• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Kinerja Lingkungan Berdasarkan Kondisi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. XYZ

Kinerja lingkungan suatu perusahaan dapat dikatakan baik dan efektif apabila telah tercapainya kondisi SML yang sudah sesuai dengan standar ISO 14001. Indonesia telah mengadopsi standar internasional SML ISO 14001 dan mengubahnya ke dalam bentuk terjemahan bahasa Indonesia. Hasil dari terjemahan tersebut diuraikan di dalam suatu dokumen yang telah disahkan pemerintah dan berlaku untuk Indonesia dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-14001-2005. Di dalam SNI 19-14001-2005 terdapat penjelasan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan dalam menerapkan SML. Persayaratan tersebut berupa beberapa elemen SML dimana elemen tersebut dijadikan parameter ataupun variabel penilaian kinerja lingkungan. Elemen-elemen persyaratan SML antara lain kebijakan lingkungan

(X1), perencanaan (X2), implementasi (X3), pemeriksaan (X4) dan pengkajian manajemen (X5).

Hasil observasi lapang yang dilakukan mengenai penilaian kinerja lingkungan PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8 Nilai kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML ISO 14001 PT. XYZ

No Elemen (i) Skor Elemen yang Diperoleh (Pi) Skor Maksimum Elemen (Mi) Skor Akhir Elemen (Xi) 1 Kebijakan 26 28 0,93 2 Perencanaan 79 96 0,82 3 Implementasi 123 164 0,75 4 Pemeriksaan dan tindakan koreksi 75 100 0,75 5 Pengkajian Manajemen 24 32 0,75 Total (Y) 4

Sumber: Data primer (diolah), 2013

Simbol (Y) menggambarkan nilai dari kinerja lingkungan PT. XYZ yang diperoleh melalui perhitungan dengan cara menjumlahkan skor akhir tiap elemen SML. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh adalah Y=4. Nilai 4 tersebut memberikan kesimpulan bahwa kinerja lingkungan PT. XYZ berdasarkan kondisi SML ISO 14001 termasuk dalam kategori sangat baik

(4 ≤ Y < 5). Kinerja lingkungan yang terbilang sangat baik juga dapat dibuktikan

secara kualitatif melalui penyesuaian antara prosedur SNI-14001-2005 dengan implementasi SML ISO 14001 di PT.XYZ.

6.2 Kesesuaian Implementasi SML ISO 14001 di PT. XYZ Berdasarkan Prosedur SNI 19- 14001-2005

a. Pasal 4.2 (Kebijakan Lingkungan)

Kebijakan LK3 yang disusun oleh perusahaan harus sesuai dengan SNI 19-14001-2005 pasal 4.2 yang menyatakan bahwa:

Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan dalam lingkup sistem manajemen lingkungannya:

1. Sesuai dengan sifat, ukuran dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya.

2. Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran.

3. Mencakup komitmen untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lain yang diikuti organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya.

4. Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan.

5. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.

6. Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi.

7. Tersedia untuk masyarakat”.

Persyaratan tersebut dipenuhi oleh PT. XYZ dengan menetapkan kebijakan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang telah direvisi pada tanggal 1 Mei 2013 dengan persetujuan manajemen puncak. Dalam upaya mengelola bisnis dan resiko bisnis, manajemen dan seluruh karyawan PT. XYZ, senantiasa berpedoman kepada ISO 14001 : 2005, OHSAS 18001 : 2007 dan SMK3 dengan cara :

1. Menciptakan kondisi kerja, proses kerja dan produk yang aman dan ramah lingkungan dengan memperhatikan pencegahan pencemaran, pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja pada setiap tahapan proses.

2. Melakukan pengamanan dan perlindungan sumber daya perusahaan. 3. Mematuhi dan memenuhi peraturan pemerintah serta persyaratan lain

yang terkait di bidang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Melakukan tindakan perbaikan yang berkesinambungan dalam

pengelolaan dan kinerja lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. 5. Berperan serta dalam pembinaan lingkungan dan masyarakat sebagai

6. Kebijakan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja ini dikomunikasikan kepada karyawan, mitra kerja perusahaan dan seluruh pihak terkait di lingkungan PT. XYZ.

b. Pasal 4.3.1 (Identifikasi dan Evaluasi Aspek Lingkungan) Pasal 4.3.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur

untuk:

a. Mengidentifikasi aspek lingkungan, produk, dan jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan yang dapat dikendalikan dan yang dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru dan atau yang diubah.

b. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).

Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem

manajemen lingkungannya.”

Persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana perusahaan telah menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi aspek lingkungan, produk, dan jasanya. Prosedur tersebut merupakan dokumen perusahaan yang terkontrol dan terkendali.

Pendekatan yang dilakukan oleh PT. XYZ untuk mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan dengan mempertimbangkan pembuangan ke udara, pembuangan ke air, pembuangan ke tanah, penggunaan bahan baku dan sumberdaya alam, penggunaan energi, pancaran energi seperti panas, radiasi, limbah, dan getaran. Aspek dan dampak lingkungan diidentifikasikan di setiap sesi produksi.

Pengendalian aspek, dampak, dan resiko LK3 diprioritaskan untuk aspek dan dampak penting LK3 dengan tingkat resiko yang “tidak dapat diterima”

dimana simbol penilaiannya yaitu “L” untuk resiko kecil (low), “M” untuk resiko

yang tidak dapat diterima dilakukan dengan memperhatikan hirarki pengendalian yaitu:

1) Eliminasi yaitu menghilangkan aspek lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya dampak. Apabila eliminasi tidak dapat dilakukan, maka pengendalian risiko dilakukan dengan pilihan cara pengendalian berikutnya.

2) Substitusi yaitu mengganti penyebab dampak dengan material atau hal lain yang dampaknya lebih ringan

3) Engeneering control/rekayasa engineer yaitu menggunakan teknologi atau alat untuk meminimalisir dampak yang timbul

4) Admisitratif yaitu mengatur agar penggunaan atau orang yang terkena dampak diperkecil frekuensinya karena dampak yang timbul tidak memungkinkan untuk dikurangi.

5) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dimana dalam waktu dan tingkat terbatas melindungi orang yang berpotensi terkena dampak.

Dapat dilihat pada Lampiran 2 yang menunjukkan prosedur identifikasi aspek dan dampak LK3 yang dilakukan PT. XYZ.

c. Pasal 4.3.2 (Undang-Undang dan Peraturan)

Pasal 4.3.2 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk: a. Mengidentifikasikan dan memperoleh informasi tentang persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya.

b. Menentukan bagaimana persyaratan tersebut berlaku terhadap aspek

lingkungannya.”

Persyaratan tersebut telah dipenuhi PT. XYZ dimana perusahaan mendokumentasikan semua ketentuan perundangan, peraturan, dan persyaratan LK3 lain yang berkaitan dengan kegiatan PT. XYZ ke dalam sebuah ringkasan peraturan yang ada pada manual LK3 milik perusahaan. Dalam dokumen tersebut terdapat peraturan mengenai kegiatan, produk dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan seperti standar baku mutu, perizinan, regulasi, dan lain-lain.

Perusahaan juga memahami kebutuhan secara periodik untuk menguji dan menganalisa aspek kegiatan dan dampak LK3, demikian juga kaitannya dengan persyaratan hukum. PT. XYZ menetapkan prosedur identifikasi dan akses ke perundangan-undangan dan persyaratan lain.

d. Pasal 4.3.3 (Tujuan, Target, dan Program Lingkungan) Pasal 4.3.3 dalam SNI-14001-1995 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus menetapkan menerapkan dan memelihara program untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Program harus mencakup:

a. Pemberian tanggungjawab untuk mencapai tujuan dan sasaran pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi tersebut.

b. Cara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.”

Persyaratan pasal 4.3.3 tersebut telah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana tujuan dan target dievaluasi secara berkala oleh Wakil Manajemen LK3. Program LK3 yang dibuat oleh PT. XYZ direncanakan dengan mempertimbangkan:

a. Proses, produk dan kegiatan saat berjalan. b. Proses, produk dan kegiatan yang direncanakan. c. Perubahan proses dan aktivitas.

d. Pencegahan pencemaran, penghematan sumberdaya dan konsumsi energi. e. Penurunan potensi kecelakaan dan sakit atau akibat kerja.

f. Kepatuhan terhadap peraturan dan persyaratan lain.

Beberapa program lingkungan yang dilaksanakan oleh PT. XYZ di tahun 2013 antara lain:

1. XYZ Goes To Clean

Program ini dibuat dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dimana sasarannya adalah seluruh karyawan PT. XYZ plant 2 dapat terlibat dalam menciptakan suasana XYZ plant 2 yang baik, bersih dan hijau. Program ini pun sudah berjalan dari bulan Januari 2013 hingga sekarang.

2. Trash Segregation System

Program ini bertujuan dalam rangka pembangunan bekelanjutan dan pemenuhan regulasi dimana terdapat peraturan mengenai pemisahan jenis sampah. Saat ini tempat sampah yang disediakan di PT. XYZ terdiri dari 2 macam antara lain merah untuk sampah B3 dan kuning untuk non B3.

3. Vertical Garden

Program ini bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan dengan sasaran perluasan area hijau dan estetika.

4. Install Domestic Liquid Waste Line From Toilet Building C to STP

Program ini dibuat dalam rangka pembangunan berkelanjutan dimana kegiatannya meliputi instalasi saluran limbah cair domestic dari toilet gedung C ke STP.

5. Saving Energy

Program ini mulai berjalan pada tahun 2012. Penghematan energi yang dilakukan hanya dengan memadamkan lampu di area produksi dan kantor pada saat jam istirahat di siang hari yaitu pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Kegiatan ini disambut baik oleh seluruh karyawan dan terus berlangsung hingga sekarang. Melihat banyaknya mesin di area produksi, program ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan juga biaya pengeluaran perusahaan.

6. World No Tobacco Day

Program ini dibuat dalam rangka memperingati hari tanpa tembakau sedunia. Bagi para karyawan yang merupakan perokok, dilarang untuk mengkonsumsi rokok di hari itu. Hal ini membuktikan bahwa PT. XYZ memiliki kepedulian yang besar terhadap lingkungan dan menunjukkannya dengan memulai dari hal yang sederhana tetapi memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan dan juga kesehatan.

e. Pasal 4.4.1 (Sumberdaya, Peran, Tanggung Jawab dan Kewenangan)

Pasal 4.4.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Manajemen harus memastikan ketersediaan sumberdaya yang diperlukan untuk

lingkungan. Sumberdaya termasuk sumberdaya manusia dan ketrampilan khusus, sarana operasional, teknologi dan sumberdaya keuangan.

Manajemen puncak harus menunjuk satu orang atau lebih wakil manajamen tertentu, yang tidak tergantung pada tanggung jawab lainnya, yang harus mempunyai peran, tanggung jawab dan kewenangan yang ditetapkan untuk:

a. Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan persyaratan standar ini.

b. Melapor kepada manajemen puncak mengenai kinerja sistem manajemen lingkungan untuk kajian, termasuk rekomendasi perbaikan.”

PT. XYZ memenuhi persyaratan tersebut dengan cara melakukan penyediaan infrastruktur, teknologi dan finansial yang dibutuhkan dalam usaha pengelolaan lingkungan LK3. Tanggungjawab implementasi LK3 di PT. XYZ terletak pada seluruh karyawan sedangkan tanggungjawab pengelolaan LK3 disesuaikan dengan struktur fungsional, tanggung jawab dan kewenangan dimana aktivitas dilakukan. Presiden direktur PT. XYZ adalah pimpinan yang mewakili wewenang dan tanggung jawab tertinggi atas kinerja LK3. Wakil manajemen LK3 didukung bagian EHS yang bertanggung jawab untuk mengelola SMLK3 melalui penerapan kebijakan, pencapaian tujuan, pengukuran, pemantauan, komunikasi dan konsultasi LK3 ke para pihak terkait jika diperlukan. Bagian EHS bertugas untuk menjamin bahwa persyaratan dalam ISO 14001 : 2004, OHSAS 18001 : 2007 dan SMK3 dipenuhi.

f. Pasal 4.4.2 (Kompetisi, Pelatihan, dan Kesadaran) Pasal 4.4.2 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus memastikan setiap orang yang bertugas untuk atau atas nama jasa organisasi yang berpotensi menyebabkan satu atau lebih dampak lingkungan penting yang diidentifikasi oleh organisasi, mempunyai kompetensi yang berasal dari pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang memadai dan organisasi harus

menyimpan rekaman yang terkait dengan kompetensi tersebut.”

Persyaratan tersebut sudah dipenuhi oleh PT. XYZ dimana seluruh karyawan di PT. XYZ mendapat pengetahuan tentang aspek, dampak dan resiko

LK3 pada area atau proses yang menjadi tanggung jawabnya. Seluruh karyawan juga diwajibkan untuk menerapkan asas-asas dalam kebijakan LK3 yang dituangkan dalam peraturan, prosedur, instruksi kerja di dalam SMLK3. Pimpinan kerja terkait bertanggung jawab mengidentifikasi tingkat pemenuhan kompetensi karyawan dibawah tanggung jawabnya dan mengusulkan bila mana pelatihan tambahan diperlukan. PT. XYZ memberikan pelatihan atau program peningkatan kepedulian kepada pemasok atau penyalur dan rekaman bisnis yang bekerja untuk dan atas nama PT. XYZ.

g. Pasal 4.4.3 (Komunikasi)

Pasal 4.4.3 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus memutuskan apakah akan melaksanakan komunikasi kepada

pihak ekternal mengenai aspek lingkungannya dan harus mendokumentasikan keputusan tersebut. Apabila keputusan organisasi adalah melaksanakan komunikasi eksternal tersebut, maka organisasi harus menetapkan dan

menerapkan metode untuk komunikasieksternal tersebut.”

Pemenuhan persyaratan pasal 4.4.3 dilakukan oleh perusahaan dengan menjalakan dua sistem komunikasi yaitu komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal LK3 terkait SMLK3, kebijakan, tujuan, sasaran, peraturan dan hal-hal lain dikomunikasikan kepada karyawan melalui rapat pimpinan kerja, PSM, spanduk, leaflet, pameran, seminar, lomba, pelatihan, media cetak, intranet dan media publik internal lainnya. Komunikasi eksternal LK3 dapat dilakukan melalui aktivitas pelaporan dokumen pengelolaan LK3 kepada instansi terkait yang berlaku, majalah, seminar, dan forum komunikasi yang dikelola oleh lembaga-lembaga ekternal.

h. Pasal 4.4.4 (Dokumentasi)

Pasal 4.4.4 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa: “Dokumentasi sistem manajemen lingkungan harus mencakup:

a. Kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan.

b. Penjelasan lingkup sistem manajemen lingkungan.

c. Penjelasan unsure-unsur utama sistem manajemen lingkungan dan keterkaitannya serta rujukan kepada dokumen terkait.

d. Dokumen, termasuk rekaman yang disyaratkan oleh standar ini.

e. Dokumen termasuk rekaman yang ditentukan oleh organisasi sebagai dokumen penting untuk memastikan perencanaan, operasi dan pengendalian proses

secara efektif , yang terkait dengan aspek lingkungan penting.”

Persyaratan tersebut dipenuhi PT. XYZ dengan membuat susunan manual LK3 yang berguna untuk memberikan arah dokumen lain yang menjadi bagian dari SMLK3 PT. XYZ. Dokumen tersebut dikelola oleh EHS System Development dan diterjemahkan dalam prosedur.

i. Pasal 4.4.5 (Pengendalian Dokumen)

SNI 19-14001-2005 pasal 4.4.5 menyatakan bahwa: “Organisasi harus menetapkan prosedur untuk:

a. Menyetujui dokumen sebelum diterbitkan.

b. Meninjau dan memutakhirkan seperlunya serta menyetujui ulang (reapprove) dokumen.

c. Memastikan agar versi dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan. d. Mencegah penggunaan dokumen kadaluwarsa dan menerapkan identifikasi

yang cocok pada dokumen tersebut bila masih disimpan untuk maksud

tertentu.”

Dokumen atau catatan yang berkaitan dengan SMLK3 PT. XYZ terkendali. Jenis-jenis dokumen tersebut adalah Manual LK3, Prosedur LK3, Instruksi Kerja LK3, Standar LK3, dan Catatan LK3. Bagian EHS bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua dokumentasi yang dipergunakan dalam SMLK3 mempunyai status versi dan identifikasi yang jelas, pendistribuasiannya terkendali dan catatan dari status versi terakhir disimpan. Personil berwenang yang ditunjuk memastikan bahwa dokumen kadaluwarsa sudah disingkirkan atau diidentifikasi sebagai dokumen kadaluwarsa dari semua tempat pemakaian untuk mencegah penggunaan yang tidak disengaja terhadap dokumen kadaluwarsa tersebut.

j. Pasal 4.4.6 (Pengendalian Operasional)

“Organisasi harus mengidentifikasikan dan merencanakan operasi yang terkait

dengan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasi sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan agar operasi tersebut dilaksanakan pada kondisi tertentu, dengan:

a. Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk mengendalikan situasi yang tidak sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan apabila prosedur tersebut tidak ada.

b. Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur yang terkait dengan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasikan pada barang dan jasa yang digunakan oleh organisasi serta mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan yang berlaku kepada pemasok, termasuk kontraktor.”

Seluruh proses direncanakan dan dikendalikan untuk memastikan bahwa PT. XYZ telah mengendalikan aspek penting dan resiko LK3 sesuai dengan kebijakan LK3 serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pengendalian aktivitas atau proses dikendalikan oleh salah satu atau kombinasi dari langkah dan usaha antara lain yaitu:

1. Rambu-rambu, simbol, tanda dan identitas lain yang ditempatkan pada benda, bahan, area atau alat-alat kerja.

2. Pengendalian lapangan langsung yang dilakukan oleh pimpinan kerja.

3. Pemasangan Safety Device, penyediaan dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) untuk menghindari dang mengurangi kemungkinan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4. PT. XYZ mengkomunikasikan persyaratan, tata tertib standar LK3 kepada kontraktor dan pemasok dalam rangka aktivitas pencegahan pencemaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara berkesinambung sesuai dengan skala yang ditimbulkannya.

k. Pasal 4.4.7 (Kesiagaan dan Tanggap Darurat)

Pasal 4.4.7 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus melakukan tindakan terhadap situasi darurat dan kecelakaan

yang terjadi serta mencegah atau mengatasi dampak lingkungan negatif yang

Dampak yang luas akibat dari situasi bahaya atau potensial bahaya, mengharuskan PT. XYZ untuk menerapkan tindakan pengendalian bahaya dan tanggap darurat. Pengendalian bertujuan untuk mencegah, mengurangi dampak dan mempersiapkan sarana dan kompetensi ketika terjadi bencana atau keadaan darurat. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat sebagai pengendalian resiko dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi abnormal dan kondisi gawat darurat. PT. XYZ menangani, memperbaiki, dan mencegah kondisi gawat darurat mengacu pada prosedur tanggap darurat.

l. Pasal 4.5.1 (Pemantauan dan Pengukuran)

Pasal 4.5.1 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

secara berkala memantau dan mengukur karakteristik pokok operasinya yang dapat menimbulkan dampak lingkungan penting. Organisasi harus memastikan agar peralatan pemantauan dan pengukuran dikalibrasi atau diverifikasi, digunakan dan dipelihara serta organisasi harus menyimpan rekaman yang

terkait.”

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi LK3, secara periodik PT. XYZ melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap pengelolaan dan kinerja LK3 sebagai berikut:

a. Pemantauan Limbah Cair

Limbah cair di setiap kegiatan perusahaan tidak boleh dibuang langsung ke saluran air dan tanah. Untuk itu harus selalu diadakan pemantauan. PT. XYZ melakukan aktivitas pemantauan limbah cair dan dievaluasi sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku. Pemantauan dapat dilakukan di laboraturium sendiri dan atau di laboratorium ekternal yang telah terakreditasi. b. Pemantauan Limbah Padat

Limbah padat di setiap kegiatan perusahaan tidak boleh dibuang ke saluran air dan tanah dan harus dipantau secara periodik dibawah tanggung jawab bagian terkait. Limbah padat yang berasal dari Unit Pengelolaan Limbah Padat maupun kegiatan perusahaan lainnya harus dkirim ke Pusat Pengelolaan Limbah padat,

yang resmi dan sah. Kuantitas limbah padat yang dikirim selalu dipantau dan menjadi tanggung jawab bagian terkait.

c. Pemantauan Limbah Udara

PT. XYZ melakukan tindakan untuk meningkatkan kepedulian pelanggan terhadap kualitas limbah udara dari produk yang dipakainya. Pemantauan limbah udara karena kegiatan perusahaan dilakukan sesuai dengan Persyaratan Perundang-undangan, atau Dokumen Pengelolaan LK3 (UKL/UPL, AMDAL, DPL, Peraturan LK3 dan persyaratan yang berlaku). Hasil kegiatan pemantauan dan pengukuran dipelihara dan diidentifikasi secara spesifik.

m. Pasal 4.5.3 (Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan)

Pasal 4.5.3 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian yang potensial maupun yang nyata terjadi serta melaksanakan tindakan perbaikan dan tidakan pencegahan. Prosedur tersebut harus menjelaskan persyaratan untuk:

a. Mengidentifikasi dan melaksanakan koreksi terhadap ketidaksesuaian dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan yang timbul. b. Menyelidiki ketidaksesuaian, menemukan penyebabnya dan melaksanakan

tindakan untuk menghindari terulangnya ketidaksesuaian.

c. Merekam hasil tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang telah

dilaksanakan.”

Ketidaksesuaian yang ada di PT. XYZ terhadap peraturan LK3, tujuan dan sasaran, maupun SMLK3 diselidiki dan selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahannya agar tidak terulang lagi. Ketidaksesuaian harus dicatat dan catatan tersebut harus ditinjau untuk menentukan penyebab ketidaksesuaiannya. Hasil penyelidikan penyebab ketidaksesuaian kemudian dicatat dalam sebuah laporan. PT.XYZ memiliki Program Identification and Corrective Action (PICA) yang merupakan dokumen sekaligus rekaman terkendali berupa laporan-laporan ketidaksesuaian, tindakan pencegahan, dan perbaikan yang harus dilakukan sehingga bisa dilakukan evaluasi dengan melihat dokumen PICA tersebut.

n. Pasal 4.5.5 (Audit Internal)

Pasal 4.5.5 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Organisasi harus memastikan bahwa audit internal terhadap sistem manajemen

lingkungan dilaksanakan pada jangka waktu yang direncanakan untuk:

a. Menentukan apakah sistem manajemen lingkungan memenuhi pengaturan yang direncanakan untuk manajemen lingkungan termasuk persyaratan standar ini dan telah diterapkan serta dipelihara secara memadai.

b. Menyediakan informasi hasil audit bagi manajemen.”

Audit LK3 internal dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun untuk memastikan bahwa SML cukup efektif untuk menerapkan kebijakan LK3 di PT. XYZ, aktivitas kerja di PT. XYZ sesuai dengan pedoman, tujuan dan sasaran, program perbaikan LK3, prosedur dan instruksi kerja. Laporan audit internal harus dipakai oleh Wakil Manajemen LK3 saat meninjau keefektifan yang berlanjut dari SMLK3.

o. Pasal 4.6 (Tinjauan Manajemen)

Pasal 4.6 dalam SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa:

“Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen lingkungan organisasi pada jangka waktu tertentu untuk memelihara kesesuaian, kecukupan dan efektivitas sistem yang berkelanjutan. Tinjauan harus termasuk mengkaji kesempatan untuk perbaikan dan keperluan untuk melakukan perubahan pada sistem manajemen lingkungan, termasuk kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan. Rekaman tinjauan manajemen harus disimpan.”

Tinjauan manajemen diprakarsai oleh wakil manajemen LK3 yang didukung oleh bagian EHS. Tinjauan SMLK3 PT. XYZ dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk mengevaluasi efektivitas SMLK3 yang diterapkan PT. XYZ dalam memenuhi seluruh ketentuan ISO 14001 : 2005, OHSAS 18000:2007 dan SMK3. Hasil tinjauan manajemen meliputi keputusan dan tindakan terkait dengan kemungkinan perubahan atas kebijakan LK3, tujuan, sasaran, dan unsur-unsur dalam SMLK3 serta konsistensi pelaksanaan perbaikan berkelanjutan.