• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ, Jakarta Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ, Jakarta Utara"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN

LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA

VERRY KERSANING ROBBI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ Jakarta Utara adalah benar karya saya dan dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(4)
(5)

Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ Jakarta Utara. Dibimbing oleh ACENG HIDAYAT.

Kesadaran dunia industri akan pentingnya masalah kelestarian lingkungan menuntut setiap perusahaan untuk menjalankan dan menjaga kinerja lingkungan yang baik. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang dilakukan oleh perusahaan dapat menjadi tolak ukur pemenuhan persyaratan lingkungan dan kemajuan kinerja lingkungan. Salah satu instrumen dalam menerapkan SML adalah ISO 14001. PT.XYZ yang menjadi objek penelitian ini adalah industri kendaraan bermotor yang telah bersertifikasi ISO 14001.

Tujuan utama penelitian ini adalah membuktikan sejauh mana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT.XYZ dapat memberikan dampak positif dari segi lingkungan dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode PDCA ISO 14001 untuk mengkaji efektivitas penerapan ISO 14001 di PT.XYZ dengan cara melakukan penilaian kinerja lingkungan perusahaan. Parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian kinerja lingkungan adalah kebijakan lingkungan, perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan juga tinjauan manajemen. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menganalisis dampak efektivitas penerapan ISO 14001 dari segi lingkungan melalui pengujian statistik terhadap pengukuran limbah cair. Sedangkan analisis dampak ekonomi dari penerapan ISO 14001 dilihat dari besarnya penghematan biaya konsumsi air di area fasilitas umum dan juga listrik dengan adanya program Recycle dan juga Saving Energy. Analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan selisih bahan baku, dimana variabel yang dimasukkan dalam perhitungan antara lain harga air PDAM, harga air olahan, banyaknya air PDAM, banyaknya air recycle, pemakaian listrik sebelum dan setelah program Saving Energy.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan di PT.XYZ sangat baik dan berjalan efektif sesuai dengan ISO 14001. Efektivitas tersebut memberikan dampak yang positif dari segi lingkungan karena telah membantu PT.XYZ dalam memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan dari segi ekonomi, penerapan ISO 14001 memberikan keuntungan berupa penghematan biaya seperti biaya konsumsi air sebesar Rp 69.499.613/tahun dan biaya listrik sebesar Rp 3.096.500 pada tahun 2012 dan Rp 4.985.825 pada tahun 2013. Oleh karena itu, penerapan SML yang dilakukan secara efektif oleh PT.XYZ terbukti telah berhasil membantu perusahaan mencapai tujuan

lingkungan dan ekonomi. Kata kunci: kinerja lingkungan, sistem manajemen lingkungan, ISO 14001, baku

(6)
(7)

on Cost Savings in Water and Electricity Consumption at PT.XYZ, North Jakarta. Supervised by ACENG HIDAYAT.

Awareness of environmental preservation problems in industrial world has demand many companies to perform an effective environmental management. Environmental Management System (EMS) implemented by a company can be one of the indicator of environmental performance and its improvement. One of the wide known instruments for EMS implementation is ISO 14001, which has been adapted and applied by many companies worldwide to maintain and ensure their environmental performance. PT.XYZ which becomes the model of this research is an automotive industrial company and already certified for ISO 14001.

The main purpose of this research is to prove how the effective implementation of ISO 14001 based EMS by PT.XYZ can give significant impact for the company both environmentally and economically. This research use PDCA method to evaluate environmental performance. The indicators that used for the assessment are environmental policy, plan, implementation, check, and management review. Research was followed by analyzing the impact of the effectiveness of ISO 14001 implementation with using statistical test to measure industrial waste water. And the analysis of economic impact of ISO 14001 implementation viewed from the magnitude of the savings cost for water and energy (electricity) consumption with Recycling and Saving Energy program.

The result of this research shows that environmental performance of PT.XYZ are very good, which indicates PT.XYZ has implemented the ISO 14001 based EMS effectively, proved by accomplishment of ISO 14001 requirements and waste standard. The implementation of ISO 14001 also gives advantage economically in saving electricity cost for Rp.3.096.500 in 2012 and Rp.4.985.825 in 2013, and then saving water consumption in public facility cost for Rp.69.499.613. as the conclusion, the effective implementation of EMS by PT.XYZ is satisfyingly proved in supporting the company to achieve their environmental and economic goals.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PENGHEMATAN BIAYA KONSUMSI AIR DAN

LISTRIK DI PT.XYZ, JAKARTA UTARA

VERRY KERSANING ROBBI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)

ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ, Jakarta Utara

Nama : Verry Kersaning Robbi

NIM : H44090054

Disetujui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen

(12)
(13)

yang telah diberikan oleh-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Ekonomi Lingkungan, dengan judul Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Dampaknya terhadap Penghematan Biaya Konsumsi Air dan Listrik di PT.XYZ, Jakarta Utara.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orangtua tercinta, Mama (Suheni Herawati) dan Papa (Suryo Handoto),

kakak (Mas Happy dan Mbak Winne), Om Didit, dan saudara-saudara dari

keluarga Suryo dan Sa’it yang telah memberikan doa, kasih sayang, masukan dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku penguji utama dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen perwakilan Departemen ESL.

4. Bapak Firman selaku PIC ISO 14001 sekaligus mentor penulis selama penelitian di PT. XYZ plant 2, karyawan EHS PT.XYZ plant 2 (Bu Gadis, Bu Catur, Pak Siswoyo, Pak Denny, Pak Adi, Pak Ferry, Pak Toro) dan seluruh karyawan PT.XYZ yang telah bersedia memberikan data-data yang diperlukan penulis selama penelitian.

5. Seluruh staff komisi pendidikan Departemen ESL.

6. Sahabat setiaku Herna, Leoni, Feni, Irdy, Goldy, Dimas, Harpa, Qibaw, Aming, Ijo, Alvin, Tisa, Fahmi yang selalu memberi dukungan, doa, dan canda tawa kepada penulis.

7. Spesial untuk Icha, Yulis, Adin, Febi, Jombang, Cicit, Ichi, Chintya, Hilman, Fato, Abhe, dan Nando yang telah banyak membantu dan mendukung penulis. 8. Seluruh teman-teman keluarga besar ESL 46 yang tidak dapat disebutkan satu

(14)

karena keterbatasan kemampuan dan juga pengetahuan penulis yang mengakibatkan hasil dari skripsi ini jauh dari sempurna atau yang diharapkan. Meskipun demikian, penulis tetap berusaha untuk melakukan dan memberikan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dalam upaya penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya dan juga dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Februari 2014

(15)

DAFTAR TABEL ... xvii

2.1.3. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 ... 8

2.1.4. Konsep ISO 14001 ... 8

2.1.5. Sertifikasi ISO 14001 ... 11

2.1.6. Manfaat Penerapan ISO 14001 ... 12

2.1.7. Limbah Industri ... 13

2.1.8. Bahan-Bahan Lain yang Berbahaya di Pabrik ... 13

2.1.9. Baku Mutu Lingkungan ... 14

4.4.1. Analisis Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 di PT.XYZ ... 27

4.4.1.1 Analisis Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 Perusahaan ………. ... 29

4.4.2. Kinerja Lingkungan terhadap Limbah Cair Industri Berdasarkan ISO 14001 ... 30

(16)

5.2. Proses Pembuatan Sepeda Motor... 36

5.3. Manajemen Penanganan Limbah ... 40

5.3.1. Penanganan Limbah B3 ... 40

5.3.2. Penanganan Limbah Cair ... 41

5.3.3. Penanganan Limbah Udara ... 42

VI. ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SML ISO 14001 DI PT.XYZ ... 45

6.1. Penilaian Kinerja Lingkungan berdasarkan Kondisi SML ISO 14001 di PT. XYZ ... 45

6.2. Kesesuaian Implementasi SML PT.XYZ Berdasarkan ISO 14001 ... 46

6.3. Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 di PT.XYZ ... 59

6.4. Upaya PT.XYZ dalam Pemenuhan Standar ... 61

VII. ANALISIS DAMPAK KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP LIMBAH CAIR INDUSTRI ... 63

7.1. Analisis Pengukuran Limbah Cair Industri ... 63

7.1.1. Kadmium (Cd) ... 64

7.2. Analisis Kesesuaian Limbah Cair dengan Standar ISO 14001:2005, Peraturan Pemerintah, dan Kebijakan Perusahaan ... 74

VIII. ANALISIS MANFAAT EKONOMI PENERAPAN ISO 14001 DI PT.XYZ ... 83

8.1. Manfaat Penerapan Recycle terhadap Biaya Konsumsi Air Fasilitas Umum ... 83

8.2. Manfaat Program Saving terhadap Biaya Konsumsi Listrik . 86 IX. SIMPULAN DAN SARAN ... 89

9.1. Simpulan ... 89

9.2. Saran… ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(17)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Pelapisan Logam ... 15 2 Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode,

dan Jenis Data ... 27 3 Matriks pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT.XYZ .. 30 4 Matriks dampak kinerja lingkungan terhadap limbah cair industri ... 31 5 Matriks dampak ekonomi penerapan ISO 14001 ... 33 6 Matriks proses produksi sepeda motor beserta input dan outputnya .... 39 7 Matriks penanganan limbah beserta perolehan hasil yang dicapai oleh

PT.XYZ ... 44 8 Nilai kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML ISO 14001

di PT.XYZ ... 46 9 Skor masing-masing pasal elemen SML ISO 14001 PT.XYZ ... 59 10 Jumlah konsumsi total air fasum dan air recycle PT.XYZ

tahun 2010-2013 ... 84 11 Estimasi perbandingan antara biaya konsumsi air tanpa recycle dan

dengan recycle ... 85 12 Pemakaian energi listrik tahun 2012 dan 2013 di PT.XYZ sebelum

(18)

No Halaman 1 Grafik pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang

triwulan I-IV 2011 dan triwulan I-IV tahun 2012 ... 1

2 Model sistem manajemen lingkungan... 10

3 Bagan alur pemikiran operasional ... 23

4 Alur proses produksi pembuatan sepeda motor ... 36

5 Proses pengolahan limbah cair di WWT PT.XYZ ... 42

6 Grafik persebaran pemenuhan standar ISO 14001 PT.XYZ ... 60

7 Grafik pengukuran kadar Kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 64

8 Grafik pengukuran kadar Timbal PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 65

9 Grafik pengukuran kadar Seng PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 67

10 Grafik pengukuran kadar Sianida PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 68

11 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap pengukuran sianida tahun 2010-2013 di PT.XYZ ... 69

12 Grafik pengukuran kadar Nikel PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 71

13 Grafik hasil uji lanjut Tukey-Duncan terhadap Nikel tahun 2010-201PT.XYZ tahun 2010-2013 di PT.XYZ ... 72

14 Grafik pengukuran kadar Logam Total PT.XYZ tahun 2010-2013 .... 73

15 Grafik perbandingan kadar kadmium PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ... 75

16 Grafik perbandingan kadar timbal PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ... 76

17 Grafik perbandingan kadar seng PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ... 77

18 Grafik perbandingan kadar sianida PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ... 78

19 Grafik perbandingan kadar nikel PT. XYZ tahun 2010-2013 dengan standar kadmium menurut ISO 14001 : 2005 ... 79

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Kuesioner Periksa Kondisi SML ISO 14001 ... 97

2 Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 PT.XYZ ... 104

3 Data kadar kadmium PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 105

4 Data kadar timbal PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 105

5 Data kadar seng PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 106

6 Data kadar sianida PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 106

7 Data kadar nikel PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 107

8 Data kadar logam total PT.XYZ tahun 2010-2013 ... 107

9 Hasil uji ANOVA logam kadmium, timbal, seng, sianida, nikel, dan logam total ... 108

10 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan kadmium ... 109

11 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan timbal ... 109

12 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan seng ... 110

13 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan sianida ... 110

14 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan nikel ... 111

15 Hasil uji lanjut Tukey-Duncan logam total ... 111

16 Hasil uji t kadmium ... 112

17 Hasil uji t timbal ... 112

18 Hasil uji t seng... 112

19 Hasil uji t sianida... 113

20 Hasil uji lanjut nikel ... 113

(20)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri saat ini telah mendominasi kegiatan pembangunan ekonomi di Indonesia yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat sesuai dengan aktivitas dan gaya hidupnya yang beragam. Gambaran mengenai pertumbuhan produksi industri manufaktur pada tahun 2011 dan 2012 disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.

Sumber: Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi (Badan Pusat Statistik, 2013)

Gambar 1 Grafik pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan

I-IV 2011 dan triwulan I-IV tahun 2012

Menurut data yang disajikan di atas, pertumbuhan produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) triwulan IV-2012 naik sebesar 9,47% dari triwulan III-2012. Kenaikan tersebut berasal dari peningkatan produksi industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer sebesar 12,09%, lalu industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 9,31%, dan industri pencetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 6,89% (BPS, 2013).

(21)

hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”.

Hadiwiardjo (1997) mengatakan aspek lingkungan merupakan salah satu elemen pembangunan berkelanjutan selain aspek ekonomi dan aspek sosial. Pembangunan berkelanjutan menentukan persyaratan kinerja lingkungan yang baru bagi masyarakat pada umumnya dan industri pada khususnya. Persyaratan kinerja lingkungan pada industri memerlukan tolak ukur baru untuk menunjukkan kemajuannya melalui pendekatan sistem manajemen lingkungan (SML).

International Organization for Standardization (ISO) seri 14001 merupakan standar internasional yang saat ini digunakan di dunia sebagai instrumen untuk menjamin kinerja SML. Sertifikasi ISO seri 14001 ini dapat mendukung pandangan dari luar dan memberikan jaminan atas komitmen serta kinerja perusahaan, dimana pandangan tersebut memberikan perbedaan bagi perusahaan yang memenuhi kriteria lingkungan. Hal ini dikarenakan ISO 14001 merupakan sarana bagi perusahaan untuk bisa fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan atau arah aktifitas produk dan pelayanan yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan seperti, emisi udara, tanah, atau air. Pada standar ini, organisasi juga wajib menjelaskan apakah yang mereka akan lakukan mengikuti prosedur yang tersedia atau tidak, dan mendokumentasikan upaya-upaya mereka untuk mendemonstrasikan kesesuaian dan perbaikan. Organisasi juga perlu mengenali hukum yang berlaku, undang-undang dan persyaratan-persyaratan lainnya yang berkaitan. Hal-hal penting tersebut untuk mengenali timbulnya peraturan pemerintah sehingga ukuran tingkat kepatuhan dapat diadopsi dan secara periodik dilakukan evaluasi atau surveillance untuk memastikan persyaratan-persyaratan tersebut dipahami oleh para karyawan dan dapat diterapkan secara efektif.

(22)

persyaratan ISO 14001, termasuk pencegahan polusi, kesesuaian dengan undang-undang yang ada, dan perbaikan berkesinambungan SML. Komitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan.

PT. XYZ merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia yang juga termasuk golongan industri pelapisan logam. Saat ini PT. XYZ memiliki 3 fasilitas pabrik perakitan, pabrik pertama berlokasi Sunter Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat. Pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara, dan pabrik ke 3 yang sekaligus pabrik paling mutakhir berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat Bekasi. Pabrik ke 3 ini merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun 2005.

Industri otomotif yang memiliki 3 lokasi pabrik ini telah memperoleh sertifikasi yang membuktikan bahwa sistem pengawasan kualitas produk telah terintegrasi dengan baik dengan pelestarian lingkungan sehingga secara tidak langsung memberikan dampak terhadap konsistensi mutu yang dapat terjamin. Untuk hal ini, perusahaan telah memperoleh pengakuan antara lain berupa sertifikasi ISO 9001:2001, dan sertifikasi ISO 14001:1996 dari SAI Global pada bulan Juli 2004. PT. XYZ juga mengklaim bahwa perusahaannya telah menerapkan green process, yaitu proses produksi pembuatan sepeda motor yang memakai prinsip reduce (pengurangan), reuse (penggunaan kembali), recycle (daur ulang), retrieve energy (pemulihan kembali energi), dan recover (pemulihan) sesuai dengan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada seluruh lini produksi.

(23)

1.2 Perumusan Masalah

Gambaran–gambaran mengenai penerapan SML ISO 14001 pada dunia industri diharapkan memiliki suatu sistem peralatan yang dapat dipergunakan dalam menjaga kestabilan dan kelestarian lingkungannya sehingga memungkinkan kinerja perusahaan diciptakan dengan basis lingkungan yang terkendali. Masalah lingkungan mempunyai implikasi penting bagi perusahaan dimana perhatian terhadap lingkungan dapat memiliki pengaruh positif dan negatif pada perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Maka dari itu, perusahaan yang memahami hal tersebut pasti memiliki alasan untuk menerapkan SML berbasis ISO 14001. Tujuan secara menyeluruh dari penerapan SML ISO 14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Dampak bagi perusahaan juga dirasakan dari sisi finansial terkait dengan penerapan ISO 14001 tersebut.

Penerapan ISO 14001 di PT. XYZ diharapkan dapat mengendalikan dampak negatif yang akan terjadi, serta dapat mengurangi jumlah dan tingkat pencemaran limbah yang masuk ke lingkungan dan meningkatkan efisiensi terhadap penggunaan bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi kinerja lingkungan dalam menjamin tercapainya peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan dan bagaimana sertifikasi ISO 14001 tersebut menimbukan dampak dari segi ekonomi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT. XYZ?

2. Bagaimana dampak kinerja lingkungan PT. XYZ terhadap limbah berdasarkan ISO 14001?

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ. 2. Menganalisis dampak kinerja SML ISO 14001 terhadap limbah.

3. Mengestimasi nilai keuntungan finansial perusahaan sebagai dampak penerapan ISO 14001.

1.4 Hipotesis Hasil Penelitian

Dari beberapa pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas, dibuat beberapa dugaan hasil penelitian yang akan dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan metode yang telah disesuaikan. Dugaan tersebut antara lain:

1. Penerapan SML di PT.XYZ telah berjalan efektif sesuai dengan standar ISO 14001.

2. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ dapat membantu perusahaan dalam mengendalikan dampak lingkungan terhadap limbah.

3. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ memberikan manfaat ekonomi berupa penghematan biaya lingkungan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(25)

2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari selama kuliah dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata dan mendapatkan pengetahuan baru disamping ilmu yang dimiliki sebagai pedoman dalam penelitian.

3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai ISO 14001 serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.6 Batasan-batasan Penelitian

Permasalahan ISO 14001 sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek sehingga penelitian ini dibatasi agar lebih terarah dan mudah dipahami. Berikut batasan-batasan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di salah satu plant PT. XYZ yaitu plant 2 yang berlokasi di Pegangsaan Dua Kelapa Gading, Jakarta Utara.

2. Penerapan ISO 14001 yang dibahas dalam penelitian ini merupakan pemutakhiran sertifikasi tahun 2013.

3. Parameter limbah yang dijadikan objek penelitian dipilih berdasarkan kelengkapan data dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.

(26)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Secara umum tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan yang semaksimal mungkin, namun dengan konsep pembangunan bekelanjutan, dalam mencari keuntungan perusahaan juga dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan (Syadullah, 2010).

Industri berkelanjutan adalah industri yang dalam operasionalnya selalu melakukan perbaikan pada tiga bidang yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam konteks penyelamatan lingkungan hidup, langkah awal yang diperlukan adalah penyamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2.1.1 Pengelolaan Lingkungan

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan menyatakan bahwa “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistemastis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,

pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”. Di dalam UU tesebut juga

menyebutkan “Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat kebijakan ekonomi untuk mendorong Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang kearah pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Menurut Syadulllah (2010), pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.

2.1.2 Kinerja Lingkungan

(27)

perusahaan tersebut memenuhi semua tuntutan, prosedur, dan standar yang disebutkan di dalam perundang-undangan (Kumar, 1999).

Menurut Hadiwiardjo (1997), kinerja lingkungan diartikan sebagai hasil SML yang dapat diukur, berkaitan dengan pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan atas aspek lingkungannya, didasarkan pada kebijakan tujuan dan sasaran lingkungan. Standar SML tidak didesain untuk memenuhi meningkatkan kinerja lingkungan (misalnya tingkat teknologi atau limbah), namun dengan menggunakannya perusahaan dapat menjamin kemampuannya untuk memenuhi kewajiban lingkungannya dapat dipelihara dan kecelakaan lingkungan dapat dibatasi atau dihindari.

2.1.3 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan lingkungannya dan mengelola aspek lingkungannya. Sistem manajemen dapat pula dikatakan berupa serangkaian unsur yang saling terkait yang digunakan untuk menetapkan kebijakan dan tujuan serta untuk mencapai tujuan tersebut mecakup struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pertanggungjawaban, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya (SNI 19-14001-2005).

2.1.4 Konsep ISO 14001

Secara umum jika suatu perusahaan mempunyai sistem manajemen lingkungan yang baik, maka kinerja perusahaannya juga akan bertambah baik. Standar SML mengacu pada ISO 14001. Penerapan SML ISO 14001 sebetulnya tidak perlu memulainya dari awal, tetapi dapat dimulai dengan memperbaiki dan mengintegrasikan program-program lingkungan yang sudah ada. Organisasi atau perusahaan yang akan menerapkan SML perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

1. Identifikasi dan evaluasi seluruh aspek dan dampak lingkungan dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

(28)

2. Kebijakan Lingkungan.

Menurut Hadiwiardjo (1997), kebijakan lingkungan merupakan penggerak untuk menerapkan dan menyempurnakan SML perusahaan sehingga dapat memelihara dan secara potensial menyempurnakan kinerja lingkungan. Kebijakan sebaiknya mencerminkan komitmen manajemen puncak yang juga harus didukung oleh komitmen karyawan lainnya untuk mematuhi hukum yang berlaku dan penyempurnaan berkelanjutan.

Kebijakan lingkungan suatu perusahaan tertuang dalam “Pernyataan Kebijakan Lingkungan” yang merupakan suatu deklarasi yang telah ditandatangani oleh manajemen puncak yang isinya menyatakan bahwa perlindungan lingkungan menjadi prioritas utama (Alinda, 1999).

3. Tujuan dan Sasaran Lingkungan

Suatu perusahaan yang menetapkan ISO 14000 harus menentukan tujuan dan sasaran lingkungan. Tujuan dan sasaran lingkungan yang dibuat juga harus sesuai dengan kebijakan lingkungannya. Dalam membuat tujuan dan sasaran lingkungan, suatu perusahaan harus menetukan batasan waktunya.

4. Program-Program Lingkungan

Program lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan sendiri, program lingkungan sebaiknya dibuat secara realistis dan logis dan sebaiknya membuat program yang mungkin untuk dijalankan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang membuat program lingkungan melebihi kemampuannya dapat merugikan perusahaan itu sendiri, karena program-program ini akan dicek secara berkala dalam suatu audit. 5. Audit dan Evaluasi Program

(29)

6. Perbaikan Manajemen Secara Berkesinambungan

Tindakan perbaikan secara berkesinambungan sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, apabila dalam suatu audit diketahui adanya penyimpangan. Karena penyimpangan yang terjadi dapat membahayakan bagi perusahaan itu sendiri. Jadi tindakan perbaikan yang secara berkesinambungan ini adalah merupakan jiwa dari ISO 14000 itu yaitu dalam ISO 14001 ada suatu pernyataan “continual improvement”.1 Model SML ISO 14001 yang memuat persyaratannya digambarkan sebagai berikut.

Sumber: Hadiwiardjo, 1997

Gambar 2 Model Sistem Manajemen Lingkungan

Berdasarkan SNI 19-14001-2005 terdapat metodologi yang dikenal sebagai Rencanakan – Lakukan – Periksa – Tindaki (Plan – Do – Check – Act) atau PDCA yang digunakan untuk meninjau kesesuaian SML dengan standar. PDCA dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Rencanakan (Plan) yaitu menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi. Menurut Kumar (1999), perencanaan adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan

1

(30)

kebijakan lingkungan, yang didasarkan pada informasi yang benar dan usulan tentang kinerja lingkungan. Perencanaan mencakup identifikasi aspek lingkungan, persyaratan perundang-undangan, serta tujuan, sasaran, dan program lingkungan.

2. Lakukan (Do) yaitu menerapkan proses tersebut. Rencana SML yang telah dirancang kemudian diterapkan dan dioperasikan sebaik mungkin. Penerapan SML tersebut meliputi: a) sumberdaya, peran, tanggung jawab dan kewenangan, b) Kompetisi, pelatihan dan kepedulian, c) Komunikasi, d) Dokumentasi, e) Pengendalian dokumen, f) pengendalian operasi, dan g) kesiagaan dan tanggap darurat.

3. Periksa (Check) yaitu memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, persyaratan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang diikuti organisasi, serta melaporkan hasilnya. Kegiatan ini juga dapat dilaksanakan dengan melakukan surveillance terhadap penerapan SML yang telah diterapkan agar dapat ditinjau kesesuaiannya berdasarkan standar.

4. Tindaki (Act) yaitu melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan. Kegiatan ini dapat pula dikatakan sebagai pengkajian manajemen yaitu mengkaji kesesuaian koreksi perbaikan SML dengan jadwal yang ditentukan sehingga terjamin keefektifan SML secara berkelanjutan.

2.1.5 Sertifikasi ISO 14001

(31)

Sertifikasi diri atau sertifikasi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri mempunyai bobot yang paling kecil namun hal ini masih lebih bagus daripada tidak ada sertifikasi. Tidak peduli proses sertifikasi mana yang akan diambil, paling sedikit ada langkah yang benar. Umumnya perusahaan memilih menggunakan pihak ketiga, dan dalam proses sertifikasi langkah-langkah yang harus diambil adalah:

1. Perusahaan mempersiapkan diri untuk menerapkan SML yang diperlukan, yang mencakup antara lain tentang aspek, dampak, kebijakan, tujuan, sasaran dan program manajemen lingkungan, dan penerapan SML secara konsisten di perusahaan sesuai dengan dokumentasi SML yang telah dibuatnya.

2. Perusahaan mempersiapkan dokumen yang diperlukan audit.

3. Perusahaan memilih lembaga sertifikasi SML dan mengajukan permohonan untuk memperoleh sertifikasi.

4. Lembaga sertifikasi melaksanakan penilaian awal yang diikuti audit atau assesmen menyeluruh pada perusahaan.

5. Perusahaan memperoleh sertifikat ISO 14001.

6. Adanya surveilans oleh lembaga sertifikasi untuk melihat bagaimana perusahaan mempertahankan SML-nya.

Dua hal yang perlu dicatat dalam sertifikasi adalah:

1. Sertifikasi yang dilaksanakan harus berdasarkan masing-masing lokasi pabrik.

2. Umumnya sertifikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau tiga tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh lembaga yang melakukan sertifikasi.

2.1.6 Manfaat Penerapan ISO 14001

(32)

mengurangi penggunaan listrik, gas, dan air. Program ini bukan hanya melestarikan sumber daya alam namun dapat pula menghemat biaya operasi (Hadiwiardjo, 1997).

Manfaat yang didapatkan suatu perusahaan dengan diterapkannya ISO 14001 adalah:

1. Perlindungan lingkungan

2. Manajemen lingkungan yang lebih baik 3. Mempertinggi daya saing

4. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan 5. Penerapan sistem menajemen yang efektif

6. Pengurangan Biaya

7. Hubungan Masyarakat yang lebih baik

8. Kepercayaan dan kepuasan langganan yang lebih baik.2

2.1.7 Limbah Industri

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Pola penanganan limbah industri harus bersifat terintegrasi, dimulai dari sumbernya, pewadahan di tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan pengolahan akhir yang dilakukan secara aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Strategi penanganan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah hazardous waste minimization, daur ulang dan recovery, proses pengolahan, secured landfill, proses detoksifikasi dan netralisasi, incinerator (Kristanto, 2009).

2.1.8 Bahan-bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik

Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,

2

(33)

baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia. Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau badan usaha yang menghasilkan limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah. Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang dihasilkan baik dari proses produksi maupun proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem.

Pengelompokan limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya yaitu yang bersifat flamable (mudah terbakar), explosive (mudah meledak), corrosive (menimbulkan karat), oxidizing waste (buangan pengoksidasi), infectious waste (buangan penyebab penyakit), toxic waste (buangan beracun). Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan akhir. Tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan.3

2.1.9 Baku Mutu Lingkungan

Baku mutu lingkungan antara lain terdiri atas baku mutu air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambient maupun lingkungan yang lain. Ketentuan baku mutu lingkungan sendiri tertuang di dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengeloaan Lingkungan Hidup, Bab V Pasal 14, yang menyatakan bahwa:

1. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

2. Ketentuan mengenai Baku Mutu Lingkungan Hidup, pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3

(34)

3. Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan Peraturan Pemerintah (Sutrisno, 2000).

Baku mutu limbah merupakan salah satu indikator kinerja lingkungan kuantitatif yang terkait dengan tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Dalam model disebutkan 2 macam indikator kuantitatif yaitu kinerja lingkungan (Environmental Performance Indicator/EPI) dan indikator kondisi lingkungan (Environmental Condition Indicator/ECI). Mereka adalah parameter-parameter berbeda yang menjelaskan potensi dampak aktivitas, produk, atau jasa pada lingkungan. Parameter-parameter ini adalah hasil dari mengkarakteristikan intervensi lingkungan atau aspek-aspek lingkungan yang telah diklasifikasikan. Jenis indikator environmental index yang sudah banyak dikenal yaitu seperti jumlah limbah yang dhasilkan oleh perusahaan (Sturm dalam Kusumawardhani, 2012).

Tabel 1 Baku mutu limbah cair untuk industri pelapisan logam

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 Padatan Tersuspensi mg/L 60,0

(35)

2.1.10 Skala Likert

Menurut Riduwan dan Akdon (2010) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah dipetakan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Variabel yang akan diukur dalam penggunaan skala likert dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Pernyataan positif:

a. Sangat Setuju (SS) = 5 b. Setuju (S) = 4 c. Netral (N) = 3 d. Tidak Setuju (TS) = 2 e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 2. Pernyataan Negatif:

a. Sangat Setuju (SS) = 1

b. Setuju (S) = 2

c. Netral (N) = 3

d. Tidak Setuju (TS) = 4 e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

2.1.11 Uji Independent t-test

(36)

mempunyai perbedaan rata-rata jika sebaran data atau variabelitas berbeda satu dengan yang lain. Analisis uji t digunakan untuk menguji perbedaan tersebut. Asumsi penggunaan uji t diantaranya:

1. Data harus terdistribusi normal 2. Data berskala interval atau rasio

3. Ada kesamaan varian dengan menggunakan nilai pengujian F atau pengujian Levene

4. Sampel dapat dependen atau independen tergantung pada hipotesis dan jenis sampel. Sampel independen biasanya dua kelompok yang dipilih secara random. Sedang sampel dependen dapat dua kelompok yang dipasangkan pada variabel tertentu atau orang yang sama diuji dua kali atau disebut sebagai pengujian berulang.

2.1.12 Biaya Standar

Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit produk selama satu periode tertentu. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi sekarang maupun diantisipasi (Carter Usry dalam Maninggarjati, 2012).

2.1.13 Selisih

Menurut Iyandri (2009), selisih adalah perbedaan antara standar dengan yang sesunggunnya. Selisih ini dapat digunakan manajemen untuk mengukur prestasi, memperbaiki efisiensi, dan memberi perlakuan tertentu (misalnya sanksi atau penghargaan) terhadap fungsi yang bertanggungjawab. Selisih yang terjadi dapat berupa selisih menguntungkan (favorable variances) atau selisih tidak menguntungkan (unfavorable variances).

2.1.14 Selisih Biaya Bahan Baku

(37)

mendapatkan laba atau rugi. Selisih biaya bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut:

SBB = BBSt – BBS Dimana:

SBB = Selisih biaya bahan baku

BBS = Biaya bahan baku yang sesungguhnya BBSt = Biaya bahan baku sesuai standar/seharusnya

Jika (BBSt > BBS) disebut selisih laba, sedangkan jika (BBSt < BBS) disebut selisih rugi (Mulyadi, 2012).

2.2 Penelitian Terdahulu yang Terkait

Zuhriyah (2002) dalam penelitiannnya yang dilakukan di perusahaan penyamakan kulit tentang kajian manfaat ISO 14001 menyatakan bahwa syarat utama untuk suksesnya sertifikasi ISO 14001 di suatu perusahaan yaitu kepemimpinan dan keterlibatan top manajemen, keterlibatan dan komitmen seluruh karyawan, sumber dana, dan proyek manajemen yang baik. Penelitian ini juga membuktikan bahwa penerapan SML ISO 14001 di PT. Surya Puspita menimbulkan penghematan biaya dalam hal pengawasan dan pembersihan lingkungan.

Penelitian mengenai efektivitas dan efisiensi pengelolaan kualitas lingkungan industri semen oleh Lestari (2004) memberikan hasil bahwa pengelolaan kualitas lingkungan setelah pelaksanaan AMDAL dan penerapan SML ISO 14001 di pabrik semen untuk debu (emisi dan ambient) cukup efektif dengan kecenderungan yang makin menurun dari waktu ke waktu. Pengelolaan lingkungan dalam kegiatan minimasasi limbah yang diterapkan untuk mengurangi massa debu yang masuk ke lingkungan di pabrik semen dapat menghasilkan nilai efisiensi yang cukup tinggi.

(38)
(39)
(40)

III KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL

Imperialisme modern saat ini menyebabkan kegiatan industrialisasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dapat mengambil keuntungan yang sangat banyak dari kegiatan yang ada dalam industri tersebut. Namun pada kenyataannya dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia, kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut memicu industri untuk lebih mengutamakan maximizing benefit dan minimizing cost daripada memperhatikan lingkungan.

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi luaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada outputnya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbukan oleh industri diakibatkan karena adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam. Limbah yang keluar dari pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai sumber pencemaran dan perlu diketahui jenis bahan pencemar yang dikeluarkan, kuantitas maupun jangkauan pemaparannya.

Agar sumber pencemar tersebut dapat diatasi, maka dibuat beberapa instrumen lingkungan. Standardisasi merupakan salah satu kebijakan yang dibuat yang berkaitan dengan lingkungan. Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah ISO 14001 yang didalamnya menyangkut aturan tentang Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Standar ISO 14001 yang berlaku secara internasional kemudian diadopsi ke dalam terjemahan bahasa Indonesia yang termuat dalam SNI 19-14001-2005.

(41)

melakukan program-program yang dapat mengurangi pencemaran dan juga memperbaiki proses produksi hingga ke tahap ramah lingkungan semaksimal mungkin.

(42)

Dari uraian tersebut, dapat dibuat alur pemikiran sebagai berikut:

Gambar 3 Bagan Alur Pemikiran Operasional

Keterangan : : Ruang Lingkup Penelitian

: Keterkaitan Langsung

Peningkatan pencemaran

Lingkungan

Penetapan Standar Internasional

Sistem Manajemen Lingkungan

Analisis Efektivitas Penerapan SML

(43)
(44)

IV METODE PENELITIAN

4.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT XYZ plant 2, Jakarta Utara. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan: (1) Perusahaan memberikan izin untuk dilakukan penelitian di tempatnya dan bersedia untuk memberikan data yang terkait dengan penelitian. (2) Perusahaan ini telah mendapat sertifikasi ISO 14001. Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang merupakan officer head dari divisi Environment Healt and Safety (EHS) yang menangani ISO 14001 PT. XYZ dan memiliki wewenang untuk memberikan penjelasan terkait penelitian. Wawancara langsung juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait yang dapat dijadikan informan dalam penelitian serta observasi lapang.

Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki PT XYZ, seperti dokumen terkait ISO 14001, prosedur SML ISO 14001 perusahaan, data parameter limbah cair industri, dan juga jumlah konsumsi air dan listrik. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari studi kepustakaan berupa buku-buku, jurnal, internet serta data pendukung dari studi literatur relevan yang terkait dengan penelitian.

4.3 Metode Penentuan Sampel

(45)

informan lainnya seperti karyawan PT. XYZ yang berada di bagian produksi, Water Treatment, EHS diwawancarai secara informal.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling jenis purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja disesuaikan dengan tujuan penelitian. Informan selain key person sebelumnya harus dipastikan telah mendapatkan konfirmasi dari key person untuk memberikan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder yang kemudian data tersebut selanjutnya diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja lingkungan perusahaan yang kemudian hasilnya akan digambarkan melalui grafik dan diuraikan secara kualitatif (deskriptif). Analisis kuantitatif juga digunakan untuk mengukur kadar limbah cair perusahaan yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian secara statistik. Analisis kuantitatif juga dilakukan untuk menghitung estimasi manfaat secara finansial yang diperoleh perusahaan melalui program-program lingkungan yang diterapkan.

(46)

Tabel 2 Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode, dan Jenis Data.

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis

Data Jenis Data

4.4.1 Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ

Efektivitas penerapan SML ISO 14001 dicerminkan oleh penilaian kinerja lingkungan berdasarkan SML perusahaan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara terstruktur mengggunakan kuesioner yang diberikan kepada key person. Kuesioner yang digunakan mengambil pola yang sesuai dengan metode PDCA ISO 14001 dan dikembangkan dalam “Daftar Periksa Kondisi Sistem Manajemen

Lingkungan ISO 14001”. Di dalam kuesioner tersebut terdapat

pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan bahasa formal mengenai kesesuaian SML yang diterapkan perusahaan dengan standar ISO 14001. Pertanyaan yang tertera pada kuesioner dijawab dalam bentuk angka 0 sampai dengan 4, yaitu:

0 = Tidak, perusahaan belum melaksanakan kegiatan ke arah ini 1 = Tidak, tetapi perusahaan ingin menerapkannya.

(47)

3 = Ya, perusahaan sudah menerapkan sesuai dengan standar

4 = Ya, perusahaan sudah menerapkan dengan baik dan dapat diaplikasikan sebagai contoh bagi perusahaan lain

Penilaian terhadap kinerja lingkungan dilakukan terhadap variabel-variabel yang merupakan elemen SML ISO 14001, yaitu (1) Kebijakan lingkungan, (2) Perencanaan, (3) Implementasi, (4) Pemeriksaan dan tindakan koreksi, dan (5) Pengkajian manajemen. Penilaian kinerja lingkungan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

�� =∑Pi

�� , i = 1,2,3,…,5. (Hadiwiardjo, 1997) Keterangan: Xi = variable ke-i, 0 ≤ Xi ≤ 1

∑Pi = jumlah nilai variable ke-i yang dicapai, dan

Mi = jumlah nilai maksimum variabel ke-i yang didapatkan dari banyaknya pertanyaan dikalikan skor tertinggi.

Sehingga penilaian tiap elemen berdasarkan rumus tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan lingkungan (X1) = ∑ P1 28

b. Perencanaan (X2) = ∑ P2 96

c. Penerapan dan Operasi (X3) = ∑ P3 164

d. Pemeriksaan dan tindakan koreksi (X4) = ∑ P4 100

e. Pengkajian manajemen (X5) = ∑ P5 32

Selanjutnya skor dari tiap elemen tersebut dijumlahkan dimana hasilnya merupakan nilai dari kinerja lingkungan (Y) yang dirumuskan sebagai berikut:

Y = ∑ Xi, 0 ≤ X ≤ 5, i = 1,2,…, 5.

(48)

1. Bila nilai yang diperoleh: 0 ≤ Y < 2, maka kinerja lingkungan perusahaan belum baik

2. Bila nilai yang diperoleh: 2 ≤ Y < 4, maka kinerja lingkungan perusahaan sudah baik, namun perlu penyempurnaan

3. Bila nilai yang diperoleh: 4 ≤ Y < 5, maka kinerja lingkungan perusahaan sangat baik.

4.4.1.1 Pencapaian Pemenuhan Standar ISO 14001 Perusahaan

Nilai yang diperoleh untuk masing-masing elemen ISO 14001 dapat dijadikan gambaran mengenai seberapa besar persentase perusahaan mampu memenuhi standar persyaratan ISO 14001 dalam menerapkan SML. Dalam analisis ini, masing-masing skor elemen persyaratan yang diperoleh melalui wawancara key person maupun observasi langsung di lapang akan dimasukkan ke dalam rumus perhitungan sebagai berikut:

�� = ∑Pi

∑Qi , i = 1,2,3,…,15

Pencapaian pemenuhan standar = ∑Xi

Nilai Standar x 100%

Keterangan: Xi = nilai elemen persyaratan ke-i

Pi = skor yang didapat dari tiap pertanyaan untuk elemen Xi

Qi = pertanyaan untuk elemen Xi

Nilai standar = (banyaknya elemen persyaratan x skor standar)

(49)

Tabel 3 Matriks pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ

Tujuan Indikator/Parameter Jenis Data dan Cara

Mengumpulkan Data

4.4.2 Kinerja Lingkungan terhadap Limbah Cair Industri Berdasarkan ISO 14001

Uji t digunakan untuk melihat kinerja lingkungan berdasarkan pengukuran parameter limbah cair industri pelapisan logam yang terdiri dari kadmium, timbal, seng, sianida, nikel dan logam total dimana parameter tersebut termasuk ke dalam jenis logam B3. Data setiap tahunnya diolah dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 dan juga minitab. Melalui uji t dapat terlihat peningkatan secara signifikan, penurunan atau bahkan tidak berbeda nyata (tetap) pada kinerja lingkungan yang akan diteliti.

(50)

Keterangan : t = nilai t hitung �

= rata-rata sampel µ = nilai parameter

SD = standar deviasi sampel N = jumlah sampel

Hipotesis yang dibuat dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

H0 : µ1= µ2= µ3= µ4…… µn= µ, kadar logam jenis (X) dari tahun ke tahun tidak berbeda nyata

H1 : minimal ada sepasang tahun yang berbeda nyata.

Taraf nyata yang digunakan dalam pengujian ini sebesar 5% (0,05). Jika nilai (p value < α), maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H0 atau terima H1. Sebaliknya jika nilai (p value > α), maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tolak H1 atau terima H0.

Tujuan mengenai kinerja lingkungan terhadap limbah berdasarkan ISO 14001 digambarkan melalui matriks penelitian berikut ini.

Tabel 4 Matriks dampak kinerja lingkungan terhadap limbah cair industri

Tujuan Indikator/Parameter Jenis Data dan Cara

Mengumpulkan Data

4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Penerapan SML ISO 14001

(51)

Efektivitas dan efisiensi kinerja dalam perusahaan dapat meminimalkan pengeluaran-pengeluaran tidak efisien sehingga terjadi penghematan terhadap biaya. Estimasi penghematan biaya yang diperoleh dicerminkan melalui selisih antara biaya konsumsi air tanpa menerapkan recycle dengan biaya konsumsi air dengan recycle. Biaya tanpa dan dengan recycle dipengaruhi oleh perbedaan harga dan kuantitas air yang berasal dari PDAM maupun daur ulang. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:

Penghematan Biaya = Biaya Konsumsi Air Tanpa Recycle – Biaya Konsumsi Air dengan recycle

Rumus tersebut disimbolkan sebagai berikut: ∆TC = TCTR – TCR

∆TC = TCTR– (Cair PDAM + Cair recycle) TCTR = Qair PDAM x Pair PDAM

Cair PDAM = (Qair PDAM– Qair recycle) x Pair PDAM Cair recycle = Qair recycle x Polah air

Dimana:

∆TC = Selisih Biaya Konsumsi Air atau Penghematan Biaya (Rp)

TCTR = Biaya konsumsi air tanpa recycle (Rp) TCR = Biaya konsumsi air dengan recycle (Rp)

Cair PDAM = Biaya konsumsi air yang berasal dari PDAM (Rp)

Cair recycle = Biaya konsumsi air recycle (Rp)

Qair PDAM = Jumlah air yang berasal dari PDAM (m3) Qair recycle = Jumlah air yang direcycle (m3)

Pair PDAM = Harga air PDAM per meter kubik (Rp/m3) Polah air = Harga air yang diolah per meter kubik (Rp/m3)

(52)

Tabel 5 Matriks Dampak Ekonomi Penerapan SML ISO 14001

Tujuan Indikator/Parameter Jenis Data dan Cara

Mengumpulkan Data

Mengestimasi besarnya nilai keuntungan ekonomi dari kegiatan kegiatan recycle air dan penghematan energi listrik

1. Jumlah air yang dikonsumsi

2. Jumlah energi listrik yang dikonsumsi

3. Biaya air bersih PDAM per m3

4. Biaya pengolahan air recycle per m3

Data sekunder

(dokumen perusahaan)

(53)
(54)

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Profil PT. XYZ

PT. XYZ merupakan perusahaan besar di Indonesia yang termasuk dalam industri automotif dengan output produksi berupa sepeda motor. Pada awal berdirinya, PT. XYZ bernama Federal Motor yang didirikan pada tanggal 11 Juni 1971 dimana kegiatan di perusahaan ini masih sebatas perakitan sepeda motor saja. Federal Motor membangun pabrik kembali dengan nama X Federal pada tanggal 23 Juli 1971 dan X Engine Manufacturing pada tanggal 1 Januari 1985 yang kemudian kedua perusahaan tersebut melakukan merger pada tanggal 12 November 1998. Federal Motor kemudian resmi mengganti namanya menjadi XYZ pada tanggal 8 September 2000. Dan akhirnya, perusahaan XYZ dan X Federal melakukan merger pada tanggal 3 November 2000 yang masih aktif beroperasi hingga sekarang dengan nama PT. XYZ.

Aktivitas yang dilakukan di PT. XYZ antara lain kegiatan manufaktur dan perakitan, pemasaran serta distribusi sepeda motor. Status investasi PT. XYZ berupa penanaman modal asing dimana 50% dari status kepemilikannya dimiliki oleh PT. Astra Internasional, Tbk sedangkan 50% lagi dimiliki oleh PT. XYZ. Melihat perkembangan pasar automotif dan meningkatnya kebutuhan para konsumen, saat ini PT. XYZ sudah memiliki 3 plant yang aktif beroperasi 24 jam dengan pembagian 3 shift jam kerja. Plant 1 yang merupakan pusat seluruh pabrik berlokasi di Sunter, Jakarta Utara dengan kegiatan produksi yang menghasilkan output sepeda motor bebek. Plant 2 berlokasi di Kelapa Gading Pegangsaan Jakarta Utara merupakan pabrik yang memproduksi sepeda motor sport. Sedangkan plant 3 berlokasi di Cikarang dengan output sepeda motor automatic.

(55)

5.2 Proses Pembuatan Motor

Proses pembuatan sepeda motor di PT. XYZ memiliki alur yang cukup panjang komponen mesin yang diperlukan sepeda motor diproduksi sendiri di dalam pabrik. Berbagai bahan baku dari lokal maupun impor berupa alumunium, biji plastik besi plat, dan lain-lain dibawa ke masing-masing bagian untuk diolah. Berikut Gambar dan penjelasan mengenai alur proses produksi sepeda motor di PT. XYZ.

Gambar 4 Alur proses produksi pembuatan sepeda motor di PT. XYZ

1. Casting

(56)

2. Machining

Machining adalah proses lanjutan komponen dari die casting. Pada proses machining dilakukan pengeboran, pembuatan lubang, pencucian komponen agar bebas dari kart, oli dan scrap, dan juga pengecekan akhir secara visual terhadap komponen sehingga menghasilkan cyl comp dan piston yang telah sempurna dan siap untuk dirakit atau digabungkan dengan komponen-komponen lain. Material yang menjadi objek bahan produksi sebagian besar sama dengan proses die casting, hanya saja pada proses ini dibutuhkan cairan pendingin (coolant) yang digunakan untuk mendinginkan bahan logam yang dibubut. Maka dari itu, limbah yang terdapat pada proses machining ini adalah potongan-potongan logam, serta cairan bekas pendingin.

3. Assy Engine

Assy engine atau assembling engine adalah proses perakitan mesin-mesin sepeda motor yang kemudian dilanjutkan ke pemasangan rem sehingga terbentuk mesin-mesin yang siap dipakai.

4. Painting

Painting adalah proses pengecatan atau pelapisan suatu benda (logam, kayu, plastik, dan lain-lain) dimana bahan pelapis (film) yang dipakai biasanya memiliki warna tertentu. Komponen yang dimasukkan dalam proses painting adalah fuel tank, dan swing arm dimana komponen tersebut diproduksi di luar pabrik. Fungsi dari painting adalah untuk dekorasi komponen, perlindungan komponen agar tahan karat, dan memberikan kesan special untuk para konsumen. Proses painting dibagi menjadi dua jenis yaitu painting plastic dan painting steel. Pengecatan dilakukan dengan metode penyemprotan dan pencelupan. Komponen cat berupa pigment (warna), resin (perekat), solvent (pelarut), additive (bahan tambahan untuk sifat).

5. Welding

(57)

keselamatan karyawan yang harus selalu diperhatikan karena proses pengelasan yang cukup berbahaya dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.

6. Plating

Plating adalah proses pelapisan logam dengan logam. Logam yang dipakai adalah nikel dan krom sehingga dihasilkan logam yang tahan karat.

7. Assy Wheel

Assy wheel adalah proses pemasangan jari-jari velg dan pemasangan ban. Selain itu dilakukan juga pengecekan setiap bagian pada jari-jari yang dipasang untuk lebih memastikan faktor ketelitian.

8. General Sub Assy Unit

Gen sub assy merupakan proses perakitan non-unit seperti pemasangan stripping, perakitan lampu depan dan belakang.

9. Assembling Unit

Assembling unit adalah proses dimana seluruh bagian dari sepeda motor dirakit untuk menjadi produk jadi sepeda motor utuh.

10. Final inspection

Final inspection adalah proses dimana pada produk akhir berupa sepeda motor dilakukan pengecekan terakhir yaitu uji emisi dan test drive.

11. Distribusi

Pada proses ini sepeda motor siap untuk didistribusikan ke main dealer.

(58)

Tabel 6 Matriks proses produksi beserta input, dan outputnya

Tahapan Proses Material Input Output

Komponen produk Limbah

Mesin sepeda motor 1. Paparan debu 2. Oli bekas

Plating 1. Logam nikel

2. Logam krom

Logam tahan karat Potongan logam

Assy Wheel 1. Velg

Final Inspection Sepeda motor yang siap melakukan uji siap didistribusi ke dealer.

(59)

5.3 Manajemen Penanganan Limbah di PT. XYZ

Dalam proses produksi dan pengoperasian sarana atau fasilitas pabrik akan timbul berupa buangan limbah baik berbentuk padat, cair, maupun udara. Apabila limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. PT. XYZ melakukan pengelolaan lingkungan terhadap limbahnya berdasarkan dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dimana manajemen penanganan limbah tersebut juga terdokumentasi sesuai dengan prosedur ISO 14001.

5.3.1 Penanganan Limbah B3

Di PT. XYZ terdapat limbah yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting, abu blasting, paint sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oil bekas - minyak kotor, abu casting, sludge machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used rags. Pengelolaan limbah B3 dari hidrokarbon seperti thinner, solar, dan oli dilakukan dengan mengumpulkan limbah tersebut pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sedangkan limbah B3 berupa abu casting dan abu blasting dikelola dengan mengirimkan limbah tersebut ke suatu badan penerima yaitu PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI).

(60)

dengan baik sesuai dengan tempatnya. Perizinan TPS di PT. XYZ sudah disahkan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) setempat.

Penanganan limbah B3 telah terdokumentasi sesuai dengan ketentuan ISO 14001. Hal ini terlihat dengan adanya dokumen manifest limbah antara PT. XYZ dengan pihak ketiga. Dokumen manifest tersebut memberikan bukti bahwa limbah B3 yang terdapat di PT. XYZ telah dialihkan kepada pihak ketiga dengan cara menjual limbah tersebut. Penjualan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. XYZ dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan dan juga kesehatan manusia.

5.3.2 Penanganan Limbah Cair

Jenis dampak besar dari limbah cair adalah kualitas air permukaan di saluran drainase atau sungai akibat buangan domestik, Waste Water Treatment (WWT), oli bekas. Sumber dampak yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan adalah:

a. Air buangan dari kegiatan proses produksi yang diolah di WWT yaitu WWT painting dan WWT coolant. WWT Painting berfungsi untuk mengolah limbah dari proses painting, sedangkan WWT coolant berfungsi untuk mengolah limbah dari proses die casting dan machining.

b. Air buangan dari kegiatan domestik seperti toilet dan kantin. PT. XYZ memiliki unit tersendiri untuk pengolahan limbah cair.

c. Oli bekas yang berasal dari mesin-mesin produksi dan genset.

(61)

1. Equalisasi Chemical yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan zat kimia agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan.

2. Equalisasi Biological yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan bakteri agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan

3. Dissolved Air Floating (DAF) yaitu proses pengangkatan minyak dan lumpur ke bagian atas tangki sehingga air bersih dapat dipisahkan dan terdapat di bagian bawah tangki.

4. Bak Slurry yaitu proses penyimpanan lumpur hasil pengolahan limbah. 5. Filter Press yaitu proses pemerasan kandungan air yang terdapat pada

lumpur hasil pengolahan limbah.

6. Bak Seeding Bioreaktor yaitu penyediaan tempat reaktivasi bakteri yang telah melemah.

7. Bak Aerasi (Biological) yaitu pemberian gelembung udara untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air.

Setelah mengalami pengolahan dan telah memenuhi baku mutu, air tersebut dibuang ke badan penerima yaitu sungai Cakung. Berikut Gambar yang menunjukkan proses pengolahan limbah di WWT:

Sumber: Data sekunder PT. XYZ

Gambar 5 Proses pengolahan limbah cair di WWT PT. XYZ

5.3.3 Penanganan Limbah Udara

(62)

asap, emisi gas buang yang dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan. Sumber pencemaran emisi cerobong dari proses produksi berasal dari lokasi-lokasi seperti rim forming, welding, plating, die casting, painting steel, painting plastic, incenerator, perparkiran dan proses pengujian akhir sepeda motor yang menghasilkan emisi gas buang. Tolak ukur dampak kualitas udara adalah baku mutu kualitas bebas lingkungan sesuai Kep. Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan terhadap limbah udara antara lain:

1. Memasang exhaust fan, dust collector, kipas angin di area produksi

2. Menyediakan alat pelindung diri (APD) berupa ear plug untuk mengatasi kebisingan dan kacamata las untuk melindungi mata karyawan dari paparan debu.

3. Menyediakan genset sebagai energi cadangan dan ditempatkan dalam tempat khusus.

4. Perawatan incenerator dan mesin pengangkat barang 5. Penyediaan ruang bebas rokok

6. Meletakkan cerobong di setiap titik sumber emisi untuk mengatasi masalah asap dan debu.

Upaya pengelolaan lingkungan terhadap manajemen limbah yang dilakukan PT. XYZ tersebut membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan usaha-usaha pengelolaan seoptimal mungkin untuk mengurangi dampak pencemaran kualitas udara. Hasil yang diperoleh berdasarkan pengujian menunjukkan kondisi kualitas udara yang masih di bawah baku mutu. Usaha-usaha tersebut juga masih terus dilakukan di area sumber pencemaran. Pelaporan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara disampaikan kepada BPLHD DKI Jakrata dan BPLHD Jakarta Utara.

(63)

Tabel 7 Matriks penanganan limbah serta perolehan hasil yang dicapai oleh PT.XYZ

Kategori

Limbah Jenis Limbah Penanganan yang Dilakukan Hasil yang dicapai

Padat:

berfungsi sebagai tempat

pengolahan air limbah.

2. Mengoptimalkan kinerja

unit-unit pengolahan limbah cair yang telah ada dengan secara

rutin melakukan swapantau

terhadap kualitas outlet air bersih.

3. Melakukan analisa lab terhadap

parameter limbah cair setiap bulan

4. Membuat sistem pengolahan

sederhana untuk menyaring

buangan dari kantin seperti membuat trapping oil yang secara berkala dibersihkan dan

agar buangan dari kantin

2. Menyediakan APD berupa

earplug dan kacamata las.

3. Perawatan incenerator dan

forklift

4. Penyediaan Ruang bebas

Gambar

Gambar 2  Model Sistem Manajemen Lingkungan
Tabel  1  Baku mutu limbah cair untuk industri pelapisan logam
Gambar 3  Bagan Alur Pemikiran Operasional
Tabel 2  Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode, dan
+7

Referensi

Dokumen terkait