• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-FALAH CANGA'AN KANOR BOJONEGORO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-FALAH CANGA'AN KANOR BOJONEGORO."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN

KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH

IBTIDAIYAH AL-FALAH CANGA’AN KANOR BOJONEGORO

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

Arrizqi Nikhlatul Farikha D31213061

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Arrizqi Nikhlatul Farikha, 2017. Partisipasi masyarakat dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan Agama Islam. Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam,

Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Partisipasi Masyarakat merupakan peran serta atau keikutsertaan dan keterlibatan seseorang secara perseorangan atau berkelompok dalam suatu kegiatan. Masyarakat memiliki hak dan kewajiban dalam penyelenggaran pendidikan. Adapun kewajibannya adalah memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Proses pendidikan dipengaruhi oleh adanya lingkungan masyarakat yang kondusif. Artinya lingkungan masyarakat juga memiliki peranan dalam pendidikan.

Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1). Bagaimana Partisipasi Masyarakat di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro? 2). Bagimana Kualitas Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro? 3). Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro?

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sumber data yang di ambil adalah meliputi literatur, sumber data lapangan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan datanya dengan observasi, interview, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini disampaikan pertama, bentuk partisipasi masyarakat di madrasah Ibtidaiyah al-Falah yang meliputi: (1) Sumbangan spontan berupa uang dan barang, (2) Sumbangan dalam bentuk tenaga kerja, (3) Kesediaan masyarakat sekitar menjadi tenaga ahli pengajar, (4) Kesediaan masyarakat atau wali murid untuk bergabung dalam pengurus Yayasan Pendidikan al-Falah (YPA), (5) Kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di Madrasah Ibtidaiyah al-Falah. Kedua, Kualitas Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro itu sendiri meliputi: (1) Kualitas Peserta Didik, (2) Kualitas Sarana Prasarana, (3) Partisipasi Masyarakat, (4) Kualitas Pendidik. Ketiga, Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro adalah: Banyak bentuk partisipasi dari masyarakat yang sudah diterima oleh Madrasah Ibtidaiyah al-Falah diantaranya sumbangan dalam bentuk donasi untuk kemajuan madrasah yang nantinya dapat diubah ke dalam bentuk sarana prasarana yang dapat membantu berjalanya proses pembelajaran hususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam, bahan bangunan, pemikiran, saran dan kritik-kritik yang bersifat membangun, serta partisipasi bentuk tenaga dari masyarakat setempat.

(7)

adalah pelebaran gedung sekolah yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah al-Falah sehingga dapat membantu terciptanya proses belajar mengajar yang lebih efektif.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kepala sekolah, tenaga pengajar Madrasah Ibtidaiyah al-Falah

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL & GAMBAR ...xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional... 8

(9)

1. Jenis Penelitian ... 12

2. Jenis, Sumber data, dan Metode Pengumpulan Data ... 12

G. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II : KAJIAN TEORI ...17

A. Pengertian Partisipasi Masyarakat ...17

1. Pengertian Partisipasi ...17

2. Pengertian Masyarakat ...17

3. Pengertian Partisipasi Masyarakat ...20

B. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam ...21

1. Pengertian Kualitas ...21

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...22

3. Tujuan Pendidikan Islam ...26

4. Landasan Pendidikan Islam ...27

5. Kualitas Pendidikan Agama Islam ...30

6. Standarisasi Kualitas Penidikan Agama Islam ...31

C. Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama Islam ...35

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...38

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...38

B. Teknik Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian ...39

1. Populasi ...39

(10)

C. Tahap-tahap Penelitian ...41

D. Jenis dan Sumber Data ...42

1. Jenis Data ...42

2. Sumber Data ...43

E. Teknik Pengumpulan Data ...44

F. Teknik Analisis Data ...46

G. Proses Analisis Data ...48

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ...49

A. Gambaran Umum Desa Canga’an ...49

B. Latar Belakang MI Al-Falah Canga’an ...55

1. Sejarah Berdirinya MI al-Falah Canga’an ...55

2. Letak Geografis MI al-Falah Canga’an...58

3. Visi Misi MI al-Falah Canga’an ...58

4. Gambaran Umum MI al-Falah Canga’an ...59

a. Susunan Pengurus MI al-Falah Canga’an ...59

b. Kegiatan Belajar dan Indikator Hasil Belajar ...64

C. Analisis Data ...64

1. Partisipasi Masyarakat di Madrasah Ibtidaiyah al-Falah ...55

2. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah al-Falah...69

(11)

BAB V : PENUTUP ...83

A. KESIMPULAN ...83

B. SARAN ...86

DAFTAR PUSTAKA ...88

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partisipasi Masyarakat merupakan peran serta atau keikutsertaan

dan keterlibatan seseorang secara perseorangan atau berkelompok dalam

suatu kegiatan. Conyer (1984) menjelaskan bahwa pendekatan dalam

partisipasi masyarakat adalah adanya keterlibatan langsung masyarakat

dalam proses pembangunan.1

Masyarakat memiliki hak dan kewajiban dalam penyelenggaran

pendidikan. Adapun kewajibannya adalah memberikan dukungan sumber

daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Patisipasi masyarakat dalam

pendidikan bisa meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga,

organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan.

Orang tua memiliki banyak pilihan dalam menentukan pendidikan

bagi anaknya. Yaitu memilih pendidikan anaknya di sekolah dasar (SD),

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Pondok Pesantren atau Pendidikan Luar

Sekolah (PLS). Hal ini di pengaruhi oleh minat dan motivasi masyarakat

untuk menyekolahkan anaknya. Dengan harapan agar anaknya berhasil

dan memiliki kepribadian yang baik.

Orang tua dan masyarakat dalam hubungannya dengan

penyelenggaraan pendidikan mempunyai peran yang penting yaitu sebagai

1

(13)

2

mitra sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Begitu

juga penyelenggaraan pendidikan keagamaan.

Pendidikan adalah suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun

pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk

mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia

melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama.2

Pendidikan Islam sendiri dalam pengertiannya bertujuan untuk

membentuk manusia yang berkepribadian muslim. Pendidikan harus

ditunjukkan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian

manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran,

perasaan, dan fisik manusia.3

Pendidikan mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas

modal insani. Kesadaran akan pendidikan seagai proses mencerdaskan

bangsa telah mendoron masyarakat untuk melakukan perbaikan mutu.4

Pendidikan merupakan bagian integral dari masyarakat dan

merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan

pemerintah. Pendidikan dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari baik

di lingkungan keluarga ataupun dilingkungan masyarakat, lembaga

formal atau non formal. Peralihan bentuk pendidikan informal ke

formal memerlukan kerjasama antara orang tua dan sekolah.

Perkembangan dari pendidikan tidak akan lepas dari peran atau

2

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), h. 99

3

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 62 4

(14)

3

partisipasi masyarakat terutama orang tua siswa melalui cara-cara

yang demokratis, karena makin tinggi partisipasi maka makin besar

rasa memiliki, sehingga makin besar pula rasa tanggung jawab

terhadap lembaga pendidikan tersebut.

Potensi-potensi yang dimiliki peserta didik adalah potensi dasar

atau fitrah manusia yang harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata didunia ini melalui proses pendidikan, untuk selanjutnya

dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah kelak di Akhirat.5 Artinya

manusia memiliki berbagai potensi yang harus dibimbing dan dilatih agar

dapat tumbuh, berkembang dengan baik dan sempurna. Salah satu usaha

untuk mengembangkan potensi manusia yaitu melalui pendidikan.

Perkembangan potensi-potensi manusia dimulai dari keluarga.

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah

SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan

memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak

menerima.6

ْنم ام

ْ لْ م

اَا

ْ ا نارِص ي ْ ا نا ِ ي ا بأف رْطفلْا لع لْ ي

لا ا ر) ناسِجمي

را

(

7

5

Usman Abu Bakar, Surohim, Fungsi Ganda Lembaga Penidikan Islam (Respon KreatifTerhadap Undang-Undang Sisdiknas), (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2005), h. 25.

6

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), h. 104

7Imam Abi ‘Abdillah Muhammad, Shahih al-Bukhari

(15)

4

”Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kepada orangtuanyalah yang menjadikan mereka yahudi, nasrani dan majusi.” (HR. Al-baihaqi)

Seorang anak yang dilahirkan oleh orang tuanya (Ibu) dalam

keadaan fitrah atau suci. Bagaikan lembaran kain putih yang bersih dan

belum terkena debu maupun kotoran apapun. Tergantung si pemiliknya

akan di buat atau di model apa kain tersebut. Begitu juga anak, akan

dijadikan Yahudi, Nasrani maupun Majusi, merupakan tangung jawab

orang tua mereka sendiri.

Ketika anak semakin bertambah usianya dan membutuhkan

perkembangan potensi yang lebih, tidak semua orang tua mampu

memberikan pendidikan terhadap anaknya. Oleh karena itu orang tua

(keluarga) memilih sekolah/madrasah sebagai penanggung jawab

pendidikan terhadap anaknya.

Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan yang lahir

dari, oleh dan untuk masyarakat. Keberadaannya sudah berjalan cukup

lama sekalipun berstatus sebagai swasta yang didirikan oleh pihak yayasan

dan sebagian lainnya dipegang oleh organisasi sosial keagamaan. Namun

ada juga Madrasah Ibtidaiyah yang notabene Negeri yang di kelola oleh

pemerintah akan tetapi masih relatif sedikit untuk memenuhi harapan

masyarakat.

Pengelolaan Madrasah sebagai pendidikan formal masih tertinggal

bila dibandingkan dengan pengelolaan pendidikan umum setingkat yang

(16)

5

kelemahannya yaitu terlalu banyaknya mata pelajaran yang diajarkan,

kualitas guru yang rendah, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang,

serta para siswa kebanyakan dari keluarga kurang mampu.8

Proses pendidikan di Madrasah dipengaruhi juga oleh adanya

lingkungan masyarakat yang kondusif. Artinya lingkungan masyarakat

juga memiliki peranan dalam pendidikan. Apabila lingkungan masyarakat

mendukung akan keberadaan Madrasah maka proses pendidikan akan

berjalan dengan efektif dan kualitas pendidikan, baik umum maupun

agama Islam akan lebih bagus. Sehingga pendidikan, khususnya

pendidikan agama Islam bisa menjadi alternatif pendidikan modern.

Madrasah dalam hal ini Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah merupakan

Madrasah Ibtidaiyah yang berada di Desa Canga’an Kecamatan Kanor

Kabupaten Bojonegoro. Dalam beberapa periode MI Al-Falah mengalami

peningkatan jumlah siswa yang cukup banyak. Selain kepercayaan dari

masyarakat, banyak orang tua yang memindahkan anaknya dari SD ke MI

Al-Falah tersebut. Hal ini disebabkan karena kualitas pendidikan agama

Islam yang kurang di Sekolah Dasar serta adanya kegiatan tambahan

keagamaan pada MI Al-Falah yang tidak ada di sekolah-sekolah lain

seperti halnya hafalan surat-surat di juz 30, hafalan asmaul khusna, rutinan

istighosah dan tahlil sebelum masuk sekolah, shalat dhuha di jam istirahat

8

(17)

6

secara berjamaah, serta shalat dhuhur berjamaah sepulang kegiatan belajar

mengajar di madrasah.9

Semakin banyak siswa, maka akan semakin banyak pula tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana lain yang di butuhkan dalam proses

pembelajaran. Untuk itu MI Al-Falah membutuhkan banyak Sumber Daya

Manusia atau tenaga kependidikan yang professional dan kepedulian

masyarakat yang sadar akan pendidikan agar dapat meningkatkan mutu

pendidikan di Madrasah tersebut dengan berpartisipasi.

Berdasarkan gambaran di atas, penulis tertarik untuk mengetahui

lebih dalam bagaimana pentingnya Partisipasi masyarakat terhadap

peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah

Al-Falah dalam sebuah skripsi yang berjudul: PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH

AL-FALAH CANGA’AN KANOR BOJONEGORO.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapatlah dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana Partisipasi Masyarakat di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah

Canga’an Kanor Bojonegoro?

2. Bagimana Kualitas Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah

Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro?

9

(18)

7

3. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas

Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an

Kanor Bojonegoro?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Partisipasi Masyarakat di Madrasah Ibtidaiyah

Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro.

2. Untuk Mengetahui Kualitas PendidikanAgama Islam di Madrasah

Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor Bojonegoro.

3. Untuk Mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan

Kualitas PendidikanAgama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah

Canga’an Kanor Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Diharapakn memberikan kontribusi ilmiah mengenai Partisipasi

Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas PendidikanAgama

Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor

Bojonegoro.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan

(19)

8

2. Secara praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai bahan informasi dan suatu pengalaman bagi penulis

sebagai calon pendidik guna menambah dan memperluas

pemahaman tentang bagaimana menjadi guru yang bisa

meningkatkan pemahaman tentang pendidikanAgama islam kepada

peserta didik.

b. Bagi Lembaga

Sebagai sumbangan pikiran, masukan, dan koreksi diri agar

sekolah tersebut lebih maju serta dapat mengembangkan sistem

pendidikan yang lebih bermutu salah satunya dengan lebih

meningkatkan peran masyarakat di dalamnya.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami judul

penelitian ini, maka diperlukan defiisi dari istilah-istilah dalam judul

“Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan

Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Canga’an Kanor

Bojonegoro” antara lain sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat

Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut

(20)

9

“sejumlah orang yang turut berperan dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan dan peran serta”.10

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi

menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan

yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.11

Sedangkan partisipasi masyarakat merupakan peran serta atau

keikutsertaan dan keterlibatan seseorang secara perseorangan atau

berkelompok dalam suatu kegiatan.12

2. Kualitas Pendidikan Agama Islam

a. Kualitas

Kualitas/mutu adalah sebuah derajat variasi yang terduga standar yang

digunakan dan memiliki kebergantungan pada biaya yang rendah.13

b. Pendidikan Agama Islam

Secara istilah, beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan

Islam sebagai berikut:

1) Abdurrahman Saleh Abdullah

Pendidikan adalah proses yang dibangun oleh masyarakat

untuk membawa generasi-generasi baru ke arah kemajuan dengan

10

Mansyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 1986), h.189.

11

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta,1990), h.143-147.

12

Mansyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 1986), h. 185

13

(21)

10

jalan-jalan terentu sesuai dengan kemampuan mereka yang

berguna untuk mencapai tingkat kemajuan yang paling tinggi.14

2) Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak

si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang sempurna

menurut ukuran-ukuran Islam.15

Dari beberapa pengertian pendidikan Islam tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha

untuk membimbing pertumbuhan kepribadian peserta didik secara

sistematis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam,

sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan kata

lain yang harus didahulukan dalam pembelajaran PAI adalah

penanaman nilai keimanan yang teguh. Sebab dengan adanya

keimanan yang teguh akan menghasilkan ketaatan dalam

menjalankan kewajiban agama. Sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Surat Al-Dzaariyaat ayat 56:



























“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

14

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, terj. H. M. Arifin dan Zainudin, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet. ke 3, h. 15

15

(22)

11

Disamping beribadah, setiap manusia memiliki cita-cita

untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Q.S.

Al-Baqarah ayat 201:





























































“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".

Kebaikan di dunia diartikan sebagai nikmat dan kebaikan di

akhirat diartikan sebagai surga. Sedangkan peliharalah kami dari

siksa api neraka yakni tidak memasukinya. Ini merupakan lukisan

tentang keadaan orang-orang musrik dan keadaan orang-orang

yang beriman yang tujuannya ialah supaya kita mencari makna

kehidupan dunia dan akhirat.

Namun pendidikan agama Islam disekolah/lembaga

pendidikan bukanlah pengajaran pengetahuan agama dan praktik

ibadah semata, akan tetapi yang terpenting adalah membentuk budi

pekerti yang luhur, sehingga pendidikan agama menekankan pada

moral dan pendekatan spiritual.16

16

(23)

12

3. Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah

Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah merupakan Madrasah

Ibtidaiyah yang berada di Desa Canga’an Kecamatan Kanor

Kabupaten Bojonegoro. Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah berdiri di

bawah naungan Yayasan Pendidikan Al-Falah (YPA).

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah

ataupun rekayasa manusia.17

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

yaitu sebuah penelitian yang berusaha mengungkap keadaan yang

bersifat alamiah (apa adanya) secara holistik tanpa perlakuan

manipulatif.18

2. Jenis, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

a. Jenis data

Dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang

disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk

17

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 72

18

(24)

13

angka.19Jenis data ini merupakan hasil pengamatan dan wawancara

yang peneliti lakukan di lapangan.

b. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Secara

umum sumber data penelitian kualitatif adalah tindakan dan

perkataan manusia suatu latar yang bersifat alamiah.

Sumber data yang peneliti jadikan acuan dalam penelitian ini

adalah:

1) Library research

Yaitu sumber data yang berupa buku-buku atau sejumlah

literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan.

2) Field research

Yaitu data yang diperoleh dari lapangan penelitian berupa

sumber data baik yang berasal dari dokumen maupun yang

berasal dari obyek manusia.

c. Metode Pengumpulan Data

Dalam prosedur pengumpulan data peneliti menggunakan tiga cara,

yaitu : observasi, interview dan dokumentasi.

1) Metode observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Sedang

menurut Winarno Surakhmat, dalam metode observasi ini

19

(25)

14

teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan

pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala

subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam

situasi buatan yang khusus diadakan.20 Di dalam pengertian

psikologi, Observasi atau yang disebut dengan pengamatan,

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek

yang menggunakan seluruh alat indra. Sedangkan dalam artian

penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,

rekaman gambar, rekaman suara. Metode ini digunakan untuk

mencari dan mendapatkan data yang berkaitan dengan

partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas pendidikan

Agama Islam.

2) Metode Interview

Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara.21Di dalam pelaksanaan metode interview,

informasi yang diperoleh pewawancara adalah dari kepala

sekolah, Humas, guru Pendidikan Agama Islam, dan

Kesiswaan.

3) Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata Dokumen, yang artinya barang –

barang tertulis. Di dalam pelaksanaan metode dokumentasi,

20

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah ( Bandung : Tarsito. 1990), h.162. 21

(26)

15

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pemahaman, sistematika pembahasan

dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pokok bahasan dalam

penelitian ini sehingga dapat memudahkan dalam memahami

masalah-masalah yang akan dibahas. Berikut ini sistematikanya:

BAB Pertama Pendahuluan, pada bab ini terdapat: Latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penelitian terdahulu, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB KeduaKajian Pustaka, yang menguraikan tentang tinjauan

partisipasi masyarakat, berisikan tentang pengertian partisipasi

masyarakat, selanjutnya tinjauan tentang kualitas pendidikan Agama Islam

yaitu tentang pengertian kualitas, pendidikan Agama Islam. Dilanjutkan

tinjauan terakhir adalah tentang partisipasi masyarakat dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan Agama Islam.

BAB Ketiga Metode Penelitian, yang meliputi jenis dan

pendekatan penelitian, teknik penentuan subyek dan obyek penelitian,

tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

proses analisis data.

BAB Keempat Penyajian data dan hasil penelitian. Di dalamnya

(27)

16

BAB Kelima Penutup, pada bab ini di dalamnya berisi tentang

(28)

1

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Partisipasi

Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:679), partisipasi adalah

“sejumlah orang yang turut berperan dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan dan peran serta”. Maksud partisipasi di sini adalah

keikutsertaan, peran serta, atau keterlibatan seseorang baik secara

perorangan maupun sebagai kelompok dalam suatu kegiatan tertentu.1

2. Pengertian Masyarakat

Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia

menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk

membeda-bedakan berbagai macam kesatuan manusia tadi. Kecuali

istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat, ada istilah-istilah khusus

untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan

unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial,

komunitas, kelompok, dan perkumpulan. Keenam istilah tersebut itu

beserta konsepnya, syarat-syarat pengikatnya, serta ciri-ciri lainnya.

Masyarakat seperti tersebut di atas, istilah yang paing lazim

dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam

tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari, adalah masyarakat.

1

Mansyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 1986), h.189.

(29)

2

Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal

dari akar kata Arab syarakayang berarti “ikut serta, berpartisipasi”.

Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling

bergaul, atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi. Suatu kesatuan

dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling

berinteraksi. Suatu negara modern misalnya, merupakan kesatuan

manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para

warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi

yang tinggi.

Tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi

itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai

suatu ikatan lain yang khusus. Ikatan tersebut yaitu pola tingkah laku

yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan

itu dan pola tersebut bersifat kontinyu dalam arti sudah menjadi adat

istiadat yang khas. Suatu masyarakat manusia harus juga mempunyai

ciri lain yaitu suatu rasa identitas diantara para warga atau

anggotanya, bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan

khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.

Dari uraian di atas maka definisi mengenai masyarakat dapat

dirumuskan sebagai berikut: Masyarakat adalah kesatuan hidup

(30)

3

yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas

bersama.2

Adapun pengertian lain dari masyarakat adalah golongan besar

atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena

sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi

satu sama lain.3

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah, yang

hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu.

Dalam zaman biasa masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan

aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagai kemerdekaan dari

anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela.

Pengorbanan di sini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak

sewenang-wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan

bersama. Dengan paksa berarti tunduk kepada hukum-hukum yang

telah ditetapkan (negara, perkumpulan, dan sebagainya), dengan

sukarela berarti meurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan

persyaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat

dan sebagainya).4

2

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta,1990), h.143-147. 3

Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.47.

4

(31)

4

Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 (empat) unsur yang

terdapat dalam masyarakat, yaitu:

a. Adanya manusia yang hidup bersama, (dua atau lebih).

b. Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang

menimbulkan sistem komunikasi dan tata cara pergaulan

lainnya.

c. Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan.

d. Merupakan sistem kehidupan bersama yang menimbulkan

kebudayaan.5

3. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat merupakan peran serta atau

keikutsertaan dan keterlibatan seseorang secara perseorangan atau

berkelompok dalam suatu kegiatan. Conyer (1984) menjelaskan

bahwa pendekatan dalam partisipasi masyarakat adalah adanya

keterlibatan langsung masyarakat dalam proses pembangunan.

Kerja sama dengan orang tua murid umumnya didefinisikan

sebagai usaha para orang tua murid untuk mendukung kegiatan

belajar-mengajar di sekolah dengan cara membantu belajar anak di

rumah, mengawasi kegiatan anak di luar sekolah, berkomunikasi

dengan anak tentang apa yang dipelajari di sekolah, menghadiri

kegiatan-kegiatan sekolah yang sesuai, serta berkomunikasi dengan

guru/staf sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang

5

(32)

5

dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah bentuk-bentuk

partisipasi, keterlibatan, atau dukungannya sebagai anggota

masyarakat bersama-sama pihak sekolah baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah.6

Sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki sistem yang

kompleks dan dinamis sehingga memerlukan manajemen yang

profsional. Di dalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan para staf

nonguru yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam

melancarkan program pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan.

B. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Kualitas

Istilah kualitas/mutu mengandung dua hal. Pertama sifat dan

kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan benda

sedangkan taraf menunjukkan kedudukannya dalam suatu skala. Tiap

manusia memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat dan taraf

tersebut. Demikian juga terhadap sifat dan taraf mutu pendidikan.

Terdapat deskripsi tentang sifat dan taraf yang berbeda.7

Filosofi Dr. Deming cenderung menempatkan mutu/kualitas

dalam artian yang manusiawi. Ketika pekerja sebuah perusahaan

6

Mansyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 1986), h. 185

7

(33)

6

berkomitmen pada pekerjaan untuk dilaksanakan dengan baik dan

memiliki proses manajerial yang kuat untuk bertindak, maka

mutu/kualitas pun akan mengalir dengan sendirinya. Definisi

mutu/kualitas yang praktis adalah: sebuah derajat variasi yang terduga

standar yang digunakan dan memiliki kebergantungan pada biaya

yang rendah.8

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam

kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap.

Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui

proses setingkat demi setingkat.

Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang

berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang

ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan

pribadi manusia dari aspek-aspek rohanian dan jasmaniah juga harus

berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang

bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru

dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses ke arah tujuan

akhir perkembangan/pertumbuhannya.9

Pendidikan pada hakiktnya adalah proses pematangan kualitas

hidup. Melalui proses tersebut diharapkan manusia dapat memahami

8

Jeromes S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 7.

9

(34)

7

apa arti dan hakikat hidup, serta untuk apa dan bagaimana

menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena itulah

fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul

dengan menitikberatkan pada proses pematangan kualitas logika, hati,

akhlak, dan keimanan. Puncak pendidikan adalah tercapainya titik

kesempurnaan kualitas hidup.10

Islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama, yuslimu,

islaman, yang berarti submission (ketundukan), resignation

(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), to the will of God

(tunduk kepada kehendak Allah). Kata aslama ini berasal dari kata

salima, berarti peace, yaitu: damai, aman, dan sentosa. Pengertian Islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu

untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan,

sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta

sejalan pula dengan misi ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian

di muka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk

kepada Tuhan. Islam dengan misi yang demikian itu adalah Islam

yang dibawa oleh seluruh para Nabi, dari sejak Adam as. hingga

Muhammad SAW. hal ini dinyatakan dalam al-Qur’an:

َناَك اَمَو اًمِلْسُم اًفيِنَح َناَك ْنِكَلَو اّيِناَرْصَن اَو اّيِدوُهَ ي ُميِاَرْ بِإ َناَك اَم

َيِكِرْشُمْلا َنِم

10

(35)

8

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang luruslagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik.”(QS. Ali Imran (3):67)

َقاَحْسِإَو َليِعاَِْْإَو َميِاَرْ بِإ ََِإ َلِزْنُأ اَمَو اَنْ يَلِإ َلِزْنُأ اَمَو ِهّللاِب اّنَمآ اوُلوُق

َبوُقْعَ يَو

ا ْمِهَّر ْنِم َنوّيِبّنلا َ ِِوُأ اَمَو ىَسيِعَو ىَسوُم َ ِِوُأ اَمَو ِطاَبْسأاَو

َنوُمِلْسُم ُهَل ُنَََْو ْمُهْ نِم ٍدَحَأ َْيَ ب ُقهرَفُ ن

“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(QS. al-Baqarah (2): 136)

Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, terlihat bahwa Islam

merupakan misi yang dibawa oleh seluruh para nabi, yaitu misi suci,

agar manusia patuh dan tunduk serta berserah diri kepada Allah

SWT.11

Menurut Yusuf al-Qardhawi pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan

jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan

Islam menyiapkan mnusia untuk hidup baik dalam keadaan damai

maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat

dengan segala kebaikan dan kejhatannya, manis dan pahitnya.

Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan

Islam sebagai “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi

peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yan

11

(36)

9

diselaraskan dngan fungsi manusia untu beramal di dunia dan

memetik hasilnya di akhirat. Di sini pendidikan Islam merupakan

proses pembentuan individu berdasarkan ajaran slam yang diwahyuan

Allah SWT kepada Muhammad SAW. melalui proses mana individu

dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu

menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, yang

selanjutnya mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Tegasnya,

senada dengan apa yang dikemukakan Ahmad D. Marimba,

“pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam”.

Semua pengertian di atas lebih global. Secara lebih teknis

Endang Saifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam

sebagai “proses bimbingan (pempinan, tuntunan, usulan) oleh subjek

didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, dan

intuisi), dan raga objek didik dengan bahan materi tertentu, pada

jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat

perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai

evaluasi sesuai ajaran Islam”.12

12

(37)

10

3. Tujuan Pendidikan Islam

Secara umum pendidikan Islam bertujuan untuk

“meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama

Islam, yaitu:

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama

Islam.

b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta

keilmuan peserta didik erhadap ajaran agama Islam.

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang

dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam.

d. Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran

Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati tau

diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan

motivasi dalam dirinya untuk menggerakka, mengamalkan

dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam

kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan

(38)

11

merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.13

Hasil rumusan Kongres se-Dunia ke II tentang pendidikan

Islam melalui seminar tentang Konsepsi dan Kurikulum Pendidikan

Islam tahun 1980 dinytakan bahwa: pendidikan Islam ditunjukkan

untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia

secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran,

kecerdasan, perasaan dan pancaindera. Oleh karena itu pendidikan

Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik

spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya,

bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, serta

mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan dan ke arah pencapaian

kesempurnaan hidup.14

4. Landasan Pendidikan Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk

mencapai sesuatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak

yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu

usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana

semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu

dihubungkan.

13

Muhaimin, Paradigma Penidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.78.

14

(39)

12

Landasan itu terdiri dari al-Qur’an, dan Sunnah Nabi

Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al

maslahah al mursalah, istihsan, qiyas, dan sebagainya.

a. Al-Qur’an

Al-Quran ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh

jibril kepada Nabi Muhammad SAW. di dalamnya terkandung

ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh

aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam

al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan

dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang

berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, pebuatan ataupun pengakuan

Rasulullah SWT. Yang dimaksud dengan pngakuan itu ialah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan

beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an.

Seperti al-Quran, sunnah juga berisi aqidah dan syai’ah. Sunnah

berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia

dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah

menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik,

(40)

13

Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk

mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke

daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah

pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan

masyarakat Islam.

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimilki oleh ilmuan syari’at Islam

untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum Syari’at Islam

dalam hhal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh

al-Qur’an dan Sunnah.

Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat

pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Bila ada yang agak

terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam

menerapkan yang prinsip itu. Sejak diturunkan sampai dengan Nabi

Muhammad SAW wafat, ajaran Islam telah tumbuh, dan

berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi

dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya

ajaran Islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia

menjadi kehidupan muslim.15

15

(41)

14

5. Kualitas Pendidikan Agama Islam

Secara normatif, pendidikan nasional menjadi tanggung jawab

bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Oleh

karena itu penjaminan mutu pendidikan pun menjadi tanggung jawab

bersama ketiga unsur tersebut.

Mutu pendidikan menurut Permendiknas nomor 63 tahun 2009

adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari

penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Bukan hanya mutu

pendidikan yang perlu dibahas oleh para pengambil kebijakan

pendidikan, tapi perlu ditetapkan penjaminan mutu pendidikan.

Penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan sistemik dan

terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan

atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan

masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa

melalui pendidikan.16

Untuk mendukung tercapainya pola penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu, pimpinan lembaga pendidikan mesti

melakukan langkah-langkah yang lebih efektif, efisien, dan produktif.

Para penyelenggara pendidikan setidaknya mampu memberdayakan

lembaganya sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Para

penyelenggara pendidikan setidaknya mampu memberi pupuk secara

16

(42)

15

tepat kepada lembaga yang dianggap sehat dan mengobati lembaganya

yang dianggap berpenyakit.17

Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu

melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang

dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari

ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,

ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan.

Pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik

(good planning system) dengan materi dan sistem tata kelola yang baik (good governance system) dan disampaikan oleh guru yang baik

(good teachers) dengan komponen pendidikan yang bermutu,

khususnya guru.18

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pendidikan

dapat diketahui dari sebuah lembaga pendidikan yang mampu

melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang

dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari

ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,

ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan.

6. Standarisasi Kualitas Pendidikan Agama Islam

Permasalahan mutu/kualitas di dalam lembaga Pendidikan

Islam merupakan permasalahan yang paling serius dan paling

kompleks. Rata-rata, lembaga pendidikan Islam belum ada yang

17

Ibid,. h. 123. 18

(43)

16

berhasil merealisasikan mutu/kualitas pendidikannya. Padahal

mutu/kualitas pendidikan itu menjadi cita-cita bersama seluruh

pemikir dan praktisi pendidikan Islam, bahkan telah diupayakan

melalui berbagai cara, metode, pendekatan, strategi, dan kebijakan.

Ada faktor internal sekolah yang memberikan kontribusi

signifikan terhadap mutu/kualitas, yaitu:

a. Kesejahteraan guru

b. Kemampuan guru

c. Sarana kelas

d. Buku-buku pelajaran.19

Sedangkan faktor lain yang lebih rinci adalah sebagai berikut:

1) Siswa

Terutama yang menyangkut kesiapan dan motivasi

belajarnya.

2) Guru

Terutama menyangkut kemampuan profesional, moral

kerja (kemampuan personal), dan kerja samanya

(kemampuan sosial).

3) Kurikulum

Terutama menyangkut relevansi isi dan operasionalisasi

proses pembelajarannya.

4) Dana, sarana, dan prasarana

19

(44)

17

Terutama menyangkut kecukupan dan efektivitas dalam

mendukung proses pembelajaran.

5) Masyarakat

Terutama menyangkut partisipasi mereka dalam

pengembangan program-program pendidikan di sekolah.20

Menurut Priyanto, menyatakan bahwa pendidikan agama Islam

yang berkualitas didasarkan pada empat ukuran/indikator, yaitu:21

a) Mutu produk/lulusan

Perencanaan pendidikan yang baik tidak hanya

dimaksudkan untuk mencetak dan mempersiapkan masa

depan peserta didik agar mereka dapat hidup dengan baik di

zamannya, tapi juga mempersiapkan dan membekali mereka

ketika manusia menghadapi Allah Swt. dengan demikian,

pendidikan yang baik tidak hanya menjadikan peserta didik

menjadi manusia yang terhormat di dunia, tapi juga dapat

memperoleh keselamatan dan bahagia di akhirat.22

b) Mutu proses pembelajaran

Untuk menangani pendidikan unggul harus didukung

dengan guru yang unggul baik dari segi penguasaan materi

20

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,t.t) h. 205. 21

http://justarsyad.blogspot.co.id/2012/11/makalah-isd.html Diunduh tanggal 10 Desember 2016, Pukul 12:15

22

(45)

18

pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam

melaksanakan tugas.23

c) Mutu layanan pendidikan

Pelayanan dalam pendidikan Islam mencakup berbagai hal,

seperti pelayanan pembelajaran, yang paling merasakan

manfaat pelayanan ini adalah para siswa/santri, peayanan

bimbingan dan konseling bagi siswa/santri maupun

guru/ustadz, pelayanan kepegawaian, pelayanan keuangan,

dan pelayanan keuangan, dan pelayanan kesejaheraan.24

d) Mutu lingkungan pendidikan,

Sekolah adalah tempat pendidikan kedua setelah keluarga.

Sekolah mempunyai peran yang cukup besar terhadap

pembinaan anak untuk menjadi manusia dewasa dan

bertanggung jawab baik terhadap dirinya, orangtuanya,

masyarakat, dan terlebih terhadap Tuhan.25 Untuk

berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan

yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial-psikologis

maka diperlukan lingkungan belajar yang kondusif.26

23

Agus Maimun, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif,

(Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 44. 24

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,t.t) h. 196. 25Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam

, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), h. 144.

26

(46)

19

Sehingga dapat menghasilkan:

a) Lulusan berkualitas dan kompeten

b) Penelitian berkualitas, publikasi pada tingkat tertentu

c) Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah dan lembaga

lain

C. Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas

Pendidikan Agama Islam

Masyarakat memandang sekolah (lembaga pendidikan) sebagai

cara yang meyakinkan dalam memperkembangkan para siswa, karena itu

masyarakat berpartisipasi dan setia kepadanya (Wslsh, 1973, h. 131).

Namun hal ini tidak otomatis terjadi terutama di negara-negara

berkembang termasuk di Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak

warga masyarakat yang belum paham akan makna lembaga pendidikan,

lebih-lebih bila kondisi sosial ekonomi mereka rendah, mereka hampir

tidak hirau akan lembaga pendidikan. Pusat perhatian mereka adalah pada

kebutuhan dasar kehidupan sehari-hari.

Untuk mengikutsertakan warga masyarakat ini dalam

pembangunan pendidikan di sekolah, sudah sepatutnya para manajer

pendidikan melalui tokoh-tokoh masyarakat aktif menggugah perhatian

mereka. Para manajer dapat mengundang para tokoh ini untuk membhas

bentuk-bentuk kerja sama dalam meningkatkan pendidikan. Dalam

(47)

20

menemukan alternati-alterntif peningkatan pendidikan. Keputusan diambil

secara musyawarah untuk memperoleh alternatif yang terbaik.

Komunikasi tentang pendidikan kepada masyarakat tidak cukup

hanya dengan informasi verbal saja. Informasi in perlu dilengkapi dengan

pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat, agar timbul citra

positif tentang pendidikan di kalangan mereka (National School Public Relations Association, 1976, h. 24). Masyarakat umum pada umumnya memang ingin bukti nyata sebelum mereka memberi dukungan terhadap

sesuatu. Beitu pula halnya dengan pendidikan, mereka juga ingin minta

bukti. Hal ini perlu diusahakan oleh para manajer pendidikan, misalnya

lewat pameran setahun sekali.27

Beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah:

1. Bentuk partisipasi antara lain:

a. Dewan Pendidikan

b. Komite Sekolah

c. Persatuan orang tua siswa

d. Perkumpulan olah raga

e. Perkumpulan kesenian

f. Organisasi-organisasi yang lain

2. Bidang partisipasi antara lain:

a. Kurikulum terutama yang lokal

b. Alat-alat belajar

27

(48)

21

c. Dana

d. Material untuk bangunan

e. Auditing keuangan

f. Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah

g. Dan sejenisnya.

3. Cara berpartisipasi antara lain:

a. Ikut dalam pertemuan

b. Datang ke sekolah

c. Lewat surat

d. Lewat telepon

e. Ikut malam kesenian

f. Ikut bazar

g. Dan sejenisnya.

Dalam usaha membina hubungan dan kerjasama antara lembaga

pendidikan dan masyarakat, sesungguhnya sudah ada beberapa badan yang

dapat membantu para manajer pendidikan. Badan-badan itu ialah Dewan

Penyantun, Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, dan Yayasan Pendidikan.

Dewan pnyantun bergerak di perguruan tinggi, Dewan Pendidikan dan

Komite Sekolah di sekolah dan Yayasan Pendidikan bisa di perguruan

tinggi, bisa juga di sekolah yang berstatus swasta.28

28

(49)

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun

rekayasa manusia.1 Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan

suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya

merupakan penyingkapan fakta.2

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif yaitu sebuah penelitian yang berusaha mengungkap keadaan

yang bersifat alamiah (apa adanya) secara holistik tanpa perlakuan

manipulatif.3

Metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen) di man

peneliti adalah sebagai instrumn kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 72.

2

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 10.

3

(50)

2

dari pada generalisasi.4

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

antropologi budaya, disebut sebagai metode kulitatif karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.5

B. Teknik Penentuan Subyek atau Obyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka

sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah

orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti

jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik

orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya,

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 9.

5

(51)

3

kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain, dan juga

mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijkan,

prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain.

Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik.

Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu

orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya,

disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain.

Misalnya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden

Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik

yang dimiliki presiden Y.6

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili).7

Besar sampel tergantung pada beberapa hal, yaitu:

a) Tipe sampel yang digunakan (sampel sederhana, berstrata,

berjenjang, dan lain-lain)

6

Sugiyono, Metode Penelitian, Ibid.h. 80. 7

(52)

4

b) Spesifiksi hipotesisnya

c) Prosentase kemungkinan salah yang diterima

d) Biaya (dalam arti waktu dan uang)

Penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil,

dan pengambilannya cenderung memilih yang purposive dari pada acak.8

C. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dimaksud di sini adalah

berkenaan dengan proses penelitian, menurut Menurut Moleong tahap

penelitian ini terdiri atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan,

dan tahap analisis data. Adapun penjelasannya, sebagai berikut:

1. Tahap Pra-lapangan

Adalah tahap sebelum berada di lapangan, pada tahap sebelum

pra-lapangan ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain:

menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,

mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih

dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan

penelitian, dan mengetahui persoalan etika penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Adalah tahap yang sesungguhnya selama berada dilapangan, pada

tahap penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain memahami

8

(53)

5

latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan ikut

berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data

Adalah tahap sesudah kembali dari lapangan, pada tahap analisis

data ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain mencatat yang

menghasilkan catatan lapangan dengan cara diberi kode agar

sumber datanya tetap dapat ditelusuri, mengumpulkan,

memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistesiskan, membuat ikhtisar dan

membuat indeksnya, dan berpikir dengan jalan membuat agar

kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan

pola data dan hubungan-hubungan, serta membuat

temuan-temuan umum.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, tahap penelitian

di atas sudah berurutan atau berjenjang, yakni mulai dari tahap

pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data. Namun

hal itu bisa disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada selama

penelitian berlangsung.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang

disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka.

Data dalam bentuk kata verbal sering muncul dalam kata yang

(54)

6

dalam kalimat panjang lebar, yang lain singkat melainkan perlu

dilacak kembali maksudnya, dan banyak lagi ragamnya. Dalam

kata verbal yang beragam tersebut perlu diolah agar menjadi

ringkas dan sistematis. Olahan tersebut mulai dari menuliskan hasil

observasi, wawancara, atau rekaman, mengdit, mengklasifikasi,

mereduksi, dan menyajikan.9 Jenis data ini merupakan hasil

pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan di lapangan.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Secara

umum sumber data penelitian kualitatif adalah tindakan dan

perkataan manusia suatu latar yang bersifat alamiah.

Sumber data yang peneliti jadikan acuan dalam penelitian ini

adalah:

a) Library research

Yaitu sumber data yang berupa buku-buku atau sejumlah

literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan.

b) Field research

Yaitu data yang diperoleh dari lapangan penelitian berupa

sumber data baik yang berasal dari dokumen maupun yang

berasal dari obyek manusia.10

9

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), Cet VII, h. 29.

10

(55)

7

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam

penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis

dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Oleh karena itu,

pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai

dengan masalah penelitian.

Teknik pengumpulan data erat hubungannya dengan masalah

penelitian yang akan dipecahkan. Karena itu, pemilihan teknik dan alat

pengumpulan data yang sesuai perlu diperhatikan. Dalam penelitian,

penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat (sesuai) dapat

membantu mencapai hasil (pemecahan masalah) yang sahih (valid) dan andal (reliable). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengumpulan data dilakukan, yaitu:

1. Jenis data yang diperoleh

2. Sumber data

3. Cara pengumpulan data

4. Jumlah daa yang diperlukan.11

Dalam prosedur pengumpulan data peneliti menggunakan tiga cara,

yaitu : observasi, interview dan dokumentasi.

a) Metode observasi

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

11

(56)

8

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di

antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak

terlalu besar.12

Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis artinya

observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan

aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh

peneliti lain. Selain itu observasi harus memberi kemungkinan

untuk menafsirkannya secara ilmiah.13

1) Metode Interview

Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi

verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh

informasi.14

Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh

informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu:

pewawancara (interviewer), responden (interviewee), pedoman

wawancara, dan situasi wawancara.15

12

Sugiyono, Metode Penelitian,Ibid, h. 145. 13

Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107. 14

Ibid., h. 113. 15

(57)

9

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mngetahui hal-hal

Gambar

  Table 4.2 Data Penduduk Desa Canga’an B
Table 4.3
  Table 4.5
  Table 4.6 Data Penduduk Berdasarkan Agama
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi awal yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi ditemukan beberapa masalah yang sering muncul di rumah sakit tersebut yaitu kurangnya

Kondisi ini juga didukung dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa pegawai yang bekerja di bagian penerimaan berkas, loket dan petugas

Untuk mereduksi waste unnecessary motion tersebut, rekomendasi perbaikan yang mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan adalah memberikan tambahan fasilitas kerja

Dalam Microsoft Access, tampilan muka (form, report, query, dan kode Visual Basic) yang dimiliki dapat digunakan untuk menangani basis data yang sebenarnya diproses oleh

pernyataan yang tersedia. e) Nilai = 1, diberikan jika responden memberikan jawaban “Sangat tidak setuju”. dari pernyataan

Riset ini menyelidiki struktur kecepatan gelombang S di bawah OJP melalui perbandingan seismogram dalam domain waktu dan tiga komponen, dimana model bumi yang digunakan

minimal dengan bahasa Inggris dan Arab serta kemampuan untuk menguasai materi yang disampaikan oleh dosen pengampu masing- masing Program Studi, seperti mata

2014, ‘Potensi Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol Daun Bintaro (Cerbera odollam Gaertn.) Terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus’. Sarjana Farmasi