BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok
orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Setiap pengalaman yang memiliki efek
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap
pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas
atau magang. Setiap negara pasti menyelenggarakan suatu pendidikan, karena
pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting demi terciptanya suatu negara
yang memiliki warga negara berintelektual, kreatif, berprestasi, dan bermartabat.
Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan, karena
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Seperti halnya cita-cita yang ingin dicapai negara Indonesia yang tertuang
dalam undang-undang no 19 tahun 2005 pasal 1 tentang standar nasional
pendidikan bahwasannya standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik
Indonesia. Berkaitan dengan undang-undang diatas, pasal 5 ayat 2 UU No. 20
Tahun 2003 mengganti istilah Pendidikan Luar Biasa menjadi Pendidikan
Khusus dengan menjamin bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus“2. Selain itu,Ayat 4 juga menjamin bahwa “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus“.
Adapun pandangan dalam ajaran Islam menyatakan bahwa pendidikan dan
ilmu pengetahuan sangat dihargai, seperti dalam firman Allah SWT berikut ini:
ٰٓىّلَوََََتَو ََسَبَع
Artinya:“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,Karena telah datang seorang buta kepadanya.Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?” (QS. ‘Abasa : 1-4).
Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada
halangan bagi masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang
berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli atau bahkan sakit. Mereka
berhak untuk makan bersama, berkumpul, dan juga memperoleh pendidikan
layaknya masyarakat pada umumnya. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan
bukan hanya hak untuk manusia yang normal saja, tetapi juga hak untuk manusia
yang tidak normal, adapun tidak normal yang dimaksud adalah manusia yang
memiliki ketunaan atau cacat fisik dan keterbelakangan mental.
Anak yang menyandang kelainan atau ketunaan akan di didik pada suatu
lembaga yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) dimana di sekolah tersebut akan di
didik sebagaimana mestinya sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam
pembelajaran. Adapun salah satu ketunaan yang dikategorikan memiliki kelainan
dalam aspek fisik yaitu tunarungu.
Sebagai kelainan tunarungu sering dianggap menjadi hambatan dalam
berbagai segi kehidupan. Yang dihadapinya kesiltan demi kesulitan. Adapun
menurut Sri Moerdiani dalam buku psikologi anak luar biasa bahwa anak
tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pendengaran sedemikian
rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan
orang lain dan lingkungan sekitarnya.3
Akibatnya dampak permasalahannya ada pada kemandirian termasuk
caranya berkreatifitas. Tunarungu bukan tidak mampu menjalani dunia
pendidikan, akan tetapi dibutuhkan pendidikan khusus. Sebenarnya
perkembangan penanganan pemerintah terhadap anak kebutuhan khusus
termasuk anak tunarungu dalam bidang pendidikan cukup bagus yaitu yang
diberikan pendidikan khusus informal dan formal. LSM, organisasi penyandang
cacat, posyandu dan klinik-klinik ABK adalah bidang pendidikan informal
sedangkan home schooling, sekolah inklusi, dan Sekolah Luar Biasa (SLB)
khusus dibidang pendidikan formal.
Kajian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pendidikan sesuai
kebutuhan anak tunarungu. Pelayanan pendidikan sebaik-baiknya sudah
diberikan oleh pendidikan sekolah luar biasa. Pelayanan yang diberikan sudah
mencakup semuan pelajaran termasuk matematika. Karena ilmu yang
mempelajari struktur, pola, hubungan dan aturan-aturan adalah matematika.
Selain itu, disetiap sekolah matematika adalah satu bidang akademik yang harus
diberikan. Pentingnya penguasaan peserta didik dalam penguasaan matematika,
tentu membutuhkan porsi jam pelajaran yang relatif banyak. Proses bertahap dan
waktu dibutuhkan pendidik untuk mempersiapkan peserta didik menguasai
matematika.4
Yayasan Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung adalah salah satu
lembaga formal khusus penanganan untuk melayani anak tunarungu dalam
belajar matematika . Yayasan ini mampu memberikan pendidikan untuk anak
TKLB (Taman Kanak Luar Biasa) hingga SMALB (Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa) dan terdiri dari kelas C (khusus untuk anak tunagrahita ringan), kelas
C1 (khusus untuk anak tunagrahita sedang), dan kelas B (khusus untuk anak
tunarungu). Adapun yayasan ini masih berstatus swasta yang diyang beralamat di
Jl.Teuku Cikditiro Kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung Provinsi Lampung.
Sesuai dengan observasi yang telah peneliti lakukan di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi bahwa terdapat suatu permasalahan yang
terjadi di kelas VII, karena masih terdapat pembelajaran yang belum efektif. Hal
ini terjadi karena belum tersedianya buku siswa yang cukup baik yang digunakan
pada siswa tunarungu, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami
materi pada buku tersebut. Masalah tersebut dapat dilihat dari nilai mata
pelajaran matematika pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai akhir ujian matematika kelas
VII tergolong rendah, hal ini dikarenakan masih terdapat 4 peserta didik yang
masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70,00.
Makadapat disimpulkan bahwa hanya 42,84% dari 7 peserta didik yang nilainya
sudah mencapai KKM dan 57,16% belum mencapai KKM. Dilihat dari nilai
diatas dapat dikatakan bahwa ada suatu permasalahan yang cukup serius pada
sistem atau proses pembelajaran yang ada di SLB Dharma Bhakti Dharma
Pertiwi dan perlu untuk diperhatikan, karena persentase siswa yang tuntas masih
tergolong sangat rendah. Dimana belajar adalah kegiatan yang berperoses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri.5 Selain bentuk perhatian yang serius, ketersediaan sumber belajar yang tepat juga harus diperhatikan oleh para praktisi pendidikan. Sumber belajar
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan
belajar.6 Diduga salah satu faktor penyebab dari permasalahan–permasalahan diatas adalah tidak adanya buku siswa khusus untuk tunarungu.
Siswa tunarungu ketertinggalan dari segi pendidikan tentu tak dapat
dihindarkan jika dibandingkan dengan peserta didik normal. Menanggapi hal itu
5Muhibbin Syah, psikologi belajar, (jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 63
tentu butuh inovasi dalam pendidikan tunarungu agar potensi dan kemampuan
intelektual dapat berkembang. Salah satunya dengan menggunakan bahan ajar
berupa buku siswa. Buku siswa adalah buku yang berisi uraian bahan tentang
mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan
telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan
perkembangan siswa untuk diasimilasikan demi tercapainya hasil belajar yang
baik.7 Dalam proses pembelajaran buku siswa tentu dibutuhkan karena membaca adalah salah satu kemampuan yang dapat digunakan oleh siswa tunarungu.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Askoni, sebagian
besar guru yang mengajar siswa tunarungu masih menggunakan buku siswa yang
sama dengan buku siswa yang digunakan di sekolah umum. Hal ini dikarenakan
tidak adanya buku siswa yang disusun khusus untuk siswa tunarungu, sehingga
guru harus kreatif dalam membuat visualisasi dalam penyampaian materi serta
harus menyesuaikannya dengan kurikulum untuk siswa tunarungu.
Pada dasarnya anak tunarungu membutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki secara optimal.
Dalam mengembangkan potensi dan kemampuan anak tunarungu, guru memiliki
peran yang penting pada suatu proses pembelajaran. Dalam proses belajar
mengajar guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan
kondusif, selain itu guru juga harus aktif dan kreatif dalam mengembangkan
pembelajaran dengan inovasibaru dalam pendidikan khususnya untuk anak
tunarungu, agar anak tunarungu dapat mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya semaksimal mungkin dan dapat menerima informasi layaknya anak
normal pada umumnya. Guru harus berusaha keras untuk mampu berkomunikasi
dengan mereka. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan
memvisualisasikan materi–materi yang akan diberikan. Jadi, dalam
menyampaikan materi, seorang guru harus banyak menampilkan bentuk
visualnya dengan harapan siswa tunarungu akan lebih mudah memahaminya.8 Selain itu, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk
mengetahui dan memahami pengetahuan yang ia peroleh untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, diperlukan model
pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kemampuan anak. Selain itu, dalam
menggunakan model pembelajaran yang baik dan menarik membuat proses
belajar yang tidak hanya menyenangkan namun juga membantu otak supaya
lebih tenang dalam memproses materi yang diterima. Ketidaktepatan model
pembelajaran yang digunakan sering menimbulkan kejenuhan pada saat proses
pembelajaran berlangsung, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan anak
dalam memahami materi yang disampaikan. Oleh karena itu untuk
menghindarinya, guru hendaknya cukup cermat dalam memilih dan
menggunakan model pembelajaran untuk kemampuan berpikir kritis anak
tunarungu.
Ketunarunguan mengakibatkan terhambatnya perkembangan bicara dan
bahasa anak tunarungu. Seorang anak yang memiliki keterbatasan dalam
kemampuan berbahasa akan berdampak pula pada kemampuan berpikir.
Kemampuan berbahasa dan berpikir dapat saling mempengaruhi antara satu sama
lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permasalahan dalam kemampuan
berbahasa yang dialami oleh anak tunarungu dapat berpengaruh pula terhadap
kemampuan kognitifnya. Salah satu kemampuan kognitif yaitu kemampuan
dalam berpikir, dan kemampuan berpikir salah satunya yaitu berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang
untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen
argumen, penelitian, dan lain-lain). Kemampuan berpikir kritis sendiri dapat
diartikan menemukan, memecahkan, dan mengevaluasi suatu masalah guna
menemukan penyelesaian masalah yang tepat dan efisien.9 Berpijak dari permasalahan tersebut maka perlu adanya solusi yang dapat membantu
menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan mampu
menumbuhkan semangat serta minat siswa dalam berpikir kritis, sehingga
kemampuan berpikirnya bisa dikembangkan lagi. Salah satu model pebelajaran
tersebut diantaranya adalah model pembelajaran inkuiri.10
Agar keterampilan berfikir kritis, aktif dan ilmiah dapat ditanamkan kepada
peserta didik tunarungu salah satunya dengan pendekatan inkuiri. Karena
pendekatan ini merupakan pendekatan terbimbing yang artinya pembelajarannya
bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang
meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan.11 Teknik pembelajarannya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan dan mengalami sendiri secara langsung agar menambah
pengetahuan peserta didik. Maka dengan hal itu analisis kebutuhan yang akan
studi pendahuluan yang akan dilakukian oleh peneliti.
Wawancara yang dilakukan pada hari Senin, 3 april 2017 pukul 08:54 WIB
dengan pendidik mata pelajaran matematika kelas VII tunarungu ibu Mas’amah
memaparkan bahwa buku siswa sudah cukup tersedia, namun buku siswa yang
digunakan masih belum efektif karena belum tersusun secara khusus untuk siswa
tunarungu dan buku siswa tersebut belum menggunakan pendekatan inkuiri
terbimbing. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Siswa
10 Dinar Rahmadana dan Wagino, Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tunarungu Kelas 6 di SLB, (Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya,2016), h. 3.
matematika melalui Pendekatan Inkuiri untuk Kelas VII Tunarungu”. Penulis
berharap dengan dikembangkannya Buku Siswa matematika melalui pendekatan
inkuiri terbimbing ini dapat membantu peserta didik lebih tertarik dan aktif
melakukan kegiatan pembelajaran matematika disekolah sehingga dapat
membantu peserta didik untuk mengeksplorasi ide-ide mereka hingga
memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang didapat dari latar belakang adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan siswa tunarungu dalam berkomunikasi.
2. Belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk siswa
tunarungu.
3. Proses pembelajaran atau sistem yang belum efektif di dalam kelas, seperti
memahami materi dalam buku.
4. Metode yang digunakan di dalam kelas kurang menarik.
C. Pembatasan Masalah
Jelasnya penelitian ini dibatasi dengan beberapa hal antara lain:
1. Ruang lingkup yang akan diteliti yaitu pengembangan buku siswa.
2. Buku siswa yang digunakan merupakan buku siswa matematika untuk anak
tunarungu dan guru kelas VII khusus tunarungu.
4. Pengujian terhadap bahan ajar yang dibuat hanya meliputi pengujian produk.
Apakah produk/bahan ajar yang dibuat sesuai dengan standar atau kriteria
kelayakan bahan ajar atau belum.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh peneliti diatas,
maka rumusan masalah yang dapat ditarik adalah masalah yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengembangan Buku Siswa
Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Siswa Kelas VII
Khusus Tunarungu dalam Pembelajaran Matematika”?
E. Tujuan Penelitian
Mengembangkan buku siswa matematika khusus untuk siswa tunarungu
kelas VII merupakan suatu tujuan dari penelitian ini. Target khusus yang ingin
dihasilkan dari penelitian ini adalah:
Tersusunnya buku siswa matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing
untuk siswa kelas VII dengan buku siswa yang telah dikembangkan lebih baik
F. Manfaat Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah ada, maka
manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperluas wawasan, pengetahuan,
dan pengalaman serta sebagai salah satu penerapan ilmu yang didapat
selama masa kuliah.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat berguna untuk guru dan peserta didik khusus tunarungu
dalam bidang matematika.
3. Bagi Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam kegiatan
akademik, khususnya pada mata kuliah yang berhubungan dengan
pendidikan bagi Tunarungu.
4. Bagi Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
a. Bagi siswa
1) Membantu dan mempermudah siswa tunarungu untuk memahami
konsep-konsep matematika.
2) Membantu dan melatih siswa agar membiasakan diri untuk
mengembangkan kreatifitas, kemampuan berpikir, dan kemampuan
b. Bagi guru mata pelajaran matematika
Membantu guru untuk memvisulisasikan penyampaian materi dalam
prosesbelajar mengajar. Selain itu, dengan adanya buku siswa ini guru
dapat mengajarkan materi matematika kelas VII dengan lebih mudah.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan di teliti adalah pengembangan bahan ajar Buku
siswa matematika untuk siswa SLB Tunarungu yaitu sebagai berikut:
1. Sumber yang di pakai adalah buku modul yang sesuai dengan materi yang
akan di kembangkan.
2. Bahan ajar yang di teliti yaitu mengenai Bangun Datar.
3. Subjek penelitian yaitu guru SLB yang mengetahui tentang karakteristik
orang berekebutuhan khusus.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur,
bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Asal
matematika sebenarnya dari bahasa Yunani dengan kata Mathematikos yang
artinya ilmu pasti. Namun dalam belanda menyebut itu matematika Wiskunde
yang artinya ilmu tentang belajar. Selain itu kamus besar bahasa Indonesia
mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang bilangan serta prosedur
dalam menyelesaikan masalah dalam bilangan. Matematikawan atau
matematikus merupakan sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang
mtematika. Selain itu matematis sebutan untuk segala hal yang bersangkutan
dan berhubungan dengan matematika.
Selain itu matematis juga di gunakan sebagai sebutan sesuatu secara
sangat pasti dan sangat tepat.12 Kiranya tak diragukan lagi bahwa matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping
pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika memberikan
bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.
Perhitungan matematis menjadi dasar bagi desainilmu teknik. Metode
matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran dibidang sosial dan
ekonomi. Disamping itu, pemikiran matematis memberikan warna kepada
kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. Bahkan jatuh bangun suatu negara,
dewasa ini, tergantung dari kemajuannya di bidang matematika. Akhirnya,
matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi
tentang alam, serta hakekat dan tujuan manusia dalam berkehidupan.13 b. Definisi – Definisi Matematika
Adapun definisi matematika menurut James dan james Matematika
adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep –
konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam
tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat
yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu
aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori
bilangan dan statistika.14Adapun pengertian menurut Russefendi Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.15
13 Jujub S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 172
14Masriyah dan Rahayu, Endah Budi,Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Terbuka, 2007). h. 15
c. Pembelajaran Matematika
Kegiatan pokok dalam proses pendidikan di sekolah adalah belajar. Maka
dengan hal itu proses belajar akan menentukan berhasil tidaknya pendidikan.
Menurut Muhibbin Syah Mengartikan belajar sebagai fase perubahan seluruh
tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah
laku dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Seseorang dapat mengembangkan cara dan gaya melihat, mendengar,
merasakan, dan mengerjakan sesuatu perbuatan. Selain itu, pengetahuan,
pengertian, nilai-nilai, sikap-sikap tertentu dan gambaran-gambaran tentang
dunia sekitar dan lingkungannya serta kedudukannya dalam lingkungan
tersebut juga dapat dapat diperoleh dari pengalaman.16 Salah satu hal yang terpenting dalam menerapkan bahan ajar adalah pengenalan karakteristik
siswa.17
Ditinjau dari perkembangan aspek kognitif dalam tujuan
mengembangkan potensi peserta didik, Ebbutt dan Straker mengungkapkan
asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran
matematika diberikan sebagai berikut:
16MuhibbinSyah, PsikologiBelajar, ( Jakarta : PT RajagrafindoPersada, 2006), h. 68
a. Motivasi akan membuat peserta didik mempelajari matematika. Yang
harus dilakukan oleh guru adalah: (1) pembelajaran menyenangkan; (2)
memenuhi kebutuhan peserta didik; (3) membangun pengertian melalui
apa yang diketahui oleh siswa; (4) memberikan kenyaman suasana kelas
agar mendukung kegiatan belajar; (5) kegiatan belajar yang diberikan
sesuai dengan tujuan pembelajaran; (6) kegiatan yang diberikan
menantang; (7) kegiatan yang diberikan memberikan harapan
keberhasilan; dan (8) setiap pencapaian siswa pencapaian peserta didik
dihargai.
b. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Pandangan
implikasi : (1) cara belajar peserta didik berbeda dengan kecepatan yang
berbeda; (2) pengalaman peserta didik sendiri dibutuhkan yang terhubung
dengan pengalamannya diwaktu lampau; (3) tiap siswa mempunyai latar
belakang social-ekonomi-budaya yang berbeda. Oleh karena itu guru
perlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya; (2)
merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa;
(3) membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa, baik yang dia
peroleh di sekolah maupun di rumah; (4) menggunakan catatan kemajuan
siswa (assessment). 18
2. Buku Siswa
a. Peranan Buku Siswa Sebagai Sumber Belajar
Sumber belajar adalah sumber-sumber yang mendukung pembelajaran
termasuk sistem penunjang, materi dan lingkungan belajar.19 Menurut website BECD, sumber belajar didefinisikan sebagai informasi yang disajikan dan
disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam
belajar dalam berwujudan dari kurikulum. Sedangkan menurut yusuf, sumber
belajar adalah segala jenis media, benda, data, fakta, ide, orang dan lain – lain
yang dapat mempermudah terjadinya proses belajar.20
Sumber belajar memiliki peran yang sangat penting dalam hubungannya
dengan penyusunan bahan ajar. Keberadaan sumber belajar memiliki tiga
tujuan utama, yaitu memperkaya informasi yang diperlukan dalam penyusun
bahan ajar, dapat digunakan pada penyusunan bahan ajar, dan memudahkan
bagi siswa untuk mempelajari suatu kopetensi tertentu. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar adalah bahan mentah untuk penyusunan
bahan ajar.21
b. Pengertian Buku Siswa
Salah satu sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk
membantu siswa maupun guru daalam proses pembelajaran adalah buku
19Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (jakarta: PT Raja GrafindoPersada 2013), h. 8. 20AndiPrastowo,Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogjakarta: Diva Press, 2011), h. 21.
siswa. Buku Siswa termasuk bahan ajar cetak hasil pengembangan teknologi
cetak yang berupa buku dan berisi materi visual.22 Secara umum, Buku siswa merupakan salah satu sumber belajar dan bahan ajar yang banyak digunakan
dalam pembelajaran. Buku siswa memang merupakan bahan ajar sekaligus
sumber belajar bagi siswa yang konvensional. Namun meskipun konvensional
dan sudah dipergunakan cukup lama dan banyak yang menganggap
tradisional, buku siswa masih cukup mampu memberikan kontribusi yang
baik pada pembelajaran. Beberapa materi pembelajaran tidak dapat diajarkan
tanpa bantuan buku siswa23.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti mendefinisikan buku siswa adalah
buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media
pembelajaran (instruksional), Berkaitan dengan bidang studi tertentu.
Bukusiswa merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam
bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran, dan digunakan sebagai
penunjang program pembelajaran. Adapun buku siswa yang digunakan di
SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi adalah buku siswa khusus untuk siswa
tunarungu. Hal ini berarti dari segi isi serta proses belajar mengajarnya sangat
berbeda dengan buku siswa yang digunakan pada pendidikan umum. di SLB
Dharma Bhakti Dharma pertiwi ini menggunakan kurikulum khusus, akan
tetapi tetap menyesuaikan kurikulum 2013.
c. Manfaat Buku Siswa
Penggunaan media dalam pembelajaran, antara lain: (1) Membantu siswa
dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang
berlaku; (2) Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran;
(3) penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu; (4) Memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau
mempelajari materi yang baru.
d. Unsur-Unsur Buku Siswa
Buku siswa tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid
dan diberi kulit (cover) yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun
secara sistematis oleh pengarangnya, dapat dilihat bahwa buku siswa tersusun
atas beberapa komponen tertentu,susunan komponenen-komponen ini juga
disebut struktur buku siswa. Menurut Bacon buku siswa adalah buku yang
dirancang untuk digunakan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan
oleh para pakar atau ahli dalam bidang itudan dilengkapi dengan
sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.24Buku siswa terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi
pendukung, latihan serta penilaian. Jadi, dalam membuat sebuah buku siswa,
maka kelima komponen itu harus ada serta sesuai dengan anak
tunarungu.Selain itu, kandungannya juga harus mengacup ada kompetensi
dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku.25
3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian inkuiri terbimbing
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran
inkuiri yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru
mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur
penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. siswa memperoleh pedoman
sesuai dengan yang dibutuhkan.Pedoman tersebut biasanya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa untuk menemukan
penyelesaian masalah. Dalam inkuiri terbimbing guru tidak melepas
begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau Guru harus
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang
mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan
yang sedang dilaksanakan.26
b. Langkah-langkah Inkuiri Terbimbing
25Prastowo,Andi.Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif .(Yogyakarata: Diva Press, 2011. h. 22
a. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan dari
setiap individu untuk mengira-ngira atau menebak (berhipotesis) dari
suatu masalah.
b. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangatpenting dalam pengembangan intelektual. siswa diminta
mencari informasi yang di butuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan.
c. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Dalam proses ini siswa dapat melihat
apakah proses yang telah dilakukan memperoleh data yang relevan.
d. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.27
4. Buku Siswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk
Siswa Tunarungu
Metode pengajaran yang paling tepat untuk digunakan dalam pengajaran
anak tunarungu adalah Inkuiri terbimbing. Untuk menciptakan suasana
belajar yang kondusif, diperlukan model pembelajaran yang efektif dan
sesuai dengan kemampuan anak. Selain itu, dalam menggunakan model
pembelajaran yang baik dan menarik membuat proses belajar yang tidak
hanya menyenangkan namun juga membantu otak supaya lebih tenang
dalam memproses materi yang diterima serta dapat berpikir secara kritis.
Berpijak dari permasalahan tersebut maka perluadanya solusi yang dapat
membantu menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Upaya yang dapat dilakukan
yaitu dengan memberikan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan
dan mampu menumbuhkan semangat serta minat siswa dalam berpikir kritis,
sehingga kemampuan berpikirnya bisa dikembangkan lagi. Adapun
pembelajaran di dalam kelas membutuhkan bahan ajar yaitu berupa buku
siswa. Kriteria buku siswa yang sesuai dalam pengajaran pada siswa
Tunarungu menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing adalah sebagai
berikut :
Maman menyebutkan terdapat tujuh kriteria dan prinsip yang berlaku
dalam penulisan buku siswa yaitu :
1. Buku siswa haruslah memiliki landasan sudut pandang yang jelas dan
mutakhir. Buku siswa yang baik adalah buku yang memiliki suatu sudut
pandang yang tangguh dan modern mengenai suatu pengajaran dan buku
yang memperagakan sesuatu bahan pengajaran secara aplikatif.
2. Buku siswa haruslah berisi materi yang memadai. Buku siswa yang baik
adalah buku siswa yang menyajikan materi yang kaya, bervariasi, mudah
dibaca, serta sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dampak dari
buku yang demikian adalah menjadi sumber pemecahan masalah
akademis, memicu peserta didik untuk membaca, menyenangkan,
menstimulasi, kreativitas anak, dan sebagainya.
3. Buku siswa haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan
bertahap. Sistematis dalam arti materi disajikan dengan memperhatikan
kemudahan pemahaman siswa dalam hal penjelasan, penggambaran, dan
pengorganisasian disusun secara sistematis; pengungkapan dilakukan
secara lugas (tidak berbelit-belit); istilah diberi penjelasan atau contoh;
penggunaan kata dan istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah yang
berpikir dan belajar dengan cara bervariasi; menantang siswa untuk
mencari sumber-sumber belajar lain diikuti dengan sumber rujukan yang
lengkap. Bahan kajian yang berkaitan dihubungkan satu sama lain secara
terpadu, baik intrapelajaran maupun interpelajaran. Penempatan pelajaran
dalam keseluruhan buku dilakukan secara tepat. Bertahap dalam arti
materi yang disajikan diperhatikan dari segi urutan, seperti dari mudah ke
sulit, dari sederhana ke rumit, dari umum ke khusus, dari bagian ke
keseluruhan, dan sebagainya.
5. Kerangka Berfikir
Buku siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dapat
membantu siswa memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah, menarik
dan dapat membuat siswa merasakan kenyamanan dalam proses pembelajaran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengembangan Buku siswa matematika melalui pendekatan inkuri terbimbing pada Tunarungu dalam pembelajaran matematika
Mudah dipahami Menarik
Pembelajaran Matematika Menarik Uji coba produk
Pembelajaran Matematika dengan buku siswa melalui pendekatan inkuiri terbimbing
pada siswa tunarungu Permasalahan yang ditemukan:
Siswa tunarungu mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi sehingga mengalami sedikit kesulitan untuk mempelajari matematika.
Belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk siswa tunarungu.
Dari tiga siswa yang ada, dua diantaranya mengalami tuli total.
Masih adanya pembelajaran yang belum efektif di dalam kelas, seperti memahami materi dalam buku.
Dari gambar 2.1 di atas dijelaskan dalam pembelajaran matematika seorang
pengajar didalam kelas menggunakan buku siswa dengan menggunakan
pendekatan inkuiri terbimbing. Buku siswa dengan menggunakan pendekatan
inkuiri terbimbing yang akan di rancang diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman serta cara berpikir kritis dan minat siswa dalam pembelajaran
terutama pada mata pelajaran matematika. siswa diharapkan dalam proses
pembelajaran menggunakan buku siswa dengan pendekatan inkuiri terbimbing
akan lebih menarik pada pembelajaran matematika di SLB Dharma Bhakti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) metode
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tujuan utama dalam metode Research and
Development. Gunanya, supaya dapat digunakan dalam masyarakat luas terutama
dalam bidang pendidikan. Sehingga pengembangan bahan ajar ini dirancang
dengan metode penelitian dan pengembangan.28 Penelitian dan pengembangan yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan buku siswadengan
menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing sebagai sumber belajar di SLB
Dharma Bhakti Dharma Pertiwi untuk siswa kelas VII Tunarungu.
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur penelitian berpedoman pada desain pengembangan media
intruksional oleh Borg & Gall. Produk yang dihasilkan berupa buku siswa
matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing yang dapat dimanfaatkan
oleh guru dan siswa yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Model Borg & Gall dalam buku Sugiyono ini meliputi 10 tahapan
pengembangan yang diuraikan melalui bagan sebagai berikut:29
Gambar 3.1
Langkah – langkah Penggunaan Metode Research and Develoment (R&D)
Model ini memiliki langkah-langkah pengembangan yang sesuai dengan
penelitian dan pengembangan pendidikan yaitu penelitian yang menghasilkan
atau mengembangkan produk tertentu dengan melakukan beberapa uji ahli
seperti uji materi, uji desain dan uji coba produk di lapangan untuk menguji
kemenarikansuatu produk.
Menurut Borg dan Gall yang dikutip oleh Sutopo, 10 langkah tahapan model
pengembangan Borg dan Gall disederhanakan menjadi 7 langkah utama yaitu
29Ibid, h.409. Potensi dan
Masalah
Pengumpul-an Data ProdukDesain Validasi Desain
disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan30. Ketujuh langkah penelitian sesuai yang disarankan oleh Borg dan Gall yang dikutip oleh Sutopo (2009),
yaitu:
Gambar 3.2 Langkah-langkah R&D yang digunakan 1. Potensi dan masalah
Buku Siswa melalui pendekatan inkuiri terbimbing sebagai potensi yang
dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Selain
itu, masalah juga dapat dijadikan potensi apabila kita dapat
mendayagunakannya. Dalam penelitian ini penulis menemukan suatu
masalah dalam hasil belajar siswa yang masih relatif rendah di karenakan
keterbatasan (tunarungu). Dengan begitu masalah ini dapat diatasi melalui
research and development dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan 30A. A. Gde. Ekayana, NaswanSuharsono, dan I Made
Tegeh,PengembanganPerangkatPembelajaranMikrokontrolerBerbasisAdvance Virtual Risc (AVR) Dalam Mata PelajaranTeknikMikrokontroler, e-Journal Program
suatu model, pola, atau sistem penangan terpadu yang efektif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini
dapat ditemukan dandiaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui
penelitian dan pengembangan.
2. Mengumpulkan informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up to
date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan informasi
dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap beberapa bahan ajar
yang dipakai di sekolah dan wawancara dengan salah satu guru matematika
kelas VII.
3. Desain produk
Desain produk merupakan kegiatan utama dari pengembangan buku
siswa. Pada proses ini penulis tidak serta merta merubah isi materi yang ada,
namun menggabungkan materi dari beberapa sumber. Pembuatan bahan ajar
berbentuk buku siswa ini dengan memperhatikan beberpa poin standar
kelayakan bahan ajar yang terdiri dari standar kelayakan isi, standar
kelayakan penyajian, dan standar kelayakan kebahasaan.
Valid atau tidaknya media yang dikebangkan akan diketahui dalam tahap
ini yaitu tahap validasi produk. Uji validitas diberikan kepada validator ahli
materi dan ahli media, yaitu empat dosen matematika dan praktisi lapangan
yaitu guru mata pelajaran matematika. Validasi produk dilakukan dengan
cara pemberian angket ke para ahli. Hasil dari validasi ini akan dijadikan
acuan untuk merevisi produk awal yang dikembangkan.
5. Perbaikan desain
Tahap ini dilakukan perbaikan media. Saran dan masukan para ahli tentu
menjadi patokan peneliti untuk memperbaiki media.
6. Ujicoba produk
Borg dan Gall menyatakan bahwa: “The primary purpose of the main
field test which is to determine the success of the new product in meeting its
objectives, the secondary purpose is to collect information that can be used
to improve the course in the next revision”.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah “Tujuan dari ujicoba ada 2 yaitu
(1) untuk menentukan sukses atau tidaknya produk untuk mencapai tujuan;
(2) mengumpulkan informasi untuk penyempurnaan produk.”
Produk yang telah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan dalam
kegiatan pembelajaran. Ujicoba ini dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi apakah bukusiswa matematika melalui pendekatan inkuiri
Ujicoba dilakukan dengan memberi penjelasan tentang buku siswa
matematika yang sedang dikembangkan dan meminta responden untuk
menggunakan bukusiswa tersebut dalam proses pembelajaran, kemudian
dilakukan pengamatan terhadap pengguanaan bahan ajar oleh responden.
Berdasarkan hasil pengamatan, serta masukan-masukan dari responden buku
siswa matematika tersebut dievaluasi dan direvisi.
7. Revisi produk
Pengujian produk pada sampel yang terbatas tersebut akan menunjukkan
bagaimana kinerja sistem kerja baru apakah akan lebih baik dari sistem lama
atau tidak. Dari hasil ujicoba produk, apabila tanggapan siswa mengatakan
bahwa produk ini baik dan menarik, maka dapat dikatakan bahwa buku
siswa ini telah selesai dikembangkan sehingga menghasilkan produk akhir.
Namun apabila produk belum sempurna maka hasil dari ujicoba ini dijadikan
bahan perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar yang dikembangkan agar
bahan ajar yang dikembangkan dapat bermanfaat bagi siswa dan guru,
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Objek/subjek yang punya kualitas dan karakteistik dari wilayah generelilassi
itu adalah pengertian dari populasi.31 Melihat pengertian diatas, maka populasi pada penelitian ini adalah kelas VII di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
dokumentasi, angket, atau kuesioner, wawancara, dan observasi.
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi
bisa berbentuk tulisan, gambar, ataau karya-karya monumental dari
seseorang.34 Dokumentasi yang digunakan merupakan dokumentasi dalam penelitian pengembangan buku siswa untuk pembelajaran matematika bagi
tunarungu. Peneliti juga melakukan studi referensi baik dari buku maupun
31Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatid, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.117
dari internet, dan juga data nilai hasil ulangan semester ganjil siswa semua
kemudian dilakukan pencatatan.35 Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan–pertanyaan
pada para responden.36 Wawancara peneliti lakukan untuk memperoleh data mengenai karakteristik siswa, sekolah, kurikulum yang digunakan, dan
pengembang menjaring data dari banyak responden dalam waktu singkat.
Angket atau kuesioner diberikan kepada ahli materi sebagai responden uji 35Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.63.
36Ibid, h.39.
dalam penelitian, serta angket peneliti ditunjukan kepada siswa yang telah
memdapatkan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan buku siswa.
angket ini berisi rangkaian pertanyaan untuk mengetahui kelayakan buku
siswa matematika yang telah dikembangkan.
E. Instrumen Penelitian
Suatu alat yang digunakan untuk mengukur apa yang yang diamati
merupakan instrument penelitian.38 Pentingnya peran instrument karena dapat menentukan suksesnya tahapan pengembangan yang dilakukan. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa lembaran
kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengukur kualitas produk yang
dikembangkan dari aspek pembelajaran, materi, dan tampilan.
1. Angket validasi buku siswa
Angket validasi buku siswa ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap bukusiswa yang telah dibuat oleh peneliti. Angket validasi ini
diperuntukkan untuk para ahli materi matematika dan ahli media untuk
validator. Angket validator juga akan diberikan kepada guru pengampu mata
pelajaran untuk mendapatkan penilaian, yang kemudian akan dijadikan
sebagai bahan acuan dalam merevisi buku siswa dan menganalisis
kevalidasian buku siswa yang telah disusun.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan dalam melakukan
wawancara kepada praktisi yaitu guru SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi.
Pedoman wawancara ini dilakukan dengan melakuakan wawancara secara
terstruktur dan tak struktur.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan salah satu instrumen yang penting dalam
penelitian ini. Hal–hal yang dicatat adalah masukan–masukan baik dari
praktisi (guru) maupun siswa selama proses ujicoba. Kejadian–kejadian
unik atau kesulitan-kesulitan yang dialami siswa akan dicatat karena hal ini
berguna untuk menganalisis apakah perlu diadakan perbaikan pada
bagian-bagian buku siswa yang sulit dipahami oleh siswa.
4. Angket respon siswa
Angket siswa diberikan setelah pembelajaran dengan menggunakan
bukusiswa yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Melihat
tanggapan peserta didik akan media yang dikembangkan merupakan suatu
tujuan dari angket respon ini, dimana siswa harus memilih salah satu pilihan
seperti Sangat Tidak Menarik (STM), Tidak Menarik (TM), Menarik (M),
Sangat Menarik (SM).
Data kuatitatif dan kualitatif jenis data yang akan dihasilkan dari penelitian
ini. Data kuantitatif digunakan peneliti memaparkan hasil berupa angka dari olah
data penelitian yang dilakukan, baik dari validasi maupun dari uji coba. Adapun
tahapan yang digunakan sebgai berikut
1. Angket Validasi Buku Siswa
Angket validasi diberikan setelah pengembangan buku siswa selesai
dikerjakan. Mengetahui kelayakan bahan ajar yang telah dikemangkan
merupakan tujuan dari validasi ini. Angket validasi dari para ahli materi dan
ahli media pada penelitian ini menggunakan skala likert dengan metode
check-list pada setiap butiran penilaian dengan kriteria layak atau tidak
layak. Pada butiran yang dinilai tidak layak, para ahli akan memberikan
masukan perbaikan.
Adapun kriteria penskoran untuk memvalidasi pengembangan buku siswa
dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:39
Tabel 3.1
Pedoman Skor Penilaian Para Ahli Materi
Kriteria Skor
Sangat Baik (SB) 4
Baik (B) 3
Kurang (K) 2
Sangat Kurang (SK) 1
Selanjutnya data hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase
dengan menggunakan rumus berikut:40
Skor Ideal (Kriterium) = jumlah item x skor maksimal
P = JUMLAHSKORHASILPENGUMPULAN
penelitian ini menggunakan skala likert. Adapun kriteria penskoran untuk
angket respon siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:41
Selanjutnya data hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase
dengan menggunakan rumus berikut:42
Skor Ideal (Kriterium) = jumlah item x skor maksimal
P = Jumlah skor yang diperoleh
skor kriterium x 100%
Keterangan :
P = Persentase Kelayakan
Kemudian hasil persentase angket yang diperoleh baik dari angket
validasi maupun angket respon siswa dikategorikan sesuai dengan intepretasi
pada Tabel 3.3 berikut ini :43
Tabel 3.3
Range Persentase dan Kriteria Kualitatif program
Persentase Kriteria
P >80% Baik Sekali
60% < P < 80% Baik
20% < P < 40% Kurang
P < 20% Sangat Kurang
42Ibid, h.137.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil utama dari penelitian dan pengembangan ini adalah bahan ajar Buku
Siswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Siswa Kelas
VII Tunarungu. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan dengan
menggunakan prosedur pengembangan menurut sugiyono yang dilakukan dari
tahap 1 hingga tahap 7. Data hasil setiap tahapan prosedur penelitian dan
pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Potensi dan Masalah
Identifikasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan
wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Dharma Bhakti Dharma Pertiwikhusus tunarungu dan observasi
terhadap beberapa sumber belajar yang dipakai di SLB. Hasil wawancara dan
observasi sebagai berikut:
a. Buku yang digunakan sudah berbentuk paket seperti Modul. Semua
b. materi pembelajaran dijadikan menjadi satu, seperti olahraga, kesenian
dan matematika. Soal masih berbentuk umum dan belum merujuk
c. Siswa yang nilai akhir ujian matematika kelas VII tergolong rendah,
57,16% belum mencapai KKM.
d. Buku yang dikembangkan adalah materi bangun datar untuk SLB
karena belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk
siswa tunarungu.
2. Pengumpulan data
Dalam proses pengembangan produk ini, peneliti mengumpulkan
informasi berupa teori pendukung untuk produk yang akan dibuat. Peneliti
mengumpulkan beberapa bukuajar yang digunakan di sekolah baik berupa
silabus pembelajaran, buku paket, buku sekolah elektronik (BSE), serta
sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian.
3. Desain produk
Dibuatnya desian media ada pada tahap ini. Isi materi tidak serta akan
dirubah oleh peneliti. Hanya saja bahan ajar yang akan dikembangkan
terfokus pada materi konsep dasar bangun datar.
a. Standar Kelayakan Isi
Keakuratan dan kemutakhiran materi serta kesesuaian materi dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar akan menjadi standar kelayakan
isi. Selain itu mendorong keingintahuan siswa. SK dan KD tersebut yang
menjadi acuan dalam mengembangkan buku.
Buku yang dikembangkan ialah buku siswa matematika khusus untuk
siswa tunarungu materi bangun datar sebagai sumber belajar yang
disajikan dengan memperhatikan teknik penyajian model inkuiri
terbimbing, yaitu: Kemampuan berpikir kritis yakni dengan menemukan,
memecahkan,dan mengevaluasi suatu masalah guna menemukan
penyelesaian masalah yang tepat dan efisien.
Pengembangan buku siswa ini menggunakan ukuran kertas b5; skala
space 1,5; font 12 pt; dan jenis huruf Times New Roman (Headings CS),
Bodoni MT, Snap IT, Chiller, Comic Sans MS, Gill Sans Ultra Bold,
Clarendon Bkk BT, Lucida Calligraphy, Adobe Gothic Std B, Bauhaus 93.
Buku siswa dengan materi bangun datar ini terdiri dari 74 lembar, yaitu
lampiran depan (cover, kata pengantar, daftar isi, kata kunci, peta konsep
dalam bentuk mindmap), kemudian untuk isi modul terdiri dari empat
kegiatan belajar yang tiap kegiatan belajarnya terdiri dari (materi, contoh
soal, rangkuman, latihan, tes formatif dan refleksi), di akhir kegiatan
mempunyai pembahasan soal-soal ujian baik ujian nasional dan ujian
masuk perguruan tinggi (SBMPTN dan UM-PTAIN), serta lampiran
belakang (kunci jawaban, glosarium, indeks, dan daftar pustaka).
c. Standar kelayakan kebahasaan
Bahasa yang digunakan tentu memiliki standar kelayakan.
Kelayakannya meliputi kalimat yang mudah dicerna, efektif, tidak
a. Sampul/Cover Modul
Gambar 4.1 Tampilan Sampul Bagian Depan Buku Siswa danTampilan Sampul
Bagian Belakang Buku Siswa
Pada Gambar 4.1 meruapakan sampul buku siswa yang telah
dikenbangkan. Sampel depan berisi judul dan gambar lalu sampul belakang
bersi biodata peneliti pengembnagn. Kemudian setelah cover mulai masuk
b. Kata Pengantar
Gambar 4.2 Tampilan Kata Pengantar
Gambar 4.3 Tampilan Daftar Isi
d. Pendahuluan
Gambar 4.4 Tampilan Pendahuluan
Pada Gambar 4.4 Pendahuluan berisi tentang penjelasan latar belakang
dan konsep buku siswa matematika secara jelas dan terperinci. Setelah
e. Standar Isi
Gambar 4.5 Tampilan Pendahuluan
Gambar 4.5 Tampilan Standar Isi
Pada Gambar 4.5 Standar isi berisi tentang penjelasan kompetensi inti
dan kompetensi dasar. Setelah pembahasan standar isi kemudian masuk
pada indikator.
Gambar 4.6 Tampilan Pendahuluan
Pada Gambar 4.6 Indikator berisi tentang penjelasan mengenai apa itu
bangun datar dan terdapat apa saja bangun datar tersebut. Setelah indikator
kemudian masuk pada petunjuk buku.
g. Petunjuk Buku
Gambar 4.7 Tampilan Petunjuk Buku
Pada Gambar 4.7 itu petujuk buku. Isinya tidak lain tentang cara-cara
penggunaan bahan siswa yang baik dan benar atau perintah yang harus
h. Peta Konsep
Gambar 4.8 Tampilan Peta Konsep
Pada Gambar 4.8 Peta Konsep ini berisi tentang sebuah konsep peta
yang menjelaskan urutan bangun datar dan contoh bangun datar yang
terdapat dalam buku siswa. Setelah peta konsep kemudian masuk pada
i. Kegiatan Pembelajaran
Gambar 4.9 Tampilan Kegiatan Pembelajaran
Pada Gambar 4.9 Kegiatan Pembelajaran berisi tentang
langkah-langkah kegiatan yang akan dipelajari pada buku siswa sesuai dengan
urutan dan aturan yang berlaku. Kemudian masuk pada salah satu contoh
j. Tampilan salah satu materi
Gambar 4.10 Tampilan Salah Satu Materi
Pada Gambar 4.10 dalam perancangan isi materi dalam buku siswa
matematika ini dirancang sesuai dengan materi bangun datar khususnya
tunarungu pada pembelajaran SMPLB yang ada dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam kehidupan nyata, isi buku siswa matematika ini memiliki
materi beserta contoh serta latihan-latihan soal yang sesuai dengan materi
dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang telah didapatkan pada
pesrta didik sebelum membuat buku siswa ini. Dan yang terakhir yakni
k. Perancangan Daftar Pustaka
Gambar 4.11 Tampilan Daftar Pustaka
Pada Gambar 4.11 itu gambar daftar pustak. Isinya tidak lain adalah
rujukan rujukan penulisan bahan ajar (buku siswa).
4. Tahap Validasi BukuSiswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri
Terbimbing
Validasi buku siswa matematika khusus untuk siswa tunarungu yang
sudah dikembangkan tentu akan dijikan. Adapu yang akan menguji banah ajar
yang dipilih tentu yang sudah berpengalaman dan ahli dibidangnya. Lebih
2 Dian Anggraini,M.Sc. Uin Raden IntanLampung Ahli Materi
3 Dra. Suharni
Adapun hasil validasi ahli dan validasi praktisi sebagai berikut:
a. Hasil Validasi Ahli Materi
Tabel 4.1 Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Materi
Aspek Butir Aspek V1 V2 V3
Sumber Data: Diolah dari Hasil Angket Penilaian Validasi Ahli Materi Buku Matematika Khusus Tunarungu Materi Bangun Datar
dari hasil validasi ahli materi diatas rata-rata yang diperoleh pada
setiap aspek sudah pada kriteria layak yaitu 72 dan 75. Namun ada
masukan dari para ahli, maka media akan diperbaiki lagi, sehingga
sdianggap ebagai validasi tahp 1. Grafik nya bisa dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 4.12 Grafik Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Materi.
Berdasarkan pada grafik 4.12 hasil validasi ahli materi pada tahap 1
nilai pada aspek kebahasaan memperoleh nilai tertinggi dengan validator 1
75.00%, validator 2 75.00% dan validator 3 75.00% serta nilai terendah
pada aspek kelayakan isi dimana validator 1 memberikan nilai 67.5 %
75.00%, maka yang harus lebih banyak untuk di perbaiki adalah dari segi
aspek kelayakan isi.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Tahap 2 Oleh Ahli Materi.
Aspek Butir Aspek V1 V2 V3
´
x 75
Kriteria Baik
Sumber Data: Diolah dari Hasil Angket Penilaian Validasi Ahli Materi BukuMatematika Khusus Tunarungu Materi Bangun Datar
Dari hasil validasi tahap 2 diperoleh skor rata-rata aspek kelayakan isi
diperoleh nilai rata-rata sebesar 72.5 dan Aspek Kebahasaan 75 dengan
masing-masing kriteria “Layak”. Diagramnya bisa dilihat pada gambar
berikut
Gambar 4.13 Grafik Hasil Validasi Tahap 2 Oleh Ahli Materi.
Pada Gambar 4.13 Terlihat dari grafik hasil validasi ahli materi pada
tahap 2 dimana pada tahap kedua ini mengalami peningkatan oleh ketiga
validator. Pada aspek kelayakan isi validator 1 memberikan nilai 70.00%,
validator 2 memberikan nilai 72.5% dan validator 3 memberikan nilai
75.00%, serta pada aspek kebahasaan mengalami peningkatan yang
significant diman validator 1 memberikan nilai 67.8%, validator 2
memberikan nilai 82.00% dan validator 3 memverikan nilai 75.00%.
aspek mengalami peningkatan dan sudah masuk dalam kriteria sangat
layak maka Buku Siswa matematika melalui Pendekatan Inkuiri
Terbimbing sudah valid dan tidak dilakukan kembali perbaikan.
Gambar 4.14 Grafik Hasil Validasi Perbandingan Antara Tahap 1 dan Tahap 2 Oleh Ahli Materi.
Berdasarkan pada grafik 4.14 Terlihat dari grafik hasil validasi
perbandingan antara validasi tahap 1 dan validasi tahap 2 terjadi
perubahan yang paling tinggi dimana pada aspek kelayakan isi validator
tahap 1 memberikan nilai 72.00% mengalami peningkatan menjadi 72.5%,
serta pada aspek kebahasaan valdator tahap 1 memberikan nilai 75.00%
dan validator tahap 2 memberikan nilai 75.00%, serta validator 3
memberikan nilai 75.00%. pada aspek bangun datar karena ahli materi
lebih menekankan pada aspek materi bangun datar dan dari kelayakan isi
hanya mengalami perubahan yang sangat kecil.
b. Hasil Validasi Ahli Media
Ahli media terdiri dari 1 dosen UIN Raden Intan Lampung dengan Ibu
Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Media Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Anak Tunarungu
Dari hasil validasi ahli media diperoleh skor rata-rata 62.5% aspek dan
75% aspek kebahasaan dengan masing-masing kriteria “Layak”.
diagramnya ada pada tabel berikut
Gambar 4.15 Grafik Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Media.
Berdasarkan Grafik 4.15 diperoleh hasil validasi ahli media pada tahap
1 dimana pada aspek kegrafikan diperoleh nilai 62.5% terendah oleh
validator dan nilai tertinggi diperoleh pada aspek kebahasaan dengan nilai
75.00%. 50
70
62.5 75
Validasi Tahap 1
Sumber Data: Diolah dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Media Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Anak Tunarungu
Berdasarkan Tabel 4.4 hasil validasi oleh ahli media tahap 2 diperoleh
hasil penilaian dari 1 validator dosen dalam UIN Raden Intan Lampung.
Dari hasil validasi penilaian oleh ahli media yang terdiri dari 2 aspek yaitu
aspek kegrafikan dan kebahasaan. Pada aspek kegrafikan diperoleh nilai
rata-rata sebesar 85.00% dengan kriteria “Sangat Layak”, serta pada aspek
kebahasaan diperoleh nilai rata-rata 83.00% dengan kriteria “Sangat
Layak”.
Selain dalam bentuk tabel hasil validasi oleh ahli media disajikan juga
data dalam bentuk grafik berikut untuk melihat hasil penilaian ahli media
dari masing-masing validator terhadap aspek kegrafikan dan aspek
kebahasaan.
Berdasarkan Grafik 4.16 diperoleh hasil validasi ahli media pada tahap
2 Dimana pada aspek kelayakan kegrafikan mengalami peningkatan yang
cukup baik dan sudah masuk dalam kriteria sangat layak maka modul
Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Siswa Tunarungu sudah valid dan tidak dilakukan kembali perbaikan.
Gambar 4.17 Grafik Hasil Validasi perbandinagan antara tahap 1 dan tahap 2 Oleh Ahli Media.
Berdasarkan Pada Grafik hasil validasi perbandingan antara validasi
tahap 1 dan validasi tahap 2 terjadi perubahan yang cukup tinggi dimana
nilai rata-rata pada aspek kelayakan meningkat dari 62.5% naik menjadi
85.00% dan pada aspek kegrafikan juga mengalami perubahan meskipun
mengalami penurunan akan tetapi pada aspek kegrafikan ini masuk dalam
kriteria "Sangat Layak" dari nilai 85.00% menjadi 83.00%.
c. Hasil Validasi Ahli Bahasa
Validasi ahli bahasa bertujuan untuk menguji kebahasaan pada buku
bahasa terdiri dari 1 validator yakni guru SLB Dharma Bhakti Dharma
Pertiwi dengan ibu Mas’amah S.Pd. Hasil analisis data validasi ahli
bahasa dapat dilihat pada Tabel 4.5. Sedangkan form dapat dilihat pada
lampiran.
Tabel 4.5 Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Bahasa.
Penilaian Ahli Bahasa Validasi Pertama
Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Bahasa pada Buku Siswa Matematika Melalui Pendekatan
Inkuiri Terbimbing.
Berdasarkan Tabel 4.2 hasil validasi oleh ahli bahasa Tahap 1
diperoleh hasil penilaian dari 1 validator yaitu guru SLB Dharma Bhakti
Dharma Pertiwi. serta hasil validasi penilaian oleh ahli bahasa yang
terdiri dari 1 aspek yaitu aspek kebahasaan. Pada aspek kebahasaan
Selain dalam bentuk tabel hasil validasi oleh ahli bahasa disajikan juga
data dalam bentuk grafik berikut untuk melihat hasil penilaian ahli bahasa
dari validator terhadap aspek kebahasaan.
Gambar 4.18 Grafik Hasil Validasi Tahap 1 Oleh Ahli Bahasa
Berdasarkan Grafik 4.18 dimana hasil validasi ahli bahasa pada tahap
1 nilai aspek kebahasaan memperoleh kriteria “Layak” namun masih perlu
dilakukan perbaikan untuk lebih sempurna pada Buku Siswa Matematika
melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing dari segi bahasa yang disajikan.
Kriteria Sangat Baik
Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Bahasa pada Buku Siswa Matematika melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing.
Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut hasil validasi oleh ahli bahasa
diperoleh hasil penilaian dari 1 validator yakni Guru SLB Dharma Bhakti
Dharma Pertiwi. Dari hasil validasi penilaian oleh ahli bahasa yang terdiri
dari 1 aspek yaitu aspek kebahasaan. Pada aspek kebahasaan diperoleh
nilai rata-rata sebesar 82.00% dengan kriteria “Sangat Layak”.
Selain
dalam bentuk
tabel hasil
validasi oleh
ahli bahasa disajikan juga data dalam bentuk grafik berikut untuk melihat
hasil penilaian ahli media dari masing-masing validator terhadap aspek
kebahasaan.
Gambar 4.19 Grafik Hasil Validasi Tahap 2 Oleh Ahli Bahasa.
Berdasarkan Grafik 4.19 hasil validasi ahli bahasa pada tahap 2 nilai
pada aspek kebahasaan memperoleh kriteria “Sangat Layak” dari kedua
Gambar 4.20 Grafik Hasil Validasi Perbandingan Antara Tahap 1 dan Tahap 2 Oleh Ahli Bahasa.
Berdasarkan Grafik 4.20 diperoleh hasil validasi perbandingan antara
validasi tahap 1 dan validasi tahap 2 terjadi perubahan yang cukup tinggi.
validator memberikan nilai yang sangat baik dari aspek kebahasaan.
5. Revisi Desain Produk
Setelah desain produk divalidasi melalui penilaian ahli materi, ahli media,
dan ahli bahasa serta guru Matematika SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi,
peneliti melakukan revisi terhadap desain produk yang dikembangkan
berdasarkan masukan-masukan ahli tersebut. Saran/masukan untuk perbaikan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
a. Ahli Materi
Ahli materi, setelah melakukan validasi penilaian ahli materi, maka
peneliti melakukan revisi terhadap materi-materi sebelumnya yaitu dengan
memperhatikan taksonominya dimana materi segitiga seharusnya
diletakkan pada materi yang pertama. dari masukan tersebut maka peneliti
melakuakan tindak lanjut sesuai dengan saran dari ahli materi, revisi
Validasi Perbandingan Tahap 1 Tahap 2
initelah sampai bahan ajar (buku siswa) layak digunakan. Tindak lanjut
dari pebaikan dari ahli materi disajikan dalam gambar sebagai berikut.
Gambar 4.21Gambar Salah Satu Materi Bahan Ajar (buku siswa) Sebelum dan Sesudah Revisi Dengan Ahli Materi
Berdasarkan Gambar 4.21 Alasan revisi adalah, karena materi yang
disajikan harus sesuai dengan urutan yang telah diatur pada materi bangun
datar pada umumnya.Begitu juga dengan bangun datar pesegi dahulu
kemudian persegi panjang. Validator menyarankan supaya gambar segitiga
diperjelas dan gambar yang masih belum lengkap segera dilengkapi, supaya
peserta didik mudah untuk memahaminya.
v
Gambar 4.22 tampilan bangun datar segitiga dan penjelasannya sebelum dan sesudah revisi
Revisi pada gambar 4.22 adalah, karena materi yang disajikan kurang
sesuai dan terlalu singkat dar materi yang sebenarnya.Validator menyarankan
untuk menambahkan permasalahan terlebih dahulu agar buku siswa ini lebih
mudah dipahami.
b. Ahli Media
Ahli media setelah melakukan validasi penilaian ahli media, maka peneliti
melakukan revisi terhadap media sebelumnya yaitu judul pada cover Sesudah Revisi