• Tidak ada hasil yang ditemukan

FACTORS RELATED TO WORK ACCIDENTS OF NEEDLE STICK INJURY ON NURSE IN EMERGENCY ROOM OF RSUP Dr. KARIADI IN SEMARANG 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FACTORS RELATED TO WORK ACCIDENTS OF NEEDLE STICK INJURY ON NURSE IN EMERGENCY ROOM OF RSUP Dr. KARIADI IN SEMARANG 2017"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

No. 5-11 Semarang

Email : tantisofyardila@gmail.com eko.hartini@dsn.dinus.ac.id

ABSTRACK

The incidence of Needle Stick Injury (NSI) in Indonesia is remind high. Each patient care process in each ward at the hospital has the same risk of getting the Needle Stick Injury (NSI), both the patient's treatment room, the operating room, as well as the Emergency Department (ER). EMS nurses have a great risk in performing the task of providing health services, especially in emergency situations. Stress because of facing patients with emergency and fatigue because having to provide services with a standing position also a cause of injury to nurses in the ER. The purpose of this research is to analyze the causal factors related to the occurrence of Puncture Work Accidents Needle Stick Injury (Needle Stick Injury) on nurses at IGD Dr. Kariadi Semarang Year 2017.

This research is analytic observational with cross sectional approach. The subjects of this study were the nurses of ER in Dr. Kariadi Semarang as many as 58 nurses. The research instrument used is questionnaire. The statistical test used is Rank Spearman.

The results showed that there was no correlation between age (p 0.867), length of service (p 0.964), knowledge (p 0.709), attitude (p 0.878), malicious behavior (p 0.878) and use of APD (p 0,533) Due to needle stitching on nurses at ER Dr. Kariadi Semarang.

It is recommended that nurses should continue to use PPE and maintain careful behavior when working / injecting patients.

(2)

| No. 5-11 Semarang

Email : tantisofyardila@gmail.com eko.hartini@dsn.dinus.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Kejadian Needle Stick Injury (NSI) di Indonesia tergolong masih tinggi. Setiap proses perawatan pasien disetiap bangsal di rumah sakit memiliki risiko yang sama untuk terkena Needle Stick Injury (NSI), baik ruang perawatan pasien, ruang operasi, demikian juga dengan Unit Gawat Darurat (UGD). Perawat UGD memiliki risiko yang besar dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan, terutama pada keadaan emergency. Stres karena menghadapi pasien dengan keadaan gawat darurat dan kelelahan karena harus memberikan pelayanan dengan posisi berdiri juga menjadi penyebab terjadinya cidera pada perawat di UGD. Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis faktor-faktor penyebab yang berhubungan dengan terjadinya Kecelakaan Kerja Akibat Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017.

Metode: Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah perawat IGD di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 58 perawat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah Rank Spearman.

Hasil: Hasil statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur (p 0,867), masa kerja (p 0,964), pengetahuan (p 0,709), sikap (p 0,878), perilaku berbahaya (p 0,878) dan penggunaan APD (p 0,533) terhadap kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang. Disarankan

Saran: Kepada perawat tetap harus menggunakan APD dan mempertahankan perilaku hati-hati saat bekerja/ menyuntik pasien.

Kata Kunci: Needle Stick Injury, Perawat, IGD .

(3)

PENDAHULUAN

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.1

World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 mengatakan bahwa sekitar 2,5% petugas kesehatan diseluruh dunia menghadapi pajanan HIV. Sekitar 40% menghadapi pajanan virus Hepatitis B dan virus Hepatitis C, 90% dari infeksi yang dihasilkan dari pajanan tersebut berada di negara berkembang. Frekuensi infeksi yang tinggi di negara berkembang, terjadi karena penggunaan injeksi yang tinggi di fasilitas kesehatan yang sebagian besar menggunakan jarum suntik. Penyebab terbesar adalah kecelakaan akibat kerja di Rumah Sakit karena tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury). Laporan WHO dalam World Health Petugas kesehatan, terutama yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien, memiliki potensi bahaya lebih rentan yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) yang merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan menyuntik.2

Diperoleh data dari CDC (Centers For Desease Control and Prevention) selama tahun 1995 hingga 2007 perawat memiliki presentase terbanyak dalam insiden terpajan darah maupun cairan tubuh yaitu 42%, di ikuti tenaga medis lain seperti dokter 30%, teknisi 14% dan mahasiswa praktik 4%. Data dari cidera yang dilaporkan yaitu kejadian tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) sebesar 82% adalah yang paling sering mengakibatkan pajanan darah dan cairan tubuh manusia.3

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama periode Januari hingga Desember tahun 2015 terdapat 37 kasus kejadian kecelakaan akibat kerja (KAK),dengan jumlah kasus kejadian tertinggi pertama yaitu terkena sayatan benda tajam sebanyak 13 (35%) kasus. Untuk jumlah kasus kejadian tertinggi kedua yaitu tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) sebanyak 8 (22%) kasus dan jumlah kasus kejadian tertinggi ketiga yaitu terpeleset dan terjatuh sebanyak 7 (19%) kasus.Kemudian selama periode

(4)

Januari hingga Desember tahun 2016 terdapat 32 kasus kejadian kecelakaan akibat kerja (KAK), dengan jumlah kasus kejadian tertinggi pertama yaitu tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) sebanyak 15 (47%) kasus. Untuk jumlah kasus kejadian tertinggi kedua yaitu terpeleset dan terjatuh sebanyak 5 (19%) kasus dan jumlah kasus kejadian tertinggi ketiga yaitu mata terkontaminasi cairan B3/ Infeksius sebanyak 3 (10%) kasus.

Secara teori menurut Suma’mur pada tahun 1997 kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan hingga yang paling berat/ kerugian non-material. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan, hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan dapat terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah perawat IGD di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 58 perawat, dan objeknya yaitu umur, masa kerja, pengetahuan, sikap, perilaku berbahaya dan penggunaan APD. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kiuisioner.

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini di dapat dengan cara menyebar kuesioner kepada perawat IGD. Untuk penelitian ini data sekunder diperoleh dari data dan dokumen dari Tim K3 RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Untuk analisis uji statistik Rank Spearman dilakukan dengan menghubungkan variabel bebas (umur, masa kerja, pengetahuan, sikap, perilaku berbahaya dan penggunaan APD) dengan variabel terikat (Kecelakaan Kerja Akibat Tertusuk Jarum Suntik) yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang sigifikan.

(5)

HASIL PENELITIAN A. Analisa Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Umur Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017 Variabel Total

Responden

Min Max Mean Median

Umur (tahun)

58 24 54 33,07 30,50

Berdasarkan tabel 1 yang didapat bahwa umur termuda perawat yaitu 24 tahun, umur paling tua yaitu 54 tahun dan umur rata-rata perawat adalah 33 tahun.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017 Variabel Total

Responden

Min Max Mean Median

Masa Kerja (tahun)

58 1 34 10,16 7,50

Berdasarkan hasil penelitian tabel 2 didapat bahwa masa kerja perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang rata-rata perawat bekerja selama 10 tahun dengan lama perawat bekerja dari 1 tahun hingga 34 tahun.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017

Pernyataan Salah Benar

F % F %

Bekerja sesuai SOP menyuntik - - 58 100 Mencuci tangan menggunakan

sabun antimikroba/ antiseptik

- - 58 100

Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja/ menyuntik pasien

(6)

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017 (lanjutan)

Berdasarkan tabel 3 tentang variabel pengetahuan perawat terhadap tindakan pada saat atau sebelum menyuntik pasien antara lain tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja/ menyuntik pasien

Pernyataan Salah Benar

F % F %

Menggunakan sarung tangan latex sebelum melakukan tindakan menyuntik pasien

1 1,7 57 98,3

Menggunakan masker jika melakukan kontak dekat dengan pasien infeksi yang dapat

ditularkan melalui droplet dan saluran pernapasan

- - 58 100

Melakukan posisi memutar ketika bekerja/ menyuntik pasien

53 91,4 5 8,6

Membuang masker di tempat sampah infeksius setelah digunakan

- - 58 100

Tidak menyimpan jarum suntik habis pakai di kantong pakaian

3 5,2 55 94,8

Membuka tutup jarum suntik dengan satu tangan

17 29,3 41 70,7

Tidak menutup kembali jarum suntik menggunakan dua tangan

8 13,8 50 86,2

Membuang jarum suntik dan spuit disposabel dalam wadah tahan bocor/ wadah khusus

1 1,7 57 98,3

Melepaskan sarung tangan segera setelah menggunakan

1 1,7 57 98,3 Mencuci tangan segera setelah

melepaskan sarung tangan

1 1,7 57 98,3

Membuang sampah infeksius di tempat sampah infeksius

1 1,7 57 98,3

Menunjukkan sikap tenang saat bekerja

(7)

98,3% benar, melakukan posisi memutar ketika bekerja/ menyuntik pasien 91,4% salah, tidak menyimpan jarum suntik habis pakai di kantong pakaian 94,8% benar, membuka tutup jarum suntik dengan satu tangan 70,7% benar dan tidak menutup kembali jarum suntik menggunakan dua tangan 86,2% benar.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Sikap Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017 Pernyataan Tidak setuju Kurang

Setuju

Setuju

F % F % F %

Mencuci tangan menggunakan sabun antimikroba atau antiseptik sangat merepotkan

41 70,7 1 1,7 16 27,6

Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja/ menyuntik pasien tindakan yang baik untuk mencegah kuman

3 5,2 - - 55 94,8

Menggunakan sarung tangan latex pada saat bekerja/ menyuntik pasien tindakan baik untuk mencegah infeksi

2 3,4 2 3,4 54 93,1

Tidak melakukan posisi memutar ketika bekerja/ menyuntik pasien

merupakan tindakan yang salah

16 27,6 17 29,3 25 43,1

Membuang masker di tempat sampah infeksius setelah digunakan tindakan yang benar

- - - - 58 100

Tidak menyimpan jarum suntik habis pakai di kantong pakaian tindakan yang benar

(8)

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Sikap Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017 (lanjutan)

Dari tabel 4 tentang variabel sikap perawat terhadap tindakan pada saat atau sebelum menyuntik pasien diperoleh data 94,8% setuju mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja/ menyuntik pasien tindakan yang baik untuk mencegah kuman, 93,1% setuju menggunakan sarung tangan latex pada saat bekerja/ menyuntik pasien tindakan baik untuk mencegah infeksi, 43,1% setuju tidak melakukan posisi memutar ketika bekerja/ menyuntik pasien merupakan tindakan yang salah, 100% setujumembuang masker di tempat sampah infeksius setelah digunakan tindakan yang benar, 75,9% setuju tidak menyimpan jarum suntik habis pakai di kantong pakaian tindakan yang benar, 72,4% setuju membuka

Pernyataan Tidak setuju Kurang Setuju

Setuju

F % F % F %

Membuka jarum suntik dengan satu tangan tindakan yang benar

13 22,4 3 5,2 42 72,4

Tidak menutup kembali tutup jarum suntik dengan dua tangan tindakan yang salah

18 31,0 1 1,7 39 67,2

Membuang jarum suntik dan spuit disposabel dan wadah tahan bocor/ wadah khusus sangat merepotkan

46 79,3 4 6,9 8 13,8

Mencuci tangan segera setelah melepaskan sarung tangan sangat merepotkan

48 82,8 5 8,6 5 8,6

Membuang sampah

infeksius di tempat sampah infeksius tindakan yang salah

53 91,4 1 1,7 4 6,9

Mencuci sarung tangan ketika habis digunakan untuk mencegah kuman

(9)

jarum suntik dengan satu tangan tindakan yang benar dan 67,2% setuju tidak menutup kembali tutup jarum suntik dengan dua tangan tindakan yang salah,

Sedangkan diperoleh data 70,7% tidak setuju akan mencuci tangan menggunakan sabun antimikroba atau antiseptik sangat merepotkan, 79,3% tidak setuju membuang jarum suntik dan spuit disposabel dan wadah tahan bocor/ wadah khusus sangat merepotkan, 82,8% tidak setuju mencuci tangan segera setelah melepaskan sarung tangan sangat merepotkan, 91,4% tidak setuju membuang sampah infeksius di tempat sampah infeksius tindakan yang salah dan 87,9% tidak setuju mencuci sarung tangan ketika habis digunakan untuk mencegah kuman.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Perilaku Berbahaya Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian, tabel 5 tentang variabel perilaku berbahaya terhadap tindakan pada saat atau sebelum menyuntik pasien diperoleh data 56,9% pernah bekerja saat sedang sakit dan 31,0 pernah tidak menggunakan APD. Sedangkan 46,6% kadang-kadang tidak fokus saat bekerja dan 24,1% mendapatkan jam lembur. Dan 69,0% tidak pernah tidak mencuci tangan menggunakan sabun antimikroba atau antiseptik dan 75,9% tidak pernah bekerja tanpa mengikuti SOP.

Pertanyaan Tidak pernah Kadang-kadang Pernah F % F % F %

Tidak menggunakan APD 24 41,4 16 27,6 18 31,0 Bekerja saat sedang sakit 8 13,8 17 29,3 33 56,9 Tidak fokus saat bekerja 19 32,8 27 46,6 12 20,7 Mendapatkan jam lembur 28 48,3 14 24,1 16 27,6 Tidak mencuci tangan

menggunakan sabun antimikroba atau antiseptik

40 69,0 10 17,2 8 13,8

(10)

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Penggunaan APD Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017

Berdasarkan tabel 6 tentang variabel penggunaan APD terhadap tindakan pada saat atau sebelum menyuntik pasien diperoleh data 42,4% perawat menggunakan masker, 65,5% perawat menggunakan sarung tangan bahan latex dan 91,4% perawat merasa nyaman dengan APD yang digunakan.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2017

Pertanyaan Pernah Tidak Pernah

F % F %

Kecelakaan kerja terkena NSI selama 3 bulan terakhir

- - 58 100

Kecelakaan kerja terkena NSI selama bekerja di IGD

4 6,9 54 93,1

Berdasarkan hasil penelitian, tabel 7 tentang variabel kecelakaan kerja terhadap tindakan pada saat atau sebelum menyuntik pasien diperoleh data 100% tidak pernah tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) selama 3 bulan terakhir dan 6,9% pernah tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) selama bekerja di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Pertanyaan Tidak

Kadang-kadang

Ya

F % F % F %

Menggunakan masker 1 1,7 33 56,9 24 42,4 Menggunakan sarung

tangan bahan latex

- - 20 34,5 38 65,5

Merasa nyaman dengan APD yang digunakan

(11)

B. Analisa Bivariat

Tabel 8

Hubungan Antara Umur dengan Kejadian Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi

Semarang Tahun 2017

Dari total 29 responden yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 27 responden dan yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dengan kategori umur yang>30,50 tahun. Dan dari total 29 responden yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dan yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 27 responden dengan kategori umur ≤30,50 tahun. Jadi berdasarkan kategori umur yang>30,50 dan yang ≤30,50 sama-sama pernah mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

Tabel 9

Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kejadian Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada Perawat di IGD RSUP Dr.

Kariadi Semarang Tahun 2017

Berdasarkan kategori masa kerja yang >10,16 tahun dengan total 21 responden yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 1 responden dan yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 20 responden. Dan berdasarkan kategori masa kerja yang ≤ 10,16 tahun dengan total 37 responden yang tidak mengalami tertusk jarum suntik yaitu 34 responden dan yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 3 responden. Jadi berdasarkan kategori masa kerja yang >10,16 tahundan yang ≤10,16

KAK Umur (Tahun) Tertusuk Jarum Suntik Tidak Tertusuk Jarum Suntik Total p-value n % n % n % > 30,50 2 6,9 27 93,1 29 100 0,867 ≤ 30,50 2 6,9 27 93,1 29 100 KAK Masa Kerja (Tahun) Tertusuk Jarum Suntik Tidak Tertusuk Jarum Suntik Total p-value n % n % n % >10,16 1 4,8 20 95,2 21 100 0,964 ≤ 10,16 3 8,1 34 91,9 37 100

(12)

tahun sama-sama pernah mengalami kejadian tertusuk jarum suntik. Tetapi berdasarkan kategori masa kerja yang ≤10,16 lebih banyak mengalami kejadian tertusuk jarum suntik dari pada kategori masa kerja yang >10,16.

Tabel 10

Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada Perawat di IGD RSUP Dr.

Kariadi Semarang Tahun 2017

KAK Pengetahuan Tertusuk Jarum Suntik Tidak Tertusuk Jarum Suntik Total p-value n % n % n % > 30,00 2 6,5 29 93,5 31 100 0,709 ≤ 30,00 2 7,4 25 92,6 27 100

Dari total 31 responden yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 29 responden dan yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dengan kategori pengetahuan yang >30,00. Dan dari total 27 responden yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dan yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 27 responden dengan kategori pengetahuan ≤30,00. Jadi berdasarkan kategori pengetahuan yang >30,00 dan yang ≤30,00 sama-sama pernah mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

Tabel 11

Hubungan Antara Sikap dengan Kejadian Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi

Semarang Tahun 2017 KAK Sikap Tertusuk Jarum Suntik Tidak Tertusuk Jarum Suntik Total p-value n % n % n % > 31,47 2 6,2 30 93,8 32 100 0,878 ≤ 31,47 2 7,7 24 92,3 26 100

Berdasarkan kategori sikap yang >31,47 dengan total 32 responden yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dan yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 30 responden. Dan berdasarkan kategori sikap yang ≤31,47 dengan total 26 responden yang

(13)

tidak mengalami tertusk jarum suntik yaitu 24 responden dan yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden. Jadi berdasarkan kategori sikap yang >31,47 dan yang ≤31,47 sama-sama pernah mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

Tabel 12

Hubungan Antara Perilaku Berbahaya dengan Kejadian Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada Perawat di IGD RSUP Dr.

Kariadi Semarang Tahun 2017 KAK Perilaku Berbahaya Tertusuk Jarum Suntik Tidak Tertusuk Jarum Suntik Total p-value n % n % n % > 13,19 2 6,5 29 93,5 31 100 0,878 ≤ 13,19 2 7,4 25 92,6 27 100

Dari total 31 responden yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 29 responden dan yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dengan kategori perilaku berbahaya yang >13,19. Dan dari total 27 responden yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dan yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 25 responden dengan kategori perilaku berbahaya yang ≤13,19. Jadi berdasarkan kategori perilaku berbahaya yang >13,19 dan yang ≤13,19 sama-sama pernah mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

Tabel 13

Hubungan Antara Penggunaan APD dengan Kejadian Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada Perawat di IGD RSUP Dr.

Kariadi Semarang Tahun 2017 KAK Penggunaan APD Tertusuk Jarum Suntik Tidak Tertusuk Jarum Suntik Total p-value n % n % n % > 8,00 2 4,9 39 95,1 41 100 0,533 ≤ 8,00 2 11,8 15 88,2 17 100

Dari total 41 responden yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 39 responden dan yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dengan kategori penggunaan APD yang >8,00. Dan dari

(14)

total 17 responden yang mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 2 responden dan yang tidak mengalami tertusuk jarum suntik yaitu 15 responden dengan kategori penggunaan APD yang ≤8,00. Jadi berdasarkan kategori penggunaan APD yang ≤8,00 dan yang ≤8,00 sama-sama pernah mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

PEMBAHASAN

A. Hubungan Umur dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan oleh manusia dan bisa terjadi dimana saja, dalam keadaan apa saja dan kapan saja. Kejadian yang tidak diinginkan bukan berdasarkan kejadian yang telah direncanakan oleh manusia sebelumnya dan dapat menimbulkan kerugian bagi manusia maupun kerugian harta benda. Salah satu penyebab kecelakaan adalah umur yang dimiliki oleh seorang pekerja.

Berdasarkan hasil analisis antara hubungan umur dengan kejadian tertusuk jarum suntik, didapatkan hasil pada tabulasi silang bahwa kejadian tertusuk jarum suntik dari 58 responden perawat terdapat 4 responden perawat yang mengalami tertusuk jarum suntik dengan kategori usia responden yang >30,50 tahun dan kategori usia responden yang ≤30,50 tahun. Dari hasil uji statistik, tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang, karena umur muda maupun tua sama-sama beresiko mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulianti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur perawat dengan kejadian Needle Stick Injury pada Perawat di UGD RS. PK U Muhamadiyah Yogyakarta. Dikatakan bahwa pekerja dengan rentan usia antara 26-35 tahun lebih banyak mengalami kecelakaan kerja.11

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda

(15)

mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda pun sering juga mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, yang mungkin karena kecerobohan dan sikap tergesa-gesa.4

Berdasarkan teori sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa umur tua maupun umur muda sama-sama beresiko terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Hal tersebut perlu di perhatikan lagi dengan bekerja harus dengan lebih berhati-hati saat melakukan pekerjaan.

B. Hubungan Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja

Kesan baru pada lingkungan pabrik akan terlihat pada pekerja yang belum terbiasa atau masih baru dalam bekerja, dengan ditambah kurangnya pengalaman pada pekerja baru mejelaskan bahwa para pendatang atau pekerja baru memiliki potensi kecelakaan yang tinggi.17

Dari hasil uji statistik antara masa kerja dengan kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan signifikan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sarastuti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja perawat dengan kejadian kecelakaan kerja di Rumah Sakit Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dikatakan bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan masa kerja paling banyak adalah responden dengan masa kerja <1 tahun yaitu sebanyak 9 orang (39,1%). Masa kerja yang <1 tahun tergolong karyawan baru di RS UGM tenaga yang biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya.9

Dapat dilihat dari hasil pada tabulasi silang, bahwa terdapat 1 perawat yang mengalami tertusuk jarum suntik dengan kategori >10,16 tahun dan 3 perawat yang mengalami tertusuk jarum suntik dengan kategori ≤10,16 tahun. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil dari uji statistik yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel masa kerja dengan kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang.

(16)

Hal ini sejalan berdasarkan teori yang ada dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa masa kerja baru lebih beresiko terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Hal tersebut perlu di perhatikan lagi dengan bekerja harus memahami kondisi lingkungan kerja dan lebih berhati-hati saat bekerja.

C. Hubungan Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja

Pengetahuan juga merupakan informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk melakukan suatu tindakan dan melekat di dalam diri seseorang. Pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap suatu hal sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.35

Dari hasil analisis antara hubungan pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik, didapatkan hasil pada tabulasi silang bahwa terdapat 4 responden perawat yang mengalami tertusuk jarum suntik dengan kategori pengetahuan responden yang >30,00 dan kategori pengetahuan responden yang ≤30,00.

Hal tersebut sejalan dengan hasil dari uji statistik yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang, karena berdasarkan kategori pengetahuan tersebut sama-sama mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Yulianti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan kejadian Needle Stick Injury pada Perawat di UGD RS. PK U Muhamadiyah Yogyakarta.dikatakan bahwa dari 95 responden pengetahuan perawat yang baik sebanyak 70,5% menunjukkan bahwa ada sebagian besar responden mempunyai pemahaman yang baik.11

Dalam tingkat pendidikan atau pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi cara berfikir atau bertindak seseorang ketika melakukan pekerjaan. Dengan kurangnya pengetahuan khususnya tentang kesehatan dan kecelakaan kerja pada tenaga kerja menyebabkan pekerja kurang menyadari pentingnya keselamatan

(17)

dalam bekerja sehingga dapat mengakibatkan kejadian kecelakaan kerja.4

D. Hubungan Sikap Perawat dengan Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dari 58 responden perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang menyebutkan bahwa distribusi frekuensi pada pernyataan tidak menutup kembali tutup jarum suntik dengan dua tangan tindakan yang salah 67,2% menjawab setuju, sedangkan 70,7% menjawab tidak setuju akan mencuci tangan menggunakan sabun antimikroba atau antiseptik sangat merepotkan. Dari semua pernyataan sikap perawat sebagian besar perawat telah mengerti sikap yang harus dilakukan ketika sebelum maupun sesudah melakukan pekerjaannya.

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi. Sikap merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum memberikan respon konkret , beberapa karakteristik sikap.20

Dari hasil analisis antara hubungan sikap dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik, didapatkan hasil pada tabulasi silang bahwa 4 responden yang mengalami tertusuk jarum suntik dengan kategori sikap responden yang >31,47 dan kategori sikap responden yang ≤31,47. Hal tersebut sejalan dengan hasil dari uji statistik yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel sikap dengan kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang, karena berdasarkan kategori pengetahuan tersebut sama-sama mengalami kejadian tertusuk jarum suntik.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Putri dalam penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Universal oleh Perawat di IGD RSUP Dr. M Djamil Padang yang mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah sikap.8

(18)

E. Hubungan Perilaku Berbahaya dengan Kecelakaan Kerja

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari variabel perilaku berbahaya terhadap perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 58 responden perawat terhadap pertanyaan bekerja saat sedang sakit didapat 56,9% menjawab pernah ketika melakukan pekerjaan dan terhadap pertanyaan bekerja tanpa mengikuti SOP 75,9% tidak pernah melakukannya.

Berdasarkan hasil tabulasi silang perilaku berbahaya dengan kejadian tertusuk jarum suntik dari 58 responden perawat terdapat 4 responden perawat yang mengalami tertusuk jarum suntik dengan kategori perilaku berbahaya responden yang >13,19 terdapat 2 kejadian dan kategori perilaku berbahaya responden yang ≤13,19 terdapat 2 kejadian juga. Hal tersebut sejalan dengan hasil dari uji statisik yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang. Karena berdasarkan kategori perilaku berbahaya tersebut sama-sama mengalami kejadian tertusuk jarum suntik. Hal tersebut perlu diperhatikan agar perawat lebih berhati-hati saat melakukan pekerjaannya.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sarastuti dalam penelitian yang berjudul Analisis Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit Universitas Gajah Mada Yogyakarta mengatakan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena perawat bekerja dalam keadaan panik sehingga terburu-buru dalam melakukan pekerjaan, hal tersebut merupakan salah satu yang masuk dalam variabel perilaku berbahaya.9

F. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kecelakaan Kerja

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari variabel penggunaan APD terhadap perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 58 responden perawat terhadap pernyataan menggunakan masker didapat 42,4% menjawab iya, sedangkan 65,5% menjawab menggunakan sarung tangan bahan latex dan 91,4% yang menjawab merasa nyaman dengan APD yang digunakan ketika melakukan

(19)

pekerjaannya. Dari hasil jawaban yang disebarkan melalui kuesioner ini perawat telah mengikuti SOP menyuntik dengan menggunakan APD.

Berdasarkan hasil tabulasi silang penggunaan APD dengan kejadian tertusuk jarum suntik dari 58 responden perawat terdapat 4 responden perawat yang mengalami tertusuk jarum suntik dengan kategori penggunaan APD yang >8,00 terdapat 2 kejadian yang mengalami tertusuk jarum suntik dan yang ≤8,00 terdapat 2 kejadian juga yang mengalami tertusuk jarum suntik. Berdasarkan kategori penggunaan APD tersebut sama-sama pernah mengalami kejadian tertusuk jarum suntik. Hal tersebut sejalan dengan hasil dari uji statisik yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel penggunaan APD dengan kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang.Jadi sebaiknya perawat lebih meningkatkan dan mempertahankan untuk menggunakan APD pada saat bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Denisa Listy Kiay yang berjudul Analisis Penyebab Perilaku Tidak Aman Bekerja pada Perawat di RS Islam Asshobirin Tanggerang Selatan yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD perawat dengan kejadian Needle Stick Injury pada Perawat di UGD RS. PK U Muhamadiyah Yogyakarta.10

SIMPULAN

Berdasarkan hasil serta pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak ada hubungan antara faktor umur perawat dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) dengan nilai significancy 0,867.

2. Tidak ada hubungan antara faktor masa kerja perawat dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) dengan nilai significancy 0,964.

(20)

3. Tidak ada hubungan antara faktor pengetahuan perawat dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) dengan nilai significancy0,709.

4. Tidak ada hubungan antara faktor sikap perawat dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) dengan nilai significancy 0,878.

5. Tidak ada hubungan antara faktor perilaku berbahaya perawat dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) dengan nilai significancy 0,878.

6. Tidak ada hubungan antara faktor penggunaan APD perawat dengan kejadian kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injury) dengan nilai significancy 0,533.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja Akibat Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury) pada Perawat di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang diberikan saran sebagai berikut :

1. Perawat tetap harus menggunakan APD saat bekerja/ menyuntik pasien. 2. Perawat tetap harus meningkatkan dan mempertahankan perilaku

berhati-hati saat bekerja/ menyuntik pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja RumahSakit. Diakses dari http://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No.pdf pada tanggal 28 Januari 2017

2. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Diakses dari http://buk.depkes.go.id/ pada tanggal 1 Februari 2017

3. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Diakses dari https://www.slideshare.net/setyo14/permenkes-no-1691pada tanggal

(21)

23 Januari 2017

4. Sucipto C.D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta :Gosyen Publishing. 2014.

5. Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja Depnakertrans. Pedoman bersama ILO/WHO Tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta, Indonesia. 2005. http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/indonesian.pdf 6. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan RI Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007

Tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI. 2007.

http://www.hukor.depkes.go.id/kepmenkes.pdf

7. CDC. Guideline for Isolation Precaution : Prevention Transmissionof Infectious Agent in Healthcare Setting. 2007. http://cdc.gov/pdfisolation2007.pdf

8. Putri, A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Universal oleh Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. M. Djamil Padang. Tesis Dipublikasikan. Padang : Universitas Andalas. 2012. Diakses dari http://repo.unand.ac.id.pdf pada tanggal 10 Februari2017

9. Dewi Sarastuti. Analisis Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit Universitas Gajah Mada Yogyakarta Tahun 2016. Jurnal dipublikasikan. Yogyakarta Universitas Gajah Mada. 2016. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/46459/1/.pdf pada tanggal 14 Februari 2017 10. Denisa Listy, K. Analisis Penyebab Perilaku Aman Bekerja pada Perawat Di

RS Islam Asshobirin Tanggerang Selatan Tahun 2013. Jurnal dipublikasikan. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hadayatullah. 2013. Diakses dari http://-analisis-penyebab-perilaku-aman-bekerja-pada-perawat pada tanggal 12 Januari 2017

11. Yulianti. Analisis Pengetahuan Perawat tentang Needle Stick Injury pada Perawat di UGD RS. PK U Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011. Jurnal dipublikasikan. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2011. Diakses dari http://umy.ac.id/datapublik/.pdf pada tanggal 27 Februari 2017

12. Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2011.

(22)

13. Am. Sugeng Budiono. Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Solo : PT Sri Laksana Purnama. 1992.

14. Suma’mur. Kecelakaan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jakarta : Enka Parahiyang. 1981.

15. Danggur Konradus. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Membangun SDM Pekerja yang Sehat, Produktif dan Kompetitif. Jakarta : PT Percetakan Penebar Swadaya. 2006.

16. Depertamen Kesehatan RI. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta, Indonesia. 2009. https://perpustakaan.depkes.go.id

17. Internasional Labour Office. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT. Gramedia. 1989.

18. Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009.

19. Suma’mur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Saksama. 1980.

20. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.

21. Wikipedia. Pengetahuan. Diakses dari

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Terjadi perbedaan kadar GDP 2 PP pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngawi, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur setelah diberikan intervensi berupa

Berdasarkan pendahuluan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu bagaimana kinerja keuangan antara bank syariah dan bank

Abstrak - Nagan Raya salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh yang mempunyai ekosistem gambut, dalam rangka pemeliharaan ekosistem gambut sebagaimana diatur

salah satu fungsi pembiayaan adalah untuk memberi kemudahan kepada penggunanya dalam membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan yang di inginkan tentunya dengan

dan masih digunakan sampai saat ini di Indonesiabagian timur.Tomlison (1986) menggunakan kata mangrove untuk menyatakan tumbuhan maupun komunitasnya, dan ada juga yang

11. 1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI; 2) keterkaitan antara

Hal tersebut dikarenakan bahwa seorang akuntan pendidik tidak hanya mendapat gaji dari satu lembaga saja namun juga memungkinkan untuk mendapat gaji diluar lembaga

2 Saya yakin dapat bekerja dengan sukses dalam karir di bidang akuntansi yang saya inginkan. 3 Saya memiliki keyakinan kuat