• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam proses produksi dan pengoperasian sarana atau fasilitas pabrik akan timbul berupa buangan limbah baik berbentuk padat, cair, maupun udara. Apabila limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. PT. XYZ melakukan pengelolaan lingkungan terhadap limbahnya berdasarkan dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dimana manajemen penanganan limbah tersebut juga terdokumentasi sesuai dengan prosedur ISO 14001.

5.3.1 Penanganan Limbah B3

Di PT. XYZ terdapat limbah yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting, abu blasting, paint sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oil bekas - minyak kotor, abu casting, sludge machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used rags. Pengelolaan limbah B3 dari hidrokarbon seperti thinner, solar, dan oli dilakukan dengan mengumpulkan limbah tersebut pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sedangkan limbah B3 berupa abu casting dan abu blasting dikelola dengan mengirimkan limbah tersebut ke suatu badan penerima yaitu PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI).

PT. XYZ plant 2 memiliki unit tersendiri untuk menangani limbah B3 dimana terdapat dua Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang berguna untuk menampung limbah tersebut. Di plant 2, TPS 1 berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah B3 jenis abu blasting, paint sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oli bekas - minyak kotor, abu casting, sludge machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used rags. Sedangkan di TPS 2 menampung limbah B3 jenis besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting. TPS pada plant 2 berbentuk balok tangki yang terbuat dari logam tahan karat dan bocor sehingga tidak menghasilkan kebocoran. Pengemasan limbah B3 PT. XYZ plant 2 sepanjang pengamatan telah dikemas dalam drum yang tahan terhadap karakteristik limbah yang disimpannya dan juga ditutup sangat erat serta diberi label sesuai jenis dan karakteristik limbah yang disimpannya. Oleh karena itu, limbah-limbah tersebut tidak tercampur dengan limbah lain dan tetap terorganisir

dengan baik sesuai dengan tempatnya. Perizinan TPS di PT. XYZ sudah disahkan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) setempat.

Penanganan limbah B3 telah terdokumentasi sesuai dengan ketentuan ISO 14001. Hal ini terlihat dengan adanya dokumen manifest limbah antara PT. XYZ dengan pihak ketiga. Dokumen manifest tersebut memberikan bukti bahwa limbah B3 yang terdapat di PT. XYZ telah dialihkan kepada pihak ketiga dengan cara menjual limbah tersebut. Penjualan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. XYZ dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan dan juga kesehatan manusia.

5.3.2 Penanganan Limbah Cair

Jenis dampak besar dari limbah cair adalah kualitas air permukaan di saluran drainase atau sungai akibat buangan domestik, Waste Water Treatment (WWT), oli bekas. Sumber dampak yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan adalah:

a. Air buangan dari kegiatan proses produksi yang diolah di WWT yaitu WWT painting dan WWT coolant. WWT Painting berfungsi untuk mengolah limbah dari proses painting, sedangkan WWT coolant berfungsi untuk mengolah limbah dari proses die casting dan machining.

b. Air buangan dari kegiatan domestik seperti toilet dan kantin. PT. XYZ memiliki unit tersendiri untuk pengolahan limbah cair.

c. Oli bekas yang berasal dari mesin-mesin produksi dan genset.

Tolak ukur dampak dari air limbah dari WWT mengacu pada SK Gub KDKI No. 582 tahun 1995 tentang baku mutu air sungai golongan D dan baku mutu limbah cair industri. Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) yang dibangun oleh PT. XYZ atau Waste water treatment (WWT) terbagi menjadi 4 klasifikasi serta memiliki flow process yang berbeda sesuai dengan karakteristik limbahnya masing-masing, yaitu: (1) WWT Die Casting, (2) WWT Machining, (3) WWT Painting dan (4) WWT Integrasi. WWT 1 sampai dengan 3 disebut dengan WWT Pre-Treatment. Proses pengolahan yang dilakukan di WWT antara lain dijelaskan sebagai berikut:

1. Equalisasi Chemical yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan zat kimia agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan.

2. Equalisasi Biological yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan bakteri agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan

3. Dissolved Air Floating (DAF) yaitu proses pengangkatan minyak dan lumpur ke bagian atas tangki sehingga air bersih dapat dipisahkan dan terdapat di bagian bawah tangki.

4. Bak Slurry yaitu proses penyimpanan lumpur hasil pengolahan limbah. 5. Filter Press yaitu proses pemerasan kandungan air yang terdapat pada

lumpur hasil pengolahan limbah.

6. Bak Seeding Bioreaktor yaitu penyediaan tempat reaktivasi bakteri yang telah melemah.

7. Bak Aerasi (Biological) yaitu pemberian gelembung udara untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air.

Setelah mengalami pengolahan dan telah memenuhi baku mutu, air tersebut dibuang ke badan penerima yaitu sungai Cakung. Berikut Gambar yang menunjukkan proses pengolahan limbah di WWT:

Sumber: Data sekunder PT. XYZ

Gambar 5 Proses pengolahan limbah cair di WWT PT. XYZ 5.3.3 Penanganan Limbah Udara

Jenis dampak penting dari limbah udara adalah meningkatnya pencemaran akibat adanya kegiatan di industri kendaraan bermotor roda dua seperti debu,

asap, emisi gas buang yang dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan. Sumber pencemaran emisi cerobong dari proses produksi berasal dari lokasi-lokasi seperti rim forming, welding, plating, die casting, painting steel, painting plastic, incenerator, perparkiran dan proses pengujian akhir sepeda motor yang menghasilkan emisi gas buang. Tolak ukur dampak kualitas udara adalah baku mutu kualitas bebas lingkungan sesuai Kep. Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan terhadap limbah udara antara lain:

1. Memasang exhaust fan, dust collector, kipas angin di area produksi

2. Menyediakan alat pelindung diri (APD) berupa ear plug untuk mengatasi kebisingan dan kacamata las untuk melindungi mata karyawan dari paparan debu.

3. Menyediakan genset sebagai energi cadangan dan ditempatkan dalam tempat khusus.

4. Perawatan incenerator dan mesin pengangkat barang 5. Penyediaan ruang bebas rokok

6. Meletakkan cerobong di setiap titik sumber emisi untuk mengatasi masalah asap dan debu.

Upaya pengelolaan lingkungan terhadap manajemen limbah yang dilakukan PT. XYZ tersebut membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan usaha-usaha pengelolaan seoptimal mungkin untuk mengurangi dampak pencemaran kualitas udara. Hasil yang diperoleh berdasarkan pengujian menunjukkan kondisi kualitas udara yang masih di bawah baku mutu. Usaha-usaha tersebut juga masih terus dilakukan di area sumber pencemaran. Pelaporan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara disampaikan kepada BPLHD DKI Jakrata dan BPLHD Jakarta Utara.

Pengelolaan lingkungan terhadap limbah yang telah diuraikan diatas secara keseluruhan memiliki tujuan utama yaitu untuk meminimalisir dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan yang terjadi. Manajemen penanganan limbah yang telah dilakukan PT. XYZ secara garis besar dijabarkan dalam Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Matriks penanganan limbah serta perolehan hasil yang dicapai oleh PT.XYZ

Kategori

Limbah Jenis Limbah Penanganan yang Dilakukan Hasil yang dicapai

Padat: Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Potongan logam 2. Scrap alumunium 3. Abu casting 4. Abu blasting 5. Kerak cat 6. WWT Sludge 7. Solvent 8. Minyak kotor 9. APD bekas 1. Menempatkan limbah B3 ke

TPS serta dilakukan pemisahan sesuai dengan jenisnya.

2. Menyediakan sludge dryer

untuk mengeringkan lumpur bekas pengecatan agar tidak mengerak.

3. Mengalihkan pengelolaan

limbah dengan cara menjual limbah ke PPLI dan pihak ketiga lainnya.

4. Membuat dokumen manifest

sebagai bukti tertulis

pengelolaan limbah oleh pihak ketiga.

1. Volume limbah

padat berkurang

2. Lingkungan di

area pabrik bersih

dan terorganisir dengan baik. 3. Pengelolaan lingkungan terdokumentasi sesuai ISO 14001 4. Peningkatan kerjasama antara perusahaan dengan badan penerima limbah Cair 1. Kadmium 2. Timbal 3. Nikel 4. Seng 5. Sianida 6. Logam Total 1. Membangun WWT yang

berfungsi sebagai tempat

pengolahan air limbah.

2. Mengoptimalkan kinerja

unit-unit pengolahan limbah cair yang telah ada dengan secara

rutin melakukan swapantau

terhadap kualitas outlet air bersih.

3. Melakukan analisa lab terhadap

parameter limbah cair setiap bulan

4. Membuat sistem pengolahan

sederhana untuk menyaring

buangan dari kantin seperti membuat trapping oil yang secara berkala dibersihkan dan

agar buangan dari kantin

tersebut tidak langsung dibuang ke saluran drainase.

1. Kondisi kualitas

air yang dibuang

ke lingkungan

berada di bawah baku mutu limbah cair industri yang

ditetapkan oleh pemerintah. Udara 1. Asap 2. Debu 3. Emisi gas buangan (CO2)

1. Memasang exhaust fan, dust

collector di area produksi.

2. Menyediakan APD berupa

earplug dan kacamata las.

3. Perawatan incenerator dan

forklift

4. Penyediaan Ruang bebas

merokok

5. Melakukan swapantau

terhadap kualitas udara.

1.Kondisi kualitas

udara berada di bawah baku mutu. 2.Kesehatan karyawan dapat terjaga 3.Keamanan lingkungan kerja lebih terjamin.

VI ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN SML ISO 14001 di PT. XYZ Sertifikasi ISO 14001 menandakan bahwa suatu perusahaan yang telah diaudit, dinilai, dievaluasi oleh auditor maupun asesor lingkungan mampu memberikan hasil yang membuktikan bahwa SML perusahaan tersebut telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar ISO 14001. Perolehan sertifikasi ISO 14001 harus bersinambung dengan penyempurnaan yang berkelanjutan sehingga sertifikasi tersebut dapat dipertahankan.

PT. XYZ sudah mendapatkan sertifikat ISO 14001 sejak tahun 2004 yang disahkan oleh lembaga sertifikasi SAI Global. Beberapa hal yang mendasari PT. XYZ untuk mendapatkan sertifikasi ISO 14001 antara lain: (1) Atas dasar kemauan sendiri, (2) Adanya permintaan pasar, (3) Untuk meningkatkan kepedulian karyawan serta tanggung jawab moral, (4) Untuk meningkatkan citra perusahaan, (5) Adanya permintaan dari Holding Company dan (6) Untuk melakukan pencegahan pencemaran. Melihat jangka waktu sertifikasi yang sudah bertahan lama, kinerja lingkungan di PT. XYZ dapat diasumsikan efektif. Salah satu cara yang dapat membuktikan efektivitas tersebut adalah dengan melakukan penilaian terhadap kinerja lingkungan berdasarkan kondisi SML di PT. XYZ apakah masih berjalan sesuai dengan standar ISO 14001 atau tidak.

6.1 Penilaian Kinerja Lingkungan Berdasarkan Kondisi Sistem Manajemen