• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Citeureup, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Citeureup, Bogor"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001

DI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

CITEUREUP, BOGOR

DINARLIANTI SASTRAWIJAYA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DINARLIANTI SASTRAWIJAYA. Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor. Dibimbing oleh PRASTOWO.

PT. Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tbk. Cietureup, Bogor telah mengimplementasikan ISO 14001 sejak September 2002 dan tetap mempertahankan akreditasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. ITP Citeureup khususnya kajian efektivitas pengelolaan aspek lingkungan penting yang meliputi: emisi debu, emisi gas buang, kebisingan, tumpahan limbah B3, dan pemanfaatan limbah B3. Pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu pengumpulan data sekunder berupa prosedur kegiatan perusahaan dan data hasil pengukuran pemantauan emisi debu, emisi gas buang, serta tingkat kebisingan. Data-data tersebut dibandingkan dengan standar SNI 19-14001-2005 dan peraturan perundang-undangan, sehingga dapat ditentukan efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT. ITP Citeureup. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. ITP Citeureup tidak sepenuhnya efektif, karena terdapat beberapa pasal yang belum sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan.

Kata kunci: aspek lingkungan, ISO 14001, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., SNI 19-14001-2005

ABSTRACT

DINARLIANTI SASTRAWIJAYA. Study on Effectiveness of Implementation ISO 14001 Environmental Management System of PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor. Supervised by PRASTOWO.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001

DI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

CITEUREUP, BOGOR

DINARLIANTI SASTRAWIJAYA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Citeureup, Bogor Nama : Dinarlianti Sastrawijaya

NIM : F44090034

Disetujui oleh

Dr Ir Prastowo, M Eng Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Budi Indra Setiawan, M Agr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah efektivitas sistem manajemen lingkungan ISO 14001, dengan judul Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Prastowo, M.Eng. selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Guruh Sudaryanto selaku pembimbing lapang, Bapak Agus Erfin, Bapak Junandar, dan Bapak Zainudin, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 46, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 2 

Tujuan Penelitian 2 

Manfaat Penelitian 2 

Ruang Lingkup Penelitian 2 

TINJAUAN PUSTAKA 3 

Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 3 

Kebijakan Lingkungan 5 

Aspek Lingkungan Penting (ALP) 5 

Persyaratan Peraturan Perundang-undangan dan Lainnya 6 

Tujuan, Sasaran, dan Program 6 

Emisi Debu 6 

Emisi Gas Buang 7 

Kebisingan 7 

Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) 8 

METODE 8 

Bahan 10 

Alat 10 

Prosedur Analisis Data 10 

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 

Kebijakan Lingkungan 11 

Aspek Lingkungan Penting (ALP) 12 

Prosedur ALP 12 

Rekaman Identifikasi ALP 13 

Pengendalian ALP 13 

(11)

Emisi Gas Buang 15 

Kebisingan 17 

Pemanfaatan Limbah B3 18 

Tumpahan Limbah B3 19 

SIMPULAN DAN SARAN 20 

Simpulan 20 

Saran 21 

DAFTAR PUSTAKA 21 

LAMPIRAN 13

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Siklus SML ISO 14001 4 

2 Flow chart SML PT. ITP 4 

3 Diagram kesesuaina efektivitas 9 

4 Kerangka pemikiran 10 

5 Emisi debu di lingkungan kerja 14 

6 Emisi debu di lingkungan masyarakat 14 

7 Emisi gas Sox 16 

8 Emisi Gas NOx 16 

9 Tingkat kebisingan di lingkungan masyarakat 17  10 Tingkat kebisingan di bagian produksi 18 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peraturan Perundang-undangan 23 

2 Tujuan, sasaran, dan program 24 

3 Baku mutu partikulat (emisi debu) dan emisi gas SOx serta NOx 25  4 Nilai ambang batas tingkat kebisingan 26 

5 Kebijakan PT. ITP Citeureup 27 

6 Muatan prosedur aspek lingkungan PT. ITP Citeureup 28  7 Contoh rekaman identifikasi aspek lingkungan PT. ITP Citeureup 29  8 Pengelolaan emisi debu di PT. ITP Citeureup 30  9 Peta penempatan EP dan bag filter 31  10 Pemantauan emisi debu PT. ITP Citeureup 32  11 Pengelolaan dan pemantauan emisi gas buang di PT. ITP Citeureup 33 

12 Pengukuran kebisingan 34 

13 Flow chart penggunaan limbah B3 35 

14 Sarana dan prasarana PT. ITP Citeureup untuk memeanfaatkan

limbah B3 36 

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu mengenai lingkungan pada saat ini sudah menjadi perhatian banyak kalangan, tidak hanya pemerintah tetapi juga para pemilik perusahaan. Karena dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan dapat mencemari lingkungan. hubungan perusahaan dengan lingkungan bersifat non-reciprocal artinya kegiatan yang dilakukan tidak memiliki timbal balik dari pihak yang berhubungan. Dalam UU RI No. 23 Tahun 1997 pada Pasal 6 disebutkan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara dan mengelola lingkungan (Gunarwan, 2007 dalam Masyiah, 2011).

Perlunya peningkatan kesadaran lingkungan pada masyarakat sangat penting untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, mengingat bahwa semakin besar kerusakan kerusakan lingkungan yang bersifat antroposentris dan adanya faktor pembatas yaitu daya dukung lingkungan (Democratic Socialist Party, 1999 dalam Ridwan, 2003).

Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian integral dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan. Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang lengkap meliputi hal-hal yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi.

Rendahnya kesadaran pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di negara berkembang biasanya mengakibatkan industri mengalami kemunduran produksi dan lingkungan serta mengalami daya dukung (Romatio, 2002). Selain itu, fenomena yang berkembang di Indonesia adalah menurunnya kinerja lingkungan suatu organisasi setelah mendapatkan sertifikat ISO 14001, sehingga dapat menghambat usaha penyelarasan keseimbangan aspek ekonomi dan ekologi. Banyak organisasi yang telah melaksanakan audit lingkungan untuk mengkaji kinerja lingkungan mereka. Bila dilaksanakan tersendiri, maka audit tersebut tidak cukup memberikan jaminan bahwa kinerja lingkungan tersebut memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dan kebijakan organisasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui efektivitasnya, audit tersebut perlu dilaksanakan dalam suatu sistem manajemen yang terstruktur dan terintegrasi dalam suatu organisasi.

(14)

2

Perumusan Masalah

Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur efektivitas SML dalam penelitian adalah kinerja lingkungan perusahaan. Efektivitas dapat dilihat dari sejauh mana elemen SML yang dikembangkan oleh PT. ITP Citeureup dijalankan dan dipelihara sesuai dengan standar SML ISO 14001, selain itu cara-cara yang ditempuh oleh manajemen untuk memenuhi syarat elemen manajemen bersangkutan untuk disesuaikan dengan kemampuan, kompetensi, dan kemudahan bagi karyawan. Serta melihat sejauh mana SML yang dikembangkan efektif menangani masalah-masalah lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk, dan jasa PT. ITP Citeureup.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan SML ISO 14001 di PT. ITP Citeureup khususnya kajian efektivitas pengelolaan aspek lingkungan pentingyang meliputi: emisi debu, emisi gas buang, kebisingan, pemanfaatan limbah B3, dan tumpahan limbah B3.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

2. Sebagai sumber pengetahuan bagi perusahaan dan mahasiswa tentang SML ISO 14001.

Ruang Lingkup Penelitian

Kinerja lingkungan merupakan hasil yang terukur dari manajemen organisasi terhadap implentasi SML yang berkaitan dengan kebijakan lingkungan, pengelolaan aspek lingkungan, dan tujuan serta sasaran lingkungan organisasi. Oleh sebab itu ruang lingkup penelitian mencakup:

1. Penelusuran elemen-elemen SML perusahaan dalam mengendalikan aspek lingkungan penting.

2. Kajian komitmen pucuk pimpinan perusahaan dan kepedulian karyawan. 3. Kajian efektivitas pengelolaan lingkungan.

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian integral sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan (Kuhre, 1996).

ISO 14001 merupakan International Organization of Standarization yang berisi tentang syarat-syarat untuk mengadakan, mengimplementasikan, dan mengoperasikan SML. Pada dasarnya SML ISO 14001 merupakan sistem manajemen lingkungan yang bersifat sukarela, tetapi konsumen menuntut produsen untuk melakukan sertifikasi tersebut. SML ISO 14001 memiliki beberapa prinsip yang di dalamnya terdapat beberapa pasal. Keterkaitan prinsip dan klausul tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan untuk flow chart SML ISO 14001 di PT. ITP Citeureup dapat dilihat pada Gambar 2. Perbandingn flow chart SML perusahaan dengan siklus SML ISO 14001 adalah tahap pertama yang dilakukan perusahaan megidentifikasi kegiatan, produk atau jasa apa saja yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan sehingga perusahaan mampu melaksanakan tahapan-tahapan selanjutnya sesuai dengan pasal di dalam siklus SML ISO 14001.

Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (H. Emerson di dalam Handayaningrat 1994). Efektivitas pengelolaan lingkungan dapat diketahui dari kinerja lingkungan perusahaan. Kinerja lingkungan suatu perusahaan dapat dapat dikatakan baik apabila kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, dan program lingkungannya telah sesuai dengan amdal serta RKL-RPL yang telah ditetapkan.

Pada umumnya, amdal berbasis dampak penting lingkungan dan dibuat pada saat tahapan uji kelayakan, sedangkan SML berbasis aspek lingkungan penting yang diterapkan pada saat tahapan operasi. Menurut PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegitan. Tahapan-tahapan yang harus dikaji adalah tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi.

Amdal mengkaji tentang dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan. Tindakan perusahaan yang dilakukan untuk menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan adalah dengan cara melakukan pengelolaan terhadap lingkungan. Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan lingkungan tersebut, maka perlu dilakukan pemantauan secara berkala.

(16)

4 nfaat yang d k, PT. Tam an dan pe ngkatan kep p serta keku

Gamb

2012 Gamba

kan oleh Rom diperoleh da mbang Tima emeliharaan pedulian pad

uatan pasar

bar 1 Siklus

ar 2 Flow ch

matio Wulan ari penerapa ah adalah e kualitas li da kesehata untuk pas

SML ISO 14

hart SML PT

ndari pada T an SML ISO

Tahun 2002 O 14001 di P

mberdaya (b perbaikan matan kerja

(17)

5

Kebijakan Lingkungan

Menurut SNI 19-14001-2005, kebijakan lingkungan adalah keseluruhan maksud dan arahan organisasi terkait dengan kinerja lingkungannya sebagaimana dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. Selain itu kebijakan lingkungan juga memberikan kerangka untuk tindakan dan penentuan tujuan lingkungan serta sasaran lingkungan. Kebijakan lingkungan harus mencerminkan komitmen manajemen puncak untuk menaati persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya, mencegah pencemaran, dan perbaikan terus menerus.

SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa salah satu persyaratan SML adalah kebijakan lingkungan, dimana manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan dalan lingkup sistem manajemen lingkungannya:

1. Sesuai dengan sifat, ukuran, dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya.

2. Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutandan pencegahan pencemaran.

3. Mencakup komitemn untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lain yanag diikuti organisasi, yangkterkait dengan aspek lingkungannya.

4. Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan

5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara.

6. Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi.

7. Tersedia untuk masyarakat.

Aspek Lingkungan Penting (ALP)

Aspek lingkungan merupakan unsur kegiatan atau produk atau jasa organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dalam keadaan normal, abnormal, maupun darurat. Menurut SNI 19-14001-2005 dampak lingkungan adalah setiap perubahan pada lingkungan baik yang merugikan atau bermanfaat, yang keseluruhannya ataupun sebagian disebabkan oleh aspek lingkungan organisasi. Sehingga aspek lingkungan penting adalah unsur kegiatan atau produk atau jasa organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan dan menimbulkan dampak lingkungan penting.

SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa organisasi harus menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

1. Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk, dan jasa dalam lingkup SML, yang dapat dikendalikan dan dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru; kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang diubah.

(18)

6

Persyaratan Peraturan Perundang-undangan dan Lainnya

Peraturan undangan yang dimaksud adalah peraturan perundang-undangan yang spesifik pada kegiatan, produk dan jasa organisasi (Sunu, 2011 dalam Wulandari, 2002). Persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk aspek lingkungan mencakup persyaratan peraturan perundang-undangan nasional dan internasional, persyaratan peraturan perundang-undangan provinsi/ departemen, dan persyaratan peraturan perundang-undangan pemerintah setempat. SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk:

1. Mengidentifikasi dan memperoleh informasi tentang persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti dengan organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungan

2. Menentukan bagaimana persyaratan tersebut berlaku terhadap aspek lingkungannya

Organisasi harus memastikan bahwa persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi tersebut diperhitungkan dalam penetapan, penerapan, dan pemeliharaan SML.

Tujuan, Sasaran, dan Program

Tujuan, sasaran, dan program harus sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi, termasuk komitmen pada pencegahan pencemaran, penaatan persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi, serta perbaikan berkelanjutan., selain itu organisasi harus menentukan batas waktu pelaksanaannya. Peraturan perundang-undangan dapat dilihat pada Lampiran 1. Tujuan dan sasaran seharusnya mencakup isu jangka pendek dan isu jangka panjang. Program yang dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran sebaiknya dibuat secara relistis, logis, dan sesuai dengan kemampuan organisasi itu sendiri. Contoh tujuan, sasaran dan program dapat dilihat pada Lampiran 2.

Emisi Debu

Menurut Kepmen LH No. 13 Tahun 1995, emisi adalah makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambient. Emisi debu dan gas adalah parameter spesifik yang paling berpengaruh terhadap kualitas udara ambien (PT. Indocement, 2003).

Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alam atau mekanis, seperti pengolahan, penghancuran, peleburan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misal batu kayu, biji logam, arang batu, butir-butir zat padat dan sebagaianya. Sedangkan menurut Sarudji (2010) dalam buku kesehatan lingkungan, debu (partikulat) adalah bagian yang besar dari emisi polutan yang berasal dari berbagai macam sumber seperti mobil, truk, pabrik baja, pabrik semen, dan pembuangan sampah terbuka.

(19)

7 (Agusnar, 2008). Oleh karena itu dampak yang ditimbukan oleh debu adalah penurunan kualitas udara yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan bagi para pekerja dan masyarakat di sekitar pabrik semen.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Febrianti Lestari pada Tahun 2004, menyatakan bahwa pada awal Tahun 2000 emisi debu yang dihasilkan PT. ITP berada di bawah baku mutu. Hal tersebut dikarenakan perusahaan telah memodifikasi EP untuk mengeluarkan debu maksimum 50 mg/m3. Sesuai dengan Keputusan Menteri LH No.13 Tahun 1995 tentang emisi sumber tidak bergerak, baku mutu partikulat (emisi debu) dapat dilihat pada Lampiran 3.

Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Emisi gas buang kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi operasional, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbal (PB) (Tugaswati, 2012).

Pemantauan yang dilakukan PT. Indocement adalah dengan memasang alat continuous gas monitoring (CGM) di setiap cerobong kiln. Sesuai dengan Keputusan Menteri LH No.13 Tahun 1995, baku mutu emisi sumber tidak bergerak dengan parameter SOx dan NOx dapat dilihat pada Lampiran 3. Kadar gas berbahaya SOx dan NOx pada gas buang kendaraan bermotor bisa ditekan sekecil mungkin dengan perawatan yang baik terhadap mesin kendaraan tersebut.

Kebisingan

Kebisingan adalah gabungan berbagai macam bunyi yang mempunyai efek yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan oleh pendengar, dengan tingkat intensitas yang masih dapat diukur (Kurniawan, 2011). Kebisingan di atas 50 dB mengganggu kenyamanan alat pendengaran, kebisingan 65-80 dB menyebabkan gangguan alat pendengaran, dan kebisingan di >80 dB telinga membutuhkan erplug.

Menurut Kepmen LH No. 48 Tahun 1996, pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Cara sederhana dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM) dengan mengukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan tiap 5 detik.

2. Cara langsung dengan menggunakan Integrating Sound Level Meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu nilai tingkat kebisingan dengan waktu ukur selama 5 detik dalam waktu penukuran selama 10 menit.

(20)

8

Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

Menurut PP No. 18 Tahun 1999, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Limbah yang diidentifikasikan sebagai limbah B3 apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut:

1. Mudah meledak 2. Mudah terbakar 3. Bersifat reaktif 4. Beracun

5. Menyebabkan infeksi 6. Bersifat korosif

Pemanfaatan limbah B3 menurut PP No. 18 Tahun 1999 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

METODE

Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :

1. Mempelajari muatan setiap klausul atau elemen SML ISO 14001, dengan cara memahami siklus SML.

2. Mempelajari implementasi klausul kebijakan lingkungan di lapangan dan dibandingkan dengan SNI 19-14001-2005.

3. Mempelajari aspek lingkungan untuk mengetahui dampak lingkungan dari suatu kegiatan, produk atau jasa.

4. Mempelajari implementasi sistem dengan cara menelaah elemen-elemen manajemen untuk setiap aspek, seperti:

a. prosedur, b. rekaman,

c. kompetensi SDM, d. fasilitas,

e. pedoman atau referensi perundangan, f. program,

g. teknologi

(21)

9

(22)

10

Bahan

Bahan yang digunakan untuk menentukan efektivitas SML ISO 14001 adalah sebagai berikut:

1. SNI 19-14001-2005 sebagai komparasi kajian efektivitas SML ISO 14001. 2. Data sekunder yang diperoleh dari rekaman audit internal SML ISO 14001

dan penelusuran data-data hasil pengukuran kualitas lingkungan yang terdapat di dalam RKL-UPL.

3. Peraturan perundang-undangan.

4. Prosedur Identifikasi aspek lingkungan untuk menentukan aspek lingkungan penting.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Alat tulis

2. Laptop

3. Microsoft Office

Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data disesuaikan dengan kerangka pemikiran yang gambarnya dapat dilihat pada Gambar 4. Analsis ini digunakan untuk mengetahui efektivitas SML ISO 14001, khususnya untuk menganalisis kesesuaian dokumen SML dalam mengendalikan aspek lingkungan.

(23)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan PT. ITP Citeureup adalah sebagai berikut.

Sesuai SNI 19-14001-2005 Pasal 4.2

Manajemen puncak PT. ITP telah menunjukan komitmen terhadap lingkungan yaitu dengan membuat dan menetapkan kebijakan lingkungan perusahaan yangmemuat komitmen untuk mencegah pencemaran, mematuhi peraturan, serta perbaikan secara terus menerus. Secara lengkap kebijakan PT. ITP Citeureup dapat dilihat pada Lampiran 5. Kebijakan lingkungan perusahaan harus terus dilaksanakan sebagai salah satu wujud pembangunan berkelanjutan yang dilakukan PT. ITP Citeureup.

Hasil observasi lapang, hampir di setiap ruangan yang dikunjungi terdapat kebijakan perusahaan yang di dalamnya memuat kebijakan lingkungan. Tetapi ada beberapa ruangan yang tidak ditemukan adanya kebijakan perusahaan tersebut. Hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa karyawan, ditemukan beberapa karyawan yang tidak mengetahui isi dari kebijakan lingkungan perusahaan. Menurut SNI 19-14001-2005 Pasal 4.2,

Keselamatan dan kesehatan kerja, keamanan, lingkungan dan komunitas: 1. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi

undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan

2. Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian resiko untuk menciptakan lingkugan kerja yang aman, selamat dan sehat.

3. Senantiasa berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus.

4. Senantiasa berupaya meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerja sama yang harmonis dengan lingkungan sekitar.

“Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan dalam lingkup sistem manajemen lingkungannya:

1. Sesuai dengan sifat, ukuran, dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya.

2. Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutandan pencegahan pencemaran.

(24)

12

Beberapa ruangan yang tidak terdapat kebijakan lingkungan adalah waiting room di POS 1 dan perpustakaan. Kemudian dijumpai beberapa karyawan pada bagian Utility dan Hazard Monitoring Section yang tidak mengetahui isi dari kebijakan lingkungan. Kurangnya koordinasi antar karyawan dalam penyampaian informasi tentang kebijakan lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi antar sesama karyawan dalam penyampaian informasi tentang kebijakan lingkungan.

Aspek Lingkungan Penting (ALP) Prosedur ALP

PT. ITP Citeureup telah memiliki prosedur identifikasi aspek lingkungan. Prosedur tersebut merupakan dokumen terkontrolyang dikendalikan oleh perusahaan. Cara menetapkan aspek lingkungan penting telah dituliskan secara jelas di dalam prosedur tersebut. Muatan prosedur aspek lingkungan perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 6. SNI 19-14001-2005 Pasal 4.3.1 menyatakan bahwa

PT. ITP Citeureup telah menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur aspek lingkungan sesuai dengan kegiatan, produk/jasa perusahaan dan telah menetukan serta mengidentifikasi aspek lingkungan penting. Selain itu prosedur aspek lingkungan yang dibuat oleh perusahaan dapat dijalankan dengan baik oleh karyawan, hal tersebut ditunjukan dengan adanya rekaman identifikasi aspek lingkungan. Perusahaan harus tetap menjalanakan prosedur aspek lingkungan yang telah dibuat sebagai salah satu tindakan perbaikan secara terus menerus.

“Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan dalam lingkup sistem manajemen lingkungannya:

...

4. Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan

5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara.

6. Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi.

7. Tersedia untuk masyarakat.”

“Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk: 1. Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk, dan jasa dalam

lingkup SML, yang dapat dikendalikan dan dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru; kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang diubah

(25)

13

Rekaman Identifikasi ALP

Aspek lingkungan penting di PT. ITP Citeureup adalah emisi debu, emisi gas buang, kebisingan, penggunaan B3, dan pemanfaatan B3. Contoh rekaman identifikasi aspek lingkungan dapat dilihat pada Lampiran 7. Rekaman mudah dibaca dan penulisan sesuai dengan dengan prosedur penetapan aspek lingkungan. SNI19-14001-2005 Pasal 4.3.1 menyatakan seperti berikut.

Dokumentasi aspek lingkungan yang dibuat oleh PT. ITP Citeureup adalah rekaman identifikasi aspek lingkungan. Rekaman tersebut direview sekali dalam satu tahun dan dirubah apabila terdapat kegiatan baru, perubahan proses, serta penambahan alat sehingga terjaga kemutakhirannya. Perusahaan harus membuat rekaman pada semua aspek lingkungan terutama yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

Pengendalian ALP Emisi Debu

Beberapa kegiatan PT. ITP Citeureup yang menghasilkan emisi debu adalah penambangan, transportasi bahan baku dan pengangkut semen, penggilingan bahan baku, penggilingan serta pembuatan kantong semen. Setiap kegiatan yang yang menghasilkan emisi debu memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang dikendalikan oleh perusahaan. Pelatihan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi dan kesadaran karyawan dalam mengelola emisi debu adalah briefing peningkatan kesadaran umum serta training pemantauan dan pengukuran.

Beberapa program perusahaan dalam pengelolaan emisi debu di lingkungan kerja dan di lingkungan masyarakat adalah dengan memasang Electrostatic Precipitator (EP) dan Bag Filter di dekat sumber pencemar, serta menyiram jalan secara berkala dengan menggunakan truk yang telah didesain khusus untuk keperluan penyiraman. Program pengelolaan emisi debu dapat dilihat pada Lampiran 8 dan peta penempatan EP serta bag filter dapat dilihat pada Lampiran 9. Debu yang berhasil ditangkap oleh EP dan bag filter akan diambil dan dimasukan kembali ke dalam proses produksi semen. Karyawan yang bekerja di lapangan wajib menggunakan APD berupa masker dan melakukan Medical Check-Up (MCU) secara rutin.

Data hasil pengukuran emisi debu di lingkungan kerja PT. ITP Citeureup dapat dilihat pada Gambar 5. Terlihat nilai emisi debu tertinggi terjadi pada bulan Februari 2012 di Plant 3 yaitu sebesar 79 mg/m3. Hasil observasi lapang, nilai emisi debu yang tinggi disebabkan oleh EP yang tidak mampu menahan gas CO pada saat proses produksi sehingga operator harus melepas emisi debu ke udara. Data hasil pengukuran emisi debu dilingkungan masyarakat PT. ITP Citeureup dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai tertinggi emisi debu di lingkungan masyarakat sebesar 224 mg/m3. Nilai tersebut diperoleh dari hasil pengukuran di Desa

(26)

14

negara pada Bulan Novem h angin, Seh

elatif tinggi, Sesuai deng er tidak berg ar 80 mg/m3 mber 2012. S hingga pada seperti di B an Keputusa gerak denga 3

dan nilai te an kerja. Sed

ar 230 mg/m

Gamba

Gambar 6 Em plant 2 pl

feb mar

g Putri Gunung

feb mar

stus dan Sep Salah satu fa

bulan-bulan Bulan Juni.

an Menteri L n parameter ersebut digu dangkan nilai m3 yang diteta

ar 5 Emisi d

misi debu di ant 3 plant 4

apr mei ju

g Sari Bantarj

apr mei

petember 201 aktor penyeb n tertentu n LH No.13 T r partikulat ( unakan sebag i ambang ba apkan di dal

debu di lingk

i lingkungan 4 plant 5 p

Lokasi

un jul agst

jati Citeureu Lokasi

jun jul a

12 serta di D bab nilai tert nilai emisi d Tahun 1995, (debu) untuk gai nilai amb atas emisi de

lam PP No. 4 tinggi emisi debu di bebe

baku mutu e k industri se bang batas e bu di lingku 41 Tahun 19

(27)

15 Pemantauan emisi debu yang dilakukan PT. ITP di area kerja adalah mengukur emisi debu secara manual menggunakan metode gravimetri dengan alat High Volume Air Sampler (HVS) berkapasitas 500 liter/menit, memasang alat Continuous Particulate Monitoring (CPM). Sedangkan untuk pemantauan emisi debu di areal masyarakat adalah dengan cara pengukuran selama 24 jam menggunakan High Volume Air Sampler (HVS) berkapasitas 500 liter/menit dan 200 liter/menit. Pemantauan emisi debu dapat dilihat pada Lampiran 10.

Hingga saat ini program-program tersebut telah dilaksanakan dan mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga tidak ada emisi debu di lingkungan kerja perusahaan dan di lingkungan masyarakat yang melebihi baku mutu serta karyawan dapat bekerja dengan baik di lapangan

Pengelolaan emisi debu yang dilakukaan oleh PT. ITP Citeureup sudah efektif, oleh karena itu perusahaan harus mempertahankan pengelolaan tersebut sebagai salah satu tindakan perbaikan berkelanjutan.

Emisi Gas Buang

Parameter emisi gas buang yang diukur dalam pengelolaan adalah SOx dan NOx yang dihasilkan oleh bagian produksi yang terdiri dari sembilan plant. Kegiatan yang menghasilkan emisi gas buangan tersebut yaitu pengeboran, pengeringan dan penggilingan bahan baku, kiln (pembakaran dan pendinginan), serta transportasi baik kendaraan operasional maupun truk pengangkut semen dan batubara. Pada setiap pengoperasian pabrik, pengelolaan khususnya emisi gas buang dilakukan dengan menjalankan SOP yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik setiap plant serta dikendalikan oleh perusahaan. Masing-masing CCP operator diberikan panduan mengenai prosedur operasi agar emisi gas buang dapat terkendali sesuai dengan baku mutu.

Beberapa program pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan oleh PT. ITP Citeureup adalah memasang Gas Cooling Tower agar emisi yang keluar dari cerobong memenuhi baku mutu, mengukur emisi gas buang kedaraan pengangkut bahan peledak secara rutin, penanaman pohon yang berfungsi sebagai windbreaker atau shelterbelt, dan memasang Continuous Gas Monitoring (CGM) untuk memantau emisi gas buang secara kontinu. Bukti pengelolaan dan pemantauan emisi gas buang dapat dilihat pada Lampiran 11. Seluruh program telah dilaksanakan dan telah mencapai tujuan serta sasaran yang ditentukan oleh perusahaan.

(28)

16 012, Plant 6 3. Hasil pen

NOx terting eri LH No.13 n parameter aktor penyeb

tertentu nila Emisi gas b lolaan emis kuran emisi 6 menghasilk ngukuran N ggi sebesar 8 3 Tahun 199 r SOx sebesa bab nilai tert ai emisi gas d

buang SOx i gas buang 1 plant 2 p gas buang S kan nilai em NOx dapat d 801 mg/m3 95 mengenai ar 800 mg/m tinggi emisi di beberapa l x dan NOx

misi gas Sox

misi Gas NOx SOx dapat d misi gas buan dilihat pada yang dihasil i baku mutu m3 dan NOx gas adalah lokasi relatif

tidak ada ektif, oleh k 4 plant 5 p

Lokasi

Jun Jul

plant 5 plan Lokasi

Mei Jun Ju x

x

dilihat pada G ng SOx tertin

Gambar 8. lkan oleh Pl

emisi sumb x sebesar 100

angin, Sehin f tinggi.

(29)

m kebisingan a penambanga eup adalah nalisis kebis

an Sound Le t pada Lamp training bis nanam pohon g dan mewa

kali dalam s hasil penguk ar 9. Pada lin ng batas den reup. Sesuai ra terus men

at kebisingan setiap pla operaian po ang penyimp

tan yang ya oleh perusah m pengelolaa menjalanka singan. Diaw

evel Meter ( piran 12, pe ing dan alat n di sekitar p i dengan Ke an di kawa

Tingkat kebi ingan di ba tinggi di ba

Mar Apr M

hadap emisi nerus.

n dilakukan ant produks wer plant d panan di p ang menghas

haan. an dan pem an Program

wali dengan (SLM) setia engendalian t pelindung d

pabrik yang awannya un ingan di ling masyarakat, k

t kebisingan epmen LH N

san peruma

isingan di lin agian produk

agian produ Lokas

Mei Jun J

i gas buan

di lingkung si. Kegiatan n tertinggi s No. 48 Tahu ahan dan pe

ngkungan m ksi dapat dil uksi terdapat

si

Jul Agst S

ng sebagai

gan masyara an tingkat sekali yang g ministratif, pe ar plug serta

ebagai pemu kan Medical asyarakat da idak ada yan sebesar 54,9 un 1996 nil emukiman s

masyarakat lihat pada G

t pada Plan

Sep Okt N

17 salah satu

akat sekitar enghasilkan n baku dari nakan belt h memiliki n oleh PT. utus rambat l Check-Up

apat dilihat ng melebihi 9 dB(A) di

lai ambang sebesar 55

Gambar 10. nt 6, yaitu

(30)

18

apai 116 dB ng batas tin at kebisingan ai windbrea ganti roller y Seluruh pro n yang telah ambang bata karena itu pe t sebagai sal sumber bisin gunakan AP mal dua kali d

nfaatan Lim

Limbah B3 d PT. ITP Cit e, paint slud

). Perusahaa isi formulir

ri negara lin 0

n yang tingg sumber bisin

ambar 10 Ti

er bising de mberikan inf n yang beke plug dan e ukan adalah aker atau s yang sudah a ogram telah h ditetapkan as dapat men erusahaan ha lah satu tind

ng, dan kar PD ganda ya

dalam setahu

mbah B3

dijadikan sal eureup. Lim dge, paper an telah me tata cara per ngkungan h

plant 2 pla

raw mill k

ai dengan K ngan di kaw gi dapat me ng. shelterbelt, aus, dan men h dilaksanak oleh perusa ngakibatkan arus tetap m dakan berkel ryawan yang aitu ear plu un.

lah satu bah mbah B3 yan

sludge, con emiliki izin rizinan peng hidup. Selain ant 3 plant 4

kiln finish m

Kepmen LH wasan indus engganggu p

singan di bag

itas di atas ada karyawa tersebut diw e peltor opt pohon di ar dan perawa nutup pintu g kan dan tel ahaan. Tingk gangguan p menjalankan p

lanjutan, me g bekerja pa ug dan ear m

an bakar dan ng dimanfaa ntaminated

pengelolaan gelolaan Lim n itu PT. IT

plant 5 plan Lokasi

mill packin

H No. 48 T stri sebesar pendengaran

gian produks

NAB telah an yang bek wajibkan me time 101 H real plantsit atan belt c gedung powe lah memenu

n material al atkan perusa

good (plast n Limbah B mbah B3 yan TP Citeureup

nt 6 plant 7

ng coal mill

ahun 1996 70 dB(A). n karyawan

si

diberikan ra kerja di lapa enggunakan

7A. Pengelo te yang berfu conveyor de

er II. uhi tujuan an yang mel n pada karya ogram yang t peredam b n produksi w melakukan M

lternatif (BB ahaan adala tic waste, te B3, karena

(31)

19 SOP penggunaan limbah B3, dengan flow chart yang dapat dilihat pada Lampiran 13.

Limbah B3 yang diterima PT. ITP Citeureup harus sesuai dengan karakteristik fisik dan kimia pabrik, K3 dan lingkungan pabrik, serta perizinan jenis dan transportasi limbah. Limbah yang datang ke pabrik harus legal dan sesuai dengan aspek teknis. Pemeriksaan manifest, fisik, dan pengambilan sampel limbah untuk uji laboratorium serta penimbangan limbah dengan menggunakan truck scale yang terkalibrasi. Limbah B3 dipilah dengan baik agar memenuhi spesifikasi produksi semen dan menjamin tetap terpenuhinya standar lingkungan yang berlaku. Sesuai dengan Permen LH No. 2 Tahun 2008 tentang pemanfaatan limbah B3.

Program yang dilakukan untuk pemanfaatan limbah B3 adalah dengan membuat sarana dan prasarana, seperti gedung penyimpan limbah B3, peralatan pengolah limbah, dan peralatan pengumpan limbah. Gambar secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14. Program tersebut telah terlaksanakan dan beroperasi hingga saat ini.

Pelatihan yang dilakukan oleh karyawan untuk meningkatkan kompetensi dan kesadarannya dalam pemanfaatan limbah B3 adalah briefing peningkatan kesadaran umum dan training limbah B3.

PT. ITP Citeureup telah melakukan setiap tahapan pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sarana serta prasarana yang dibuat untuk pemanfaatan limbah B3 masih beroprasi. Hal tersebut menunjukan bahwa pemanfaatan limbah B3 sudah efektif. Oleh karena itu perusahaan harus mempertahankan kinerja pemanfaatan limbah B3 sebagai salah satu bentuk perbaikan terus menerus yang dilakukan perusahaan.

Tumpahan Limbah B3

Limbah B3 yang memiliki kemungkinan besar tumpah adalah oil sludge, paint sludge, paper sludge. Selama melakukan pengelolaan pada limbah B3 yang berbentuk cair, belum pernah terjadi tumpahan limbah B3 karena pengelolaan limbah B3 telah terkendali dengan baik oleh PT. ITP. Permen LH No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 menyebutkan bahwa:

Pasal 10

“(1) Pengumpul limbah B3 memiliki fungsi pengumpul, memilah, dan melakukan pra perawatan limbah B3, sehingga memenuhi persyaratan teknis untuk dimanfaatkan; (2) persyaratan pengumpul limbah B3 antara lain memiliki sarana dan prasarana pra perawatan serta memiliki sarana dan prasarana laboratorium.”

Pasal 58 Ayat (1)

(32)

20

Program yang dibuat perusahaan untuk mengantisipasi kondisi darurat apabila terjadi tumpahan atau ceceran limbah B3 adalah dengan membuat bak separator di area pemanfaatan BBMA, selain itu membuat sumur pantau untuk memastikan tidak adanya pencemaran limbah B3 terhadap air tanah.gambar bak separator dan sumur pantau dapat dilihat pada Lampiran 15. Program-program telah dilakukan dan diselesaikan pada Tahun 2012 dan telah mencapai tujuan serta sasaran dari perusahaan, sehingga pegelolaan tumpahan limbah B3 sudah efektif.

Pelatihan yang dilakukan oleh karyawan untuk meningkatkan kompetensi dan kesadarannya dalam pemanfaatan limbah B3 adalah briefing peningkatan kesadaran umum dan training limbah B3.

Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan dan harus tetap menjalankan program-program penanganan tumpahan limbah B3 sebagai salah satu tindakan perbaikan berkelanjutan serta mempertahankan pengendalian terhadap tumpahan limbah B3.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

PT. ITP Citeureup telah membuat kebijakan lingkungan dan melakukan pengelolaan aspek lingkungan penting yang meliputi: emisi debu, emisi gas buang, kebisingan, tumpahan limbah B3, serta penggunaan B3. Secara umum penerapan SML ISO 14001 di PT. ITP Citeureup tidak sepenuhnya efektif. Penerapan SML ISO 14001 yang efektif yaitu:

1. Kebijakan lingkungan perusahaan telah berkomitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran, serta menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. PT. ITP Citeureup telah menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur ALP.

3. PT. ITP Citeureup telah mendokumentasikan informasi berupa rekaman identifikasi ALP dan memelihara kemutakhirannya dengan cara melakukan review setiap tahunnya.

4. Emisi debu yang dihasilkan perusahaan masih di bawah baku mutu emisi sumber tidak bergerak yaitu < 80 mg/m3.

5. Emisi gas buangan yang dihasilkan perusahaan masih berada di bawah baku mutu emisi sumber tidak bergerak, yaitu SOx < 800 mg/m3 dan NOx < 1000 mg/m3.

6. Kebisingan di kawasan perumahan dan pemukiman masih di bawah nilai ambang batas, yaitu <55 dB(A).

7. Pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sarana serta prasarana yang dibuat untuk pemanfaatan limbah B3 masih beroprasi.

(33)

21 Penerapan SML yang tidak efektif yaitu:

1. Kebijakan lingkungan belum dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi dan belum tersedia untuk masyarakat. 2. Kebisingan di bagian produksi memiliki tingkat kebisingan di atas nilai

ambang batas kawasan industri sebesar yaitu >70 dB(A) sehingga dapat mengganggu pendengaran karyawan.

Saran

1. Perlu adanya koordinasi antar sesama karyawan dalam penyampaian informasi tentang kebijakan lingkungan.

2. Perusahaan harus memastikan penerapan dan pemeliharaan serta mencatat hasil status dari program yang telah ditetapkan.

3. Perusahaan harus mempertahankan pengelolaan terhadap emisi debu sebagai salah satu kegiatan perbaikan secara terus menerus.

4. Perusahaan harus mempertahankan pengelolaan terhadap emisi gas buang sebagai salah satu kegiatan perbaikan secara terus menerus.

5. Perusahaan harus memasang alat peredam bising pada sumber bising di bagian produksi. Selain itu karyawan yang bekerja pada kegiatan produksi wajib melakukan Medical Check-Up (MCU) secara rutin minimal dua kali dalam setahun.

6. Perusahaan harus mempertahankan kinerja pemanfaatan limbah B3 sebagai salah satu bentuk perbaikan terus menerus yang dilakukan perusahaan.

7. Perusahaan harus tetap menjalankan program-program penanganan tumpahan limbah B3 sebagai salah satu tindakan perbaikan berkelanjutan serta mempertahankan pengendalian terhadap tumpahan limbah B3.

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. 2008. Analisis Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. USU Press. Medan.

Indocement. 2012. Indocement sahabat lingkungan. [internet]. [diunduh 18 April 2013]. Tersedia pada: www.sementigaroda.com

Kuhre, W. Lee. 1996. Sertifikasi ISO 14001: Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Lailatul Masyi’ah. Umi. 2011. Analisis Profitabilitas Perusahaan Sebelum dan Sesudah Sertifikasi ISO 14001 [skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Negeri Malang.

Ridwan, Iwan. 2003. Teknik Evaluasi Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan Industri Bahan Peledak Menuju Standar ISO 14001: Studi Kasus di PT. Dahana [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Karya Putra Darwati.

(34)

22

Wulandari, Romatio. 2002. Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001: Pusat Metalurgi Mentok PT. Tambang Timah, Bangka [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(35)

23 Lampiran 1 Peraturan Perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan Tentang Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah No.27 Tahun

2012

Izin Lingkungan Permen LH No. 13 Tahun 2010 UKL & UPL dan SPPL Peraturan Pemerintah No.74 Tahun

2001

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri LH No.3 Tahun 2008

Tata cara Pemberian Simbol & Label

Peraturan Menteri LH No. 2/2008 Pemanfaatan limbah B3 Keputusan Kepala Bapedal

No.01/Bapedal/09/1995

Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999

Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri LH

No.Kep-48/MENLH/11/1996

Baku Tingkat Kebisingan Keputusan Menteri LH

No.Kep-13/MENLH/3/1995

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

Keputusan Menteri LH No.Kep-49/MENLH/11/1996

Baku Tingkat Getaran Permenaker No.

Per.08/MEN.VII/2010

Tentang Alat Pelindung Diri

PP No 23 Tahun 2010 Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun

2010

Reklamasi dan pasca tambang

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Peraturan Pemerintah No 70 Tahun

2009

Koservasi Energi Peraturan Menteri ESDM No 14

Tahun 2012

(36)

24

Lampiran 2 Tujuan, sasaran, dan program

Judul Tujuan Sasaran Target Hasil

Pengoperasian Diesel Engine

Diesel Engine Gas Emision Monitoring

Monitoring emisi gas buang mesin pembangkit. (Kep-13/ MENLH /3/ 1995)

Monitoring emisi gas buang dari Dual Fuel Engine.(Gas CO2,SOx,NOx)

Sep-12 Suwarno (Inspector)

Sept 2012 = 100%

Pengangkutan Bahan Peledak

Pengukuran Emisi Gas Standar Emisi Gas Buang opacity di chimney cooler P7/8

Mengurangi potensi timbulnya debu lingkungan ceceran limbah B3

Mei 2012 selesai

Pengecoran area terpapar langsung

Menghilangka paparan langsung ke tanah

Okt 2012

Pengecatan dinding storage oil sludge

Menghilangkan rembesan

Des 2012 0%

Pembuatan sumur pantau

Mendeteksi pencemaran tanah & air

Maret 2012 selesai Kegiatan

Program K4LM Target

(waktu/ Do) PIC

Status

(37)

25 Lampiran 3 Baku mutu partikulat (emisi debu) dan emisi gas SOx serta NOx

Sumber: Keputusan Menteri LH No. 13 Tahun 1995

(38)

26

Lampiran 4 Nilai ambang batas tingkat kebisingan

(39)

27 Lampiran 5 Kebijakan PT. ITP Citeureup

Kselamatan dan kesehatan kerja, keamanan, lingkungan dan komunitas::

1. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan

2. Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian resiko untuk menciptakan lingkugan kerja yang aman, selamat dan sehat.

3. Senantiasa berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus. 4. Senantiasa berupaya meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerja sama yang harmonis dengan lingkungan

sekitar.

(40)

28

(41)

29

Contoh rek

am

Lampiran 7 Contoh rekaman identifikasi aspek lingkungan PT. ITP Citeureup

Me

Bising N 4 X X 4 Pengiriman material 1 16 X

Getaran N 5 X X 4 Peledakan 1 20 X

2 Produksi Emisi debu N 5 X X X 4 Pengoperasian kiln 4 80 X

Tumpahan limbah B3 N 5 X X X X 4 Penyediaan alternatif

material dari limbah B3

3 60 X

Bising N 5 X X 4 Pengoperasian SP fan 3 30 X

3 Supporting

a. Utility Sumber daya air N 4 X 3 Watertreatment 4 48 X

Bising N 4 X 5 Pengoperasian mesin diesel 4 80 X

Emisi gas buang N 4 X X X X 4 Boiler 4 64 X

Sumber Aspek Det

ect

Aspek Lingkungan

P i

No Kegiatan Aspek Lingkungan Kond

(42)

30

Lampiran 8 Pengelolaan emisi debu di PT. ITP Citeureup

Foto truk penyiram jalan

(43)

L

Lampiran 9 Peta penemmpatan EP daan bag filter

(44)

32

Lampiran 10 Pemantauan emisi debu PT. ITP Citeureup

Foto High Volume Air Sampler

(45)

L

Lampiran 111 Pengelola

Foto poho

Fot

an dan pema

Foto G

on-pohon seb

o Continuou

antauan emis

as Cooling T

bagai windb

us Gas Moni

si gas buang

Tower

reak atau sh

itoring (CGM

g di PT. ITP

helterbelt

M)

(46)

34

(47)

35 Lampiran 13 Flow chart penggunaan limbah B3

Pra penerimaan

Pemeriksaan jumlah dan

kualitas

Penyimpanan Penerimaan

limbah

Penyortiran Pra

perawatan

Kontrol kualitas

(48)

36

Lampiran 14 Sarana dan prasarana PT. ITP Citeureup untuk memeanfaatkan limbah B3

Gudang penyimpanan limbah B3 Timbangan material limbah

Foto Loading to hopper

(49)

37 Lampiran 15 Bak separator dan sumur pantau

Foto bak separator

(50)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 31 Mei 1991 dari ayah Panji Sastrawijaya dan ibu Elvi Sriwahyuni. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara, kakak dari Davatianto Sastrawijaya. Pada Tahun 2006 penulis lulus dari SMPN 4 Bogor dan diterima di SMAN 2 Bogor. Penulis lulus SMA pada Tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis direrima di IPB melalui jalur udangan seleksi masuk IPB (USMI) di departemen Teknik SIpil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Gambar

Gambar 3  Diagram alir metode penelitian
Gambar 4  Kerangka pemikiran
Gambar 6  EmG
Gambar 7  EmG
+2

Referensi

Dokumen terkait