SKRIPSI
Oleh:
ILMIYAH NINGSIH NIM. D01212019
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
ILMIYAH NINGSIH NIM. D01212019
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
vii
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Key word: Konsep Humanistik, Pendidikan Akhlak, Paguyuban Sumarah, Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah Sidoarjo.
Pembimbing: Prof. Dr. H. Ali Mas’ud, M.Ag. M.Pd.I
Indonesia merupakan salah satu negeri plural; yang diwarnai dengan banyak sekali budaya, suku, etnis, juga agama. Keanekaragaman ini selain menjadi kekayaan khazanah nusantara, juga menjadi pemicu lahirnya berbagai macam organisasi. Salah satu diantaranya adalah organisasi kebudayaan, seperti Paguyuban Sumarah. Paguyuban Sumarah merupakan organisasi kebudayaan yang berupaya menyatukan dan memberi wadah demi terciptanya kerukunan antar umat beragama untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Paguyuban sumarah juga merupakan salah satu organisasi kebudayaan yang memiliki pengaruh kuat terhadap masyarakat, khususnya masyarakat yang memeluk agama Islam. Karenanya, menjadi hal yang menarik untuk dibahas mengingat bahwa paguyuban sumarah adalah organisasi kebudayaan yang menyatukan antar berbagai umat beragama dan didominasi oleh masyaratak yang beragama Islam.
Paguyuban Sumarah yang terletak di Perum. Deltasari Indah Sidoarjo merupakan kantor sekretariat kepengurusan DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur. Saat ini, Paguyuban Sumarah sudah berkembang di 18 DPC dengan anggota sebanyak ± 800 orang. Dan 90% dari anggotanya adalah masyarakat yang beragama Islam.
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan kegiatan dari paguyuban sumarah yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang obyek dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam penelitian ini menggunakan teknik interview, observasi dan dokumentasi.
Dari penelitian yang dilakukan. mengahsilkan kesimpulan bahwa meskipun ada kemiripan antara konsep humanistik dalam paguyuban sumarah dengan pendidikan akhlak, maka tetap tidak dianggap relevan jika tidak sesuai dan memenuhi apa yang telah terpapar dalam dasar dan prinsip keIslaman (Al-Qur’an dan Al-Hadits) . Karena Nabi Muhammad SAW telah bersabda: “Aku tinggalkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Humanistik dapat dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang
berhubungan dengan kemanusiaan.1 Humanistik berasal dari kata human yang
berarti manusia. Ahmad Tafsir mengutip pendapat Immanuel Kant tentang
manusia, Immanuel Kant mengatakan bahwa manusia adalah makhluk
rasional yang bebas bertindak berdasarkan pada moral, dan bukan hanya
untuk dirinya sendiri,2 malainkan juga untuk orang lain. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia
dan rasa kemanusiaan merupakan hal yang seharusnya tidak dapat dipisahkan.
Namun, terkadang fakta yang berada dipapan tidak sejalan dengan teori yang
ada. Oleh karena itu lah humanistik hadir untuk kembali memanusiakan
manusia. Karenanya, humanistik menjadi penting dan menarik untuk dibahas.
Dalam hubungannya secara sosial, terkandung suatu makna tersirat
bahwa manusia tidak bisa lepas (bergantung) dari manusia lain. Secara fitrah
manusia akan selalu hidup dalam kebersamaan. Kehidupan bersama antar
manusia berlangsung dalam beragam interaksi, baik interaksi dengan
1
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 234.
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan Tuhannya.
Karenanya, peraturan dan konsep pendidikan yang membahas tentang tatacara
besosialisasi pun menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji secara
mendalam.
Untuk menghasilkan output yang baik, pendidikan dirancang,
diupayakan dan dievaluasi dengan sedemikian rupa demi mewujudkan hasil
dari tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan. Sehubungan dengan tujuan
tersebut, Zakiah Darajat mengemukakan tujuan mulia pendidikan Islam
adalah diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan
masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan
ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia
sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam
semesta ini untuk kepentingan hidup didunia kini dan diakhirat nanti.3
Marimba menjelaskan tujuan akhir dari pendidikan Islam ialah terbentuknya
kepribadian Muslim. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mencapai
tujuan tersebut. Pendidikan dapat diusahakan oleh manusia tetapi penilai
tertinggi mengenai hasilnya adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa Pendidikan Akhlak berpegang
teguh pada prinsip-prinsip pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,
akhlak dan keterampilannya. Karena itu pendidikan Islam menyiapkan
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan
menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya.4
Sejalan dengan konsep dan tujuan pendidikan islam dalam
pembentukan kepribadian, terdapat sekumpulan masyarakat jawa yang
berkepribadian yang sangat baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan islam.
Yaitu kelompok atau yang dalam masyarakat jawa lebih dikenal dengan
istilah Paguyuban yang tergabung dalam aliran kebatinan. Atau yang
sekarang lebih dikenal dengan istilah Aliran Kepercayaan dan Kebatinan.
Aliran kebatinan dan kepercayaan ini memiliki wujud secara konkrit di
tengah-tengah masyarakat dalam beragaimacam organisasi.5
Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal paham kebatinan.
Akan tetapi karena tidak adanya literatur sejarah yang mencatat tentang asal
muasal aliran kebatinan jawa, maka tidak dapat diketahui secara pasti kapan
dan dimana aliran kebatinan ini mulai muncul. Aliran kebatinan jawa terus
berkembang dikalangan masyarakat Indonesia. Dewasa ini, aliran kebatinan
kejawen telah bercampur dengan paham ajaran Islam, Hindu, Budha
4
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi ditengah Milenium III,
(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 6
5
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, (Semarang: Aneka Ilmu, 1999),
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
(pengaruh Brahmanisme dan Budhisme), juga bercampur dengan ajaran
agama Kristen.6
Islam merupakan sebuah agama yang mendominasi masyarakat
Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Akan tetapi, jika di lihat dan di cermati
secara mendalam maka sebenarnya fakta riil yang berada dimasyarakat jawa
adalah fakta bahwa Islam hanya merupakan sebuah warna yang mendominasi
masyarakat jawa. Sebab, yang benar-benar menjalankan ibadah hanya
minoritas saja. Bahkan ada pula yang secara jelas dan terang-terangan
menyatakan bahwa dirinya menganut paham islam abangan, yang berarti
bahwa dia berpaham Islam yang berada dalam batas pengakuan saja. Namun,
kenyataan dilapangan menyatakan bahwa masyarajat islam dan abangan atau
pun yang santri (rajin beribadah) pada umumnya juga masih banyak yang
mengikuti nalurinya untuk mengikuti tradisi leluhurnya (kakek moyangnya).
Seperti membakar kemenyan diacarara ritual keagamaan, memberikan sesajen
di tempat bertuah atau yang dianggap angker, pengkramatan sebuah kuburan,
dan sebagainya. Demikian ini yang dalam masyarakat disebut sebagai Islam
Kejawen.7
Para sejarawan atau yang biasa disebut dengan kaum antropolog
memandang bahwa aliran kebatinan sebagai salah satu varian dari agama
6 Ma’ruf Al
-Payamani, Islam dan Kebatinan, Studi Kritis Tentang Perbandingan Filsafat
Jawa dan Tasawuf, (Solo: CV. Ramadhani,1992), hlm. 219
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Islam. Sepertihalnya Koentjoroningrat yang membagi perwujudan Islam di
Jawa kedalam dua Varian, yaitu agama Islam Jawa (kejawen yang sinkretis,
yang menyatukan unsur-unsur agama hindu, pra-hindu, dan islam. Juga agama
islam yang puritan (santri) yang taat dan rajin mengikuti ajaran agama Islam.8
Kebatinan merupakan hasil karya dari pemikiran dan angan-angan
manusia yang menimbulkan suatu aliran kepercayaan dalam dada
penganutnya dengan membawakan ritus tertentu, bertujuan untuk mengetahui
hal-hal ghaib, bahkan untuk mencapai taraf persekutuan dengan apa yang
mereka anggap Tuhan dalam perenungan batinnya, sehingga dengan demikian
dapat mencapai budi luhur untuk kesempurnaan hidup kini dan mendatang
sesuai dengan konsepsi individu.9
Aliran kebatinan juga merupakan suatu organisasi yang mengajarkan
dan mendidik ketat anggotanya untuk berbudi luhur, berdasarkan cipta, rasa
dan karsa manusia. Sepertihalnya Paguyuban Sumarah, paguyuban Sumarah
menyelipkan konsep humanistiknya dalam dua ajaran, yaitu ajaran etika hidup
sumarah dan ajaran tentang budi luhur. Dan begitu pula dalam pendidikan
agama Islam, Islam juga mendidik dan mengajarkan para penganutnya untuk
berbudi pekerti yang baik atau yang dalam ajaran agama Islam biasa dikenal
dengan istilah Akhlaqul Karimah. Sebagaimana Muhammad Athiyah
8
Simuh, Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islami Ke Mistik Jawa, (Yogyakarta:
Yayasan Bentang Budaya, 1996), hlm. 58
9
Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan, (Surabaya: Pustaka Progresif,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Abrasyi yang menyatakan bahwa budi pekerti dan akhlak adalah Ruh (jiwa)
pendidikan Islam, dan pencapaian akhlak yang sempurna adalah tujuan
pendidikan Islam.10 Dalam pembahasan tentang keindahan dan keagungan
budi pekerti masyarakat jawa dan masyarakat Islam, terdapat banyak sekali
kesesuaian meski sebenarnya latar belakang dari masyarakat jawa tersebut
bukan merupakan suatu perkumpulan (paguyuban) yang hanya berlandaskan
pada poros dan dasar-dasar dalam islam saja.
Berangkat dari persamaan tersebut, juga karena banyaknya masyarakat
yang mengikuti Paguyuban sumarah, khususnya masyarakat yang beragama
Islam, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai konsep
humanistik paguyuban sumarah, pendidikan akhlak, dan bagaimana relevansi
konsep humanistik dengan pendidikan akhlak pada paguyuban sumarah
khususnya paguyuban sumarah yang menjadi pusat kepemimpinan paguyuban
sumarah provinsi Jawa Timur yang bersekretariat di Perum. Deltasari Indah
BQ-40, Waru-Sidoarjo .
B. RUMUSAN MASALAH
Dari paparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa titik
fokus rumusan masalah sebagai berikut :
10
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, (Bandung:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Bagaimanakah konsep humanistik pada paguyuban sumarah di perum.
Deltasari indah Sidoarjo?
2. Bagaimana relevansi antara konsep humanistik dengan pendidikan
akhlak pada paguyuban sumarah di perum. Deltasari indah Sidoarjo?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan skripsi ini adalah :
1. Mengetahui konsep humanistik pada paguyuban sumarah di perum.
Deltasari indah Sidoarjo?
2. Mengetahui relevansi konsep humanistik dengan pendidikan akhlak
pada paguyuban sumarah di perum. Deltasari indah Sidoarjo
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Kajian tentang Relevansi konsep humanistik dengan pendidikan akhlak
dalam paguyuban sumarah Provinsi Jawa Timur ini bermaksud
memberikan sumbangsih pemikiran terhadap dunia pendidikan terutama
pendidikan islam yang berada dalam lingkup masyarakat jawa.
2. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhlak dan
sumber daya manusia yang sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan budi pekerti luhur untuk kemaslahatan hidup
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia, sehingga
sumberdaya manusia menjadi berkualitas, baik intelektualnya maupun
emosionalnya. Sebagai upaya penumbuhan potensi peserta didik, maka
diperlukan pengetahuan tentang konsep dan tatacara untuk menanamkan
nilai-nilai budi pekerti dalam diri siswa. Terutama ketika berada dalam
masyarakat jawa yang sangat menjaga ketat perilaku dan nilai-nilai budi
pekertinya. Karena itu, penulisan ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk
pendidikan nilai moral dan budi pekerti dalam pendidikan islam
khususnya di tanah Jawa.
E. BATASAN MASALAH
Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari
tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data
dan informasi yang diperlukan, maka dalam skripsi ini ditetapkan
batasan-batasan sebagai berikut:
1. Konsep Humanistik dalam skripsi ini, dibatasi dengan konsep humanistik
yang hanya berada dalam Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah
Sidoarjo.
2. Pendidikan Akhlak dalam skripsi ini, dibatasi dengan ajaran pendidikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
F. DEFINISI OPERASIONAL
Agar penelitian ini lebih mudah dimengerti dan difahami, juga untuk
menghindari adanya penafsiran yang tidak jelas terhadap pembahasan ini, maka
penulis memandang perlu untuk menegaskan beberapa istilah yang terdapat pada
judul :
1. Relevansi
Dalam kamus besar bahasa indonesia relevansi diartikan hubungan ;
kaitan.11 Yang berarti bahwa dalam pembahasan nanti akan dibahas mengenai
hubungan tentang konsepsi pemikiran humanistik dari paguyuban sumarah
yang mengadopsi paham kejawen, dengan pemikiran tentang budi
pekerti/akhlak yang berada dalam pendidikan agama Islam.
2. Humanistik
Humanistik dapat dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang
berhubungan dengan kemanusiaan.12 Dalam ilmu psikologi humanistik ialah
suatu pendekatan yang menekankan usaha melihat orang sebagai
makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada kesadaran subjektif,
meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting serta memperkaya
kehidupan manusia.13
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 738
12
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 234.
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Humanistik juga berarti bersifat tentang kemanusiaan14, Sebagaimana
kata Humanis yang berarti Orang yg mendambakan dan memperjuangkan
terwujudnya pergaulan hidup yangg lebih baik, berdasarkan asas
perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia.15
3. Paguyuban Sumarah
Paguyuban Merupakan sebuah perkumpulan atau organisasi
kerukunan. Sumarah ; menyerahkan diri/pasrah kepada kehendak Tuhan Yang
Maha Esa. Paguyuban Sumarah berarti perkumpulan orang-orang yang
menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa.16
Sumarah dalam bahasa Jawa memiliki arti pasrah atau berserah diri.
Apabila dikaitkan dengan perilaku hubungan antara manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa, maka sikap sumarah mengandung arti sikap batin yang
pasrah total kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah).17 Sudah barang tentu
sikap demikian tidak berarti apatis atau masa bodoh, akan tetapi lebih tepat
jika diartikan sebagai sikap tunduk, takluk dan patuh (manut mbangun
miturut) kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sikap batin yang demikian hanya akan terwujud pada manusia yang
memiliki keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 316
15
Ibid.
16
Petir Abimanyu, Buku Pintar Aliran kebatinan dan Ajarannya, (Jogjakarta: Laksana, 2014), hlm. 115
17
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, (Semarang: Aneka Ilmu, 1999),
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kita hidup dan kehidupan, Tuhan yang menciptakan dunia raya seisinya.
Tentu saja kadar ke-sumarah-an masing-masing orang akan berbeda satu sama
lain, hal ini kiranya terjadi karena faktor tingkat keyakinan, tingkat
kedewasaan jiwa, dan juga tingkat kesadaran yang dimiliki oleh
masing-masing pribadi. Demikian pula latar belakang kondisi lingkungan, tingkat
intelegensinya serta keluasan wawasan juga ikut mempengaruhi kadar
ke-sumarah-an tersebut disamping faktor-faktor yang lain. Jadi kalau kita
mengacu makna sumarah seperti yang diatas, maka orang sumarah secara
prinsipi adalah setiap manusia yang pasrah secara total kepada kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Jika dilihat dari pemaparan tersebut maka apapun keyakinannya,
agamanya, etnisnya, apabila seseorang telah memiliki keyakinan seperti diatas
maka dia disebut orang sumarah. Demikian pula tentang istilah kaum
Sumarah predikat ini secara otomatis bisa diberikan kepada orang ataupun
sekelompok orang yang batinnya telah bersikap pasrah total kepada Tuhan
Yang Maha Esa (yang tentu saja itu bisa tercermin dalam perilakunya setiap
hari), walaupun tidak harus saling kenal ataupun terhimpun dalam suatu
organisasi. Hanya saja, karena di Indonesia ini sejak tahun 1950 telah berdiri
organisasi Paguyuban Sumarah yang inti kegiatannya tidak lain adalah
mempelajari, mempraktekkan sekaligus memperdalam ke-sumarah-an bagi
seluruh anggotanya melalui bentuk ritual peribadatan rohani dan secara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
anggota Paguyuban Sumarah bisa mengklaim dirinya sebagai orang /kaum
Sumarah. Adapun kalau kita bicara secara hakekat, kiranya belum satupun
diantara sekian banyak anggota Paguyuban Sumarah yang merasa (berani
menyatakan) dirinya telah menjadi orang Sumarah benar-benar. Karena
semakin tinggi tingkat kesadaran kita maka terasa semakin banyak
kekurangan yang ada pada diri kita.18
4. Pendidikan Akhlak
Pada tahun 1649, lembaga keilmuan peranis mendefinisikan
pendidikan sebagai pembentukan jiwa dan raga19, namun yang perlu digari
bawahi disini adalah mereka mendefinisikan pendidikan dengan tanpa
membedakan antara pengajaran dan pendidikan.
Definisi lain juga datang dari para filosof barat. Mereka memberikan
definisi yang bervariasi. Mereka berpendapat bahwa pendidikan adalah
pembentukan individu melalui pendidikan jiwanya, yaitu dengan
membangkitkan kecenderungan-kecenderungannya yang bermacam-macam.
Sebagian lain berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha untuk membuat
seseorang menjadi unsur kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain. Dan ada
lagi yang berpendapat bahwa pendidikan adalah semua yang dilakukan oleh
18
Imam suarno, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dan BerbagaiAliran Kebatinan Jawa,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 211
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kita dan oleh orang lain untuk kepentingan kita agar mencapai karakteristik
yang sempurna.20
Sedangkan Akhlak adalah Budi yang merupakan alat batin yang
berpadu dengan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Pekerti ;
tingkah laku; perangai; akhlak.21 Dalam Pendidikan Islam budi pekerti disebut
dengan Akhlak. Dalam buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi, Aminuddin mengutip pemikiran Ibnu Maskawaih yang mengartikan
Akhlak sebagai keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.22
Masawi mendefinisikan akhlak merupakan sekumpulan konsep dan
pemahaman tentang mengendalikan perasaan dan emosi. Akhlak dapat
dikatakan pula sebagai faktor paling berpengaruh terhadap aturan kehidupan
umat manusia.23
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak
untuk mendewasakannya dari segi tingkah laku sehingga terbentuk manusia
yang berkepribadian muslim, yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.24
20
Ibid.
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 131
22
Aminuddin, Pendidikan Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta: Ghalia Indonesia 2002). hlm. 152
23
Mujtaba Musawi, Roadmap To God : Meniti Kesempurnaan Akhlak Dan Kesucian
Rohani, (Jakarta: Citra, 2013), hlm. 1
24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
G. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dan
informasi yang diharapkan kemudian juga tehnik analisisnya adalah sebagai
berikut:
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi
dan wawancara (interview), sekalipun jenis penelitian library
research, akan tetapi karena kelompok (paguyuban) yang menjadi
objek peneltian ada, sehingga untuk mendapatkan pandangan yang
mendalam dan sempurna mengenai pemikiran dan konsep humanistik
dalam paguyuban sumarah, selain merujuk pada buku-buku yang
pernah ditulis, juga dengan melakukan interview atau wawancara.
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik
mengumpulkan data dengan cara mencari atau mengumpulkan
data terkait dengan permasalahan yang diteliti, mulai dari
buku, jurnal, majalah, internet dan sebagainya. Sebagaimana
yang dijelaskan Suharsimi Arikunto bahwa dokumentasi
merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.25 Sugiyono
juga menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan
[image:21.612.155.532.222.561.2]peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.26
b. Interview (Wawancara)
Wawancara atau interview merupakan sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer). Metode ini
dapat digunakan untuk menilai keadaan seseorang, mencari
data tentang latar belakang siswa, orang tua, pendidikan,
perhatian serta sikap terhadap sesuatu.27
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan tidak
terstruktur, yaitu kebalikan dari wawancara terstruktur, dimana
jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti sudah
disiapkan.28 Wawancara terbuka ini tetap dilakukan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide), agar
lebih sistematis serta memudahkan peneliti dalam
mengarahkan pertanyaan yang diajukan.
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 274.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta: 2012), hlm. 329
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 198
28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam konteks ini penulis melakukan interview
terhadap salah satu pengurus Dewan Pimpinan Daerah
Paguyuban Sumarah provinsi jawa timur secara mendalam
mengenai konsep humanistik paguuyuban sumarah. Hal ini
dilakukan untuk melengkapi serta menyempurnakan data
primer yang sudah digunakan.
c. Observasi
Metode pengumpulan data yang merupakan hasil perbuatan
jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
suatu rangsangan yang diinginkan, atau suatu studi yang
sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan
gejala-gejala psikis dengan mengamati dan mencatat.29
2. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, maka
data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik
dalam teknik Analisis Deskriptif. Metode analisis deskriptif yaitu
usaha untuk mengumpulkandan menyususn suatu data, kemudian
dilakukan analisis terhadapdata tersebut. Analisis deskriptif yakni data
yang dikumpulkanadalah berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
29
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang sudah diteliti.30
a. Analisis Isi (Content)
Dalam menganalisis data, maka penulis juga menggunakan
analisis isi atau analisis konten, yaitu teknik penelitian yang
digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah teks/wacana,
atau mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun
yang laten. Hal ini seperti yang diungkapkan Klaus Krippendorf
dalam bukunya Analisis Isi bahwa analisis isi merupakan teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicabel) dan sahih data dengan memperlihatkan konteksnya.31
Burhan Bungin menerangkan bahwa penggunaan analisis isi,
pertama harus ada fenomena komunikasi yang dapat diamati,
dalam artian peneliti telah merumuskan dengan tepat apa yang
hendak diteliti dan setiap tindakan harus didasarkan pada tujuan
tersebut. Langkah berikutnya, memilih unit analisis yang akan
dikaji, memilih obyek penelitian yang menjadi sasaran analisis.
Jika obyek penelitian berhubungan dengan pesan-pesan dalam
suatu media, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap pesan dan
30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya:2006)
hlm. 11
31
Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: PT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
media tersebut.32 Sugiyono juga mengartikan Metode analisis isi
(Content) yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh
selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu. Berdasarkan
pola hubungan tadi, selanjutnya dicarikan data lagi secara
berulang-ulang sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan.33
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika dari pembahasan penelitian ini terdiri dari beberapa bab antara lain:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Batasan Masalah
F. Definisi Operasional
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Humanistik
32
Burhan Bungin,“Content Analysis dan Focus Group Discussion dalam Penelitian Sosial”
dalam Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001),hlm. 175
33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Pengertian Humanistik
2. Tujuan Humanistik
3. Ruang Lingkup
4. Konsep Humanistik
B. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
2. Tujuan Pendidikan Akhlak
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
C. Relevansi Konsep Humanistik Dengan Pendidikan Akhlak
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
B. Kehadiran Peneliti
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Tahap-tahap Penelitian
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur
1. Pengertian Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur
2. Tujuan, Visi dan Misi Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Sejarah dan Perkembangan Paguyuban Sumarah Provisi Jawa
Timur
5. Program Kerja Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur
6. Susunan Pengurus Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur
7. Keadaan Anggota Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur
B. Penyajian Data
1. Penyajian Data Tentang Konsep Humanistik Paguyuban Sumarah
Di Perum. Delta Sari Indah Sidoarjo
a. Penyajian Data Interview
b. Penyajian Data Observasi
2. Penyajian Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan
Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah Di Perum. Delta
Sari Indah Waru Sidoarjo
C. Analisis Data
1. Analisis Data tentang Konsep Humanistik Paguyuban Sumarah
Di Perum. Delta Sari Indah Sidoarjo
2. Analisis Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan
Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah Di Perum. Delta
Sari Indah Waru Sidoarjo
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
xiv
SURAT PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
TRANSLITERASI ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 6
C. TUJUAN PENELITIAN ... 7
D. MANFAAT PENELITIAN ... 7
E. BATASAN MASALAH ... 8
F. DEFINISI OPERASIONAL ... 9
G. METODE PENELITIAN ... 14
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ... 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. PEMBAHASAN TENTANG HUMANISTIK ... 21
1. Pengertian Humanistik ... 21
2. Tujuan Humanistik ... 23
xv
1. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 30
2. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 34
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ... 36
a. Pembagian Akhlak ... 36
b. Objek/Sasaran Pendidikan Akhlak ... 37
C. PEMBAHASAN TENTANG RELEVANSI KONSEP HUMANISTIK
DENGAN PENDIDIKAN AKHLAK PADA PAGUYUBAN SUMARAH . 41
BAB III METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 52
B. Lokasi Penelitian ... 54
C.Kehadiran Peneliti ... 54
D.Sumber Data ... 55
E. Teknik Pengumpulan Data ... 56
1. Interview ... 56
2. Observasi ... 57
3. Dokumentasi ... 57
F. Teknik Analisis Data ... 58
G. Pengecekan Keabsahan Data... 59
H. Tahap-tahap Penelitian ... 63
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. PROFIL PAGUYUBAN SUMARAH PROVINSI JAWA TIMUR ... 65
1. Sejarah dan Perkembangan Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa
xvi
5. Struktur Kepengurusan Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur ... 87
6. Keadaan Anggota Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur ... 88
B. PENYAJIAN DATA ... 90
1. Penyajian Data Tentang Konsep Humanistik Dengan Pendidikan
Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah
Sidoarjo ... 90
a. Penyajian Data Interview ... 90
b. Penyajian Data Observasi ... 98
2. Penyajian Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan
Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari
Indah Sidoarjo ... 103
C. ANALISIS DATA ... 109
1. Analisis Data Tentang Konsep Humanistik Dengan Pendidikan
Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah
Sidoarjo ... 108
2. Analisis Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan
Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari
Indah Sidoarjo... 120
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 123
B. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 126
21
A. Konsep Humanistik
1. Pengertian Humanistik
Konsep humanistik, dalam pengertiannya berasal dari kata Human1,
yang berarti manusiawi. Menurut Pius A Partanto dan Dahlan Al-Barry
dalam kamus Ilmiah Populer menyebutkan bahwa human berarti mengenai
manusia atau cara manusia.
Humanistik dapat dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang
berhubungan dengan kemanusiaan.2 Dalam ilmu psikologi humanistik
diartikan sebagai suatu pendekatan yang menekankan usaha melihat orang
sebagai makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada
kesadaran subjektif, meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting serta
memperkaya kehidupan manusia.3
Humanistik juga berarti bersifat tentang kemanusiaan4, Sebagaimana
kata Humanis yang berarti Orang yg mendambakan dan memperjuangkan
terwujudnya pergaulan hidup yangg lebih baik, berdasarkan asas
1
John M. Echols dan Hassan Shadily, An Indonesian-Engglish Dictionary, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998), hlm. 362.
2
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 234.
3
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hlm. 207.
4
perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia.5 Abraham
Maslow mengungkapkan bahwa Humanistik merupakan gambaran dari
manusia sebagai makhluk yang berkehendak bebas dan bermartabat serta
selalu bergerak dengan mengungkapkan segenap potensi yang telah terdapat
dalam diri ketika berada dalam keadaan dilingkungan yang memungkinkan.6
Humanistik merupakan teori menyeluruh tentang tingkah laku manusia
yang bermanfaat besar bagi kepentingan dunia, sebuah cabang ilmu dari
psikologi bagi kehidupan yang damai dan berlandaskan pada fakta-fakta
nyata yang dapat diterima oleh segenap bangsa manusia.7
Pembahasan tentang Human ini tidak hanya berporos pada Humanistik
saja. Humanistik erat hubungannya dengan Humanisme. Sebagaimana
Humanisme yang memandang manusia sebagai makhluk yang mulia dan
memang dibentuk sebagai dasar atas pemenuhan-pemenuhan kebutuhan
pokok yang bertujuan sebagai pembentuk species manusia.8
Humanisme sendiri adalah suatu doktrin yang menekankan
kepentingan kemanusiaan dan ideal (humanisme di zaman Renaissan
didasarkan atas peradaban Yunani purba sedangkan humanisme modern
5
Ibid.
6
E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991), hlm. 109
7
Frank G. Goble, Madzhab Ketiga Psikologi Humanisme Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm.31
8Ali Syari’ati,
Humanisme Antara Islam Dan Madzhab Barat, (Bandung: Pustaka Hidayah,
menempatkan manusia secara eksklusif).9 Pada tahap ini humanistik bisa
dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang berhubungan dengan
kemanusiaan.10
Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia human diartikan
bersifat manusiawi, (seperti manusia yang dibedakan dengan binatang, jin,
dan malaikat) berperikemanusiaan, baik budi, budi luhur dan sebagainya.
Humanis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan
terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas-asas
kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia, penganut paham
yang menganggap manusia sebagai obyek terpenting.11
2. Tujuan Humanistik
Sebagaimana pengertian dan esensi dari humanistik sendiri maka
dapat diketahui bahwa humanistik sangat mendambakan terciptanya suatu
proses yang senantiasa menempatkan manusia sebagai manusia. Manusia
dengan segala potensi yang dimilikinya, baik potensi yang berupa fisik, psikis,
maupun spiritual yang perlu untuk mendapatkan bimbingan. Tentu, disadari
dengan beragamnya potensi yang dimiliki manusia, beragam pula dalam
menyikapi dan memahaminya. Meski demikian, humanistik tidak memandang
salah satu aspek dalam diri manusia saja. Humanistik mengatur segala sifat
9
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arloka, 1994), hlm. 234.
10
Ibid.
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
dan perilaku tentang kemanusiaan12 demi terwujudnya pergaulan hidup yang
lebih baik berdasarkan asas-asas kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama
umat manusia, penganut paham yang menganggap manusia sebagai obyek
terpenting.13 Ali syari’ati juga mengungkapkan bahwa himpunan-nimpunan
mengenai dasar-dasar dari kemanusiaan yang telah disepakati oleh para pakar
ilmuan juga menyatakan bahwa tujuan pokok humanistik adalah untuk
terwujudnya keselamatan (kesejahteraan) dan kesempurnaan dalam kehidupan
manusia.14
3. Ruang Lingkup Humanistik
Sejarah telah mencatat bahwa bapak pelopor dan penemu humanistik ini
adalah Abraham Maslow.15 Pada awal kemunculannya, konsepsi dan teori
humanistik hanya berkisar pada kritik tentang hasil penemuan dan penelitian
ilmuwan-ilmuwan terdahulu yang hanya terfokus pada kejadian-kejadian
(tingkah laku) manusia saja dengn tanpa memperdulikan aspek-aspek dasar
dari kepribadian secara menyeluruh. Maslow juga mendebat tentang
pendapat ilmuwan terdahulu mengenai relevansi hasil penyelidikan manusia
dengan hewan. Maslow memandang bahwa sesungguhnya dalam diri
manusia terdapat pembawaan bekal pribadi yang baik dan potensi yang
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),hlm. 316
13
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 361.
14Ali Syari’ati,
Humanisme Antara Islam Dan Madzhab Barat, (Bandung: Pustaka Hidayah,
1996), hlm. 39
15
Helen Graham, Psikologi Humanistik: Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Sejarah,
kreatif16. Dengan keberadaan bekal kepribadian yang baik dan potensi kreatif
tersebut diharapkan agar terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera dan
berkembang.
Para pakar eksistensialisme dan humanistik telah sepakat dan membagi
tentang konsepsi humanistik kedalam tiga lingkup. Lingkup pertama yaitu
penolakan paham dari penemuan sebelumnya yang menyatakan bahwa
manusia dan kepribadiannya semata-mata hanya hasil dari bawaan
lingkungan. Sebaliknya, para pakar dan ahli humanistik dan eksistensialisme
telah menetapkan dan percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan
dalam memilih tindakan, menentukan nasib dan arah hidupnya sendiri,
mereka meyakini bahwa sesungguhnya manusia mampu dan berdaya dalam
menentukan tujuan, nasib, dan arah hidupnya, serta bertanggung jawab atas
apa yang telah dipilihnya dalam jalan hidupnya. Lingkup yang kedua adalah
penekanan pada suatu anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dan
bertanggung jawab bagi segala perbuatan dan tindakan-tindakannya. Dalam
humanistik, para ahli humanistik pun menekankan bahwa individu adalah
penentu bagi tindakan, tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Humanistik
memandang manusia sebagai agenyang sadar,bebas memilih dan
menentukan sendiri setiap tindakan yang akan diambilnya. Pada intinya,
filsafat eksistensialisme memberikan pengaruh besar dalam psikologi
humanistik. Psikologi humanistik mengambil model dan dasar manusia
16
sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. Lingkup yang ketiga
adalah konsep kemenjadian (becoming). Dalam konsep yang terakhir ini
memandang manusia sebagai makhluk yang tiudak pernah bisa diam,
manusia selalu berada dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari apa
yang telah dilakukan diwaktu yang lalu.17
Dari pemaparan mengenai konsepsi awal dari pakar humanistik yang
menekankan dan meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang sadar,
mampu memilih nasib, tindakan dan tingkah lakunya sendiri, serta mambu
bertanggung jawab dengan apa yang telah dipilih dan dilakukannya. Manusia
juga merupakan makhluk yang selalu berada dalam proses untuk menjadi
manusia yang berbeda dari apa yang telah dipilih dan dilakukan sebelumnya.
Maka dari wujud kesadaran dan konsep becoming itu maka timbullah banyak
aturan-aturan yang membatasi tingkah laku manusia agar konsepsi
kemenjadian tersebut dapat diarahkan kedalam wujud kepribadian yang jauh
lebih baik dari sebelumnya.
4. Konsep Humanistik
Humanistik merupakan sebuah konsep keilmuan yang sangat masyhur
sehingga hampir semua pihak, organisasi dan bahkan lembaga
kemasyarakatan pun juga ikut serta dalam memberikan pandangan, dan telah
merumuskan sendiri mengenai konsepsi dan teori dalam kajian humanistik.
17
Dalam hal ini, akan dibahas mengenai konsep humanistik yang telah
dispesifikkan dalam perspektif Paguyuban Sumarah.
Konsep becoming dalam aliran humanistik yang menyatakan bahwa
manusia selalu dalam proses untuk menjadi kepribadian yang berbeda dari
sebelumnya ini kemudian diarahkan oleh paguyuban sumarah pada etika dan
budi luhur dalam paguyuban sumarah agar terciptanya kepribadian yang
berada dalam proses dan kemenjadian pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya.
a. Etika Hidup Sumarah
Mengenai tentang etika dan kepribadian dari paguyuban
sumarah, paguyuban sumarah telah mengatur dan mengarahkan
kepribadian para anggotanya dalam bersikap dan menentukan
tindakan dikehidupan sehari-hari. Sumarah mengajarkan kepada
anggotanya untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa
memandang agama, ras, etnis, ataupun bangsa.18 Mereka meyakini
bahwa berbuat baik kepada siapa saja berarti sama artinya dengan
berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada Tuhan. Oleh karena itu,
ajaran etika yang sekaligus menjadi keyakinan dari paguyuban
sumarah ini adalah berupa buah dari amal perbuatan yang telah
dilakukan oleh manusia itu sendiri. Paguyuban sumarah biasa
18
Petir Abimanyu, Buku Pintar Aliran Kebatinan dan Ajarannya, (Jogjakarta: Laksana,
menyebut hal tersebut dengan istilah karma. Karma tersebut berasal
dari bahasa sansekerta yang berarti perbuatan dan pahala (hasil), akan
didapat oleh setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Paguyuban
sumarah juga meyakini bahwa hasil atau karma dari setiap perbuatan
akan diterima oleh si pelaku bahkan sampai kepada para
keturunannya nanti baik dalam kehidupan sekarang ataupun yang
akan datang.19
b. Ajaran Tentang Budi Luhur
Paguyuban Sumarah di samping mengajarkan kepada
anggotanya untuk tetap iman kepada Allah serta bersujud Sumarah
kepada-Nya, juga mengajarkan tentang budi luhur, yaitu untuk
membentuk jiwa agar memiliki sifat-sifat luhur dengan cara melatih
segala perbuatan, perkataan, dan hati secara moralitas agar dapat
mendekati dengan sifat-sifat Tuhan yang Maha Suci. Ajaran budi
luhur tersebut adalah sebagai berikut20:
1) Bersikap sederhana dan menarik hati.
2) Tepo sliro dan tenggang rasa terhadap sesama manusia,
sesama golongan, aliran dan agama.
19
Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1987), hlm. 17
20
Abdul Mutholib Ilyas dan Abdul Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di
3) Berusaha mewujudkan kesehatan, ketentraman, dan kesucian
rohani.
4) Memiliki tabiat luhur, tutur kata dan perilaku yang baik.
5) Mempererat persaudaraan berdasarkan cinta kasih dan suka
memaafkan kesalahan orang lain.
6) Tidak membeda-bedakan antara sesama manusia.
7) Berusaha untuk dapat melaksanakan kewajiban sebagai warga
negara.
8) Berperilaku benar dengan memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan umum.
9) Sabar dan teliti dalam menerima sesuatu, tidak gegabah,
tergesa-gesa, dan rajib dalam menuntut ilmu.
Tidak berbuat jahat, jahil, firnah, maksiat, dan segala tingkah
laku tercela.
Disamping itu pula, Paguyuban Sumarah juga mengajarkan
agar manusia memiliki sikap sebagai berikut21 :
a) Tidak berbuat apa-apa, artinya bahwa orang harus yakin
bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas
kehendak Tuhan. Oleh karena itu seseorang tidak sepatutnya
21
Ridin Sofwan. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Tuhan Yang Maha
bersikap sombong, takabur atau kumengsun (egoistis), tetapi
hendaklah senantiasa rendah hati.
b) Tidak mempunyai apa-apa, artinya dalam bertindak hendaklah
tidak disertai maksud untuk menguntungkan diri sendiri, atau
dengan kata lainhendaklah “sepi ing pamrih rame ing gawe”.
c) Menyerahkan jiwa raga, artinya bahwa seseorang hendaklah
yakin bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah termasuk
jiwa dan raga manusia itu sendiri. Sebab, segala sesuatu yang
dimiliki oleh manusia adalah titipan dari Allah, maka segala
sesuatu hendaklah diserahkan pada kehendak Allah.
B. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
a. Pengertian Pendidikan
Pada tahun 1649, lembaga keilmuan peranis mendefinisikan
pendidikan sebagai pembentukan jiwa dan raga22, namun yang perlu
digari bawahi disini adalah mereka mendefinisikan pendidikan dengan
tanpa membedakan antara pengajaran dan pendidikan.
Definisi lain juga datang dari para filosof barat. Mereka memberikan
definisi yang bervariasi. Mereka berpendapat bahwa pendidikan adalah
pembentukan individu melalui pendidikan jiwanya, yaitu dengan
22
membangkitkan kecenderungan-kecenderungannya yang
bermacam-macam. Sebagian lain berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha untuk
membuat seseorang menjadi unsur kebahagiaan bagi dirinya dan orang
lain. Dan ada lagi yang berpendapat bahwa pendidikan adalah semua
yang dilakukan oleh kita dan oleh orang lain untuk kepentingan kita agar
mencapai karakteristik yang sempurna.23
Sedangkan para pakar pendidikan Islam memiiki pengertian tersendiri
mengenai pendidikan. Sebagaimana Ibnu Faris mendefinisikan
pendidikan sebagai perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap pihak
yang dididik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan di dalam
jiwanya, sehingga ia menjadi matang dan mencapai tingkat yang
sempurna yang sesuai dengan kemampuannya.24
Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa dalam Islam, Pendidikan
diartikan sebagai pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya,
rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu
pendidikan menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai
maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.25
23
Ibid.
24
Ibid, hlm. 23
25
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi ditengah Milenium III,
Dalam pendidikan Islam dirumuskan sebagai proses transinternalisasi
pengetahuan kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya,
guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat.26
b. Pengertian Akhlak
Mengenai tentang akhlak atau yang juga biasa dikenal dengan istilah
Budi, merupakan alat batin yang memaduankan akal dan perasaan untuk
menimbang baik dan buruk. Pekerti ; tingkah laku; perangai; akhlak.27
Dalam Pendidikan Islam budi pekerti disebut dengan Akhlak. Dalam
buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Aminuddin
mengutip pemikiran Ibnu Maskawaih yang mengartikan Akhlak sebagai
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.28
Masawi mendefinisikan akhlak merupakan sekumpulan konsep
dan pemahaman tentang mengendalikan perasaan dan emosi. Akhlak
26
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.
27-28
27
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 131
28
dapat dikatakan pula sebagai faktor paling berpengaruh terhadap aturan
kehidupan umat manusia.29
c. Pengertian Pendidikan Akhlak
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa pendidikan akhlak,
pernyataan ini terdiri dari dua buah kata, yaitu kata pendidikan dan kata
akhlak. Pada intinya pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani
dan rohaninya ke arah kedewasaan.30
Sedang kata akhlak berarti salah satu bagian dari Pendidikan Agama
Islam yang membahas tentang budi pekerti yang juga merupakan salah
satu program Pendidikan Dasar Umum yang berfungsi sebagai dasar
pembinaan seorang muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT. Jadi pendidikan akhlak adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
orang dewasa kepada anak-anak untuk mendewasakannya dari segi
tingkah laku sehingga terbentuk manusia yang berkepribadian muslim,
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.31
29
Mujtaba Musawi, Roadmap To God : Meniti Kesempurnaan Akhlak Dan Kesucian
Rohani, (Jakarta: Citra, 2013), hlm. 1
30
M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 11
31
DEPAG RI, Buku Pedoman Kurikulum Madrasah Tsanawiyah 1984, (Jakarta, 1989),
2. Tujuan Pendidikan Akhlak
Dalam agama Islam diyakini bahwa segala perbuatan manusia adalah
suatu hal yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.32 Karenanya, menjadi
penting untuk mengenyam pendidikan akhlak sejak dini untuk mengetahui
mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik. Dalam
penumbuh kembangan akhlak manusia dapat ditempuh dengan pendidikan,
di mana pendidikan merupakan suatu proses atau upaya dalam membantu
peserta didik menemukan kedewasaan. Melalui pendidikan, diharapkan
peserta didik dapat menjadi manusia yang memiliki pribadi yang
bertanggung jawab, baik kepada Tuhannya, sesama ciptaan-Nya, maupun
lingkungannya.
Kongres Pendidikan Islam Sedunia tahun 1980 di Islamabad
menetapkan pendidikan sebagai berikut:
“Pendidikan harus ditujukan ke arah pertumbuhan yang
berkeseimbangan dari kepribadian manusia yang menyeluruh melalui rasio, perasaan dan pancaindra. Oleh karenanya, maka pendidikan harus memberikan pelayanan kepada pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya yaitu aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, linguistic, baik secara individu maupun kolektif, serta mendorong semua aspek itu ke arah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan.” 33
Secara umum, akhlak mulia adalah tujuan utama dalam pendidikan
akhlak.34 Sejalan dengan itu, Heri Gunawan mengutip pendapat Athiyah
Al-Ibrasy dalam bukunya Ruh al-Tarbiyah wa Ta’lim menyatakan bahwa inti
32
Abd. Haris, Pengantar Etika Islam, (Sidoarjo: Al-Afkar Press, 2007), hlm.132
33
M. Arifin, M. Ed., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 132
34
dari tujuan pendidikan adalah pendidikan akhlak.35 Jika melihat pola tujuan
dari paparan pendidikan yang dikutip di atas, nampak bahwa pendidikan
dapat ditempuh melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal, informal
maupun nonformal. Dapat diartikan bahwa untuk memperoleh pendidikan
tidak hanya dari sekolah saja atau waktu sekolah saja, tetapi pendidikan
dapat diperoleh kapan saja dan di mana saja, dengan syarat pengaruh yang
didapat harus memiliki nilai manfaat dan bernilai positif bagi peserta didik
dalam perkembangannya menuju kedewasaan.
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor atau
komponen, baik yang bersifat internal maupun yang sifatnya eksternal yaitu
komponen-komponen pendidikan yang ada pada lingkungan pendidikan
maupun pribadi pendidik atau peserta didik. Salah satu di antara
komponen-komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah media
pendidikan.36 Masyarakat yang berada disekitar lingkungan tempat tinggal
dari peserta didik pun juga memberikan peran dan pengaruh penting bagi
perkembangan pendidikan akhlaknya. Karenanya, maka tidak bisa dianggap
remeh tentang tempat dan lingkungan dari pertumbuhan akhlak peserta didik.
35
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2014), hlm.10
36
Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan; Pengertian dan Penerapannya di
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa agama Islam adalah agama
kemanusiaan.37 Karenanya Islam mendidik ketat umatnya dalam berperilaku.
(berakhlak). Dalam garis besarnya, akhlak dapat dibagi menjadi dua
pembagian besar, yaitu38:
a. Pembagian Akhlak
1) Akhlak Yang Terpuji (Akhlakul Karimah/Mahmudah)
Akhlak yang terpuji (Akhlakul Karimah/Mahmudah)
merupakan akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol
Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif
dalam masyarakat dan kemaslahatan umat. Seperti sifat jujur,
sabar, amanah, ikhlas, tawakal, tawadlu (rendah hati), optimis,
suka menolong, sukabekerja keras. Khusnudzon (berbaik
sangka), dan lain-lain. Allah berfirman dalam surat
قلخب س نلا قل خ حمت ةنسحلا ة يسلا عبتأ ،تنك م ثيح ه قتا
نسح
“Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Muadz bin Jabal
rodhiallahuanhum, Rosulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam
bersabda : Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada. Iringilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaulah
37
Moh. Amin, Sepuluh Induk Akhlak Terpuji, (Jakarta: Kalam Mulia, 1997), hlm.5
38
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta:
dengan manusia dengan akhlak yang baik.39 (HR. Imam Tirmidzi)
2) Akhlak Yang Tercela (Akhlak Madzmumah)
Akhlak Yang Tercela (Akhlak Madzmumah) yaitu
akhlak yang tidak berada dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal
darihawa nafsu yang berada dalam lingkar syaitaniyah dan
dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi
kepentingan umat manusia. Seperti sifat acuh tak acuh,
takabbur (sombong), tamak, pesimis, bohong/dusta, malas,
berkhianat, kufur, su’udzon (berburuk sangka), dan lain-lain.
a. Objek/sasaran Pendidikan Akhlak
Mengenai objek atau sasaran dalam pendidikan akhlak digolongkan
dalam tiga bagian, yaitu40:
1) Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada
Tuhannya. Dalam nerakhlak kepada Allah ini dapat diwujudkan
dengan sikap taat, tawadhuk dan tawakal. Karena Allah menciptakan
manusia tidak lain adalah untuk menyembah kepada-Nya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 :
39
http://indonesiaindonesia.com/f/82475-hadits-hadits-rasulullah-share/index10.html. diakses pada tanggal 18 Januari 2016
40
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.41
2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Dalam lingkup pembahasan akhlak terhadap sesama manusia
ini dapat dispesifikkan dalam manusia-manusia atau orang-orang
yang paling dekat dan melekat dalam keseharian. Seperti Rasulullah,
orang tua (ayah dan ibu), guru, tetangga, dan masyarakat di
lingkungan sekitar.
a) Akhlak Terhadap Rasulullah
Taat kepada Rasulullah dapat diartikan dengan
menjauhi segala apa yang dilarangnya dan menjalankan apa
yang telah diperintahkannya. Sebagaimana yang telah beliau
sampaikan dalam hadits (sunnah), yang terwujud dalam sikap,
perbuatan dan penetapannya. Sebagaimana Allah berfirman
dalam surat An-Nisa’ ayat 80 :
80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari
41
ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].
[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.42
b) Akhlak Terhadap Orang Tua (Ayah dan Ibu)
Akhlak Terhadap kedua orang tua ini dapat diwujudkan
dengan penghormatan atau menghormati kedua orang tua.
Penghormatan tersebut dapat direlisasikan dengan berbagai
macam sikap, seperti mentaati segala perintahnya selama
perintah itu baik, berbakti kepada keduanya, berbuat baik pada
keluarganya dan juga berbicara dengan perkataan-perkaaan
yang baik. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat
23 :
23.
Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850].
42
[850] mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.43
c) Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat
Pentingnya akhlak tidak hanya terbatas pada perorangan saja.
Akhlak juga berperan penting dalam bertetangga,
bermasyarakat, dan untuk kemanusiaan seluruhnya. Diantara
akhlak terhadap tetangga dan masyarakat adalah perwujudan
sikap saling tolong menolong, menghormatiberkata sopan,
berlaku adil, bermurah hati, menepati janji, penyantun, dan
lain-lain. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2 :
2. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.44
a. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala
sesuatu yang berada di sekitar manusia, baikitu berupa binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
43
Ibid., hlm. 284
44
Binatang, tumbuhan dan benda-benda mati yang tidak bernayawa
pada dasarnya semuan