STUDI KASUS PENDEKATAN TERAPI DZIKIR JAHAR DENGAN
BACAAN LAA ILAAHA ILLALLAAH UNTUK MENANGANI MASALAH
KECEMASAN TAHANAN ANAK YANG PUTUS SEKOLAH DI RUTAN
KLAS 1 SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
SULTAN SAHRIR
NIM. B53213070
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
vii
ABSTRAK
Sultan Sahrir (B53213070), “Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan
Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya”
Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana Proses Pelaksanaan Studi Kasus
Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya ? (2) Bagaimanakah Hasil Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya ?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, dan jenis penelitian yaitu studi kasus, suatu model yang menekankan pada eksplorasi pada satu kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam.
Dalam menganalisa proses Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah yang digunakan adalah berupa hasil observasi dan wawancara yang disajikan dalam bab penyajian data dan analisis data. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah dilakukan melalui beberapa tahapan yang terdapat dalam Terapi Dzikir Jahar Dengan menggunakan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah dimulai dari tata cara pelaksanaannya, langkah – langkah pelaksanaannya, serta proses dan hasil evaluasi dari terapi itu sendiri. Dalam penelitian ini, proses terapi menggunakan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah dapat menangani kecemasan putus sekolah pada diri konseli. Dan hasil dari proses terapi ini cukup berhasil dengan perubahan pada skala kecemasan putus sekolah diri konseli dari jumlah angka 45 ke jumlah angka 50 yang mana hasil tersebut menunjukkan bahwa kecemasan diri konseli telah sedikit menurun, dengan tingkat presentase 66,6%,
dikatakan “Cukup Behasil”.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Defini Konsep ... 9
1. Terapi Dzikir... 9
2. Dzikir Jahar dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallah... 10
3. Kecemasan Putus Sekolah... 12
4. Tahanan Anak... 13
F. Metode Penelitian... 14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 14
2. Subjek dan Lokasi Penelitian... 15
3. Jenis dan Sumber Data... 16
4. Tahap – Tahap Penelitian... 18
5. Tehnik Pengumpulan Data... 20
6. Tehnik Analisis Data... 23
7. Tehnik Keabsahan Data... 23
G. Sistematika Pembahasan... 24
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Terapi Dzikir... 27
1. Pengertian Terapi... 27
2. Objek Kajian Terapi... 28
3. Tujuan Terapi... 29
4. Pengertian Dzikir... 30
5. Dasar Hukum Dzikir... 33
6. Klasifikasi Bacaan Dzikir... 35
7. Model Dzikir... 36
8. Manfaat Dzikir... 37
9. Waktu, Adab dan Tatakrama dalam Dzikir... 39
xi
11.Langkah – Langkah Terapi Dzikir... 49
B. Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Ilallaah... 54
1. Pengertian Dzikir Jahar... 54
2. Tata Cara Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah 59 C. Kecemasan Putus Sekolah... 68
1. Pengertian Kecemasan... 68
2. Ciri – ciri Gangguan Kecemasan... 70
3. Faktor – faktor Kecemasan... 71
4. Sebab – sebab Kecemasan... 73
5. Macam – Macam Kecemasan... 73
6. Indikator Kecemasan... 74
7. Bentuk Kecemasan... 75
8. Kecemasan dalam Perspektif Islam... 75
9. Kecemasan Putus Sekolah... 77
D. Anak Tahanan di Rutan... 80
E. Penelitian Yang Terdahulu... 86
BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian... 89
1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 89
a. Latar Belakang Sejarah Rutan... 89
b. Letak Geografis Rutan... 90
c. Visi, Misi, dan Motto Rutan... 91
d. Struktur Organisasi Rutan... 92
e. Fungsi dan Prinsip Rutan... 95
f. Sarana dan Prasana Rutan... 95
2. Deskripsi Konselor... 96
a. Identitas Pribadi... 96
b. Riwayat Pendidikan... 97
c. Pengalaman... 97
3. Deskripsi Konseli... 97
a. Identitas Konseli... 98
b. Kehidupan Sehari – hari Konseli... 101
c. Latar Belakang Pendidikan dan Agama... 102
d. Latar Belakang Lingkungan Sosial Konseli... 104
e. Latar Belakang Keluarga Konseli... 105
4. Deskripsi Masalah... 106
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 108
1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi... 108
a. Identifikasi Masalah... 111
b. Diagnosis... 120
c. Prognosis... 121
d. Terapi (Treatment) ... 121
e. Evaluasi (Follow Up) ... 126
xii
BAB IV: ANALISIS DATA
A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi... 134 B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi... 141 C. Kendala Selama Proses Penelitian dan Proses Pelaksanaan Terapi 144
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 146 B. Saran ... 147
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja,
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak
- anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak - anak menuju
dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa
dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun.1
Monks menyatakan masa remaja merupakan periode peralihan, terutama
saat remaja awal. Karena banyak perubahan – perubahan yang akan dirasakan
saat itu.2
Perubahan yang terjadi pada masa ini menurut Hurlock antara lain
meningginya emosi yang pada masa awal remaja biasanya terjadi lebih
cepat.3
Mengingat masa remaja awal terjadi bersamaan dengan datangnya masa
pubertas, dimana remaja mengalami ketidakstabilan dalam segala hal sebagai
dampak dari perubahan – perubahan biologis yang dialaminya.
Pada usia enam belasan atau fase remaja madya, kestabilan sudah mulai
terlihat, karena para remaja sudah mampu menghadapi suatu persoalan serta
tekanan sosial yang dihadapinya. Ia sudah memasuki tahap mampu berpikir
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
2 Monks, FJ, Knoers, A.M.P, Haditono S.R, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam
Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001)
3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
2
secara matang mengenail hal –hal yang abstrak dan sudah mampu
menganalisis sesuatu lebih dalam. Sedangkan pada fase remaja akhir,
beberapa aspek pertumbuhan mengalami keadaan sempurna dan
menunjukkan kesiapan untuk memasuki fase dewasa awal. Pada masa ini
terjadi proses perkembangan meliputi perubahan – perubahan yang
berhubungan dengan orang tua dan cita – cita mereka, dimana pembentukan
cita – cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.4
Namun dalam perjalanan seorang remaja menuju dewasa awal tidaklah
mudah bagi setiap remaja. Karena dalam setiap fase perkembangan
seseorang, terdapat tugas – tugas perkembangan yang terkait di dalamnya
sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang melewati masa – masa
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Dalam masa remaja, beberapa
contoh tugas perkembangan yang harus dilakukan adalah mencapai hubungan
baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik laki – laki maupun
perempuan, mencapai kemandirian secara emosional dan mencapai perilaku
sosial yang bertanggung jawab. Namun, tidak semua remaja berhasil dalm
memenuhi tugas – tugas perkembangan tersebut, dan pada akhirnya banyak
permasalahan yang muncul dalam kehidupan para remaja tersebut.
Oleh karena itu, Stanley Hall menyebutkan bahwa masa remaja sering
dipandang sebagai masa yang penuh dengan “badai dan tekanan” yaitu masa
dimana terjadi perubahan besar dalam meningginya ketegangan emosi yang
dikarenakan perubahan fisik dan kelenjer pada seseorang saat mengalami
4 Elizabenth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
3
masa puber yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada
yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Hal
ini terjadi dikarenakan adanya ketidakpastian anak laki – laki dan perempuan
dalam menerima kondisi baru tersebut.5
Sementara ahli – ahli jiwa yang banyak memperhatikan dan meneliti
para remaja, berpendapat bahwa masa Remaja adalah masa goncang, yang
terkenal dengan berkecamuknya perubahan – perubahan emosionil. Dahulu
orang menyangka bahwa hal itu disebabkan oleh perubahan jasmani, terutama
perubahan hormone – hormone seks pada masa Remaja itu. Akan tetapi, hasil
– hasil penelitian baru telah mebuktikan bahwa, tidak perubahan hormone
seks saja yang mempengaruhi remaja, karena perubahan hormone itu
mencapai puncaknya pada permulaan masa remaja, sedangkan problema –
problema emosi itu mencapai puncaknya pada periode remaja terakhir. Oleh
karena itu jelaslah bahwa kegoncangan emosi itu tidaklah disebabkan oleh
perubahan hormone seks dan tubuh saja, akan tetapi juga sebagai akibat dari
suasana masyarakat dan keadaan ekonomi yang melindungi para remaja.
Bahkan ada yang berpendapat bahwapengaruh lingkungan lebih besar dari
pada pengaruh hormone – hormone itu. Karena semua remaja mengalami
perubahan jasmani dan hormone itu, akan tetapi tidak semua mereka
mengalami problema emosionil.6
Dalam kondisi seorang anak tahanan yang sedang terkena kasus sehingga
di tahan di dalam ruangan tahanan mempunyai kecenderungan mengalami
5 Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,
1999), Hal. 20
4
depresi, dikarenakan timbul perasaan cemas yang diakibatkan tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan karena juga kasus yang
menjeratnya sehingga mempengaruhi masa depan dirinya. Ciri – ciri yang
menonjol pada seorang anak tahanan tersebut yaitu perasaan khawatir, takut,
gelisah, kurang bergaul / kurang akrab dengan teman – temannya, sering
menyendiri, tidak bisa membuat keputusan sendiri, kehilangan percaya diri,
kurang fokus, gejala fisiknya yaitu kurang nafsu makan, kadang – kadang
kurang tidur.7
Seseorang bisa menjadi cemas bila dalam kehidupannya terancam oleh
sesuatu yang tidak jelas karena kecemasan dapat timbul pada banyak hal yang
berbeda -beda. Kecemasan menghadapi masa depan yang dialami oleh anak
tahanan disebabkan oleh kondisi masa datang yang belum jelas dan belum
teramalkan, sehingga bagaimanapun tetap menimbulkan kekhawatiran dan
kegelisahan apakah masa sulit tersebut akan terlewati dengan aman atau
merupakan ancaman seperti yang dikhawatirkan.
Menghadapi masa depan tidak bisa berjalan dengan baik bila dalam diri
seorang individu ada rasa cemas untuk menghadapi masa depan. Di indonesia
kecemasan pada narapidana banyak diteliti. Pristika (2010) telah meneliti
kecemasan narapidana dalam penyesuaian diri kembali ke masyarakat pada
Klien balai Bispa Kelas 1 Surabaya, dan diperoleh data mengalami
kecemasan narapidana dalam penyesuaian diri kembali ke masyarakat dalam
tahap sedang. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Rahmawati (2004)
5
menyatakan bahwa kecemasan narapidana pasca hukuman pidana diperoleh
data dalam tahap tinggi (dalam Shofia, 2009.3).8
Contohnya kecemasan menghadapai masa depan yang terjangkit dalam
diri anak tahanan adalah Putus Sekolah, berdasarkan Data UNICEF tahun
2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan
lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta
anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Begitupula data statistik yang dikeluarkan oleh BPS, bahwa di tingkat
provinsi dan kabupaten menunjukkan terdapat kelompok anak-anak tertentu
yang terkena dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga
miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya.
Benarkah ini karena faktor ekonomi atau sistem yang tidak berpihak pada
mereka?
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada,
mengumumkan hasil penelitian Hasil Bantuan Siswa Miskin Endline di
Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Ada temuan menarik.
Sebanyak 47,3 persen responden menjawab tidak bersekolah lagi karena
masalah biaya, kemudian 31 persen karena ingin membantu orang tua dengan
bekerja, serta 9,4 persen karena ingin melanjutkan pendidikan nonformal
seperti pesantren atau mengambil kursus keterampilan lainnya.
8 http://eprints.ums.ac.id/16727/2/Bab_1.pdf, “Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan
6
Mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolah ini sebagian besar
berijazah terakhir sekolah dasar (42,1 persen) maupun tidak memiliki ijazah
(30,7 persen). Meski demikian, rencana untuk menyekolahkan anak ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi ternyata cukup besar, yakni 93,9 persen.
Hanya 6,1 persen yan menyatakan tidak memiliki rencana untuk itu.
Peneliti PSKK UGM, Triyastuti Setianingrum, S.I.P., M.Sc mengatakan
bahwa, kasus anak putus sekolah saling mempengaruhi satu sama lain dengan
persoalan kemiskinan. Putus sekolah mengakibatkan bertambahnya jumlah
pengangguran, bahkan menambah kemungkinan kenakalan anak dan tindak
kejahatan dalam kehidupan sosial masyarakat. Begitu seterusnya karena
tingkat pendapatan yang rendah, akses ke pendidikan formal pun sulit
dicapai.9
Dengan peran agama diharapkan problema tersebut dapat diatasi. Agama
dapat mengisi arti kehidupan manusia sepantasnya yang digunakan sebagai
landasan filosofis penyembuhan manusia yang terkena gangguan mental.10 Melalui terapi yang bertujuan untuk bagaimana cara membantu individu agar
dapat mengembangkan diri, menumbuhkan perkembangan psikologis dan
kematangan sosialnya. Melalui pemahaman keagamaan konseli berperan
sebagai pengantar menuju peningkatan keimanannya.11 Sebagaimana Firman
Allah SWT:
ب قۡلٱ نئم ۡطت ّٱ ر ۡكذب َأ ّۗٱ ر ۡكذب ب ق نئم ۡطت ْا نماء نيذلٱ
٢٨
9
http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20170417145047-445-208082/tingginya-angka-putus-sekolah-di-indonesia/, diakses tgl 30 Mei 2017, Pukul 22:44 WIB
7
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28).12
berzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari berbagai
kerisauan, kegundahan, kekesalan, dan goncangan. Dengan berzikir kepada
Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan, penyesalan, dan kesedihan
akan sirna. Bahkan dengan zikir kepada-Nya segunung tumpukan beban
kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendiinya. Semakin
banyak mengingat kepada Allah, pikiran akan semakin terbuka, hati semakin
tenteram, jiwa semakin bahagia dan nurani semakin damai sentosa. Itu karena
mengingat Allah terkandung nila – nilai ketawakkalan kepada-Nya,
kepasrahan kepada-Nya berbaik sangka kepada-Nya dan pengharapan
kebahagiaan dari-Nya. Dia senantiasa dekat ketika si hamba berdo’a kepada
-Nya, senantiasa mendengar ketika diminta, dan senantiasa mengabulkan jika
dimohon.13
Setelah melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
sebuah judul: “Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan
Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus
Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
12 Kementerian Agama RI, Syaamil Quran Terjemah Tafsir Per Kata (Bandung: Syaamil,
2007), Hal: 252
13‘Aidh al-Qarni, La Tahzan Jangan Bersedih!. Terjemahan Samson Rahman (Jakarta: Qisthi
8
1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir
Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan
Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya?
2. Bagaimanakah Hasil Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir
Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan
Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Proses Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi
Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani
Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1
Surabaya.
2. Untuk Mengetahui Hasil Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi
Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani
Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1
Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan di dapatkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
9
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru
dalam pengembangan teori dan kontribusi dalam ilmu Bimbingan dan
Konseling Islam.
2. Aspek Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu untuk menangani Kecemasan
Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya.
b. Mampu menambah wawasan baru bagi Konselor sendiri, Staff
Pengurus, dan Para Tahanan yang ada di lingkungan Rutan Kelas 1
Surabaya.
c. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber rujukan dan pijakan
munculnya penelitian – penelitian selanjutnya yang masih berkaitan
dengan penelitian ini, agar materi yang dikaji menjadi lebih sempurna
dan lengkap.
E. Definisi Konsep
1. Terapi Dzikir
Pengertian Terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Pengobatan, Penyembuhan, Usaha untuk memulihkan kesehatan orang
yang sedang sakit (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005).14 Selanjutnya
dalam Kamus Lengkap Psikologi kata Therapy berarti “suatu perlakuan
dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi
10
patologis.”15 Sedangkan menurut Kartono Kartini mengatakan “Terapi
ialah metode penyembuhan dari gangguan –gangguan kejiwaan.”16
Dzikir berasal dari kata dzikir/dzakara, artinya mengingat,
memerhatikan, mengenang, sambil mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti. Dzikir berarti pula ingat terhadap hukum – hukum Allah SWT.
Dzikir juga bermakna mengambil pelajaran / peringatan. Juga
mempunyai arti meneliti proses alam.17 Al-Qur’an memberi petunjuk
bahwa Dzikir bukan hanya ekspresi daya ingat yang ditampilkan dengan
komat – kamitnya lidah sambil duduk merenung, tetapi lebih dari itu.
dzikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan
kreatif. Al-qur’an menjelaskan bahwa dzikir berarti membangkitkan daya
ingat dan kesadaran.18
2. Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah
Dzikir dengan Lisan, dilakukan dengan mengucapkan Kalimat –
kalimat Dzikir, baik dengan suara jelas (Jahar), atau samar, kalimat yang
dicontohkan yaitu Kalimat Thoyyibah (subhanallah, walhamdulillah, wa
laailaaha illaalah, wallaahu akbar).19
Ketika efek – efek baik dari dzikir keras timbul dalam diri dzakir,
yakni api kerinduan pada Allah tersulut dan nama Allah membuat
15 Chaplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1995), Hal. 34
16 Agus Santoso, dkk., Terapi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), Hal: 6. 17 Amin Syukur & Fatimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: PENERBIT AIRLANGGA,
2012), Hal: 59
18Ibid.
11
hatinya bahagia, serta bisikan – bisikan jahat dan perasaan munafik
sepenuhnya menjadi hilang atau berkurang sama sekali.20 Dalam
kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga dari
datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al’Arof
ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia
melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”.Ayat ini menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar
menjadi ingkar terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat
arah; 1. Depan, 2. Belakang, 3. Kanan, 4. Kiri. Maka, dzikirnya pun
harus menutup empat arah. Dalam kitab Tanwirul Qulub: ucapkan
kalimat “LAA”dengan diarahkan dari bawah pusat tarik sampai otak hal
ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah depan dan
belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan mengganggu
otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu suuddzon.
Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan kalimat
“HA”diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini untuk
menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan
“ILLALLAH”diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya,
hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari arah kiri, namun
lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras
ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari, karena disanalah letaknya
20 Mir Valiuddin, Dzikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
12
jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana pendapat Imam
Al-ghozali.21
3. Kecemasan Putus Sekolah
Cemas adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang merasa
lemah sehingga dia kurang mampu bersikap dan berpikir secara rasional
sesuai dengan kenyataan. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang
bersifat umum, dimana seseorang merasa takut dan kehilangan rasa
percaya diri yang terkadang tidak jelas penyebabnya.22 Menurut W. Baily, Kecemasan adalah perasaan takut yang kuat dan tidak realistik
yang dibarengi oleh tanda – tanda penderitaan psikologis yang terlihat
pada fisik seseorang (detak jantung, keringat, kegelisahan yang semakin
meningkat).23
Secara khusus, kecemasan timbul dikarenakan dua faktor yang
paling dominan, yaitu:
a) Pengalaman negatif masa lalu,
b) Pikiran yang tidak rasional.
Secara umum, faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya
kecemasan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi tingkat religiusitas yang rendah, rasa spesimis, takut gagal,
21 https://ikhwansuryalaya.wordpress.com/2009/06/25/rahasia-dibalik-dzikir-jahar/, diakses
hari senin, 29 Mei 2017, pukul 00:54 WIB.
22 Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Psikologi Abnormal (Bandung: PT Refika Aditama,
2005), Hal: 67
13
pengalaman negatif masa lalu, dan pikiran – pikiran tidak rasional.
Sementara eksternal seperti kurangnya dukungan sosial.24
Putus sekolah adalah kondisi dimana seseorang tidak mendapatkan
lagi proses belajar mengajar disekolah oleh sebab – sebab tertentu.
Gunawan (2010:71) menyatakan bahwa “putus sekolah merupakan
predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat
melanjutkan studinya kejenjang pendidikan berikutnya”.25
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami
keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang
anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak.26
4. Tahanan Anak
Tahanan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah orang
yang ditahan karena dituduh melakukan tindak pidana atau kejahatan.27 Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam rutan.28 Tahanan adalah seorang yang berada dalam penahanan. Berdasarkan
Pasal 19 PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang –
24 M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – Teori Psikologi, (Yogyakarta: AR-Ruzz
Media, 2014), Hal: 147
25 https://www.academia.edu/30469743/TINGGINYA_ANGKA_ANAK_PUTUS_SEKOLAH,
diakses hari kamis 01 Juni 2017, pukul 20:11 WIB
26 F.b Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, Cet I ( Jakarta: Komputindo, 2008), hal. 58 27 https://jagokata.com/arti-kata
28 Iwan Pramono,dkk., Pola Pembinaan Kepribadian Narapidana Bagi Petugas di Lapas /
14
Undang Hukum Acara Pidana, Tahanan yang masih dalam proses
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan negeri,
pengadilan tinggi, dan Mahkamah Agung ditempatkan di dalam rumah
tahanan.29
Istilah anak nakal yang terdapat dalam Undang – Undang Pengadilan
Anak, dalam Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak tidak
digunakan lagi. Peristilahan disesuaikan dengan Undang – Undang
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, istilah
anak nakal diganti menjadi Anak yang berhadapan dengan hukum yang
selanjutnya disebut Anak adalah orang yang telah berumur 12 (dua belas)
tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun, yang diduga
melakukan tindak pidana.30
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Tohirin dalam bukunya
“Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan
konseling)”, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat di amati31.
29 https://ludyhimawan.wordpress.com/2012/11/17/tahanan-dan-narapidana/, diakses hari
selasa, tgl 14 Maret 2017, pukul 15:18 wib
30
Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama, 2013), hal. 166
31 Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling),
15
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara
intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, institusi atau
gejala-gejala tertentu.32 Dalam studi kasus, peneliti mencoba untuk
mencermati individu atau satu unit secara mendalam.
Tujuan penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif
latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial:
individu, kelompok, sosial, masyarakat.33
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara mendalam Tehnik
yang diajukan dengan cara mempraktikkan pendekatan Terapi Islam dengan
Zikir untuk menangani masalah kecemasan menghadapi masa depan diri
seorang tahanan anak, Jadi perlu dilakukan secara mendalam dan intensif.
2. Subjek dan Lokasi Penelitian
Sehubungan dengan penelitian yang sifatnya studi kasus, yang hanya
melibatkan satu orang, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan
sampel atau populasi. Jadi, hanya berdasarkan atas pengenalan diri konseli
dengan cara mempelajari dan mendalami perkembangan konseli secara
terperinci dan mendalam. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah:
a. Konseli
Adalah Seorang Tahanan Anak yang terkena kasus di Rutan Klas 1
Surabaya yamg mengalami masalah kecemasan putus sekolah, untuk
32 Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 20
33 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998),
16
menanganinya dengan menggunakan pendekatan Terapi Dzikir Jahar
Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah.
b. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah Teman Dekat Tahanan
Konseli, Kepala Kamar Tahanan Anak Blok i, dan Keluarga Konseli
yang bisa membantu untuk mendapatkan data - data yang berkaitan
dengan diri konseli. Sedangkan lokasi penelitian ini, penulis memilih
tempat di Rutan Kelas 1 Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Penelitian ini adalah penelitian kasus yang sifatnya adalah
terhadap suatu masalah penelitian, maka jenis data yang digunakan
adalah data yang bersifat non statistik dimana data yang akan
diperoleh nantinya dalam bentuk verbal bukan angka. Jenis data pada
penelitian ini adalah:
1) Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancarai merupakan
data utama. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pencatatan
sumber data utama melalui pengamatan, wawancara dengan orang
yang berperan dalam penelitian, misalnya konseli, Teman Dekat
Tahanan Konseli, Kepala Kamar Tahanan Anak Blok i, dan Keluarga
17
Peneliti menulis semua kata - kata dan tindakan konseli yang
dirasa sangat penting dari para informan dari kehidupan sehari - hari
yang kemudian diproses sehingga menjadi data yang akurat.
2) Sumber Tertulis
Sumber tertulis merupakan sumber kedua yang tidak dapat
diabaikan bila dilihat dari segi sumber data. Bahkan tambahan data
dari sumber tertulis bisa dokumentasi tentang konseli yang berupa
identitas konseli secara lengkap dan dokumentasi tentang lembaga.
Dalam hal ini sumber tertulis yang peneliti gunakan adalah hasil
pertemuan dengan konseli dan hasil wawancara dengan Teman Dekat
Tahanan Konseli, Kepala Kamar Tahanan Anak Blok i, dan Keluarga
Konseli.
b. Sumber Data
Untuk mendapatkan keterangan sumber tertulis, peneliti
mendapatkannya dari sumber data. Adapun sumber data dari penelitian
ini dibagi menjadi dua yaitu:
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya.34
Dalam penelitian ini, sumber data primer yang ada adalah
Seorang Tahanan Anak di Rutas Kelas 1 Surabaya.
34 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Media Grafika, 2004),
18
2) Sumber Data Sekunder
Adalah informasi yang telah dikumpulkan dari pihak lain. Dan
yang menjadi sumber data sekundernya yaitu meliputi orang-orang
dekat konseli yang dalam hal ini yaitu Teman Dekat Tahanan Konseli,
Kepala Kamar Tahanan Anak Blok i, dan Keluarga Konseli.
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga tahapan dalam
penelitian, diantaranya: tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan
tahapanalisa data. Untuk lebih jelasnya peneliti akan menguraikan tiap-tiap
tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Pra Lapangan
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Untuk menyusun rancangan penelitian, terlebih dahulu peneliti
akan memahami Teori dan Praktik dari Pendekatan Terapi Islam
dengan Zikir lalu peneliti membaca fenomena yang ada di lingkungan
yang akan dijadikan objek penelitian dan memilih satu penelitian
tentang Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan
Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak
Yang Putus Sekolah. Setelah itu, peneliti akan membuat latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi
konsep dan membuat rancangan data – data yang peneliti perlukan.
19
Dalam hal ini, peneliti memilih lapangan penelitian di Rutan
Kelas 1 Surabaya.
3) Mengurus Perizinan
Surat izin untuk penelitian dibuat secara tertulis dan ditujukan
kepada Kanwil Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Depkumham) Jawa Timur dan Rumah Tahanan Kelas 1 Surabaya.
4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
Peneliti akan mengenali keadaan yang sesuai dengan keadaan di
lapangan serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan di
lapangan, kemudian peneliti mulai mengumpulkan data yang ada di
lapangan.
5) Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang kasus
tersebut. Informan dalam penelitian tersebut adalah YL yang
merupakan seorang Tahanan anak yang mengalami kecemasan putus
sekolah di Ruang Tahanan Kamar Blok i Rutan.
6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Dalam perlengkapan penelitian, peneliti menyiapkan izin
penelitian, pedoman wawancara, alat tulis, buku tulis, alat perekam,
kamera dan sebagainya. Itu semua bertujuan untuk mendapatkan
deskripsi data dan sebagainya.
20
Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga
bagian yaitu, peneliti memahami situasi dan kondisi penelitian,
mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan dan berperan serta
sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. Saat memasuki
lapangan, peneliti menjalin hubungan baik dengan subjek – subjek
penelitian sehingga akan memudahkan untuk mengumpulkan data. Dan
peneliti menindaklanjuti serta memperdalam pokok permasalahan yang
dapat di teliti dengan cara mengumpulkan data - data hasil wawancara
dan observasi yang telah dilakukan.
Informan dalam penelitian ini adalah Teman Dekat Tahanan
Konseli, Kepala Kamar Tahanan Anak Blok i, dan Keluarga Konseli
yang bisa membantu untuk mendapatkan data - data yang terkait dengan
konseling dan juga melibatkan anak yang bermasalah tersebut.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, peneliti menganalisa data yang telah didapatkan
dari lapangan yakni dengan menggambarkan atau menguraikan masalah
yang ada sesuai dengan kenyataan. Analisis data mencakup menguji,
menyeleksi, menyortir, mengategorikan, mengevaluasi, membandingkan,
dan merenungkan data yang telah di rekam, juga meninjau kembali data
mentah dan terekam.35 Semua ini dilakukan oleh peneliti guna menghasilkan pemahaman terhadap data.
5. Teknik Pengumpulan Data
35 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshuri, Metodologi Penelitian Kualitatif,
21
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Teknik ini dibutuhkan dalam penelitian
untuk dapat memudahkan dalam memperoleh data yang berhubungan
dengan masalah penelitian yang ingin selesaikan. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara atau interview yaitu cara menghimpun data dengan
jalan bercakap-cakap, berhadapan langsung dengan pihak yang akan
dimintai pendapat, pendirian atau keterangan.36 Seperti yang telah
dikemukakan oleh Muh. Nazir dalam bukunya “Metode Penelitian”
bahwa yang di maksud dengan wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil tatap
muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).37
Dalam medote ini, penulis mengadakan wawancara langsung
dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun data –
data yang diambil dari metode wawancara adalah identitas dan latar
belakang konseli, hasil proses pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan
Bacaan Laa Ilaaha Illallaah, dan semua data yang terkait dengan subjek
penelitian.
b. Observasi
22
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala yang diselidiki. Observasi ini berfungsi untuk
memperoleh gambaran, pengetahuan serta pemahaman mengenai data
konseli dan untuk menunjang serta melengkapi bahan-bahan yang
diperoleh melalui wawancara.38
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
non partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan –
kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Peneliti hanya observasi segala
aspek yang ada pada konseli selama proses pertemuan dengan subjek
penelitian. Adapun data – data yang diambil dari metode observasi yaitu
usaha untuk menangani masalah kecemasan menghadapi masa depan diri
konseli untuk menjadi orang yang lebih baik, dan faktor – faktor yang
mempengaruhi adanya kecemasan putus sekolah pada diri konseli.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik yang dilakukan dengan mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, agenda, catatan harian dan sebagainya.39 Di mana teknik ini akan di pakai dalam mengumpulkan data tentang keadaan lokasi
penelitian, keadaan konseli, serta catatan-catatan konselor sewaktu
menjalankan konseling.
38 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hal. 153
39 Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asdi
23
Dalam hal ini bahan yang peneliti guanakan yaitu dokumen
berupa tulisan mengenai riwayat hukum subjek penelitian yang
bersangkutan dan dokumen atau arsip objek penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Di dalam pelaksanaan penelitian setelah data terkumpul, maka data
tersebut dianalisis dengan analisa deskriptif, yaitu dapat diartikan sebagai
pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan dan
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan pada
fakta - fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.40
7. Teknik Keabsahan Data
Agar penelitian dapat menjadi sebuah penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan, maka peneliti perlu untuk mengadakan pemikiran
keabsahan data yaitu:
a. Perpanjangan Penelitian
Yaitu lamanya peneliti pada penelitian dalam pengmpulan data
serta dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang dilakukan
dalam kurun waktu yang lebih panjang.
Lamanya peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Lamanya peneliti tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang
singkat,tetapi memerlukan perpanjangan penelitian.
b. Ketekunan Pengamatan
40 Hadari Nawawi, Dkk, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
24
Ketekunan pengamatan diharapkan sebagai upaya untuk
memahami pokok perilaku, situasi, kondisi, dan proses tertentu sebagai
pokok penelitian. Dengan kata lain, jika perpanjangan menyediakan data
yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman
data. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting
dalam pemeriksaan keabsahan data.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Jadi, triangulasi berarti cara
terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan
yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang
berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.41
G. Sistematika Pembahasan
Tujuan Sistematika Pembahasan turut serta ditulis dalam proposal ini
adalah semata - mata untuk mempermudah pembaca agar lebih cepat
mengetahui tentang gambaran penulisan proposal penelitian ini.
Adapun sistematika pembahasan penelitian mendatang adalah sebagai
berikut:
BAB I
:
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode
41 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: Remaja
25
penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, sasaran dan lokasi
penelitianjenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pemeriksaan
keabsahan data), sistematika pembahasan.
BAB II
:
Menjelaskan tentang kajian teoritik, yang meliputi: Strategi
Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha
Illallaah (pengertian Terapi Dzikir, pengertian Dzikir Jahar
Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah, tehnik – tehnik Dzikir
Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah, Strategi
Pendekatan Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah).
Selanjutnya membahas tentang Kecemasan Putus Sekolah
(pengertian kecemasan, faktor – faktor yang mempengaruhi
kecemasan, macam – macam kecemasan, pengertian
kecemasan Putus Sekolah). Selanjutnya membahas tentang
Seorang Tahanan Anak (Pengertian Tahanan, Pengertian Anak,
Pengertian seorang Tahanan Anak).
BAB III
:
Penyajian data yang menjelaskan tentang deskripsi umum
lokasi penelitian yang meliputi (deskripsi lokasi penelitian,
deskripsi konselor, deskripsi konseli, deskripsi masalah).
Selanjutnya menjelaskan tentang deskripsi hasil penelitian
meliputi (deskripsi proses pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan
Terapi Dzikir Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk
26
Rutan Kelas 1 Surabaya dan deskripsi hasil akhir Studi Kasus
Pendekatan Terapi Dzikir Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah
Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus
Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya).
BAB VI
:
Analisis data menjelaskan tentang analisis proses pelaksanaan
Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Dengan Bacaan Laa
Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak
Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya dan analisis
hasil akhir Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Dengan
Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Kecemasan
Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Dzikir
1. Pengertian Terapi
Terapi secara etimologi diambil dari bahasa Arab, yaitu shafa – yashfi – shifa’an, yang artinya pengobatan, mengobati, menyembuhkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi diartikan sebagai
suatu usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit atau dalam
pengobatan penyakit.1 Adapun dalam Kamus Lengkap Psikologi terapi
diartikan sebagai suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada
penyembuhan satu kondisi patologis.2
Secara terminologi, Kartini Kartono mendefinisikan terapi sebagai
metode penyembuhan dari gangguan – gangguan kejiwaan.3 Di dalam
al-Qur’an disebutkan al-shifa’ dalam makna terapi untuk pengobatan
psikologis, sebagaimana berikut :
ىده ر دصلٱ يف مل ٞءٓ ش ۡ كبر نم ٞ ظع ۡم ك ۡتءٓ ج ۡدق س نلٱ ي ٓ ي
نينم ۡمۡل ٞ م ۡحر
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S Yunus : 57).4
1 Jehru M Echal dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1994), hal. 112
2 Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 34
3 Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 4
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung : Jumanatul ‘Ali-Art,
28
Beberapa ahli tafsir memberikan pemaknaan yang berbeda terkait
term shifa’ (terapi) dalam ayat tersebut. Al-Qurtubi menafsirkan dua pandangan makna shifa’. Pertama, shifa’ sebagai terapi bagi jiwa yang menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup serta
dapat menyembuhkan jiwa yang sakit. Kedua, terapi yang dapat
menyembuhkan penyakit fisik baik dalam bentuk azimat maupun tangkal.
Sementara al-Thabathaba’i mengemukakan bahwa makna shifa’ dalam
al-Qur’an diartikan sebagai terapi ruhaniah yang dapat menyembuhkan
penyakit batin.5
2. Objek Kajian Terapi
Sasaran dan objek kajian dari Terapi adalah manusia secara utuh,
yakni yang berkaitan atau yang menyangkut dengan gangguan pada :
a. Spiritual
Spiritual berhubungan dengan ruh, semangat, jiwa, religius yang
berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan dan menyangkut
nilai – nilai transendental. Seperti, lemah keyakinan, nifak, fasiq, dan
kufur akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada Allah SWT.
b. Mental
Mental merupakan sesuatu yang bersifat metafisik yang ada
dalam diri manusia terbentuk dari pikiran, akal, ingatan atau proses
yang berasosiasi dengan pikiran, akal, dan ingatan.6
5 Muhammad Husain Al-Thabathaba’i, Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an, Jilid 13, (Teheran :
Dar Al-Kitab Al-Islamiyah, 1397), hal. 195
6 Chaplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT.
29
c. Moral
Moral merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia, yang daripadanya lahir perbuatan – perbuatan dengan mudah
tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian.7
Moral ataupun akhlak merupakan cerminan kondisi jiwa dan
spiritual. Moral muncul dan hadir secara spontanitas dan otomatis,
tidak dapat dibuat – buat ataupun direkayasa. Perbuatan dan tingkah
laku menyimpang dari norma – norma agama sering tidak disadari
sehingga membahayakan diri dan orang lain. Seperti, marah,
sembrono, dengki, dendam, prasangka buruk, pemalas dan
sebagainya.
d. Fisik
Fisik atau jasmani adalah bagian dari unsur pembentuk manusia
yang bisa ditangkap oleh pancaindera. Terapi untuk penyakit fisik
biasanya dilakukan kombinasi dengan terapi medis atau melalui ilmu
kedokteran pada umumnya. Dilakukan terapi Islam berhubungan
dengan suatu penyakit yang disebabkan karena dosa – dosa dan
kedurhakaan ataupun kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang.
3. Tujuan Terapi
Karakteristik seseorang yang berfungsi penuh dapat dideskripsikan,
bahwa individu mampu merasakan semua perasaannya, tanpa satupun
7
30
yang ditakuti. Individu mampu belajar dari pengalaman hidupnya secara
penuh, dan menggunakan perasaan dalam memandu tindakan.
Kecenderungan setiap individu untuk lebih mandiri dapat terbentuk
melalui kapasitas diri “capable of becoming”, yaitu bagaimana seseorang mampu menilai diri atau menjadi dirinya sendiri.8
Maka secara umum, tujuan terapi lebih banyak mengacu pada
bagaimana cara membantu individu agar dapat mengembangkan diri,
menumbuhkan perkembangan psikologis dan kematangan sosial.
Sehingga diciptakan kondisi individu sebagai berikut :
a. Passionate, meliputi: dapat menerima diri (accept), menikmati
(enjoy), memahami (understand), dan membuka diri (disclose the
self).
b. Productive, artinya menciptakan kondisi dan pribadi individu lebih
efisien, berdayaguna, adaptif, cerdas, kreatif, bermasayarakat dan
menarik.
c. Compassionate, adalah sebuah kondisi yang berhubungan langsung
dengan orang lain, dimana individu memiliki perasaan ramah
(altruistic), kasih sayang (loving), perhatian (caring), kepekaan
(sensitive), ikhlas membantu (genuinely helpful), dan selalu
berkembang (effective facilitators of growth).9
4. Pengertian Dzikir
8
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Monterey, California : Brooks/Cole Publishing Company Third Edition, 2007), hal. 173
31
Dzikir merupakan suatu ibadah yang mudah dan bisa dilakukan
setiap saat, dengan berdzikir akan membuktikan seseorang akan
kecintaannya kepada Allah karena selalu menyebutkan Asma – asmanya.
Seperti dalam bukunya Muhammad Arifin Ilham, ia menyebutkan ibadah
dzikir adalah ibadah yang bisa dilakukan dimanapun, kapanpun, dan
bagaimanapun.10
Dzikir berasal dari kata dzikir / dzakara, artinya mengingat,
memerhatikan, mengenang sambil mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti. Seringkali perilaku dzikir diperlihatkan orang hanya dalam
bentuk renungan sambil duduk berkomat – kamit. Namun pada dasarnya,
dzikir tidak hanya diucapkan dilisan akan tetapi lebih dari itu. Dzikir bersifat
implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif. Al-Qur’an
menjelaskan bahwa dzikir membangkitkan daya ingat dan kesadaran, ingat
akan hukum – hukum Allah SWT., mengambil pelajaran / peringatan dan
berarti pula meneliti proses alam. Dzikir membentuk akselerasi, dimulai
dari renungan, sikap, aktualisasi, sampai pada kegiatan proses alam. Semua
itu menghendaki terlibatnya dzikir tanpa boleh alpa sedikit pun dan
merupakan jaminan berakarnya ketenangan dalam diri. Apabila diri selalu
terhubung dalam ikatan ketuhanan, maka akan tertanam dalam diri
seseorang tersebut sifat – sifat ketuhanan yang berupa ilmu, hikmah, dan
iman.11
10Hasan bin Ahmad Hammam, “Obati Sakit Hatimu dengan Sedekah, Terjemahan oleh
Agus Suwandi”, (Solo: Zamzam, 2015), hal: 60 - 61 11
32
Dzikir dalam arti sempit yaitu menyebut asma – asma agung dalam
berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti yang luas, zikir mencakup
pengertian mengingat segala keagungan dan kasih sayang Allah yang telah
diberikan kepada kita sambil mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Dzikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa
yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata
sehingga mampu memberi sugesti penyembuhannya, melakukan zikir sama
nilainya dengan terapi relaksasi.12
Dzikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat – sifat-Nya.
Pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan zikirnya itu sendiri (dalam arti
sempit), melainkan meliputi segala bacaan, sholat ataupun perilaku
kebaikan lainnya sebagaimana diperintahkan dalam agama. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan do’a dan dzikir adalah suatu amalan
dalam bentuk kata – kata yang diucapkan secara lisan ataupun dalam hati
yang berisikan permohonan kepada Allah SWT dengan selalu mengingat
nama dan sifat-Nya.
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, do’a dan dzikir mengandung
unsur Psikoterapiutik yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah
pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi dan psikiatrik, karena
mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa
percaya diri dan optimisme.
33
Dzikir adalah bagian terpenting dalam penghambaan kita kepada
Allah. Bahkan bila digambarkan dengan banyaknya tulisan / teks zikir
tersebut di dalam Al-Qur’an, maka terdapat lebih dari tiga ratus kali.13 Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, maka yang termasuk pengertian
zikir adalah doa, membaca Al-Qur’an, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istigfar,
hauqalah (laa hula wala quwwata illa billah) dan lafaz zikir lainnya. Dalam
pelaksanaannya, ada zikir yang menyatu dengan ibadah lainnya. Seperti
dalam ibadah sholat dan ibadah haji. Ada pula zikir yang terkait dengan
ibadah – ibadah tersebut.
5. Dasar Hukum Dzikir
Dzikir atau mengingat Allah adalah sebaik – baiknya ibadah. Hal ini
sesuai dengan firman-Nya,
ۡعي ّٱ ۗرب ۡكأ ّٱ ر ۡكذل ۗركنمۡلٱ ءٓ ش ۡح ۡلٱ نع ۡنت ة صلٱ نإ ....
م
ن عن ۡصت
“...Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Ankabuut: 45)Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk mengingat
Allah, baik dengan takbir, tahlil, tahmid, syukur, pembacaan surah
al-Fatihah, pembacaan ayat yang mudah dalam al-Qur’an dalam setiap shalat,
ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, shalawat kepada Rasulullah dan
juga salam. Setelahnya disambung lagi dengan istighfar, tasbih, tahmid,
takbir dan juga do’a kepada Allah. Hal ini sejalan dengan firman-Nya,
13
34
بر ّ يت مم ي ۡحم يكسن يتَص نإ ۡلق
نيم عۡلٱ
٢
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (al-An’aam: 162)14
ب قۡلٱ نئم ۡطت ّٱ ر ۡكذب َأ ّۗٱ ر ۡكذب ب ق نئم ۡطت ْا نماء نيذلٱ
٢٨
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)15
Dzikir berarti pula ingatan akan hukum – hukum Allah:
ءٓ ش ۡح ۡلٱ نع ۡني ب ۡرقۡلٱ ذ ٓ تيإ ن س ۡح ۡۡٱ ل ۡدعۡلٱب رمۡي ّٱ نإ۞
كذت ۡ ك عل ۡ كظعي ۚي ۡغبۡلٱ ركنمۡلٱ
ن ر
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl 16: 90)
Dzikir juga berarti mengambil pelajaran atau peringatan:
ركذي م ۗاريثك ار ۡيخ يت أ ۡدقف م ۡكحۡلٱ ۡي نم ۚءٓ شي نم م ۡكحۡلٱ يت ۡي
ب بۡل ۡۡٱ ْا ل ْ أ َٓإ
٢
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al
Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang – orang yang berakal (ulul albab).” (QS. Al-Baqarah 2: 269)
Dzikir berarti meneliti proses alam:
ب بۡل ۡۡٱ يل ْ ۡ يٓۡ ر نلٱ ل ۡيلٱ ف ت ۡخٱ ض ۡر ۡۡٱ مسلٱ ۡخ يف نإ
ۡخ يف ن رك تي ۡ ب نج ع اد عق م يق ّٱ ن رك ۡذي نيذلٱ
ر نلٱ باذع نقف ن ح ۡبس َط ب اذ ه ۡق خ م نبر ض ۡر ۡۡٱ مسلٱ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
14 Agus Santoso, dkk., Terapi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hal. 179 15
35
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS. Ali-Imran 3: 190 - 191)16
6. Klasifikasi Bacaan Dzikir
Terkait dengan bacaan – bacaan zikir yang sangat baik untuk kita
amalkan dan yang pernah Rasul ajarkan (ma’tsur) diantaranya seperti, bacaan atau lafal “Al-Baqiyyatu Ash-shalihah” yakni “Subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illallahu wallahu akbar wa lahawla wa la quwwata
illa billahil aliyyul azhim” (Artinya: Maha suci Allah dan segala puji
bagi-Nya, tiada Tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Dan tiada daya dan
kekuatan selain dengan (izin) Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung).
Dengan lebih terperinci bacaan atau lafal “Al-Bayyinatu
Ash-Shalihah” ini terdiri atas lima bacaan dzikir yang sangat baik dan utama,
yakni:
a. Bacaan Tasbih,
b. Bacaan Tahmid,
c. Bacaan Takbir,
d. Bacaan Tahlil,
e. Bacaan Al-Hauqalah.
Selain lafal atau bacaan “Al-Bayyinatu Ash-Shalihah”, Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada kita bacaan lain yang baik dan dianjurkan
untuk kita amalkan sebagai media untuk mengingat dan mendekatkan diri
(bertaqarrub) kepada Allah, diantaranya adalah:
16
36
a. Bacaan “Istighfar” b. Bacaan “Basmalah”
c. Bacaan “Isti’adzah” atau “Ta’awwudz” d. Bacaan “Hasbalah”
e. Bacaan “Asma’ul Husna”
f. Berdo’a (memanjatkan permohonan) kepada Allah SWT.17 7. Model Dzikir
a. Dzikir Djahar / Lisan
yang diperintahkan Allah SWT dapat dilakukan dengan qauly, yakni
dengan mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, dan sebagainya. Dengan
kata lain zikir dengan menyebut nama Allah dan sifat-Nya.18 b. Dzikir Khofi / Sirr / Qalbu
Model Dzikir yang kedua ialah zikir sirr atau zikir qalbi, yaitu berzikir
tanpa suara hanya difokuskan di dada sebelah kiri (kalbu), misalnya
merasakan ismudz dzat: “Allah”.19 c. Dzikir Fi’liy / Amaly
Dzikir yang ketiga ialah dzikr fi’liy (aktivitas sosial), yakni berzikir dengan melakukan kegiatan praktis, amal saleh, dan menginfakkan
sebagian harta untuk kepentingan sosial, melakukan hal – hal yang
berguna bagi pembangunan bangsa dan negara serta agama.20
17
Arifin dan Yusuf Mansur, Membuka Pintu Rahmat dengan Zikir Mun ajat, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2009), hal. 142 - 143
18M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 60
19Ibid, hal. 62 20
37
8. Manfaat Dzikir
Ibnu Qayyim menuturkan, “Dzikir memiliki lebih dari seratus
manfaat yang membuat Allah ridha, mengusir setan memberikan wibawa
dan kenikmatan, mendatangkan cinta Allah yang merupakan spirit Islam.”21
Dzikir mempunyai manfaat yang besar, terutama dalam dunia
modern seperti sekarang ini. Manfaat itu antara lain:
a. Memantapkan iman
Kemajuan yang telah dicapai oleh manusia, khususnya dalam
bidang iptek telah membawa mereka mencapai berbagai kemudahan,
namun di sisi lain menimbulkan berbagai dampak yang tidak sesuai
dengan nilai – nilai kemanusiaan. Bersamaan dengan itu timbul sikap
ingin serba cepat, enak, dan mudah. Yang menjadi ukuran dan
pandangannya ialah yang bersifat materiil.
Pada saat yang demikian, diperlukan suatu keseimbangan hidup
dan pembimbing ke arah jalan yang lurus, yakni zikir, sebab zikir
berarti ingat kepada kekuasaan-Nya.22 b. Energi Akhlak
Pada saat seperti ini, zikir (sebagaimana yang dapat
menumbuhkan iman tadi, dapat pula menjadi sumber energi akhlak.
Zikir demikian ini, tidak hanya zikir substansial, namun zikir
fungsional. Zikir kedua ini bisa dipahami dari hadis Rasulullah SAW:
21
Musthafa Syaikh Ibrahim Haqiqi, Karomah Ahli Dzikir, (Waringinrejo: Zam-Zam, 2013), hal. 187
22
38
“Tumbuhkan dalam dirimu sifat – sifat (akhlak) Allah sesuai dengan
kemampuan manusia. Beperilakulah dengan “akhlak” Allah semampumu.” (al-Hadis).
Dengan demikian, betapa pentingnya mengetahui (ma’rifat) dan mengingat (zikir) Allah, baik terhadap nama – nama maupun sifat –
sifat-Nya, kemudian maknanya ditumbuhkan dalam diri secara aktif.
Karena sesungguhnya iman adalah keyakinan dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan direalisasikan dalam amal perbuatan.23
c. Terhindar dari Bahaya
Dalam kehidupan ini, khususnya kehidupan zaman modern,
seseorang tak bisa terlepas dari kemungkinan datangnya bahaya. Ingat
kepada Allah, yang berarti konsentrasi terhadap ketentuan-Nya, ia akan
serius dalam melakukan sesuatu, maka secara otomatis ia akan
terhindar dari bahaya. Terjadinya musibah pada diri seseorang
dikarenakan lengah terhadap hukum alam dan menyimpang dari
sunatullah.
Tentang hal ini, kita dapat mengambil pelajaran dari peristiwa
Nabi Yunus AS yang tertelan ikan. Pada saat seperti itu dia masih
mampu mengendalikan diri dan sadar diri, sambil tetap mengingat
(berzikir) kepada Allah. Dengan doa dan zikir itu, dia dapat keluar dari
perut ikan.24 d. Terapi Jiwa
23
M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 66
39
Dalam kenyataannya, filsafat rasionalitas tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai transendental.
Manusia mengalami kehampaan spiritual, yang mengakibatkan
munculnya gangguan kejiwaan. Islam sebagai agama yang membawa
rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin), menawarkan suatu konsep dikembangkannya nilai – nilai ilahiah dalam batin seseorang.
Shalat misalnya, yang di dalamnya penuh dengan do’a dan zikir, dapat
dipandang sebagai malja’ (tempat berlindung) di tengah – tengah badai kehidupan modern, liqa’ (bertemu), mi’raj (naik), dan shilatun (tersambung) dengan Allah SWT. Inilah misi islam, yaitu menyejukkan
hati manusia (QS. ar-Ra’d 13: 28).
Selain itu, zikir memiliki fungsi yang bermacam – macam,
khususnya bagi kita yang hidup di zaman modern sekarang ini. Zikir
akan mendatangkan manfaat bagi kita, antara lain mendatangkan
kebahagiaan (QS. al-Anfal 8: 45), menenteramkan jiwa (QS. ar-Ra’d
13: 28), obat penyakit hati (QS. Yunus 10: 57) dan sebagainya.25 9. Waktu, Adab dan Tatakrama dalam Zikir
Dan diantara waktu yang paling baik untuk berzikir kepada Allah
adalah:
1) Waktu yang Utama untuk Zikir
a. Dzikir Setelah Menjalankan Ibadah Sholat
40
Diantara waktu yang sangat baik dan dianjurkan untuk
mengingat Allah adalah setelah menjalankan ibadah sholat, baik sholat
wajib maupun sholat sunnah. Mengingat Allah setelah atau mengiringi
ibadah sholat adalah amalan qauliyah yang senantiasa dilakukan
Rasulullah SAW sepanjang hidupnya. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dari Warrad, salah seorang bekas hamba Al-Mughirah bin
Syu’bah berkata: bahwa Al-Mughirah bin Syu’bah telah menulis surat
kepada Muawi