• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Ogan Komering Ulu 2016-2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Ogan Komering Ulu 2016-2020"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Kawasan Strategis Nasional (KSN) 3.1.

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun

2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis

Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena

mempunyai pengaruh sangat penting secara n asional terhadap kedaulatan

negara, pertahanan dan keamanan n egara, ekonomi, sosial, budaya,

dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan

dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa

kepentingan, yaitu:

pertahanan dan keamanan a.

pertumbuhan ekonomi b.

sosial dan budaya c.

pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi d.

fungsi dan daya dukung lingkungan hidup e.

Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah

dipaparkan pada bab sebelumnya.

Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) 3.2.

Sesuai dengan ara han pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional

atau P KSN adalah kawasan perkotaan yang d itetapkan untuk mendorong

pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan

PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15,

yaitu sebagai berikut:

a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas b atas

dengan negara tetangga

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang

BAB III

(2)

III-2

internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi

yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Adapun

daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah dipaparkan pada

bab sebelumnya.

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) 3.3.

Sesuai dengan ara han pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah N asional, Pusat Kegiatan N asional atau

PKN adalah kawasan p erkotaan yang berfungsi u ntuk m elayani kegiatan skala

internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan P KN dilakukan

berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat p ada pasal 14, yaitu sebagai

berikut:

a. kawasan p erkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul ut ama

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. kawasan p erkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul ut ama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan m egapolitan, kawasan

metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau

kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi 3.4.

Indonesia (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2 011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi In donesia

(3)

Indonesia (MP3EI) merupakan ar ahan strategis dalam percepatan dan

perluasan pembangunan e konomi In donesia untuk periode 15 (lima belas)

tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan

melengkapi dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi

(KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi at au

sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor

konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan u ntuk mempermudah

identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi at au sentra

produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan a.

Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI b.

Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra- sentra c.

produksi di masing-masing KPI

Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, d.

dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun

2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

(4)

III-4

Tabel 3.1

Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

NO KORIDOR KPI

(1) (2) (3)

1 Koridor Ekonomi (KE)

Sumatera

Sei Mangkei Tapanuli Selatan Dairi

Dumai

Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim – Pendopo Palembang

Prabumulih

Bangka Barat, Babel Batam

Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon

2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan

3 Koridor Ekonomi (KE) Bali – Nusa Tenggara

Badung Buleleng Lombok Tengah Kupang Sumbawa Barat Aegela

(5)

4 Koridor Ekonomi (KE)

Kalimantan

Kutai Kertanegara

Kutai Timur Rapak dan Ganal Kotabaru Ketapang

Kotawaringin Barat

Kapuas Pontianak Bontang Tanah Bumbu Sanggau

Penajam Paser Utara

5 Koridor Ekonomi (KE)

Sulawesi

Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa Parepare

Kendari Kolaka Konawe Utara Morowali Parigi Moutang

Banggai Bitung

6 Koridor Ekonomi (KE) Papua –

Kep. Maluku

Merauke (Mifee) Timika Halmahera Teluk Bintuni Morotai Ambon Manokwari

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 3.5.

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi

Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu d alam wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang d itetapkan untuk

menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK

terdiri atas satu atau beberapa zona, a ntara lain pengolahan e kspor, logistik,

industri, pengembangan te knologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya.

Pembentukan KEK ter sebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang

didirikan di In donesia, pemerintah k abupaten/kota, d an pemerintah provinsi,

yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat

menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan b erdasarkan usulan

kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang

(6)

III-6

ada.

Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

sesuai dengan Rencana T ata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi a.

mengganggu kawasan lindung;

adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah b.

kabupaten/kota yang bersangkutan;

terletak pada posisi yang dekat dengan j alur perdagangan c.

internasional at au dekat dengan jalur pelayaran internasional di In donesia

atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;

mempunyai batas yang jelas. d.

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus d ipaparkan

pada Tabel 4.2.

Tabel 3.2

Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Berdasarkan Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2011

NO LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS

(1) (2) (3)

1 Kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara

Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke

2 Kabupaten Pandeglang, Banten

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

3 Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Tmur

Kawasan Ekonomi Khusus Maloy

(7)

5.1. Rencana Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan Perda No.22 Tahun 2012 Tanggal 27 Desember 2012

tentang Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering

Ulu. Penetapan peran fungsi kota dengan tujuan mengarahkan kegiatan-kegiatan

utama dan penunjang di kota tersebut. Penentuan peran dan fungsi kota dapat

ditentukan berdasarkan kebijaksanaan regional serta mekanisme perkembangan

yang ada saat ini.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan

ruang wilayah kabupaten ya ng ingin dicapai pada masa yang akan datang.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten memiliki fungsi :

sebagai dasar untuk menformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang

wilayah kabupaten;

memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten; dan;

sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang

wilayah kabupaten.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :

visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten;

karakteristik wilayah kabupaten;

isu strategis; dan

kondisi objektif yang diinginkan.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan

nasional;

BAB V

(8)

jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang

No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan ruang adalah :

Aman; masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupann ya dengan

terlindungi dari berbagai ancaman

Nyaman; memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk

mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia

dalam suasana yang tenang dan damai

Produktif; proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga

mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat

sekaligus meningkatkan daya saing.

Berkelanjutan; kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat

ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan g enerasi saat ini, namun juga

generasi yang akan datang.

Rencana pengembangan peran dan fungsi Kota Baturaja :

Mengembangkan Baturaja Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 1.

sesuai kebijaksanaan spatial Pulau Sumatera dan Provinsi Sumatera

Selatan.

Mengembangkan Kota Baturaja sebagai Pusat Utama di Kabupaten Ogan 2.

Komering Ulu, sesuai dengan Kebijaksanaan RTRW Kabupaten Ogan

Komering Ulu dan perkembangan eksisting.

Mengembangkan Kota Baturaja sebagai kawasan perkotaan yang dapat 3.

melayani kebutuhan masyarakatnya.

Dari Rencana kemudian dijabarkan dalam penetapan peran fungsi Kota Baturaja

yang akan dituju yaitu :

Fungsi Regional :

Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). 1.

Sebagai Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata 2.

(9)

Sebagai Pusat Pelayanan Pemerintahan Kabupaten 3.

Sebagai Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa serta Industri 4.

Sebagai Pusat Pelayanan pendidikan dan kesehatan 5.

Sebagai Pusat Pelayanan Transportasi. 6.

Fungsi Lokal

Sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi 1.

Sebagai pusat pelayanan transportasi 2.

sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa 3.

sebagai pusat pelayanan transportasi 4.

sebagai pusat pelayanan pemerintahan 5.

Sebagian dari Kota Baturaja masih daerah non perkotaan.

Pengelolaannya ternyata wilayah dalam Kota Baturaja tersebut di

(10)

otonomitas dalam pengelolaan wilayahnya. Adapun pihak-pihak yang di maksud

adalah kawasan tambang PT. Semen Baturaja serta Pusdiklat ABRI dan Objek

Militer Baturaja (OMIBA).

Maka sebenarnya ad a beberapa bagian wilayah Kota Baturaja yang

sudah jelas dan pasti jenis peruntukkannya, yakni sesuai dengan jenis kegiatan

yang menjadi objek dari masing-masing pihak tersebut. Di luar wilayah yang telah

diperuntukkan tersebut adalah berupa wilayah perkotaan Kota Baturaja dan areal

perkebunan rakyat maupun milik desa.

Berdasarkan bentuk pengelolaannya ternyata bagian-bagian wilayah

dalam Kota Baturaja terlihat adanya keseragaman jenis kegiatan dalam

masing-masing bagian wilayah tersebut dan membentuk sua tu wilayah (region) tertentu

dan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Melihat adanya karakteristik

tersebut, maka unit-unit wilayah yang seragam atau region tersebut memenuhi

kriteria dan batasan-batasan yang dinamakan dengan Bagian Wilayah Kota

(BWK).

Dengan dasar Rencana struktur pengembangan kota, maka

selanjutnya dirumuskan alternatif perwilayahan kota yang terdiri dari pusat kota

dan bagian wilayah kota, dalam hal ini langsung pada batasan kecamatan yang

ada. Dimana fungsi Kota Baturaja tersebut sebagai berikut :

BWK A, sebagai Kawasan Pusat Kota, perdagangan dan jasa pelayanan 1.

regional

BWK B, sebagai Kawasan Industri, Konservasi, Perdagangan dan Jasa, 2.

Pergudangan dan Transportasi.

BWK C, sebagai Kawasan Fungsi Pelayanan Sosial, Peradagangan dan 3.

Jasa regional

BWK D, sebagai Kawasan Perkantoran Regional, Perdagangan dan Jasa 4.

penunjang kegiatan perkantoran pemerintahan kabupaten.

BWK E, Sebagai Kawasan Perumahan dan Pelayanan Sosial 5.

BWK F, sebagai Kawasan Fungsi Khusus (OMIBA; Obyek Militer

6.

Baturaja)

(11)

BWK G, sebagai Kawasan Perumahan, Budidaya Sarang Burung Walet 7.

dan Perkebunan Rakyat.

Dalam penerapan wilayah tersebut sangat diperlukan pertimbangan

potensi kota dari berbagai kemungkinan perkembangan masing-masing bagian

wilayah tersebut. Demik ian pula halnya dengan penerapan fungsi dari

masing-masing wilayah tersebut erat kaitannya dengan fungsi eksternal dan internal kota.

Dengan demikian dalam pengembangannya tetap berpedoman pada fungsi

perkembangan kota secara keseluruhan.

Selain itu pem bagian wilayah kota tetap memperhatikan berbagai

faktor pengaruhnya antara lain berupa :

Fungsi jaringan jalan yang mendukung bagian-bagian wilayah kotanya. a.

Dominasi kegiatan yang telah ada. b.

Hubungan fungsional antar kegiatan yang ada. c.

Kecenderungan perkem bangan fungsi bagian wilayah kota terhadap d.

perkembangan kota secara keseluruhan.

Untuk mendukung penerapan fungsi perwilayahan kota tersebut, perlu

adanya rencana dalam penggunaan tanah, arah perkembangan fisik kota,

sistem transportasi dan penataan distribusi pelayanan berupa :

Penataan kembali pusat kegiatan permukiman/perumahan yang ada dan 1.

berorientasi pada kegiatan perekonomian seperti perindustrian,

perdagangan dan jasa dengan meningkatkan fungsi ruas jalan arteri

maupun kolektor primer untuk mendukung fungsi kegiatan permukiman.

Penataan kembali distribusi pelayanan sesuai dengan kebutuhan bagi 2.

wilayah setempat.

Membatasi pengembangan kota sepanjang daerah aliran sungai (DAS) 3.

dan kawasan resapan air.

Pengembangan kawasan permukiman pada lahan – lah an yang tingkat 4.

kepadatan rendah serta kesesuaian lahan yang baik. Hal ini dilakukan

(12)

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai Rencana struktur ruang bagian

wilayah kota dan sub bagian wilayah kota dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Rencana Pengembangan Sistem Bagian Wilayah Kota dan Sub Bagian Wilayah

(RBWK dan SUB RBWK)

Kawasan Perkotaan Kota Baturaja Hingga Tahun 2008- 2028

No Bagian Jawa, Kel. Tanjung Agung, Kel. Saung Naga, dan sebagian

282,38 Kawasan Industr i dan Kawasan Konservasi/Buffer Zone/Hutan Kota

BWK B 2 Desa Sukajadi, sebagian Kel. Air Gading, Desa Tanjung

BWK C 2 Kel. Sukaraya, Desa Tanjung Kemala, Kel. Air Paoh, Kel

BWK D 2 Kel. Sepancar Lawang Kulon,

Kel. Kemelak Bindung Langit.

278946 Perkantoran Regional d an Perdagangan dan Jasa yang

(13)

mendukung Kawasan Perkantoran Pemerintahan Kabupaten

5. BWK E BWK E 1 Kel. Kemelak Bindung Langit, Kelurahan Baturaja Permai, Sebagian Kel. Sepancar

Bindung Langit

458.91 Perumahan dan Kawasan Konservasi/Buffer Zone

BWK E 2 Kel. Sekarjaya, Kel. Air Paoh

dan Kel. Baturaja Permai

324,45 Perumahan, Lapangan Olah Raga dan Rekreasi, Pelayanan Sosial

6. BWK F BWK F OMIBA 453.60 Obyek Meliter Baturaja (OMIBA)

7. BWK G BWK G 1 Kel. Batu Putih dan sebagian

wilayah Desa Laya

986.78 Perumahan, Pengembangan Budidaya Sarang Burung Walet dan Perkebunan

BWK G 2 Kel. Tanjung Agung, Kel. Batu Kuning, Desa Pusar dan

RPJMD adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Kabupaten Ogan

Komering Ulu yang merupakan Penjabaran Visi, Misi dan Program upati yang

penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten dan memperhatikan

RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi.

RPJMD Kabupaten Ogan Komering Ulu memuat arah kebijakan keuangan

daerah, kebiijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, linmas

satuang kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan

rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

bersifat indikatif.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ogan

Komering Ulu sudah tertuang dan disah kan dalam bentuk Peraturan Daerah

Kabupaten Ogan Komering U lu Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

(14)

Rencana Induk system PAM (RISPAM) 5.3

Strategi Sanitasi Kota 5.4

5.5 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Kondisi rumah tangga miskin di Kabupaten Ogan Komering Ulu

terkonsentrasi p ada Kecamatan Baturaja Timur yang berjumlah 8449 rumah

tangga miskin dengan mendiami kawasan yang luasnya 148,87 Km persegi.

Dengan lingkungan jalan tanah setapak yang menghubungkan antar desa

dengan desa yanng lain. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(15)

Kebutuhan untuk pengemban gan pemukiman terutama dipedesaan

antara lain :

1. membentuk desa mandiri terpadu baik sarana maupun prasarana

insfrastruktur perdesaan tersebut .

2. meningkatan sarana transportasi berupa jalan penghubung antar desa

maupun kecamatan.

5.6 Startegi Pengembangan dan Permukiman Infrastruktur Perkotaan

Sistem pengembangan lingkungan perumahan di Kota Baturaja

dipengaruhi oleh arah kecenderungan perkembangan ruang fisik serta

konsentrasi penduduk yang ada jumlah serta jenis fasilitas yang melayani

lingkungan tersebut. Jenjang atau hirarki yang paling tinggi dimulai dari

lingkungan yang diikat dengan fasilitas skala pelayanan kota (sebagai pusat

pelayanan). Jenjang yang di bawahnya adalah Bagian Wilayah Kota (BWK)

dengan kelengkapan fasilitas sebatas Bagian Wilayah Kota. Selanjutnya di

bawah jenjang BWK adalah unit lingkungan yang dilengkapi berbagai jenis

fasilitas skala unit lingkungan atau masing-masing unit lingkungan diikat oleh

fasilitas lingkungan/ruang terbuka untuk kebutuhan sehari-hari dan skala

pelayanannya berjenjang menurut hirarki permukimannya.

Kecenderungan perkembangan kawasan perumahan/permukiman di

Kota Baturaja berorientasi ke arah utara Pusat Kota Baturaja. Arah

kecenderungan perkembangan ruang terbangun Kota Baturaja tersebut

didasarkan atas pertimbangan hasil Rencana fisik dasar serta

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diturunkan dari hasil rencana sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisa, pengembangan perumahan mengacu pada

pembagian struktur wilayah kota dimana pada wilayah Kota Ba turaja dibagi

menjadi 7 bagian yaitu BWK A, BWK B, BWK C, BWK D, BWK E, BWK F dan

BWK G. Pada tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2028, arah penyebaran

perumahan diharapkan pada wilayah BWK C, D, E dan G dimana kawasan

(16)

Mengenai rencana pengembangan lahan perumahan pada tahun

perencanaan pada setiap BWK dapat dilihat pada Tabel 5.3

(17)

Rencana Pengembangan Perumahan di Tiap BWK Kawasan Perkotaan Kota Baturaja

Tahun 2008-2028

No Bagian Wilayah Kota Luas (M)

JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS JUMLAH LUAS

(18)

V-12

Kondisi permukiman saat ini adalah penataan kawasan perumahan

pegawai negeri sipil pada kawasan pusat pemerintahan sebagaimana tabel

berikut ini.

Tabel. 5.4

Data Kawasan Perumahan PNS/TNI/Polri (RSH)

NO. NAMA

PERUMAHAN

LOKASI

KELURAHAN/DESA/KE

CAMATAN

LUAS KAWASAN

(HA)

JUMLAH UNIT

TERBANGUN

JUMLAH

UNIT

TERHUNI

INFRASTRUK

TUR YANG

DIBUTUHKAN

1 2 3 4 5 6 7

1. Perumahan

PNS/RSH

*) *) *) *) *)

Secara umum penyebaran penduduk tidak merata, jumlah penduduk

terbesar pada Kecamatan Baturaja Timur sebanyak 93. 652 orang yang luasnya

(19)

Tabel 5.5

Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk dirinci

per Kecamatan Tahun 2009

Prasarana dan sarana dasar permukiman yang telah dilaksanakan saat

ini telah dila ksanakan di 16 desa sampai dengan tahun 2008, hal ini

sebagaimana terurai pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6

Pengembangan Sarana dan Prasarana

No. Pengembangan Pemukiman Lokasi Bentuk Dukungan

Kegiatan

Tahun

Pelaksanaan

1. Pengembangan Insfrastruktur

Pedesaan (BPIP) 16 Desa

APBN

Dan Dana

pendamping APBD

(20)

V-14

Bentuk Kegiatan BPIP pendanaanya dari anggaran APBN dan APBD

sedangka pengembangan pemukiman juga ada yang dilaksanakan oleh pihak

swasta misalnya perumnas beserta fasilitasnya yang berada di Ibu Kota

Kabupaten Ogan Komering Ulu beralokasi di Kota Baturaja.

Untuk Pengembangan Infrastruktur Pedesaan dilaksanakan oleh

Dinas PU Cipta Karya, Pengairan dan Tata Ruang Kabupaten Ogan Komering

Ulu.

Sasaran Pengembangan Pemukiman diutamakan pada desa tertinggal

baik untuk perbaikan sarana prasarana pedesaan itu sendiri terutama

kelancaran transportasi pedesaan misalnya meningkatkan jalan penghubung

antara dusun, desa dan ibu kota kecamatan.

Permasalahan yang muncul saat ini untuk peba ngunan pemukiman di

Kabupaten Ogan Komering Ulu antara lain;

Wilayah yang sangat luas.

1.

Kesadaran Dari Masyarakat masih sangat kurang.

2.

Pendanaan belum memadai

3.

Jumlah kepadatan penduduk kawasan perkotaan Kota Baturaja tahun

2009 sebesar 99,21 jiwa/k m persegi dengan perkiraan laju pertumbuhan

penduduk sebesar 3,11 %. Apabila di rinci tiap desa/kelurahan maka kawasan

yang padat penduduknya adalah Kelurahan Sukaraya 29 jiwa/Ha, Kelurahan

Baturaja Lama 29 Jiwa/Ha, Kelurahan Kemala Raja 25 Jiwa/Ha dan De sa Air

Paoh 22 jiwa/Ha di wilayah Kecamatan Baturaja Timur. Sedangkan di wilayah

Kecamatan Baturaja Barat meliputi kelurahan Tanjung Agung 13 jiwa/Ha,

Kelurahan Talang Jawa 11 jiwa/Ha dan Saung Naga 12 jiwa Ha.

Dari kedua wilayah kecamatan tersebut di a tas, kawasan dengan

kepadatan tinggi tersebut merupakan kawasan pusat kota. Walaupun belum

(21)

kawasan pusat kota dan sekitar jaringan jalan arteri dan jalan lingkar serta

bantaran sungai Ogan sebagai sungai terbesar yang membelah Kota Baturaja ini.

Gejala ini akan membawa permasalahan sosial dan lingkungan bila tidak segera

diantisipasi dengan kebijaksanaan pengaturan kepadatan penduduk. Angka

kepadatan penduduk baik pada tahun sek arang maupun akan datang akan

semakin meningkat dan akan cenderung meningkat.

Untuk mengendalikan kepadatan penduduk kawasan perkotaan

Baturaja, diambil kebijaksanaan untuk menerapkan standar maksimum

kepadatan penduduk sesuai dengan kondisi dan karakteristik kawasan perkotaan

Baturaja, dengan pengendalian sebagai berikut :

Pengaturan kepadatan penduduk di kawasan pusat kota (BWK A) dimana 1.

kawasan ini dikatagorikan kepadatan tinggi, sehingga intensitas

penggunaan lahan untuk permukiman d ibatasi pengembangannya baik

horizontal maupun vertikal.

Kawasan tengah kota yang berbatasan dengan pusat kota (BWK B dan 2.

BWK C) diarahkan sebagai kawasan dengan kepadatan sedang.

Kawasan-kawasan pinggiran kota, seperti kawasan perkantoran, 3.

(22)

V-16

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Ogan Komering Ulu 2015-2019

kepadatan penduduk sedang dan rendah. Kawasan ini dimasa yang akan

datang diarahkan bagi pengembangan kawasan pemukiman/perumahan,

sebagai konsekuensi mengurangi kepadatan permkiman di kawasan

pusat kota.

Kawasan-kawasan preservasi atau daerah konservasi tidak mutlak diatur 4.

kepadatannya maksimal 25 jiwa/Ha. Semakin tinggi tingkat konservasi

kawasan kepadatannya diatur semakin rendah sehingga kegiatan

penduduk di atasnya tidak sampai mengganggu fungsi lindun g atau

kawasan rawan bencana.

Dengan pengaturan kepadatan penduduk secara struktural dan

hirarkhis tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kawasan

perkotaan dan dapat memperjelas struktur dan hirarki kawasan perkotaan.

Proyeksi penduduk tiap bagian wilayah kotanya, maka di kawasan ini

Bagian Wilayah Kota A merupakan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi

mencapai 214 Jiwa/Ha dan 121 jiwa/Ha yaitu meliputi kawasan pusat kota dan

merupakan Sub BWK A 1 dan Sub BWK A2, lihat Tabel 5.7.

Tabel 5.7

`Proyeksi Penduduk Tiap BWK Kawasan Pekotaan Kota Baturaja

Tahun 2008-2028

NOBAGIAN WIL SUB B LUAS

JUML JIWA JUML JIWA JUML JIWA JUML JIWA JUML JIWA 1 BWK A 1 149.5 26,20 175.2 27,66 185 29,12 195 30,58 205 32,05 214

A 2 296.6 29,34 99 30,98 104 32,62 110 34,25 115 35,89 121

2 BWK B 1 282.3 2,09 7 2,21 8 2,33 8 2,44 9 2,56 9

JUML 8,760 104,8 12 110,6 13 116,5 13 122,3 14 128,2 15

Sumber : Ha

2023 2028

PROYEKSI JUMLAH D

2008 2013 2018

(23)

Perkembangan kegiatan perkotaan berbanding lurus dengan

perkembangan penduduk karena setiap perkembangan penduduk akan diikuti

perkembangan kegiatan sosial-ekonomi. Perkembangan kegiat an akan

memerlukan ruang yang semakin besar di masa yang akan datang, demikian

pula pertambahan penduduk itu sendiri memerlukan pertambahan jumlah

fasilitas pelayanan yang juga konsekuensinya pada pertambahan kebutuhan

ruang. Di samping besaran jumlah da n luas berbagai fasilitas perkotaan

ditentukan oleh jumlah penduduk pendukungnya / yang dilayani. Jadi perkiraan

kebutuhan ruang bagi berbagai fasilitas perkotaan akan didasari oleh prediksi

jumlah penduduk yang akan berada di wilayah perencanaan.

Berdasarkan Rencana pertumbuhan penduduk tersebut di atas, jumlah

penduduk kawasan perkotaan pada tahun 2008 berjumlah 104.811 jiwa dan

perkembangan hingga tahun 2028 akan mencapai 128.200 jiwa, berarti hingga

kurun waktu tersebut jumlah penduduk kawasan perenca naan bertambah 23.389

jiwa. Berdasarkan Rencana tersebut di atas, dengan mempertimbangkan

berbagai Rencana pengembangan kota di masa datang sesuai Rencana

pengembangan fungsi BWK, maka alokasi penduduk setiap BWK hingga Tahun

(24)

V-18

Tabel 5.8

Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan Kota Baturaja

Arahan program pembangunan sektor/parasarana dan sarana perkotaan

Penataan lingkungan kawasan perkantoran pemerintah kabupaten,

pembangunan dan relokasi/rehabilitasi kantor-kantor lama, penataan

ruang hijau kawasan perkantoran.

Pembangunan fasilitas pendidikan dasar (STK dan SD) serta peningkatan

prasarana dan sarana pendidikan menengah hingga perguruan tinggi,

peningkatan mutu pendidikan dasar hingga perguruang tinggi.

Pengembangan fasilitas kesehatan dan penambahan fasilitas kesehatan.

Pembangunan fasilitas peribadatan dan peningkatan pelayanan

Pembangunan dan habiltasi pasar, pertokoan dan pergudangan..

NOBAGIAN WILAYAH KOTA (BWK)LUAS

(HA) JUMLAH JIWA/HAJUMLAH JIWA/HAJUMLAH JIWA/HAJUMLAH JIWA/HAJUMLAH JIWA/HA

(25)

Meneruskan pembangunan stadion olah raga, pembangunan fasilitas olah

raga, pengembangan taman-taman kota, penataan sempadan sungai,

penataan jalur hijau jalan, penataan buffer zone/hutan kota dan tempat

pemakaman umum.

Pembangunan jaringan listrik dan peningkatan pelayanan

Penataan tower telekomunikasi menjadi sistem terpadu, pengembangan

jaringan telepon dan peningkatan pelayanan.

Pembangunan jaringan air bersih dan peningkatan pelayanan

Pengembangan sistem saluran drainase primer, sekunder dan tersier

Pengadaan tempat pembua ngan sementara, angkutan sampah dan

pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA)

Pembangunan jalan lingkar, jalan lokal, pelebaran jaringan jalan sesuai

fungsinya (arteri primer, kolektor dan lokal) dan pengembangan fly over.

Pengaturan manajemen lalu-lintas dan rambu-rambu lalu-lintas.

Peningkatan kapasitas pelayanan stasiun kereta api, Terminal dan sub

terminal.

Arahan program penataan dan pejabaran rencana pemanfaatan ruang kota

Penjabaran rencana detail menjadi rencana teknis pada tiap bagian

wilayah kot a (RBWK) kedalam rencana teknis (RTK) dan rencana tata

letak bangunan dan lingkungan (RTBL) untuk tiap-tiap sub bagian

wilayah kota ataupun kawasan khusus.

Program pengendalian pemanfaatan ruang

Legalitas rencana detail tata ruang kota

Penyusunan Zoning Regulation / pengaturan pemanfaatan ruang

Program peningkatan kapasitas pemangku kepentingan Pemanfaaan Ruang Kota

Pendidikan dan Training tata ruang/perkotaan pada instansi

terkait/berkompeten

Pelatihan manajemen ruang kota

(26)

V-20

Kawasan Yang Perlu di Stabilkan

Kawasan-kawasan yang perlu distabilkan adalah kawasan-kawasan

sepanjang Sungai Ogan dan sebagian Sungai Lengkayap. Kawasan ini perlu

distabilkan untuk mengamankan air maupun aliran sungai-sungai dari perusakan

dan pencemaran berbagai kegiatan kota

Pentingnya pengamanan aliran sungai ini berkaitan dengan usaha

untuk mengembangkan aspek estetika Kota Baturaja yang bertumpu pada

keindahan visualisasi sungai tersebut. Di samping itu sungai tersebut

merupakan sumber air baku bagi PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih

penduduk kota. Pada kawasan sempadan sungai ini dikembangkan ruang

terbuka hijau berupa taman-taman pasif pendukung keindahan kota.

Kawasan Yang di Pacu Pertumbuhannya

Kawasan-kawasan yang perlu dipacu pertumbuhannya adalah

kawasan-kawasan yang relatif kepadatan penduduknya rendah dan tersedia

lahan sesuai untuk pengembangan perumahan. Kawasan-kawasan tersebut

termasuk dalam BWK C, BWK D, BWK E dan BWK G.

Rencana pola ruang hingga tahun 2028 di kawasan perkotaan Kota

(27)

Tabel 5.9.

Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Kota Baturaja

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) % LUAS (HA) %

I KAWASAN BUDIDAYA

1 Perumahan dan Pekarangan 1,952.63 22.29 2,175.63 24.84 223.00

2 Industri 160.40 1.83 160.40 1.83

-3 Perdagangan dan Jasa 176.33 2.01 43.52 0.50 (132.81)

4 Pendidikan 42.17 0.48 45.66 0.52 3.49

5 Perkantoran 107.20 1.22 15.00 0.17 (92.20)

6 Stasiun Kereta Api 19.14 0.22 19.14 0.22 -7 Stadion Olah Raga 14.60 0.17 15.00 0.17 0.40

8 Kesehatan 88.40 1.01 11.22 0.13 (77.18) 9 Peribadatan 95.50 1.09 7.84 0.09 (87.66) 10 Obyek Meliter 453.60 5.18 453.60 5.18 -11 Taman Lingkungan /Taman Bermain/Olah Raga 0.68 0.01 73.82 0.84 73.14 12 Komplek Olah Raga 1.50 0.02 7.00 0.08 5.50 13 Persawahan 19.64 0.22 19.68 0.22 0.04 14 Kebun Rakyat 3,886.24 44.36 3,610.22 41.21 (276.02)

Jumlah 7,018.03 80.11 6,657.73 76.00 II KAWASAN LINDUNG

1 Kawasan Perlindungan Setempat

a. Sempadan Sungai 545.00 6.22 830.00 9.47 285.00 b. Kawasan Konservasi/Hutan Kota 1,197.24 13.67 1,200.24 13.70 3.00 2 Lahan Cadangan /Hutan - 72.30 0.83 72.30

Jumlah 1,742.24 19.89 2,102.54 24.00

JUMLAH TOTAL 8,760.27 100.00 8,760.27 100.00 Sumber : Hasil Analisis

(Ha)

TAHUN 2007 TAHUN 2028 PERGESERAN RUANG

Gambar

Tabel 3.1
Gambar : 5.1. Bagian Wilayah Kota
Tabel 5.1Rencana Pengembangan Sistem Bagian Wilayah Kota dan Sub Bagian Wilayah
Tabel 5.2Data Rumah Tangga Miskin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pe- ngunjung TWA Punti Kayu memperli- hatkan bahwa faktor promosi, harga, pro- duk, dan

Harahap (2008 : 190) menjelaskan pengertian analisis laporan sebagai berikut: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

Untuk Penghasilan paling tinggi yang di- jumpai dari pedagang di terminal Ciledug adalah mencapai lebih dari Rp 9 juta rupiah per bulannya tetapi hanya sebanyak

1) Proses penggilingan dimulai ketika daun teh yang berada di stasiun pelayuan sudah siap untuk digiling. Proses turunnya teh dari stasiun pelayuan ke stasiun

7 Tahun 2011 jo Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Sambas Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sambas jo

Bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan cat maka cat adalah produk (hasil produksi) sehingga mereka menyebutnya sebagai barang. Namun, bagi pengusaha pengecatan

Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Media Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Anak Tunarungu. Dari hasil

Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengelolaan perpustakaan digital.. Kebijakan ini juga diharapkan dapat memberikan