• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimizing of nitrogen and potassium fertilizer rate for oil palm seedling (Elaeis guinensis Jacq) on main nursery

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimizing of nitrogen and potassium fertilizer rate for oil palm seedling (Elaeis guinensis Jacq) on main nursery"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI DOSIS NITROGEN DAN KALIUM PADA BIBIT

KELAPA SAWIT (

Elaeis guinensis

Jacq

)

DI PEMBIBITAN UTAMA

HALIM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium pada Bibit Kelapa sawit di Pembibitan Utama adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

(3)

ABSTRACT

HALIM . Optimizing of Nitrogen and Potassium Fertilizer Rate for Oil Palm Seedling (Elaeis guinensis Jacq) on Main Nursery. Supervised by Sudradjat and Hariyadi.

The need of oil palm seedlings increase with the growing demand from farmers and plantation companies. The use of high quality seedlings is one of the requirements to obtain a high productivity. Thus the proper fertilization of seedlings planted at the main nursery should be done. This research aimed to determine the growth response of oil palm seedlings to various doses and to determine the optimum dose of nitrogen and potassium fertilizer on oil palm seedlings. The experiment was carried out at Cikabayan Experimental Station at IPB Darmaga Campus, Bogor, West Java. The experimental design used was factorial randomized block design with three replications. The treatment consisted of two factors, the first factor was N fertilizer and the second factor was K fertilizer. N fertilizer consists of four levels ( N1 = 0 g, N2 = 8.35 g, N3 = 16.7 and N4 = 33.4 g/seedling) and K fertilizer consists of four levels ( K1 = 0 g, K2 = 10.9 g , K3 = 21.8 g, and K4 = 43.6 g/seedling). The result of the experiment shows that N and K fertilizer increase the plant height, number of frond and stem diameter. Base on the plant height, the optimum dose of N fertilizer is 22.27 g and K fertilizer is 35.13 g during six months in the main nursery.

Key word: oil palm seedling, optimizing fertilizer rate, main nursery, nitrogen,

(4)

HALIM Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium pada Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis Jacq ) di Main Nursery. Dibimbing oleh SUDRADJAT dan HARIYADI

Kebutuhan bibit kelapa sawit yang berkualitas terus meningkat seiring dengan permintaan petani dan pengusaha perkebunan dalam skala besar. Kualitas bibit sangat dipengaruhi oleh pemeliharaan di pembibitan dan yang paling utama adalah aplikasi pemupukan. Aplikasi pemupukan harus memenuhi kriteria, yaitu tepat dosis, jenis, waktu, dan tempat. Tanaman menghendaki jumlah pupuk yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat tumbuh dengan baik dan dapat dipindahkan ke lapangan pada waktu yang tepat. Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan tahap awal dalam mempersiapkan bahan tanaman untuk kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang sangat mempengaruhi produktivitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap berbagai dosis pupuk dan menentukan dosis optimum pupuk nitrogen dan kalium pada pembibitan kelapa sawit. Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan Kampus Darmaga IPB, Bogor Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial dalam Acak Kelompok (RAK), perlakuan terdiri dari dua faktor, faktor pertama pemupukan N dan faktor kedua pemupukan K. Pemupukan N terdiri dari 4 taraf yaitu N1 = 0 g, N2 =8.35 g ,N3 = 16.7 g dan N4 =33.4 g/bibit. Pemupukan K terdiri atas 4 taraf yaitu K1 =0 g , K2=10.9 g, K3=21.8 g, dan K4 =43.6 g/bibit. Tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan dan setiap satuan percobaan terdiri dari 5 tanaman. Parameter yang diamatai adalah pertumbuhan morfologi tanaman, kandungan khlorofil, bobot kering tanaman, kadar N dan K di dalam tanah. Analisa tanah dan daun dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Institut Pertanian Bogor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk N dan K meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit. Kandungan khlirofil di dalam daun tidak dipengaruhi oleh pemberian nitrogen dan kalium. Berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang , dosis optimum pupuk N adalah 22,27 g dan pupuk K adalah 35.13 g selama enam bulan di pembibitan utama.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(6)

DI PEMBIBITAN UTAMA

HALIM

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Nama : Halim

NIM : A252100141

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sudradjat, M.S.

Ketua Anggota

Dr. Ir. Hariyadi, M.S.

Diketahui

Ketua Mayor Agronomi dan Dekan Sekolah Pascasarjana

Hortikultura

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatakan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam yang telah membawa umatnya ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Judul penelitian ini adalah “Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guenensis Jacq) di Pembibitan Utama”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Sudradjat, MS dan Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat dalam penulisan Tesis ini.

2. Ayahanda Sikuru dan Ibunda Masiraa, yang senantiasa memberika semangat dan dorongan doa yang tiada putusnya, sehingga penulis tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan.

3. PEMDA Propinsi Riau dan Dinas Pendidikan Indragiri Hilir yang telah memberi izin untuk mengikuti tugas belajar di Institut Pertanian Bogor.

4. Keluarga terutama, istri tercinta Julianty, anak-anak dan kakanda abang Hadis Wagola atas keikhlasan, motivasi dan doanya.

5. Kepada rekan-rekan FORSCA AGH-IPB dan seluruh mahasiswa Pascasarjana IPB, terima kasih atas motivasi dan dukungannya.

Akhirnya penulis berharap semoga informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Agustus 2012

(10)

Penulis dilahirkan di Desa Wagola, Kecamatan Piru, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku pada tanggal 01 Januari 1966 dari ayah bernama Sikuru dan Ibu Masiraa. Penulis merupakan anak yang bungsu dari empat bersaudara.

Tahun 1986 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Pattimura,

Ambon, melalui jalur PMDK pada Program Studi Agonomi, Fakultas Pertanian. Tahun 1991 penulis berhasil menyelesaikan studi S-1, selanjutnya pada tahun

1993 penulis bekerja di SAMBU GROUP PT RSUP sebuah perusahaan perkebunan kelapa hibirida dan nenas sebagai asisten manager sampai dengan tahun 1998. Penulis mulai meniti karir mengajar pada tahun 1999 sebagai guru di SMPN 1 Gaung dan pada tanggal 1 April 2005 penulis diangkat menjadi PNS dan mengajar di SMKN 1 I Kempas INHIL - RIAU sampai sekarang.

Pada bulan september tahun 2010 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan strata-2 pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, diterima sebagai mahasiswa di Program Mayor Agronomi dan Hortikultura dengan biaya dari PEMDA RIAU.

(11)

DAFTAR ISI

Botani Kelapa Sawit... Syarat Tumbuh Kelapa Sawit...

Pembibitan Pendahuluan ( Pre Nursery) ………... Pembibitan Utama ( Main Nursery )………... Peranan Pupuk Nitrogen ………... Peranan Pupuk Kalium ………... Optimasi Dosis Pupuk...

METODOLOGI………. Tempat dan Waktu……… Bahan dan Alat………. Metode Penelitian………. Pelaksanaan Penelitin………. Parameter Pengamatan ………... Analisa Data………...

(12)

DAFTAR PUSTAKA……….

LAMPIRAN……… 45

(13)

DAFTAR TABEL

Dosis Pemupukan N dan K perbulan pertaraf pemupukan ...

Respon Tinggi Bibit terhadap Dosis Pupuk N dan K...

Respon Jumlah Daun terhadap Dosis Pupuk N dan K ...

Respon Diameter Batang terhadap Dosis N dan K …………...

Respon Dosis Pupuk N dan K terhadap Luas Daun...

Respon Dosis Pupuk N dan K terhadap Kehijauan daun...

Bobot kering akar, pelepah dan daun pada N2K3) dan kontrol...

Neraca hara N dan K pada perlakuan N2K3 di akhir penelitian...

Optimasi dosis Nitrogen terhadap tinggi bibit selama 6 bulan...

Dosis Kalium terhadap tinggi bibit selama 6 bulan...

Optimasi dosis Nitrogen terhadap jumlah daun selama 6 bulan...

Dosis Kalium terhadap jumlah daun selama 6 bulan...

Optimasi dosis Nitrogen terhadap diameter batang selama 6 bulan....

Dosis Kalium terhadap diameter batang selama 6 bulan...

Perbandingan dosis optimum N berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang ...

Perbandingan dosis optimum K berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang ………...

(14)

Halaman

Respon tinggi bibit terhadap pupuk nitrogen ...

Respon tinggi bibit terhadap pupuk kalium...

Respon jumlah daun terhadap pupuk nitrogen...

Respon jumlah daun terhadap pupuk kalium...…...

Respon diameter batang terhadap pupuk nitrogen ...

Respon diameter batang terhadap pupuk kalium...

Respon luas daun terhadap pupuk pupuk nitrogen...

Respon klorfil daun terhadap pupuk nitrogen 16 MST dan 20 MST...

Respon klorofil daun terhadap nitrogen pada 24 MST...

Konsentrasi N total (%) dalam tanah...

Konsentrasi K (ppm) dalam tanah...

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Analisis Tanah Awal ………...

Data Curah Hujan Dramaga Bogor ……….

Laju pertumbuhan tinggi bibit ………...

Laju pertumbuhan Jumlah daun ……...

Laju pertumbuhan Diameter Batang ………...

Periode seleksi dan standar bibit kelapa sawit PPKS ………..

Pengaruh N dan K terhadap tinggi bibit ………...

Pengaruh N dan K terhada Jumlah daun...

Pengaruh N dan K terhadap Diameter Batang... .

Pengaruh N dan K terhadap luas daun...

Hasil Uji Komposisi Kandungan Pupuk...

Hasil Analisa tanah dalam polybag/layer...

Hara Dalam Jaringan Tanaman...

Standar Pertumbuhan Bibit Dami Mas...

Kondisi bibit sawit pada saat pindah dari pre nursery...

(16)

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu komoditi

perkebunan yang memegang peranan penting dan strategis dalam mendukung

perkembangan kondisi sosial ekonomi karena sebagai sumber penghasil devisa

negara dan mampu menciptakan lapangan kerja di Indonesia. Perkebunan kelapa

sawit dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2001 luas

perkebunan kelapa sawit Indonesia sebesar 4.158.079 ha dan pada tahun 2009

luasannya menjadi 7,9 juta ha dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar

11.8%. Komposisi pengelolaan terdiri atas 43% perkebunan rakyat, 8,5%

perkebunan besar negara dan sisanya 48,5% perkebunan besar swasta. Produksi

CPO Indonesia sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan dengan

pertumbuhan sekitar 12% setiap tahunnya. Pada tahun 2000 produksi CPO di

Indonesia mencapai 7.000.000 ton dan pada tahun 2010 telah meningkat menjadi

20.800.000 ton (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2011).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) mengemukakan bahwa potensi konsumsi

dunia terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat akibat pertumbuhan

penduduk dan pertumbuhan ekonomi global.

Pembibitan adalah suatu proses menumbuh dan mengembangkan benih

menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Pembibitan juga merupakan tahap awal

dalam mempersiapkan bahan tanaman untuk kegiatan budidaya tanaman kelapa

sawit yang sangat berpengaruh terhadap produksi. Tujuannya pembibitan adalah

untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi dan tersedia saat lahan telah siap

tanam (PPKS 2007 dan Sinuraya 2007).

Varietas bahan tanaman yang digunakan dapat mempengaruhi

produktifitas kelapa (Francisca 2008). Kualitas bibit tidak hanya ditentukan oleh

sifat genetik tetapi juga ditentukan oleh pengelolaan pembibitan. Untuk

mendapatkan bibit yang berkualitas perlu dilakukan pemupukan selama di

pembibitan . Pemupukan merupakan salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang

harus diperhatikan dengan baik karena biayanya mahal (Lubis 2008). Rochayati

(17)

2

sebagian besar masih bersifat umum, padahal kebutuhan pupuk berbeda untuk

setiap jenis tanaman, tanah, dan lokasi maupun teknik budidaya yang digunakan.

Menurut Sukana (2006) pengertian pemupukan secara luas adalah

pemberian bahan kepada tanah dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan

kesuburan tanah, sedangkan pengertian pemupukan secara khusus adalah

pemberian bahan untuk penambahan hara tanaman pada tanah. Efisiensi

penggunaan pupuk dapat didefinisikan sebagai serapan unsur hara yang diberikan

sesuai kebutuhan tanaman, metabolisme dan kualitas tanaman. Efisiensi tidak

berarti mengurangi jumlah pupuk untuk memperoleh hasil yang terbaik tetapi

juga melakukan optimasi pemberian hara pada tanaman guna mendapatkan

efisiensi dalam pembiayaan (Hauck 1985).

Pemeliharaan bibit yang baik di pembibitan awal dan pembibitan utama

dengan pemberian dosis pupuk yang tepat merupakan salah satu upaya untuk

mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan budidaya kelapa sawit.

Aplikasi pupuk dengan efisiensi yang tinggi dapat diperoleh melalui peningkatan

daya dukung tanah dan efisiensi pelepasan hara pupuk. Salah satu cara untuk

memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pemupukan yang optimal sesuai

kebutuhan bibit.

Kekurangan Nitrogen pada tanaman kelapa sawit di pembibitan

menyebabkan daun menjadi berwarna hijau pucat, diikuti dengan warna

kekuningan, jaringan daun menunjukkan gejala nekrosis, pelepah daun akan

menghasilkan anak daun yang berwarna kuning serta helaian anak daun mengecil

bergulung ke dalam (Lubis 2008 ). Kalium merupakan nutrisi tanaman yang

dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh kelapa sawit, kemudian

didistribusikan ke berbagai sel seluruh organ tanaman (Banuelos et al.2002).

Kalium juga diperlukan untuk akumulasi dan translokasi karbonat yang baru

dibentuk dari hasil proses fotosintesis. Selain itu ion K+ menfasilitasi beberapa

respon fisiologi pada tanaman, termasuk pembukaan dan penutupan stomata,

gerakan daun dan regulasi polarisasi membran (Elumalai et al.2002).

. Pemberian pupuk Nitrogen dan Kalium pada pembibitan kelapa sawit

sangat penting untuk memacu pertumbuhan vegetatif serta merupakan unsur hara

(18)

ketika dipindahkan ke lapangan bibit cepat beradaptasi dengan lingkungan yang

baru. Pemupukan yang rasional adalah pemupukan yang diberikan berdasarkan

pada potensi atau status dan kebutuhan tanaman (Poerwanto 2002).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap berbagai dosis

pupuk nitrogen dan kalium.

2. Menentukan dosis optimum pupuk nitrogen dan kalium pada pertumbuhan

bibit kelapa sawit di pembibitan utama.

3. Menentukan kombinasi optimum dosis nitrogen dan kalium untuk

mendapatkan pertumbuhan maksimum.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Pertumbuhan maksimun bibit kelapa sawit dicapai pada perlakuan dosis

optimum nitrogen dan kalium.

2. Terdapat kombinasi perlakuan dosis nitrogen dan kalium yang memberikan

(19)
(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat atau Amerika selatan, namun

demikian tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit Kelapa sawit

pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848 berasal dari Mauritus dan

Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya

Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatra Utara ( Lubis 2008 )

Kecambah kelapa sawit berakar tunggang dan pada tanaman dewasa berakar

serabut yang membentuk anyaman yang rapat dan tebal. Pada tanaman dewasa

akar primer tumbuh dari dasar batang, yang sebagian besar tumbuh mendatar.

Pada akar primer ini tumbuh akar sekunder yang sebagian besar tumbuh

mengarah ke permukaan tanah, kemudian dari akar sekunder tumbuh lagi akar

tersier yang kebanyakan tumbuh horizontal, dan dari akar tersier tumbuh akar

kuarter. Akar tersier dan kuarter inilah yang membentuk anyaman tebal dekat

permukaan (Yahya 1990). Menurut Lubis (2008) akar tersier dan kuarter

merupakan akar yang paling aktif mengambil air dan hara dari dalam tanah

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, dengan demikian bunga

jantan dan bunga betina terpisah tetapi masih berada dalam satu pohon. Tanaman

ini tergolong monokotil, akarnya terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan

kuarter. Akarnya merupakan akar serabut yang sebagian besar berada

dipermukaan tanah dengan kedalaman 15-30 cm. Batangnya tegak dan tidak

bercabang, berdiameter 40-75 cm,tinggi batang dalam pembudidayaan sekitar

15-18 m. Kelapa sawit berdaun majemuk dengan pelepah daun tersusun melingkari

batang berbentuk spiral. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9m, panjang

helaian daun mencapai 1,2 m dan jumlahnya berkisar antara 100-160 pasang.

Tanaman kelapa sawit yang dikelola dengan baik di perkebunan, jumlah pelepah

daun yang dipertahankan antara 30-50 pelepah ( Anonim, 1986 ).

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (

tepung sari ) dan bunga betina ( putik ) , umumnya bunga jantan dan bunga betina

terdapat dalam dua tandan yang terpisah, namun ada kalanya bungan jantan dan

(21)

6

dahulu dari pada bunga betina sehingga penyerbukan sendiri dalam satu tandan

jarang terjadi. Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 18 bulan setelah

tanam, kadarnya minyaknya masih sedikit sehingga bunga yang tumbuh pada

tanaman muda di buang ( kastrasi ) agar tidak menjadi buah. Buah kelapa sawit

menempel di karangan yang disebut tandan buah, dalam satu tandan terdiri dari

puluhan sampai ribuan buah ( Lubis 2008 ).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa

sawit berkisar antara 2000-2500 mm/tahun. Tanaman kelapa sawit sangat peka

terhadap kekeringan, jika hujan tidak turun selama 3 bulan akan mengakibatkan

pertumbuhan daun muda terhambat (anak daun tidak dapat pecah). Pengaruh

kekeringan lebih lanjut adalah menurunkan produksi karena terganggunya proses

pembentukan dan pematangan buah. Curah hujan yang terlalu banyak (melebihi

5000 mm/tahun) tidak berpengaruh buruk k terhadap produksi buah kelapa sawit

dengan syarat drainase tanah dan penyinaran cukup baik (Lubis 2008)

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil yaitu tanaman yang

menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap

perkembangan buah kelapa sawit.Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam

yang sempit mengakibatkan pertumbuhan terhambat karena proses asimilasinya

terganggu. Penyinaran matahari yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit

berkisar antara 5-7 jam/hari (Lubis 2008).

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah seperti tanah

podsolik, latosol, regosol, andosol, organosol dan alluvial dengan kisaran pH

antara 4-6. Hal yang penting bagi tanaman kelapa sawit adalah tidak kekurangan

air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase

baik). Kelapa sawit tidak tahan terhadap genangan air, pada lahan dengan

permukaan air tanahnya dangkal akan menyebabkan akar membusuk.

Latosol merupakan tanah mineral yang berada pada daerah tropika basah

dengan curah hujan antara 2500 mm – 5000 mm. Tanah ini mengalami hancuran

iklim lanjut (ultimate) dan pencucian intensif dengan batas-batas horison baru,

(22)

umumnya dijumpai dengan bahan induk volkanik baik berupa tufa maupun

batuan beku (Hardjowigeno 1993). Proses penting dalam pembentukan latosol

adalah lateralisasi (ferralisasi) dan latosolisasi dimana terjadi proses pelapukan

yang intensif secara terus menerus yang mengakibatkan sebagian besar basa-basa

hidrolisis silika tercuci dan penumpukan pada horison penciri B, dan

pembentukan mineral liat kelompok kaolinit (Buringh 1979).

Latosol di Indonesia merupakan tanah mineral yang berbahan induk tufa

volkan, bahan volkan intermedier dan basa, mempunyai kedalaman solum setebal

1.5 – 10.0 m, menyebar pada ketinggian 10 – 1000 m diatas permukaan laut

dengan permukaan topografi bergelombang, berbukit atau bergunung, mempunyai

horizon terselubung, warna merah sampai kuning, bertekstur liat, struktur remah

sampai gumpal, dan berkonsistensi gembur (Soepraptohardjo 1975). Batas untuk

membedakan latosol adalah berdasar warna horizon B seperti Latosol merah,

latosol merah kekuningan, latosol coklat kemerahan, dan latosol coklat. Latosol

coklat kemerahan darmaga termasuk ke dalam order inceptisol menurut USDA

1990 yang terletak pada zone fisigrafi Bogor bagian barat dengan bahan induk

vulkanik kuartener yang berasal dari Gunung Salak (Sobagio dan Buurman 1980).

Latosol memiliki kapasitas tukar kation yang rendah. Hal ini sebagian

disebabkan oleh kadar bahan organik yang rendah dan sebagian lagi oleh sifat liat

hidro-oksida. Latosol juga miskin akan basa-basa yang dapat dipertukarkan dan

demikian pula dengan hara tersedia lainnya. namun demikian dibandingkan

dengan tanah lain di Indonesia, latosol tergolong jenis tanah yang subur (Soepardi

1983).

Arsyad (1989) menambahkan bahwa latosol bersifat tidak mengembang

sehingga kompleks jerapan tanah menjadi terbatas. Kandungan Al dan Fe yang

relatif tinggi pada latosol menyebabkan fosfat mudah terikat dan membentuk Al-P

dan Fe-P yang kurang tersedia bagi tanaman (Buckman dan Brady 1972).

Tanah aluvial merupakan tanah yang sering ditanam kelapa sawit meskipun

kesuburannya disetiap tempat berbeda – beda. Tanah ini sering dijumapai di tepi

(23)

8

berada dipinggir pantai ( clay marine ) didominasi oleh montmorinik dan

merupakan sebagian jenis tanah yang produktif ( Anonim 1986 ).

Pembibitan pendahuluan (Pre-Nursery)

Masa pembibitan pendahuluan adalah sejak penanaman kecambah sampai

bibit berumur tiga bulan. Pada tahap pertumbuhan awal, keperluan unsur hara

masih dapat disediakan dari cadangan makanan yang ada di dalam endosperm,

selanjutnya secara berangsur-angsur tanaman mulai mengambil unsur hara dari

dalam tanah (Turner & Gillbanks 1974). Oleh karena itu pada masa pembibitan

awal tidak perlu diberikan pupuk kecuali bila ada kekurangan hara misalnya daun

memucat. Pada pembibitan awal bila diberikan pupuk maka kemungkinan besar

terjadi kontak langsung antara pupuk dengan daun sehingga dapat menyebabkan

daun terbakar, disamping itu kebutuhan hara pada fase ini masih dapat disediakan

oleh biji itu sendiri (Lubis 2008)

Pembibitan pendahuluan (pre-nursery) bertujuan untuk memperoleh bibit

yang seragam pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama (main

nursery). Syarat lokasi untuk pembibitan pendahuluan adalah dekat sumber air

dan jalan, areal rata dengan drainase baik, terhindar dari gangguan ternak, dan

terletak di dalam areal yang akan ditanami (Yahya 1992).

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara satu tahap atau dua

tahap. Untuk pembibitan satu tahap, penanaman kecambah langsung dilakukan

pada pembibitan utama, sedangkan sistem pembibitan dua tahap terdiri dari

pembibitan awal (pre nursery) selama tiga bulan dalam polybag berukuran kecil

dan pembibitan utama (main nursery) dilakukan dari bibit berumur empat sampai

12 bulan dalam polybag besar (PPKS 2007).

Pembibitan pendahuluan yang lazim digunakan adalah dengan menggunakan

polibag. Media tanah yang digunakan harus bersih dari kotoran sebelum

dimasukkan ke dalam polibag. Benih yang telah berkecambah dan berakar

ditanam sedalam 2 – 5 cm di tengah-tengah polybag dan dijaga agar akarnya tidak

patah. Bibit yang telah dipindahkan ditempatkan di bawah naungan dan sedikit

demi sedikit intensitas cahaya yang masuk ditingkatkan. Penyiraman dilakukan

(24)

dilakukan seleksi bibit. Bibit yang tumbuh kerdil dan abnormal diafkir, sedangkan

bibit yang baik dipindahkan ke pembibitan utama (Main Nursery) setelah

mempunyai 3 – 4 helai daun (Lubis 2008).

Pembibitan utama (Main Nursery)

Pembibitan utama (main nursery) bertujuan agar bibit sudah cukup kuat

dan besar sebelum ditanam di lapang dan agar pertumbuhan bibit seragam.

Pembibitan utama ini menggunakan polybag besar, dengan ukuran 40 x 50 cm

dan tebal 0.02 cm (Yahya 1992). Media tanaman yang digunakan sebaiknya

adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada

ketebalan 10 – 20 cm. Tanah yang digunanakan harus memiliki struktur yang

baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan

bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur

pasir dengan perbandingan pasir : tanah, 3 : 1 (kadar pasir tidak melibihi 60 %).

Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan

ayakan kasar diameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan

media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya (Bintoro

1988).

Pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh intensitas matahari karena sinar matahari

sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya

tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman

kelihatan pucat dan warna kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru

sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan (Waluyaningsih 2008).

Begitu pula kesalahan penanaman (terlalu dalam atau terlalu dangkal), akan

mempengaruhi lambatnya pertumbuhan karena kurangnya oksigen yang

dibutuhkan tanaman dalam tanah (Sinuraya 2007). Selain itu pemberian media

tanam seharusnya menggunakan tanah yang berkualitas baik dan gembur.

Pemberian tanah yang kurang baik dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman

karena tanah yang tidak gembur atau padat dapat mengakibatkan akar sulit

berkembang dan menembus tanah untuk menyerap unsur hara dan air.

Penyiraman harus dilakukan sesuai dengan aturan yang ada di perusahaan.

(25)

10

apabila kekurangan dapat terjadi kekeringan dan juga bibit kerdil. Selanjutnya

pemupukan mutlak dilakukan pada pembibitan kelapa sawit untuk mencukupi

kekurangan hara dalam media tanaman. Menurut Lubis (2008) pemberian pupuk

pada bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, namun jika

pemberian pupuk yang berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan dan

juga bisa berakibat kematian.

Pahan 2006 menyatakan bahwa ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman sepanjang hidupnya yaitu : Faktor

Innate merupakan faktor yang terkait dengan genetik tanaman. Faktor ini bersifat

mutlak dan sudah ada sejak mulai tebentuknya embrio. Faktor Induce yaitu faktor

yang mempengaruhi ekspresi sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan

yang terkait dengan keadaan buatan manusia. Faktor Enforce yaitu faktor

lingkungan yang bersifat merangsang dan menghambat pertumbuhan produksi

tanaman.

Peranan Nitrogen

Nitrogen merupakan hara penting bagi pertumbuhan tanaman terutama pada

fase vegetatif . Pada fase tersebut terjadi pembelahan sel, perpanjangan sel dan

tahap pertama diferensiasi sel yang berhubungan dengan perkembangan akar,

daun dan batang (Harjadi 1996). Fungsi nitrogen dalam tanaman adalah sebagai

komponen klorofil, protein, asam amino, enzim dan berpengaruh terhadap

penggunaan karbohidrat dan merangsang penyerapan hara yang lain (Tisdale et

al.1985).

Sumber pupuk nitrogen antara lain adalah Urea dengan rumus kimia

CO(NH2)2 yang mengandung kadar N sekitar 45-46 %. Nitrogen dimanfaatkan

oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat setelah melalui amonifikasi dan

nitrifikasi. Pupuk Urea diberikan ke dalam tanah terjadi proses hidrolisis sehingga

menguap sebagai amoniak. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1988) efektifitas

urea dipengaruhi oleh pH, KTK tanah, kapasitas buffer, suhu dan kelembaban

tanah.

Warna daun tanaman dengan nitrogen yang cukup akan berwarna hijau tua

dan tumbuh segar, sebaliknya jika kekurangan nitrogen daun akan berwarna

(26)

akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif lebih dominan ( daun berwarna hijau

tua, memperlambat kematangan buah dan tanaman menjadi lebih sukulen

sehingga tanaman lebih rentan terhadap penyakit.Kekurangan Nitrogen akan

membatasi pertumbuhan tanaman (Tisdale et al. 1985). Selanjutnya Sutejdo

(2002) mengatakan bahwa kekurangan unsur hara Nitrogen akan mengakibatkan

tiap daun tua yang menderita kekurangan Nitrogen seluruhnya berubah warna

menjadi hijau muda, selanjutnya menguning, jaringan mati, kering berwarna

coklat tanaman menjadi kerdil. Kekurangan unsur hara Kalium akan

menyebabkan pada daun tua secara spot mula- mula daun mengkerut dan

mengkilat kemudian pada ujung daun bagian tepinya kelihatan bergerigi

Proses pengambilan N oleh tanaman memerlukan pergerakan

bentuk-bentuk ion N ke permukaan akar untuk penyerapan. Sebahagian besar pergerakan

N terjadi, misalnya NO3-, dalam aliran konveksi air tanah menuju akar-akar.

Proses pergerakan tersebut dipengaruhi oleh transpirasi tanaman. Daya tarik

antara NO3- dan koloid tanah dapat diabaikan, Ion NO3- bersifat mobil sehingga

dengan mudah masuk ke dalam akar tanaman melalui aliran massa. NH4+

berbeda dengan NO3-, daya tarik antara NH4+ dan koloid tanah lebih kuat

sehingga lebih banyak yang hilang. Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral

alami seperti unsur hara lain. Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai

substansi yang penting dalam tanaman. Sekitar 40 – 50 % protoplasma yang

merupakan sel hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Secara

umum NO3- merupakan sumber utama nitrogen bagi pertumbuhan tanaman,

namun hal ini tergantung pada jenis tanaman dan faktor lingkungan (Mengel dan

Kirkby 1982). Tanaman yang kekurangan N menunjukkan rendahnya kandungan

klorofil dan protein sedangkan apabila terjadi kelebihan N akan menunjukkan

perkembangan daun pesat (Albrigo 1996 )

Menurut Suandi & Chan ( 1982 ) N merupakan unsur yang dibutuhkan oleh

kelapa sawit dalam jumlah banyak, bahkan lebih banyak dibandingkan dengan

kebutuhan akan unsur P, Mg dan unsur lainnya. Nitrogen merupakan komponen

pokok di dalam tubuh tanaman yakni sebagai unsur utama pada sel protoplasma,

protein dan asam amino. Selanjutnya Hakim et al. (1986) menjelaskan bahwa

(27)

12

Peranan Kalium

Tanaman menyerap Kalium dalam bentuk ion K+ . Pergerakan kalium di

dalam tanah ke akar tanaman adalah melalui proses difusi dan aliran massa

(Tisdale et al. 1985) . Kalium yang diperlukan tanaman yang diserap melalui

kontak langsung antara akar dan partikel tanah hanya sebagian kecil, berkisar

antara 6 sampai 10 % dari total. Jumlah K+ tersedia tinggi dalam larutan tanah

atau kompleks permukaan liar yang menyebabkan tanaman dapat menyerap

kalium dalam jumlah yang berlebihan atau terjadi konsumsi mewah. Kalium

sebagian besar berada dalam larutan sel yang berfungsi mengatur keseimbangan

garam, air, tekanan osmotik sel tanaman serta membantu proses pembentukan

dan translokasi karbohidrat. Disamping itu Kalium juga berfungsi meningkatkan

ketahanan terhadap penyakit, merangsang perkembangan akar, dan mengatur

serapan hara lainnya.

Kalium merupakan satu-satunya kation momnovalen yang essensial bagi

tanaman. Kalium berperan sebagai aktivator enzim, translokasi hasil asimilasi dan

pembentukan protein serta tepung (karbohidrat). Kalium dalam jumlah yang

cukup akan menjamin ketegaran tanaman dan merangsang pertumbuhan akar.

Menurut Thombo & Souza (1977) menyatakan bahwa total kalium yang diserap

kelapa sawit sebagian besar digunakan untuk membentuk bagian vegetatif dan

pelepah daun. Soepardi (1983) menyatakan bahwa absorbsi unsur kalium oleh

tanaman dipengaruhi oleh jumlah K+ tersedia bagi tanaman.

Ketersediaan kalium dalam tanah digolongkan menjadi tiga bentuk, yaitu

kalium tidak tersedia, mudah tersedia dan lambat tersedia. Semakin besar jumlah

kalium tersedia maka akan semakin besar pula kalium yang diserap oleh tanaman.

Kecendurungan ini disebut dengan konsumsi berlebihan (luxury consumption)

karena serapan yang besar pada tanaman tidak diiukuti peningkatan tersedia

(Black 1973; Buckman & Brady 1982; Glendinning1986).

Menurut Leiwakabessy (1988) kalium diabsosrbsi oleh tanaman dalam

bentuk K+ secara difusi dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah.

Penambahan K dalam tanah biasanya dalam tabur atau cair seperti KCl, K2O dan

(28)

Gejala kekurangan Kalium tanaman akan memperlihatkan pinggiran, ujung

dan permukaan daun berwarna kuning dan gejala klorotik yang tidak merata, laju

pertukaran CO2 menurun, translokasi hasil asimilasi, pengambilan Nitrogen dan

pembentuk protein juga menurun ( Soepardi 1983 ). Gardner et al.(1991),

menambahkan K juga berperan dalam proses fotosintesis, karena secara langsung

meningkatkan pertumbuhan dan laju asimilasi CO2 serta meningkatkan translokasi

hasil fotosintesis ke organ pengguna (sink).

Optimasi Dosis Pupuk

Pengujian tingkat pemupukan yang sering digunakan adalah secara

faktorial, teknik ini untuk menentukan jumlah setiap hara pupuk yang diperlukan

oleh tanaman untuk mencapai hasil yang maksimum baik secara ekonomi maupun

secara agronomis, demikian juga untuk menentukan adanya interaksi kekurangan

beberapa hara yang dibutuhkan tanaman (Corley dan Tinker 2003). Uji tersebut

memberikan informasi yang diperlukan untuk menentukan tingkat hara daun yang

digunakan dalam menduga status hara sawit.

Selain itu data yang digunakan dapat diekstrapolasikan secara komersial.

Adanya perbedaan cuaca, jenis tanah, bahan tanam, dan umur sawit dalam

pertumbuhan tanaman bukan merupakan batasan untuk mendiagnosa daun dalam

menentukan status hara sawit, dan bahkan dapat membuat rekomendasi pupuk

(Smith dan Loneragan 1997)

Selanjutnya (Foster 2003) menjelaskan pada tanaman kelapa sawit

terdapat perbedaan hara yang mendasar dan signifikan pada tingkat daun dari

bulan ke bulan dan variasi ini tidak tetap dari tahun ke tahun. Kraip dan Webb

(2005) mengatakan bahwa standar tehnik menguji tingkat pemupukan adalah

untuk menentukan CLNL( critical leaf nutrient levels ) dalam mepertahanakan

status hara.Tehnik ini sering juga dipergunakan pada perkebunan besar dan lebih

cocok pada penanaman komersial.

Respon untuk aplikasi hara dapat diperkirakan dengan fungsi data

percobaan. Secara sederhana satu faktor percobaan, misalnya nitrogen (N),

percobaan akan menilai model sebagai linier atau kuadratik (Anderson, Nelson

(29)

14

'Mitscherlich' (Campbell 1998;Corley, Tinker 2003), secara grafis dapat dilihat

pada Gambar dibawah ini

Gambar 1. Bentuk geometri sebagai representasi dari data optimalisasi tanaman

Prosedur yang dijelaskan di atas mengisyaratkan suatu respon model yang

dilengkapi dengan data eksperimen untuk menentukan hasil optimal. Pemilihan

model akan mempengaruhi keputusan yang dibuat dan jumlah pupuk yang akan

diaplikasikan (Corley dan Tinker 2003). Secara umum model yang digunakan

adalah dua fakator sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan respon hasil

terhadap pupuk dengan fungsi Mitscherlich (Campbell 1998;. Corley dan Tinker

(30)

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Kampus Darmaga

IPB, Bogor Jawa Barat, terletak pada ketinggian 250 meter di atas permukaan

laut. Penelitian berlangsung 6 (enam) bulan, dimulai dari bulan Oktober 2011

sampai dengan Mei 2012.

Alat Dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah polybag berukuran 12 cm x 15 cm dan 40

cm x 50 cm. Benih kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini adalah

kecambah kelapa sawit yang berasal dari salah satu perusahaan swasta, dengan

nomor persilangan 44 X 19.1 0. Media tumbuh digunakan campuran top soil jenis

latosol. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dengan kandungan N 45 % dan

KCl dengan kadar K2O 60% sedangkan pengendalian hama dan penyakit

menggunakan insektisida decis 25 EC ( Deltametrin ) dan Dithane M 45

(moncozeb 80% ) untuk serangan penyakit, pengendalian hama dan penyakit

dilakukan secara terpadu.

Alat yang digunakan terdiri atas ayakan tanah, timbangan besar,

timbangan analitik, spektrofotometer, meteran, gelas ukur, oven, termometer,

jangka sorong, pisau, hand sprayer dan mixer.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial dalam Acak Kelompok

(RAK), perlakuan terdiri dari dua faktor.

Faktor pertama pemupukan N, terdiri dari 4 taraf yaitu:

N1 = 0 g/bibit

N2 = 8.35 g/bibit

N3 = 16.7 g/bibit

(31)

16

Faktor kedua pemupukan K terdiri atas 4 taraf yaitu :

K1 =0 g/bibit

K2=10.9 g/bibit

K3=21.8 g/bibit

K4 =43.6 g/bibit.

Tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 48 satuan dengan 5 tanaman

sampel.

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αn + βk+ (αβ)nk+ εijk

Keterangan :

N

:

Dosis nitrogen ke 1,2,3,4 ; k = Dosis kalium ke 1, 2 ,3,4

Y

ijk : Nilai pengamatan dosis Nitrogen ke-i, Dosis Kalium ke-j

µ

: Rataan umum

α

n : Pengaruh perlakuan Nitrogen ke-n

β

k : Pengaruh perlakuan Kalium ke-k

(αβ)nk : Interaksi perakuan Nitrogen ke-n dengan Kalium ke-k

ү

ik : Galat perlakuan Kalium ke-j

(32)

Pada Tabel 1 di bawah ini disajikan dosis perlakuan pupuk yang diaplikasikan

dalam penelitian.

Tabel 1. Dosis Pemupukan N dan K perbulan pertaraf pemupukan

Bulan ke Dosis Nitrogen ( N )/g Dosis Kalium (K2O)/g

N0 N1 N2 N3 K0 K1 K2 K3

1 0 0.68 1.36 2.72 0 0.89 1.78 3.56

2 0 0.68 1.36 2.72 0 0.89 1.78 3.56

3 0 1.03 2.06 4.12 0 1.35 2.7 5.4

4 0 1.38 2.76 5.52 0 1.79 3.58 7.16

5 0 2.29 4.58 9.16 0 2.99 5.98 11.96

6 0 2.29 4.58 9.16 0 2.99 5.98 11.96

Total 0 8.35 16.7 33.4 0 10.9 21.8 43.6

Keterangan : Kandungan N dalam Urea 45,95 % dan K2O dalam KCl 59.97%

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Areal Penelitian

Areal yang digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar atau batang

kayu yang dapat menjadi sumber organisme pengganggu tanaman. Pengendalian

gulma dilakukan dengan mencangkul sekaligus meratakan permukaan tanah.

Persiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag adalah tanah top soil jenis

latosol yang diambil pada kedalaman 0 - 20 cm. Pengisian tanah dilakukan secara

bertahap lalu dipadatkan agar tidak terdapat rongga atau kantong-kantong air.

Tanah top soil yang digunakan dalam penelitian dicampur dengan kompos dengan

perbandingan 1 : 7

Penanaman Bibit

Bibit yang digunakan adalah bibit varietas tenera dan Dami Mas dengan

nomor persilangan 44 X 19.10 yang berumur 3 bulan. Bibit tersebut sebelumnya

disemaikan di pre nursery dan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit

(33)

18

berukuran 40 cm x 50 cm dengan hati-hati agar perakaran bibit yang masih baru

tidak terganggu atau putus, kemudian polybag disusun secara kelompok.

Aplikasi Perlakuan

Pupuk yang digunakan ditimbang sesuai dosis perlakuan, penetuan dosis

pupuk didasarkan pada rekomendasi pemupukan yang dilakukan oleh beberapa

perusahaan kelapa sawit. Aplikasi perlakuan dilakukan setiap bulan selamak 6

aplikasi, dimulai 2 minggu setelah penanaman bibit di main nursery. Aplikasi

selanjutnya dilakukan setiap bulan sampai bibit berumur 6 bulan di Main

Nuresry. Aplikasi perlakuan dilakukan dengan membenamkan pupuk disekitar

batang tanaman secara melingkar.

Pemeliharaan Bibit

Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak 2 1 atau sampai tanah dalam

keadaan lembab. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lingkungan, apabila

turun hujan atau media tanam dalam keadaan lembab maka penyiraman tidak

dilakukan.

Penyiangan.

Gulma yang tumbuh di polybag dicabut secara manual. Pekerjaan ini

sekaligus untuk menggemburkan tanah jika terjadi pengerasan tanah pada

permukaan polybag. Interval penyiangan bergantung pada pertumbuhan gulma

yang tumbuh pada polybag dan di luar polibag.

Pengendalian Hama dan Penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila bibit kelapa sawit terserang

hama dan penyakit, penyemprotan menggunakan insektisida decis 25 EC(

Deltametrin ) dengan konsentrasi 25 g/liter air dan dithane M 45 (moncozeb 80%

) untuk serangan penyakit dengan konsentrasi 2g/liter air, penyemprotan

(34)

Pengamatan

Pengamatan pertama sebelum aplikasi perlakuan pemupukan, dilakukan

dua minggu setelah bibit ditaman di Main nursery. Pengamatan dilakukan setiap

empat minggu sampai bibit berumur enam bulan. Pengamatan yang dilamati

teridiri dari peubah pertumbuhan (morfologi), peubah fisiologi. Dan kandungan N

dan K di dalam tanah.

Peubah Morfologi Tanaman.

Peubah morfologi tanaman yang diamati terdiri dari :

A. Tinggi Bibit (cm). Diukur dari pangkal batang (batas leher akar) sampai

keujung dan yang tertinggi. Untuk mempermudah pengukuran ditanam ajir

bambu sebagai standar pengukuran.

B. Luas Daun (cm2). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pengukur

luas daun (leaf area meter) dan dilakukan pada akhir penelitian

C. Jumlah Daun (helai). Penghitungan jumlah daun dengan menghitung

jumlah daun yang telah membuka sempurna.

D. Diameter Batang (cm). Pengukuran diameter batang dengan menggunakan

jangka sorong Caliper (jangka sorong), diukur 2 cm dari dasar bongkol.

E. Bobot Kering Tajuk (g). Tanaman dipotong hingga batas leher akar,

kemudian dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu 80oC,

kemudian ditimbang bobot kering tajuknya. Pengukuran dilakukan pada

akhir penelitian dan sampel yang diambil dari perlakuan yang berpengaruh

nyata atau yang terbaik.

F. Bobot kering akar (g). Akar dikeringkan dalam oven selama 72 jam

dengan suhu 800 C lalu ditimbang, Pengukuran dilakukan pada akhir

penelitian dan sampel yang diambil dari perlakuan yang berpengaruh

nyata atau yang terbaik

Peubah Fisiologi Tanaman

A. Kandungan khlorofil daun. Kandungan khlorofil daun diukur dengan

menggunakan alat SPAD, dan daun yang diukur adalah pelepah daun

(35)

20

B. Analisis jaringan pada daun (N dan K). Pengambilan sampel untuk analisis

kandungan hara N dan K pada jaringan daun akar dan batang pada

tanaman yang paling terbaik (perlakuan terbaik ) yang dilakukan pada

akhir penelitian. Pengambilan jaringan tanaman dilakukan pada pagi hari

dan segera dimasukkan kedalam cool box. Setelah sampai di laboratorium,

sampel dimasukkan kedalam freezer dengan suhu -10oC dan pada hari

berikutnya dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60oC

selama 24 jam sampel yang sudah kering disimpan kembali ke dalam

freezer untuk dianalisis kadar unsur haranya.

Kandungan Hara dalam Tanah.

Sampel tanah diambil dari perlakuan yang terbaik, pengambilan sampel terdiri

dari 4 (empat) kedalaman yaitu : 0 - 6.5 cm, 6.5 – 13.0 cm, 13.0 – 19.5 cm dan

19.5 – 26.0 cm, sampel tanah dikeluarkan secara hati-hati dan bertahap.

Pengamatan ini bertujuan untuk melihat dinamika unsur N dan K dalam tanah.

Pengamatan ini tidak diuji secara statistik atau membandingkan antara satu

perlakuan dengan perlakuan yang lain.

Analisis Data

Data dianalisa dengan analisis sidik ragam, apabila dalam sidik ragam pada

taraf α 0.05 terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Kontras

Polynomial Ortogonal untuk menentukan pola respon dari suatu faktor yang

diteliti bertaraf kuantitatif (Mattjik & Sumartajaya 2000). Perhitungan data

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Media tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah latosol yang

telah dicampur dengan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 7 : 1.

Berdasarkan hasil analisa, tanah yang digunakan mempunyai pH antara 4.7 –

5.00, N total antara 0.05% – 0.29% dan K tersedia antara 1.05 - 1.28 me/100g.

Data hasil analisis tanah dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hama yang di temukan di pembibitan utama kelapa sawit adalah belalang

(Valanga nigricornis) sedangkan penyakit diantaranya adalah Phytophthora

palmivora. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan dua cara yaitu

cara manual dan cara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan

penyemprotan pestisida sesuai dengan intensitas serangannya. Insektisida yang

digunakan berbahan aktif Deltamatrin 25 gl-1 dengan konsentrasi 1 l-1 air,

sedangkan fungisidanya adalah fungisida yang mengandung bahan aktif

Mancozeb 80%.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan interval sesuai

intensitas pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma dilakukan di dalam petak

pembibitan dan di dalam polibag. Gulma dominan yang dietemukan adalah

alang-alang (Imperata cylindrica).

Berdasarkan data Badan Meteorolgi dan Geofisika, curah hujan di sekitar

lokasi penelitian selama penelitian dari Nopember 2011 sampai Aril 2012 adalah

2148.7 mm, rata-rata 358.12 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 25 per bulan.

Suhu rata-rata adalah 25.90C, sedangkan intensitas cahaya adalah 325.15

Cal/Cm2. Wilayah Bogor menurut Schmit dan Ferguson termasuk beriklim basah

(37)

22

Respon Morfologi Tanaman

Pertumbuhan Morfologi.

Persentase pertumbuhan morfologi bibit yang terdiri dari tinggi, jumlah

daun dan diameter batang bibit kelapa sawit disajikan pada Tabel Lampiran 3, 4

dan 5. Pemberian nitrogen dan kalium meningkatkan tinggi, jumlah daun dan

diameter batang secara nyata. Pertumbuhan tinggi pada awal (4 MST sampai 12

MST) relatif cepat dengan laju pertumbuhannya rata-rata 19.17 persen,

selanjutnya tinggi tanaman menunjukkan respon yang lambat dengan laju

pertumbuhan rata-rata rata 19.10 persen pada 16 MST sampai dengan 24 MST.

Laju pertumbuhan jumlah daun pada 4 MST sampai dengan 24 MST

20.48 persen, berbeda dengan laju pertumbuhan tinggi tanaman, pertumbuhan

laju jumlah daun relatif tetap. Sejalan dengan laju pertumbuhan jumlah daun, laju

pertumbuhan diameter batang juga relatif stabil dari 4 MST sampai dngan 24

MST. Laju pertumbuhan diameter batang adalah 27.68 persen selama 24 MST.

Tinggi Bibit.

Tanggap tinggi bibit terhadap perlakuan N dan K disajikan pada Tabel 2.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa N dan K berpengaruh secara

independen, tidak terdapat kombinasi antara perlakuan N dan K. Perlakuan N dan

K berpengaruh mulai 8 MST, tinggi tanaman menunjukkan tanggap kuadratik

secara sangat nyata dengan perlakuan N pada 8, 12, 16, 20 dan 24 MST.

(38)

Tabel 2 . Respon Tinggi Bibit terhadap Dosis Pupuk N dan K

Persamaan regresi kuadratik untuk tinggi tanaman berdasarkan perlakuan

N dan K disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Penentuan dosis optimun

didasarkan pada persamaan regresi kuadratik yang diperoleh setiap bulan (4

(39)

24

Gambar 1. Respon tinggi bibit terhadap pemupukan nitrogen 8MST, 12MST,

16 MST, 20 MST dan 24 MST

(40)

Gambar 2.Respon tinggi bibit terhadap pemupukan kalium pada 12MST, 16MST,

20 MST dan 24 MST.

Jumlah Pelepah Daun

Perlakuan N menunjukkan pengaruh sangat nyata secara kuadratik pada 8

MST, 16 MST dan 24 MST, secara kuadratik nyata pada 20 MST, namun

memberikan pengaruh sangat nyata secara linier pada 12 MST terhadap jumlah

pelepah daun. Kalium memberikan pengaruh nyata secara kuadratik pada 12 MST,

dan 20 MST dan menunjukkan pengaruh sangat nyata linier pada 16 MST dan 24

MST (Tabel 3). Persamaan regresi jumlah pelepah daun berdasarkan perlakuan N

dan K disajikan pada Gambar 3 y = 0,906x + 52,45

0 2,99 5,98 8,9711,96

(41)

26

Tabel 3. Respon jumlah pelepah daun terhadap berbagai dosis Pupuk N dan K

Perlakuan Jumlah pelepah daun

Aplikasi N mulai menunjukkan pengaruh nyata dan sangat nyata linier

terhadap jumlah daun pada 12 MST, dan nyata kuadratik pada 8 MST, 20 MST,

24 MST dan sangat nyata kuadratik pada 16 MST sedangkan aplikasi K

memberikan pengeruh nyata linier pada 24 MST dan sangat nyata pada 16 MST,

kuadratik nyata pada 8 MST, 12 MST dan 20 MST. Persamaan regresi untuk

(42)

Gambar 3. Respon jumlah daun terhadap nitrogen pada 8 MST, 12 MST, 16 MST,

(43)

28

Gambar 4. Respon jumlah daun terhadap kalium pada 8 MST, 12 MST, 16 MST,

20 MST dan 24 MST.

Diameter Batang

Perlakuan terhadap diameter batang mulai menunjukkan pengaruh sangat

nyata secara kuadratik terhadap perlakuan N pada 16 MST, 20 MST dan 24 MST,

nyata kuadratik pada 8 MST dan berpengaruh sangat nyata secara linier pada 4

MST dan 12 MST. Kalium menunjukkan pengaruh sangat nyata secara kuadratik

4 MST dan 20 MST, nyata kuadratik pada 24 MST sedangkan pengaruh nyata

secara linier pada 16 MST. Perlakuan N dan K tidak menunjukkan adanya

interaksi (Tabel 4). Persamaan regresi untuk diameter batang dapat dilihat pada

Gambar 5 dan 6.

0 2,99 5,98 8,9711,96

(44)
(45)

30

Gambar 5. Respon diameter batang terhadap nitrogen pada 8 MST, 12 MST, 16

MST, 20 MST dan 24 MST.

Dosis Nitrogen (g) 4 MST

(46)

Gambar 6. Respon diameter batang terhadap kalium pada 8 MST, 12 MST, 16

MST, 20 MST dan 24 MST.

Luas Daun

Pemberian pupuk N hanya menunjukan pengaruh kuadratik sangat nyata

pada 12 MST (Tabel 5), sedangkan pupuk K tidak meningkatkan luas daun bibit

kelapa sawit. Pupuk N dan K tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap

peubah luas daun. Persamaan fungsi dan regresi dapat di lihat pada Gambar 7. y = -0,040x2+

0 2,99 5,98 8,9711,96

D

0 2,99 5,98 8,9711,96

(47)

32

Gambar 7. Respon luas daun terhadap pupuk nitrogen pada 12 MST

Tabel 5. Respon Luas Daun Dosis Pupuk N dan K terhadap

Ket. * = nyata pada taraf 5% ** =sangat nyata pada taraf Pr = Prabability

Pemberian N sampai batas tertentu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah

daun dan diameter batang, hal ini ditunjukkan dengan adanya tanggap linier dan

Perlakuan Luas daun (cm

(48)

kuadratik. Pemberian N yang berlebihan menyebabkan penurunan peubah yang

diamati. Ketersediaan air dan hara yang cukup akan menyebabkan fotosintesa

efektif dalam pembentukan karbohidrat, sehingga laju pertumbuhan tanaman

semakin meningkat (Soepardi 1983).

Menurut Lubis (2008) pemberian pupuk pada bibit sangat jelas

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, namun jika pemberian pupuk yang

berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan dan dapat berakibat

mematikan tanaman. Pemberian N yang terlalu banyak mengakibatkan tanaman

akan berwarna hijau gelap, daun menjadi sukulen, melemahkan tanaman terhadap

serangan hama penyakit dan mudah terkena stress kekeringan (Jones at al 1991).

Bibit Kelapa sawit sangat peka terhadap perubahan perimbangan antara

unsur-unsur hara ( Lubis 2008). Brady (1974) menyatakan bahwa serapan hara tidak

tergantung pada kesediaan unsur hara dalam tanah, tetapi juga ditentukan oleh

kemampuan tanaman menyerap unsur hara dan kecepatan serapan hara oleh

permukaan akar tanaman. Setyamidjaja (1986) menjelaskan bahwa unsur N

berperan di dalam merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu meningkatkan tinggi

tanaman.

Pemberian K sampai dosis tertinggi (K3) meningkatkan tinggi tanaman,

jumlah daun dan diameter batang. Pemberian K pada dosis tertinggi (K3) belum

menyebabkan penurunan peubah yang diamati. Menurut Thombo & Souza (1977)

menyatakan bahwa total kalium yang diserap kelapa sawit sebagian besar

digunakan untuk membentuk bagian vegetatif dan pelepah daun. Soepardi (1983)

menyatakan bahwa absorbsi unsur kalium oleh tanaman dipengaruhi oleh jumlah

K+ tersedia bagi tanaman.

Menurut Suwandi dan Chan (1982) unsur K merupakan unsur hara

terpenting bagi kelapa sawit dan dapat meningkatkan bobot berat kering

tanaman. Lubis (2008) mengemukakan bahwa unsur K berfungsi menguatkan

vigor tanaman dan dapat meningkatkan ukuran diameter batang. K memelihara

keseimbangan kation-anion dan pH sitoplasma yang menjadi prasyarat untuk

aktifitas normal sebagian besar enzim yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman

(49)

34

Respons Fisiologi Tanaman

Kehijauan Daun

Pemberian pupuk N menunjukan pengaruh nyata secara linier pada 16

MST dan 20 MST terhadap kehijauan daun, serta berpengaruh nyata secara

kuadratik pada 24MST ( Tabel 6). Sedangkan pemberian kalium tidak

menunjukkan pengaruh nyata. Persamaan regresi untuk fungsi luas daun disajikan

pada Gambar 8 dan 9.

Tabel 6. Respon Dosis Pupuk N dan K terhadap Klorofil daun

Perlakuan Kehijauan daun (mg/cm2)

16 MST 20 MST 24 MST

(50)

Gambar 9. Respon klorofil daun terhadap nitrogen pada 24 MST

Bobot Kering Bibit.

Pengukuran bobot kering bibit dilakukan pada akhir penelitian pada

perlakuan kontrol (N0K0) dan perlakuan terbaik (N2K3). Pengukuran tersebut tidak

dilakukan uji stastik, namun hanya untuk mengetahui secara umum tingkat

perbedaan antara perlakuan terbaik dengan kontrol. Pemberian pupuk N dan K

cenderung meningkatkan bobot kering pepepah (194 persen) dan bobot kering

daun (33.6 persen), namun bobot kering akar pada perlakuan kontrol dan

perlakuan terbaik relatif sama. Hasil pengukuran bobot kering akar, pelepah dan

daun disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering akar, pelepah dan daun pada kontrol (N0K0) dan perlakuan

Brady (1974) menyatakan bahwa K mempunyai fungsi untuk merangasang

pertumbuhan akar. Peningkatan bobot kering akar 9.7 persen dapat meningkatkan

bobot kering pelepah dan daun. Peningkatan bobot akar berimplikasi terhadap

peningkatan luas permukaan akar, sehingga hara yang diserap menjadi lebih

(51)

36

Pergerakan dan Neraca Hara dalamTanah

Pergerakan Hara

Pengamatan pergerakan hara tanah diamati dengan melakukan pengukuran

kadar N dan K pada perlakuan terbaik (N2 dan K3) . Pengamatan pergerakan hara

ini untuk mengetahui secara umum sampai kedalaman berapa sentimeter unsur N

total dan yang ada dalam polybag. Pengukuran dilakukan ada kedalaman 6.5,

13.0, 19.5 dan 26.0 cm yang disesuaikan dengan tinggi polybag. Kadar N pada

kedalam tersebut berkisar antara 0.26 sampai 0.33%, terdapat kecendurungan

meningkat sesuai dengan kedalaman tanah dalam polybag.

Peukuran kadar kalium dalam polybag menunjukkan adanya variasi berdasarkan

kedalaman dengan nilai antara 267.76 sampai 314.60 ppm. Adanya variasi

tersebut karena kalium bersifat mobile di dalam tanah, hal ini bergantung pada

pergerakan air (saat penyiraman). Pola pergerakan statik kadar N total dan K total

secara skematik disajikan pada Gambar 10

Konsentrasi N total (%) dalam tanah Konsentrasi K (ppm) dalam tanah

Gambar 10. Pergerakan hara dalam tanah. (a) Konsentrasi N total (%) dalam tanah dan (b) Konsentrasi K (ppm) dalam tanah

Neraca Hara

Perhitungan neraca hara didasarkan pada hara awal yang ada dalam tanah

dan penambahan hara dari pupuk. Pada akhir penelitian dilakukan pengukuran

hara yang ada di dalam tanah (polybag) dan kandungan hara yang terdapat pada

bagian tanaman (akar, batang dan daun). Perhitungan neraca hara tersebut

dilakuakan pada perlakuan terbaik yaitun pada perlakuan N2 dan K3. Hasil

(52)

Tabel 8. Neraca hara N dan K pada perlakuan N2K3 di akhir penelitian

Nitrogen Total Kalium Total

I. Awal Penelitian

Tanah (g) 26.74 5.60

Pupuk (g) 16.70 43.6

Total(g) 43.44 49.2

II.Akhir Penelitian

Tanah (g) 27.04 3.23

Tanaman (g) 2.87 4.22

Total(g) 29.91 7.45

Efisiensi pupuk (%) 17.0 9.7

Kehilangan pupuk (%) 83.0 90.3

Status kandungan hara pada awal penelitian adalah sedang 0.24 % atau

setara dengan 26.74 g N total di dalam polybag. Pupuk yang diberikan pada

perlakuan N2 selama penelitian adalah 16.70 g sehingga N total di dalam tanah

adalah 43.44 %. Pada akhir penelitian N total di dalam tanah (polybag) adalah

27.04 g sedangkan N total dalam bagian tanaman ( akar, batang dan daun) adalah

2.87 g. Jika diasumsikan bahwa tanaman hanya mengambil N yang berasal dari

pupuk, maka efisiensi pemupukan adalah 17 %, sisanya dijerap oleh partikel tanah

(terdapat peningkatan N dalam tanah), menguap, hilang karena pencucian dan

dimobilisasi oleh mikroorganisme tanah (Tisdale et al.1985. Dengan demikian

kehilangan N dari pupuk sebesar 83 %.

Status kandungan K total dalam tanah pada awal penelitian adalah sangat

tinggi (1.29 me/100 g) atau setara dengan 5.60 g K di dalam polybag. Pupuk yang

diberikan 43.6 g sehingga K total di dalam tanah adalah 49.2 g. Pada akhir

penelitian K total di dalam tanah (polybag) adalah 7.45 g, sedangkan K total

dalam bagian tanaman (akar, batang, daun) adalah 4.22 g. Jika diasumsikan

bahwa tanaman hanya mengambil K yang berasal dari pupuk, maka efisiensi

pemupukan K adalah 9.7 % dengan demikian kehilangan dari pupuk sebesar

(53)

38

Optimasi Pupuk Nitrogen dan Kalium

Optimasi bertujuan untuk menentukan jumlah pupuk yang sesuai dengan

kebutuhan tanaman agar pemberian pupuk efisien. Ditjenbun (2009) menjelaskan

bahwa dalam hal pemupukan, rekomendasi pemupukan N, K untuk bibit kelapa

sawit disesuaikan dengan kondisi umum daerah dan tidak didasarkan pada status

hara tanah.

Persamaan regresi dan perhitungan dosis optimum N dan K berdasarkan

peubah tinggi tanaman Tabel 9 dan 10. Tinggi tanaman merupakan peubah yang

lebih resnponsif terhadap pemupukan dibandingkan dengan peubah jumlah daun

dan diameter batang. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh pada setiap 4

MST, dosis optimum N selama di pembibitan adalah 22.12 g per bibit, sedangkan

dosis optimum untuk K 32.88g per bibit sampai dengan 24 MST.

Tabel 9. Dosis optimum pupuk N berdasarkan peubah tinggi bibit selama 6 bulan

Umur (MST) Persamaan Regresi R2 Dosis Optimum (g)

4 Rekomendasi 1.37

8 Y=-1.534x2+5.464x+38.96 0.98 1.78

12 Y=-0.718x2+4.178x+4.178 0.99 2.91

16 Y= -0.432x2+3.247x+60.54 0.98 3.76

20 Y=-0.197x2+2.422x+77.10 0.99 6.20

24 Y=-0.289x2+3.519x+85.23 0.99 6.10

(54)

Tabel 10. Dosis pupuk K berdasarkan peubah tinggi bibit selama 6 bulan

Umur (MST) Persamaan Regresi R2 Dosis Kalium (g)

4 Rekomendasi 1.78

8 Rekomendasi 1.78

12 Y=0.906x+52.45 0.71 5.40

16 Y=0.693x+62.38 0.67 7.16

20 Y=0.474x+75.54 0.65 11.96

24 Y=-0.609x+88.92 0.74 11.96

Total 32.88

Ket: Pada persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis K optimum sehingga dipilih perlakuan dosis tertinggi

Perhitungan dosis pupuk N dan K berdasarkan peubah jumlah daun disajikan pada

Tabel 11 dan 12. Dosis optimum berdasarkan peubah jumlah daun sampai bibit

berumur 24 MST adalah 20.44 g/bibit, sedangkan untuk K adalah 31.66 g/bibit.

Tabel 11. Dosis Optimum Nitrogen bedasarkan jumlah daun selama 6 bulan

Umur (MST) Persamaan Regresi R2 Dosis Optimum

(gram)

4 Rekomendasi 1.36

8 Y= -0.089x2+0.282x+1.520 0.94 1.58

12 Y= 0.056x+1.726 0.92 2.06

16 Y= -0.019x2+0.167x+2.404 0.99 4.39

20 Y= -0.013x2+0.146x+12.47 0.79 5.62

24 Y= -0.023x2+0.250x+13.88 0.95 5.43

(55)

40

Tabel 12. Dosis Kalium bedasarkan jumlah daun selama 6 bulan

Umur (MST) Persamaan Regresi R2 Dosis Kalium

(gram)

4 Rekomendasi 1.78

8 Rekomendasi 1.78

12 Y= -0.002x2+0.099x+1.760 0.73 2.48

16 Y= 0.045x+2.505 0.88 7.16

20 Y= -0.012x2+0.156x+12.41 0.89 6.5

24 Y= 0.050x+14.03 0.85 11.96

Total 31.66

Ket: Pada persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis K optimum sehingga dipilih perlakuan dosis tertinggi.

Ukuran diameter batang adalah salah satu kriteria bibit yang baik,

sehingga diameter batang merupakan peubah yang penting untuk menentukan

dosis optimum. Persamaan regresi dan hasil perhitungan dosis optimum

berdasarkan diameter batang disajikan pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Dosis optimasi Nitrogen berdasarkan diameter batang selama 6 bulan

Umur (MST) Persamaan Regresi R2 Dosis Optimum

(gram)

4 Y= 0.048x+1.286 0.91 2.72

8 Y= -0.089x2+0.282x+1.520 0.94 1.58

12 Y= 0.056x+1.726 0.92 4.12

16 Y= -0.019x2+0.176x+2.404 0.99 4.39

20 Y= -0.010x2+0.128x+3.136 0.99 6.40

24 Y= -0.012x2+0.121x+4.269 0.84 5.04

Total 24.25

(56)

Tabel 14. Dosis Kalium berdasarkan diameter batang selama 6 bulan

Ket: Pada persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis K optimum sehingga dipilih perlakuan dosis tertinggi.

Rekapitulasi dosis optimum berdasarkan peubah tinggi tanaman, jumlah

daun dan diamemer batang untuk N dan K masing-masing disajikan pada Tabel

15 dan 16. Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa penentuan dosis optimum N

berdasarkan ketiga peubah yang diamati menunjukkan variasi yang sangat kecil,

yaitu rata-rata 22.27g/bibit dengan standar deviasi 1.91. Hal ini menunnjukkan

bahwa ketiga peubah tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan dosis

optimum.

Tabel 15. Perbandingan dosis optimum N berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.

Umur MST

Dosis Optimum (g/bibit)

T.Tanaman J.daun D. batang

Rata-rata Standar

Deviasi

Pada Tabel 16 dapat dilihat adanya variasi dosis optimum untuk K

berdasarkan peubah yang diamati (tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter

(57)

42

lebih kecil dibandingkan dengan dosis K berdasarkan peubah jumlah daun dan

diameter batang, sehingga penentuan dosis optimum berdasarkan tinggi tanaman

memberikan hasil yang lebih baik.

Tabel 16. Perbandingan dosis optimum K berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.

Umur Dosis Optimum (g/bibit) Rata-rata Standar

MST T.Tanaman J.Daun D. Batang Deviasi

Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan pemupukan yang

meliputi jenis pupuk, dosis pupuk, cara pemupukan dan waktu pemupukan untuk

suatu tanaman tertentu (Safuan 2007; Sutandi 1996). Pemberian suatu hara ke

dalam tanah akan merubah keseimbangan hara lainnya sehingga walaupun dosis

pupuk yang dihasilkan dari percobaan pemupukan, bila diterapkan pada tanah

yang sama, peluang terjadinya penyimpangan akan tetap ada. Adanya perbedaan

cuaca, jenis tanah, bahan tanam, dan umur tanaman menjadi batasan untuk

mendiagnosa hara daun dalam menentukan status hara sawit, dan bahkan perlu

dibuat rekomendasi pupuk yang spesifik lokasi (Smith & Loneragan 1997).

Dosis rekomendasi untuk N adalah 16.8 g dan untuk K adalah 21.6 g.

Perbandingan dosis optimum hasil penelitian dengan dosis rekomendasi lebih

tinggi 33 % untuk N dan K 61 %. Adanya perbedaan tersebut karena aplikasi

pemupukan pada rekomendasi dilakukan setiap 2 minggu sekali, sedangkan pada

penelitian ini aplikasi pupuk dilakukan setiap bulan. Jika diperhitungkan dengan

dengan biaya tenaga kerja maka aplikasi setiap bulan lebih murah dari pada

rekomendasi. Disamping itu tinggi tanaman hasil penelitian rata-rata (91.36 cm)

relatif lebih rendah dibandingkan dengan tinggi tanaman di Dami Mas (102.5 cm).

Menurut Lubis (2008) standar bibit sawit umur 9 bulan tingginya 88.3 cm,

(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian N dan K meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah

daun dan diameter batang. Laju pertumbuhan ketiga peubah tersebut

masing-masing adalah 19.14, 20.48 dan 27.68 persen/bulan

2. Dosis Optimum N pada bibit kelapa sawit di pembibitan utama adalah

22.27 g per bibit selama 6 bulan dengan aplikasi dosis per bulan adalah

1.82, 1.65, 3.03, 4.18, 6.07. dan 5.52. g.

3. Dosis optimum K pada bibit kelapa sawit di pembibitan utama adalah

35.13 g per bibit selama 6 bulan dengan aplikasi dosis per bulan 2.04,

1.78, 3.53, 7.16, 11.05 dan 11.96 g.

4. Tidak terdapat kombinasi dosis optimum antara nitrogen dan kalium.

5. Tingkat efisiensi pemupukan bibit kelapa sawit untuk nitrogen adalah 17

pesen dan tingkat pemupukan kalium adalah 19 persen.

Saran

Perlu penelitian lanjutan untuk menentukan dosis K optimum dengan

penambahan dosis yang lebih tinggi lagi dari penelitian sekarang. Peubah

yang perlu diamati dalam penelitian lanjutan adalah kadar unsur hara dalam

(59)

Gambar

Gambar  1. Bentuk geometri sebagai representasi dari data optimalisasi tanaman
Tabel 1. Dosis Pemupukan N dan K perbulan pertaraf pemupukan
Tabel 2 . Respon Tinggi Bibit terhadap Dosis Pupuk N dan K
Gambar 1. Respon tinggi bibit terhadap pemupukan nitrogen  8MST, 12MST,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian abu janjang sawit dengan dosis yang meningkat diharapkan dapat menurunkan kejenuhan Alumunium yang tergolong tinggi pada Ultisol, dapat menyumbangkan

Hal ini sesuai dengan pernyataan Afandi (2016) yang menyatakan bahwa bibit tipe K -- merupakan tipe bibit yang tidak tanggap terhadap unsur kalium sehingga dapat

Hal tersebut disebabkan sifat pupuk majemuk NPK yang melepaskan hara N, P dan K perlahan sehingga tersedia lambat bagi tanaman (Wu et al. , 2007) dan kadar hara jaringan

RESPON MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP APLIKASI PUPUK MAGNESIUM DAN NITROGEN. Beserta perangkat yang ada

Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang baik di pre nursery pada medium subsoil ultisol adalah dengan pemberian kompos TKKS dan cocopeat dengan dosis

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk dengan dosis 2,5 g/bibit meningkatkan pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit tertinggi pada 1- 3 bulan

Limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai bahan organik selain berperan dalam memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah juga mempengaruhi ketersediaan hara yang pada