• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN ANALISIS WACANA HUMOR GARA-GARA DALAM PAGELARAN WAYANG KULIT DENGAN DALANG KI MEDOT SAMIYONO SUDARSONO (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN ANALISIS WACANA HUMOR GARA-GARA DALAM PAGELARAN WAYANG KULIT DENGAN DALANG KI MEDOT SAMIYONO SUDARSONO (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 A.Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antarindividu atau komunikasi antarkelompok. Keraf (2001:1) menyebutkan bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi fungsi bahasa yang paling mendasar adalah sebagai alat komunikasi.

Begitu pentingnya fungsi bahasa sehingga segala sisi kehidupan manusia tidak luput dari bahasa. Dengan bahasa manusia dapat membentuk pikiran dan menyalurkan perasaannya. Perwujudan pikiran dan perasaan manusia dalam bentuk bahasa ini dapat tertuang dalam wadah apapun selama pesan yang ingi disampaikan dapat diterima. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Chaer (2004:23) bahwa bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi mengenal tiga komponen, yaitu pihak yang berkomunikasi, informasi yang disampaikan dan alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

(2)

dapat dijumpai di media massa, baik media cetak maupun elektronik. Humor-humor itu diminati oleh sebagaian besar adalah Humor-humor yang bersifat modern, tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang masih mernyukai humor yang ada pada pertunjukan tradisional seperti ludruk dan wayang.

Pertunjukan wayang kulit, sebenarnya merupakan pertunjukan yang sangat kaya akan nilai-nilai. Nilai-nilai yang terkandung itu adalah nilai moral, budi pekerti, etika, religi dan nilai pendidikan. Selain menyampaikan nilai-nilai melalui pertunjukan wayang kulit manusia diajak merenungi hakikat hidupnya dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan.

Wayang kulit disetiap pertunjukannya juga menghadirkan suatu humor. Humor itu dikemas dalam bagian pertunjukan wayang kulit yang disebut “gara-gara”. Gara-gara merupakan babak atau bagian dari pertunjukan

wayang kulit yang dinantikan oleh para penggemar wayang kulit. Di dalam gara-gara ini penonton dihibur dengan sajian yang lucu dari dalang.

Seorang dalang yang menyajiakn humor dalam gara-gara seringkali menggunakan bahasa yang kurang enak didengar dan kasar. Bahasa seperti itulah membuat para penikmat gara-gara tertawa dan merasa terhibur. Bahasa yang kurang enak didengar dan kasar itu di dalam bahasa Jawa dikatakan sebagai yang saru, sesuatu yang saru itu artinya adalah sesuatu yang tabu untuk dilihat, didengar, atau dilakukan karena dianggap melanggar norma kesopanan dalam masyarakat

(3)

buahnya atau melakonkan tokoh-tokoh wayangnya menggunakan bahasa yang tidak mudah dimengerti atau disebut selenca. Dengan bahasa yang selenca itulah ketertawaan penonton dapat terdengar. Hal-hal yang saru dan selenca inilah humor di dalam gara-gara sering melanggar prinsip kesopanan dan prinsip kerja sama. Hal seperti ini dikatakan Wijana bahwa wacana humor sering kali diwarnai dengan penyimpangan prinsip kesopanan (2004 : 9).

Satu lagi yang menarik dari gara-gara adalah kritikan yang disampaiakan dalang kepada pemerintah, kritikan- kritikan itu berupa sindiran-sindiran halus atau kasar yang dilakukan oleh tokoh-tokoh wayang. Seorang dalang menyampaiakan kritikan itu dengan tujuan untuk menyampaiakan isi perasaan yang dirasakan oleh rakyat kecil, yaitu adanya ketidakadilan yang dirasakan rakyat oleh kebijakan-kebijakan pemerintah. Seorang dalang sengaja melakukan ini untuk mengundang tawa penonton dan penonton pun merasa senang dan memberikan dukungan atas kata-kata dalang tersebut, hal ini dapat dilihat dari sorak sorai penonton yang sangat ramai karena merasa uneg-uneg yang menjadi ganjalan hati dapat terungkap melalui humor yang diciptakan oleh dalang.

(4)

pragmatik dapat dipahami secara mendalam bukan hanya sekedar untuk hiburan, akan tetapi penonton dapat mengambil pelajaran dari yang dilihat dan didengar.

B.Perumusan Masalah

1. Bagaimana penciptaan humor dalam wacana humor gara-gara dengan dalang Ki Medot Samiyono Sudarsono melalui penyimpangan kaidah prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan?

2. Bagaimana penciptaan humor dalam wacana humor gara-gara dengan dalang Ki Medot Samiyono Sudarsono melalui tindak tutur yang dilakuakan oleh dalang dan tokoh-tokoh wayang?

C.Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan penciptaan humor dalam wacana humor gara-gara dengan dalang Ki Medot Samiyono Sudarsono melalui penyimpangan kaidah prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.

(5)

D.Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah keilmuan kajian linguistik yang berkaitan dengan pragmatik.

b. Penelitian ini dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan penulisan buku-buku yang membicarakan variasi bahasa maupun bahan acuan bagi peneliti lain untuk melakukan kajian-kajian terhadapa register wacana humor lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti dan pembaca dapat meningkatkan pengetahuan pembaca dan peniliti tentang aspek-aspek pragmatik khususnya penyimpangan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam wacana humor gara-gara.

b. Bagi dosen penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan ajar kajian pragmatik pada mata kuliah pragmatik.

Referensi

Dokumen terkait

 Menyenaraikan tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses pembentukan Persekutuan Tanah Melayu 1948  Menyenaraikan langkah-langkah.  Bersemangat setia

PROVINSI  KALIMANTAN  SELATAN KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA.

Penelitian ini lebih memfokuskan pada masalah nilai karakter dan hasil pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada khususnya, dan seluruh warga SMA

Dalam sistem informasi yang dibangun, untuk merepresentasikan tingkat bahaya kebakaran hutan dan Lahan berdasarkan unsur cuaca di wilayah Kalimantan Barat

Analisa data dilakukan dengan membandingkan hasil data yang sudah diolah dengan Standarisasi ITU-T G.1010 dan standarisasi yang dipunyai PT PLN Persero APJ Surakarta untuk

perut. c) Lemak subkutan tampak jarang, dengan penampakkan kurus dan lemah.. e) Fontanel anterior dapat tertekan. f) Dapat menangis kuat dan tampak waspada. g) Berat badan lahir

 Tingkat Ratio Perbandingan Parkir di T-Plaza adalah 1 : 2 Dimana setiap 2 Unit Hunian mendapatkan 1 Slot Parkir , dan sistem parkir yang akan digunakan adalah dengan cara