• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Peran Karyawan Terhadap Kinerja Lingkungan Dalam Perspektif Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2004 (Studi Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Peran Karyawan Terhadap Kinerja Lingkungan Dalam Perspektif Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2004 (Studi Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA

LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF PENERAPAN SISTEM

MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004

(Studi kasus : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

Oleh

YUVIANI KUSUMAWARDHANI

H24080095

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

SYAMSUN dan ALIM SETIAWAN

Pengusaha dunia saat ini berlomba-lomba untuk menjamin proses produksi yang tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan disekitarnya. Standar internasional seperti ISO 14001 mencakup menajemen lingkungan yang bertujuan untuk menyediakan organisasi dengan sistem manajemen lingkungan yang efektif dan dapat diintegrasikan dengan persyaratan manajemen lain untuk membantu organisasi mencapai sasaran lingkungan dan ekonomi. Setiap tahunnya perusahaan melakukan kajian atas upaya penerapan prinsip manajemen lingkungan yang berkelanjutan.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sistem manajemen lingkungan (SML) pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan melakukan pengukuran kinerja lingkungan melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama yaitu pendekatan kuantitatif dimana menganalisis data environmental index yang terdiri dari DOR (Duration Out of Range), emisi debu, emisi NO2,

dan emisi SO2 dari tahun 2006 hingga tahun 2010 meningkat atau menurun secara signifikan.

Pendekatan kedua yaitu pendekatan kualitatif melalui penyebaran kuesioner pada seluruh karyawan plant 3 PT ITP dengan metode sensus atau complete enumeration. Metode pengujian hipotesis untuk analisis environmental index digunakan Uji T, kemudian untuk menganalisis peran karyawan terhadap kinerja lingkungan digunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan software SmartPLS. Peran karyawan terdiri dari pelatihan pendidikan (X1), resiko lingkungan (X2), kontrol lingkungan kerja (X3), motivasi bekerja (X4), dan kepedulian karyawan (X5).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ISO 14001 : 2004 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa sudah berjalan dengan baik, dimana seluruh klausul yang disyaratkan dalam standar ISO 14001 telah dipenuhi dan dilaksanakan oleh perusahaan. Environmental index pada tahun 2006 hingga 2010 menunjukkan kenaikan yang signifikan, hanya saja DOR pada tahun 2006 menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Penyebab fluktuatifnya nilai environmental index dapat dianalisis dengan diagram fishbone. Peran karyawan yang terdiri dari variabel indikator X1 dan X2 terbukti tidak berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan dengan nilai t hitung masing-masing 0,521 dan 0,675 lebih kecil dari ttabel (1,96). Peran karyawan yang terdiri dari variabel indikator X3, X4, dan X5 terbukti

berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja lingkungan dengan nilai masing-masing 2.602, 2.498, dan 4,271 lebih besar dari tabel (1,96). Peran karyawan itu sendiri memiliki

(3)

RINGKASAN

YUVIANI KUSUMAWARDHANI. H24080095. Kajian Peran Karyawan Terhadap Kinerja Lingkungan Dalam Perspektif Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 (Studi kasus : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk). Di bawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN dan ALIM SETIAWAN

Pengusaha dunia saat ini berlomba-lomba untuk menjamin proses produksi yang tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan disekitarnya. Standar internasional seperti ISO 14001 mencakup menajemen lingkungan yang bertujuan untuk menyediakan organisasi dengan sistem manajemen lingkungan yang efektif dan dapat diintegrasikan dengan persyaratan manajemen lain untuk membantu organisasi mencapai sasaran lingkungan dan ekonomi. Setiap tahunnya perusahaan melakukan kajian atas upaya penerapan prinsip manajemen lingkungan yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sistem manajemen lingkungan (SML) pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan melakukan pengukuran kinerja lingkungan melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama yaitu pendekatan kuantitatif dimana menganalisis data environmental index yang terdiri dari DOR (Duration Out of Range), emisi debu, emisi NO2, dan emisi SO2

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ISO 14001 : 2004 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa sudah berjalan dengan baik, dimana seluruh klausul yang disyaratkan dalam standar ISO 14001 telah dipenuhi dan dilaksanakan oleh perusahaan. Environmental index pada tahun 2006 hingga 2010 menunjukkan kenaikan yang signifikan, hanya saja DOR pada tahun 2006 menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Penyebab fluktuatifnya nilai environmental index dapat dianalisis dengan diagram fishbone. Peran karyawan yang terdiri dari variabel indikator X1 dan X2 terbukti tidak berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan dengan nilai t hitung masing-masing 0,521 dan 0,675 lebih kecil dari t

dari tahun 2006 hingga tahun 2010 meningkat atau menurun secara signifikan. Pendekatan kedua yaitu pendekatan kualitatif melalui penyebaran kuesioner pada seluruh karyawan plant 3 PT ITP dengan metode sensus atau complete enumeration. Metode pengujian hipotesis untuk analisis environmental index digunakan Uji T, kemudian untuk menganalisis peran karyawan terhadap kinerja lingkungan digunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan software SmartPLS. Peran karyawan terdiri dari pelatihan pendidikan (X1), resiko lingkungan (X2), kontrol lingkungan kerja (X3), motivasi bekerja (X4), dan kepedulian karyawan (X5).

tabel (1,96). Peran karyawan

yang terdiri dari variabel indikator X3, X4, dan X5 terbukti berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja lingkungan dengan nilai masing-masing 2.602, 2.498, dan 4,271 lebih besar dari tabel (1,96). Peran karyawan itu sendiri memiliki

(4)

KAJIAN PERAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA

LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF PENERAPAN SISTEM

MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004

(Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH

YUVIANI KUSUMAWARDHANI

H24080095

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Kajian Peran Karyawan Terhadap Kinerja Lingkungan Dalam Perspektif Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2004 (Studi Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

Nama : Yuviani Kusumawardhani

NIM : H24080095

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc Alim Setiawan, S.TP, M.Si NIP : 19500727 197412 1 001 NIP : 19820227 200912 1 001

Mengetahui : Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandung, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Junandar Avianto dan Neneng Heryani.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan dalam penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Kajian Peran Karyawan terhadap Kinerja Lingkungan dalam Perspektif Penerapan ISO 14001 : 2004 (Studi kasus : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, mengakibatkan jauh dari sempurna atau yang diharapkan. Meskipun demikian penulis tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik pembaca dalam upaya penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan dan memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Maret 2012

(8)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama proses penyusunan skripsi, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak untuk kelancaran penelitian. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini :

1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Alim Setiawan S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Nurhadi Wijaya S.TP, MM selaku dosen penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB 4. Junandar Avianto dan Neneng Heryani selaku orang tua saya tercinta yang selalu

memberikan motivasi dan masukan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Adikku Juvianto Dwi Prasetyo yang memberikan dukungan dan doanya.

6. Rona Jutama Yonanda yang selalu memberikan semangat, masukan, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabatku, Lia Yulistiana, Annisa Nadia, Girisa Hartiwi, Linda Dwi R, Druchella yang selalu memotivasi saya agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman satu bimbingan, Choirul Amalia, Titi Destiyanti Arni Novriana, Yuti Arlan, Risyayana Ersya, Raysah Yunita Rahma, dan Jessica Merismana yang telah bersama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai.

9. Karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terima kasih telah mengijinkan saya melakukan penelitian dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

vi

11.Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan penulis.

Terakhir pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dan mendukung selama perkuliahan dan penyusunan skripsi. Semoga Allah Swt membalas kebaikan dan keikhlasan kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

(10)

vii DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Manajemen Lingkungan ... 5

2.1.1 SML Berbasis ISO 14001 : 2004 ... 5

2.1.2 Pengembangan ISO 14001 ... 8

2.1.3 Persyaratan Standar Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2004 .... 9

2.1.4 Manfaat Penerapan ISO 14001 : 2004 ... 11

2.1.5 Environmental Index dalam SML ... 11

2.2 Peran Karyawan dalam SML ... 12

2.2.3 Kontrol Lingkungan Kerja ... 14

2.2.5 Kepedulian Karyawan terhadap Lingkungan ... 16

2.2.6 Kinerja Lingkungan ... 16

2.3 Teknik Pengendalian Lingkungan ... 17

2.3.1 Uji Independent t-test ... 17

2.3.2 Digram Tulang Ikan (Fishbone) Ishikawa ... 17

2.3.3 Analisis Structural Equation Modelling (SEM) ... 18

2.3.4 Bentuk Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least Squares (PLS) ... 20

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 24

(11)

viii

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Metode Penelitian ... 29

3.3.1 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.4.1 Pengujian Kuisioner ... 31

3.4.2 Uji Validitas ... 31

3.4.3 Uji Reliabilitas ... 32

3.4.4 Skala Likert ... 33

3.4.5 Uji t-test ... 34

3.4.6 Analisis Structural Equation Modelling (SEM) ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASA N 4.1 Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa ... 37

4.1.1 Visi, Misi, dan Motto ... 38

4.1.2 Proses Pembuatan Semen ... 38

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 40

4.1.4 Pengelolaan di Bidang Lingkungan ... 40

4.2 Penerapan ISO 14001 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa ... 42

4.3 Analisis Kinerja Lingkungan (Environmental Index) ... 50

4.3.1 Duration out of Range (DOR) ... 50

4.3.2 Emisi Debu ... 52

4.3.3 Emisi NO2 ... 54

4.3.4 Emisi SO2 ... 56

4.4 Perbandingan Environmental Index dengan Standar ISO 14001 : 2004, Peraturan Pemerintah, dan Kebijakan Perusahaan ... 57

4.4.1 DOR (Duration Out of Range) ... 58

4.4.2 Emisi Debu ... 59

4.4.3 Emisi NO2 ... 60

4.4.4 Emisi SO2 ... 61

4.5 Analisis Sebab Akibat dengan Pendekatan SEM ... 62

4.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 69

4.7 Karakteristik Responden ... 70

4.7.1 Jenis Kelamin ... 70

4.7.2 Usia ... 70

4.7.3 Tingkat Pendidikan ... 71

4.7.4 Masa Kerja ... 72

4.7.5 Karakteristik Unit Kerja/Bagian ... 73

4.8 Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Peran Karyawan Terhadap Kinerja Lingkungan ... 73

4.8.1 Evaluasi Outer Model – Reflektif pada Konstruk First Order dengan Indikator pada Setiap Indikator ... 74

(12)

ix

4.9.1 Evaluasi Inner Model antara First Order dengan Konstruk Laten ... 80 4.10 Implikasi Manajerial ... 84 KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Baku mutu emisi untuk industri semen ... 12

2. Klasifikasi nilai alpha ... 33

3. Hasil Environemntal Index tahun 2006-2010 ... 62

4. Kriteria dan standarisasi dalam evaluasi outer model – refleksi ... 74

5. Urutan variabel laten yang memiliki pengaruh terbesar hingga terkecil ... 78

6. Nilai refleksi interelasi indikator terhadap konstruk first order ... 78

7. Nilai refleksi interelasi indikator kinerja lingkungan ... 83

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Urutan langkah untuk menerapkan SML di perusahaan ... 7

2. Model Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ... 8

3. Diagram tulang ikan (Fishbone) Ishikawa ... 18

4. Kerangka pemikiran konseptual ... 27

5. Tahapan penelitian ... 28

6. Pengolahan limbah cair di PT Indocement Tunggal Prakarsa... 42

7. Kegiatan produk atau jasa pada PT Indocement Tunggal Prakarsa berdasarkan Sistem Manajemen Lingkungan... 43

8. Kegiatan / proses pengoperasian EP berdasarkan penerapan ISO 14001 : 2004 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa ... 44

9. Grafik DOR (Duration Out of Range) tahun 2006-2010 ... 50

10. Profil abulasi silang parameter DOR tahun 2006 - 2010 ... 51

11. Grafik emisi debu tahun 2006-2010... 52

12. Profil tabulasi silang emisi debu tahun 2006 - 2010 ... 53

13. Grafik emisi NO2 tahun 2006-2010 ... 54

14. Profil tabulasi silang emisi NO2 dari tahun 2006 - 2010 ... 55

15. Grafik emisi SO2 tahun 2006-2010 ... 56

16. Profil tabulasi silang emisi SO2 tahun 2006 - 2010 ... 57

17. Perbandingan DOR terhadap standar DOR berdasarkan ISO 14001 : 2004 ... 59

18. Perbandingan emisi debu tahun 2006-2010 dengan standar emisi debu yang ditetapkan ISO 14001 : 2004 ... 60

19. Perbandingan emisi NO2 tahun 2006-2010 terhadap standar emisi NO2 yang ditetapkan ISO 14001 : 2004 ... 61

20. Perbandingan emisi SO2 tahun 2006-2010 terhadap standar emisi SO2 yang ditetapkan oleh ISO 14001 : 2004 ... 62

21. Analisis Fishbone penyebab Environmental Index rendah ... 63

22. Analisis peran karyawan dengan Fishbone ... 65

23. Model peran karyawan terhadap kinerja lingkungan ... 68

24. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 70

25. Karakteristik responden berdasarkan usia ... 71

26. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 72

27. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja ... 72

28. Karakteristik responden berdasarkan bagian/unit kerja ... 73

29. Model peran karyawan terhadap kinerja lingkungan ... 76

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Lembar kuesioner... 91

2. Data DOR tahun 2006-2010 ... 96

3. Data emisi debu tahun 2006-2010 ... 96

4. Data emisi NO2 tahun 2006-2010... 97

5. Data emisi SO2 tahun 2006-2010 ... 97

6. Hasil pengolahan data DOR, emisi debu, NO2, dan SO2 menggunakan analisis ragam (ANOVA) ... 98

7. Uji t emisi debu ... 99

8. Uji t DOR (Duration Out of Range) ... 99

9. Uji t emisi NO2 ... 99

10.Uji t emisi SO2 ... 100

11. Hasil validitas dan reliabilitas ... 100

12. Karakteristik responden plant 3 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 104

13. Overview ... 105

14. Cross Loadings ... 105

15. Path Coefficients ... 106

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang pada saat ini secara luas digunakan sebagai SML di dunia. ISO 14001 adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, termasuk pencegahan polusi, kesesuaian dengan undang-undang yang ada, dan perbaikan berkesinambungan SML. Komitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan.

ISO 14001 dapat digunakan sebagai alat bantu untuk fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan atau arah aktifitas produk dan pelayanan yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan seperti, emisi udara, tanah, atau air. Organisasi wajib menjelaskan apakah yang mereka akan lakukan, mengikuti prosedur yang tersedia dan mendokumentasikan upaya-upaya mereka untuk mendemonstrasikan kesesuaian dan perbaikan. Organisasi perlu mengenali hukum yang berlaku, undang-undang dan persyaratan-persyaratan lainnya yang berkaitan. Hal-hal penting tersebut untuk mengenali timbulnya peraturan pemerintah sehingga ukuran tingkat kepatuhan dapat diadopsi dan secara periodik dilakukan evaluasi untuk memastikan persyaratan-persyaratan tersebut dipahami oleh para karyawan dan dapat diterapkan secara efektif.

(17)

perusahaan yang harus dipantau dan diukur secara berkala sebagai aspek lingkungan penting, selain itu aspek lingkungan lainnya yang menjadi ukuran kinerja lingkungan perusahaan adalah DOR (Duration Out of Range). Duration Out of Range adalah junlah waktu maksimal emisi debu melebihi batas sebesar 80 mg/m3. Berdasarkan peraturan pemerintah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 perusahaan harus mengendalikan dan memantau emisi yang dihasilkan dari proses produksinya agar berada dibawah batas maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah dan ISO 14001 : 2004. Namun dalam penerapan ISO 14001 : 2004, PT ITP masih mengalami kendala, baik untuk melakukan pemantauan maupun pengendalian kinerja lingkungan. Kendala ini datang dari berbagai aspek yang salah satunya adalah aspek SDM. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai Kajian Peran Karyawan Terhadap Kinerja Lingkungan Dalam Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2004.

Standar internasional seperti ISO 14001 mencakup menajemen lingkungan yang bertujuan untuk membangun sistem manajemen lingkungan yang efektif dan dapat diintegrasikan dengan persyaratan manajemen lain untuk membantu organisasi mencapai sasaran lingkungan dan ekonomi. ISO 14001 menetapkan persyaratan sistem manejemen lingkungan dan bertujuan untuk mendukung perlindungan dan mencegah pencemaran, sejalan dengan kebutuhan sosio-ekonomi

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana sistem manajemen lingkungan (SML) pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk saat ini ?

. Setiap tahunnya perusahaan melakukan kajian atas upaya penerapan prinsip manajemen lingkungan yang berkelanjutan.

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(18)

3. Bagaimana peran karyawan (SDM) terhadap kinerja lingkungan ? 1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi sistem manajemen lingkungan (SML) pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

2. Menganalisis perkembangan kinerja indeks lingkungan (environmental index) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berdasarkan identifikasi aspek lingkungan setelah adanya penerapan ISO 14001 : 2004.

3. Menganalisis peran karyawan (SDM) terhadap kinerja lingkungan. 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, referensi, dan solusi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja lingkungan (environmental index) dengan melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya kinerja lingkungan perusahaan terutama setelah memperoleh sertifikat ISO 14001 : 2004.

2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari selama kuliah dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata.

3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai penerapan ISO 14001 : 2004 serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(19)

melalui suatu kegiatan atau proses yang ada di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan menganalisis kinerja lingkungan dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah pendekatan kuantitatif dengan menganalisis kinerja lingkungan (environmental index) pada plant 3 yang terdiri dari emisi debu, emisi SO2, emisi NO2, dan DOR (Duration Out of Range) sejak tahun 2006 hingga 2010,

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Lingkungan

Berbagai macam organisasi semakin meningkatkan kepedulian terhadap pencapaian dan penunjukan kinerja lingkungan yang baik. Pencapaian dan penunjukkan kinerja, dilakukan melalui pengendalian dampak lingkungan terkait dengan kegiatan, produk dan jasa organisasi serta konsistensi antara kebijakan dan tujuan lingkungan mereka. Hal tersebut dilaksanakan dalam konteks semakin ketatnya peraturan perundang-undangan, pengembangan kebijakan ekonomi dan perangkat lain yang mendorong perlindungan lingkungan, meningkatnya kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Beberapa organisasi telah melaksanakan kajian atau audit lingkungan untuk mengkaji kinerja lingkungan mereka. Bila dilaksanakan tersendiri, kajian dan audit tersebut tidak cukup untuk memberikan jaminan bahwa kinerja lingkungannya memenuhi dan akan berlanjut memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dan kebijakan organisasi. Agar efektif, kajian dan audit tersebut perlu dilaksanakan dalam suatu sistem manajemen yang terstruktur dan terintegrasi dalam organisasi tersebut (Environmental management systems-Requirements with guidance for use ISO 14001 : 2004).

2.1.1 SML Berbasis ISO 14001 : 2004

(21)

yang dapat diintegrasikan dengan persyaratan manajemen lainnya serta membantu organisasi mencapai tujuan lingkungan dan ekonominya.

(22)

Gambar 1.Urutan langkah untuk menerapkan SML di perusahaan (Hadiwiardjo,1997)

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) menurut standar ISO 14001 : 2004 adalah kaitan antara aspek lingkungan, dampak lingkungan, serta SML itu sendiri. Sebagaimana didefinisikan di dalam ISO 14001, aspek lingkungan adalah unsur dari suatu kegiatan, produk atau jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Aspek lingkungan penting adalah aspek lingkungan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan bagi operasi di perusahaan atau di sekeliling perusahaan. Identifikasi aspek lingkungan merupakan proses yang berjalan untuk menentukan dampak positif atau negatif dari kegiatan perusahaan di masa lalu, sekarang, dan yang berpotensi terjadi terhadap lingkungan. Proses ini juga mencakup pula identifikasi peraturan perundang-undangan, hukum, bisnis yang berpotensi mempengaruhi perusahaan (Hadiwiardjo 1997).

Kebijakan, tujuan, dan sasaran lingkungan perusahaan sebaiknya didasarkan pada pengetahuan tentang aspek lingkungan dan dampak penting terhadap lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan produk atau jasanya. Hal ini dapat menjamin bahwa dampak lingkungan penting terhadap lingkungan yang berkaitan dengan aspek

Tahap pertama

Pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan

Tahap kedua Perencanaan :

Aspek lingkungan dan dampak lingkungan terkait, persyaratan perundang-undangan dan perusahaan, tujuan dan sasaran, rencana kerja dan program manajemen lingkungan

Tahap ketiga Penerapan Operasi :

Alokasi sumberdaya, struktur dan tanggung jawab, kesadaran dan pelatihan, komunikasi, dokumentasi SML, pengendalian operasional, program manajemen spesifik, kesiapan dan respon terhadap keadaan darurat. Tahap keempat Evaluasi Berkala :

Pemantauan, tindakan koreksi dan

pencegahan, rekaman, audit SML. Tahap kelima

Pengkajian SML

(23)

lingkungan ini dipertimbangkan dalam menyusun tujuan lingkungan. Hubungan antara aspek lingkungan dan dampak lingkungan merupakan hubungan sebab dan akibat. Aspek lingkungan yang mengacu kepada unsur kegiatan, produk atau jasa perusahaan dapat menimbulkan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan. Aspek lingkungan dapat terkait dengan pembuangan emisi, penggunaan kembali bahan atau kebisingan. Berikut adalah siklus model Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang diterangkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Sistem Manajemen Lingkungan(Environmental management systems-Requirements with guidance for use ISO 14001 : 2004)

2.1.2 Pengembangan ISO 14001

Standar awal dalam seri 14000 adalah nomor 14000, 14001, 14004, 14010, 14011, dan 14012. Mereka dikembangkan oleh ISO Komite Teknis (TC) 207 Manajemen Lingkungan dan telah diadopsi oleh ISO pada tahun 1996. Perusahaan harus memenuhi tiga persyaratan berikut untuk memenuhi ISO 14000:

Kebijakan lingkungan Tinjauan manajemen

Pemeriksaan & tindakan koreksi dan pencegahan

Penerapan & Operasi

Perencanaan

Pasal 4..3

Pasal 4..4 Pasal 4.5

Pasal 4.1

-

4.2 Pasal 4.5.6

(24)

1. Perusahaan harus membuat sistem manajemen lingkungan (SML).

2. Perusahaan harus menunjukkan kepatuhan dengan undang-undang lingkungan dan peraturan negara di mana ia melakukan bisnis.

3. Perusahaan harus menunjukkan komitmennya untuk terus meningkatkan dalam perlindungan lingkungan dan pencegahan polusi.

Adapun seri-seri dari ISO 14001 : 2004 menurut International Organization for Standarization (2008b) adalah sebagai berikut :

1. 14001 - 14004 : Pedoman dan spesifikasi kebijakan lingkungan termasuk penilaian dampak lingkungan, penyediaan untuk perbaikan terus-menerus serta tujuan dan sasaran

2. 14010 - 14012 : Pedoman, prosedur, dan kualifikasi kriteria untuk auditor lingkungan

3. 14020 - 14024 : Pedoman untuk label lingkungan

4. 14031 - 14032 : Pedoman untuk evaluasi kinerja lingkungan 5. 14040 - 14049 : Pedoman untuk penilaian siklus hidup 6. 14050 : kosakata dari sistem manajemen lingkungan 7. 14051 : prinsip-prinsi umum akuntansi lingkungan

8. 14062 : integrasi fitur lingkungan ke dalam desain produk dan pengembangan

9. 14063 : Komunikasi informasi lingkungan

10.14064 & 14065 : Standar dari verifikasi gas rumah kaca dan akuntansi 2.1.3 Persyaratan Standar Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 :

2004

(25)

manajemen lain seperti manajemen mutu, kesehatan dan keselamatan kerja, manajemen keuangan dan risiko, walaupun unsur sistem manajemen lingkungan dapat dikaitkan atau digabungkan dengan unsur sistem manajemen lainnya. Organisasi dapat menyesuaikan sistem manajemen yang ada dengan sistem manajemen lingkungan menurut standar ini. Penerapan berbagai unsur sistem manajemen tersebut mungkin berbeda-beda tergantung pada maksud dan pihak berkepentingan yang terlibat. Tingkat kerincian dan kerumitan sistem manajemen lingkungan, kelengkapan dokumentasi dan sumberdaya yang disediakan akan tergantung pada sejumlah faktor seperti lingkup sistem, ukuran organisasi dan sifat kegiatan, produk dan jasa. Hal ini perlu diperhatikan terkait dengan penerapan sistem pada organisasi usaha skala kecil dan menengah. Adapun klausul-klausulnya menurut Environmental management systems-Requirements with guidance for use ISO 14001 : 2004 adalah :

Klausul 1. Ruang Lingkup Klausul 2. Acuan Normatif Klausul 3. Definisi

Klausul 4. Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan Klausul 4.1. Persyaratan Umum

Klausul 4.2. Kebijakan Lingkungan Klausul 4.3. Perencanaan

Klausul 4.3.1. Aspek Lingkungan

Klausul 4.3.2. Persyaratan Peraturan Perundang-undangan dan Lainnya Klausul 4.3.3. Tujuan, Sasaran, dan Program

Klausul 4.4. Penerapan dan Operasi

Klausul 4.4.1. Sumberdaya, Peran, Tanggung Jawab, dan Kewenangan Klausul 4.4.2. Kompetensi Pelatihan, dan Kesadaran

Klausul 4.4.3. Komunikasi Klausul 4.4.4 Dokumentasi

(26)

Klausul 4.4.7. Kesiagaan dan Tanggap Darurat Klausul 4.5 Pemeriksaan

Klausul 4.5.1. Pemantauan dan Pengukuran Klausul 4.5.2. Evaluasi Penaataan

Klausul 4.5.3. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan

Klausul 4.5.4. Pengendalian Rekaman Klausul 4.5.5. Audit Internal

Klausul 4.5.6. Tinjauan Manajemen

2.1.4 Manfaat Penerapan ISO 14001 : 2004

Menurut Hadiwiardjo (1997) berbagai manfaat dapat diperoleh dengan menerapkan ISO 14001, yang sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan. Beberapa keuntungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan dampak lingkungan yang lebih baik 2. Menekan resiko yang membahayakan lingkungan 3. Menekan biaya produksi

4. Penanganan yang lebih baik bila terjadi kecelakaan atau keluhan yang berhubungan dengan lingkungan

5. Motivasi para pekerja lebih baik

6. Memberi jaminan kepada pelanggan tentang komitmen manajemen terhadap lingkungan

7. Mengurangi kecelakaan yang dapat berakibat atas tanggung jawab lingkungan 8. Memperlihatkan kepedulian terhadap lingkungan

9. Mempermudah penyelesaian masalah lingkungan 10.Memiliki dasar persaingan yang sama

2.1.5 Environmental Index dalam SML

(27)

kuantitatif yang terkait dengan tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Khusus mengenai indikator kinerja lingkungan kuantitatif, model pendekatan pengukurannya adalah seperti halnya ISO 14031. Dalam model itu disebutkan 2 macam indikator kuantitatif yaitu Indikator kinerja lingkungan (Environmental Performance Indicator / EPI) dan indikator kondisi lingkungan (Environmental Condition Indicator / ECI). Mereka adalah parameter-parameter berbeda yang menjelaskan potensi dampak aktifitas, produk, atau jasa pada lingkungan. Parameter - parameter ini adalah hasil dari mengkarakteristikkan intervensi lingkungan atau aspek-aspek lingkungan yang telah diklasifikasikan (Sturm, 1998).

Jenis indikator environmental index yang sudah banyak dikenal yaitu seperti jumlah limbah yang dihasilkan, emisi debu, dan emisi-emisi lainnya. Berikut adalah Tabel 1. baku mutu emisi untuk industri semen berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 .

Tabel 1. Baku mutu emisi untuk industri semen

SUMBER PARAMETER BATAS MAKSIMUM

(mg/m3)

Tungku Recovery (Kilns)

Total Partikel 80 Sulfur Dioksida (SO2) 800 Nitrogen Oksida (NO2) 1000 Duration Out of Range 5%

Opasitas 20%

Pendingin Terak (Clinkers

Coolers) Total Partikel 80 Miling Grinding Alat

Pengangkut (Conveying) pengepakan (Bagging)

Total Partikel 80

Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)

Total Partikel 230 Sulfur Dioksida (SO2) 800 Nitrogen Oksida (NO2) 1000

2.2 Peran Karyawan dalam SML

(28)

mengurangi resiko lingkungan, kontrol lingkungan kerja, kepedulian karyawan pada lingkungan.

Indikator kualitatif adalah hal-hal yang menjadi ukuran dari kinerja yang didasarkan pada pandangan atau persepsi seseorang pada pengamatan dan penilaiannya terhadap sesuatu, serta melihat bagaimana peran karyawan dalam mencapai kinerja yang diharapkan dan penyempurnaan kegiatan atau program. Contoh pengukuran kualitatif adalah penilaian karyawan terhadap sistem manajemen lingkungan yang berlaku salah satunya adalah peran karyawan terhadap kinerja lingkungan. Dimana faktor karyawan sendiri sebagai manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkat atau menurunnya suatu kinerja lingkungan.

2.2.1 Pelatihan Pendidikan

Menurut Hadiwiardjo (1997), sebagaimana tercantum dalam ISO 14001 klausul 4.4.2, ada dua jenis pelatihan yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu pelatihan peningkatan kepedulian dan kesadaran lingkungan yang umumnya diberikan pada semua karyawan perusahaan, dan pelatihan untuk kewenangan atau kompetensi untuk melaksanakan tugas tertentu dalam bidang lingkungan.

(29)

Pelatihan merupakan persyaratan bagi semua manajer dan personelnya untuk membantu mereka peduli dan sadar akan masalah lingkungan dan membekali mereka dengan keterampilan baru untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dari hari ke hari. Hal ini memerlukan sumber daya dana bila dibutuhkan tenaga ahli dari luar untuk melaksanakan kegiatan pengkajian lingkungan awal. Salah satu penyebab umum kegagalan perusahaan untuk dapat melakukan perubahan adalah kurang terapadunya unsur-unsur bisnis selama proses perubahan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan akan menerapkan sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14000, tetapi personelnya yang dalam artian ini adalah para karyawannya tidak cukup dilatih sampai ke tingkat keterampilan yang memadai untuk menjalankan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan. Apabila suatu perusahaan gagal dalam menjalankan sistem tersebut dapat diramalkan hasilnya pun akan gagal (Hadiwiardjo 1997).

2.2.2 Mengurangi Resiko Lingkungan

Menurut Hadiwiardjo (1997), persyaratan ISO 14001 memberikan suatu kerangka untuk membuat atau menyempurnakan SML. ISO 14001 menciptakan bahasa lingkungan yang dapat diterima secara internasional untuk kemajuan lingkungan global serta dapat mengurangi resiko lingkungan yang terjadi di sekitar area kegiatan atau proses berlangsung. Pada akhirnya, karyawanlah secara per orangan yang akan lebih mempengaruhi secara langsung konsekuensi lingkungan dari kegiatan produk, dan jasa perusahaan. Kerangka ISO 14001 memberikan panduan untuk perusahaan yang bersedia melakukan perubahan budaya untuk memperoleh lingkungan yang lebih baik dan lebih konsisten melestarikannya serta dapat diandalkan kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, dan kinerjanya lebih baik ditinjau dari segi sistem dan operasi.

2.2.3 Kontrol Lingkungan Kerja

(30)

dengan identifikasi aspek lingkungan, perusahaan perlu mengidentifikasi operasi dan kegiatannya yang berkaitan dengan aspek tersebut. Suatu contoh adalah emisi ke udara (misalnya debu, nitrogen oksida, atau sulfur oksida) dari pembangkit tenaga listrik. Mengetahui dan mengerti peralatan dan parameter proses akan memudahkan untuk mengidentifikasikan, dan akhirnya akan meminumkan dampak yang terkait dengan lingkungan. Sesudah operasi dan kegiatan telah diidentifikasi, perlu segera dibuat prosedur. Prosedur ini meliputi aspek penting dari operasi perusahaan, maupun mengkomunikasikan prosedur yang relevan kepada seluruh karyawan.

Keterlibatan seluruh karyawan sebagai personel manajemen lingkungan memegang peranan penting dalam penerapan sistem manajemen lingkungan untuk mendapatkan komitmen dan tugas yang dilaksanakan dengan baik oleh personel yang memiliki tanggung jawab manajemen lingkungan. Selain itu karyawan dapat memberikan bantuan teknis kepada bagian yang berkaitan dengan operasi dan produksi untuk menyempurnakan SML dan ikut melakukan kontrol lingkungan kerja atau pengendalian berdasarkan penilaian dan pengarahan manajemen. Audit, pengkajian, tindakan koreksi, dan tindak lanjut akan menghasilkan penyempurnaan yang berkelanjutan atas penerapan SML. Proses penyempurnaan secara berkesinambungan memerlukan usaha mencari secara terus-menerus peluang baru untuk meningkatkan status kinerja lingkungan. Dalam memilih pengendalian atau kontrol lingkungan kerja yang sesuai perlu dibuat ssebuah prosedur. Prosedur ini sebaiknya efektif biaya, aman bagi karyawan untuk mengoperasikannya, dan dapat diterima dengan baik oleh karyawan.

2.2.4 Motivasi Bekerja

(31)

mereka termotivasi untuk bekerja lebih baik. Para karyawan yang memiliki motivasi tinggi dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam pelaksanaan tugas untuk mengelola lingkungan. Selain itu mereka juga dapat memberikan bantuan teknis kepada bagian yang berkaitan dengan operasi dan produksi untuk menyempurnakan SML berdasarkan penilaian dan pengarahan manajemen.

2.2.5 Kepedulian Karyawan terhadap Lingkungan

Menurut Hadiwiardjo (1997), sistem pengendalian peningkatan kesadaran dan kepedulian merupakan salah satu hal yang termasuk ke dalam isu-isu yang dapat memberikan identifikasi peluang baru untuk penyempurnaan. Semua manajer dan karyawan harus menyediakan waktu untuk mempelajari tantangan baru dan mengusahakan penyempurnaan. Perlu disediakan waktu untuk melakukan temu karya kepedulian dan kesadaran lingkungan, temu karya penerapannya, serta menindaklanjuti kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi dalam temu karya tersebut. Penerapan ISO 14001 : 2004 dapat menjadi katalis dalam menumbuhkan kepedulian karyawan terhadap lingkungan yang turut membantu perusahaan memajukan lingkungan global. Karyawan yang peduli terhadap lingkungan akan meningkatkan kinerja lingkungan baik dari segi sistem maupun operasi dengan bersedia melakukan perubahan budaya untuk lingkungan yang lebih baik, sehat, aman, dan nyaman bagi mereka sendiri maupun bagi perusahaan.

2.2.6 Kinerja Lingkungan

Menurut Hadiwardjo (1997), kinerja lingkungan adalah hasil SML yang dapat diukur, yang berkaitan dengan pengelolaan aspek lingkungan organisasi. Pengukuran kinerja lingkungan adalah bagian penting dari sistem manajemen lingkungan. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Kinerja lingkungan disini terkait dengan kinerja lingkungan kualitatif yaitu hasil yang dapat diukur dari hal-hal yang terkait dengan ukuran aset non fisik, seperti prosedur, motivasi, dan peran karyawan yang dialami manusia pelaku kegiatan.

(32)

membuat motivasi kerja karyawan meningkat, tetapi dengan lebih menekankan faktor pendorongnya. Mutu itu bebas dan tidak diragukan bahwa untuk investasi jangka panjang dalam penyempurnaan sistem mutu akan dapat mengurangi biaya dan resiko kegagalan. Dengan cara yang sama, beberapa contoh yang ada menunjukkan bahwa investasi dalam program mutu lingkungan akan memberikan keuntungan nyata dalam penghematan energi dan sumber daya, pengurangan limbah dan emisi, dan mengurangi resiko pelanggaran peraturan perundang-undangan (Hadiwiardjo, 1997). 2.3 Teknik Pengendalian Lingkungan

2.3.1 Uji Independent t-test

Alat uji ini digunakan untuk menganalisis perbedaan dari masing-masing emisi yaitu DOR (Duration Out of Range), emisi debu, emisi SO2, dan emisi NO2 tahun

2006 hingga tahun 2010. Kemudian untuk melihat tahun mana saja yang berbeda nyata pada DOR (Duration Out of Range), emisi debu, emisi SO2, dan emisi NO2

2.3.2 Digram Tulang Ikan (Fishbone) Ishikawa

dari tahun 2006 hingga tahun 2010 maka digunakan uji lanjut yaitu uji Tukey dan Duncan. Level confidence pada penelitian ini adalah 95% dengan level toleransi kesalahan adalah 5%.

(33)

Gambar 3. Diagram tulang ikan (Fishbone) Ishikawa (Usman, 2008) Langkah-langkah dalam membuat diagram fishbone adalah sebagai berikut : 1. Rumuskan masalah yang akan diatasi, misalnya rendahnya mutu lingkungan.

Tempatkan di bagian kepala ikan.

2. Identifikasi faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan dari masing-masing faktor yang ditinjau yaitu (1) bahan, (2) orang, (3) cara, (4) alat, dan (5) lingkungan. Isikan ke cabang masing-masing.

3. Mencari lebih rinci lagi faktor-faktor yang menyebabkan munculnya cabang yang pertama tadi.

4. Isikan semua cabang sampai menemukan cabang terkecil dan sampai pada titik jenuh.

5. Masing-masing cabang tulang terkecil untuk kelima faktor di atas dianalisis, kemudian pilih yang paling prioritas

2.3.3 Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

Analisis ini menggunakan data kuantitatif, dimana suatu pengukuran yang digunakan dalam suatu penelitian dapat dihitung dengan jumlah satuan tertentu atau

SDM

AKIBAT

BAHAN

(34)

dinyatakan dengan angka-angka. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data dan penemuan hasil (Purnamawati 2011).

Model yang digunakan adalah model kausalitas (sebab-akibat) yang digunakan hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya, serta faktor-faktor didalamnya. Untuk menganalisis data digunakan The Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan program smart pls. Permodelan dengan SEM memungkinkan dijawabnya pertanyaan penelitian secara dimensional Santoso dalam Purnamawati (2011).

Analisis SEM merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan teknik statistik untuk mempelajari hubungan dan keterikatan antara variabel laten dengan variabel indikatornya, serta hubungan antar variabel yang terlibat dalam suatu penelitian Sitinjak dan Sugiharto dalam Purnamawati (2011)

Model persamaan struktural (SEM) adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan (Firdaus 2008). Keunggulan aplikasi SEM dalam peneltian manajemen adalah karena kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau faktor yang sangat lazim digunakan dalam manajemen serta kemampuannya untuk mengukur pengaruh hubungan-hubungan yang secara teoritis ada (Purnamawati 2011).

Komponen-komponen yang digunakan dalam model umum SEM terdiri dari variabel-variabel antara lain (Purnamawati 2011) :

1. Variabel laten merupakan variabel kunci yang menjadi perhatian karena konsepnya yang abstrak seperti (perilaku, motivasi, kepuasan, dan lain-lain). Variabel ini hanhya bisa diamati secara tidak langsung. Variabel laten terdiridari dua jenis yaitu : a). Laten eksogen: variabel bebas dengan

simbol ξ ; b). Laten endogen : variabel tidak bebas dengan simbol η

(35)

yang merupakan ukuran dari variabel eksogen (ξ) adalah X, sedangkan yanng merupakan efek dari variabel laten endogen adalah Y.

2.3.4 Bentuk Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least Squares (PLS)

PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold (1966) sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator. Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval, dan rasio). PLS merupakan metode analisis powerfull karena tidak didasarkan banyak asusmsi, jumlah sampel kecil dan residul distribusi. Walaupun PLS juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi juga untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel laten.

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari 3 (tiga) set hubungan, yaitu :

1. Inner Model (Inner relation, structural model dan substantive theory) yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten berdasarkan teori. Model struktural dievaluasi dengan melihat R-square untuk konstruk laten dependen, Stone Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t, serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten indpenden terhadap variabel laten dependen. Model persamaan dapat ditulis dalam bentuk :

...(1) Keterangan :

η = vektor variabel laten endogen (dependen)

(36)

ζ = vektor variabel residual (unexplained variance)

β = matriks koefisien variabel laten tak bebas (endogen) terhadap

endogen berukuran m x m

Г = matriks koefisien variabel laten bebas (eksogen) terhadap endogen

berukuran m x n dengan, m = jumlah variabel endogen n = jumlah variabel eksogen

2. Outer model (Outer relation atau measurement model) yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator. Outer model terdiri dari 2 (dua) macam mode, yaitu mode reflective (mode A) dan mode formative (mode B).

Mode reflektif merupakan relasi dari peubah latem ke peubah indikator atau ”effect”. Sedangkan mode formatif merupakan relasi dari peubah indikator membentuk peubah laten ”causal”.

Model persamaan untuk indikator refleksif dapat ditulis dalam bentuk :

...(2)

Keterangan :

x dan y = indikator atau manifest variabel untuk variabel laten eksogen

(ξ) dan variabel laten endogen (η)

x dan y = matriks loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya

εx dan εy = residual atau kesalahan pengukuran

model persamaan untuk indikator refleksif dapat ditulis dalam bentuk :

ξ = Πξx + δ

η = Π

ξ

(37)

Keterangan :

Πx dan Πy = koefisien regresi berganda dari variabel laten dan blok

indikator

δx dan δy

3. Weight Relation, Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut :

= residual dari regresi

ξ

b

=

Σ

kb

W

kb

X

kb

ηi= Σki

W

ki

X

ki

keterangan :

Wkb dan Wki = k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi

variabel laten

ξ

b dan

η

i

a. Model Pengukuran atau Outer Model

.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan Partial Least Square (PLS) adalah membantu peneliti untuk mendapatkan variabel laten untuk tujuan prediksi. Menurut Chin dalam Ami Pujiwati (2012), menyatakan bahwa karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukutan prediksi yang mempunyai sifat non parametrik. Dalam model evaluasi PLS terdapat tahap-tahap sebagai berikut :

(38)

variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model (Chin, 1998 dalam Imam Ghozali, 2006).

Convergent validity dari model pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai dengan 0,60 dianggap baik (Chin, 1998 dalam Imam Ghozali, 2006).

Discriminant validity dari model pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal itu menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Cara lain adalah melihat nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Imam Ghozali, 2006). Selain itu dievaluasi juga composite reliability dari blok indikator. Composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dnegan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan Cronbach’s Alpha.

b. Model Struktural atau Inner Model

(39)

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Padma et al (2008) dalam penelitiannya mengenai studi sertifikasi ISO 14000 dan organisasi kinerja perusahaan manufaktur di India menyatakan bahwa perusahaan menganggap persiapan untuk keadaan darurat sebagai bahan manajemen sistem lingkungan yang terpisahkan dan awalnya tampak berjuang untuk mengidentifikasi isu-isu lingkungan penting harus diberikan lebih tinggi. Selanjutnya, perusahaan bersertifikat merasa sulit untuk terus meningkatkan proses manajemen lingkungan mereka. Akan tetapi ada perubahan signifikan di semua IOP (Indicator of Organizational Performance) yang terdiri dari kepuasan pelanggan, moral karyawan, pertumbuhan ekspor, keuntungan perusahaan, produktifitas keseluruhan, RQC (Reduction in Quality Costs), OFP (Overall Financial Performance), OOP (Overall Operational Performance), SE (Saving Energy), dan EDIPS (Environmental Desirable Impact of Product/Service) dan CF (Crictical Factors) yang terdiri dari komitmen top manajemen, EIILC (Environmental Issues Identification and Legal Compliance), proses manajemen lingkungan, EPR (Emergency Preparedness and Response), perbaikan berkelanjutan, MMC (measurement, monitoring, and control) dan manajemen sumber daya manusia. Selain itu, lebih banyak perusahaan yang berpengalaman memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dari semua tingkat CF dibandingkan dengan perusahaan yang kurang berpengalaman. Dalam perjalanan waktu, perusahaan ini tampaknya memahami SML dan efektif menerapkannya dalam rangka mewujudkan keuntungan jangka panjang.

(40)

tinggi tingkat kesulitannya. Keuntungan yang bisa dirasakan adalah keuntungan eksternal seperti peningkatan posisi perusahaan di pasar, perubahan transisi dari praktek konvensional ke suistainable, peningkatan hubungan dengan masyarakat karena peningkatan kinerja lingkungan, dan peningkatan pengelolaan limbah. ISO 14001 dapat dimplementasikan pada berbagai ukuran perusahaan ( kecil, menengah, besar) dan dapat dikonfirmasi ISO 14001 biasanya menjadi pasangan ISO 9001. Perusahaan menerapkan ISO 14001 setelah menerapkan ISO 9001.

Nga (2009) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh ISO 14000 pada kinerja perusahaan melakukan penelitian pada 49 perusahaan yang menerapkan ISO 14001 dan 32 perusahaan yang tidak menerapkan ISO 14001. Hasilnya menjelaskan bahwa sertifikasi dengan ISO 14001 memberikan peningkatan terhadap ROE (Return On Equity) namun belum tentu pada penjualan dan kapital.

(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdiri dari 12 plant. Sembilan pabriknya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Standarisasi manajemen lingkungan sangat diperlukan bagi perusahaan yang memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan sekitarnya. ISO 14001: 2004 adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan yang telah tersertifikasi beberapa ISO, salah satunya adalah ISO 14001 : 2004.

Penelitian ini diawali dengan mengetahui bagaimana sistem manajemen lingkungan PT Indocement Tunggal Prakarsa sebagai penerapan dari ISO 14001 : 2004 melalui wawancara langsung, observasi, dan beberapa dokumen perusahaan. Penelitian dilakukan pada plant 3. Selain itu dilakukan pula penelitian pada kinerja lingkungan (environmental index) plant 3 yang terdiri dari emisi debu, emisi SO2,

emisi NO2, dan DOR (Duration Out of Range) sejak tahun 2006 hingga tahun 2011,

untuk mengetahui apakah keempat environmental index tersebut meningkat secara signifikan atau tidak dengan adanya ISO 14001 : 2004 dimana didalamnya selalu ada perbaikan berkesinambungan dengan mengambil data pengukuran emisi SO2, emisi

NO2

Dari hasil penelitian, diharapkan dapat merumuskan kesimpulan dan memberikan saran berupa peningkatan program manajemen lingkungan pada perusahaan yang bersangkutan dan memberikan informasi pada perusahaan mengenai

(42)

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

Kajian Penerapan ISO 14001 : 2004 (sistem manajemen

3. Kontrol lingkungan kerja

4. Motivasi bekerja 5. Kepedulian

Lingkungan 6. Kinerja Lingkungan

Environmental index

Analisis Peran Karyawan terhadap Kinerja Lingkungan dengan SEM

Implikasi Manajerial

Rencana Aksi ANALISIS SEBAB AKIBAT Analisis Environmental Index : 1. Emisi Debu

2. Emisi NO2

3. Emisi SO2

4. DOR (Duration Out of Range)

kinerja lingkungan serta peran karyawan terhadap kinerja lingkungan. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka pemikiran konseptual dapat dijelaskan pada Gambar 4.

(43)

TIDAK YA

Gambar 5. Tahapan penelitian Pra Penelitian

Penentuan Topik Penelitian

Penentuan Obyek Penelitian

Perumusan Masalah

Penetuan Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data Uji Coba Kuesioner

Kesimpulan dan Saran Hasil dan Pembahasan

Pengolahan Data Penyusunan Kuesioner

Metode dan Analisis Data : • Analisis Deskriptif • Uji Nilai Tengah

Berpasangan • Fishbone Diagram • Analisis Structural Equation Modelling Teknik Pengambilan Sampel dan

Pengumpulan Data : • Wawancara • Studi Pustaka • Observasi

• metode sensus atau complete enumeration

(44)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang terletak di Citereup, Bogor. Pemilihan perusahaan dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa perusahaan ini telah mendapat sertifikasi ISO 14001 : 2004 serta kesediaan perusahaan untuk memberikan data-data yang dibutuhkan yang mendukung penelitian ini. Guna memperoleh data-data yang diperlukan mengenai penerapan ISO 14001 : 2004 dan kinerja lingkungan yang terkait dengan ISO 14001 : 2004 pada perusahaan, maka penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Januari 2012. 3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer dan data sekunder serta jenis data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan terhadap perusahaan, wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian dan penyebaran kuesioner pada karyawan.

Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. seperti data penerapan ISO 14001 : 2004 pada perusahaan dan data environmental index pada perusahaan. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari studi kepustakaan ( buku-buku, jurnal, internet, literatur-literatur yang relevan).

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah kajian penerapan ISO 14001 : 2004 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa serta ingin melihat bagaimana kinerja lingkungan (environmental index) perusahaan setiap tahunnya dengan adanya implementasi ISO 14001 : 2004. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Riset Kepustakaan

(45)

2. Riset Lapangan

Cara pengumpulan data ini dilakukan dengan : a. Wawancara ( interview )

Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang dianggap terkait dengan penerapan ISO 14001 : 2004 serta environmental index pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk seperti Departement Head plant 3, Departement Head QSM (Quality System Management), dan beberapa staf PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Data yang diperoleh melalui wawancara adalah data mengenai gambaran umum perusahaan atau profil perusahaan, informasi seputar penerapan ISO 14001 : 2004 PT ITP, dan kelengkapan data environmental index plant 3 perusahaan.

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang diberikan pada sejumlah responden yang terkait dengan objek yang diteliti. Kuesioner akan disebarkan pada karyawan yang bekerja di Plant 3 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang diambil menggunakan metode sensus atau complete enumeration, yaitu menggunakan seluruh populasi sebagai sumber data. Karyawan plant 3 dianbil seluruhnya dalam peneltian ini.

b. Pengamatan (Observation)

(46)

3.4 Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Pengujian Kuisioner

Menurut Umar (2003) kuesioner yang digunakan, terlebih dahulu diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Hal ini dilakukan agar kuesioner yang digunakan terbukti akurat dan layak untuk disebar kepada responden. Uji validitas digunakan untuk melihat hubungan diantara masing-masing pertanyaan, sehingga memiliki keterkaitan yang erat diantaranya. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan agar semua pertanyaan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.

3.4.2 Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Asusmsi utamanya dari uji validitas adalah setiap pertanyaan saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan setiap pertanyaan juga berhubungan dengan objek yang akan diteliti (Umar 2011). Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai berikut (Umar 2011) :

a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, 1. Mencari definisi dan konsep literatur

2. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli lain. Pendapat para ahli lain kemudian disarikan kedalam bentuk rumusan yang operasional.

3. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti membuat kerangka konsep dan membuat pertanyaan operasional. 4. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai

aspek-aspek konsep yang menyusun pertanyaan yang operasional. b. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden

c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

(47)

………..(4)

Keterangan :

N = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total

Kemudian angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r > r tabel, maka pernyataan tersebut valid dan signifikan, angka kritik tabel korelasi untuk nilai r adalah (N-2; α ).

3.4.3 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan dari hasil instrumen dan konsistensinya apabila instrumen diujikan pada kelompok yang sama pada saat yang berbeda. Menurut Umar (2003), reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Teknik yang digunakan adalah teknik Cronbach, dengan rumus berikut :

……….. (5) Keterangan :

= Keandalan instrumen K = banyak butir pertanyaan = jumlah ragam buti

= Ragam total

(48)

Tabel 2. Klasifikasi nilai alpha

Klasifikasi Nilai Alpha Kesimpulan

α> 0,9 Sempurna (excellent)

α> 0,8 Baik (good)

α> 0,7 Dapat diterima (acceptable)

α> 0,6 Diragukan (questionable)

α> 0,5 Lemah (poor)

α> 0,4 Tidak dapat diterima (unacceptable) Sumber : George, 2003

3.4.4 Skala Likert

Empat pilihan jawaban kuesioner untuk penelitian menggunakan skala likert. Dimana skala ini digunakan untuk mengetahui penilaian seseorang terhadap sesuatu. Pilihan jawaban yang digunakan yaitu :

a. Sangat tidak setuju = 1 b. Tidak setuju = 2

c. Setuju = 3

d. Sangat setuju = 4

Setiap jawaban dari responden dalam kuesioner diberikan skor. Cara menghitung skor rataan adalah sebagai berikut :

x = ∑n ( Xi , ni

n

)

Keterangan :

X = skor rataan

ni = jumlah jawaban responden untuk skor i

Xi

n = jumlah responden

(49)

Selanjutnya menggunakan rentang skala penilaian untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor. Setiap skor alternatif yang terbentuk dari teknik skala peningkatan terdiri dari kisaran antara 1 hingga 4 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi yang sangat positif, kemudian dihitung rentang skala dengan rumus sebagai berikut :

Rs = R (skor)

M Keterangan :

R (skor) : skor terbesar – skor terkecil M : banyaknya kategori skor 3.4.5 Uji t-test

Uji t-test digunakan untuk membandingkan kinerja lingkungan yang terdiri dari emisi debu, emisi SO2, emisi NO2

1) Duration out of Range (DOR)

, dan DOR (Duration Out of Range) dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Setiap tahunnya diolah dengan menggunakan software SPSS 16 versi 16.0. dengan uji t dapat terlihat peningkatan secara signifikan, penurunan atau bahkan tidak berbeda nyata (tetap) pada kinerja lingkungan yang akan diteliti. Adapun hipotesis dari masing-masing kinerja lingkungan adalah :

Hipotesis :

H0 : µ1= µ2= µ3= µ4= µ5= µ, nilai DOR dari tahun ke tahun tidak berbeda nyata

H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata. 2) Emisi Debu

Hipotesis :

(50)

H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata

dari tahun ke tahun tidak berbeda nyata

H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata

Hipotesis :

H0 : µ1= µ2= µ3= µ4= µ5= µ, Emisi SO

2

2

3.4.6 Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

dari tahun ke tahun tidak berbeda nyata

H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata

Analisis pengaruh peran karyawan terhadap kinerja lingkungan menggunakan model Structural Equation Modelling (SEM) dengan PLS. SEM digunakan karena pada penelitian ini menganalisis hubungan antar variabel secara langsung maupun tidak langsung.

Metode SEM menggunakan dua macam komponen yaitu :

1. Variabel laten merupakan variabel kunci yang menjadi perhatian karena konsepnya yang abstrak seperti (perilaku, motivasi, kepuasan, dan lain-lain). Variabel ini hanhya bisa diamati secara tidak langsung. Variabel laten terdiridari dua jenis yaitu : a). Laten eksogen: variabel bebas dengan

simbol ξ ; b). Laten endogen : variabel tidak bebas dengan simbol η

(51)
(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa

PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. merupakan suatu perusahaan perseroan terbatas yang merupakan produsen semen terbesar kedua di Indonesia, dengan nama dagang semen “Cap Tiga Roda”. Pada awal berdirinya, 1 Juni 1973, PT Indocement Tunggal Prakarsa bernama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE). Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1975 dan diresmikan pada tanggal 4 Agustus 1975. Meningkatnya pembangunan sarana-sarana fisik di Indonesia menyebabkan badan usaha ini berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan dibangunnya pabrik-pabrik baru oleh badan usaha lain di daerah sekitarnya. Pada tanggal 17 Mei 1985 perusahaan melakukan merger dan resmi berganti nama menjadi PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan pengesahan dari Departemen Kehakiman dengan surat Keputusan No. C2-3641.HT.01.01.Th.85 pada tanggal 15 Juni 1985. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 pada tanggal 25 Juni 1985, pemerintah RI dengan diwakili Departemen Keuangan memutuskan untuk turut serta menanamkan modal pada PT Indocement Tunggal Prakarsa sebesar 35% dari total saham dan sisanya dimiliki oleh pihak swasta. Pada tanggal 16 Oktober 1989, dengan surat izin dari Menteri Keuangan RI No. SI-062/SHM/MK-10/1989 PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) melakukan go public dengan menjual 59.000.100 lembar saham kepada masyarakat agar dapat turut serta dalam penanaman modal PT ITP.

Pada tanggal 18 April 2001 Kimmeridge Enterprise Pte Ltd yang merupakan anak perusahaan sebuah perusahaan semen dari Jerman, Heidelberger Zement AG, membeli saham perseroan milik Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan milik PT Holdiko Perkasa. Dengan pembelian saham ini, Kimmeridge Enterprise Pte Ltd menjadi pemegang saham terbesar yaitu sebesar 65%.

(53)

berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Saat ini Indocement mengoperasikan 12 pabrik, sembilan berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; and satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Produk utama perusahaan adalah Portland Composite Cement (PCC) dan Ordinary Portland Cement (OPC).Perusahaan juga memproduksi berbagai tipe semen lainnya seperti Portland Cement Type I and Type V, begitu juga dengan Oil Well Cement. Indocement adalah satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.

4.1.1 Visi, Misi, dan Motto 4.1.1.1 Visi

Pemimpin pasar semen dalam negeri yang berkualitas. 4.1.1.2 Misi

Indocement berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan pembangunan berkelanjutan.

4.1.1.3 Motto

Turut Membangun Kehidupan Bermutu 4.1.2 Proses Pembuatan Semen

Proses pembuatan semen diawali dengan persiapan bahan baku. Bahan baku dari pembuatan semen ialah batu kapur (lime stone), tanah liat (clay), pasir silika (silica sand) dan pasir besi (pyrite cinder) atau bijih besi (iron ore). Masing-masing bahan baku yang digunakan ini harus memiliki kandungan oksida SiO2, Al2O3,

Fe2O3, dan CaO dengan komposisi tertentu. Mula-mula riset dilakukan untuk

(54)

1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (unit mining)

Penambangan bahan baku meliputi kegiatan pembersihan (clearing), pengeboran (drilling), peledakan (blasting), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), dan penghancuran (crushing) di daerah gunung (± 7 km dari pabrik) yang merupakan sumber bahan baku. Kemudian, bahan baku hasil penambangan diangkut dengan menggunakan long belt conveyor untuk dikirim ke unit raw mill.

2. Pengeringan dan penggilingan bahan baku (unit raw mill)

Pada proses ini, bahan baku hasil penambangan dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 1% sebelum selanjutnya digiling menggunakan raw mill agar batuan-batuannya memenuhi standar pembuatan semen (tidak terlalu besar, diameter 6-8 mm). Bahan baku keluaran raw mill dinamakan raw meal, kemudian raw mill ini dimasukkan ke dalam suspension preheater untuk pemanasan awal dan terjadi reaksi kalsinasi.

3. Pembakaran tepung baku dan pendinginan clinker (unit kiln)

Selanjutnya bahan ini dipanaskan menggunakan rotary kiln pada suhu 1400-1450oC. Pada kiln ini terjadi berbagai reaksi pembentukan mineral pada semen, kemudian keluaran dari kiln didinginkan mendadak dengan udara (quenching). Bahan keluaran dari kiln dinamakan clinker. Proses pendinginan dilakukan agar clinker menjadi getas pada suhu 950o

4. Penggilingan akhir (unit cement mill)

C sehingga memudahkan proses penghancurannya nanti.

(55)

5. Pengantongan semen (unit packing)

Semen yang dihasilkan kemudian disimpan di cement silo. Kemudian, semen dari silo diangkut menuju hopper dengan menggunakan air slide dan bucket elevator. Semen yang halus akan terpisah dan masuk ke dalam hopper, lalu dialirkan ke unit packing untuk dikemas. Setelah selesai dikemas, semen diangkut oleh belt conveyor ke atas truk pengangkutan untuk didistribusikan.

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi perusahaan disusun secara fungsional dan anggaran dasar yang mengatur tata cara kerja dalam perseroan telah disusun dan memperoleh pengesahan dari Departemen Kehakiman tanggal 19 Juni 1987. Kekuasaan tertinggi dalam perusahaan dipegang oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), sedangkan untuk melaksanakan kegiatn operasional dipegang oleh Dewan Direksi yang terdiri dari 9 (sembilan) orang, yang bertugas melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh RUPS. Sebagai wakil dari pemegang saham dalam melakukan pengawasandisusun Dewan Komisaris, yang terdiri dari 6 (enam) orang, 1 (satu) Komisaris Utama, dan 2 (dua) Wakil Komisaris Utama untuk melaksanakan kegiatan eksekutif sehari-hari. Selain itu ada 2 (dua) deputi yakni Direktur Keuangan dan Direktur Teknik. Komisaris mengangkat Dewan Direksi, dimana ditunjuk pula Koordinator Pabrik. 4.1.4 Pengelolaan di Bidang Lingkungan

Saat awal pendiriannya, PT Indocement Tunggal Prakarsa telah menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas perusahaan akan memberikan dampak bagi lingkungan. Hal ini disebabkan terutama karena aktivitas perusahaan berkaitan dengan aspek lingkungan, seperti limbah (debu, cair, padat, gas, B3), kebisingan, getaran, pemakaian energi, air bersih, sumber daya alam, dan lain-lain.

Gambar

Gambar 3. Diagram tulang ikan (Fishbone) Ishikawa (Usman, 2008)
Gambar 4. Kerangka pemikiran konseptual
Gambar 5. Tahapan penelitian
Gambar 7. Kegiatan produk atau jasa pada PT Indocement Tunggal Prakarsa        berdasarkan Sistem Manajemen Lingkungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2008, modal kerja bersih PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami peningkatan sebesar 2,58% yang disebabkan oleh adanya peningkatan penjualan

Berdasarkan hasil hitungan koefisien Z-Score untuk perusahaan manufaktur PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) pada tabel 4.3 dapat diketahui, bahwa pada tahun

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang meningkat sesudah perusahaan melakukan akuisisi namun rasio lancar (CR) dan rasio cepat (QR) yang melebihi batas likuid

ini bertujuan untuk mendefinisikan kriteria-kriteria Baldrige Excellence Framework 2015-2016 di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk., melakukan penilaian

Skripsi yang berjudul “ Analisa Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk Tahun 2002-2004 “ ini merupakan tugas akhir yang

Persamaan: Objek penelitian sama, yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Menganalisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas

Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah mengetahui kualitas batubara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Unit Palimanan Cirebon yang digunakan untuk pembakaran

Pembahasan Dari hasil penelitian yang telah kami teliti terkait “Pengaruh Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penerapan Green Accounting Terhadap Laba PT Indocement Tunggal Prakarsa,