• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care Liquid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care Liquid"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001

DI PT UNILEVER INDONESIA TBK

PABRIK HOME PERSONAL CARE LIQUID

RAHMAT SALEH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk Pabrik Home Personal Care Liquid adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RAHMAT SALEH. Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care Liquid Dibimbing oleh PRASTOWO.

ISO 14001 merupakan standar internasional yang digunakan untuk mengelola sistem manajemen lingkungan (SML). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Metode penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengumpulan data dan pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Aspek lingkungan penting di PT Unilever Indonesia adalah emisi debu, limbah padat, limbah cair dan limbah B3. Aspek lingkungan penting dikelola berdasarkan standar baku mutu dan peraturan perundangan-undangan. PT Unilever Indonesia Tbk. telah berkomitmen untuk mencegah pencemaran, mematuhi peraturan, dan perbaikan secara terus menerus yang sesuai dengan tiga komitmen fundamental ISO 14001 di dalam kebijakan lingkungannya. PT Unilever Indonesia Tbk juga telah berkomitmen untuk menetapkan, menerapkan, dan memelihara dokumen aspek lingkungan.

Kata kunci: Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 14001, kebijakan lingkungan, prosedur identifikasi aspek lingkungan, aspek lingkungan penting.

ABSTRACT

RAHMAT SALEH. Study on The Effectiveness Of Implementation ISO 14001 Environmental Management System Of PT Unilever Indonesia Tbk. In Home Personal Care Liquid Factory. Supervised by PRASTOWO.

ISO 14001 is an international standard used for maintain the Environmental Management System (EMS). The goal of this research is to determine the effectiveness of implementation SML ISO 14001 at PT Unilever Indonesia Tbk. The research method takes two steps, data collection and studies on the effectiveness of EMS ISO 14001. From the results of the study revealed that The specific environmental aspect of PT Unilever Indonesia are air pollution, solid waste, waste water, and hazardous waste. The specific environmental aspect of PT Unilever Indonesia Tbk has been appropriated to the quality standard and the regulatory laws. PT Unilever Indonesia Tbk has been committed to preventing pollution, obeying the rules, and continuous improvement as three fundamental supporting of environmental policy. PT Unilever Indonesia Tbk. also has been commited to establishing, implementing, and maintaining the procedure of identification environmental aspect.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001

DI PT UNILEVER INDONESIA TBK

PABRIK HOME PERSONAL CARE LIQUID

RAHMAT SALEH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care Liquid

Nama : Rahmat Saleh NIM : F44090057

Disetujui oleh

Dr Ir Prastowo, M.Eng Pembimbing I

Andik Pribadi, S.TP, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Budi Indra Setiawan, M.Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk Pabrik Home Personal Care Liquid.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prastowo dan Bapak Andik Pribadi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Maulana Wahyu Jumantara, Bapak Amar Hamzah, Bapak Harianto, Bapak Yudiyanto Soekirdjo, dan Ibu Tyagita Wisnuyadi dari pihak PT Unilever Indonesia Tbk yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, serta teman-teman Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan 2009 pada khususnya dan Institut Pertanian Bogor pada umumnya atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

I.PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Manfaat Penelitian 2

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 2

II.TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1 Sistem Manajemen Lingkungan 2

2.2 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 3

2.3 Kebijakan Lingkungan 5

2.4 Aspek Lingkungan 6

2.5 Aspek Lingkungan Penting 7

2.6 Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan 9

2.7 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya 10

2.8 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi 10

III METODE 11

3.1 Waktu dan Tempat 11

3.2 Kerangka Penelitian 11

3.3 Alat dan Bahan 11

3.4 Metode Penelitian 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14

4.1 Kebijakan Lingkungan 14

4.2 Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan Penting 16

4.3 Aspek Lingkungan Penting 20

V. SIMPULAN DAN SARAN 25

5.1 Simpulan 25

(10)

VI. DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Siklus PDCA Sistem Manajemen Lingkungan 4

2 Diagram penerapan SML di PT Unilever Indonesia Tbk 7

3 Diagram Efektivitas 12

4 Kerangka Pikir Penelitian 13

5 Foto Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk 15 6 Foto Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan PT Unilever

Indonesia Tbk 17

7 Hirarki Kontrol penanganan Aspek Lingkungan 18

8 Diagram penentuan aspek lingkungan penting 19

9 Denah Penyimpanan Limbah B3 21

10 Flowchart Waste Water Treatment Plan 22

11 Foto pemakaian masker di lingkungan pabrik 24

12 Foto vakum midget impinger 24

13 Foto gudang penyimpanan limbah padat 25

14 Foto sisa deterjen yang akan didaur ulang 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto Sertifikat ISO 14001 PT Unilever Indonesia Tbk 28

2 Tabel Aspek Lingkungan Penting 29

3 Tabel Rekaman Limbah B3 32

4 Tabel dan Grafik rekaman limbah cair 33

5 Tabel dan Grafik rekaman emisi udara 35

(12)
(13)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhnya perindustrian yang berkembang pesat saat ini berbanding lurus dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Kondisi ini semakin meningkat seiring merebaknya isu lingkungan yang menarik perhatian dunia internasional seperti efek gas rumah kaca ataupun naiknya permukaan air di bumi. Negara-negara maju mulai memutar otak atas isu lingkungan yang sedang terjadi.

Menyikapi kondisi di atas, sebagai bagian untuk memenuhi tuntutan stakeholder dan sekaligus sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, perusahaan-perusahaan perlu mengembangkan dan mengelola sistem manajemen lingkungan. Sistem manajemen lingkungan merupakan suatu sistem yang digunakan suatu organisasi atau perusahaan untuk mengelola kegiatannya yang berpengaruh langsung terhadap lingkungan sehingga dapat meminimalisir dampak lingkungan dari kegiatan tersebut dengan menggunakan standar pengelolaan lingkungan nasional dan internasional yang ada. Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah (Hilman et. all, 2009).

Berkembangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah-masalah lingkungan menuntut perusahaan untuk secara profesional, terpadu dan berkesinambungan mengelola aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan lingkungan dan mengelola aspek lingkungan yang juga dituangkan dalam ISO 14001. Penerapan SML juga bagian dari amanat UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam menyikapi hal ini maka PT Unilever Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang dalam proses produksinya berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan melalui manajemen puncaknya berkomitmen dan bertekad untuk menjaga lingkungan sehingga akan tercapai keseimbangan kerja dan kelestarian lingkungan. PT Unilever Indonesia Tbk telah tersertifikasi ISO 14001 oleh SAI Global Certification Services pada tanggal 23 Juni 2006. Sertifikasi ini meliputi sistem manajemen lingkungan di dalam proses desain, pengembangan, dan program manufaktur produksi.

1.2 Perumusan Masalah

(14)

2

bagi karyawan. Serta melihat sejauh mana SML yang dikembangkan efektif menangani masalah-masalah lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk, dan jasa PT Unilever Indonesia Tbk.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT Unilever Indonesia, meliputi:

1. Penelusuran elemen-elemen SML perusahaan dalam mengendalikan aspek lingkungan penting.

2. Kajian komitmen perusahaan dan kepedulian karyawan. 3. Kajian efektivitas pengelolaan lingkungan.

4. Identifikasi permasalahan dalam penerapan SML ISO 14001.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

2. Sebagai sumber pengetahuan bagi perusahaan dan mahasiswa tentang SML ISO 14001.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Kinerja lingkungan merupakan hasil yang terukur dari manajemen organisasi terhadap implementasi SML yang berkaitan dengan kebijakan lingkungan, pengelolaan aspek lingkungan, dan tujuan serta sasaran lingkungan organisasi.

Penelitian mencakup pengumpulan data dan analisis dokumen sesuai dengan persyaratan ISO 14001 yaitu kebijakan lingkungan, prosedur identifikasi aspek lingkungan, analisis aspek lingkungan penting berdasarkan teori dan membandingkan dengan temuan yang ada dengan standar baku mutu. Pembahasan mencakup kondisi, referensi, komparasi, evaluasi dan rekomendasi dari data yang telah dikumpulkan dan dianalisis.

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Lingkungan

(15)

3 organisasi agar dapat berjalan. Hal ini akan membawa perusahaan pada pembangunan berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya seefisien mungkin sehingga sumber daya dan polusi minimal.

2.2 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

ISO 14001 adalah standar internasional yang dapat diterapkan oleh organisasi yang dimaksudkan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001 2001). Standar yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1996 dan direvisi pada tahun 2004 ini merupakan hasil negosiasi pertemuan GATT di Uruguay dan konferensi lingkungan di Rio de Janeiro pada tahun 1992 (Zeng et all, 2005).

Nilai Penting dari ISO 14001 tercantum dalam klausul 4.2 hingga 4.6, antara lain (Kitazawa et all, 2000):

1. Klausul 4.2 Kebijakan lingkungan: mendefinisikan kebijakan dan memastikan komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut.

2. Klausul 4.3 Perencanaan: mencakup lima langkah yaitu identifikasi aspek lingkungan, menentukan dampak lingkungan, mengumpulkan perundangan dan peraturan lainnya, menetapkan sasaran dan target, serta mengembangkan suatu sistem manajemen lingkungan.

3. Klausul 4.4 Penerapan dan operasi; mengadakan sumber daya untuk mencapai sasaran dan target lingkungan organisasi.

4. Klausul 4.5 Tindakan pemeriksaan dan pemantauan: memeriksa dan memantau sistem manajemen lingkungan untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkannya.

5. Klausul 4.6 Tinjauan manajemen; memastikan adanya tinjauan secara berkala oleh manajemen.

Persyaratan-persyaratan tersebut bersifat generik sehingga bisa diterapkan oleh semua perusahaan tanpa bergantung pada tipe, ukuran, dan jenis produk yang diberikan. Generik berarti standar menyebutkan “apa” yang harus dilakukan dan memberikan kebebasan “bagaimana” ia dilakukan.

(16)

4

Gambar 1 Siklus PDCA Sistem Manajemen Lingkungan

Efektivitas adalah penilaian tentang pencapaian kinerja manajemen dan kinerja lingkungan. Kinerja manajemen suatu perusahaan dapat ditelaah atas kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, dan program lingkungannya sesuai dengan amdal serta RKL-RPL yang telah ditetapkan. Kinerja lingkungan adalah hasil yang terukur dari manajemen lingkungan terhadap aspek lingkungannya.

Pada umumnya, amdal berbasis dampak penting lingkungan dan dibuat pada saat tahapan uji kelayakan, sedangkan SML berbasis aspek lingkungan penting yang diterapkan pada saat tahapan operasi. Aspek lingkungan yang dimonitor amdal juga lebih bervariatif daripada SML. Hal ini dikarenakan amdal diposisikan sebagai tahap persiapan dimana keseluruhan aspek di anggap penting sebelum kegiatan dimulai. Menurut PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegitan. Tahapan-tahapan yang harus dikaji adalah tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi.

(17)

5 Berikut beberapa manfaat yang diperoleh PT Unilever Indonesia Tbk setelah memperoleh sertifikasi ISO 14001 menurut Kementrian Lingkungan Hidup 2013 :

1. Meningkatkan kinerja lingkungan sesuai komitmen manajemen puncak. 2. Penghematan ongkos dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi energi

dan penggunaan air dan minimalisasi buangan.

3. Mengurangi resiko dari terjadinya polusi dan kondisi lainnya yang berkenaan dengan lingkungan, dan oleh karena itu penghindaran dari ongkos pembersihan yang tidak perlu dan/atau pelaksanaan tindakan dari lembaga-lembaga hukum.

4. Kesesuaian hukum melalui pengenalan perundangundangan baru dengan kecukupan waktu dalam menghadapi masalah-masalah lingkungan terkini. Mengurangi resiko dari ketidak-sesuaian dengan perundang-undangan dan ongkos-ongkos tuntutan hukum selanjutnya.

5. Memberikan kesan mendalam pada merek dimana para pelanggan akan memandang organisasi tersebut telah melakukan pengendalian dampak lingkungan yang baik.

6. Meningkatkan pemusatan tujuan bisnis dan mengkomunikasikan masalah-masalah lingkungan terkini.

7. Meningkatkan kemampuan-labaan organisasi melalui pengurangan ongkos-ongkos dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Sertifikasi ISO 14001 hanya berlaku selama tiga tahun, setelah waktu tersebut industri harus kembali memperbarui serifikasi ISO. Kemudian ISO mengubah sistemnya dengan mewajibkan perusahaan melakukan surveillance audit satu tahun sekali sebelum melakukan re-sertifikasi pada tahun ketiga.

Hasil produksi PT Unilever Indonesia Tbk menimbulkan dampak terhadap lingkungan di setiap siklus hidupnya, mulai dari penggunaan sumber daya alam dalam proses manufaktur, assembly, logistik, penggunaan hingga pembuangannya. Sebagai produsen, PT Unilever Indonesia Tbk harus mengetahui dan menduga pada tahap mana produksi memiliki dampak terhadap lingkungan, apa dan seberapa luas dampaknya, dan kemudian mengambil langkah untuk mengurangi dampak tersebut.

2.3 Kebijakan Lingkungan

(18)

6

Menurut SNI 19-14001-2005, manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan dalam lingkup sistem manajemen lingkungannya :

1. Sesuai dengan sifat, ukuran, dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya.

2. Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran.

3. Mencakup komitemn untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lain yang diikuti organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya.

4. Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan

5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara.

6. Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi.

7. Tersedia untuk masyarakat.

2.4 Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan adalah elemen dari aktivitas-aktivtas organisasi atau produk atau jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan (Gaspersz 2012). Aspek lingkungan yang signifikan memiliki atau dapat memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Dalam kegiatannya, perusahaan harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk :

1. Mengidentifikasi aspek lingkungan dari aktivitas-aktivitasnya, produk-produk dan jasa-jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan yang dapat dikendalikan dan yang dapat dipengaruhi dengan mempertimbangkan pengembangan yang direncanakan atau baru, atau aktivitas-aktivitas baru atau yang dimodifikasi, produk-produk dan jasa-jasa, dan

2. Menentukan aspek-aspek yang memiliki atau dapat memiliki dampak yang signifikan pada lingkungannya yang disebut aspek lingkungan penting. Organisasi harus menjamin bahwa aspek lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan, dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungannya.

(19)

7

Gambar 2 Diagram penerapan SML di PT Unilever Indonesia Tbk 2.5 Aspek Lingkungan Penting

(20)

8

2.5.1 Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Sampai saat ini sektor industri merupakan penyumbang limbah B3 terbesar. Mengingat besarnya resiko yang dapat ditimbulkan, maka perlu diupayakan suatu pengelolaan terpadu dan berkesinambungan. Unsur manajemen akan memegang peranan penting dalam sistem penegelolaannya (Soetiyono 2005). Pengelolaan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun (Wentz 1995 dan Freeman 1988).

PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999 mengatur tentang pengelolaan limbah B3 dan karakteristiknya. Karakteristik imbah yang termasuk limbah B3 adalah :

1. Limbah mudah meledak. 2. Limbah mudah terbakar. 3. Limbah yang bersifat reaktif. 4. Limbah beracun.

5. Limbah yang menyebabkan infeksi. 6. Limbah yang bersifat korosif.

Jenis limbah B3 menurut sumber meliputi : 1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. 2. Limbah B3 dari sumber spesifik.

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buagan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.5.2 Limbah Cair

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingungan.

Ada banyak parameter yang harus diukur untuk memastikan kualitas limbah cair industri. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010, ada beberapa parameter yang harus diukur dari hasil pemrosesan air limbah industri. Parameter tersebut antara lain pH, BOD, COD, kadmium, seng, mangan, timbal, sulfida, deterjen, minyak/lemak, dan TSS. Semua parameter tersebut dipantau dan diukur untuk mengetahui kualitas air limbah industri.

Dampak limbah cair yang mencemari badan air adalah berkurangnya oksigen yang ada di dalam badan air dan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke dalam badan air.

(21)

9 Limbah padat adalah segala bentuk benda padat yang telah dikurangi atau dihabiskan nilai gunanya dari suatu kegiatan sehingga tidak terpakai.

Limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menumpuk sehingga menimbulkan timbulan. Timbulan tersebut akan mengurangi nilai estetika suatu kawasan dan menyebabkan gangguan lingkungan.

PT Unilever Indonesia Tbk memisahkan antara limbah padat dengan limbah padat B3 sehingga diperlukan pengelolaan yang berbeda. Limbah padat B3 dikelola oleh pihak yang berkompeten agar limbah yang berbahaya tidak mencemari lingkungan yang ada.

2.5.4 Emisi Udara

Emisi udara adalah satu, beberapa atau kombinasi bahan pencemar di atmosfer seperti: debu, uap air, gas, bau, asap dan uap lainnya yang dalam kuantitas, sifat dan lama waktu keberadaanya dapat mengganggu kesehatan manusia, tumbuhan dan hewan atau gangguan pada kualitas benda atau bukan karena sebab lain maka kenyamanan hidup manusia dan biota terganggu (Canter 1977).

Sumber emisi udara dapat dibagi kedalam dua sumber, yaitu sumber bergerak seperti cerobong asap dan sumber tidak bergerak seperti kendaraan bermotor.

Bahaya dari bahan pencemar partikulat adalah menyebabkan gangguan dan penyakit pada manusia, seperti: iritasi pada keongkongan, gangguan pada saluran pernapasan, penyakit paru-paru, jantung dan kanker, mengganggu proses fotosintesis, berbahaya untuk hewan, mengurangi visibilitas atmosfer, mempengaruhi iklim dan cuaca (Miller 1979).

2.6 Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan

Pemantauan dan pengukuran merupakan perangkat pemeriksaan kinerja aktual penerapan SML dalam rangka memastikan kesesuaian penerapan SML terhadap rencana yang telah ditetapkan dalam tujuan dan sasaran lingkungan. Pemantauan adalah pemeriksaan berkala terhadap suatu proses atau kondisi yang telah berjalan. Pemantauan tidak harus memerlukan data kuantitatif yang akurat, sehingga seringkali disebut dengan pengukuran indikatif. Pengukuran menghasilkan data kuantitatif yang akurat dan cermat tentang suatu keadaan fisik maupun kimia dalam suatu proses.

Dengan pemantauan dan pengukuran memungkinkan organisasi untuk:

1. Mengevaluasi kinerja lingkungan.

2. Menganalisis akar penyebab masalah.

3. Menilai penaatan peraturan lingkungan.

4. Menyempurnakan kinerja dan meningkatkan efisiensi.

(22)

10

lingkungan hidup adalah semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain.

Pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan ditujukan untuk mengelola seluruh sumberdaya maupun hasil dari sesuatu kegiatan yang mempengaruhi lingkugan kehidupan dan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan suatu perusahaan akan berpengaruh pada kehidupan lingkungan sekitarnya untuk jangka waktu yang lama. Pengelolaan ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari pencemaran yang dihasilkan perusahaan.

Karena terbatasnya lahan pengelolaan yang tersedia maka dibutuhkan suatu prosedur untuk meminimalisasi limbah. Prosedur ini mencakup 4R, yaitu (Kuhre 1996) :

1. Reduce atau pengurangan jumlah bahan yang mereka gunakan, sehingga hasil keluaran lebih sedikit.

2. Reuse atau pemakaian kembali bahan yang telah dipakai tetapi masih bisa dimanfaatkan.

3. Recycle atau pendaur-ulangan bahan yang telah dipakai. Biasanya dengan kerjasama pihak ketiga.

4. Repurchase atau pembelian kembali hasil dari daur ulang.

2.7 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya

Untuk memenuhi salah satu komitmen fundamental ISO 14001 yaitu memenuhi peraturan perundangan, maka suatu perusahaan atau organisasi harus memiliki standar pemantauan lingkungan untuk masing-masing aspek lingkungannya.

Elemen ISO 14001 mempersyaratkan adanya kesesuaian dengan persyaratan berdasarkan peraturan perundangan dibidang lingkungan pada umumnya. Pemenuhan peraturan sesuai ISO 14001 memiliki dua sasaran sekaligus, yaitu dalam upaya memenuhi permintaan pasar dan sebagai perwujudan tanggung jawab perusahaan dalam melestarikan lingkungan (Chafid et all, 2006).

2.8 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi

Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi yang baik akan menjamin pengelolaan aspek lingkungan yang efektif. Hal ini dilakukan pada setiap subjek yang berperan langsung pada penanganan aspek lingkungan mulai dari proses awal hingga proses akhir suatu perusahaan berjalan. Pelatihan yang diberikan kepada karyawan mencakup pelatihan kepedulian dan pelatihan kompetensi dalam menangani masalah-masalah operasional, sedangkan pelatihan yang diberikan kepada pemasok adalah pelatihan kepedulian agar pemasok menyadari bahwa kegiatannya juga memberikan aspek dan dampak terhadap lingkungan (Clemens 1996).

(23)

11

III METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2013 dan dilakukan di PT Unilever Indonesia Tbk pabrik Home Personal Care Liquid, Cikarang Barat.

3.2 Kerangka Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja SML, yaitu kesesuaian, kecocokan, dan efektivitas. Kesesuaian dapat dilihat dari sejauh mana elemen SML yang dikembangkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk dijalankan dan dipelihara sesuai dengan standar SML ISO 14001. Kecocokan dapat dilihat dari cara-cara yang ditempuh oleh manajemen untuk memenuhi syarat elemen manajemen bersangkutan untuk disesuaikan dengan kemampuan, kompetensi, dan kemudahan bagi karyawan. Efektivitas dapat dilihat dari sejauh mana SML yang dikembangkan efektif menangani masalah-masalah lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk, dan jasa PT Unilever Indonesia Tbk. Bagan mengenai kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 4.

3.3 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan beberapa standar dan dokumen lingkungan hidup yaitu dokumen SNI 19-14001-2005, SNI 19-14004-2005, Dokumen Prosedur Pengendalian Operasi, Dokumen AMDAL PT Unilever Indonesia,SOP dan IK PT Unilever Indonesia Tbk.

3.4 Metode Penelitian Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :

1. Mempelajari muatan setiap klausul atau elemen SML ISO 14001, dengan cara memahami siklus SML pada Gambar 1.

2. Mempelajari implementasi klausul kebijakan lingkungan di lapangan dan dibandingkan dengan SNI 19-14001-2005.

3. Mempelajari aspek lingkungan untuk mengetahui dampak lingkungan dari suatu kegiatan, produk atau jasa.

4. Mempelajari implementasi sistem dengan cara menelaah elemen-elemen manajemen untuk setiap aspek, seperti:

a. Prosedur. e. Pedoman atau referensi perundangan, b. Rekaman. f. Program

(24)

12

5. Mempelajari implementasi sistem efektivitas SML dari proses, pencapaian dan hasil. Untuk melihat efektivitas SML dapat menggunakan Diagram Efektivitas.

(25)

13

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kebijakan Lingkungan

Berdasarkan ISO 14001 kebijakan lingkungan adalah keseluruhan maksud dan arahan organisasi terkait dengan kinerja lingkungannya sebagaimana dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. Pada klausul 4.2 mendefinisikan pembuatan kebijakan dan memastikan komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat suatu perusahaan. Disebutkan bahwa

“Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan

memastikan bahwa kebijakan dalam ruang lingkup sistem manajemen lingkungannya…”.

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa manajemen puncak PT Unilever Indonesia Tbk telah berkomitmen untuk menetapkan kebijakan lingkungan. Dapat dilihat pada Gambar 5. kebijakan lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk yang ditandatangani oleh Bapak Maulana Wahyu Jumantara sebagai GM Manufacturing HPC. Selain itu, kebijakan lingkungan juga telah memuat tiga komitmen fundamental pendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, yaitu pencegahan polusi, kesesuaian dengan undang-undang yang berlaku dan perbaikan seara terus menerus yang berkesinambungan.

Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen pencegahan polusi adalah

“PT Unilever Indonesia Tbk mengembangkan produk yang inovatif, yang dapat menurunkan dampak lingkungan, mengurangi limbah, menghemat pemakaian energi dan bahan baku serta mencari peluang untuk pemakaian ulang”

Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen kesesuaian dengan undang-undang yang berlaku adalah

“PT Unilever Indonesia Tbk bertekad memenuhi kebutuhan pelanggan dan konsumen dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.”

Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen perbaikan secara terus menerus yang berkesinambungan adalah

PT Unilever Indonesia Tbk bertekad memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta ikut dalam membangun masa depan yang berkesinambungan (secara terus menerus), dimana perkembangan ekonomi sejalan dengan manajemen lingkungan yang bertanggung jawab.”

Dari hasil pemantauan lapangan dan wawancara, penyimpanan dokumen kebijakan lingkungan telah tersimpan dengan baik di ruang dokumen.Tetapi kebijakan lingkungan belum dipublikasikan dengan baik karena tidak ditemukan di beberapa ruangan dan kebijakan lingkungan belum dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh karyawan PT Unilever Indonesia Tbk.

(27)

15

(28)

16

4.2 Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan Penting

Berdasarkan ISO 14001 pada klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan mendefinisikan bahwa organisasi harus memiliki prosedur sebagai panduan penetapan aspek lingkungan pada suatu perusahaan, mendokumentasikan dan memelihara dokumen aspek lingkungan. Disebutkan bahwa:

“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk: 1. Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam

lingkup sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan yang dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru; kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang diubah; dan

2. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting). Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungannya.”

Dari hasil pengkajian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa PT Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai dokumen penentuan aspek lingkungan hidup yang telah ditanda tangani oleh GM Manufacturing HPC selaku manajemen puncak. Hal ini dapat dilihat dari adanya dokumen mengenai prosedur penetapan aspek lingkungan dengan nomor dokumen G.31.0.02.00.00. Dokumen tersebut memiliki judul, nomor dokumen, penanggung jawab, tanggal penerbitan dan tanggal revisi yang selalu diperbaharui sesuai dengan perubahan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berkomitmen untuk melakukan perbaikan yang terus menerus dan berkesinambungan.

Nama Dokumen : QSHE PROCEDURE Nomor Dokumen : G.31.0.02.00.00 Tanggal : 1 December 2012 Nomor Revisi : 6

Nomor Kopi : HC00

Disiapkan Oleh : Tyagita Wisnuyadi

(29)

17

(30)

18

Prosedur penetapan Aspek Lingkungan Penting (ALP) juga telah dijelaskan secara rinci, dimana penetapannya memiliki ketentuan umum, yaitu:

1. SHE Co-ordinator mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan Daftar Aspek Lingkungan, Penentuan Tingkat Dampak Lingkungan, Daftar Penggunaan Energi & Sumber daya dan Dokumen Aspek Penting Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh Area Committee Leader masing – masing area.

2. Area Committee Leader menugaskan circle leader untuk melaksanakan pembuatan Daftar Aspek Lingkungan dengan melakukan identifikasi aspek dari setiap area dalam keadaan Normal, Abnormal dan Darurat. 3. Aspek yang diidentifikasikan dapat dikelompokkan dalam lima macam

aspek:

a. Aspek emisi ke udara (Gas, Debu dan Suara)

b. Aspek penggunaan bahan baku (Raw/ Packaging Material) c. Aspek produk yang dihasilkan (Produk Antara/ Produk Jadi) d. Aspek pembuangan ke saluran air (Effluent)

e. Aspek berupa Limbah (Waste) termasuk limbah berbahaya.

Gambar 7 Hirarki Kontrol penanganan Aspek Lingkungan Hirarki Kontrol Kontrol

1. Eliminasi

Hilangkan sumber-sumber limbah / stop penggunaan material tertentu

Menggantikan bahan sejenis yang lebih ramah lingkungan, misalnya chloroform diganti

dengan dichloromethan

Membuat area khusus dengan sistem drainase terpisah (misalnya limbah diolah di WWTP)

Membuat SOP mengenai pembuangan limbah yang benar, OPL, guidance, control checklist

2. Substitusi

3. Separasi

4. Kontrol administrasi

(31)

19

(32)

Prosedur complain eksternal dibuat oleh bagian eksternal jika terdapat complain dari masyarakat mengenai gangguan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan. Prosedur complain eksternal secara garis besar meliputi pengecekan lokasi, pencatatan kejadian dan lama waktu kejadian, pelaporan, analisis resiko, rencana perbaikan dan langkah terakhir yaitu tindak lanjut perbaikan lapangan bila terjadi kerusakan lingkungan dan perbaikan sumber yang menimbulkan kerusakan.

4.3 Aspek Lingkungan Penting 4.3.1 Limbah B3

Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah B3 dapat dilihat pada lampiran 2. Limbah B3 PT Unilever Indonesia Tbk dikelola sesuai dengan PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999 dengan periode frekuensi pemantauan setiap enam bulan sekali. Hasil pengukuran limbah B3 dapat dilihat pada lampiran 3.

Pelatihan intern perusahaan mengenai limbah B3 dan sampah dilakukan agar karyawan dapat mengumpulkan limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya. Karakteristik limbah B3 ditandai dengan simbol-simbol dampak pada setiap kegiatan dan setiap karyawan yang berhubungan dengan sumber B3 akan melakukan perlakuan khusus sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur ENG-HW-010.

Jumlah limbah B3 yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk yang cukup tinggi akan sangat berbahaya bagi manusia seperti korosi, terbakar, kerusakan jaringan kulit dan menimbulkan kerusakan lingkungan apabila terkena tanah dan badan air. PT Unilever Indonesia menyusun tujuan, sasaran dan program yang berjudul Zero Landfill. Program ini bertujuan agar tidak ada limbah B3 yang keluar dari perusahaan sebagai barang yang tidak bernilai dan merusak lingkungan. Program ini dijalankan dengan cara mngelola dan memanfaatkan limbah sesuai dengan karakteristik limbah tersebut sehingga tidak ada limbah yang tersisa dan terbuang percuma.

Menurut PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999, bahwa prosedur yang dilakukan bila suatu badan usaha penghasil limbah B3 belum mampu dan memenuhi klasifikasi sebagai pengolah limbah B3, maka harus diserahkan pada pihak lain yang bersertifikasi oleh pemerintah sebagai pengolah limbah B3.

1. Limbah B3 Padat

Limbah B3 padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang mengandung B3 seperti drum plastik kemasan bahan baku dikembalikan ke supplier. Limbah padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang mengandung B3 seperti jerigen plastik, plastik inner ex material beserta sarung tangan, masker bekas, dan kain majun dikumpulkan kemudian dilakukan pencucian di lokasi pabrik, kemudian dikerjasamakan dengan PT Tobirus Jaya, dimana air bekas cucain dialirkan ke dalam tangki effluent untuk selanjutnya digunakan dalam proses slurry making pada pembuatan deterjen bubuk. Untuk drum oli bekas dikumpulkan dan digunakan sebagai wadah oli bekas dan minyak kotor ex oil trap untuk selanjutnya dikirim ke PT Wastec International. Sementara untuk sludge dari WWTP akan di ambil oleh pabrik semen sebagai bahan baku.

(33)

21 2. Limbah B3 Cair

Limbah cair yang mengandung B3 seperti laboratorium waste dikumpulkan lau dikerjasamakan dengan PT Wastec International. Dan untuk produk rejected, limbah cair ex CIP digunakan kembali dalam proses slurry making pada pembuatan deterjen bubuk dan apabila terdapat trouble akan dikirim ke PT Wastec International.

Gambar 9 Denah Penyimpanan Limbah B3

PT Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk menampung dan mengelola limbah B3. Perusahaan juga telah melakukan tahapan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku serta mempunyai program pemanfaatan limbah B3 yang sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT Unilever Indonesia Tbk sudah sepenuhnya efektif dan sebagai bentuk perbaikan secara terus menerus, perusahaan harus mempertahankan kinerja pengelolaan dan pemanfaatan limbah B3.

4.3.2 Limbah Cair

Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah cair dapat dilihat pada lampiran 2. Limbah cair dikelola sesuai dengan Estate Regulation PT Kawasan Industri Jababeka dan acuan baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dengan periode frekuensi pemantauan setiap enam bulan sekali. Hasil pengukuran limbah cair pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengukuran COD dari limbah cair yang telah dilakukan pada periode tahun 2012/2013 setiap bulannya menunjukkan adanya penurunan drastis nilai COD pada bulan Januari sebesar 6.261,2 ppm menjadi 590,4 ppm pada bulan Desember. Hal ini dikarenakan telah dilaksanakannya program Zero Effluent yang bertujuan memperbaiki nilai kualitas limbah cair tersebut, meskipun nilainya masih belum konstan berada dibawah nilai baku mutu yaitu <800 Ppm setiap bulannya. Dari hasil pengukuran pH limbah cair yang telah dilakukan pada periode tahun 2012/2013 setiap bulannya menunjukkan nilai pH yang selalu berada pada baku mutu yaitu dengan nilai 6 - 9.

(34)

22

standar yang berlaku sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur ENG-WWTP-010.

Jumlah limbah cair yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan pencemaran air permukaan, gangguan ekosistem lingkungan, kekurangan oksigen bawah air, penurunan kualitas air dan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit kulit dan pencernaan. PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program yaitu :

1. Zero effluent. Limbah cair yang telah diolah di WWTP akan dipakai kembali sebagai bahan baku proses produksi di pabrik HPC Powder sehingga tidak ada limbah cair yang dibuang keluar pabrik menuju IPAL kawasan Jababeka dan juga dapat meminimalisir cost production. Program ini menuntut nilai kualitas limbah cair dengan COD <800 Ppm agar dapat dipakai kembali sebagai bahan baku.

2. All Variant. Suatu program yang menggabungkan seluruh limbah cair dari seluruh produk HPC liquid untuk diolah secara bersamaan sehingga dapat meminimalisir energi, waktu, SDM, dan cost production.

Limbah cair yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk di kelola pada unit Waste Water Treatment Plan di dalam pabrik. Sementara untuk limbah cair domestik dari kegiatan MCK dialirkan ke IPAL kawasan yaitu IPAL Jababeka.

(35)

23

Hasil pengukuran kualitas limbah Cair PT Unilever Indonesia Tbk menunjukkan bahwa nilai COD masih berada di atas nilai baku mutu sehingga perlu adanya perbaikan pada pengelolaan limbah cair dan peningkatan fungsi pada IPAL agar nilai nya berada dibawah baku mutu.

4.3.3 Emisi Udara

Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan emisi udara dapat dilihat pada lampiran 2. Nilai ambang batas yang digunakan untuk mengukur emisi dalam ruang kerja adalah Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE-01/MEN/1997 dan untuk mengukur emisi luar ruangan kerja adalah PP No.41 tahun 1999. Pengambilan sample dilakukan setiap enam bulan sekali. Hasil pengukuran emisi udara dapat dilihat pada lampiran 5. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat pompa vakum midget impinger. Hasil pengukuran emisi udara selama empat semester pada periode tahun 2012/2013 yang dilakukan menunjukkan nilai temuan emisi yang sangat kecil dan berada dibawah nilai baku mutu baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Parameter yang digunakan yaitu NO2, SO2, H2S, NH3, CO dan Debu TSP.

Pelatihan intern perusahaan pengendalian sumber emisi udara dilakukan agar karyawan dapat melakukan tindakan pencegahan bahaya ISPA pada setiap sumber emisi. Prosedur pengukuran emisi udara dan pencegahan polusi terdapat pada modul pengoperasian mesin dan modul pengendalian operasional.

Emisi udara yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan emisi gas rumah kaca, ISPA pada makhluk hidup, berkurangnya penglihatan dan gangguan lingkungan lainnya. PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program yaitu :

1. Unilever Sustainable Living Plan (Green House Gasses GHG), merupakan program internasional dari seluruh pabrik Unilever di dunia untuk mengelola dan memperbaiki kinerja lingkungan. Program GHG dilakukan untuk mereduksi efek gas rumah kaca dan emisi udara yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan cara mengurangi konsumsi energi di dalam kantor, mengurangi GHG dari pendingin, melakukan pemakaian kembali pada sumber energi, dan mengurangi transportasi di dalam pabrik.

(36)

Gambar 11 Foto pemakaian masker di lingkungan pabrik

Gambar 12 Foto vakum midget impinger

Pengukuran emisi udara di dalam ruangan dan di luar ruangan kerja berada di bawah baku mutu. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk sudah sepenuhnya efektif dan sebagai bentuk perbaikan secara terus menerus, perusahaan harus mempertahankan kinerja pengelolaan emisi udara.

4.3.4 Limbah Padat

Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah padat dapat dilihat pada lampiran 2. Limbah padat dikelola sesuai dengan Estate Regulation PT Kawasan Industri Jababeka dengan periode frekuensi pemantauan setiap enam bulan sekali. Hasil pengukuran limbah padat dapat dilihat pada lampiran 6.

Pelatihan intern dilakukan kepada karyawan perusahaan mengenai pengelolaan environment waste dan penghematan energi. Pelatihan dilakukan agar karyawan dapat menentukan sampah mana yang dapat didaur ulang sehingga dapat dilakukan penghematan sesuai dengan prosedur yang terdapat pada modul instruksi pabrik mengenai pengelolaan sampah padat. Sementara sampah yang tidak dapat digunakan kembali akan diangkut oleh pihak ketiga yaitu pengelola kawasan.

Jumlah limbah padat yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan penumpukan sampah yang mengurangi estetika lingkungan, gangguan kesehatan karena munculnya bakteri dan gangguan lingkungan. PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program yaitu :

Unilever Sustainable Living Plan (Waste), merupakan program internasional dari seluruh pabrik Unilever di dunia untuk mengelola dan memperbaiki kinerja lingkungan. Pada program ini terdapat beberapa bagian yang dikelola, yaitu: 1. Recycle packaging, dilakukan dengan cara menggunakan kembali bahan

packaging, menambah bahan dan isi yang dapat didaur ulang.

2. Reduce waste from manufacturing, dilakukan dengan cara mengurangi sampah total pabrik, menghilangkan bahan PVC, tidak ada sampah yang terbuang percuma.

(37)

25 3. Reducing office waste, dilakukan dengan cara menghilangkan penggunaan

kertas pada processing, mengurangi penggunaan kertas.

Gambar 13 Foto gudang penyimpanan limbah padat

Gambar 14 Foto sisa deterjen yang akan didaur ulang

PT Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk menampung dan mengelola limbah padat. Perusahaan juga telah melakukan tahapan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Namun masih menumpuknya limbah padat di gudang penyimpanan menunjukkan bahwa pelaksanaan program belum berjalan dengan baik.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

PT Unilever Indonesia Tbk telah membuat kebijakan lingkungan dan prosedur penentuan aspek lingkungan penting serta melakukan pengelolaan aspek lingkungan penting yang meliputi: limbah B3, limbah cair, emisi udara, dan limbah padat. Secara umum penerapan SML ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk tidak sepenuhnya efektif.

Penerapan SML ISO 14001 yang efektif yaitu:

1. Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk telah sesuai dengan standar ISO 14001 dimana kebijakan tersebut mengandung tiga komitmen fundamental SML ISO 14001 serta ditanda tangani langsung oleh pucuk pimpinan.

2. PT Unilever Indonesia Tbk. telah menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur identifikasi aspek lingkungan dan telah menetukan aspek lingkungan penting. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya prosedur pelaksanaan, SDM yang berkompeten, program, dan rekaman. Selain itu prosedur aspek lingkungan yang dibuat oleh perusahaan dapat dijalankan dengan baik oleh karyawan.

(38)

26

4. Nilai baku mutu kualitas emisi udara ambient dan lingkungan ruang kerja menunjukkan bahwa nilai kualitas emisi yang dihasilkan masih berada di bawah nilai baku mutu. Parameter yang digunakan dalam pengukuran adalah NO2, SO2, H2S, NH3, CO, dan debu TSP.

Penerapan SML ISO 14001 yang tidak efektif yaitu :

1. Nilai baku mutu kualitas limbah cair menunjukkan bahwa nilai parameter COD berada di atas nilai baku mutu yaitu 800 ppm.

2. Terjadi penumpukan limbah padat di dalam gudang penyimpanan limbah padat. Hal ini menunjukkan belum berjalannya program dengan baik.

5.2 Saran

1. Perusahaan harus mempublikasikan kebijakan lingkungan lebih baik dengan melengkapi kebijakan lingkungan di setiap ruangan dan engkomunikasikan kebijakan lingkungan dengan karyawan.

2. Perusahaan harus mempertahankan pengelolaan dan pemanfaatan terhadap limbah B3 sebagai salah satu kegiatan perbaikan secara terus menerus. 3. Perusahaan perlu melakukan pengoptimalisasian fungsi IPAL agar nilai

temuan limbah cair pada parameter COD tidak berada di atas baku mutu. 4. Perusahaan harus mempertahankan pengelolaan emisi udara sebagai salah

satu kegiatan perbaikan secara terus menerus.

5. Perusahaan perlu mempercepat program pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat karena masih terdapat tumpukan limbah padat di dalam gudang penyimpanan limbah padat.

6. Perusahaan harus memastikan penerapan dan pemeliharaan serta mencatat hasil status dari program yang telah ditetapkan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional, SNI 14-14001-2005 tentang Sistem Manajemen Lingkungan. Mada University Press

Freeman, H. M. 1988. “Standard handbook of Hazardous Waste Treatment and Disposal”. McGraw Hill Book Co: United States

Gasperz, Vincent. 2012. Three in One ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001. Bogor: Vinchristo Publication

(39)

27 International Organization of Standard. 2004. ISO 14001:2004 International

Standard: Environmental Management System – Requirements

Kitazawa, Shinichi dan Sarkiz, Joseph. 2000. The Relationship between ISO 14001 And Continuous Source Reduction Program. International Journal of Operations & Production Management. 20(2) : 225-248

Kuhre, W.L. 1996. Sertifikasi ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta : Prenhallindo

Kementrian [MENLH] Menteri Lingkunga Hidup. 2009.Sistem Manajemen Lingkungan ISO14001 . http://menlh.go.id/ISO14001%20baru/Index.html. [30 Maret 2013]

Miller, G.T. 1979. Living in the Environment.Edition II.Wadsworth Publishing Company. California.

Soetiyono.2001. Potensi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Wilayah DKI Jakarta dan Strategi Pengelolaannya.Jurnal ATSM Internasional.1(3):304-317

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta

Wentz, Charles A. 1995. “Hazardous Waste Managent”.Second Edition. McGraw

Hill International Editions: United States

(40)

28

(41)
(42)
(43)
(44)

Lampiran 3 Tabel Rekaman Limbah B3

No Nama Jumlah

1 Drum plastik kemasan bahan baku 3400 Kg/bln 2 Drum oli/pelumas bekas 960 Kg/bln

3 Sludge WWTP 100 ton/bln

4 Laboratorium waste 380 ltr/bln

5 Rejected produk 1760 ltr/bln

(45)

33 Lampiran 4 Tabel dan Grafik rekaman limbah cair

(46)
(47)

35 Lampiran 5 Tabel dan Grafik rekaman emisi udara

Udara Ambient

No Parameter Baku Mutu Semester 1 Hasil Pengukuran

2011

4 NH3 2 ppm 0.025 0.0059 0.0059 0.0396

5 CO 30000 µg/Nm³ 5715 6858 5715 5715

6 Debu TSP 230 ppm 141.4 201.9 62.64 106.7

(48)

36

Udara Lingkungan Ruang Kerja

No Parameter Semester 1 Hasil Pengukuran

2011

5 CO 29000 µg/Nm³ 9144 9144 4572 6858

(49)
(50)

38

Lampiran 6 Tabel Rekaman Limbah Padat

No Nama Jumlah

1 Kain Majun, Sarung tangan, Masker 385 Kg/Bln

2 Jerigen Plastik 232 Kg/bln

3 Plastik ex packing 12500 Kg/bln

4 Botol ex shampoo 770 Kg/bln

5 Plastik inner ex raw material 1760 Kg/bln

6 Tong logam ex lem 1280 Kg/bln

7 Besi/Seng 613 Kg/bln

8 Dus rusak, dus ex WOP 325 Kg/bln

9 Kor ex roll sachet, Tali plastik 7382 Kg/bln

10 Pallet non standar, Pallet rusak 9427 Kg/bln

11 Kertas ex office & RMS 18148 Kg/bln

12 Limbah Ex kantin 5580 Kg/bln

13 Scum/lumpur tinja 23147 Kg/bln

14 Drum besi 12 pcs/bln

(51)

39

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Siklus PDCA Sistem Manajemen Lingkungan
Gambar 2 Diagram penerapan SML di PT Unilever Indonesia Tbk
Gambar 3 Diagram Efektivitas
Gambar 4 Kerangka Pikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lalu apakah kinerja lingkungan sebagai hasil dari penerapan ISO 14001 tersebut dapat membantu perusahaan untuk melindungi lingkungan dengan mematuhi peraturan

Sistem manajemen lingkungan seperti yang terdapat dalam standar ISO 14001 memadukan kriteria lingkungan ke dalam kinerja perusahaan pada semua tingkatan.. Sertifikasi ini

Program yang dibuat perusahaan untuk mengantisipasi kondisi darurat apabila terjadi tumpahan atau ceceran limbah B3 adalah dengan membuat bak separator di area pemanfaatan

Manajemen lingkungan pendidikan mempunyai arti yaitu suatu sistem pengelolaan dalam hal pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi sistem manajemen lingkungan ISO 14001 di PT PLN Sulselrabar Sektor Tello secara umum sudah sesuai dengan standar SML ISO 14001

Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja

Manajemen lingkungan pendidikan mempunyai arti yaitu suatu sistem pengelolaan dalam hal pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan

Manajemen lingkungan pendidikan mempunyai arti yaitu, Suatu sistem pengelolaan dalam hal pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan