• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KONSEP HUMANISTIK DENGAN PENDIDIKAN AKHLAK PADA PAGUYUBAN SUMARAH DI PERUM. DELTASARI INDAH SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RELEVANSI KONSEP HUMANISTIK DENGAN PENDIDIKAN AKHLAK PADA PAGUYUBAN SUMARAH DI PERUM. DELTASARI INDAH SIDOARJO."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ILMIYAH NINGSIH NIM. D01212019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

ILMIYAH NINGSIH NIM. D01212019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Key word: Konsep Humanistik, Pendidikan Akhlak, Paguyuban Sumarah, Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah Sidoarjo.

Pembimbing: Prof. Dr. H. Ali Mas’ud, M.Ag. M.Pd.I

Indonesia merupakan salah satu negeri plural; yang diwarnai dengan banyak sekali budaya, suku, etnis, juga agama. Keanekaragaman ini selain menjadi kekayaan khazanah nusantara, juga menjadi pemicu lahirnya berbagai macam organisasi. Salah satu diantaranya adalah organisasi kebudayaan, seperti Paguyuban Sumarah. Paguyuban Sumarah merupakan organisasi kebudayaan yang berupaya menyatukan dan memberi wadah demi terciptanya kerukunan antar umat beragama untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Paguyuban sumarah juga merupakan salah satu organisasi kebudayaan yang memiliki pengaruh kuat terhadap masyarakat, khususnya masyarakat yang memeluk agama Islam. Karenanya, menjadi hal yang menarik untuk dibahas mengingat bahwa paguyuban sumarah adalah organisasi kebudayaan yang menyatukan antar berbagai umat beragama dan didominasi oleh masyaratak yang beragama Islam.

Paguyuban Sumarah yang terletak di Perum. Deltasari Indah Sidoarjo merupakan kantor sekretariat kepengurusan DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur. Saat ini, Paguyuban Sumarah sudah berkembang di 18 DPC dengan anggota sebanyak ± 800 orang. Dan 90% dari anggotanya adalah masyarakat yang beragama Islam.

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan kegiatan dari paguyuban sumarah yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang obyek dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam penelitian ini menggunakan teknik interview, observasi dan dokumentasi.

Dari penelitian yang dilakukan. mengahsilkan kesimpulan bahwa meskipun ada kemiripan antara konsep humanistik dalam paguyuban sumarah dengan pendidikan akhlak, maka tetap tidak dianggap relevan jika tidak sesuai dan memenuhi apa yang telah terpapar dalam dasar dan prinsip keIslaman (Al-Qur’an dan Al-Hadits) . Karena Nabi Muhammad SAW telah bersabda: “Aku tinggalkan

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Humanistik dapat dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang

berhubungan dengan kemanusiaan.1 Humanistik berasal dari kata human yang

berarti manusia. Ahmad Tafsir mengutip pendapat Immanuel Kant tentang

manusia, Immanuel Kant mengatakan bahwa manusia adalah makhluk

rasional yang bebas bertindak berdasarkan pada moral, dan bukan hanya

untuk dirinya sendiri,2 malainkan juga untuk orang lain. Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia

dan rasa kemanusiaan merupakan hal yang seharusnya tidak dapat dipisahkan.

Namun, terkadang fakta yang berada dipapan tidak sejalan dengan teori yang

ada. Oleh karena itu lah humanistik hadir untuk kembali memanusiakan

manusia. Karenanya, humanistik menjadi penting dan menarik untuk dibahas.

Dalam hubungannya secara sosial, terkandung suatu makna tersirat

bahwa manusia tidak bisa lepas (bergantung) dari manusia lain. Secara fitrah

manusia akan selalu hidup dalam kebersamaan. Kehidupan bersama antar

manusia berlangsung dalam beragam interaksi, baik interaksi dengan

1

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 234.

2

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan Tuhannya.

Karenanya, peraturan dan konsep pendidikan yang membahas tentang tatacara

besosialisasi pun menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji secara

mendalam.

Untuk menghasilkan output yang baik, pendidikan dirancang,

diupayakan dan dievaluasi dengan sedemikian rupa demi mewujudkan hasil

dari tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan. Sehubungan dengan tujuan

tersebut, Zakiah Darajat mengemukakan tujuan mulia pendidikan Islam

adalah diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan

masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan

ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia

sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam

semesta ini untuk kepentingan hidup didunia kini dan diakhirat nanti.3

Marimba menjelaskan tujuan akhir dari pendidikan Islam ialah terbentuknya

kepribadian Muslim. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mencapai

tujuan tersebut. Pendidikan dapat diusahakan oleh manusia tetapi penilai

tertinggi mengenai hasilnya adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui.

Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa Pendidikan Akhlak berpegang

teguh pada prinsip-prinsip pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan

pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,

akhlak dan keterampilannya. Karena itu pendidikan Islam menyiapkan

3

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan

menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan

kejahatannya, manis dan pahitnya.4

Sejalan dengan konsep dan tujuan pendidikan islam dalam

pembentukan kepribadian, terdapat sekumpulan masyarakat jawa yang

berkepribadian yang sangat baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan islam.

Yaitu kelompok atau yang dalam masyarakat jawa lebih dikenal dengan

istilah Paguyuban yang tergabung dalam aliran kebatinan. Atau yang

sekarang lebih dikenal dengan istilah Aliran Kepercayaan dan Kebatinan.

Aliran kebatinan dan kepercayaan ini memiliki wujud secara konkrit di

tengah-tengah masyarakat dalam beragaimacam organisasi.5

Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal paham kebatinan.

Akan tetapi karena tidak adanya literatur sejarah yang mencatat tentang asal

muasal aliran kebatinan jawa, maka tidak dapat diketahui secara pasti kapan

dan dimana aliran kebatinan ini mulai muncul. Aliran kebatinan jawa terus

berkembang dikalangan masyarakat Indonesia. Dewasa ini, aliran kebatinan

kejawen telah bercampur dengan paham ajaran Islam, Hindu, Budha

4

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi ditengah Milenium III,

(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 6

5

Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, (Semarang: Aneka Ilmu, 1999),

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(pengaruh Brahmanisme dan Budhisme), juga bercampur dengan ajaran

agama Kristen.6

Islam merupakan sebuah agama yang mendominasi masyarakat

Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Akan tetapi, jika di lihat dan di cermati

secara mendalam maka sebenarnya fakta riil yang berada dimasyarakat jawa

adalah fakta bahwa Islam hanya merupakan sebuah warna yang mendominasi

masyarakat jawa. Sebab, yang benar-benar menjalankan ibadah hanya

minoritas saja. Bahkan ada pula yang secara jelas dan terang-terangan

menyatakan bahwa dirinya menganut paham islam abangan, yang berarti

bahwa dia berpaham Islam yang berada dalam batas pengakuan saja. Namun,

kenyataan dilapangan menyatakan bahwa masyarajat islam dan abangan atau

pun yang santri (rajin beribadah) pada umumnya juga masih banyak yang

mengikuti nalurinya untuk mengikuti tradisi leluhurnya (kakek moyangnya).

Seperti membakar kemenyan diacarara ritual keagamaan, memberikan sesajen

di tempat bertuah atau yang dianggap angker, pengkramatan sebuah kuburan,

dan sebagainya. Demikian ini yang dalam masyarakat disebut sebagai Islam

Kejawen.7

Para sejarawan atau yang biasa disebut dengan kaum antropolog

memandang bahwa aliran kebatinan sebagai salah satu varian dari agama

6 Ma’ruf Al

-Payamani, Islam dan Kebatinan, Studi Kritis Tentang Perbandingan Filsafat

Jawa dan Tasawuf, (Solo: CV. Ramadhani,1992), hlm. 219

7

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Islam. Sepertihalnya Koentjoroningrat yang membagi perwujudan Islam di

Jawa kedalam dua Varian, yaitu agama Islam Jawa (kejawen yang sinkretis,

yang menyatukan unsur-unsur agama hindu, pra-hindu, dan islam. Juga agama

islam yang puritan (santri) yang taat dan rajin mengikuti ajaran agama Islam.8

Kebatinan merupakan hasil karya dari pemikiran dan angan-angan

manusia yang menimbulkan suatu aliran kepercayaan dalam dada

penganutnya dengan membawakan ritus tertentu, bertujuan untuk mengetahui

hal-hal ghaib, bahkan untuk mencapai taraf persekutuan dengan apa yang

mereka anggap Tuhan dalam perenungan batinnya, sehingga dengan demikian

dapat mencapai budi luhur untuk kesempurnaan hidup kini dan mendatang

sesuai dengan konsepsi individu.9

Aliran kebatinan juga merupakan suatu organisasi yang mengajarkan

dan mendidik ketat anggotanya untuk berbudi luhur, berdasarkan cipta, rasa

dan karsa manusia. Sepertihalnya Paguyuban Sumarah, paguyuban Sumarah

menyelipkan konsep humanistiknya dalam dua ajaran, yaitu ajaran etika hidup

sumarah dan ajaran tentang budi luhur. Dan begitu pula dalam pendidikan

agama Islam, Islam juga mendidik dan mengajarkan para penganutnya untuk

berbudi pekerti yang baik atau yang dalam ajaran agama Islam biasa dikenal

dengan istilah Akhlaqul Karimah. Sebagaimana Muhammad Athiyah

8

Simuh, Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islami Ke Mistik Jawa, (Yogyakarta:

Yayasan Bentang Budaya, 1996), hlm. 58

9

Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan, (Surabaya: Pustaka Progresif,

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Abrasyi yang menyatakan bahwa budi pekerti dan akhlak adalah Ruh (jiwa)

pendidikan Islam, dan pencapaian akhlak yang sempurna adalah tujuan

pendidikan Islam.10 Dalam pembahasan tentang keindahan dan keagungan

budi pekerti masyarakat jawa dan masyarakat Islam, terdapat banyak sekali

kesesuaian meski sebenarnya latar belakang dari masyarakat jawa tersebut

bukan merupakan suatu perkumpulan (paguyuban) yang hanya berlandaskan

pada poros dan dasar-dasar dalam islam saja.

Berangkat dari persamaan tersebut, juga karena banyaknya masyarakat

yang mengikuti Paguyuban sumarah, khususnya masyarakat yang beragama

Islam, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai konsep

humanistik paguyuban sumarah, pendidikan akhlak, dan bagaimana relevansi

konsep humanistik dengan pendidikan akhlak pada paguyuban sumarah

khususnya paguyuban sumarah yang menjadi pusat kepemimpinan paguyuban

sumarah provinsi Jawa Timur yang bersekretariat di Perum. Deltasari Indah

BQ-40, Waru-Sidoarjo .

B. RUMUSAN MASALAH

Dari paparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa titik

fokus rumusan masalah sebagai berikut :

10

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, (Bandung:

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Bagaimanakah konsep humanistik pada paguyuban sumarah di perum.

Deltasari indah Sidoarjo?

2. Bagaimana relevansi antara konsep humanistik dengan pendidikan

akhlak pada paguyuban sumarah di perum. Deltasari indah Sidoarjo?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan skripsi ini adalah :

1. Mengetahui konsep humanistik pada paguyuban sumarah di perum.

Deltasari indah Sidoarjo?

2. Mengetahui relevansi konsep humanistik dengan pendidikan akhlak

pada paguyuban sumarah di perum. Deltasari indah Sidoarjo

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Kajian tentang Relevansi konsep humanistik dengan pendidikan akhlak

dalam paguyuban sumarah Provinsi Jawa Timur ini bermaksud

memberikan sumbangsih pemikiran terhadap dunia pendidikan terutama

pendidikan islam yang berada dalam lingkup masyarakat jawa.

2. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhlak dan

sumber daya manusia yang sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai

kemanusiaan dan budi pekerti luhur untuk kemaslahatan hidup

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia, sehingga

sumberdaya manusia menjadi berkualitas, baik intelektualnya maupun

emosionalnya. Sebagai upaya penumbuhan potensi peserta didik, maka

diperlukan pengetahuan tentang konsep dan tatacara untuk menanamkan

nilai-nilai budi pekerti dalam diri siswa. Terutama ketika berada dalam

masyarakat jawa yang sangat menjaga ketat perilaku dan nilai-nilai budi

pekertinya. Karena itu, penulisan ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk

pendidikan nilai moral dan budi pekerti dalam pendidikan islam

khususnya di tanah Jawa.

E. BATASAN MASALAH

Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari

tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data

dan informasi yang diperlukan, maka dalam skripsi ini ditetapkan

batasan-batasan sebagai berikut:

1. Konsep Humanistik dalam skripsi ini, dibatasi dengan konsep humanistik

yang hanya berada dalam Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah

Sidoarjo.

2. Pendidikan Akhlak dalam skripsi ini, dibatasi dengan ajaran pendidikan

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. DEFINISI OPERASIONAL

Agar penelitian ini lebih mudah dimengerti dan difahami, juga untuk

menghindari adanya penafsiran yang tidak jelas terhadap pembahasan ini, maka

penulis memandang perlu untuk menegaskan beberapa istilah yang terdapat pada

judul :

1. Relevansi

Dalam kamus besar bahasa indonesia relevansi diartikan hubungan ;

kaitan.11 Yang berarti bahwa dalam pembahasan nanti akan dibahas mengenai

hubungan tentang konsepsi pemikiran humanistik dari paguyuban sumarah

yang mengadopsi paham kejawen, dengan pemikiran tentang budi

pekerti/akhlak yang berada dalam pendidikan agama Islam.

2. Humanistik

Humanistik dapat dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang

berhubungan dengan kemanusiaan.12 Dalam ilmu psikologi humanistik ialah

suatu pendekatan yang menekankan usaha melihat orang sebagai

makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada kesadaran subjektif,

meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting serta memperkaya

kehidupan manusia.13

11

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 738

12

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 234.

13

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Humanistik juga berarti bersifat tentang kemanusiaan14, Sebagaimana

kata Humanis yang berarti Orang yg mendambakan dan memperjuangkan

terwujudnya pergaulan hidup yangg lebih baik, berdasarkan asas

perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia.15

3. Paguyuban Sumarah

Paguyuban Merupakan sebuah perkumpulan atau organisasi

kerukunan. Sumarah ; menyerahkan diri/pasrah kepada kehendak Tuhan Yang

Maha Esa. Paguyuban Sumarah berarti perkumpulan orang-orang yang

menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa.16

Sumarah dalam bahasa Jawa memiliki arti pasrah atau berserah diri.

Apabila dikaitkan dengan perilaku hubungan antara manusia dengan Tuhan

Yang Maha Esa, maka sikap sumarah mengandung arti sikap batin yang

pasrah total kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah).17 Sudah barang tentu

sikap demikian tidak berarti apatis atau masa bodoh, akan tetapi lebih tepat

jika diartikan sebagai sikap tunduk, takluk dan patuh (manut mbangun

miturut) kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sikap batin yang demikian hanya akan terwujud pada manusia yang

memiliki keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 316

15

Ibid.

16

Petir Abimanyu, Buku Pintar Aliran kebatinan dan Ajarannya, (Jogjakarta: Laksana, 2014), hlm. 115

17

Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, (Semarang: Aneka Ilmu, 1999),

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kita hidup dan kehidupan, Tuhan yang menciptakan dunia raya seisinya.

Tentu saja kadar ke-sumarah-an masing-masing orang akan berbeda satu sama

lain, hal ini kiranya terjadi karena faktor tingkat keyakinan, tingkat

kedewasaan jiwa, dan juga tingkat kesadaran yang dimiliki oleh

masing-masing pribadi. Demikian pula latar belakang kondisi lingkungan, tingkat

intelegensinya serta keluasan wawasan juga ikut mempengaruhi kadar

ke-sumarah-an tersebut disamping faktor-faktor yang lain. Jadi kalau kita

mengacu makna sumarah seperti yang diatas, maka orang sumarah secara

prinsipi adalah setiap manusia yang pasrah secara total kepada kekuasaan

Tuhan Yang Maha Esa.

Jika dilihat dari pemaparan tersebut maka apapun keyakinannya,

agamanya, etnisnya, apabila seseorang telah memiliki keyakinan seperti diatas

maka dia disebut orang sumarah. Demikian pula tentang istilah kaum

Sumarah predikat ini secara otomatis bisa diberikan kepada orang ataupun

sekelompok orang yang batinnya telah bersikap pasrah total kepada Tuhan

Yang Maha Esa (yang tentu saja itu bisa tercermin dalam perilakunya setiap

hari), walaupun tidak harus saling kenal ataupun terhimpun dalam suatu

organisasi. Hanya saja, karena di Indonesia ini sejak tahun 1950 telah berdiri

organisasi Paguyuban Sumarah yang inti kegiatannya tidak lain adalah

mempelajari, mempraktekkan sekaligus memperdalam ke-sumarah-an bagi

seluruh anggotanya melalui bentuk ritual peribadatan rohani dan secara

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

anggota Paguyuban Sumarah bisa mengklaim dirinya sebagai orang /kaum

Sumarah. Adapun kalau kita bicara secara hakekat, kiranya belum satupun

diantara sekian banyak anggota Paguyuban Sumarah yang merasa (berani

menyatakan) dirinya telah menjadi orang Sumarah benar-benar. Karena

semakin tinggi tingkat kesadaran kita maka terasa semakin banyak

kekurangan yang ada pada diri kita.18

4. Pendidikan Akhlak

Pada tahun 1649, lembaga keilmuan peranis mendefinisikan

pendidikan sebagai pembentukan jiwa dan raga19, namun yang perlu digari

bawahi disini adalah mereka mendefinisikan pendidikan dengan tanpa

membedakan antara pengajaran dan pendidikan.

Definisi lain juga datang dari para filosof barat. Mereka memberikan

definisi yang bervariasi. Mereka berpendapat bahwa pendidikan adalah

pembentukan individu melalui pendidikan jiwanya, yaitu dengan

membangkitkan kecenderungan-kecenderungannya yang bermacam-macam.

Sebagian lain berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha untuk membuat

seseorang menjadi unsur kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain. Dan ada

lagi yang berpendapat bahwa pendidikan adalah semua yang dilakukan oleh

18

Imam suarno, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dan BerbagaiAliran Kebatinan Jawa,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 211

19

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kita dan oleh orang lain untuk kepentingan kita agar mencapai karakteristik

yang sempurna.20

Sedangkan Akhlak adalah Budi yang merupakan alat batin yang

berpadu dengan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Pekerti ;

tingkah laku; perangai; akhlak.21 Dalam Pendidikan Islam budi pekerti disebut

dengan Akhlak. Dalam buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan

Tinggi, Aminuddin mengutip pemikiran Ibnu Maskawaih yang mengartikan

Akhlak sebagai keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.22

Masawi mendefinisikan akhlak merupakan sekumpulan konsep dan

pemahaman tentang mengendalikan perasaan dan emosi. Akhlak dapat

dikatakan pula sebagai faktor paling berpengaruh terhadap aturan kehidupan

umat manusia.23

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak

untuk mendewasakannya dari segi tingkah laku sehingga terbentuk manusia

yang berkepribadian muslim, yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.24

20

Ibid.

21

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 131

22

Aminuddin, Pendidikan Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta: Ghalia Indonesia 2002). hlm. 152

23

Mujtaba Musawi, Roadmap To God : Meniti Kesempurnaan Akhlak Dan Kesucian

Rohani, (Jakarta: Citra, 2013), hlm. 1

24

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

G. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dan

informasi yang diharapkan kemudian juga tehnik analisisnya adalah sebagai

berikut:

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi

dan wawancara (interview), sekalipun jenis penelitian library

research, akan tetapi karena kelompok (paguyuban) yang menjadi

objek peneltian ada, sehingga untuk mendapatkan pandangan yang

mendalam dan sempurna mengenai pemikiran dan konsep humanistik

dalam paguyuban sumarah, selain merujuk pada buku-buku yang

pernah ditulis, juga dengan melakukan interview atau wawancara.

a. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu teknik

mengumpulkan data dengan cara mencari atau mengumpulkan

data terkait dengan permasalahan yang diteliti, mulai dari

buku, jurnal, majalah, internet dan sebagainya. Sebagaimana

yang dijelaskan Suharsimi Arikunto bahwa dokumentasi

merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.25 Sugiyono

juga menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan

[image:21.612.155.532.222.561.2]

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.26

b. Interview (Wawancara)

Wawancara atau interview merupakan sebuah dialog

yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer). Metode ini

dapat digunakan untuk menilai keadaan seseorang, mencari

data tentang latar belakang siswa, orang tua, pendidikan,

perhatian serta sikap terhadap sesuatu.27

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan tidak

terstruktur, yaitu kebalikan dari wawancara terstruktur, dimana

jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti sudah

disiapkan.28 Wawancara terbuka ini tetap dilakukan

menggunakan pedoman wawancara (interview guide), agar

lebih sistematis serta memudahkan peneliti dalam

mengarahkan pertanyaan yang diajukan.

25

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 274.

26

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta: 2012), hlm. 329

27

Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 198

28

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dalam konteks ini penulis melakukan interview

terhadap salah satu pengurus Dewan Pimpinan Daerah

Paguyuban Sumarah provinsi jawa timur secara mendalam

mengenai konsep humanistik paguuyuban sumarah. Hal ini

dilakukan untuk melengkapi serta menyempurnakan data

primer yang sudah digunakan.

c. Observasi

Metode pengumpulan data yang merupakan hasil perbuatan

jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya

suatu rangsangan yang diinginkan, atau suatu studi yang

sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan

gejala-gejala psikis dengan mengamati dan mencatat.29

2. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, maka

data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik

dalam teknik Analisis Deskriptif. Metode analisis deskriptif yaitu

usaha untuk mengumpulkandan menyususn suatu data, kemudian

dilakukan analisis terhadapdata tersebut. Analisis deskriptif yakni data

yang dikumpulkanadalah berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

29

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti.30

a. Analisis Isi (Content)

Dalam menganalisis data, maka penulis juga menggunakan

analisis isi atau analisis konten, yaitu teknik penelitian yang

digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah teks/wacana,

atau mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun

yang laten. Hal ini seperti yang diungkapkan Klaus Krippendorf

dalam bukunya Analisis Isi bahwa analisis isi merupakan teknik

penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru

(replicabel) dan sahih data dengan memperlihatkan konteksnya.31

Burhan Bungin menerangkan bahwa penggunaan analisis isi,

pertama harus ada fenomena komunikasi yang dapat diamati,

dalam artian peneliti telah merumuskan dengan tepat apa yang

hendak diteliti dan setiap tindakan harus didasarkan pada tujuan

tersebut. Langkah berikutnya, memilih unit analisis yang akan

dikaji, memilih obyek penelitian yang menjadi sasaran analisis.

Jika obyek penelitian berhubungan dengan pesan-pesan dalam

suatu media, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap pesan dan

30

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya:2006)

hlm. 11

31

Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: PT

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

media tersebut.32 Sugiyono juga mengartikan Metode analisis isi

(Content) yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh

selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu. Berdasarkan

pola hubungan tadi, selanjutnya dicarikan data lagi secara

berulang-ulang sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan.33

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika dari pembahasan penelitian ini terdiri dari beberapa bab antara lain:

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Batasan Masalah

F. Definisi Operasional

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Pembahasan

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Humanistik

32

Burhan Bungin,“Content Analysis dan Focus Group Discussion dalam Penelitian Sosial”

dalam Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001),hlm. 175

33

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Pengertian Humanistik

2. Tujuan Humanistik

3. Ruang Lingkup

4. Konsep Humanistik

B. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

C. Relevansi Konsep Humanistik Dengan Pendidikan Akhlak

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

B. Kehadiran Peneliti

C. Lokasi Penelitian

D. Sumber Data

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

G. Tahap-tahap Penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Profil Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur

1. Pengertian Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur

2. Tujuan, Visi dan Misi Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Sejarah dan Perkembangan Paguyuban Sumarah Provisi Jawa

Timur

5. Program Kerja Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur

6. Susunan Pengurus Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur

7. Keadaan Anggota Paguyuban Sumarah Provisi Jawa Timur

B. Penyajian Data

1. Penyajian Data Tentang Konsep Humanistik Paguyuban Sumarah

Di Perum. Delta Sari Indah Sidoarjo

a. Penyajian Data Interview

b. Penyajian Data Observasi

2. Penyajian Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan

Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah Di Perum. Delta

Sari Indah Waru Sidoarjo

C. Analisis Data

1. Analisis Data tentang Konsep Humanistik Paguyuban Sumarah

Di Perum. Delta Sari Indah Sidoarjo

2. Analisis Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan

Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah Di Perum. Delta

Sari Indah Waru Sidoarjo

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

(27)

xiv

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

TRANSLITERASI ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ... 7

D. MANFAAT PENELITIAN ... 7

E. BATASAN MASALAH ... 8

F. DEFINISI OPERASIONAL ... 9

G. METODE PENELITIAN ... 14

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ... 18

BAB II LANDASAN TEORI

A. PEMBAHASAN TENTANG HUMANISTIK ... 21

1. Pengertian Humanistik ... 21

2. Tujuan Humanistik ... 23

(28)

xv

1. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 30

2. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 34

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ... 36

a. Pembagian Akhlak ... 36

b. Objek/Sasaran Pendidikan Akhlak ... 37

C. PEMBAHASAN TENTANG RELEVANSI KONSEP HUMANISTIK

DENGAN PENDIDIKAN AKHLAK PADA PAGUYUBAN SUMARAH . 41

BAB III METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 52

B. Lokasi Penelitian ... 54

C.Kehadiran Peneliti ... 54

D.Sumber Data ... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Interview ... 56

2. Observasi ... 57

3. Dokumentasi ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 58

G. Pengecekan Keabsahan Data... 59

H. Tahap-tahap Penelitian ... 63

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. PROFIL PAGUYUBAN SUMARAH PROVINSI JAWA TIMUR ... 65

1. Sejarah dan Perkembangan Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa

(29)

xvi

5. Struktur Kepengurusan Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur ... 87

6. Keadaan Anggota Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur ... 88

B. PENYAJIAN DATA ... 90

1. Penyajian Data Tentang Konsep Humanistik Dengan Pendidikan

Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah

Sidoarjo ... 90

a. Penyajian Data Interview ... 90

b. Penyajian Data Observasi ... 98

2. Penyajian Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan

Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari

Indah Sidoarjo ... 103

C. ANALISIS DATA ... 109

1. Analisis Data Tentang Konsep Humanistik Dengan Pendidikan

Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah

Sidoarjo ... 108

2. Analisis Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan

Pendidikan Akhlak Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari

Indah Sidoarjo... 120

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(30)

21

A. Konsep Humanistik

1. Pengertian Humanistik

Konsep humanistik, dalam pengertiannya berasal dari kata Human1,

yang berarti manusiawi. Menurut Pius A Partanto dan Dahlan Al-Barry

dalam kamus Ilmiah Populer menyebutkan bahwa human berarti mengenai

manusia atau cara manusia.

Humanistik dapat dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang

berhubungan dengan kemanusiaan.2 Dalam ilmu psikologi humanistik

diartikan sebagai suatu pendekatan yang menekankan usaha melihat orang

sebagai makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada

kesadaran subjektif, meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting serta

memperkaya kehidupan manusia.3

Humanistik juga berarti bersifat tentang kemanusiaan4, Sebagaimana

kata Humanis yang berarti Orang yg mendambakan dan memperjuangkan

terwujudnya pergaulan hidup yangg lebih baik, berdasarkan asas

1

John M. Echols dan Hassan Shadily, An Indonesian-Engglish Dictionary, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998), hlm. 362.

2

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 234.

3

Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hlm. 207.

4

(31)

perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia.5 Abraham

Maslow mengungkapkan bahwa Humanistik merupakan gambaran dari

manusia sebagai makhluk yang berkehendak bebas dan bermartabat serta

selalu bergerak dengan mengungkapkan segenap potensi yang telah terdapat

dalam diri ketika berada dalam keadaan dilingkungan yang memungkinkan.6

Humanistik merupakan teori menyeluruh tentang tingkah laku manusia

yang bermanfaat besar bagi kepentingan dunia, sebuah cabang ilmu dari

psikologi bagi kehidupan yang damai dan berlandaskan pada fakta-fakta

nyata yang dapat diterima oleh segenap bangsa manusia.7

Pembahasan tentang Human ini tidak hanya berporos pada Humanistik

saja. Humanistik erat hubungannya dengan Humanisme. Sebagaimana

Humanisme yang memandang manusia sebagai makhluk yang mulia dan

memang dibentuk sebagai dasar atas pemenuhan-pemenuhan kebutuhan

pokok yang bertujuan sebagai pembentuk species manusia.8

Humanisme sendiri adalah suatu doktrin yang menekankan

kepentingan kemanusiaan dan ideal (humanisme di zaman Renaissan

didasarkan atas peradaban Yunani purba sedangkan humanisme modern

5

Ibid.

6

E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991), hlm. 109

7

Frank G. Goble, Madzhab Ketiga Psikologi Humanisme Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm.31

8Ali Syari’ati,

Humanisme Antara Islam Dan Madzhab Barat, (Bandung: Pustaka Hidayah,

(32)

menempatkan manusia secara eksklusif).9 Pada tahap ini humanistik bisa

dipahami sebagai rasa kemanusiaan atau yang berhubungan dengan

kemanusiaan.10

Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia human diartikan

bersifat manusiawi, (seperti manusia yang dibedakan dengan binatang, jin,

dan malaikat) berperikemanusiaan, baik budi, budi luhur dan sebagainya.

Humanis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan

terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas-asas

kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia, penganut paham

yang menganggap manusia sebagai obyek terpenting.11

2. Tujuan Humanistik

Sebagaimana pengertian dan esensi dari humanistik sendiri maka

dapat diketahui bahwa humanistik sangat mendambakan terciptanya suatu

proses yang senantiasa menempatkan manusia sebagai manusia. Manusia

dengan segala potensi yang dimilikinya, baik potensi yang berupa fisik, psikis,

maupun spiritual yang perlu untuk mendapatkan bimbingan. Tentu, disadari

dengan beragamnya potensi yang dimiliki manusia, beragam pula dalam

menyikapi dan memahaminya. Meski demikian, humanistik tidak memandang

salah satu aspek dalam diri manusia saja. Humanistik mengatur segala sifat

9

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arloka, 1994), hlm. 234.

10

Ibid.

11

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

(33)

dan perilaku tentang kemanusiaan12 demi terwujudnya pergaulan hidup yang

lebih baik berdasarkan asas-asas kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama

umat manusia, penganut paham yang menganggap manusia sebagai obyek

terpenting.13 Ali syari’ati juga mengungkapkan bahwa himpunan-nimpunan

mengenai dasar-dasar dari kemanusiaan yang telah disepakati oleh para pakar

ilmuan juga menyatakan bahwa tujuan pokok humanistik adalah untuk

terwujudnya keselamatan (kesejahteraan) dan kesempurnaan dalam kehidupan

manusia.14

3. Ruang Lingkup Humanistik

Sejarah telah mencatat bahwa bapak pelopor dan penemu humanistik ini

adalah Abraham Maslow.15 Pada awal kemunculannya, konsepsi dan teori

humanistik hanya berkisar pada kritik tentang hasil penemuan dan penelitian

ilmuwan-ilmuwan terdahulu yang hanya terfokus pada kejadian-kejadian

(tingkah laku) manusia saja dengn tanpa memperdulikan aspek-aspek dasar

dari kepribadian secara menyeluruh. Maslow juga mendebat tentang

pendapat ilmuwan terdahulu mengenai relevansi hasil penyelidikan manusia

dengan hewan. Maslow memandang bahwa sesungguhnya dalam diri

manusia terdapat pembawaan bekal pribadi yang baik dan potensi yang

12

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),hlm. 316

13

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 361.

14Ali Syari’ati,

Humanisme Antara Islam Dan Madzhab Barat, (Bandung: Pustaka Hidayah,

1996), hlm. 39

15

Helen Graham, Psikologi Humanistik: Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Sejarah,

(34)

kreatif16. Dengan keberadaan bekal kepribadian yang baik dan potensi kreatif

tersebut diharapkan agar terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera dan

berkembang.

Para pakar eksistensialisme dan humanistik telah sepakat dan membagi

tentang konsepsi humanistik kedalam tiga lingkup. Lingkup pertama yaitu

penolakan paham dari penemuan sebelumnya yang menyatakan bahwa

manusia dan kepribadiannya semata-mata hanya hasil dari bawaan

lingkungan. Sebaliknya, para pakar dan ahli humanistik dan eksistensialisme

telah menetapkan dan percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan

dalam memilih tindakan, menentukan nasib dan arah hidupnya sendiri,

mereka meyakini bahwa sesungguhnya manusia mampu dan berdaya dalam

menentukan tujuan, nasib, dan arah hidupnya, serta bertanggung jawab atas

apa yang telah dipilihnya dalam jalan hidupnya. Lingkup yang kedua adalah

penekanan pada suatu anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dan

bertanggung jawab bagi segala perbuatan dan tindakan-tindakannya. Dalam

humanistik, para ahli humanistik pun menekankan bahwa individu adalah

penentu bagi tindakan, tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Humanistik

memandang manusia sebagai agenyang sadar,bebas memilih dan

menentukan sendiri setiap tindakan yang akan diambilnya. Pada intinya,

filsafat eksistensialisme memberikan pengaruh besar dalam psikologi

humanistik. Psikologi humanistik mengambil model dan dasar manusia

16

(35)

sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. Lingkup yang ketiga

adalah konsep kemenjadian (becoming). Dalam konsep yang terakhir ini

memandang manusia sebagai makhluk yang tiudak pernah bisa diam,

manusia selalu berada dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari apa

yang telah dilakukan diwaktu yang lalu.17

Dari pemaparan mengenai konsepsi awal dari pakar humanistik yang

menekankan dan meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang sadar,

mampu memilih nasib, tindakan dan tingkah lakunya sendiri, serta mambu

bertanggung jawab dengan apa yang telah dipilih dan dilakukannya. Manusia

juga merupakan makhluk yang selalu berada dalam proses untuk menjadi

manusia yang berbeda dari apa yang telah dipilih dan dilakukan sebelumnya.

Maka dari wujud kesadaran dan konsep becoming itu maka timbullah banyak

aturan-aturan yang membatasi tingkah laku manusia agar konsepsi

kemenjadian tersebut dapat diarahkan kedalam wujud kepribadian yang jauh

lebih baik dari sebelumnya.

4. Konsep Humanistik

Humanistik merupakan sebuah konsep keilmuan yang sangat masyhur

sehingga hampir semua pihak, organisasi dan bahkan lembaga

kemasyarakatan pun juga ikut serta dalam memberikan pandangan, dan telah

merumuskan sendiri mengenai konsepsi dan teori dalam kajian humanistik.

17

(36)

Dalam hal ini, akan dibahas mengenai konsep humanistik yang telah

dispesifikkan dalam perspektif Paguyuban Sumarah.

Konsep becoming dalam aliran humanistik yang menyatakan bahwa

manusia selalu dalam proses untuk menjadi kepribadian yang berbeda dari

sebelumnya ini kemudian diarahkan oleh paguyuban sumarah pada etika dan

budi luhur dalam paguyuban sumarah agar terciptanya kepribadian yang

berada dalam proses dan kemenjadian pribadi yang lebih baik dari

sebelumnya.

a. Etika Hidup Sumarah

Mengenai tentang etika dan kepribadian dari paguyuban

sumarah, paguyuban sumarah telah mengatur dan mengarahkan

kepribadian para anggotanya dalam bersikap dan menentukan

tindakan dikehidupan sehari-hari. Sumarah mengajarkan kepada

anggotanya untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa

memandang agama, ras, etnis, ataupun bangsa.18 Mereka meyakini

bahwa berbuat baik kepada siapa saja berarti sama artinya dengan

berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada Tuhan. Oleh karena itu,

ajaran etika yang sekaligus menjadi keyakinan dari paguyuban

sumarah ini adalah berupa buah dari amal perbuatan yang telah

dilakukan oleh manusia itu sendiri. Paguyuban sumarah biasa

18

Petir Abimanyu, Buku Pintar Aliran Kebatinan dan Ajarannya, (Jogjakarta: Laksana,

(37)

menyebut hal tersebut dengan istilah karma. Karma tersebut berasal

dari bahasa sansekerta yang berarti perbuatan dan pahala (hasil), akan

didapat oleh setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Paguyuban

sumarah juga meyakini bahwa hasil atau karma dari setiap perbuatan

akan diterima oleh si pelaku bahkan sampai kepada para

keturunannya nanti baik dalam kehidupan sekarang ataupun yang

akan datang.19

b. Ajaran Tentang Budi Luhur

Paguyuban Sumarah di samping mengajarkan kepada

anggotanya untuk tetap iman kepada Allah serta bersujud Sumarah

kepada-Nya, juga mengajarkan tentang budi luhur, yaitu untuk

membentuk jiwa agar memiliki sifat-sifat luhur dengan cara melatih

segala perbuatan, perkataan, dan hati secara moralitas agar dapat

mendekati dengan sifat-sifat Tuhan yang Maha Suci. Ajaran budi

luhur tersebut adalah sebagai berikut20:

1) Bersikap sederhana dan menarik hati.

2) Tepo sliro dan tenggang rasa terhadap sesama manusia,

sesama golongan, aliran dan agama.

19

Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1987), hlm. 17

20

Abdul Mutholib Ilyas dan Abdul Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di

(38)

3) Berusaha mewujudkan kesehatan, ketentraman, dan kesucian

rohani.

4) Memiliki tabiat luhur, tutur kata dan perilaku yang baik.

5) Mempererat persaudaraan berdasarkan cinta kasih dan suka

memaafkan kesalahan orang lain.

6) Tidak membeda-bedakan antara sesama manusia.

7) Berusaha untuk dapat melaksanakan kewajiban sebagai warga

negara.

8) Berperilaku benar dengan memperhatikan dan mengutamakan

kepentingan umum.

9) Sabar dan teliti dalam menerima sesuatu, tidak gegabah,

tergesa-gesa, dan rajib dalam menuntut ilmu.

Tidak berbuat jahat, jahil, firnah, maksiat, dan segala tingkah

laku tercela.

Disamping itu pula, Paguyuban Sumarah juga mengajarkan

agar manusia memiliki sikap sebagai berikut21 :

a) Tidak berbuat apa-apa, artinya bahwa orang harus yakin

bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas

kehendak Tuhan. Oleh karena itu seseorang tidak sepatutnya

21

Ridin Sofwan. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Tuhan Yang Maha

(39)

bersikap sombong, takabur atau kumengsun (egoistis), tetapi

hendaklah senantiasa rendah hati.

b) Tidak mempunyai apa-apa, artinya dalam bertindak hendaklah

tidak disertai maksud untuk menguntungkan diri sendiri, atau

dengan kata lainhendaklah “sepi ing pamrih rame ing gawe”.

c) Menyerahkan jiwa raga, artinya bahwa seseorang hendaklah

yakin bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah termasuk

jiwa dan raga manusia itu sendiri. Sebab, segala sesuatu yang

dimiliki oleh manusia adalah titipan dari Allah, maka segala

sesuatu hendaklah diserahkan pada kehendak Allah.

B. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Pendidikan

Pada tahun 1649, lembaga keilmuan peranis mendefinisikan

pendidikan sebagai pembentukan jiwa dan raga22, namun yang perlu

digari bawahi disini adalah mereka mendefinisikan pendidikan dengan

tanpa membedakan antara pengajaran dan pendidikan.

Definisi lain juga datang dari para filosof barat. Mereka memberikan

definisi yang bervariasi. Mereka berpendapat bahwa pendidikan adalah

pembentukan individu melalui pendidikan jiwanya, yaitu dengan

22

(40)

membangkitkan kecenderungan-kecenderungannya yang

bermacam-macam. Sebagian lain berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha untuk

membuat seseorang menjadi unsur kebahagiaan bagi dirinya dan orang

lain. Dan ada lagi yang berpendapat bahwa pendidikan adalah semua

yang dilakukan oleh kita dan oleh orang lain untuk kepentingan kita agar

mencapai karakteristik yang sempurna.23

Sedangkan para pakar pendidikan Islam memiiki pengertian tersendiri

mengenai pendidikan. Sebagaimana Ibnu Faris mendefinisikan

pendidikan sebagai perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap pihak

yang dididik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan di dalam

jiwanya, sehingga ia menjadi matang dan mencapai tingkat yang

sempurna yang sesuai dengan kemampuannya.24

Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa dalam Islam, Pendidikan

diartikan sebagai pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya,

rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu

pendidikan menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai

maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat

dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.25

23

Ibid.

24

Ibid, hlm. 23

25

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi ditengah Milenium III,

(41)

Dalam pendidikan Islam dirumuskan sebagai proses transinternalisasi

pengetahuan kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,

bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya,

guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan

akhirat.26

b. Pengertian Akhlak

Mengenai tentang akhlak atau yang juga biasa dikenal dengan istilah

Budi, merupakan alat batin yang memaduankan akal dan perasaan untuk

menimbang baik dan buruk. Pekerti ; tingkah laku; perangai; akhlak.27

Dalam Pendidikan Islam budi pekerti disebut dengan Akhlak. Dalam

buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Aminuddin

mengutip pemikiran Ibnu Maskawaih yang mengartikan Akhlak sebagai

keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.28

Masawi mendefinisikan akhlak merupakan sekumpulan konsep

dan pemahaman tentang mengendalikan perasaan dan emosi. Akhlak

26

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.

27-28

27

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 131

28

(42)

dapat dikatakan pula sebagai faktor paling berpengaruh terhadap aturan

kehidupan umat manusia.29

c. Pengertian Pendidikan Akhlak

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa pendidikan akhlak,

pernyataan ini terdiri dari dua buah kata, yaitu kata pendidikan dan kata

akhlak. Pada intinya pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam

pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani

dan rohaninya ke arah kedewasaan.30

Sedang kata akhlak berarti salah satu bagian dari Pendidikan Agama

Islam yang membahas tentang budi pekerti yang juga merupakan salah

satu program Pendidikan Dasar Umum yang berfungsi sebagai dasar

pembinaan seorang muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT. Jadi pendidikan akhlak adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

orang dewasa kepada anak-anak untuk mendewasakannya dari segi

tingkah laku sehingga terbentuk manusia yang berkepribadian muslim,

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.31

29

Mujtaba Musawi, Roadmap To God : Meniti Kesempurnaan Akhlak Dan Kesucian

Rohani, (Jakarta: Citra, 2013), hlm. 1

30

M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 11

31

DEPAG RI, Buku Pedoman Kurikulum Madrasah Tsanawiyah 1984, (Jakarta, 1989),

(43)

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

Dalam agama Islam diyakini bahwa segala perbuatan manusia adalah

suatu hal yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.32 Karenanya, menjadi

penting untuk mengenyam pendidikan akhlak sejak dini untuk mengetahui

mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik. Dalam

penumbuh kembangan akhlak manusia dapat ditempuh dengan pendidikan,

di mana pendidikan merupakan suatu proses atau upaya dalam membantu

peserta didik menemukan kedewasaan. Melalui pendidikan, diharapkan

peserta didik dapat menjadi manusia yang memiliki pribadi yang

bertanggung jawab, baik kepada Tuhannya, sesama ciptaan-Nya, maupun

lingkungannya.

Kongres Pendidikan Islam Sedunia tahun 1980 di Islamabad

menetapkan pendidikan sebagai berikut:

“Pendidikan harus ditujukan ke arah pertumbuhan yang

berkeseimbangan dari kepribadian manusia yang menyeluruh melalui rasio, perasaan dan pancaindra. Oleh karenanya, maka pendidikan harus memberikan pelayanan kepada pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya yaitu aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, linguistic, baik secara individu maupun kolektif, serta mendorong semua aspek itu ke arah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan.” 33

Secara umum, akhlak mulia adalah tujuan utama dalam pendidikan

akhlak.34 Sejalan dengan itu, Heri Gunawan mengutip pendapat Athiyah

Al-Ibrasy dalam bukunya Ruh al-Tarbiyah wa Ta’lim menyatakan bahwa inti

32

Abd. Haris, Pengantar Etika Islam, (Sidoarjo: Al-Afkar Press, 2007), hlm.132

33

M. Arifin, M. Ed., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 132

34

(44)

dari tujuan pendidikan adalah pendidikan akhlak.35 Jika melihat pola tujuan

dari paparan pendidikan yang dikutip di atas, nampak bahwa pendidikan

dapat ditempuh melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal, informal

maupun nonformal. Dapat diartikan bahwa untuk memperoleh pendidikan

tidak hanya dari sekolah saja atau waktu sekolah saja, tetapi pendidikan

dapat diperoleh kapan saja dan di mana saja, dengan syarat pengaruh yang

didapat harus memiliki nilai manfaat dan bernilai positif bagi peserta didik

dalam perkembangannya menuju kedewasaan.

Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor atau

komponen, baik yang bersifat internal maupun yang sifatnya eksternal yaitu

komponen-komponen pendidikan yang ada pada lingkungan pendidikan

maupun pribadi pendidik atau peserta didik. Salah satu di antara

komponen-komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah media

pendidikan.36 Masyarakat yang berada disekitar lingkungan tempat tinggal

dari peserta didik pun juga memberikan peran dan pengaruh penting bagi

perkembangan pendidikan akhlaknya. Karenanya, maka tidak bisa dianggap

remeh tentang tempat dan lingkungan dari pertumbuhan akhlak peserta didik.

35

Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2014), hlm.10

36

Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan; Pengertian dan Penerapannya di

(45)

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa agama Islam adalah agama

kemanusiaan.37 Karenanya Islam mendidik ketat umatnya dalam berperilaku.

(berakhlak). Dalam garis besarnya, akhlak dapat dibagi menjadi dua

pembagian besar, yaitu38:

a. Pembagian Akhlak

1) Akhlak Yang Terpuji (Akhlakul Karimah/Mahmudah)

Akhlak yang terpuji (Akhlakul Karimah/Mahmudah)

merupakan akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol

Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif

dalam masyarakat dan kemaslahatan umat. Seperti sifat jujur,

sabar, amanah, ikhlas, tawakal, tawadlu (rendah hati), optimis,

suka menolong, sukabekerja keras. Khusnudzon (berbaik

sangka), dan lain-lain. Allah berfirman dalam surat

قلخب س نلا قل خ حمت ةنسحلا ة يسلا عبتأ ،تنك م ثيح ه قتا

نسح

“Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Muadz bin Jabal

rodhiallahuanhum, Rosulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam

bersabda : Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada. Iringilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaulah

37

Moh. Amin, Sepuluh Induk Akhlak Terpuji, (Jakarta: Kalam Mulia, 1997), hlm.5

38

Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta:

(46)

dengan manusia dengan akhlak yang baik.39 (HR. Imam Tirmidzi)

2) Akhlak Yang Tercela (Akhlak Madzmumah)

Akhlak Yang Tercela (Akhlak Madzmumah) yaitu

akhlak yang tidak berada dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal

darihawa nafsu yang berada dalam lingkar syaitaniyah dan

dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi

kepentingan umat manusia. Seperti sifat acuh tak acuh,

takabbur (sombong), tamak, pesimis, bohong/dusta, malas,

berkhianat, kufur, su’udzon (berburuk sangka), dan lain-lain.

a. Objek/sasaran Pendidikan Akhlak

Mengenai objek atau sasaran dalam pendidikan akhlak digolongkan

dalam tiga bagian, yaitu40:

1) Akhlak Terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan

yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada

Tuhannya. Dalam nerakhlak kepada Allah ini dapat diwujudkan

dengan sikap taat, tawadhuk dan tawakal. Karena Allah menciptakan

manusia tidak lain adalah untuk menyembah kepada-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 :

39

http://indonesiaindonesia.com/f/82475-hadits-hadits-rasulullah-share/index10.html. diakses pada tanggal 18 Januari 2016

40

(47)













56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.41

2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Dalam lingkup pembahasan akhlak terhadap sesama manusia

ini dapat dispesifikkan dalam manusia-manusia atau orang-orang

yang paling dekat dan melekat dalam keseharian. Seperti Rasulullah,

orang tua (ayah dan ibu), guru, tetangga, dan masyarakat di

lingkungan sekitar.

a) Akhlak Terhadap Rasulullah

Taat kepada Rasulullah dapat diartikan dengan

menjauhi segala apa yang dilarangnya dan menjalankan apa

yang telah diperintahkannya. Sebagaimana yang telah beliau

sampaikan dalam hadits (sunnah), yang terwujud dalam sikap,

perbuatan dan penetapannya. Sebagaimana Allah berfirman

dalam surat An-Nisa’ ayat 80 :





















80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari

41

(48)

ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].

[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.42

b) Akhlak Terhadap Orang Tua (Ayah dan Ibu)

Akhlak Terhadap kedua orang tua ini dapat diwujudkan

dengan penghormatan atau menghormati kedua orang tua.

Penghormatan tersebut dapat direlisasikan dengan berbagai

macam sikap, seperti mentaati segala perintahnya selama

perintah itu baik, berbakti kepada keduanya, berbuat baik pada

keluarganya dan juga berbicara dengan perkataan-perkaaan

yang baik. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat

23 :



















































23.

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850].

42

(49)

[850] mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.43

c) Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat

Pentingnya akhlak tidak hanya terbatas pada perorangan saja.

Akhlak juga berperan penting dalam bertetangga,

bermasyarakat, dan untuk kemanusiaan seluruhnya. Diantara

akhlak terhadap tetangga dan masyarakat adalah perwujudan

sikap saling tolong menolong, menghormatiberkata sopan,

berlaku adil, bermurah hati, menepati janji, penyantun, dan

lain-lain. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2 :

























2. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.44

a. Akhlak Terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala

sesuatu yang berada di sekitar manusia, baikitu berupa binatang,

tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang tidak bernyawa.

43

Ibid., hlm. 284

44

(50)

Binatang, tumbuhan dan benda-benda mati yang tidak bernayawa

pada dasarnya semuan

Gambar

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.26

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan multimedia interaktif yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA pada materi

Berdasarkan penelitian implementasi algoritma genetik sebagai metode alternatif penyelesaian masalah aliran daya optimal dengan objektif permasalahan meminimalkan

1) panen tahunan dari ^esies yang diinginkan di satu perairan; 2) penumpukan bahan organik da lam tubuh organisme (seperti pro duksi primer oleh tanaman auto- troph, dan

Bagi menjelaskan persoalan tersebut, makalah ini menyenaraikan dua objektif kajian, iaitu mengenal pasti modal insan tradisi yang dimiliki dan digunakan oleh Orang Kuala

Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca intensif dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui strategi KWL pada

Berada di Jalan Engku Putri, Batam Center, kawasan hunian Orchard Park Batam memiliki lokasi yang dekat dengan Mega Mall Batam, Pelabunan Batam Centre, sekolah Kallista

Pelaporan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dengan suatu cara tertentu yang telah disepakati, untuk menyajikan suatu data sebagai

Genteng plastik adalah unsur bangunan yang dibuat dari bahan dasar plastik yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai penutup atap.. Pengunaan plastik