bermain dengan teman sebaya, proses pengikatan
karena tindakan tertentu, dan tingkat ketergantuangan anak terhadap
orang tuanya. Tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
mengurangi hal hal prosedur pengikatan, libatkan orang tua peer
groupdalam merawat anak, memperbolehkan teman sepermainan dan
saudara untuk berkunjung, ajak anak untuk mengunjungi tempat
bermain di rumah sakit.
3) Trauma fisik dan nyeri
Respon anak terhadap trauma fisik dan nyeri akibat prosedur tindakan
medic maupun keperawatan anatara lain:
a) Meringis
b) Mengatup mulut
c) Membuka mata lebar lebar
d) Marah atau bertingkah laku agresif seperti menggigit,
13
Tindakan keperawatan yang tepat dilakukan perawat adalah dengan
memberikan perhatian khusus terhadap respon sakit dan nyeri, dan
mengajak anak untuk mengkomunikasikan rasa sakit dan nyeri
yang mereka rasakan, serta menjelaskan sebelum prosedur
tindakan di berikan.
4) Penyakit fisik
Penyakit fisik juga menjadi stressor bagi anak, maka respon anak
terhadap penyakit sering di tunjukkan dalam manifestasi klinis seperti
anak menjadi cengeng, gelisah, sakit yang di tunjukkan dengan
menangis keras, tidak mau makan, dan tidak mau berpisah dari orang
tua. Peran perawat adalah bersifat empati, membina hubungan saling
percaya, membantu dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis, dan
melibatkan orang tua dalam perawatan dan pengobatan.
Faktor stressor lainnya adalah:
1) Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, di awali
oleh situasi yang menyeramkan, seperti monster, pembunuhan, dan
binatang buas dan asing.
2) Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak di ijinkan menjenguk.
3) Prosedur yang menyakitkan
14
7. Kecemasan anak pada saat hospitalisasi
Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak.
Di rumah sakit anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberian
asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan pada gaya hidup mereka
sehingga anak dapat mengalami kecemasan akibat perubahan, baik pada
status kesehatan maupun lingkungan dalam sehari-hari. Kecemasan adalah
respon emosional terhadap penilaian. Kecemasan adalah respon emosi
tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan
dikomunikasikan secara interpersonal. (Suliswati,2005)
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Imran/3: 139
bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Dari ayat di atas di jelaskan bahwa mereka di perintahkan untuk
berjalan di bumi mempelajari bagaimana kesudahan merekayang
melanggar dan mendustakan ketetapan Allah. Namun demikian, mereka
tidak perlu berputus asa. Karena itu,janganlah kamu melemah,
menghadapi musuhmu dan musuh Allah,kuatkan mentalmu mengapa
kamu lemah atau bersedih, padahal kamulah orang yang paling tinggi
drajatnya di sisi Allah, di dunia dan akhirat, di dunia karena apa yang
kamu perjuangkan adalah kebenaran dan di akhirat kerena kamu mendapat
surge. Mengapa kamu bersedi sedang yang gugur di anatara kamu menuju
15
orang mukmin, yakni jika benar-benar keimanan telah mantap dalam
hatimu. Memang, dalam perang uhud, ada di anatara kamu yang gugur,
ada juga yang luka, maka janganlah kamu bersedih atau merasa lemah
Karena sesungguhnya kelompok kaum kafir yang menyerang kamu itupun
pada perang badar atau perang uhud juga mendapat luka yang serupa.
Dapat pula dilihat dari sisi jalan dan hasil perang itu. Ketika
mereka taat kepada Rasul para pemanah tidak meninggalkan posisi
mereka, mereka berhasil menang dan menjadikan kaum musyirikin
kocar-kacir, bahkan membunuh dua orang lebih dari mereka. Tetapi ketika
mereka melanggar perinth Rasul saw, justru mereka yang kocar-kacir
sehingga pada akhirnya gugur tujuh puluh orang lebih. Setelah perang
berakhir, dan kaum muslimin kembali berkumpul mengikuti tuntuna
Rasul, semua yang terlibat dalam perang uhud itu, tanpa menambah
kekuatan, kecuali seorang yang sangat mendesak untuk ikut, yaitu Jabir
Ibn Abdillah kembali mengejar kaum musyirikin yang ternyata telah
bergegas kembali ke Mekkah, setelah mendengar bahwa Rasul saw datang
untuk menyerang mereka. Demikian terlihat bahwa kamulah orang orang
paling (tinggi derajatnya), jikaorang kamu orang-orang beriman (Tafsir
Al-misbah, volume2, hal 278-280.)
Menurut pendapat penulis, ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa
apabila kita mendapatkan masalah maka janganlah terlalu larut dalam
16
Kecemasan dalam diri anak dapat diduga dan normal pada tahap
tertentu. Kecemasan yang terjadi pada anak selama hospitalisasi dapat
disebabkan karena:
a. Perpisahan
Respon terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia
prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya,
menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif
terhadap petugas kesehatan.
b. Kehilangan kontrol/kendali
Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan
aktivitas anak, sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri.
Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit. Anak
akan bereaksi terhadap ketergantungan terutama anak menjadi
cepat marah dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam
waktu lama (karena penyakit kronis) maka anak akan
kehilangan otonominya dan pada akhirnya anak menarik diri
dari hubungan interpersonal.
c. Perlukaan tubuh dan rasa sakit atau nyeri
Kecemasan terhadap luka pada tubuh dan rasa sakit atau nyeri
biasanya terjadi pada anak-anak. Konsep tentang citra tubuh
(body image), khususnya pengertian mengenai perlindungan
tubuh (body boundaries), sedikit sekali berkembang pada usia
17
telinga, mulut atau suhu pada anus akan membuat anak menjadi
sangat cemas. Respon anak terhadap tindakan yang tidak
menyakitkan sama seperti respon terhadap tindakan yang sangat
menyakitkan. Anak akan berespon terhadap nyeri dengan
menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata
dengan lebar atau melakukan tindakan yang agresif seperti
menggigit, menendang, memukul atau berlari ke luar.
(Suliswati, 2005)
8. Pengaruh pembacaan doa terhadap kecemasan saat hospitalisasi
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan unsur spiritual
sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan. Keempat unsur itu adalah
sehat fisik, psikhis, social dan spiritual (Hawari, 2006). Larson (1992 )
dalam penelitiannya sebagaimana termuat dalam Religious Commitment
and Health menyatakan bahwa komitmen agama amat penting dalam
pencegahan agar seseorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan
kemampuan mengatasi penderitaan saat sakit serta mempercepat
penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.
Berdoa adalah bagian dari terapi spiritual yang merupakan tindakan
untuk mengurangi kecemasan. Keyakinan kepada Yang Maha Kuasa bisa
ampuh mengobati seperti halnya obat obatan (Pusdiknakes, 1989). Bukti
penelitian yang telah dilakukan menyatakan, bahwa aktifitas berdoa/
mendoakan merupakan sumber yang efektif untuk mengatasi stres dan
18
relaksasi otot serta suasana hati yang lebih damai dan tenang (Turner &
Clancy, 1986 dalam Potter & Perry, 1997).
Dalam keyakinan agama Islam doa merupakan permohonan dari
seorang hamba baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang ditujukan
kepada Alla SWT sebagai komunikasi untuk menumpahkan perasaan dan
keinginannya sehingga memperoleh ketenangan jiwa. Karena doa merupa
kan daya prefentif sebelum sakit dan menghilangkannya apabila sudah
terjadi sakit. Al-Munajjid (2010) dalam bukunya berjudul terapi
kecemasan mengatakan bahwa doa itu sangat bermanfaat. Ada yang untuk
pencegahan (prefentif) dan yang untuk pengobatan (terapi). Adapun untuk
pencegahan adalah seorang muslim hendaknya berlindung kepada Allah
dan berdoa menundukan diri kepada-Nya agar Dia melindunginya dan
menjauhkannya dari kesedihan dan kecemasan. Ketika kesedihan dan rasa
sakit menimpa seseorang, pintu doa selalu terbuka baginya. Bila seseorang
mengetuk pintu-Nya dan meminta kepada-Nya maka Dia akan memberi
dan mengabulkannya. Dan Dia akan mengubah kesedihan menjadi suka
cita dan kegembiraan.
Kekuatan doa sebagai penyembuhan yang disertai keyakinan,
kesabaran dan keridhaan menjadi sebab kesembuhan, bahkan doa itu
merupakan sebab kesembuhan yang paling kuat (Mahadi &Muadzin,
19
Terdapat satu ayat dalam Al Qur`an yang menegaskan, dzikrullah
(berdzikir kepada Allah, mengingat Allah) dapat menenteramkan hati.
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam QS Ar-ra’ad:28:
Terjemahan:
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati-hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah-lah, hati akan menjadi tenteram".
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan :
"Maksudnya, hati akan menjadi baik dan menjadi senang ketika menuju ke
sisi Allah. Hati menjadi tenang ketika mengingat Allah, dan hati merasa
puas ketika merasa bahwa Allah adalah Pelindung dan Penolongnya".
Sementara, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as Sa'di rahimahullah,
seorang ulama besar dunia yang hidup antara tahun 1307 H – 1376 H
menjelaskan lebih rinci ayat di atas. Beliau mengatakan:
"Nyatalah, hanya dengan berdzikir mengingat Allah (hati menjadi
tenteram), dan sewajarnyalah hati tidak akan tenteram terhadap sesuatupun
kecuali dengan mengingat Allah. Sebab, sesungguhnya tidak ada
sesuatupun yang lebih lezat dan lebih manis bagi hati dibandingkan rasa
cinta, kedekatan serta pengetahuan yang benar kepada Penciptanya. Sesuai
dengan kadar pengetahuan serta kecintaan seseorang pada Penciptanya,
maka sebesar itu pula kadar dzikir yang akan dilakukannya. Ini
20
dzikirnya seorang hamba ketika menyebut-nyebut Rabb-nya dengan
bertasbih, ber-tahlil (membaca Laa ilaaha Illallaah), bertakbir dan
dzikir-dzikir lainnya.
Namun ada yang berpendapat, yang dimaksudkan dengan dzikrullah
(dzikir pada ayat di atas) ialah KitabNya (al Qur`an) yang diturunkan
sebagai pengingat bagi kaum Mukminin. Berdasarkan pendapat ini, maka
makna 'hati menjadi tenteram dengan dzikrullah' ialah, manakala hati
memahami makna-makna al Qur`an serta hukum-hukumnya, hati akan
menjadi tenteram. Sesungguhnya makna-makna serta hukum-hukum al
Qur`an memberikan bukti tentang kebenaran yang nyata, didukung dengan
dalil-dalil dan petunjuk-petunjuk yang jelas. Dengan cara demikianlah hati
menjadi tenteram. Sesungguhnya hati tidak akan tenteram, kecuali ketika
mendapatkan keyakinan dan ilmu. Itu semua hanya ada dalam Kitab Allah
yang tertuang secara sempurna. Adapun kitab-kitab lain selain Kitab Allah
yang tidak bisa dijadikan rujukan, maka tidak akan menjadikan hati
tenteram. Bahkan kitab-kitab lain itu akan senantiasa menimbulkan
kebingungan-kebingungan, karena dalil-dalil serta hukum-hukumnya
saling bertentangan".
Dari dua keterangan ulama besar di atas, ketenteraman hati yang
hakiki hanya diperoleh ketika seseorang berdzikir kepada Allah secara
benar dan memahami makna-makna serta hukum-hukum yang ada dalam
21
B. Tinjauan Umum tentang Kecemasan 1. Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang
mengandung komponen psikologik dan fisiologik. Perasaan takut atau
tidak tenang yang sumbernya tidak dikenali (Barbara C Long, 1996).
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa
takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya (Stuart & Sundeen, 1998).
May mendefinisikan sebagai keprihatinan yang terus menerus yang
tidak jelas secara alami dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian
dan keputusasaan (Stuart, Gail W; Laraia, Michele T, 1998).
Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik
maupun psikologis yang akhirnya sering mengaktifkan syaraf otonom
dimana detak jantung menjadi bertambah, tekanan darah naik, frekuensi
nafas bertambah dan secara umum mengurangi tingkat energi pada klien,
sehingga dapat merugikan individu itu sendiri (Rothrock, 1999).
Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi kecemasan merupakan
stressor yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Hal ini terjadi
melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (Hipotalamus,
22
meningkatkan produksi CRF (Corticotropin Releasing Factor). CRF ini
selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitari anterior untuk
meningkatkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormon. Hormon
ini yang akan merangsang kortek adrenal untuk meningkatkan sekresi
kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh
(Guyton & Hall, 1996).
Kecemasan memberikan stimulasi system saraf otonom untuk
bereaksi menyebabkan gejala tertentu misalnya dengan manifestasi
peningkatan irama pernafasan (Kaplan, H., 1997).
Perasaan takut atau tidak tenang yang sumbernya tidak jelas akan
dapat mengancam kepribadian seseorang baik secara fisik maupun secara
psikologis. Reaksi fisiologis dapat berupa palpitasi, keringat dingin pada
telapak tangan, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat, peristaltik
usus meningkat, sedangkan reaksi psikologis dapat berupa gugup, tegang,
rasa tidak enak, dan lekas terkejut (Long,1996). Kecemasan muncul bila
ada ancaman ketidak berdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan
fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi
(Hudak dan Galo,1994)
Islam sangat memperhatikan faktor kejiwaan. Islam mengobati jiwa
yang goncang dan kacau. Faktor terpenting untuk mengobati dan
mencegah penyakit jiwa ialah keimanan kepada Allah SWT, bertaqwa,
dzikir, dan shalat. Jika segi ini benar-benar diamalkan dengan
23
kebanyakan penyakit jiwa. Keimanan kepada Allah SWT, bila dibarengi
dengan amal shaleh dapat menyajikan kehidupan yang baik kepada
manusia.
Sebagaimana dijelaskan didalam Al-Qur’an surah Yunus ayat:57
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa memberi petunjuk ajaran
agama Islam mempunyai aspek terapeutik bagi gangguan jiwa,
sebagaimana telah diungkapkan oleh jam’ah seseorang yang mengalami
gangguan jiwa, pengobatannya dengan jalan psiko-terapi yaitu suatu
pengobatan kerohanian dengan tanpa obat-obatan yang biasanya dilakukan
melalui ajaran agama, seperti muhajadah, shalat, berdo’a, membaca Al
-Quran dan sebagainya.
Dan juga tegaskan bahwa Al-Quran adalah obat bagi apa yang
terdapat didalam dada. Al-Quran adalah wahyu Allah yang berfungsi
menyembuhkan penyakit-penyakit rohani seperti ragu, dengki, takabur,
24
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Barbara C. Long (1996) kecemasan yang terjadi akan direspon
secara spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor yaitu:
1. Perkembangan Kepribadian (Personality Development)
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi
hingga 18 tahun dan tergantung dari pendidikan orang tua
(psiko-edukatif) di rumah, pendidikan disekolah dan pengaruh sosialnya
serta pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya. Seorang
menjadi pencemas terutama akibat proses imitasi dan identifikasi
dirinya terhadap kedua orang tuanya daripada pengaruh keturunan
(genetika). Atau kata lain “ Parental example “ daripada “
Parental genes”
2. Maturasional
Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan.
Pada bayi kecemasan lebih disebabkan oleh perpisahan, lingkungan
atau orang yang tidak kenal dan perubahan hubungan dalam
kelompok sebaya. Kecemasan pada remaja lebih banyak disebabkan
oleh perkembangan seksual. Pada dewasa kecemasan berhubungan
dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan
25
3. Tingkat pengetahuan
Individu yang tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan
mempunyai koping yang lebih adaptif terhadap kecemasan
daripada individu yang tingkat pengetahuannya lebih rendah.
4. Karakteristik stimulus
Karakteristik stimulus terdiri dari :
4.1Intensitas Stressor
Intensitas stimulus yang semakin besar maka semakin besar
pula kemungkinan respon yang nyata akan terjadi. Stimulus
hebat akan menimbulkan lebih banyak respon yang nyata
daripada stimulus yang timbul secara perlahan – lahan.
Stimulus yang timbulnya perlahan-lahan selalu memberi
waktu bagi seseorang untuk mengembangkan koping.
4.2Lama Stressor
Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi seseorang
dan akhirnya akan melemahkan sumber-sumber koping yang
ada.
4.3Jumlah Stressor
Stressor yang ada akan lebih meningkatkan kecemasan pada
26
5. Karakteristik individu
Karakteristik individu terdiri dari :
5.1Makna stressor bagi individu
Makan stressor bagi individu merupakan satu faktor utama
yang mempengaruhi respon stres. Stressor yang dipandang
secara negatif mempunyai kemungkinan besar untuk
meningkatkan cemas.
5.2Sumber yang dapat dimanfaatkan dan respon koping
Seseorang yang telah mempunyai ketrampilan dalam
menggunakan koping dapat memilih tindakan-tindakan yangh
akan memudahkan adaptasi terhadap stressor baru. Seseorang
yang telah berhasil menangani stressor-stressor di amsa lampau
akan mempunyai ketrampilan koping yang lebih baik dan
dapat menangani secara efektif bila krisis terjadi.
5.3Status kesehatan individu
Jika status kesehatan buruk, energi yang digunakan untuk
menangani stimulus lingkungan kurang, akan dapat
mempengaruhi respon terhadap stressor. Khususnya nutrisi
yang kurang akan menjadikan seseorang mempunyai resiko
27
3. Faktor presdisposisi kecemasan
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas:
3.1Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan ole
norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku berfungsi mengenahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
3.2Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3.3Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap
ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan
dari dalam untuk menghindari kepedihan pakar tentang pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
28
3.4Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalm
gangguan ansietas dan antara gangguan gangguan ansietas dengan
depresi.
3.5Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepines. Resptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-gamma
neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas,
sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan
bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor (Stuart & Sundeen, 1998 ).
4. Tingkat kecemasan
Stuart & Sundeen (1998) mengidentifikasi tingkatan kecemasan dapat
dibagi menjadi :
4.1Kecemasan ringan
Pada tingkat ini kecemasan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari
dan kondisi membantu individu menjadi waspada dan bagaimana
29
4.2Kecemasan sedang
Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan
persepsinya.
4.3Kecemasan berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan
cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi kecemasan, individu tersebut mencoba
memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak
pengarahan.
4.4Panik
Keadaan ini mengancam pengendalian diri, individu tidak
mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi keperibadian yang ditandai dengan
meningkatnya kegiatan motorik, menurunnya respon untuk
berhubungan dengan orang lain, distorsi persepsi dan kehilangan
pikiran yang rasional. Tingkah laku panik ini tidak mendukung
30
5. Respon Tubuh Terhadap Kecemasan
Stuart & Sundeen (1998) memberikan suatu penilaian respon
fisiologis dan respons perilaku, kognitif dan afektif terhadap
kecemasan meliputi:
1. Respon tubuh fisiologis
Tabel 2.1 Respon tubuh fisiologis terhadap kecemasan
Sistem Tubuh Respons
a. Kardiovaskular Palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah meninggi, rasa
c. Neuromuskular Refleks meningkat, reaksi
lanjutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tumor, rigiditas, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang penggal.
d. Gastro Intestinal Kehilangan nafsu makan,
31
2. Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan.
Tabel 2.2 Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan.
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine,
obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk
jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan
ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti
buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs,
32
b. Penatalaksanaan non farmakologi
1). Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan
dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien
akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang
menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa
menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli
cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005).
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan
dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan
keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stressor,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,
dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah
serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih
lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,
pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
2). Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,
meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif
33
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping untuk melawan kecemasan.
Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat kecemasan.
Menurut Ader & Cohen (1991) gejala kecemasan antara lain
didapati adanya sifat-sifat yang kompulsif dari pasien neurosa cemas.
Gerakan yang tidak normal seperti tarikan bila psien tidur
pergerakan-pergerakan mendadak dari mata serta twicting dari otot mata dan
mulut. Tingkah laku canggung, berat badan turun, otot tegang, tidak
mampu rileks dan kalau payah, kepayahan itu tidak bisa hilang
dengan istirahat.
Menurut Hawari (2001) instrumen lain yang dapat digunakan
untuk mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS) yaitu mengukur aspek kognitif dan afektif yang
meliputi:
(1) Perasaan cemas, ditandai dengan : cemas, firasat buruk, takut
akan pikiran sendiri, mudah tersinggung,
(2) Ketegangan yang ditandai oleh : merasa tegang, lesu, tidak dapat
istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah,
34
(3) Ketakutan ditandai oleh: ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal
sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar,
ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan
orang banyak,
(4) Gangguan tidur ditandai oleh: sukar masuk tidur, terbangun
malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk,
mimpi yang menakutkan,
(5) Gangguan kecerdasan ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat
buruk, daya ingat menurun,
(6) Perasaan depresi ditandai oleh: kehilangan minat, sedih, bangun
dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah
sepanjang hari,
(7) Gejala somatik ditandai oleh: nyeri pada otot, kaku, kedutan otot,
gigi gemeretak, suara tidak stabil,
(8) Gejala Sensorik ditandai oleh: tinitus, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk,
(9) Gejala Kardiovaskuler ditandai oleh: takikardia, berdebar-debar,
nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan,
detak jantung hilang sekejap,
(10) Gejala pernafasan ditandai oleh: rasa tertekan atau sempit di
dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik
35
(11) Gejala Gastrointestinal ditandai oleh: Sulit menelan, mual, perut
melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau sesudah
makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah,
defekasi lembek, berat badan menurun, konstipasi (sukar buang air
besar),
(12) Gejala Urogenital ditandai oleh: sering kencing, tidak dapat
menahan kencing, amenorrhoe, menorrhagia, masa haid
berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, frigiditas, ejakulasi prekok, ereksi melemah, ereksi hilang,
impoten,
(13) Gejala Otonom ditandai oleh: mulut kering, muka merah kering,
mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-
bulu berdiri,
(14) Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh: gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
36 BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Proses hospitalisasi atau masuk rumah sakit merupakan hal yang sering
dialami oleh seseorang dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan bagi
klien terutama anak usia pra sekolah. Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu
pengalaman yang menimbulkan trauma pada anak sehingga menimbulkan reaksi
tertentu yang akan berdampak pada kerja sama anak selama proses perawatan
anak di rumah sakit. Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah
sakit. Pada umumnya reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah kecemasan karena
perpisahan, kehilangan kendali, trauma fisik dan nyeri. Dan untuk menjelaskan
dasar pemikiran penulis dalam membuat penelitian ini, maka dapat digambarkan
37 Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan:
: Variabel Independen yang diteliti
: Variabel Independen yang tidak diteliti Perpisahan
Kehilangan Kendali
Trauma Fisik & Nyeri
Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah
Ancaman penyakit yang serius
Pengobatan
38 B. Variabel Penelitian
a. Klasifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Independen : perpisahan, kehilangan kendali, Trauma Fisik &
Nyeri, ancaman penyakit yang serius, dan pengobatan.
2. Variabel Dependen: kecemasan anak usia pra sekolah.
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Perpisahan adalah reaksi klien setelah masuk rumah sakit dan dirawat,
dengan menolak makan, menangis dan merengek dengan suara kencang
dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Kriteria Objektif:
Ada : Bila responden memperoleh nilai ≥ 62,5% pada kuesioner
Tidak ada : Bila responden memperoleh nilai < 62,5% pada kuesioner
2. Kehilangan kendali adalah reaksi klien setelah masuk dan dirawat di
rumah sakit, klien merasa kehilangan kekuatan diri karenan adanya
pembatasan aktivitas di lingkungan ruang perawatan rumah sakit.
Kriteria Objektif :
Kehilangan kendali : Bila responden memperoleh nilai ≥ 62,5%
pada kuesioner.
Tidak kehilangan kendali : Bila responden memperoleh nilai < 62,5%
39 3. Trauma Fisik dan Nyeri adalah reaksi klien setelah masuk dan dirawat di
rumah sakit, bahwa tindakan dan prosedur yang dilakukan oleh
dokter/atau perawat menimbulkan rasa ketakutan sehingga menimbulkan
reaksi agresif pada anak dengan marah dan berontak.
Kriteria Objektif
Ada : Bila responden memperoleh nilai ≥ 62,5% pada kuesioner.
Tidak ada : Bila responden memperoleh nilai < 62,5% pada kuesioner.
4. Kecemasan adalah ungkapan serta reaksi klien bahwa klien merasa cemas
karena takut atas tindakan pengobatan dan lingkungan yg asing selama
40 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisis
hubungan antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang
membutuhkan jawaban di mana, kapan, berapa banyak, dan alisis statistik yang
digunakan adalah deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian
ini adalah Cross Sectional study di mana data yang dikumpulkan pada satu waktu
tertentu. (Aziz, 2008)
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran reaksi
hospitalisasi terhadap kecemasan anak usia pra sekolah di ruang Ar Rahim RSUD
Haji Makassar.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di Ruang Ar Rahim
RSUD Haji Makassar. Setelah dihitung rata-rata populasi anak usia pra
sekolah setiap bulan dari bulan Mei sampai Juli 2012 didapatkan hasil 40
41 2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu anak usia pra sekolah. Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden sesuai dengan
jumlah minimal sampel yang diperbolehkan menurut Nursalam (2003).
C. Tehnik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) (Nursalam, 2003).
Kriteria dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi:
1) Bersedia menjadi responden
2) Anak yang berusia 2-5 tahun yang sedang menjalani perawatan
minimal 1x 24 jam dan maksimal 3x 24 jam
3) Orang tua klien yang dapat membaca dan menulis
b. Kriteria eksklusi:
1) Anak yang menderita retardasi mental
2) Tidak bersedia menjadi responden
42 D. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yang merupakan alat ukur untuk hospitalisasi dan tingkat kecemasan yang
berisi beberapa pertanyaan.
Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuesioner untuk kategori
perpisahan yang terdiri atas 4 pertanyaan. Penilaian dilakukan dengan skala
likert dengan nilai:
4 = Selalu
3 = Kadang-Kadang
2 = Pernah
1 = Tidak Pernah
Skor tertinggi ( x ) = 4 x 4
= 16 ( 100 % )
Skor terendah ( y ) = 4 x 1
= 4 ( 25 % )
Range ( R ) = x – y
= 100 % - 25 %
= 75 %
K = 2
Interval = R / K
43 = 37,5 %
Skor standard = 100 % - 37,5 %
= 62,5 %
Kategori kehilangan kendali diukur dengan menggunakan kuesioner
yang berisi 5 pertanyaan menggunakan skala Likert dengan nilai:
4 = Selalu
3 = Kadang-Kadang
2 = Pernah
1 = Tidak Pernah
Skor tertinggi ( x ) = 4 x 4
= 16 ( 100 % )
Skor terendah ( y ) = 4 x 1
= 4 ( 25 % )
Range ( R ) = x – y
= 100 % - 25 %
= 75 %
K = 2
Interval = R / K
= 75 % / 2
= 37,5 %
Skor standard = 100 % - 37,5 %
44 Kategori perlukaan dan rasa nyeri diukur dengan menggunakan
kuesioner yang berisi 4 pertanyaan menggunakan skala Likert dengan nilai:
4 = Selalu
3 = Kadang-Kadang
2 = Pernah
1 = Tidak Pernah
Skor tertinggi ( x ) = 4 x 4
= 16 ( 100 % )
Skor terendah ( y ) = 4 x 1
= 4 ( 25 % )
Range ( R ) = x – y
= 100 % - 25 %
= 75 %
K = 2
Interval = R / K
= 75 % / 2
= 37,5 %
Skor standard = 100 % - 37,5 %
45 Pada saat pengumpulan data, peneliti mendampingi responden dalam
pengisian kuisioner sehingga apabila responden kurang jelas dengan maksud
pertanyaan, bisa langsung bertanya pada peneliti.
2. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari objek yang akan
diteliti dengan menggunakan kuesioner yang berisikan tentang identitas
responden dan daftar pertanyaan. Data dikumpulkan dengan prosedur
sebagai berikut:
1) Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian dari institusi yaitu
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar ke Gubernuran
khususnya pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Linmas untuk
ditujukan kepada Pimpinan RSUD Haji Makassar agar bersedia dan
memberikan izin menjadi lokasi/ tempat diadakan penelitian.
2) Setelah mendapat izin dari instansi tersebut, maka peneliti
mengadakan pendekatan dengan calon responden, kemudian
memberikan penjelasan tentang penelitian ini. Dan jika calon
responden setuju menjadi responden, maka peneliti akan
46 3) Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, maka
lembaran kuesioner dibagikan kepada responden kemudian
dipersilakan untuk menjawab pada waktu itu juga
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari ruang Ar Rahim
RSUD Haji Makassar mengenai jumlah kunjungan pasien anak usia pra
sekolah selama 3 bulan terakhir
E. Pengolahan Data dan Analisis Data a. Pengolahan Data
Adapun prosedur pengolahan data yang dilakukan melalui tahap sebagai
berikut:
1. Editing
Setelah lembar kuesioner dan observasi diisi kemudian
dikumpulkan dalam bentuk data, maka data tersebut diedit atau dicek
kembali atau dikoreksi kembali dengan maksud memeriksa kelengkapan
data, melengkapi data yang mungkin masih kurang atau ada data yang
tidak lengkap.
2. Koding
Dilakukan koding atau pemberian kode pada opsion-opsion yang
47 atau dianalisis yaitu dengan cara semua jawaban atau data
disederhanankan dengan memberikan symbol-simbol dalam bentuk
angka maupun alphabet pada nomor daftar pernyataan, nomor variabel.
3. Tabulasi
Data ditabulasi atau dikelompokkan ke dalam suatu table kerja
menurut sifat-sifat yang dimiliki dengan menggunakan skala Likert,
kemudian dilanjutkan dengan analisa data secara statistic melalui
perhitungan persentase dan hasil perhitungan dijumlah.
b. Analisa Data
Setelah dilakukan tabulasi data, data tersebut kemudian diolah dengan
menggunakan metode uji statistik.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan persentase
dari tiap variabel yang diteliti. Pengelolaan data dalam penelitian ini
menggunakan metode statistik program SPSS versi 17.
F. Jadwal Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
48 b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan januari – maret 2013.
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari
institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi atau lembaga
tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan penelitian ini
dimulai dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden yang akan
diteliti agar responden dapat mengerti maksud dan tujuan dalam penelitian ini.
Bila responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak-hak responden.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menjaga kerahasiaan
identitas responden dan hak-hak dari responden. Untuk menjaga kerahasiaan
peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut
diberikan kode.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
49
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Ar Rahim RSUD Haji Makassar yang
terletak di jln. Dg. Ngeppe No. 14 yang dilaksanakan pada tanggal 25 februari sampai
dengan 25 maret 2013, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran reaksi
hospitalisasi terhadap kecemasan anak usia pra sekolah. Subjek dalam penelitian ini
adalah anak usia pra sekolah dengan teknik pengambilan sampel secara Proposive
Sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Besar sampel yang di teliti
sebanyak 30 responden yang semuanya telah memenuhi kriteria yang telah di
tentukan. Data dari responden di peroleh melalui kuesioner. Untuk mengidentifikasi
kecemasan anak usia pra sekolah melalui daftar pertanyaan berupa kuesioner dan
lembar observasi.
Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan program analisis statistik
dan selanjutnya hasil penelitian ini secara lengkap disajikan secara sistematis dalam
50
.
1. Karakteristik Responden a.Berdasarkan kelompok Umur
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di RSUD Haji Makassar
Sumber: Data primer, Maret Tahun 2013
Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 30 responden, berumur 3 tahun
sebanyak 8 responden atau (26,7 %), berumur 4 tahun sebanyak 8 responden atau
(26,7%), berumur 5 tahun sebanyak 7 responden atau (23.3%), berumur 6 tahun
sebanyak 7 responden atau (23,3%)
b. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di RSUD Haji Makassar
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase %
Laki-laki
51
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh sebagian besar
responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 responden atau
(60,0%) responden, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12
responden atau (40,0%).
c. Berdasarkan Lama Rawat Inap
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Rawat Inap Di RSUD Haji Makassar
Lama Rawat Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Hari
Sumber: Data primer, Maret Tahun 2013.
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh sebagian besar
responden yang di rawat inap selama 4 hari sebanyak 6 responden atau (20,0%),
Rawat Inap 3 hari sebanyak 11 responden atau (36,7%), Rawat Inap 2 Hari
sebanyak 7 responden atau (23,3%), dan Rawat Inap 1 Hari sebanyak 6