• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - PENGEMBANGAN BUKU SISWA MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SISWA KELAS VII TUNARUNGU - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - PENGEMBANGAN BUKU SISWA MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SISWA KELAS VII TUNARUNGU - Raden Intan Repository"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah pembelajaran, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok

orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Setiap pengalaman yang memiliki efek

formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap

pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,

sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas

atau magang. Setiap negara pasti menyelenggarakan suatu pendidikan, karena

pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting demi terciptanya suatu negara

yang memiliki warga negara berintelektual, kreatif, berprestasi, dan bermartabat.

Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan, karena

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

(2)

Seperti halnya cita-cita yang ingin dicapai negara Indonesia yang tertuang

dalam undang-undang no 19 tahun 2005 pasal 1 tentang standar nasional

pendidikan bahwasannya standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik

Indonesia. Berkaitan dengan undang-undang diatas, pasal 5 ayat 2 UU No. 20

Tahun 2003 mengganti istilah Pendidikan Luar Biasa menjadi Pendidikan

Khusus dengan menjamin bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan

khusus“2. Selain itu,Ayat 4 juga menjamin bahwa “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus“.

Adapun pandangan dalam ajaran Islam menyatakan bahwa pendidikan dan

ilmu pengetahuan sangat dihargai, seperti dalam firman Allah SWT berikut ini:

ٰٓىّلَوََََتَو ََسَبَع

Artinya:“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,Karena telah datang seorang buta kepadanya.Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?” (QS. ‘Abasa : 1-4).

(3)

Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada

halangan bagi masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang

berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli atau bahkan sakit. Mereka

berhak untuk makan bersama, berkumpul, dan juga memperoleh pendidikan

layaknya masyarakat pada umumnya. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan

bukan hanya hak untuk manusia yang normal saja, tetapi juga hak untuk manusia

yang tidak normal, adapun tidak normal yang dimaksud adalah manusia yang

memiliki ketunaan atau cacat fisik dan keterbelakangan mental.

Anak yang menyandang kelainan atau ketunaan akan di didik pada suatu

lembaga yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) dimana di sekolah tersebut akan di

didik sebagaimana mestinya sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam

pembelajaran. Adapun salah satu ketunaan yang dikategorikan memiliki kelainan

dalam aspek fisik yaitu tunarungu.

Sebagai kelainan tunarungu sering dianggap menjadi hambatan dalam

berbagai segi kehidupan. Yang dihadapinya kesiltan demi kesulitan. Adapun

menurut Sri Moerdiani dalam buku psikologi anak luar biasa bahwa anak

tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pendengaran sedemikian

rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan

orang lain dan lingkungan sekitarnya.3

Akibatnya dampak permasalahannya ada pada kemandirian termasuk

caranya berkreatifitas. Tunarungu bukan tidak mampu menjalani dunia

(4)

pendidikan, akan tetapi dibutuhkan pendidikan khusus. Sebenarnya

perkembangan penanganan pemerintah terhadap anak kebutuhan khusus

termasuk anak tunarungu dalam bidang pendidikan cukup bagus yaitu yang

diberikan pendidikan khusus informal dan formal. LSM, organisasi penyandang

cacat, posyandu dan klinik-klinik ABK adalah bidang pendidikan informal

sedangkan home schooling, sekolah inklusi, dan Sekolah Luar Biasa (SLB)

khusus dibidang pendidikan formal.

Kajian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pendidikan sesuai

kebutuhan anak tunarungu. Pelayanan pendidikan sebaik-baiknya sudah

diberikan oleh pendidikan sekolah luar biasa. Pelayanan yang diberikan sudah

mencakup semuan pelajaran termasuk matematika. Karena ilmu yang

mempelajari struktur, pola, hubungan dan aturan-aturan adalah matematika.

Selain itu, disetiap sekolah matematika adalah satu bidang akademik yang harus

diberikan. Pentingnya penguasaan peserta didik dalam penguasaan matematika,

tentu membutuhkan porsi jam pelajaran yang relatif banyak. Proses bertahap dan

waktu dibutuhkan pendidik untuk mempersiapkan peserta didik menguasai

matematika.4

Yayasan Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung adalah salah satu

lembaga formal khusus penanganan untuk melayani anak tunarungu dalam

belajar matematika . Yayasan ini mampu memberikan pendidikan untuk anak

(5)

TKLB (Taman Kanak Luar Biasa) hingga SMALB (Sekolah Menengah Atas

Luar Biasa) dan terdiri dari kelas C (khusus untuk anak tunagrahita ringan), kelas

C1 (khusus untuk anak tunagrahita sedang), dan kelas B (khusus untuk anak

tunarungu). Adapun yayasan ini masih berstatus swasta yang diyang beralamat di

Jl.Teuku Cikditiro Kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Bandar

Lampung Provinsi Lampung.

Sesuai dengan observasi yang telah peneliti lakukan di Sekolah Luar Biasa

(SLB) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi bahwa terdapat suatu permasalahan yang

terjadi di kelas VII, karena masih terdapat pembelajaran yang belum efektif. Hal

ini terjadi karena belum tersedianya buku siswa yang cukup baik yang digunakan

pada siswa tunarungu, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami

materi pada buku tersebut. Masalah tersebut dapat dilihat dari nilai mata

pelajaran matematika pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

(6)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai akhir ujian matematika kelas

VII tergolong rendah, hal ini dikarenakan masih terdapat 4 peserta didik yang

masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70,00.

Makadapat disimpulkan bahwa hanya 42,84% dari 7 peserta didik yang nilainya

sudah mencapai KKM dan 57,16% belum mencapai KKM. Dilihat dari nilai

diatas dapat dikatakan bahwa ada suatu permasalahan yang cukup serius pada

sistem atau proses pembelajaran yang ada di SLB Dharma Bhakti Dharma

Pertiwi dan perlu untuk diperhatikan, karena persentase siswa yang tuntas masih

tergolong sangat rendah. Dimana belajar adalah kegiatan yang berperoses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis

dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian

tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya

sendiri.5 Selain bentuk perhatian yang serius, ketersediaan sumber belajar yang tepat juga harus diperhatikan oleh para praktisi pendidikan. Sumber belajar

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan

belajar.6 Diduga salah satu faktor penyebab dari permasalahan–permasalahan diatas adalah tidak adanya buku siswa khusus untuk tunarungu.

Siswa tunarungu ketertinggalan dari segi pendidikan tentu tak dapat

dihindarkan jika dibandingkan dengan peserta didik normal. Menanggapi hal itu

5Muhibbin Syah, psikologi belajar, (jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 63

(7)

tentu butuh inovasi dalam pendidikan tunarungu agar potensi dan kemampuan

intelektual dapat berkembang. Salah satunya dengan menggunakan bahan ajar

berupa buku siswa. Buku siswa adalah buku yang berisi uraian bahan tentang

mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan

telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan

perkembangan siswa untuk diasimilasikan demi tercapainya hasil belajar yang

baik.7 Dalam proses pembelajaran buku siswa tentu dibutuhkan karena membaca adalah salah satu kemampuan yang dapat digunakan oleh siswa tunarungu.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Askoni, sebagian

besar guru yang mengajar siswa tunarungu masih menggunakan buku siswa yang

sama dengan buku siswa yang digunakan di sekolah umum. Hal ini dikarenakan

tidak adanya buku siswa yang disusun khusus untuk siswa tunarungu, sehingga

guru harus kreatif dalam membuat visualisasi dalam penyampaian materi serta

harus menyesuaikannya dengan kurikulum untuk siswa tunarungu.

Pada dasarnya anak tunarungu membutuhkan pendidikan untuk

mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki secara optimal.

Dalam mengembangkan potensi dan kemampuan anak tunarungu, guru memiliki

peran yang penting pada suatu proses pembelajaran. Dalam proses belajar

mengajar guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan

kondusif, selain itu guru juga harus aktif dan kreatif dalam mengembangkan

(8)

pembelajaran dengan inovasibaru dalam pendidikan khususnya untuk anak

tunarungu, agar anak tunarungu dapat mengembangkan potensi yang ada pada

dirinya semaksimal mungkin dan dapat menerima informasi layaknya anak

normal pada umumnya. Guru harus berusaha keras untuk mampu berkomunikasi

dengan mereka. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan

memvisualisasikan materi–materi yang akan diberikan. Jadi, dalam

menyampaikan materi, seorang guru harus banyak menampilkan bentuk

visualnya dengan harapan siswa tunarungu akan lebih mudah memahaminya.8 Selain itu, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk

mengetahui dan memahami pengetahuan yang ia peroleh untuk diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, diperlukan model

pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kemampuan anak. Selain itu, dalam

menggunakan model pembelajaran yang baik dan menarik membuat proses

belajar yang tidak hanya menyenangkan namun juga membantu otak supaya

lebih tenang dalam memproses materi yang diterima. Ketidaktepatan model

pembelajaran yang digunakan sering menimbulkan kejenuhan pada saat proses

pembelajaran berlangsung, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan anak

dalam memahami materi yang disampaikan. Oleh karena itu untuk

menghindarinya, guru hendaknya cukup cermat dalam memilih dan

(9)

menggunakan model pembelajaran untuk kemampuan berpikir kritis anak

tunarungu.

Ketunarunguan mengakibatkan terhambatnya perkembangan bicara dan

bahasa anak tunarungu. Seorang anak yang memiliki keterbatasan dalam

kemampuan berbahasa akan berdampak pula pada kemampuan berpikir.

Kemampuan berbahasa dan berpikir dapat saling mempengaruhi antara satu sama

lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permasalahan dalam kemampuan

berbahasa yang dialami oleh anak tunarungu dapat berpengaruh pula terhadap

kemampuan kognitifnya. Salah satu kemampuan kognitif yaitu kemampuan

dalam berpikir, dan kemampuan berpikir salah satunya yaitu berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang

untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen

argumen, penelitian, dan lain-lain). Kemampuan berpikir kritis sendiri dapat

diartikan menemukan, memecahkan, dan mengevaluasi suatu masalah guna

menemukan penyelesaian masalah yang tepat dan efisien.9 Berpijak dari permasalahan tersebut maka perlu adanya solusi yang dapat membantu

menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam mengembangkan

kemampuan berpikir kritis. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan

memberikan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan mampu

menumbuhkan semangat serta minat siswa dalam berpikir kritis, sehingga

(10)

kemampuan berpikirnya bisa dikembangkan lagi. Salah satu model pebelajaran

tersebut diantaranya adalah model pembelajaran inkuiri.10

Agar keterampilan berfikir kritis, aktif dan ilmiah dapat ditanamkan kepada

peserta didik tunarungu salah satunya dengan pendekatan inkuiri. Karena

pendekatan ini merupakan pendekatan terbimbing yang artinya pembelajarannya

bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah

dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang

meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan.11 Teknik pembelajarannya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan dan mengalami sendiri secara langsung agar menambah

pengetahuan peserta didik. Maka dengan hal itu analisis kebutuhan yang akan

studi pendahuluan yang akan dilakukian oleh peneliti.

Wawancara yang dilakukan pada hari Senin, 3 april 2017 pukul 08:54 WIB

dengan pendidik mata pelajaran matematika kelas VII tunarungu ibu Mas’amah

memaparkan bahwa buku siswa sudah cukup tersedia, namun buku siswa yang

digunakan masih belum efektif karena belum tersusun secara khusus untuk siswa

tunarungu dan buku siswa tersebut belum menggunakan pendekatan inkuiri

terbimbing. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Siswa

10 Dinar Rahmadana dan Wagino, Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tunarungu Kelas 6 di SLB, (Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya,2016), h. 3.

(11)

matematika melalui Pendekatan Inkuiri untuk Kelas VII Tunarungu”. Penulis

berharap dengan dikembangkannya Buku Siswa matematika melalui pendekatan

inkuiri terbimbing ini dapat membantu peserta didik lebih tertarik dan aktif

melakukan kegiatan pembelajaran matematika disekolah sehingga dapat

membantu peserta didik untuk mengeksplorasi ide-ide mereka hingga

memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang didapat dari latar belakang adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan siswa tunarungu dalam berkomunikasi.

2. Belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk siswa

tunarungu.

3. Proses pembelajaran atau sistem yang belum efektif di dalam kelas, seperti

memahami materi dalam buku.

4. Metode yang digunakan di dalam kelas kurang menarik.

C. Pembatasan Masalah

Jelasnya penelitian ini dibatasi dengan beberapa hal antara lain:

1. Ruang lingkup yang akan diteliti yaitu pengembangan buku siswa.

2. Buku siswa yang digunakan merupakan buku siswa matematika untuk anak

tunarungu dan guru kelas VII khusus tunarungu.

(12)

4. Pengujian terhadap bahan ajar yang dibuat hanya meliputi pengujian produk.

Apakah produk/bahan ajar yang dibuat sesuai dengan standar atau kriteria

kelayakan bahan ajar atau belum.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh peneliti diatas,

maka rumusan masalah yang dapat ditarik adalah masalah yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengembangan Buku Siswa

Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Siswa Kelas VII

Khusus Tunarungu dalam Pembelajaran Matematika”?

E. Tujuan Penelitian

Mengembangkan buku siswa matematika khusus untuk siswa tunarungu

kelas VII merupakan suatu tujuan dari penelitian ini. Target khusus yang ingin

dihasilkan dari penelitian ini adalah:

Tersusunnya buku siswa matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing

untuk siswa kelas VII dengan buku siswa yang telah dikembangkan lebih baik

(13)

F. Manfaat Penelitian

Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah ada, maka

manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperluas wawasan, pengetahuan,

dan pengalaman serta sebagai salah satu penerapan ilmu yang didapat

selama masa kuliah.

2. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat berguna untuk guru dan peserta didik khusus tunarungu

dalam bidang matematika.

3. Bagi Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam kegiatan

akademik, khususnya pada mata kuliah yang berhubungan dengan

pendidikan bagi Tunarungu.

4. Bagi Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi

a. Bagi siswa

1) Membantu dan mempermudah siswa tunarungu untuk memahami

konsep-konsep matematika.

2) Membantu dan melatih siswa agar membiasakan diri untuk

mengembangkan kreatifitas, kemampuan berpikir, dan kemampuan

(14)

b. Bagi guru mata pelajaran matematika

Membantu guru untuk memvisulisasikan penyampaian materi dalam

prosesbelajar mengajar. Selain itu, dengan adanya buku siswa ini guru

dapat mengajarkan materi matematika kelas VII dengan lebih mudah.

G. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan di teliti adalah pengembangan bahan ajar Buku

siswa matematika untuk siswa SLB Tunarungu yaitu sebagai berikut:

1. Sumber yang di pakai adalah buku modul yang sesuai dengan materi yang

akan di kembangkan.

2. Bahan ajar yang di teliti yaitu mengenai Bangun Datar.

3. Subjek penelitian yaitu guru SLB yang mengetahui tentang karakteristik

orang berekebutuhan khusus.

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur,

bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Asal

matematika sebenarnya dari bahasa Yunani dengan kata Mathematikos yang

artinya ilmu pasti. Namun dalam belanda menyebut itu matematika Wiskunde

yang artinya ilmu tentang belajar. Selain itu kamus besar bahasa Indonesia

mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang bilangan serta prosedur

dalam menyelesaikan masalah dalam bilangan. Matematikawan atau

matematikus merupakan sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang

mtematika. Selain itu matematis sebutan untuk segala hal yang bersangkutan

dan berhubungan dengan matematika.

Selain itu matematis juga di gunakan sebagai sebutan sesuatu secara

sangat pasti dan sangat tepat.12 Kiranya tak diragukan lagi bahwa matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping

pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika memberikan

bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.

(16)

Perhitungan matematis menjadi dasar bagi desainilmu teknik. Metode

matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran dibidang sosial dan

ekonomi. Disamping itu, pemikiran matematis memberikan warna kepada

kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. Bahkan jatuh bangun suatu negara,

dewasa ini, tergantung dari kemajuannya di bidang matematika. Akhirnya,

matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi

tentang alam, serta hakekat dan tujuan manusia dalam berkehidupan.13 b. Definisi – Definisi Matematika

Adapun definisi matematika menurut James dan james Matematika

adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep –

konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam

tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat

yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu

aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori

bilangan dan statistika.14Adapun pengertian menurut Russefendi Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya

sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia

dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.15

13 Jujub S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 172

14Masriyah dan Rahayu, Endah Budi,Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Terbuka, 2007). h. 15

(17)

c. Pembelajaran Matematika

Kegiatan pokok dalam proses pendidikan di sekolah adalah belajar. Maka

dengan hal itu proses belajar akan menentukan berhasil tidaknya pendidikan.

Menurut Muhibbin Syah Mengartikan belajar sebagai fase perubahan seluruh

tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah

laku dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Seseorang dapat mengembangkan cara dan gaya melihat, mendengar,

merasakan, dan mengerjakan sesuatu perbuatan. Selain itu, pengetahuan,

pengertian, nilai-nilai, sikap-sikap tertentu dan gambaran-gambaran tentang

dunia sekitar dan lingkungannya serta kedudukannya dalam lingkungan

tersebut juga dapat dapat diperoleh dari pengalaman.16 Salah satu hal yang terpenting dalam menerapkan bahan ajar adalah pengenalan karakteristik

siswa.17

Ditinjau dari perkembangan aspek kognitif dalam tujuan

mengembangkan potensi peserta didik, Ebbutt dan Straker mengungkapkan

asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran

matematika diberikan sebagai berikut:

16MuhibbinSyah, PsikologiBelajar, ( Jakarta : PT RajagrafindoPersada, 2006), h. 68

(18)

a. Motivasi akan membuat peserta didik mempelajari matematika. Yang

harus dilakukan oleh guru adalah: (1) pembelajaran menyenangkan; (2)

memenuhi kebutuhan peserta didik; (3) membangun pengertian melalui

apa yang diketahui oleh siswa; (4) memberikan kenyaman suasana kelas

agar mendukung kegiatan belajar; (5) kegiatan belajar yang diberikan

sesuai dengan tujuan pembelajaran; (6) kegiatan yang diberikan

menantang; (7) kegiatan yang diberikan memberikan harapan

keberhasilan; dan (8) setiap pencapaian siswa pencapaian peserta didik

dihargai.

b. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Pandangan

implikasi : (1) cara belajar peserta didik berbeda dengan kecepatan yang

berbeda; (2) pengalaman peserta didik sendiri dibutuhkan yang terhubung

dengan pengalamannya diwaktu lampau; (3) tiap siswa mempunyai latar

belakang social-ekonomi-budaya yang berbeda. Oleh karena itu guru

perlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya; (2)

merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa;

(3) membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa, baik yang dia

peroleh di sekolah maupun di rumah; (4) menggunakan catatan kemajuan

siswa (assessment). 18

(19)

2. Buku Siswa

a. Peranan Buku Siswa Sebagai Sumber Belajar

Sumber belajar adalah sumber-sumber yang mendukung pembelajaran

termasuk sistem penunjang, materi dan lingkungan belajar.19 Menurut website BECD, sumber belajar didefinisikan sebagai informasi yang disajikan dan

disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam

belajar dalam berwujudan dari kurikulum. Sedangkan menurut yusuf, sumber

belajar adalah segala jenis media, benda, data, fakta, ide, orang dan lain – lain

yang dapat mempermudah terjadinya proses belajar.20

Sumber belajar memiliki peran yang sangat penting dalam hubungannya

dengan penyusunan bahan ajar. Keberadaan sumber belajar memiliki tiga

tujuan utama, yaitu memperkaya informasi yang diperlukan dalam penyusun

bahan ajar, dapat digunakan pada penyusunan bahan ajar, dan memudahkan

bagi siswa untuk mempelajari suatu kopetensi tertentu. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sumber belajar adalah bahan mentah untuk penyusunan

bahan ajar.21

b. Pengertian Buku Siswa

Salah satu sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk

membantu siswa maupun guru daalam proses pembelajaran adalah buku

19Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (jakarta: PT Raja GrafindoPersada 2013), h. 8. 20AndiPrastowo,Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogjakarta: Diva Press, 2011), h. 21.

(20)

siswa. Buku Siswa termasuk bahan ajar cetak hasil pengembangan teknologi

cetak yang berupa buku dan berisi materi visual.22 Secara umum, Buku siswa merupakan salah satu sumber belajar dan bahan ajar yang banyak digunakan

dalam pembelajaran. Buku siswa memang merupakan bahan ajar sekaligus

sumber belajar bagi siswa yang konvensional. Namun meskipun konvensional

dan sudah dipergunakan cukup lama dan banyak yang menganggap

tradisional, buku siswa masih cukup mampu memberikan kontribusi yang

baik pada pembelajaran. Beberapa materi pembelajaran tidak dapat diajarkan

tanpa bantuan buku siswa23.

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti mendefinisikan buku siswa adalah

buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media

pembelajaran (instruksional), Berkaitan dengan bidang studi tertentu.

Bukusiswa merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam

bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran, dan digunakan sebagai

penunjang program pembelajaran. Adapun buku siswa yang digunakan di

SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi adalah buku siswa khusus untuk siswa

tunarungu. Hal ini berarti dari segi isi serta proses belajar mengajarnya sangat

berbeda dengan buku siswa yang digunakan pada pendidikan umum. di SLB

Dharma Bhakti Dharma pertiwi ini menggunakan kurikulum khusus, akan

tetapi tetap menyesuaikan kurikulum 2013.

(21)

c. Manfaat Buku Siswa

Penggunaan media dalam pembelajaran, antara lain: (1) Membantu siswa

dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang

berlaku; (2) Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran;

(3) penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu; (4) Memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau

mempelajari materi yang baru.

d. Unsur-Unsur Buku Siswa

Buku siswa tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid

dan diberi kulit (cover) yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun

secara sistematis oleh pengarangnya, dapat dilihat bahwa buku siswa tersusun

atas beberapa komponen tertentu,susunan komponenen-komponen ini juga

disebut struktur buku siswa. Menurut Bacon buku siswa adalah buku yang

dirancang untuk digunakan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan

oleh para pakar atau ahli dalam bidang itudan dilengkapi dengan

sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.24Buku siswa terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi

pendukung, latihan serta penilaian. Jadi, dalam membuat sebuah buku siswa,

maka kelima komponen itu harus ada serta sesuai dengan anak

(22)

tunarungu.Selain itu, kandungannya juga harus mengacup ada kompetensi

dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku.25

3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing

a. Pengertian inkuiri terbimbing

Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran

inkuiri yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru

mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur

penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. siswa memperoleh pedoman

sesuai dengan yang dibutuhkan.Pedoman tersebut biasanya berupa

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa untuk menemukan

penyelesaian masalah. Dalam inkuiri terbimbing guru tidak melepas

begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. melakukan

kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau Guru harus

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan

kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang

mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan

yang sedang dilaksanakan.26

b. Langkah-langkah Inkuiri Terbimbing

25Prastowo,Andi.Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif .(Yogyakarata: Diva Press, 2011. h. 22

(23)

a. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan dari

setiap individu untuk mengira-ngira atau menebak (berhipotesis) dari

suatu masalah.

b. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam

pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental

yang sangatpenting dalam pengembangan intelektual. siswa diminta

mencari informasi yang di butuhkan untuk menguji hipotesis yang

diajukan.

c. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Dalam proses ini siswa dapat melihat

apakah proses yang telah dilakukan memperoleh data yang relevan.

d. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan

(24)

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.27

4. Buku Siswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk

Siswa Tunarungu

Metode pengajaran yang paling tepat untuk digunakan dalam pengajaran

anak tunarungu adalah Inkuiri terbimbing. Untuk menciptakan suasana

belajar yang kondusif, diperlukan model pembelajaran yang efektif dan

sesuai dengan kemampuan anak. Selain itu, dalam menggunakan model

pembelajaran yang baik dan menarik membuat proses belajar yang tidak

hanya menyenangkan namun juga membantu otak supaya lebih tenang

dalam memproses materi yang diterima serta dapat berpikir secara kritis.

Berpijak dari permasalahan tersebut maka perluadanya solusi yang dapat

membantu menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam

mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Upaya yang dapat dilakukan

yaitu dengan memberikan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan

dan mampu menumbuhkan semangat serta minat siswa dalam berpikir kritis,

sehingga kemampuan berpikirnya bisa dikembangkan lagi. Adapun

pembelajaran di dalam kelas membutuhkan bahan ajar yaitu berupa buku

(25)

siswa. Kriteria buku siswa yang sesuai dalam pengajaran pada siswa

Tunarungu menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing adalah sebagai

berikut :

Maman menyebutkan terdapat tujuh kriteria dan prinsip yang berlaku

dalam penulisan buku siswa yaitu :

1. Buku siswa haruslah memiliki landasan sudut pandang yang jelas dan

mutakhir. Buku siswa yang baik adalah buku yang memiliki suatu sudut

pandang yang tangguh dan modern mengenai suatu pengajaran dan buku

yang memperagakan sesuatu bahan pengajaran secara aplikatif.

2. Buku siswa haruslah berisi materi yang memadai. Buku siswa yang baik

adalah buku siswa yang menyajikan materi yang kaya, bervariasi, mudah

dibaca, serta sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dampak dari

buku yang demikian adalah menjadi sumber pemecahan masalah

akademis, memicu peserta didik untuk membaca, menyenangkan,

menstimulasi, kreativitas anak, dan sebagainya.

3. Buku siswa haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan

bertahap. Sistematis dalam arti materi disajikan dengan memperhatikan

kemudahan pemahaman siswa dalam hal penjelasan, penggambaran, dan

pengorganisasian disusun secara sistematis; pengungkapan dilakukan

secara lugas (tidak berbelit-belit); istilah diberi penjelasan atau contoh;

penggunaan kata dan istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah yang

(26)

berpikir dan belajar dengan cara bervariasi; menantang siswa untuk

mencari sumber-sumber belajar lain diikuti dengan sumber rujukan yang

lengkap. Bahan kajian yang berkaitan dihubungkan satu sama lain secara

terpadu, baik intrapelajaran maupun interpelajaran. Penempatan pelajaran

dalam keseluruhan buku dilakukan secara tepat. Bertahap dalam arti

materi yang disajikan diperhatikan dari segi urutan, seperti dari mudah ke

sulit, dari sederhana ke rumit, dari umum ke khusus, dari bagian ke

keseluruhan, dan sebagainya.

5. Kerangka Berfikir

Buku siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dapat

membantu siswa memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah, menarik

dan dapat membuat siswa merasakan kenyamanan dalam proses pembelajaran

(27)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pengembangan Buku siswa matematika melalui pendekatan inkuri terbimbing pada Tunarungu dalam pembelajaran matematika

Mudah dipahami Menarik

Pembelajaran Matematika Menarik Uji coba produk

Pembelajaran Matematika dengan buku siswa melalui pendekatan inkuiri terbimbing

pada siswa tunarungu Permasalahan yang ditemukan:

Siswa tunarungu mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi sehingga mengalami sedikit kesulitan untuk mempelajari matematika.

Belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk siswa tunarungu.

Dari tiga siswa yang ada, dua diantaranya mengalami tuli total.

Masih adanya pembelajaran yang belum efektif di dalam kelas, seperti memahami materi dalam buku.

(28)

Dari gambar 2.1 di atas dijelaskan dalam pembelajaran matematika seorang

pengajar didalam kelas menggunakan buku siswa dengan menggunakan

pendekatan inkuiri terbimbing. Buku siswa dengan menggunakan pendekatan

inkuiri terbimbing yang akan di rancang diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman serta cara berpikir kritis dan minat siswa dalam pembelajaran

terutama pada mata pelajaran matematika. siswa diharapkan dalam proses

pembelajaran menggunakan buku siswa dengan pendekatan inkuiri terbimbing

akan lebih menarik pada pembelajaran matematika di SLB Dharma Bhakti

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) metode

yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menghasilkan produk tertentu dan

menguji keefektifan produk tujuan utama dalam metode Research and

Development. Gunanya, supaya dapat digunakan dalam masyarakat luas terutama

dalam bidang pendidikan. Sehingga pengembangan bahan ajar ini dirancang

dengan metode penelitian dan pengembangan.28 Penelitian dan pengembangan yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan buku siswadengan

menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing sebagai sumber belajar di SLB

Dharma Bhakti Dharma Pertiwi untuk siswa kelas VII Tunarungu.

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur penelitian berpedoman pada desain pengembangan media

intruksional oleh Borg & Gall. Produk yang dihasilkan berupa buku siswa

matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing yang dapat dimanfaatkan

oleh guru dan siswa yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

(30)

Model Borg & Gall dalam buku Sugiyono ini meliputi 10 tahapan

pengembangan yang diuraikan melalui bagan sebagai berikut:29

Gambar 3.1

Langkah – langkah Penggunaan Metode Research and Develoment (R&D)

Model ini memiliki langkah-langkah pengembangan yang sesuai dengan

penelitian dan pengembangan pendidikan yaitu penelitian yang menghasilkan

atau mengembangkan produk tertentu dengan melakukan beberapa uji ahli

seperti uji materi, uji desain dan uji coba produk di lapangan untuk menguji

kemenarikansuatu produk.

Menurut Borg dan Gall yang dikutip oleh Sutopo, 10 langkah tahapan model

pengembangan Borg dan Gall disederhanakan menjadi 7 langkah utama yaitu

29Ibid, h.409. Potensi dan

Masalah

Pengumpul-an Data ProdukDesain Validasi Desain

(31)

disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan30. Ketujuh langkah penelitian sesuai yang disarankan oleh Borg dan Gall yang dikutip oleh Sutopo (2009),

yaitu:

Gambar 3.2 Langkah-langkah R&D yang digunakan 1. Potensi dan masalah

Buku Siswa melalui pendekatan inkuiri terbimbing sebagai potensi yang

dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Selain

itu, masalah juga dapat dijadikan potensi apabila kita dapat

mendayagunakannya. Dalam penelitian ini penulis menemukan suatu

masalah dalam hasil belajar siswa yang masih relatif rendah di karenakan

keterbatasan (tunarungu). Dengan begitu masalah ini dapat diatasi melalui

research and development dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan 30A. A. Gde. Ekayana, NaswanSuharsono, dan I Made

Tegeh,PengembanganPerangkatPembelajaranMikrokontrolerBerbasisAdvance Virtual Risc (AVR) Dalam Mata PelajaranTeknikMikrokontroler, e-Journal Program

(32)

suatu model, pola, atau sistem penangan terpadu yang efektif yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini

dapat ditemukan dandiaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui

penelitian dan pengembangan.

2. Mengumpulkan informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up to

date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang

diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan informasi

dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap beberapa bahan ajar

yang dipakai di sekolah dan wawancara dengan salah satu guru matematika

kelas VII.

3. Desain produk

Desain produk merupakan kegiatan utama dari pengembangan buku

siswa. Pada proses ini penulis tidak serta merta merubah isi materi yang ada,

namun menggabungkan materi dari beberapa sumber. Pembuatan bahan ajar

berbentuk buku siswa ini dengan memperhatikan beberpa poin standar

kelayakan bahan ajar yang terdiri dari standar kelayakan isi, standar

kelayakan penyajian, dan standar kelayakan kebahasaan.

(33)

Valid atau tidaknya media yang dikebangkan akan diketahui dalam tahap

ini yaitu tahap validasi produk. Uji validitas diberikan kepada validator ahli

materi dan ahli media, yaitu empat dosen matematika dan praktisi lapangan

yaitu guru mata pelajaran matematika. Validasi produk dilakukan dengan

cara pemberian angket ke para ahli. Hasil dari validasi ini akan dijadikan

acuan untuk merevisi produk awal yang dikembangkan.

5. Perbaikan desain

Tahap ini dilakukan perbaikan media. Saran dan masukan para ahli tentu

menjadi patokan peneliti untuk memperbaiki media.

6. Ujicoba produk

Borg dan Gall menyatakan bahwa: “The primary purpose of the main

field test which is to determine the success of the new product in meeting its

objectives, the secondary purpose is to collect information that can be used

to improve the course in the next revision”.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah “Tujuan dari ujicoba ada 2 yaitu

(1) untuk menentukan sukses atau tidaknya produk untuk mencapai tujuan;

(2) mengumpulkan informasi untuk penyempurnaan produk.”

Produk yang telah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan dalam

kegiatan pembelajaran. Ujicoba ini dimaksudkan untuk mendapatkan

informasi apakah bukusiswa matematika melalui pendekatan inkuiri

(34)

Ujicoba dilakukan dengan memberi penjelasan tentang buku siswa

matematika yang sedang dikembangkan dan meminta responden untuk

menggunakan bukusiswa tersebut dalam proses pembelajaran, kemudian

dilakukan pengamatan terhadap pengguanaan bahan ajar oleh responden.

Berdasarkan hasil pengamatan, serta masukan-masukan dari responden buku

siswa matematika tersebut dievaluasi dan direvisi.

7. Revisi produk

Pengujian produk pada sampel yang terbatas tersebut akan menunjukkan

bagaimana kinerja sistem kerja baru apakah akan lebih baik dari sistem lama

atau tidak. Dari hasil ujicoba produk, apabila tanggapan siswa mengatakan

bahwa produk ini baik dan menarik, maka dapat dikatakan bahwa buku

siswa ini telah selesai dikembangkan sehingga menghasilkan produk akhir.

Namun apabila produk belum sempurna maka hasil dari ujicoba ini dijadikan

bahan perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar yang dikembangkan agar

bahan ajar yang dikembangkan dapat bermanfaat bagi siswa dan guru,

(35)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Objek/subjek yang punya kualitas dan karakteistik dari wilayah generelilassi

itu adalah pengertian dari populasi.31 Melihat pengertian diatas, maka populasi pada penelitian ini adalah kelas VII di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

dokumentasi, angket, atau kuesioner, wawancara, dan observasi.

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

bisa berbentuk tulisan, gambar, ataau karya-karya monumental dari

seseorang.34 Dokumentasi yang digunakan merupakan dokumentasi dalam penelitian pengembangan buku siswa untuk pembelajaran matematika bagi

tunarungu. Peneliti juga melakukan studi referensi baik dari buku maupun

31Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatid, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.117

(36)

dari internet, dan juga data nilai hasil ulangan semester ganjil siswa semua

kemudian dilakukan pencatatan.35 Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan–pertanyaan

pada para responden.36 Wawancara peneliti lakukan untuk memperoleh data mengenai karakteristik siswa, sekolah, kurikulum yang digunakan, dan

pengembang menjaring data dari banyak responden dalam waktu singkat.

Angket atau kuesioner diberikan kepada ahli materi sebagai responden uji 35Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.63.

36Ibid, h.39.

(37)

dalam penelitian, serta angket peneliti ditunjukan kepada siswa yang telah

memdapatkan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan buku siswa.

angket ini berisi rangkaian pertanyaan untuk mengetahui kelayakan buku

siswa matematika yang telah dikembangkan.

E. Instrumen Penelitian

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur apa yang yang diamati

merupakan instrument penelitian.38 Pentingnya peran instrument karena dapat menentukan suksesnya tahapan pengembangan yang dilakukan. Instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa lembaran

kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengukur kualitas produk yang

dikembangkan dari aspek pembelajaran, materi, dan tampilan.

1. Angket validasi buku siswa

Angket validasi buku siswa ini digunakan untuk memberikan penilaian

terhadap bukusiswa yang telah dibuat oleh peneliti. Angket validasi ini

diperuntukkan untuk para ahli materi matematika dan ahli media untuk

validator. Angket validator juga akan diberikan kepada guru pengampu mata

pelajaran untuk mendapatkan penilaian, yang kemudian akan dijadikan

sebagai bahan acuan dalam merevisi buku siswa dan menganalisis

kevalidasian buku siswa yang telah disusun.

2. Pedoman wawancara

(38)

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan dalam melakukan

wawancara kepada praktisi yaitu guru SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi.

Pedoman wawancara ini dilakukan dengan melakuakan wawancara secara

terstruktur dan tak struktur.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan salah satu instrumen yang penting dalam

penelitian ini. Hal–hal yang dicatat adalah masukan–masukan baik dari

praktisi (guru) maupun siswa selama proses ujicoba. Kejadian–kejadian

unik atau kesulitan-kesulitan yang dialami siswa akan dicatat karena hal ini

berguna untuk menganalisis apakah perlu diadakan perbaikan pada

bagian-bagian buku siswa yang sulit dipahami oleh siswa.

4. Angket respon siswa

Angket siswa diberikan setelah pembelajaran dengan menggunakan

bukusiswa yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Melihat

tanggapan peserta didik akan media yang dikembangkan merupakan suatu

tujuan dari angket respon ini, dimana siswa harus memilih salah satu pilihan

seperti Sangat Tidak Menarik (STM), Tidak Menarik (TM), Menarik (M),

Sangat Menarik (SM).

(39)

Data kuatitatif dan kualitatif jenis data yang akan dihasilkan dari penelitian

ini. Data kuantitatif digunakan peneliti memaparkan hasil berupa angka dari olah

data penelitian yang dilakukan, baik dari validasi maupun dari uji coba. Adapun

tahapan yang digunakan sebgai berikut

1. Angket Validasi Buku Siswa

Angket validasi diberikan setelah pengembangan buku siswa selesai

dikerjakan. Mengetahui kelayakan bahan ajar yang telah dikemangkan

merupakan tujuan dari validasi ini. Angket validasi dari para ahli materi dan

ahli media pada penelitian ini menggunakan skala likert dengan metode

check-list pada setiap butiran penilaian dengan kriteria layak atau tidak

layak. Pada butiran yang dinilai tidak layak, para ahli akan memberikan

masukan perbaikan.

Adapun kriteria penskoran untuk memvalidasi pengembangan buku siswa

dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:39

Tabel 3.1

Pedoman Skor Penilaian Para Ahli Materi

Kriteria Skor

Sangat Baik (SB) 4

Baik (B) 3

Kurang (K) 2

Sangat Kurang (SK) 1

(40)

Selanjutnya data hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase

dengan menggunakan rumus berikut:40

Skor Ideal (Kriterium) = jumlah item x skor maksimal

P = JUMLAHSKORHASILPENGUMPULAN

penelitian ini menggunakan skala likert. Adapun kriteria penskoran untuk

angket respon siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:41

(41)

Selanjutnya data hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase

dengan menggunakan rumus berikut:42

Skor Ideal (Kriterium) = jumlah item x skor maksimal

P = Jumlah skor yang diperoleh

skor kriterium x 100%

Keterangan :

P = Persentase Kelayakan

Kemudian hasil persentase angket yang diperoleh baik dari angket

validasi maupun angket respon siswa dikategorikan sesuai dengan intepretasi

pada Tabel 3.3 berikut ini :43

Tabel 3.3

Range Persentase dan Kriteria Kualitatif program

Persentase Kriteria

P >80% Baik Sekali

60% < P < 80% Baik

20% < P < 40% Kurang

P < 20% Sangat Kurang

42Ibid, h.137.

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil utama dari penelitian dan pengembangan ini adalah bahan ajar Buku

Siswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Siswa Kelas

VII Tunarungu. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan dengan

menggunakan prosedur pengembangan menurut sugiyono yang dilakukan dari

tahap 1 hingga tahap 7. Data hasil setiap tahapan prosedur penelitian dan

pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Potensi dan Masalah

Identifikasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan

wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika di Sekolah Luar Biasa

(SLB) Dharma Bhakti Dharma Pertiwikhusus tunarungu dan observasi

terhadap beberapa sumber belajar yang dipakai di SLB. Hasil wawancara dan

observasi sebagai berikut:

a. Buku yang digunakan sudah berbentuk paket seperti Modul. Semua

b. materi pembelajaran dijadikan menjadi satu, seperti olahraga, kesenian

dan matematika. Soal masih berbentuk umum dan belum merujuk

(43)

c. Siswa yang nilai akhir ujian matematika kelas VII tergolong rendah,

57,16% belum mencapai KKM.

d. Buku yang dikembangkan adalah materi bangun datar untuk SLB

karena belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk

siswa tunarungu.

2. Pengumpulan data

Dalam proses pengembangan produk ini, peneliti mengumpulkan

informasi berupa teori pendukung untuk produk yang akan dibuat. Peneliti

mengumpulkan beberapa bukuajar yang digunakan di sekolah baik berupa

silabus pembelajaran, buku paket, buku sekolah elektronik (BSE), serta

sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian.

3. Desain produk

Dibuatnya desian media ada pada tahap ini. Isi materi tidak serta akan

dirubah oleh peneliti. Hanya saja bahan ajar yang akan dikembangkan

terfokus pada materi konsep dasar bangun datar.

a. Standar Kelayakan Isi

Keakuratan dan kemutakhiran materi serta kesesuaian materi dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar akan menjadi standar kelayakan

isi. Selain itu mendorong keingintahuan siswa. SK dan KD tersebut yang

menjadi acuan dalam mengembangkan buku.

(44)

Buku yang dikembangkan ialah buku siswa matematika khusus untuk

siswa tunarungu materi bangun datar sebagai sumber belajar yang

disajikan dengan memperhatikan teknik penyajian model inkuiri

terbimbing, yaitu: Kemampuan berpikir kritis yakni dengan menemukan,

memecahkan,dan mengevaluasi suatu masalah guna menemukan

penyelesaian masalah yang tepat dan efisien.

Pengembangan buku siswa ini menggunakan ukuran kertas b5; skala

space 1,5; font 12 pt; dan jenis huruf Times New Roman (Headings CS),

Bodoni MT, Snap IT, Chiller, Comic Sans MS, Gill Sans Ultra Bold,

Clarendon Bkk BT, Lucida Calligraphy, Adobe Gothic Std B, Bauhaus 93.

Buku siswa dengan materi bangun datar ini terdiri dari 74 lembar, yaitu

lampiran depan (cover, kata pengantar, daftar isi, kata kunci, peta konsep

dalam bentuk mindmap), kemudian untuk isi modul terdiri dari empat

kegiatan belajar yang tiap kegiatan belajarnya terdiri dari (materi, contoh

soal, rangkuman, latihan, tes formatif dan refleksi), di akhir kegiatan

mempunyai pembahasan soal-soal ujian baik ujian nasional dan ujian

masuk perguruan tinggi (SBMPTN dan UM-PTAIN), serta lampiran

belakang (kunci jawaban, glosarium, indeks, dan daftar pustaka).

c. Standar kelayakan kebahasaan

Bahasa yang digunakan tentu memiliki standar kelayakan.

Kelayakannya meliputi kalimat yang mudah dicerna, efektif, tidak

(45)

a. Sampul/Cover Modul

Gambar 4.1 Tampilan Sampul Bagian Depan Buku Siswa danTampilan Sampul

Bagian Belakang Buku Siswa

Pada Gambar 4.1 meruapakan sampul buku siswa yang telah

dikenbangkan. Sampel depan berisi judul dan gambar lalu sampul belakang

bersi biodata peneliti pengembnagn. Kemudian setelah cover mulai masuk

(46)

b. Kata Pengantar

Gambar 4.2 Tampilan Kata Pengantar

(47)

Gambar 4.3 Tampilan Daftar Isi

d. Pendahuluan

Gambar 4.4 Tampilan Pendahuluan

Pada Gambar 4.4 Pendahuluan berisi tentang penjelasan latar belakang

dan konsep buku siswa matematika secara jelas dan terperinci. Setelah

(48)

e. Standar Isi

Gambar 4.5 Tampilan Pendahuluan

Gambar 4.5 Tampilan Standar Isi

Pada Gambar 4.5 Standar isi berisi tentang penjelasan kompetensi inti

dan kompetensi dasar. Setelah pembahasan standar isi kemudian masuk

pada indikator.

(49)

Gambar 4.6 Tampilan Pendahuluan

Pada Gambar 4.6 Indikator berisi tentang penjelasan mengenai apa itu

bangun datar dan terdapat apa saja bangun datar tersebut. Setelah indikator

kemudian masuk pada petunjuk buku.

g. Petunjuk Buku

Gambar 4.7 Tampilan Petunjuk Buku

Pada Gambar 4.7 itu petujuk buku. Isinya tidak lain tentang cara-cara

penggunaan bahan siswa yang baik dan benar atau perintah yang harus

(50)

h. Peta Konsep

Gambar 4.8 Tampilan Peta Konsep

Pada Gambar 4.8 Peta Konsep ini berisi tentang sebuah konsep peta

yang menjelaskan urutan bangun datar dan contoh bangun datar yang

terdapat dalam buku siswa. Setelah peta konsep kemudian masuk pada

(51)

i. Kegiatan Pembelajaran

Gambar 4.9 Tampilan Kegiatan Pembelajaran

Pada Gambar 4.9 Kegiatan Pembelajaran berisi tentang

langkah-langkah kegiatan yang akan dipelajari pada buku siswa sesuai dengan

urutan dan aturan yang berlaku. Kemudian masuk pada salah satu contoh

(52)

j. Tampilan salah satu materi

Gambar 4.10 Tampilan Salah Satu Materi

Pada Gambar 4.10 dalam perancangan isi materi dalam buku siswa

matematika ini dirancang sesuai dengan materi bangun datar khususnya

tunarungu pada pembelajaran SMPLB yang ada dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam kehidupan nyata, isi buku siswa matematika ini memiliki

materi beserta contoh serta latihan-latihan soal yang sesuai dengan materi

dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang telah didapatkan pada

pesrta didik sebelum membuat buku siswa ini. Dan yang terakhir yakni

(53)

k. Perancangan Daftar Pustaka

Gambar 4.11 Tampilan Daftar Pustaka

Pada Gambar 4.11 itu gambar daftar pustak. Isinya tidak lain adalah

rujukan rujukan penulisan bahan ajar (buku siswa).

4. Tahap Validasi BukuSiswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri

Terbimbing

Validasi buku siswa matematika khusus untuk siswa tunarungu yang

sudah dikembangkan tentu akan dijikan. Adapu yang akan menguji banah ajar

(54)

yang dipilih tentu yang sudah berpengalaman dan ahli dibidangnya. Lebih

2 Dian Anggraini,M.Sc. Uin Raden IntanLampung Ahli Materi

3 Dra. Suharni

Adapun hasil validasi ahli dan validasi praktisi sebagai berikut:

a. Hasil Validasi Ahli Materi

(55)

Tabel 4.1 Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Materi

Aspek Butir Aspek V1 V2 V3

(56)

Sumber Data: Diolah dari Hasil Angket Penilaian Validasi Ahli Materi Buku Matematika Khusus Tunarungu Materi Bangun Datar

dari hasil validasi ahli materi diatas rata-rata yang diperoleh pada

setiap aspek sudah pada kriteria layak yaitu 72 dan 75. Namun ada

masukan dari para ahli, maka media akan diperbaiki lagi, sehingga

sdianggap ebagai validasi tahp 1. Grafik nya bisa dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 4.12 Grafik Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Materi.

Berdasarkan pada grafik 4.12 hasil validasi ahli materi pada tahap 1

nilai pada aspek kebahasaan memperoleh nilai tertinggi dengan validator 1

75.00%, validator 2 75.00% dan validator 3 75.00% serta nilai terendah

pada aspek kelayakan isi dimana validator 1 memberikan nilai 67.5 %

(57)

75.00%, maka yang harus lebih banyak untuk di perbaiki adalah dari segi

aspek kelayakan isi.

Tabel 4.2 Hasil Validasi Tahap 2 Oleh Ahli Materi.

Aspek Butir Aspek V1 V2 V3

(58)

´

x 75

Kriteria Baik

Sumber Data: Diolah dari Hasil Angket Penilaian Validasi Ahli Materi BukuMatematika Khusus Tunarungu Materi Bangun Datar

Dari hasil validasi tahap 2 diperoleh skor rata-rata aspek kelayakan isi

diperoleh nilai rata-rata sebesar 72.5 dan Aspek Kebahasaan 75 dengan

masing-masing kriteria “Layak”. Diagramnya bisa dilihat pada gambar

berikut

Gambar 4.13 Grafik Hasil Validasi Tahap 2 Oleh Ahli Materi.

Pada Gambar 4.13 Terlihat dari grafik hasil validasi ahli materi pada

tahap 2 dimana pada tahap kedua ini mengalami peningkatan oleh ketiga

validator. Pada aspek kelayakan isi validator 1 memberikan nilai 70.00%,

validator 2 memberikan nilai 72.5% dan validator 3 memberikan nilai

75.00%, serta pada aspek kebahasaan mengalami peningkatan yang

significant diman validator 1 memberikan nilai 67.8%, validator 2

memberikan nilai 82.00% dan validator 3 memverikan nilai 75.00%.

(59)

aspek mengalami peningkatan dan sudah masuk dalam kriteria sangat

layak maka Buku Siswa matematika melalui Pendekatan Inkuiri

Terbimbing sudah valid dan tidak dilakukan kembali perbaikan.

Gambar 4.14 Grafik Hasil Validasi Perbandingan Antara Tahap 1 dan Tahap 2 Oleh Ahli Materi.

Berdasarkan pada grafik 4.14 Terlihat dari grafik hasil validasi

perbandingan antara validasi tahap 1 dan validasi tahap 2 terjadi

perubahan yang paling tinggi dimana pada aspek kelayakan isi validator

tahap 1 memberikan nilai 72.00% mengalami peningkatan menjadi 72.5%,

serta pada aspek kebahasaan valdator tahap 1 memberikan nilai 75.00%

dan validator tahap 2 memberikan nilai 75.00%, serta validator 3

memberikan nilai 75.00%. pada aspek bangun datar karena ahli materi

lebih menekankan pada aspek materi bangun datar dan dari kelayakan isi

hanya mengalami perubahan yang sangat kecil.

b. Hasil Validasi Ahli Media

Ahli media terdiri dari 1 dosen UIN Raden Intan Lampung dengan Ibu

(60)
(61)

Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Media Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Anak Tunarungu

Dari hasil validasi ahli media diperoleh skor rata-rata 62.5% aspek dan

75% aspek kebahasaan dengan masing-masing kriteria “Layak”.

diagramnya ada pada tabel berikut

Gambar 4.15 Grafik Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Media.

Berdasarkan Grafik 4.15 diperoleh hasil validasi ahli media pada tahap

1 dimana pada aspek kegrafikan diperoleh nilai 62.5% terendah oleh

validator dan nilai tertinggi diperoleh pada aspek kebahasaan dengan nilai

75.00%. 50

70

62.5 75

Validasi Tahap 1

(62)
(63)

Sumber Data: Diolah dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Media Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Anak Tunarungu

Berdasarkan Tabel 4.4 hasil validasi oleh ahli media tahap 2 diperoleh

hasil penilaian dari 1 validator dosen dalam UIN Raden Intan Lampung.

Dari hasil validasi penilaian oleh ahli media yang terdiri dari 2 aspek yaitu

aspek kegrafikan dan kebahasaan. Pada aspek kegrafikan diperoleh nilai

rata-rata sebesar 85.00% dengan kriteria “Sangat Layak”, serta pada aspek

kebahasaan diperoleh nilai rata-rata 83.00% dengan kriteria “Sangat

Layak”.

Selain dalam bentuk tabel hasil validasi oleh ahli media disajikan juga

data dalam bentuk grafik berikut untuk melihat hasil penilaian ahli media

dari masing-masing validator terhadap aspek kegrafikan dan aspek

kebahasaan.

(64)

Berdasarkan Grafik 4.16 diperoleh hasil validasi ahli media pada tahap

2 Dimana pada aspek kelayakan kegrafikan mengalami peningkatan yang

cukup baik dan sudah masuk dalam kriteria sangat layak maka modul

Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing

Siswa Tunarungu sudah valid dan tidak dilakukan kembali perbaikan.

Gambar 4.17 Grafik Hasil Validasi perbandinagan antara tahap 1 dan tahap 2 Oleh Ahli Media.

Berdasarkan Pada Grafik hasil validasi perbandingan antara validasi

tahap 1 dan validasi tahap 2 terjadi perubahan yang cukup tinggi dimana

nilai rata-rata pada aspek kelayakan meningkat dari 62.5% naik menjadi

85.00% dan pada aspek kegrafikan juga mengalami perubahan meskipun

mengalami penurunan akan tetapi pada aspek kegrafikan ini masuk dalam

kriteria "Sangat Layak" dari nilai 85.00% menjadi 83.00%.

c. Hasil Validasi Ahli Bahasa

Validasi ahli bahasa bertujuan untuk menguji kebahasaan pada buku

(65)

bahasa terdiri dari 1 validator yakni guru SLB Dharma Bhakti Dharma

Pertiwi dengan ibu Mas’amah S.Pd. Hasil analisis data validasi ahli

bahasa dapat dilihat pada Tabel 4.5. Sedangkan form dapat dilihat pada

lampiran.

Tabel 4.5 Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Bahasa.

Penilaian Ahli Bahasa Validasi Pertama

Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Bahasa pada Buku Siswa Matematika Melalui Pendekatan

Inkuiri Terbimbing.

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil validasi oleh ahli bahasa Tahap 1

diperoleh hasil penilaian dari 1 validator yaitu guru SLB Dharma Bhakti

Dharma Pertiwi. serta hasil validasi penilaian oleh ahli bahasa yang

terdiri dari 1 aspek yaitu aspek kebahasaan. Pada aspek kebahasaan

(66)

Selain dalam bentuk tabel hasil validasi oleh ahli bahasa disajikan juga

data dalam bentuk grafik berikut untuk melihat hasil penilaian ahli bahasa

dari validator terhadap aspek kebahasaan.

Gambar 4.18 Grafik Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Bahasa

Berdasarkan Grafik 4.18 dimana hasil validasi ahli bahasa pada tahap

1 nilai aspek kebahasaan memperoleh kriteria “Layak” namun masih perlu

dilakukan perbaikan untuk lebih sempurna pada Buku Siswa Matematika

melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing dari segi bahasa yang disajikan.

(67)

Kriteria Sangat Baik

Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Bahasa pada Buku Siswa Matematika melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing.

Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut hasil validasi oleh ahli bahasa

diperoleh hasil penilaian dari 1 validator yakni Guru SLB Dharma Bhakti

Dharma Pertiwi. Dari hasil validasi penilaian oleh ahli bahasa yang terdiri

dari 1 aspek yaitu aspek kebahasaan. Pada aspek kebahasaan diperoleh

nilai rata-rata sebesar 82.00% dengan kriteria “Sangat Layak”.

Selain

dalam bentuk

tabel hasil

validasi oleh

ahli bahasa disajikan juga data dalam bentuk grafik berikut untuk melihat

hasil penilaian ahli media dari masing-masing validator terhadap aspek

kebahasaan.

Gambar 4.19 Grafik Hasil Validasi Tahap 2 Oleh Ahli Bahasa.

Berdasarkan Grafik 4.19 hasil validasi ahli bahasa pada tahap 2 nilai

pada aspek kebahasaan memperoleh kriteria “Sangat Layak” dari kedua

(68)

Gambar 4.20 Grafik Hasil Validasi Perbandingan Antara Tahap 1 dan Tahap 2 Oleh Ahli Bahasa.

Berdasarkan Grafik 4.20 diperoleh hasil validasi perbandingan antara

validasi tahap 1 dan validasi tahap 2 terjadi perubahan yang cukup tinggi.

validator memberikan nilai yang sangat baik dari aspek kebahasaan.

5. Revisi Desain Produk

Setelah desain produk divalidasi melalui penilaian ahli materi, ahli media,

dan ahli bahasa serta guru Matematika SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi,

peneliti melakukan revisi terhadap desain produk yang dikembangkan

berdasarkan masukan-masukan ahli tersebut. Saran/masukan untuk perbaikan

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

a. Ahli Materi

Ahli materi, setelah melakukan validasi penilaian ahli materi, maka

peneliti melakukan revisi terhadap materi-materi sebelumnya yaitu dengan

memperhatikan taksonominya dimana materi segitiga seharusnya

diletakkan pada materi yang pertama. dari masukan tersebut maka peneliti

melakuakan tindak lanjut sesuai dengan saran dari ahli materi, revisi

Validasi Perbandingan Tahap 1 Tahap 2

(69)

initelah sampai bahan ajar (buku siswa) layak digunakan. Tindak lanjut

dari pebaikan dari ahli materi disajikan dalam gambar sebagai berikut.

Gambar 4.21Gambar Salah Satu Materi Bahan Ajar (buku siswa) Sebelum dan Sesudah Revisi Dengan Ahli Materi

Berdasarkan Gambar 4.21 Alasan revisi adalah, karena materi yang

disajikan harus sesuai dengan urutan yang telah diatur pada materi bangun

datar pada umumnya.Begitu juga dengan bangun datar pesegi dahulu

kemudian persegi panjang. Validator menyarankan supaya gambar segitiga

diperjelas dan gambar yang masih belum lengkap segera dilengkapi, supaya

peserta didik mudah untuk memahaminya.

(70)

v

Gambar 4.22 tampilan bangun datar segitiga dan penjelasannya sebelum dan sesudah revisi

Revisi pada gambar 4.22 adalah, karena materi yang disajikan kurang

sesuai dan terlalu singkat dar materi yang sebenarnya.Validator menyarankan

untuk menambahkan permasalahan terlebih dahulu agar buku siswa ini lebih

mudah dipahami.

b. Ahli Media

Ahli media setelah melakukan validasi penilaian ahli media, maka peneliti

melakukan revisi terhadap media sebelumnya yaitu judul pada cover Sesudah Revisi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1Langkah – langkah Penggunaan Metode Research and Develoment (R&D)
Gambar 3.2 Langkah-langkah R&D yang digunakan
Gambar 4.1 Tampilan Sampul Bagian Depan Buku Siswa danTampilan Sampul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mereka sensitif terhadap orang -orang di sekitar dan akan melakukan pekerjaan yang terbaik yang bisa dilakukan untuk membuat lingkungan yang menyenangkan. untuk

Sebaliknya, jika semakin rendah kepuasan yang dirasakan oleh wajib pajak restoran dalam menerima layanan pajak restoran dari unit pelayanan pajak restoran pada

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh dari Kepala Desa Transtanjungan tentang faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan

Dalam kajian dialek-dialek Melayu, pelaksanaan rumus reduksi vokal sering merealisasikan /a/ di akhir kata sebagai [  ]. Berbeza dengan bahasa Kerinci dialek Semerap

Setiap Peserta dengan nilai emas tertinggi dalam Kompetisi Kategori Paduan Suara dan Penyanyi Solo akan memperoleh Trophy Category Winner dari 3 rd BCS -. World

Selain dari pendapat para ahli, terdapat juga beberapa penelitian terdahulu yang menguatkan pendapat tentang motivasi dan sikap dapat mempengaruhi keputusan

Sahabat MQ/ pengolahan karbondioksida atau CO2/ merupakan area bisnis yang menjanjikan// Hal tersebut disampaikan Dosen FMIPA Kimia Universitas Gadjah Mada

Hubungan antar-kalimat pada contoh (2) itu juga terjalin secara teratur sehingga keutuhan gagasan yang diungkapkan dengan kalimat-.. kalimat itu juga dapat terwujud