• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MANAJEMEN AUDIT LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SISTEM MANAJEMEN AUDIT LINGKUNGAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM MANAJEMEN AUDIT LINGKUNGAN

OLEH EVAWANI SILITONGA M.Si

PROGRAM STUDI KESEHATAN

MASYARAKAT FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI

MUTIARA INDONESIA

(2)

1 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 0

BAB I PENGERTIAN AUDIT LINGKUNGAN ... 2

1.1. Pengertian Audit Lingkungan ... 2

BAB II TUJUAN DAN SASARAN AUDIT LINGKUNGAN ... 5

BAB III CAKUPAN PERANAN AUDIT LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN DAN CIRI KHAS AUDIT LINGKUNGAN ... 10

BAB IV PRINSIP AUDIT LINGKUNGAN ... 13

4.1 Konsep Pembuktian Dan Pengujian ... 14

4.2 Keberhasilan Program Audit Lingkungan ... 14

4.3 Peranan Audit Lingkungan ... 17

BAB V FALSAFAH MANAJEMEN LINGKUNGAN ... 18

5.1. Falsafah Manajemen Lingkungan ... 18

BAB VI JENIS AUDIT LINGKUNGAN ... 20

6.2 Audit Manajemen ... 20

6.4 Audit Konversi Air ... 21

6.5 Audit Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ... 21

6.8 Audit Pengotoran Dan/Kontaminasi Lokasi Usaha ... 22

BAB VII RUANG LINGKUP AUDIT LINGKUNGAN ... 23

7.1 Ruang Lingkup Audit Lingkungan ... 23

BAB VIII TAHAPAN PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN ... 24

8.1 Tahapan Pelaksanaan Audit Lingkungan... 24

BAB IX AKTIFITAS PRA DAN SETELAH AUDIT ... 27

AKTIVITAS PRA DAN SETELAH AUDIT ... 27

9.1 Aktivitas Pra Audit... 27

BAB X JENIS AUDIT LINGKUGAN BERDASARKAN PERATURAN NASIONAL ... 30

10.1 Audit Lingkungan Wajib ... 30

10.2 Audit Lingkungan Sukarela ... 30

BAB XI ... 33

STUDI KASUS ... 33

11.1 Studi Kasus... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(3)

2 BAB I

PENGERTIAN AUDIT LINGKUNGAN 1.1.Pengertian Audit Lingkungan

Berdasarkan Kep. Men. LH No.42 Tahun 1994: Suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik, dan obyektif, tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, sistem manajemen, dan peralatan yang digunakan, dengan tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian penataan kebijaksaaan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1997: Suatu proses evaluasi yang dilakukan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha atau kegiatan yang bersangkutan.

Istilah “audit” di dalam terminologi audit lingkungan mengadopsi istilah yang digunakan di bidang ekonomi, yaitu audit keuangan/finansial. Sebagaimana halnya dalam audit keuangan, secara sederhana audit lingkungan merupakan suatu proses verifikasi atas berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan (termasuk di dalamnya pelaporan pengelolaan lingkungan) yang dilakukan oleh suatu organisasi tertentu. Organisasi yang dimaksud di sini biasanya secara mudah dimaknai sebagai suatu kegiatan usaha yang memiliki skala cukup besar dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Audit lingkungan di dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) didefinisikan sebagai suatu proses evaluasi untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pada intinya, audit merupakan suatu proses evaluasi terhadap suatu kegiatan pembangunan seperti pada bidang industri, pertambangan, kehutanan, pertanian, perumahan dan lain sebagainya. Audit lingkungan pada awalnya dirancang sebagai suatu perangkat pengelolaan lingkungan yang mengutamakan prinsip sukarela. Namun dalam perkembangannya, audit lingkungan terus

(4)

3 berkembang menjadi perangkat pengelolaan yang lebih kuat dan di beberapa negara bahkan digunakan menjadi perangkat wajib ketika diperintahkan oleh lembaga pengawas lingkungan atau oleh organisasi lainnya yang menghendakinya.

Cahill (1996, h 22) menyebutkan bahwa usaha mendefinisikan audit lingkungan secara persis tidak mudah. Hal ini karena konsep ini masih terus berkembang dan sebagai alat manajemen formal. Hal ini harus disesuaikan dengan organisasi yang melakukannya. Hal lainnya adalah karena program audit dirancang untuk memenuhi salah satu atau beberapa tujuan seperti:

a. Memastikan pentaatan terhadap peraturan.

b. Menentukan tanggung jawab suatu organisasi.

c. Melindungi tanggung jawab pegawai tingkat tertentu dalam perusahaan

d. Menemukan fakta-fakta pada saat akusisi atau perluasan usaha.

e. Penelusuran dan pelaporan biaya pentaatan.

f. Transfer informasi di antara unit-unit operasi.

g. Meningkatkan kepedulian lingkungan.

h. Penelusuran tanggung jawab para manajer terhadap lingkungan.

Di Indonesia, sebagaimana telah disebutkan di bagian pendahuluan, kita menggunakan definisi yang sesuai dengan yang disebutkan di dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Sedangkan menurut SNI 19-19011-2005 sebagai berikut: ‘proses yang terdokumentasi, sistematik, dan mandiri untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi.

Secara sederhana audit lingkungan merupakan suatu proses evaluasi.

Namun dalam rangka menjamin proses evaluasi tersebut akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka suatu audit lingkungan harus dilakukan secara

(5)

4 sistematis, terdokumentasi dan melalui tahap verifikasi. Selanjutnya, untuk menjamin bahwa hasil audit tersebut dapat ditindaklanjuti secara efektif, hasil audit harus dapat dikomunikasikan kepada manajemen agar mendapat komitmen untuk upaya perbaikan di masa mendatang.

(6)

5 BAB II

TUJUAN,MANFAAT,SASARAN AUDIT LINGKUNGAN 2.1 Tujuan Audit Lingkungan

Cheremisinoff et al, (1993) menyebutkan bahwa tujuan kaji ulang suatu audit adalah untuk menentukan, sebagimana halnya dengan mengidentifikasi, seluruh sumber-sumber, nyata dan potensial, yang menyebabkan atau bisa menghasilkan masalah lingkungan. Jika dilakukan secara memadai, audit lingkungan akan menjawab berbagai fungsi, yaitu untuk:

a. Mengkaji potensi terhadap atau efek dari suatu pemaparan.

b. Mengkaji resiko dan potensi masalah.

c. Merekomendasikan tindakan di masa mendatang.

Jika dilakukan pada suatu fasilitas yang sedang aktif, audit lingkungan dapat dijadikan suatu cara untuk mengevaluasi efektivitas program pengelolaan lingkungan yang sedang berjalan dan jika diperlukan dapat disesuaikan untuk mencegah masalah-masalah di masa mendatang.

Jika audit lingkungan dilaksanakan sebagai bagian dari transaksi suatu kegiatan usaha, seperti properti, maka audit dapat menjadi suatu cara untuk memperkirakan masalah-masalah yang mungkin berhubungan dengan transaksi tersebut, dan karenanya dapat menentukan harga properti dengan lebih tepat dan lengkap.

Namun demikian, istilah audit lingkungan bisa digunakan untuk tujuan apapun yang mungkin memiliki arti yang berbeda. Bahkan di Indonesia, audit lingkungan pernah dilakukan untuk mengkaji aspek sosial sebagaimana yang dilakukan oleh PT Inti Indo Rayon dan PT Freeport Indonesia pada pertengahan tahun 2000-an. Setiap audit akan dilaksanakan secara unik dan berbeda, dengan hasil akhir yang sesuai dengan permintaan suatu klien.

Pada pedoman umum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia disebutkan fungsi dan manfaat dari pelaksanaan audit lingkungan, baik

(7)

6 yang dilaksanakan secara sukarela ataupun wajib. Beberapa fungsi audit lingkungan dapat mencakup hal-hal misalnya:

a. Merupakan upaya peningkatan pentaatan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan, misalnya:

standar emisi udara, limbah cair, penanganan limbah dan standar operasi lainnya.

b. Merupakan dokumentasi suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standar operasi, prosedur pengelolaan, dan pemantauan lingkungan termasuk rencana tanggap darurat, pemantauan dan pelaporan serta rencana perubahan pada proses dan peraturan.

c. Menjadi jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan kerusakan lingkungan.

d. Merupakan bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam dokumen AMDAL, yang berguna dalam penyempurnaan pelaksanaan dokumen AMDAL.

e. Merupakan upaya perbaikan penggunaan sumberdaya melalui penghematan penggunaan bahan, minimisasi limbah dan identifikasi kemungkinan proses daur ulang.

f. Merupakan upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu dilaksanakan oleh suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kepentingan lingkungan, misalnya pembangunan yang berkelanjutan, proses daur ulang, efisiensi penggunaan sumber daya.

2.2 Manfaat Audit Lingkungan

Audit lingkungan banyak sekali manfaatnya, baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial, di antaranya adalah:

a. Mengidentifikasi risiko lingkungan.

b. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan atau upaya penyempurnaan rencana yang ada.

(8)

7 c. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan/pemberhentian suatu usaha atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik.

d. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.

e. Membuktikan pelaksaaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan dalam proses pengauditan.

f. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu badan usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung jawab lingkungan.

g. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konservasi energi, dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang limbah.

h. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan yang bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan, pemerintah, dan media massa.

i. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha atau kegiatan asuransi, lembaga keuangan, dan pemegang saham.

Khusus untuk audit yang bersifat wajib, perangkat audit ini bermanfaat untuk mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam rangka memperbaiki pelanggaran atau pencemaran yang mungkin telah terjadi.Selain itu manfaat audit lingkunganyaitu:

a. mengidentifikasi resiko lingkungan

b. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan / pemberhentian operasi oleh pemerintah

c. Menghindari kerugian finansial untuk tujuan akuisisi perusahaan lain.

d. Menghindari adanya sanksi hukum karena pelanggaran peraturan perundangan dan standar – standar lingkungan.

(9)

8 e. Meningkatkan keperdulian staff suatu perusahaan atau unit usaha / organisasi terhadap kebijakan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.

2.3 Sasaran Audit Lingkungan

Sebagaimana perangkat pengelolaan lingkungan, seperti: AMDAL, UKL dan UPL, maka Audit Lingkungan mempunyai sasaran, di antaranya adalah:

a. Pengembangan kebijakan lingkungan.

b. Audit lingkungan dapat menjadi dukungan dalam indentifikasi kebijakan lingkungan suatu korporasi dan dapat memberikan arahan/kerangka pengembangan kebijakan tersebut.

c. Pentaatan terhadap regulasi, lisensi dan standar.

d. Audit lingkungan dapat menjadi dasar untuk menentukan pentaatan dan antisipasi perubahan terhadap kebijakan lingkungan internal, legislasi dan regulasi pemerintah, lisensi dan perjanjian, prosedur operasi standar dan standar teknis.

e. Review tentang tindakan manajemen dan operasi.

f. Pada dasarnya hampir semua kegiatan/usaha mempunyai tindakan manajemen dan operasi yang berwawasan lingkungan. Sasarannya adalah untuk menjamin agar struktur manajemen dan yang ada (existing) mencukupi untuk keperluan tersebut, yang mencakup kebijakan administrasi, manajemen, sumberdaya manusia, tanggung jawab training dan lain sebagainya. g. Minimalisasi resiko lingkungan.

g. Sasaran utama audit lingkungan adalah mengenali resiko lingkungan tahap dini. Audit lingkungan harus bisa mengidentifikasi semua bahaya (hazards) yang aktual atau potensial yang terkait pada fasilitas, operasi dan kemudian menentukan risikonya melalui analisis resiko lingkungan.

b. Audit lingkungan dapat mebantu suatu kegiatan/usaha dalam menggunakan energy dan sumberdaya alam yang efisien, dan

(10)

9 menjamin bahwa bahan dasar yang dipakai dan limbah yang dibuang selaras dengan “eco-effisiency”.

c. Perbaikan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja dengan mengidentifikasi cara untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dan mencari cara untuk memperbaiki kondisi kerja anggota.

d. Sebagai aktivitas setelah AMDAL.

e. Audit lingkungan menjamin bahwa identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak tersebut bisa dikaji setelah usaha tersebut berlangsung.

f. Penyedia informasi yang akurat untuk kegiatan dan praktik bisnis industri seperti asuransi, akuisisi, merger dan disvesment.

g. Pengembang citra hijau dalam koorporasi. Citra hijau adalah salah satu strategi bisnis yang cukup handal dalam persaingan bisnis saat ini. Dalam hal ini audit lingkungan memberikan arahan pada suatu perubahan untuk mengembangkan track record kepedulian lingkunganReputasi semacam ini memberikan citra positif dan bisa menjadi asset korporasi dan strategi pemasaran yang kompetitif.

(11)

10 BAB III

CAKUPAN, PERANAN AUDIT LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN, DAN CIRI KHAS AUDIT LINGKUNGAN 3.1 Cakupan Audit Lingkungan

Cakupan audit menjelaskan tentang tujuan dan batas audit dalam faktorfaktor seperti lokasi fisik dan kegiatan organisasi sesuai dengan laporan. Cakupan audit ditentukan oleh klien dan pimpinan auditor. Fihak yang diaudit harus juga ikut berkonsultasi dalam menentukan cakupan audit. Beberapa perubahan yang memungkinkan dalam cakupan audit memerlukan persetujuan klien dan pimpinan auditor. Sumber yang berkenaan dengan audit harus sesuai dengan cakupan yang diinginkan (Anonim, 1996). Aspek yang dikaji pada pelaksaan audit lingkungan adalah:

a. Aspek teknologi sebagai upaya untuk mengidentifikasi resiko dan meminimisasi dampak kegiatan terhadap lingkungan, pengembangan pendekatan preventif dan penyelesaian masalah pada sumber dampak.

b. Aspek manajemen dan organisasi pelaksanaan kegiatan sebagai upaya peningkatan efektifitas dan kinerja manajemen dalam mengatasi masalah lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Aspek administratif sebagai upaya untuk peningkatan dan pemanfaatan informasi yang dapat dipercaya serta penyempurnaan pengawasan internal terhadap informasi yang berkaitan dengan aspek lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

Pada umumnya suatu kajian audit lingkungan memuat hal-hal sebagai berikut.

a. Sejarah atau rangkaian suatu usaha atau kegiatan, rona dan kerusakan lingkungan di tempat usaha atau kegiatan tersebut, pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan, serta isu lingkungan yang terkait.

(12)

11 b. Perubahan rona lingkungan sejak usaha atau kegiatan tersebut

didirikan sampai waktu terakhir pelaksanaan audit

c. Pengunaan imput sumber daya alam, proses bahan dasar, bahan jadi dan limbah termaksud limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3)

d. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta potensi kerusakan yang mungkin timbul.

e. Kajian resiko lingkungan.

f. Sistem kontrol manajemen, rute pengangkutan bahan dan pembuangan limbah, termasud fasilitas untuk meminimumkan dampak buangan dan kecelakaan.

g. Efektifitas alat pengendalian pencemaran seperti ditunjukan dalam laporan inspeksi, pealatan, uji emisi, uji rutin dan lain-lain.

h. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan termasuk standar dan baku mutu lingkungan.

b. Pentaatan terhadap hasil dan rekomendasi AMDAL (Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan).

c. Perencanaan dan tata laksana standar operasi keadaan darurat.

d. Rencana Minimisasi limbah dan pengendalian pencemaran lingkungan.

e. Pengunaan energi, air dan sumber alam nya.

f. Progam daur ulang, konsederasi hasil daur ulang (product life cycle).

g. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kepedulian lingkungan.

3.2 PERANAN AUDIT LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN Peranan audit lingkungan dalam pembangunan adalah:

a. Audit lingkungan merupakan perangkat manajemen dalam pengelolaan lingkungan.

b. Audit lingkungan merupakan upaya peningkatan ketaatan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan.

(13)

12 c. Audit lingkungsn dapat dijadikan bukti keabsahan rekomendasi

AMDAL dan alat penyempurnaan dokumen AMDAL.

d. Audit lingkungan merupakan upaya untuk peningkatkan tindakan yang telah dilakukan atau yang perlu dilaksanakan oleh usaha atau kegiatan untuk memenuhi kepentingan lingkungan.

3.3 CIRI KHAS AUDIT LINGKUNGAN

Ciri khas dari audit lingkungan ndapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Metodologi yang komprehensif.

b. Konsep pembuktian dan pengujian.

c. Pengukuran dan stadard yang sesuai.

d. Laporan tertulis.

e. Merupakan alat evaluasi.

f. Merupakan dokumen internal oleh suatu usaha atau kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Audit lingkungan pada dasarnya memiliki pengertian sebagai suatu proses evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan dan dilakukan pada tahap oprasional suatu usaha atau kegiatan. Audit lingkungan memiliki berbagai fungsi yang di antaranya adalah mengatisipasi potensi masalah lingkungan dan merekomendasikan tindakan perbaikan. Demikian pula banyak sekali manfaat dari audit lingkungan yang salah satunya adalah menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan yang bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan, pemerintah, dan media massa. Khusus untuk audit lingkungan yang bersifat wajib, perangkat audit ini bermanfaat untuk mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam rangka memperbaiki pelanggaran atau pencemaran yang mungkin telah terjadi.

(14)

13 BAB IV

PRINSIP AUDIT LINGKUNGAN 4.1 Prinsip Audit Lingkugan

Sebelumnya berbagai prinsip pelaksanaan audit lingkungan dapat diturunkan. Pada dasarnya, suatu audit lingkungan sebaiknya memenuhi hal-hal berikut untuk menjamin hasil yang maksimal. Prinsip-prinsip tersebut telah diadopsi di dalam pedoman umum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia. Suatu audit memiliki prinsip sebagai berikut.

a. dilakukan secara sistematis, terdokumentasi, periodik dan obyektif;

b.dilaksanakan secara sukarela sebagai upaya internal untuk memperbaiki kinerja;

c. merupakan bagian dari manajemen dan perangkat manajemen untuk mengendalikan kegiatan usahanya;

d.ditujukan untuk mengidentifikasi resiko lingkungan di masa mendatang;

e. pada dasarnya suatu audit merupakan suatu pengamatan sesaat (snap shoot);

f. audit lingkungan harus bersifat komprehensif, rinci, dan menggunakan protokol audit lingkungan yang memadai;

g.pelaksanaan perlu mendapat dukungan manajemen (pimpinan);

h.dokumen audit bersifat rahasia kecuali ditentukan lain oleh penanggung jawab, misalnya untuk keperluan publikasi atau pembuktian;

i. pelaksana audit harus mengikuti kode etik auditor lingkungan untuk menjamin obyektifitas dan independensi audit tersebut.

4.2 Metodologi Yang Komprehensif

Audit lingkungan memerlukan tata laksana dan metodologi yang rinci. Audit lingkungan harus dilaksanakan dengan metodologi yang komprehensif dan prosedur yang telah ditentukan, untuk menjamin pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta menjamin dokumentasi dan pengujian informasi tersebut. Metodologi yang

(15)

14 digunakan di dalam audit lingkungan harus fleksibel sehingga tim auditor dapat menerapkan teknik-teknik yang tepat. Audit Lingkungan harus berpedoman kepada penggunaan rencana yang sistematik dan sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit lapangan hingga ke tahap penyusunan laporan.

4.3 Konsep Pembuktian Dan Pengujian

Audit lingkungan memerlukan tata laksana dan metodologi yang rinci. Audit lingkungan harus dilaksanakan dengan metodologi yang komprehensif dan prosedur yang telah ditentukan, untuk menjamin pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta menjamin dokumentasi dan pengujian informasi tersebut. Metodologi yang digunakan di dalam audit lingkungan harus fleksibel sehingga tim auditor dapat menerapkan teknik-teknik yang tepat. Audit Lingkungan harus berpedoman kepada penggunaan rencana yang sistematik dan sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit lapangan hingga ke tahap penyusunan laporan.

4.4 Keberhasilan Program Audit Lingkungan

Prinsip-prinsip Audit sebagaimana disampaikan sebelumnya sudah dipublikasikan cukup lama sejak perangkat audit lingkungan mulai diterapkan. Menurut Cahill (1996, h 35) US EPA sejak tahun 1986 telah mencantumkan daftar elemen-elemen penting untuk menjamin agar program audit lingkungan dapat berjalan secara efektif. Sebagian elemen yang disebutkan secara internasional tersebut memiliki kesamaan dengan prinsipprinsip yang telah dibahas.

Pelaksanaan program audit harus mendapatkan dukungan secara eksplisit dari tingkat tertinggi suatu manajemen perusahaan. Hal ini menegaskan bahwa dukungan manajemen harus disebutkan secara eksplisit dan dimulai dari tingkat tertinggi. Dukungan dari manajemen tingkat tinggi merupakan komitmen nyata dari organisasi yang diaudit sehingga program audit dan hasilnya dapat ditindaklanjuti secara nyata.

(16)

15 Pada umumnya, komitmen manajemen tingkat tinggi tersebut dituliskan di dalam pernyataan kebijakan lingkungan suatu organisasi.

Suatu audit lingkungan harus dilaksanakan secara independen oleh auditor yang terlepas dari kegiatan usaha atau organisasi yang sedang diaudit (auditee). Dengan demikian, hasil dari suatu audit lingkungan dapat diyakinkan obyektifitasnya dan tidak terganggu bias pada saat penyelidikan, pengamatan, dan pengujian. Obyektifitas auditor tidak boleh terganggu oleh hubungan personal, konflik kepentingan dari sisi keuangan atau kepentingan lainnya, atau adanya kekhawatiran adanya konsekuensi terhadap auditor. Memang diperlukan pula latihan audit yang dilakukan secara internal, namun hal tersebut tidak digunakan sebagai hasil akhir suatu program audit lingkungan. Obyektifitas dan independensi auditor pelaksana audit merupakan jaminan dari kesuksesan suatu program audit lingkungan.

Hal lainnya yang juga penting dalam rangka keberhasilan suatu program audit lingkungan adalah ketersediaan tim audit lingkungan yang memadai dan telah mendapatkan pelatihan serta pengalaman audit lingkungan. Para auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan disiplin bidang ilmu tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan audit lingkungan. Setiap individu dari tim auditor harus memenuhi standar profesional dan mereka harus memelihara keahliannya melalui pengalaman bekerja, pelatihan dan pendidikan yang sesuai.

Dalam melaksanakan audit lingkungan, berikut adalah hal-hal yang harus disampaikan secara terbuka: tujuan audit, lingkup audit, sumberdaya audit, dan frekuensi pelaksanaan audit. Hal ini perlu disebutkan secara eksplisit dan disepakati agar pencapaian hasil audit menjadi terukur. Tujuan minimum suatu program audit lingkungan, paling tidak mencakup kajian pentaatan terhadap peraturan dan persyaratan lingkungan yang berlaku. Demikian pula harus mengkaji kecukupan sistem pentaatan untuk melaksanakan tanggung jawab yang telah ditugaskan.

(17)

16 Prosedur audit harus dikemukakan secara terbuka sehingga dapat menghindarkan miskomunikasi yang tidak perlu. Para auditor harus dibekali dengan seluruh bahan-bahan yang relevan dari auditee untuk dikaji dan diverifikasi. Hal ini termasuk di dalamnya adalah: kebijakan internal, persyaratan dan ijin lingkungan dari berbagai tingkatan pemerintahan, peraturan yang spesifik untuk kegiatan yang sedang diaudit.

Daftar cek (cheklist) dan protokol audit harus mencakup hal-hal yang spesifik yang harus dievaluasi dari suatu kegiatan yang diaudit. Pedoman pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia juga menggambarkan berbagai hal kunci yang mempengaruhi keberhasilan dari suatu program audit lingkungan sebagai berikut:

a. Dukungan Pihak Pimpinan Pelaksanaan audit lingkungan harus diawali dengan adanya itikad pimpinan usaha atau kegiatan. Usaha atau kegiatan dan proses audit dapat menjadi sangat kompleks dan pelaksanaan audit lingkungan menjadi tidak efektif bila tidak ada dukungan yang kuat dari pimpinan usaha atau kegiatan. Selain itu tim auditor harus pula diberi keleluasaan untuk mengkaji hal-hal yang sensitif dan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.

b. Keikutsertaan Semua Pihak Keberhasilan audit lingkungan ditentukan pula oleh keikutsertaan dan kerjasama yang baik dari semua pihak dalam usaha atau kegiatan yang bersangkutan, mengingat kajian terhadap kinerja lingkungan akan meliputi semua aspek dan pelaksanaan tugas secara luas.

c. Kemandirian dan Obyektifitas Auditor Tim audit lingkungan harus mandiri dan tidak ada keterikatan dengan usaha atau kegiatan yang diaudit. Apabila tidak, maka obyektifitas dan kredibilitas akan diragukan. Pada umumnya, kemandirian auditor diartikan bahwa auditor adalah orang dari luar usaha atau kegiatan yang diaudit.

d. Kesepakatan Tentang Tata Laksana dan Lingkup Audit Harus ada kesepakatan awal antara pimpinan usaha atau kegiatan dengan tim auditor tentang lingkup audit lingkungan yang akan dilaksanakan

(18)

17 4.5 Peranan Audit Lingkungan

Telah disebutkan berbagai prinsip pelaksanaan audit lingkungan dan elemen keberhasilan suatu program audit lingkungan pada paragraf- paragraf sebelumnya. Adalah penting untuk memahami peranan dari pelaksanaan audit lingkungan. Hasil suatu audit lingkungan berperan dan bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti berikut ini.

a. dapat dijadikan bahan utama laporan lingkungan;

b. penghematan sumber daya;

c. memperbaiki effesiensi, peningkatan output;

d. mencegah dan mengurangi resiko lingkungan;

e. meningkatkan citra perusahaan, green consumer.

(19)

18 BAB V

FALSAFAH MANAJEMEN LINGKUNGAN 5.1. Falsafah Manajemen Lingkungan

Menurut D.lard.Greno dan kaan-kawan,falsafah manajemen lingkungan dasar dibedakan menjadi 3 hal sebagai berikut:

a. Pemecahan Masalah :Fokus utamanya pada pemecahan masalah lingkungan yang segera dan paling dikenal dan menghindari biaya yang tidak perlu, yang diakibatkan oleh staff yang meningkat atau pengeluaran modal. Disini, sistem manajemen lingkungan cenderung tidak formal, dan tanggung jawab untuk manajemen lingkungan sebagian besar terletak pada pengacara, insinyur dan spesialis lain yang cenderung memfokuskan pada masalah dan perhatian pabrik.

Mereka cenderung hanya menekankan hukum dan peraturan “yang perlu” yaitu apa yang tidak mempunyai peluang untuk interprestasi dan resiko yang paling signifikan.

b. Mengelola ketaatan :Suatu perusahaan membangun suatu sistem yang lebih formal untuk mengelola tingkat yang diinginkan atau tingkat ketaatan. Pergeseran ini dapat berasal dari keinginan manajemen untuk mengelola dengan lebih baik mengenai apa yang ditentukan oleh hukum atau kebijakan dan prosedur perusahaan. Fokus utama dari sistem manajemen lingkungan, kesehatan, dan keamanan adalah mencapai dan memelihara tingkat ketaatan yang diinginkan dengan berbagai persyaratan peraturan. Disini program audit lingkungan cenderung memasukkan tidak hanya penilaian masalah (dan mungkin praktik yang sehat), akan tetapi juga penentuan dan/ atau verifikasi ketaatan yang dicapai.

c. Mengelola Kepastian Lingkungan :Falsafah manajemen dasar adalah bahwa resiko lingkungan yang potensial terhadap perusahaan dan terhadap lingkungan harus dikelola. Tidak hanya resiko yang berhubungan dengan ketaatan penting bagi perusahaan, akan tetapi

(20)

19 juga resiko lain yang belum dicakup oleh persyaratan peraturan atau standar eksternal yang ada adalah penting. Fokus utamanya pada membangun sistem manajemen lingkungan yang menekankan, melindungi sumber daya internal dan lingkungan eksternal dari kerugian dengan mencari dan mengantisipasi resiko dan juga mengelola resiko yang disebabkannya. Perusahaan pada program audit lingkungan sering menilai kesesuian dari sistem manajemen lingkungan dan memverifikasi efektifitasnya, selain menilai masalah dan memverifikasi ketaatan.

(21)

20 BAB VI

JENIS-JENIS AUDIT LINGKUNGAN 6.1 Audit Pentaatan

Audit PentaatanAudit Pentaatan memiliki sifat

a. Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada b. Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan

c. Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.

d. Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian,

e. pemantauan dan pelaporan sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan

f. Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.

6.2 Audit Manajemen

Audit jenis ini mempunyai sifat :

a. Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan resiko yang berkaitan dengan manajemen bahan

b. Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat penyimpangan.Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.

c. Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi.

d. Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan penanganan limbah.

e. Menilai tempat pembuangan secara rinci.

f. Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan masyarakat.

6.3 Audit Produksi Bersih Dan Minimasi Limbah Jenis audit ini mempunyai sifat :

a. Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.

(22)

21 b. Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap

praktek pembelian, proses produksi dan timbunan limbah.

c. Mencari tindakan alternatif pengurangan produksi, dan pendaur ulangan limbah.

6.4 Audit Konversi Air

Sifat audit ini adalah :Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan mencari upaya untuk mengurangi penggunaan air total melalui usaha pengurangan, penggunaan ulang dan pendaur-ulangan.

6.5 Audit Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Jenis audit ini memiliki sifat :

a. Menilai tatalaksana operasional pekerjaan, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, pembuangan bahan pencemar dan sejenisnya, yang berhubungan erat dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Audit ini memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan apakah perusahaan tersebut sudah mentaati peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

6.6 AUDIT PEROLEHAN (PROCUREMEND AUDIT) Meninjau praktek pembelian:

a. Mengidentifikasi hasil produksi daan peralatan alternatif.

b. Dapat dilakukan terpisah atau sebagai bagian audit minimisasi limbah atau audit produksi bersih.

c. Biasanya melibatkan pegawai bagian pembelian.

d. Melihat alternatif dari yang sederhana sampai genting (cradle to grave)

6.7 Audit Konservasi Energi

Sifat audit ini adalah :melacak pola pemakaian tenaga listrik, gas dan bahan bakar minyak dan mencoba untuk mengkuantifikasikan serta meminimalkan penggunaannya.

(23)

22 6.8 Audit Pengotoran Dan/Kontaminasi Lokasi Usaha

a. Menilai kedaan pengotoran lokasi perusahaan akibat pengoperasian yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.

b. Melakukan pengambilan contoh dari lokasi dan melakukan penganalisaan contoh sampel tersebut untuk jangka waktu yang cukup panjang dan merupakan hal yang khusus pada audit jenis ini (audit lain tidak melakukan pengambilan sampel).

c. Melakukan pengelolaan secara statistik terhadap hasil audit, jika diperlukan.

(24)

23 BAB VII

RUANG LINGKUP AUDIT LINGKUNGAN 7.1 Ruang Lingkup Audit Lingkungan

a. Membahas sejarah atau rangkaian suatu usaha, rona dan kerusakan lingkungan di tempat usaha tsb, pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan, serta isu lingkungan yang terkait

b. Perubahan rona lingkungan

c. Penggunaan input dan sumberdaya alam, proses bahan dasar, bahan jadi, dan limbah, termasuk limbah B3

d. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3, serta potensi kerusakan yang mungkin timbul

e. Kajian resiko lingkungan

f. Sistem kontrol manajemen, rute pengangkutan bahan dan pembuangan limbah

g. Efektifitas alat pengendalian pencemaran

h. 8. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan penaatan perUU i. Penaatan terhadap hasil dan rekomendasi AMDAL (RPL&RKL) j. Perencanaan dan prosedur standar operasi keadaan darurat

k. Rencana minimisasi limbah dan pengendalian pencemaran lingkungan

l. Penggunaan energi, air, dan sumberdaya alam lainnya m. 13. Program daur ulang

n. Peningktan kemampuan sumberdaya manusia dan kepedulian lingkungan

(25)

24 BAB VIII

TAHAPAN PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN

8.1 Tahapan Pelaksanaan Audit Lingkungan a.Pendahuluan

Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang dilaksanakan, jenis usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.

b.Pra audit

Kegiatan pra-audit merupakan bagian yang penting dalam prosedur audit lingkungan. Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan pelaksanaan audit dan tindak lanjut audit tersebut. Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci mengenai aktifitas di lapangan, status hukum, struktur organisasi, dan lingkup usaha atau kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana audit, penentuan tim auditor, dan pendanaan pelaksanaan kegiatan audit. Pada saat ini, tujuan dan ruang lingkup audit harus telah disepakati.

c.Kegiatan Lapangan

 Pertemuan pendahuluan: Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan pertemuan dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan audit, tata laksana, dan jadwal kegiatan audit.

 Pemeriksaan lapangan: Pemeriksaan di lapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan. Tim audit akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha atau kegiatan yang akan menjadi dasar penetapan areal kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus. Dengan melaksanakan pemeriksaan lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-hal yang terkait erat dengan kegiatan audit namun belum teridentifikasi dalam perencanaan.

(26)

25

 Pengumpulan data: Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan akan mencakup tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil pengamatan tim auditor, hasil sampling den pemantauan, foto-foto, rencana, peta, diagram, kertas kerja dan hal-hal lain yang berkaitan, Informasi tersebut harus terdokumentasi dengan baik agar mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk menunjang dan merupakan dasar bagi pengujian hasil temuan audit lingkungan

 Pengujian : Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh tim auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim auditor harus menunjang semua pernyataan, atau telah teruji melalui pengamatan langsung oleh tim auditor. Dalam menguji hasil temuan audit, tim auditor harus menjamin bahwa dokumen yang dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh karena itu tata laksana audit harus menentukan tingkat pengujian data yang dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim auditor.

 Evaluasi hasil temuan: Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan audit dan tata laksana yang telah disetujui untuk menjamin bahwa semua isu/masalah telah dikaji. Dokumentasi penunjang harus dikaji secara teliti sehingga semua hasil temuan telah ditunjang oleh data dan diuji secara tepat.

 Pertemuan akhir : Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor harus memaparkan hasil temuan pendahuluan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini akan mendiskusikan berbagai hal yang belum terpecahkan atau informasi yang belum tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil temuannya secara garis besar dan menentukan waktu penyelesaian laporan akhir. Seluruh dakumentasi selama penelitian harus dikembalikan kepada penanggung jawab usaha atau kegiatan.

(27)

26 d.pasca audit

Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan tentang rencana tindak lanjut terhadap isu-isu lingkungan yang telah diidentifikasi.

(28)

27 BAB IX

AKTIVITAS PRA DAN SETELAH AUDIT 9.1 Aktivitas Pra Audit

Proses audit lingkungan dimulai dengan sejumlah aktivitas sebelum audit ditempat aktual terjadi. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu pemilihan fasilitas yang diaudit, jadwal dari fasilitas yang diaudit, pemilihan tim audit, pengembangan dari suatu rencana audit, mendefinisikan ruang lingkup audit, pemilihan topik yang prioritas untuk dimasukkan, memodivikasi program audit dan mengalokasi sumber daya tim audit. Audit ditempat aktual secara tipikal terdapat 5 langkah dasar, yaitu:

a. Memahami sistem dan prosedur manajemen internal Pemahaman auditor biasanya dikumpulkan dari berbagai sumber, misalnya diskusi staff, kesioner, kunjungan pabrik dan dalam kasus tertentu, suatu pengujian verifikasi terbatas dilakukan untuk membantu mengkonfirmasikan pemahaman awal auditor. Auditor biasanya mencatat pemahamannya dalam suatu bagan arus, uraian naratif atau gabungan dari keduanya agar dapat mempunyai suatu deskripsi yang tertulis. Tujuan dasar dalam langkah ini untuk memahami berbagai cara memperhatikan lingkungan yang dikelola.

Dalam kelanyakan organisasi, banyak aspek dari sistem manajemen lingkungan internal tidak didokumentasikan secara tertulis. Namun sistem manajemen yang terpilih dapat didokumentasikan dalam detail yang cukup untuk memberikan suatu pemahaman dan prosedur- prosedur dasar rencana.

b. Menilai kekuatan dan kelemahan :Auditor mencari indikator- indikator seperti tanggungjawab yang secara jelas didefinisikan, suatu sistem otorisasi yang memadai, kesadaran dan kapabilitas personil, dokumentasi dan pencatatan, serta verifikasi internal. Jika disain manajemen lingkungan internal dinilai sehat (yaitu hasil yang diterima tercapai, apabila sistem berfungsi seperti yang didisain), maka langkah

(29)

28 audit berikutnya dapat memfokuskan pada efektifitas yaitu disain diimplementasikan, dan sejauhmana system dalam kenyataan telah dilaksanakan seperti yang dikehendaki. Namun, apabila disain dari sistem intrenal tidak cukup sehat untuk memastikan hasil yang dikehendaki, langkah audit berikutnya harus memfokuskan pada hasil lingkungan daripada sistem manajemen internal.

c. Menyimbulkan bukti-bukti audit: Kelemahan-kelemahan yang dicurigai dalam sistem manajemen dikonfirmasi dalam tahap ini, sistem yang tampak sehat diuji untuk membuktikan bahwa sistem tersebut berfungsi sesuai dengan yang direncanakan dan digunakan secara konsisten. Bukti audit dapat dikumpulkan melalui penyelidikan (seperti kuesioner formal dan kuesioner tidak formal), pengamatan dan pengujian (seperti menelusuri kembali data, memverifikasi jejal kertas). Tim audit harus mengidentifikasi dan kemudian memverifikasi aktivitas tersebut dalam proses manajemen lingkungan yang dapat memberikan pandangan secara mendalam mengenai fungsi sistem secara keseluruhan. Bukti audit dapat berupa dalam bentuk fisik, dokumen atau keadaan.

d. Menilai temuan audit :Pengamatan audit dan temuan dinilai, tujuannya dapat dimengerti dan mengintegrasikan temuan-temuan dan observasi dari setiap anggota tim, kemudian menentukan disposisi akhir temuan dan observasi akan dimasukkan ke dalam laporan audit yang formal atau hanya membawa pada perhatian dari manajemen fasilitas. Temuan audit dan observasi dapat diorganisasikan untuk menentuka temuan yang umum, dapat mempunyai signifikasi yang lebih besar daripada bila dipandang secara individual. Dalam menilai temuan audit, anggota tim khususnya pemimpin tim, menentukan apakah bukti audit yang dimiliki cukup untuk mendukung temuan audit.

e. Melaporkan temuan audit:Proses pelaporan audit lingkungan sering dimulai dengan diskusi yang tidak formal antara auditor dan

(30)

29 koordinator lingkungan fasilitas ketika penyimpanan diketahui.

Temuan lebih jauh akan diklarifikasi ketika audit sedang berlangsung dan kemudian dilaporkan kepada manajemen fasilitas selama penyelesaian audit atau konferensi penutupan. Selama pertemuan, tim audit mengkomunikasikan semua temuan dan pengamatan yang diketahui selama audit dan menunjukkan item-item mana yang akan muncul dalam laporan audit yang formal. Tujuan pengunaan laporan audit mencakup memberikan informasi kepada manajemen, memprakarsai tindakan korektif, dan menyediakan dokumentasi audit.

Laporan audit memberikan kaitan yang cukup untuk seluruh penelaahan yang dilakukan sehinggam kerangka kerja manajemen yang ada dapat menentukan apa, apabila ada, tindakan-tindakan yang diperlukan.

(31)

30 BAB X

JENIS AUDIT LINGKUNGAN BERDASARKAN PERATURAN NASIONAL

10.1 Audit Lingkungan Wajib

Audit lingkungan adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan berdasarkan perintah Menteri Lingkungan Hidup dan ketidakpatuhan penganggungjawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut. (KEP- 30/MENLH/2001).

10.2 Audit Lingkungan Sukarela

Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan hidup. (KEP-42/MENLH/111994).

Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH Nomor KEP-42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman

Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan

ISO 14001 adalah standar lingkungan terhadap organisasi yang dinilai. Ini menentukan persyaratan untuk EMS, yang menyediakan kerangka kerja bagi suatu organisasi untuk mengendalikan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Standar lain untuk isu-isu

lingkungan hidup adalah ISO 1OOO.

Ketika melihat audit lingkungan, kadang terpikir ini adalah sebuah ruang untuk menjaga tetap berkualitasnya kondisi lingkungan hidup.

(32)

31 Dalam pembelajaran, terlihat jelas bahwa audit lingkungan hanya merupakan sebuah kesukarelaan. Bahkan yang dibelajarkan adalah audit lingkungan dalam ISO 14000, bukan pada audit lingkungan yang termaktub dalam perundang-undangan negeri ini. Kementerian Lingkungan Hidup sendiri telah mengeluarkan turunan UU mengenai audit lingkungan, yaitu KepMenLH No 30/2001 juga sebelumnya pada KepMenLH No 42/1994. Gaung Audit Lingkungan mulai menggema ketika WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) berpendapat bahwa sistem AMDAL yang ada sepatutnya dilengkapi dengan audit lingkungan. Namun kenyataannya masih sangat sulit melihat terjadinya proses audit lingkungan terhadap pelaku usaha. Hal ini juga lebih dikarenakan tidak ada kewajiban pelaku usaha untuk melakukan audit lingkungan, yang ada hanyalah kesukarelaan. Dalam Standar Nasional Indonesia, pedoman audit lingkungan telah diabolisi (tidak dipergunakan lagi). Diantaranya adalah SNI 19-14010-1997 tentang Pedoman audit lingkungan – Prinsip umum, SNI 19-14011-1997 tentang Pedoman untuk pengauditan lingkungan – Prosedur audit – Pengauditan sistem manajemen lingkungan dan SNI 19-14012-1997 tentang Pedoman audit untuk lingkungan Kriteria kualifikasi untuk auditor lingkungan. Melihat tidak pentingnya audit lingkungan dalam tataran kebijakan, maka tidak salah bila telah terjadi pengarahan negeri bencana ini ke arah ecosida, yang bisa jadi terjadi tidak lebih dari 7 tahun lagi.

Audit lingkungan adalah proses jalan panjang yang harus dimulai dan dikampayekan oleh semua pihak demi keselamatan umat manusia. Banyak perusahaan di Indonesia yang telah melaksanakan aktivitas CSR (corporate social responsibility/ pertanggungjawaban sosial perusahaan) di lapangan. Akan tetapi belum banyak yang mengungkapkan aktivitas tersebut dalam sebuah laporan. Hanya beberapa perusahaan yang telah mengungkapkan informasi lingkungan dan tanggungjawab sosial di dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa di antaranya membuat laporan CSR tersendiri, terpisah dari laporan tahunan. Dibandingkan dengan negara

(33)

32 lain, harus diakui bahwa perkembangan praktik laporan keberlanjutan di Indonesia berjalan lambat. Jika penyusunan laporan keuangan diwajibkan oleh Undang-undang Perseroan Terbatas, sedangkan untuk laporan keberlanjutan belum ada ketentuan perundang-undangan yang mewajibkan pembuatan laporan tersebut. Khusus untuk mewajibkan penyusunan laporan keberlanjutan di Indonesia nampaknya masih perlu waktu, terutama kesiapan dalam sistem pendukung seperti adanya standar pelaporan yang bisa diterima secara umum dan ketersediaan tenaga yang berkompeten untuk menyusun laporan tersebut, termasuk tenaga yang melakukan fungsi assurance.

(34)

33 BAB XI

STUDI KASUS 11.1 Studi Kasus

PT. Barito Pasific Timber Tbk, dan PT. Binajaya Roda Karya telah memperoleh akreditasi ISO 14001, standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan (EMS). Akreditasi diberikan pada tanggal 20 maret 2000 dan berlaku selama 3 tahun dari tanggal tersebut “sesuai dengan implementasi berkesinambungan yang memuaskan dari sistem manajemen operator” (BVQIISO 14001 Sertifikat 66596). BVQI (Bureau Verlitas Quality Internasional) melaksanakan audit sertifikasi dan akan terus melaksanakan audit-audit eksternal EMS pada interval 6 bulanan.

Audit berikut nya dijadwalkan pada bulan February 2001.

Sebagai bagian dari proses ISO 14001, perusahaan ini memperbaiki penyelanggaraan lingkungan perusahaannya dan menyusun prosedur kerja untuk mencapai tujuan ini. Juga sebagai bagian dari proses tersebut, perusahaan telah melaksanakan dan akan terus melaksanakan audit internal untuk memastikan EMS diimplementasikan secara efektif, untuk mengidentifikasi cara-cara yang menjamin perbaikan yang berkesinambungan dari penyelenggaran lingkungan perusahaan.

Meskipun tinjauan lingkungan awal (Initial Environmental Review) yang dilaksanakan sebagai bagian dari proses ISO 14001, departemen lingkungan perusahaan mengeluarkan laporan foto yang memperinci contoh-contoh dari kegiatan manajemen tidak baik yang mendapat perhatian selama pemeriksaan. Laporan ini didistribusikan kepada kepala- kepala departemen dengan instruksi agar memperbaiki keadaan ini. Audit internal dilaksanakan bulan Juli 2000 yang berlaku sebagai mekanisme untuk menjamin bahwa semua perbaikan telah dilakukan dan mengidentifikasi perbaikan yang masih belum selesai atau baru.

Tujuannya adalah untuk membuat laporan foto lanjutan berdasarkan audit bulan Juli. Tetapi sejauh ini belum tercapai. Selama audit juga banyak contoh pelaksanaan manajemen tidak bagus yang didapat dari laporan

(35)

34 foto, ternyata masih dijumpai di lingkungan perusahaan.

BVQI melaksanakan audit eksternal EMS selama bulan Agustus 2000, danselama itu ada beberapa poin persoalan yang mendapat

perhatian, yaitu:

• Kontrol debu yang tidak layak,

• Total Padatan Tersuspensi (TSS) di log pond masih terlalu tinggi.

Rencana-rencana kerja untuk mengurangi polusi log pond perlu diperbaiki,

• Mengurangi limbah kayu dan memperbaiki tingkat pemulihan kayu di areal utama yang memerlukan perbaikan segera, dan

• Tidak adanya bukti pengawasan emisi cerobong asap, bau atau

pengawasan vibrasi.

Semenjak audit eksternal telah ada tinjauan internal dari persoalan- persoalan ini, yang menghasilkan saran perbaikan dan mengidentifikasi orang-orang yang bertanggung jawab melaksanakan perbaikan tersebut.

Masih belum ada tindakan sampai sekarang dan persoalan-persoalan ini

masih terbuka.

Penerimaan ISO 14001 seharusnya dipandang sebagai langkah positif dalam menjamin peningkatan penyelenggaraan lingkungan PT. Barito Pacific TimberTbk. dan PT. Binajaya Roda karya. Namun demikian, yang harus dilaksanakan untuk menjaga akreditasi adalah mengambil langkah untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan manajemen di lapangan secara berkesinambungan,terutama di tempat- tempat dimana limbah kayu menjadi perhatian.

11.2 Temuan Audit a. Limbah kayu

Limbah kayu merupakan persoalan kritis di PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda karya, dan diidentifikasi BVQI sebagai salah satu dari persoalan-persoalan utama yang memerlukan perhatian melalui EMS ISO14001. Selama tinjauan lapangan terdapat banyak buangan dari sumber alamiah, yaitu kayu, selama proses produksi. Hal

(36)

35

ini meliputi:

• Kayu yang dibuang selama proses penggergajian dalam jumlah banyak,

• Jumlah kayu gelondongan yang membusuk sebelum dipakai.

Kebijakan “pertama datang, pertama diolah” (first in first out) harusdiimplementasika kayudigunakansebelumrusak,

• Kerusakan kayu gelondongan karena kulit kayu dibiarkan melekat, membiarkan vetebrata merusak log-log yang menyebabkan tingkat

pemulihan rendah,dan

• Sejumlah besar produk akhir, terutama kayu papan, ditumpuk di tempatterbuka dalam jangka waktu yang lama dan kemungkinan tidak

bisa dijual.

Kebanyakan kulit kayu dan beberapa limbah kayu lain saat ini dibuang ketanah rawa untuk mereklamasi tanah tersebut. Areal ini kelihatannya tidakmemiliki tumbuhan dan dari segi estetika tidaklah menarik. Selain itu, areal-areal yang sebelumnya dipakai untuk pembuangan limbah kayu nampaknya tidak ber-regenerasi dengan cepat, dan pembakaran secara bebas menimbulkan persoalan kualitas udara.

b. Air

Fasilitas perusahaan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda karya letaknya berdekatan dengan sejumlah anak sungai. Di sebelah timur, pabrik berbatasan dengan, dan menggunakan, sungai Barito. Di sebelah utara adalah sungai Andjir Soebardjo. Handil Sungai Barito, anak sungai kecil dari sungai Barito, mengalir ke arah timur laut dari pabrik. Areal pabrik dan daerah luar kotadi sekelilingnya rendah letaknya dan mudah kebanjiran.

Kepada auditor menunjukkan keseimbangan air semua areal pengolahan pabrik (kecuali penggergajian yang tidak menggunakan air dalam aktifitasnya). Keseimbangan air menunjukkan bahwa sebagian air pengolahan dipompa dari sungai Barito.

(37)

36 Staf lapangan menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan adanya kontaminasi air permukaan yang berhubungan dengan pabrik.

Namun demikian, selama tinjauan ke lokasi tercatat adanya kontaminasi hidrokarbon sungai Barito di sekitar log pond dan areal penggergajian. Lapisan minyak dipermukaan air berasal dari derek, rel conveyor dan chainsaw tarik. Terdapat sejumlah minyak dan pelumas di bawah peralatan ini, yang tidak mempunyai tempat pengeringan

lain selain log pond dan sungai.

Sungai Barito juga dipakai para staf untuk mandi dan mencuci.

Sabun dan deterjen akan mengkontaminasi sungai. Selain itu, di sungai juga ditemukansampah. Tidak jelas dari mana asalnya, bisa saja berasal dari lokasi-lokasi lain.

c. kualitas kayu

Debu merupakan persoalan diberbagai lokasi, tetapi yang terparah

terdapat diareal pembuatan particle board dan pabrik kayu lapis.

Tidak ada pengawasan debu yang dilaksanakan saat ini, walaupun debu membahayakan lingkungan dan kesehatan serta keamanan.

Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan lem dan penggunaan lem, baik di pabrik kayu lapis atau diareal pembuatan particle board menimbulkan persoalan kualitas udara.

Sejumlah cerobong asap di lapangan berhubungan dengan ketel yang menjalankan diesel, pembakaran limbah kayu dan debu gergajian, dan juga tempat pembakaran buangan limbah. Cerobong- cerobong ini menghasilkan asap pencemar dalam jumlah yang besar dan karenanya memerlukan pengawasan. Program pengawasan cerobong asap telah tertinggal oleh program EMS saat audit. Tetapi pada rapat selanjutnya dengan staf lapangan (tanggal 19 Oktober2000) program pengawasan cerobong asap direkomendasikan pada tanggal 11Oktober 2000. Pengawasan dilakukan oleh BPPI tetapi hasilnya belumtersedia.

Areal luas yang sebelumnya digunakan sebagai lahan

(38)

37 penimbunan kulit kayu dan limbah kayu, sebagai bagian dari upaya reklamasi sebagian tanah rawa dilokasi, dibakar. Aktifitas ini

menyebarkan banyak asap ke atmosfer.

BVQI mencatat tidak ada pengawasan vibrasi atau bau yang dilaksanakan saat ini. Perusahaan mengalami kesulitan dalam mengorganisasi pengawasan karena hanya dua organisasi di Indonesia yang dianggap mampu melakukan monitoring jenis ini.

Organisasi-organisai ini didekati dan diminta untuk melaksanakan pengawasan tersebut pada tanggal 20 Oktober 2000. Tanggal itu telah berlalu tetapi monitoring tersebut tidak pernah dilaksanakan.

(39)

38 DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Chafid, Retno Nur Utami, Sofiudin Nurmansyah. 2008. Audit Lingkungan. Gadjahmada University Press, Yogyakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2010. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.17 tahun 2010 tentang Audit Lingkungan, Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup yang Diwajibkan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.

Purnama, D. 1995. Ya, PT Freeport Bersalah!: Kolom Opini Kompas

Soemarwoto, O. 1995. Apakah PT Freeport Bersalah: Kolom Opini Kompas.

Referensi

Dokumen terkait

Lingkup harus dipelihara sebagai informasi terdokumentasi dan tersedia untuk pihak berkepentingan. 4.4 Sistem manajemen lingkungan Untuk mencapai hasil yang

Pemberdayaan organisasi, yang pada dasarnya bersifat Pemberdayaan organisasi, yang pada dasarnya bersifat sistematik, meliputi upaya peningkatan kinerja manusia dan.

Audit Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut meliputi faktor-faktor sebagai berikut : (a) Independensi (bebas tidak memihak) Berusaha bersikap netral dan

Audit lingkungan merupakan alat manajemen, akan tetapi dapat juga digunakan sebagai alat dari badan pengatur dan setiap kelompok yang berhubungan dalam menilai kinerja

Audit mutu adalah pemeriksaan dan penilaian secara sistematik, objektif, terdokumentasi dan mandiri untuk menetapkan apakah kegiatan sistem manajemen mutu dan hasil

Dengan demikian, dalam penyusunan dokumen audit lingkungan wajib memuat informasi yang meliputi tujuan dan proses pelaksanaan audit, temuan audit, kesimpulan audit,

Audit Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut meliputi faktor-faktor sebagai berikut : (a) Independensi (bebas tidak memihak) Berusaha bersikap netral dan

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan, audit lingkungan adalah: Suatu manajemen yang meliputi evaluasi