IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM
PEMBERIAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK
SYARIAH MANDIRI AREA SURABAYA 2 JEMUR
HANDAYANI
SKRIPSI
Oleh:
WAHIDATUN NAFI’AH
NIM: C04213063
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM
PEMBERIAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK
SYARIAH MANDIRI AREA SURABAYA 2 JEMUR
HANDAYANI
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ekonomi Syariah
Oleh:
WAHIDATUN NAFI’AH
NIM: C04213063
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Implementasi Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Area Surabaya 2 Jemur Handayani”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu: Bagaimana implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri Area Surabaya 2 Jemur Handayani dan bagaimana implikasi atas penerapan prinsip kehati-hatian bagi sektor UMKM.
Dalam menjawab rumusan masalah diatas, dilakukan pengumpulan data melalui wawancara secara langsung dengan micro banking manager, analysis micro banking, dan staf micro banking lainnya, dokumentasi terkait data dilapangan serta implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri Area Surabaya 2 Jemur Handayani yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani dilakukan dengan menerapkan dan mematuhi RAC (Risk Acceptance Criteria), analisa pembiayaan, mitigasi risiko, dan penentuan batas maksimum pemberian pembiayaan. Dampak implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani bagi UMKM adalah sulitnya untuk mendapatkan kucuran dana, banyaknya proses yang harus dilalui. Sedangkan, untuk bank yaitu bank mendapatkan nasabah yang selektif dan meminimalisisr terjadinya pembiayaan bermasalah, serta menjaga nilai NPF pembiayaan warung mikro. Dampak negatif yang diterima oleh bank yaitu kurang maksimanya profitabilitas karena banyak pembiayaan yang ditolak.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLETERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 10
C. Rumusan Masalah ... 11
D. Kajian Pustaka ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 18
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 19
G. Definisi Operasional ... 19
H. Metode Penelitian ... 21
I. Sistematika Pembahasan ... 26
BAB II PEMBIAYAAN DAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN PEMBIAYAAN ... 29
1. Pengertian dan tujuan pembiayaan ... 29
2. Jenis pembiayaan ... 31
3. Pembiayaan Mura>bahah ... 32
B. Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pemberian Pembiayaan ... 35
1. Pengertian dan tujuan prinsip kehati-hatian ... 35
2. Proses pemberian pembiayaan ... 36
3. Prinsip Pemberian Pembiayaan ... 45
4. Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan ... 50
BAB III PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PT BANK SYARIAH MANDIRI AREA SURABAYA 2 JEMUR HANDAYANI DALAM PEMBERIAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO ... 56
A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) ... 56
1. Sejarah singkat dan perkembangan ... 56
2. Visi, Misi dan Share Values ... 59
3. Struktur Organisasi dan deskripsi Tugas ... 60
4. Produk-produk Bank Syariah Mandiri Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 63
B. Produk dan Dokumen Persyartan Pembiayaan Warung Mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 71
1. Produk Pembiayaan Warung Mikro dan Batas Limit Pembiayaan ... 71
2. Dokumen Persyaratan Pembiayaan ... 72
C. Prosedur Pemberian Pembiayaan Warung Mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 74
D. Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Pembiayaan Warung Mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 75
2. Analisis Pembiayaan ... 80
3. Mitigasi Risiko ... 86
4. Batas pemberian pembiayaan/ limit pemberian pembiayaan ... 88
E. Dampak Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pemberian Pembiayaan Warung Mikro BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 88
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI PRINSIP KEHATI- HATIAN DALAM PEMBERIAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI AREA SURABAYA 2 JEMUR HANDAYANI ... 91
A. Analisis Terhadap Implementasi Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pemberian Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 91
B. Analisis Terhadap Implikasi Penerapan Prinsip Ketahi-Hatian Dalam Pemberian Pembiayaan Warung Mikro Bagi Sektor UMKM ... 95
BAB V PENUTUP ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Penelitian Penulis ... 16
3.1 Deskripsi Tugas BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 63
3.2 Produk-Produk Pembiayaan Warung Mikro ... 70
3.3 Dokumen Persyaratan Pembiayaan ... 71
3.4 RAC Umum Non-Golbertab ... 75
3.5 RAC Umum Non-Golbertab ... 76
3.6 RAC Khusus Berdasarkan Wiraswasta ... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Struktur Oganisasi Operasional BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor yang
memiliki daya tahan tinggi mampu menopang perekonomian negara, bahkan
saat terjadi krisis global.1 UMKM menjadi sektor penting bagi perkembangan
perekonomian nasional. Secara faktual, sebagian besar sektor ekonomi
Indonesia didukung oleh sektor UMKM. UMKM memiliki karakteristik yang
fleksibel dan dapat memberikan konstribusi besar terhadap perekonomian
bangsa. Oleh Karena itu, begitu pentingnya pengembangan usaha kecil
menengah di Indonesia, selain sebagai amanat konstitusi juga merupakan
sumber penting bagi terbukannya kesempatan kerja dan motor penggerak
utama pembangunan ekonomi nasional. Peran UMKM juga sering dikaitkan
dengan upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan pemerataan
pendapatan.2 Namun secara empiris, UMKM kerap menghadapi tantangan
dan hambatan terutama dalam hal akses modal (terbatasnya modal usaha).
Pemberdayaan serta dukungan terhadap UMKM setidaknya bisa diawali
dari kendala kekurangan atau keterbatasan akses modal yang sering
dikeluhkan oleh para pelaku sektor UMKM. Dalam kondisi seperti ini,
1 Dani Jurmadil Akhir, “Presiden Jokowi: di Indonesia UMKM Topang Ekonomi Negara Saat Krisis”, http://economy.okezone.com/read/2016/02/16/320/1313170/presiden-jokowi-di-indonesia -umkm-topang-ekonomi-negara-saat-krisis, di akses pada tanggal 7 September 2016.
2 Muhammad, Bank Syariah, Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia (Yogyakarta:
2
keberadaan Lembaga Keuangan Syariah (LKS), khususnya lembaga perbankan
syariah sebagai lembaga yang berkaitan erat dengan permodalan dan keuangan
sangat dibutuhkan dan menjadi solusi atas kendala yang dihadapi oleh sektor
UMKM. Melihat fakta tersebut, sudah selayaknya sektor UMKM
mendapatkan dukungan serta perhatian dari pemerintah dan lembaga
keuangan khususnya perbankan syariah.
Perbankan syariah mempunyai fungsi memiliki dana dari masyarakat
dalam bentuk titipan dan investasi dari pihak pemilik dana. Fungsi lainnya
ialah menyalurkan dana kepada pihak lain yang membutuhkan dana dalam
bentuk jual beli maupun kerja sama usaha.3
Akan tetapi, dalam melakukan pemberian pembiayaan, bank tidak bisa
serta merta memberikan pembiayaan tersebut pada sektor UMKM. Hal ini,
dilakukan tidak lain dilakukan untuk menghindari segala kemungkinan yang
terjadi salah satunya yaitu kemacetan pembayaran pembiayaan oleh sektor
UMKM.
Sebagimana Laporan Perkembangan Pembiayaan UMKM Triwulan II
2016 bahwa Tingkat kemacetan pembiayaan UMKM secara keseluruhan
pada awal Triwulan II 2016 tercatat 4,82%, reltif sama dibandingkan rasio
NPF (Net Performing Finance) pembiayaan pada triwulan sebelumnya
(4,87%) namun meningkat bila dibandingkan pada Triwulan II 2015 (4,62).
NPF tertinggi pada pembiayaan Usaha Kecil, sebesar 5, 54% dan terendah
3
terjadi pad pembiayaan usaha mikro sebesar 3,57%. Sedangkan NPF
pembiayaan Usaha Menengah tercatat sebesar 5,04%.4 Oleh sebab itu, bank
diwajibkan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian untuk meminimalisir
segala kemungkinan yang terjadi.
Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai lembaga keuangan yang
menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan, juga ikut serta dalam kontribusi dan mendukung sektor
UMKM atas kendala akses modal yaitu melalui produk pembiayaan warung
mikro.
Bank Syariah Mandiri (BSM) yang beroperasi sejak 1 November 1999,
yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti
merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara,
kemudian dikonversi menjadi Bank Syrariah Mandiri, bank syariah kedua di
Indonesia. BSM saat ini sudah membuka 864 kantor layanan di 33 provinsi di
seluruh Indonesia, salah satunya yaitu BSM Area Surabaya 2 yang terletak di
Jemur Handayani Nomor3 Surabaya.5
BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani pada mulanya berupa unit
kantor kas yang berinduk pada kantor pusat BSM di Jakarta yang berdiri sejak
Tahun 2008. Setelah tiga Tahun berdiri pertumbuhan kantor kas sangat pesat
sehingga berubah status menjadi kantor cabang pembantu (KCP) pada Tahun
2011. Perkembangan KCP ini juga sangat pesat sehingga pada Tahun 2012
4 Bank Indonesia, Laporan perkembangan kredit UMKM Triwulan II 2016.
5 Bank Syariah Mandiri, “Profil Perusahan”,
4
KCP Jemur Handayani berubah menjadi kantor Area wilayah Surabaya 2 yang
membawahi beberapa KCP didaerah Surabaya 2 dan Madura.
BSM Area Surabaya 2 jemur Handayani selain berperan dalam
menghimpun dana juga mempunyai peran untuk menyalurkan dana
(pembiayaan) kepada masyarakat yang membutuhkan dengan menerapkan
prinsip kehati-hatian. Hal ini, salah satu kewajiban bank untuk membantu
dan mendorong sektor UMKM agar tetap eksis dalam kompetisi global ini.
Adapun produk pembiayaan di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani,
salah satunya yaitu pembiayaan warung mikro dengan menggunakan akad
mura>bah{ah. Landasan hukum pembiayaan melalui warung mikro didasarkan
pada Surat Edaran Pembiayaan Nomor11/009/PEM tanggal 13 Februari 2009.
Pembiayaan warung mikro adalah pembiayaan bank kepada nasabah/calon
nasabah perorangan/badan usaha untuk membiayai kebutuhan usahanya
melalui pembiayaan modal kerja dan/atau pembiayaan investasi dengan limit
Rp15.000.000 (lima belas juta) sampai dengan Rp200.000.000 (seratus juta
rupiah). Warung mikro merupakan layanan di Kantor Cabang/Kantor Cabang
Pembantu (KC/KCP) yang ditunjuk untuk memasarkan, memproses dan
mengelola portofolio pembiayaan segmen mikro di Bank.
Warung mikro BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani adalah satu dari
warung mikro yang dimiliki oleh BSM Nasional. Hadirnya warung mikro
merupakan perwujudan dari misi ke-dua BSM yaitu: pengembangan
pembiayaan sektor UMKM. Pembiayaan ini di peruntukkan kepada
5
Usaha (PT, CV, UD, dan sebagainya). Sedangkan akad mura>bah{ah adalah
salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi
kepada pembeli tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit yang diinginkan
yang tercermin dalam harga jual.6
BSM sebagai lembaga bisnis yang berpegang pada nilai-nilai syariah
tentu tidak ingin mengalami kerugian sebagaimana halnya lembaga–lembaga
bisnis lainnya.7 Oleh karena itu, BSM tidak serta merta memberikan kucuran
dana kepada nasabah pembiayaan khususnya pengusaha UMKM, karena
BSM selain mengemban amanah dari pihak ketiga, BSM juga menerapkan
prinsip kehati-hatian. Hal ini di lakukan untuk menjaga dana yang
diamanahkan kepada bank dan meminimalisir terjadinya pembiayaan
bermasalah. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam QS. Al-Anfaal (8) :
27.8
َنوُمَلْعَ ت ْمُتْ نَأَو ْمُكِتاَناَمَأ اوُنوَََُو َلوُسّرلاَو َّّا اوُنوََُ ََ اوُنَمآ َنيِذّلا اَهّ يَأ اَي
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) jangalah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.” (QS. Al-Anfaal: 27).
6 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 91. 7 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek (Jakarta:
Alvabet, 1999), 132.
6
Sebagaimana disebutkan pada Pasal 36 dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dijelaskan
bahwa: 9
“Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha
lainnya, Bank Syariah dan UUS wajib menempuh cara-cara yang tidak
merugikan Bank Syariah dan/atau UUS dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya”.
Menurut Pasal 25 ayat 1 dan 2 dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dalam Pasal
tersebut dijelaskan bahwa:10
1. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur bank, Bank Indonesia
berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat
prinsip kehati-hatian,
2. Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
Prinsip kehati-hatian (Prudential Principle) merupakan prinsip yang
menyatakan bahwa lembaga keuangan dalam menjalankan fungsi dan
kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dengan mengenal
costumer dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan
masyarakat kepadanya.
9 Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
7
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan telah diatur sistem pemberian pembiayaan sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 8 ayat (1) yang menyebutkan:
“Dalam memberikan pembiayaan atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan
nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau menggembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”11
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dalam memberikan pembiayaan
bank harus melaksanaan prinsip kehati-hatian secara faktual dapat dilihat
dalam penerapan analisis pemberian pembiayaan secara mendalam dengan
menggunakan prinsip the five C principle dan 1S, yakni meliputi unsur
character (watak), capital (permodalan), capacity (kemampuan nasabah),
collateral (agunan), dan condition of economy (kondisi perekonomian), dan
Syariah.12 Adapun prinsip kehati-hatian yang telah diterapkan oleh BSM
yaitu prinsip lebih pada 4C+1S yaitu Character, Capacity, dan Collateral,
Capital dan Syariah, karena prinsip ini dinilai cukup untuk menganalisis
calon nasabah yang melakukan pembiayaan warung mikro di BSM.
11 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
8
Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna
mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Krisis perbankan
yang melanda Indonesia sepanjang Tahun 1997 hingga saat ini menunjukan
betapa lemahnya komitmen untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian
dikalangan pelaku bisnis perbankan. Oleh karena itu, dukungan control
terhadap aktivitas perbankan oleh Bank Indonesia (BI) dengan mewajibkan
melaksanakan prinsip kehati-hatian merupakan solusi terbaik dalam rangka
menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan, yang pada akhirnya
menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan itu
sendiri.
Dalam pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, BSM harus
berhati–hati dalam memilih calon nasabah yang mengajukan permohonan
untuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah agar tidak terjadi wanprestasi
oleh debitur atau nasabah. Penyebab dari adanya kemacetan (wanprestasi)
dalam pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tidak sepenuhnya disebabkan
oleh nasabah saja, akan tetapi juga terdapat faktor yang berasal dari pihak
bank itu sendiri. Faktor yang berasal dari bank yang menyebabkan
kemacetan dalam pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
kurangnya ketelitian pihak bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian
yang harus dilaksanakan oleh bank pada saat memberikan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.
Sehubungan dengan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan kepada
9
ini, karena marketing adalah uratnadi dalam sebuah bisnis. Para marketing di
BSM telah ditarget untuk menyalurkan dana yang telah ditargetkan. Target
pembiayaan divisi mikro untuk merencanakan pertumbuhan bisnis sebesar
Rp 3.000.000.000 (tiga milyar rupiah) pada Tahun ini. Oleh karena itu,
marketing mendapat tanggung jawab yang besar untuk menyalurkan dana.
Marketing warung mikro mempunyai target Rp 250.000.000 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) per orang dan per bulan di Tahun ini. Pencapaian target
tersebut akan dievaluasi oleh pihak yang berwenang setiap 3 bulan sekali,
jika akumulasi selama 3 bulan tersebut dibagi dengan targetnya maka akan
diketahui prosentase kinerja marketing tersebut. Dalam hal ini, jika
porsentase kurang dari 70%, maka marketing tersebut akan dikenakan
determinasi. Oleh karena itu, marketing akan berupaya untuk mendapatkan
nasabah pembiayaan yang layak untuk mencapai targetnya dengan tidak
mengesampingkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan.
Salah satu prinsip yang harus dilaksanakan BSM dalam pemberian
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah ini adalah prinsip tentang kewajiban
bank untuk berhati-hati dalam pemilihan calon nasabah yang mengajukan
permohonan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, atau biasa dikenal
dengan istilah prinsip kehati–hatian atau Prudent Banking Principle.
Kegiatan pemberian pembiayaan harus menerapkan prinsip kehati-hatian,
bank harus dapat memelihara keseimbangan dan menerapkan prinsip
10
menjamin lancarnya pelunasan pembiayaan yang telah disalurkan.13 Selain
itu, BSM juga mempunyai kewajiban untuk menjalankan misinya yaitu
memberikan kontribusi atau bantuan kepada pihak UMKM melalui
pembiayaan warung mikro serta mentaati peraturan pemberian pembiayaan
yakni dengan mematuhi prinsip kehati-hatian untuk meminimalisir segala
kemungkinan yang akan terjadi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh
mengenai: “Implementasi Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian
Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri Area Surabaya 2 Jemur
Handayani”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis
melakukan identifikasi masalah diantaranya adalah:
a. Kontribusi BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani pada sektor
UMKM melalui pembiayaan warung mikro, akan tetapi kontribusi
atau bantuan tersebut tidak bisa serta merta diberikan kepada sektor
UMKM.
b. Peran marketing dalam mendapatkan nasabah pembiayaan dengan
target pembiayaan yang telah ditentukan.
13 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bhakti, Cet. 2,
11
c. Adanya standar kelayakan dalam prosedur pemberian pembiayaan
warung mikro sehingga tidak semua sektor UMKM bisa mendapatkan
kucuran dana, sedangkan misi bank yaitu membantu sektor yang
membutuhkan.
d. Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan macet (wanprestasi) di
BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani.
e. Implementasi prinsip-prinsip kehati-hatian dalam pemberian
pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur
Handayani.
f. Implikasi penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian
pembiayaan warung mikro bagi sektor UMKM
2. Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
ruang lingkup pada penelitian ini, yaitu pada:
a. Implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan
warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani.
b. Implikasi penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian
pembiayaan warung mikro bagi sektor UMKM.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakangdi atas, maka rumusan masalah dalam
12
1. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip kehati-hatian dalam pemberian
pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani?.
2. Bagaimana implikasi penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian
pembiayaan warung mikro bagi sektor UMKM?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan dalam penelitian di seputar masalah yang diteliti.14
Setelah penulis menelaah beberapa pustaka sebagai pembanding agar
dapat diketahui signifikansi antara penelitian terdahulu dan yang akan
dilakukan. Signifikansi serta pembanding bisa berhubungan dengan teori,
metodologi dan lain sebagainya. Berukut ini adalah beberapa karya ilmiah
yang dijadikan sebagai bahan kajian pustaka:
Skripsi Andi Rahman mengenai Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian
dalam Pengelolaan Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) 15, yaitu
Membahas tentang bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian (Prudential
Banking principle) dalam pengelolaan kartu ATM dan perlindungan hukum
nasabah (card holder) terhadap kejahatan kartu ATM yang merugikan
nasabah. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan penulis teliti,
karena penelitian ini menekankan pada prinsip kehati-hatian dalam
14 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, (Surabaya: FEBI UIN Sunan Ampel) 9.
15 Andi Rahman Indra R, “Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian dalam Pengelolaan Kartu Anjungan
13
pengelolaan karu ATM. Sedangkan di penelitian penulis, penulis membahas
mengenai implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan
warung mikro dan implikasi prinsip kehati-hatian pada sektor UMKM serta
faktor yang mendukung dan menghambat penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2
Jemur Handayani.
Skripsi Anugerah putri Astri Swastika yang berjudul Penerapan Prinsip
Kehati-hatian dalam Pemberian Pembiayaan Bagi Hasil Mud{a>rabah
menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan di Bank Muamalat Surakarta16, yaitu
Membahas mengenai upaya penerapan prinsip kehati–hatian dalam
pemberian pembiayaan bagi hasil mud{a>rabah berdasarkan UU Nomor 10
Tahun 1998 tentang perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan di Bank Muamalat Surakarta dan upaya yang dilakukan Bank
Muamalat Surakarta apabila terjadi wanprestasi dari pihak debitur terhadap
perjanjian pembiayaan bagi hasil mud{a>rabah yang telah di sepakati.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penelitian ini
menekankan pada penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian
pembiayaan bagi hasil mud{a>rabah menurut UU Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan di Bank
Muamalat Surakarta. Sedangkan penulis menekankan pada implementasi
16 Anugerah Putri Astri Swastika, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian
14
prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM
Area surabaya 2 Jemur Handayani.
Skripsi Meylla Qurrata Ainy yang berjudul Penerapan Prinsip
Kehati-hatian (Prudential Principle) Dalam Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina
Ummah Yogyakarta (Tinjauan Maqasid As-Syari>ah)17. Penelitian ini
membahas mengenai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan di
BMT Bina Ummah Yogyakarta dan mengenai tinjauan Maqasid
Asy-Syari>’ah dalam penerapan prinsip kehati-hatian. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian penulis, kerena peneltian ini menekankan pada prinsip
kehati-hatian dalam pembiayaan ditinjau dalam Maqasid As-Syari>ah.
Sedangkan penulis menekankan pada implementasi prinsip kehati-hatian
dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area surabaya 2
Jemur Handayani.
Skripsi Dhahny Syakir yang berjudul Analisis Implementasi Prinsip
Kehati-Hatian (Prudential Principle) pada Pembiayaan Mud{a>rabah di KJKS
BMT Fastabiq Desa Tambaharjo Kabupaten Pati,18 yakni Membahas
mengenai konsistensi implementasi prinsip kehati-hatian (prudential
principle) pada pembiayaan mud{a>rabah di KJKS BMT Fastabiq Pati.
17 Meylla Qurrata Ainy, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) Dalam
Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta (Tinjauan Maqasid As-Syari>ah)”
(Skripsi---Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel kalijaga Yogyakarta, 2014), 81.
18 Dhahny Syakir, “Analisis Implementasi Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) pada
15
Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penelitian ini
menekankan pada konsistentensi dalam penerapan prinsip kehati-hatian
saja, sedangkan penulis menekankan pada implementasi prinsip
kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro dan implikasi prinsip
kehati-hatian pada sektor UMKM serta faktor yang mendukung dan
menghambat penerapan prinsp kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan
warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani.
Skripsi Unggul Mardiatmo tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian
Pada Penilaian Agunan.19 Penelitian ini Membahas mengenai penerapan
prinsip kehati-hatian pada penilaian agunan. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian penulis, karena di penelitian penulis tidak hanya membahas
penerapan prinsp kehati-hatian pada penilaian agunan, akan tetapi pada
implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung
mikro, implikasi prinsip kehati-hatian pada sektor UMKM serta faktor yang
mendukung dan menghambat penerapan prinsp kehati-hatian dalam
pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur
Handayani.
19 Unggul Mardiatno, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian Pada Penilaian Agunan” (Skripsi
16
Tabel 1.1
Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian penulis
17
Penulis telah menyimpulkan dari beberapa kajian pustaka (penelitian
terdahulu) bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian
18
pada implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan
warung mikro, implikasi prinsip kehati-hatian pada sektor pembiayaan, dan
faktor yang medukung dan menghambat prinsip kehati-hatian dalam
pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur
Handayani. Sedangkan beberapa penelitian terdahulu menitikberatkan pada
penerapan prinsip hatian pada ATM, penerapan prinsip
kehati-hatian pada pelaksanaan pembiayaan mudhara>bah. Selain itu, objek
penelitian yang penulis dan penelitian terdahulu berbeda, penelitian
terdahulu yaitu di Bank Bni Syariah Pusat Yogyakarta, Bank Muamalat
Surakarta, BMT Bina Ummah Yogyakarta, KJKS BMT Fastabiq Pati.
Sedangkan penulis di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, maka
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip kehati-hatian dalam
pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur
Handayani.
2. Untuk mengetahui Implikasi prinsip kehati-hatian bagi sektor UMKM
19
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM
Area Surabaya 2 Jemur Handayani.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian dan
penulisan ini diharapkan mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk
penulis maupun pembaca, sekurang-kurangnya untuk dua aspek yaitu:
1. Aspek keilmuan (teoretis)
a. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pemahaman
ekonomi syariah mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis islam.
2. Aspek terapan (praktis)
a. Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi peneliti berikutnya untuk
membuat skripsi yang lebih baik.
b. Dapat dijadikan pedoman dalam rangka menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan tersebut di BSM Area Surabaya
2 Jemur Handayani.
G. Definisi Operasional
Definisi Operasional memuat penjelasan tentang pengertian yang
20
acuan dalam menelusuri, menguji atau mengukur variabel tersebut melalui
penelitian. Oleh karena itu, penulis perlu memberikan definisi operasional
untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai dan memperjelas
penelitian ini. Adapun definisi operasional penelitian ini sebagai berikut:
Prinsip kehati-hatian : suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa
dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib bersikap hati-hati (prudent)
dalam ranggka melindungi dana masyarakat
yang dipercayakan kepadanya.20
Pembiayaan warung mikro : pembiayaan bank kepada nasabah atau calon
nasabah perorangan atau badan usaha untuk
membiayai kebutuhan usahanya melalui
pembiayaan modal kerja dan/atau pembiayaan
investasi.21
Bank Syariah Mandiri : salah satu lembaga keuangan perbankan yang
ada di Indonesia yang menjalankan usaha
menghimpun dan menyalurkan dana pihak
ketiga dengan menerapkan pinsip ekonomi dan
prinsip syariah. Bank ini berdiri pada 1955
dengan nama Bank Industri Nasional. Bank ini
beberapa kali berganti nama dan terakhir kali
20 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka
Utama, 2001), 18.
21
berganti nama menjadi Bank Syariah Mandiri
pada Tahun 1999 setelah sebelumnya bernama
Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai Bank Dagang Negara
dan PT Mahkota Prestasi.22
H. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.23
1. Data yang akan dikumpulkan
Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan maka data yang akan
dihimpun dalam penelitian ini yaitu: gambaran umum BSM Area
Surabaya 2 Jemur Handayani, Produk pembiayaan warung mikro,
prosedur pemberian pembiayaan warung mikro, proses pemberian
pembiayaan warung mikro, faktor yang mendukung dan dan
menghambat dalam pemberian pembiayaan, implikasi pemberian
pembiayaan warung mikro pada sektor UMKM dan implementasi prinsip
kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area
Surabaya 2 Jemur Handayani, serta data-data anggota pembiayaan
22
Bank Syariah Mandiri, “Profil Perusahan”, https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan/profilperusahaan-profilperusahaan/, diakses pada 19 September 2016.
22
bermasalah. Di samping itu, data penelitian juga diperoleh dari
refensi-referensi yang terkait dengan penelitian.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber sata primer adalah
sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung.24
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang mampu atau dapat
memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data
pokok.25
a. Sumber Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah dokumen (Net
Performing Finance, Manual Produk Pembiayaan Mikro, Bi
Checking, dan gambar terkait proses pemberian pembiayaan) dan
wawancara dengan pihak warung mikro yaitu pak Fauzi selaku Micro
Banking Manager dan pak Wawan selaku Micro Banking Analysis di
BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder bisa diperoleh melalui literatur seperti:
buku-buku, jurnal, artikel, koran, majalah, dan Undang-Undang dan
peraturan yang berkaitan menganai pembiayaan UMKM maupun
24 Joko P. Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), 87.
23
analisis pembiayaan mikro di BSM Area Surabaya 2 Jemur
handayani.
Data yang diperoleh dari buku-buku yang mempunyai
keterkaitan dengan penelitian ini diantaranya seperti:
1. Memahami Bisnis Bank Syariah, Ikatan Bankir Indonesia (IBI).
2. Implimentasi Prudential Banking Dalam Perbankan Syariah,
Misbahul Munir.
3. Prinsip Kehati-Hatian Pada Transaksi Perbankan, Trisadini P
Usanti.
4. Perbankan Islam, Remy syahdeini.
5. Kodifikasi Peraturan Perbankan Indonesia BMPK dan Prinsip
Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Penulis akan mengumpulkan data melalui dokumentasi yang
terkait penelitian ini, seperti: standar permohonan pembiayaan,
prosedur pemberian pembiayaan, dan lain sebagainya.
b. Observasi
Dalam penelitian ini, penulis pengadakan pengamatan langsung
atau terjun kelapangan untuk melihat langsung yang terjadi, seperti:
24
untuk mengetahui keadaan sektor UMKM dan mengamati segala hal
yang terkait penelitian ini seperti prosedur yang diakukan dikantor
dan yang ada dilapangan.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan penyusunan terhadap pihak-pihak yang
berhubungan langsung dengan pokok pembahasan pada penelitian
ini. Wawancara yang akan dilakukan diharapkan untuk melengkapi
dan memadupadakan atas data yang telah diperoleh dan wawancara
akan dilakukan yang berkaitan dengan penelitian ini seperti
pengajuan pembiayaan yang sukses atau di acc, pembiayaan yang
gagal atau ditolak, penerapan prinsip kehati-hatian di warung mikro.
4. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data
ringkasan berdasarkan kelompok data mentah. Data mentah adalah hasil
pencatatan peristiwa atau karakteristik elemen yang dilakukan pada
tahap pengumpulan data.
Untuk mengolah data, penulis menggunakan tiga kegiatan analisis
yakni sebagai berikut:26
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data-data yang telah terkumpul
dari segi kelengkapan, kejelasan makna, keserasian, dan keselarasan
antara yang satu dengan yang lainnya, relevansi dan keseragaman
baik satuan maupun kelompok. Tujuan editing adalah untuk
25
menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada catatan di
lapangan dan bersifat koreksi.
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data yang telah
diperoleh dengan rumusan masalah sesuai kerangka uraian yang
telah direncankan. Penulis melakukan pengelompokan data dan
menyusun data tersebut secara sistematis untuk memudahkan
penulis dalam menganalisa data.
c. Analizing, yaitu tahapan menganalisis data hasil penelitian untuk
memperoleh kesimpulan dari kebenaran fakta yang ditemukan yang
akan menjadi sebuah jawaban dari rumusan masalah yang telah
dikemukakan.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dan terkumpul, serta melalui proses
pengolahan data, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut dengan metode deskriptif analisis. Menurut Sugiyono, deskriptif
analisis adalah penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai
dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan
dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang
ada.27
Dalam metode analisis data ini penulis akan mendeskripsikan dan
menganalisis data yang diperoleh peneliti, yaitu data tentang
implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiyaan warung
26
mikro, implikasi prinsip kehati-hatian pada sektor UMKM yang
melakukan pembiayaan, dan faktor yang mendukung dan menghambat
prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di
BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani. Setelah itu penulis melakukan
analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif yaitu diawali dengan
mengemukakan teori umum tentang prinsip kehati-hatian, kemudian
teori tersebut digunakan sebagai alat untuk menganalisis implementasi
prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan di BSM Area
Surabaya 2 Jemur Handayani, lalu ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing
bab terdiri dari bebrapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan adapun sistematikanya
adalah sebgai berikut:
Bab pertama, adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metode
penelitian, sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan pembahasan tentang landasan teori yang
merupakan hasil telaah dari beberapa literatur yang digunakan sebagai alat
27
fenomena yang ada. Pada bab ini akan dimuat tentang, deskripsi prinsip
kehati-hatian, deskripsi pembiayaan mura>bah{ah, prosedur pemberian
pembiayaan, analisis persetujuan pembiayaan.
Bab ketiga, pada bab ini akan diuraikan tentang data penelitian yang
meliputi gambaran umum mengenai BSM Area Surabaya 2 Jemur
Handayani terkait latar belakang berdiri, visi dan misi, struktur organisasi,
job description dan produk di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani, serta
penerapan prinsip kehati-hatian pada pemberian pembiayaan meliputi
aplikasi akad mura>bah{ah pada pembiayaan warung mikro, persyaratan dalam
produk pembiayaan warung mikro, prosedur pemberian pembiayaan warung
mikro, serta analisis persetujuan pembiayaan warung mikro di BSM Area
Surabaya 2 Jemur Handayani; implikasi prinsip kehati-hatian pada sektor
UMKM meliputi UMKM yang melakukan pembiayaan warung mikro yang
terealisasi dan tidak terealisasi; dan faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan
warung mikro di BSM Area Surabaya 2 Jeur Handayani.
Bab keempat, pada bab ini akan diuraikan tentang implementasi prinsip
kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di BSM Area
Surabaya 2 Jemur Handayani, implikasi prinsip kehati-hatian pada sektor
UMKM serta faktor yang mendukung dan menghambat prinsip kehati-hatian
dalam pemberian pembiayaan di di BSM Area Surabaya 2 Jemur Handayani.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan yang
28
saran yang akan berguna bagi penulis pada khususnya dan pihak-pihak lain
BAB II
PEMBIAYAAN DAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN PEMBIAYAAN
A. Tinjauan Umum Pembiayaan
1. Pengertian dan tujuan Pembiayaan
Pembiayaan merapakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan
dana kepada pihak lain berdasarkan prinsip syariah.1 Pembiayaan secara
luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik
dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,
pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.2 Sedangkan,
menurut M. Syafi’i Antonio, menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.3
Dalam pengelolaan dana yang dilakukan oleh lembaga keuangan
harus dilakukan dengan penuh ketelitian. Hal ini, bertujuan agar dalam
proses pengelolaan dana oleh pengelola (peminjam) dapat terkontrol
dengan baik dan juga untuk meminimalisir terjadinya kerugian-kerugian
seperti pembiayaan bermasalah dan pembiayaan macet. Dengan demikian,
1 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2004), 105.
2 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), 260.
3 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani
30
maka sebuah lembaga keuangan harus memiliki tiga aspek penting dalam
pembiayaan, yakni:
a. Aman, yaitu keyakinan bahwa dana yang telah dilempar ke
masyarakat dapat ditarik kembali sesuai dengan jangka waktu yang
telah disepakati.
b. Lancar, yaitu keyakinan bahwa dana tersebut dapat berputar oleh
lembaga keuangan dengan lancar dan cepat.
c. Menguntungkan, yaitu perhitungan dan proyeksi yang tepat.4
Adapun tujuan pembiayaan secara makro, yaitu untuk:
a. Peningkatkan ekonomi umat.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha.
c. Meningkatkan produktivitas.
d. Membuaka lapangan kerja baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan.
Adapun tujuan pembiayaan secara mikro, yaitu untuk:
a. Upaya mengoptimalkan laba.
b. Upaya meminimalkan risiko.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana.5
4 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 73.
5 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: SIstem Bank Islam bukan Hanya Solusi
31
2. Jenis Pembiayaan
Pembiayaan dapat dijelaskan dari beeberapa segi salah satunya dari
segi tujuannya. Pembiayaan jika dilihat dari tujuannya, terdapat dua
pengelompokkan yaitu:
a. Pembiayaan konsumtif
Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah yang dipergunakan untuk membiayai barang-barang
konsumtif. Yang termasuk dalam pembiayaan ini adalah pembaiyaan
kendaraan pribadi, pembiayaan perumahan (untuk dipakai sendiri),
pembiayaan untuk pembayaran sewa/kontrak rumah, pembelian
alat-alat rumah tangga. Dalam kelompok ini termasuk juga pembiayaan
profesi untuk pengembangan profesi tertentu seperti dokter, akuntan,
notaris, dan lain-lain, yang dijamin dengan pendapatan dari profesinya
serta barang-barang yang dibeli dengan pembiayaan itu.6
b. Pembiayaan Komersial
Pembiayaan komersial yaitu pembiayaan yang diberikan kepada
perorangan atau badan usaha yang dipergunakan untuk membiayai
suatu kegiatan usaha tertentu. Pembayaran kembali pembiayaan
komersial berasal dari hasil usaha yang dibiyai. Pembiayaan yang
termasuk dalam pembiayaan ini adalah: pembiayaan Mikro,
pembiayaan Usaha kecil, pembiayaan Usaha Menengah, pembiayaan
Korporasi.
32
3. Pembiayaan Mura>bah{ah
Mura>bah{ah adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat
amanah.7 Bentuk jual beli ini berlandaskan pada Firman Allah QS.
Al-Firman Allah QS. Al-Baqarah (2) : 280:9
Serta sabda Rasulullah SAW dari Syuaib ar Rumy r.a:
“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: pertama, menjual
dengan pembayaran tangguh (mura>bah{ah), kedua, mud{a>rabah, dan ketiga adalah mencampuri tepung dengan gandum untuk
kepentingan rumah, nukan untuk diperjualbelikan.”
Mura>bah{ah dalam konsep perbankan syariah merupakan jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Dalam jual beli mura>bah{ah penjual atau bank harus memberitahukan
bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
33
keuntungan sebagai tambahannya. Aplikasi pembiayaan mura>bah{ah pada
bank syariah dapat digunakan untuk pembelian barang konsumsi maupun
barang dagangan (pembiayaan tambah modal) yang pembayarannya dapat
dilakukan secara tangguh (jatuh tempo/angsuran).10
Menurut Sutan Remy Syahdeini, mura>bah{ah adalah jasa
pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan
cicilan.11 Selain itu, mura>bah{ah adalah akad jual beli antara sebesar harga
pokok barang, ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.
Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas,
kualitas dan spesifikasinya.12
Gambag 2.1
Skema Pembiayaan Mura>bah{ah Teknis Perbankan13
10 Moh. Rifa’I, Konsep Perbankan Syariah (Semarang: CV. Wicaksana, 2002), 61.
11 Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1999), 64.
34
Keterangan:14
1. Bank syariah dan nasabah melakukan negosiasi tentang rencana
transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin negosiasi meliputi
jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang, dan harga jual.
2. Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah, dimana bank
syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam akad jual
beli ini, titetapkan barang yang menjadi objek jual beli yang telah
dipilih oleh nasabah, dan harga jual barang.
3. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan nasabah,
maka bank syariah membeli barang dari supplier/penjual. Pembelian
yang dilakukan oleh bank syariah ini sesuai dengan keinginan nasabah
yang telah tertuang dalam akad.
4. Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank
syariah.
5. Nasabah menerima barang dari supplier menerima dokumen
kepemilikan barang tersebut.
6. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan
pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah ialah
dengan angsuran.
Melalui akad ini, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk
memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus
35
menyediakan uang tunai terlebih dulu. Dengan kata lain nasabah telah
memperoleh pembiyaaan dari bank untuk pengadaan barang tersebut.15
B. Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Pembiayaan
1. Pengertian dan tujuan prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian (prudent banking principle) adalah suatu asas
atau prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan
kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka
melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Prinsip
kehati-hatian adalah pembiayaan bank kepada nasabah atau calon nasabah
perorangan atau badan usaha untuk membiayai kebutuhan usahanya
melalui pembiayaan modal kerja dan/atau pembiayaan investasi.16 Prinsip
kehati-hatian adalah pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan secara konsisren, serta
memiliki sistem pengawasan internal yang secara optimal mampu
menjalankan tugasnya.17
Sebagaimana Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah18, menjelaskan bahwa:
15 Zainal Arifin, Dasar-dasar Manajemen…, 26.
16 Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2001), 18.
17 Abdul Ghofur Anshori, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah: Analisis Konsep dan UU
Nomor 21 Tahun 2008 (Yogyakarta: Gajah mada University Press, 2010), 22.
36
“Bank Syariah dan UUS dalam melakukan kegiatan usahanya wajib
menerapkan prinsip kehati-hatian.”
Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian adalah agar bank selalu
dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik, agar bank
syariah selalu beroperasi didalam rambu-rambu operasional perbankan
yang sehat dalam segi keuangan19, dan supaya nasabah pembiayaan
mampu melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan sesuai
dengan perjanjian sehingga risiko kegagalan atau kemacetan dalam
pelunasan dapat dihindari.20
2. Proses pemberian pembiayaan
Pemberian fasilitas pembiayaan bank kepada nasabah dilakukan
melalui serangkaian proses mulai dari permohonan, pengumpulan
informassi, pencairan pembiaayaan, hingga pelunasan kembali
pembiayaan. Proses ini dilakukan secara cermat dengan tujuan agar bank
mendapatkan keuntungan dengan risiko yang terukur. Adapun proses
pemberian pembiayaan antara lain:21
a. Permohonan pembiayaan
Fasilitas pembiayaan dimulai dari sebuah permohonan yang
diajukan oleh nasabah/calon nasabah kepada bank. Dalam
permohonan, nasabah sekurang-kurangnya menyampaikan jenis
pembiayaan yang diminta nasabah, untuk berapa lama, berapa
19 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 136.
20 Amir Machmud dan Rukamana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia
(Jakarta: Erlangga, 2010), 106.
37
limit/plafon yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan dari
mana. Disamping itu surat permohonan juga dilampiri dengan
dokumen pendukung, antara lain identitas pemohon, legallitas (akta
pendirian/perubahan keputusan Menteri, perizinan-perizinan), bukti
kepemilikan agunan.22
b. Pengumpulan informasi dan dokumentasi
Pengumpulan informasi dan dokumentasi merupakan langkah
awal dalam penyusunan analisis pembiayaan untuk suatu proses
pemberian fasilitas pembiayaan.
Data dan informasi yang diperlukan dalam proses pemberian
pembiayaan antara lain:
a. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini pemohon pembiayaan mengajukan surat
permohonan pembiayaan23 yang dituangkan dalam suatu
proposal. Kemudian di lampiri dengan berkas-berkas lainnya
yang dibutuhkan. Pengajuan proposal pembiayaan hendaknya
berisi, sebagi berikut:24
a) Latar belakang perusahaan, seperti riwayat hidup singkat
perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama
pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya,
22 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking…, 773. 23 Ibid.
38
perkembangan perusahaan serta relasi dengan pihak-pihak
pemerintah dan swasta.
b) Maksud dan tujuan
Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau
meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik
baru (perluasan) serta tujuan lainnya.
c) Besarnya pembiayaan dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah
pembiayaan yang ingin diperoleh dan jangka waktu
pembiayaan. Penilaian kelayakan besarnya pembiayaan dan
jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta
laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) tiga tahun
terakhir. Jika hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan,
maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis
mereka dalam memutuskan jumlah pembiayaan dan jangka
waktu pembiayaan yang layak diberikan kepada pemohon.
d) Cara pemohon mengembalikan pembiayaan, dijelaskan
secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan
pembiayaannya apakah dari hasil penjualan atau cara
lainnya.25
39
e) Jaminan/ agunan pembiayaan.
Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala
risiko terhadap kemungkinan macetnyasuatu pembiayaan
baik yang ada usur kesengajaan atau tidak. Penilaian
jaminan pembiayaan haruslah teliti jangan sampai terjadi
sengketa, palsu dan lain sebagainya. Biasanya jaminan
diikat dengan suatu asuransi tertentu. Selanjutnya proposal
dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan
seperti:
1) Akte notaris
Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT
(Perseroan terbatas) atau yayasan
2) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan
oleh Dapertemen Perindustrian dan Perdagangan dan
biasanya berlaku lima tahun, jika habis dapat
diperpanjang kembali.
3) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Dimana sekarang ini setiap pemberian pembiayaan
terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah NPWP
4) Neraca dan laporan laba rugi tiga tahun terakhir
40
6) Fotokopi sertifikat jaminan26
c. Verifikasi data27
Proses pembiayaan yang baik dibangun dengan data dan
informasi yang akurat untuk mendukung pengambilan keputusan
pembiayaan yang tepat. Untuk itu, sleuruh data dan informasi
yang dikumpulkan perlu melewati suatu tahap verifikasi. Langkah
tersebut diperlukan untuk memastikan keabsahan data dan
kesesuaian dengan fakta.
Beberapa metode verifikasi data dan informasi yang dapat
digunakan, antara lain:28
a) On The Spot checking (OTS)
Verifikasi dengan OTS adalah berupa kunjungan
langsung ke tempat usaha/domisili nasabah untuk mengecek
kebenaran data dengan melihat secara fisik tempat
usaha/domisili dan agunan. Selain itu, OTS digunakan untuk
menggali aktivitas usaha nasabah.
b) Bank checking
Verifikasi ini dilakukan untuk mengecek informasi
pembiayaan yang pernah diperoleh nasabah pembiayaan
sebelumnya beserta kolektibilitas29nya. Metode ini dapat
26 Ibid.
27 IBI, Memahami Bisnis..., 225. 28 Ibid.
29 Kolektabilitas adalah penggolongan kredit berdasarkan kategori lancar atau tidaknya
41
dilakukan melalui sistem internal bank dan Informasi
Debitur Individual (IDI) kepada Bank Indonesia. IDI BI
adalah informasi mengenai individu atau suatu perusahaan
dalam berhubungan dengan bank, fasilitas pembiayaan yang
diperoleh, kolektibilitas, dan infomasi pembiayaan lainnya.
c) Trade checking atau personal checking untuk pembiayaan
konsumsi
Verifikasi data melalui metode ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan menilai nasabah pembiayaan dalam
menjalankan kegiataan pembaiyaan bisnisnya, hubungan
dagang yang telah dilakukan oleh calon nasabah
pembiayaan, dana bagaimana manajemen perusahaan dalam
melakukan kegiatan bisnsinya.
Trade checking dilakukan kepada sejumlah supplier,
pelanggan, distributor, asosiasi terkait usaha nasabah
pembiayaan, dan pihak lain yang dipandang perlu oleh bank.
Selain itu, cheking juga dapat dilakukan dengan market
checking, misalnya dengan kunjungan langsung kepasar
untuk mengetahui brand image produk nasabah.
Untuk pembiayaan konsumsi, checking dilakukan atas
kebenaran data personal calon nasabah pembiayaan, antara
42
lain data tempat tinggal, penghasilan, pekerjaan. Untuk
nasabah wirausahawan, bank juga melakukan checking
terhadap legalitas usaha dan omzet penjualan.30
d. Analisis dan persetujuan pemberian pembiayaan
Adapun tujuan dilaksanakannya analisa pembiayaan adalah
disamping untuk melaksanakan asas-asas pembiayaan yang sehat,
juga untuk memperoleh keyakinan atas kemauan dan kemampuan
nasabah dalam memenuhi kewajibannya kepada bank secara
tertib, serta mengantisipasi risiko pembiayaan yang akan
diberikan (risk assessment).31
Pemberian fasilitas pembiayaan perlu memperhatikan
kebutuhan nasabah dan harus memperhatikan kondisi keuangan
nasabah. Dengan kata lain, pemberian fasilitas pembiayaan bank
harus memastikan bahwa pembiayaan yang diberikan telah sesuai
dengan kebutuhan dan telah sesuai dengan kemampuan
membayar kembali.32
e. Administrasi dan pembukuan pembiayaan
Tahap selanjutnya setelah pembiayaan disetujui adalah
proses administrasi dan pembukuan pembiayaan yang meliputi:33
30 Ibid., 224.
31 Misbahul Munir, Implementasi Prudential banking dalam perbankan syariah (Malang: UIN
Malang Press, 2009), 65.
43
1) Surat Pemberitahuan Keputusan Pembiayaan (SPKP)
Setelah pembiayaan diputus, bank akan menerbitkan
SPKP untuk nasabah. Penerbitan SPKP bertujuan untuk
memastikan:
a. Syarat pembiayaan sesuai usulan/persyaratan yang
disetujui dan ditetapkan, termasuk persyaratan jaminan
yang harus dipenuhi calon nasbah pembiayaan.
b. Bersifat tidak mengikat secara legal. Pemberian fasilitas
pembiayaan tergantung dari dipenuhinya ketentuan/
kondisi dan dokumentasi yang dipersyaratkan dan sesuai
dengan prosedur persetujuan pembiayaan.
c. Konfirmasi persetujuan nasabah pembiayaan selanjutnya
jadi dasar untuk menandatangani perjanjian pembiayaan
dan pengikatan agunan serta pengikatan lainnya yang
tepat.
2) Perjanjian pembiayaan
Perjanjian pembiayaan merupakan perikatan secara
tertulis antara bank dengan nasabah pembiayaan dengan jenis
akad yang disepakati yang mengatur hak dan kewajiban para
pihak sebagai akibat adanya transaksi pembiayaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian
44
a. Domisili hukum
b. Kondisi pembiayaan yang telah disetujui (jumlah,
nisbah/margin, persyaratan, dan lainnya) telah
dicantumkan dalam perjanjian pembiayaan.
c. Memastikan bahwa perjanjian pembiayaan mengikat dan
berkekuatan tetap.
d. Pembiayaan ditandatangani nasabah atau yang
berwenang dari perusahaan nasabah.
3) Pengikatan agunan
Setelah penandatanganan perjanjian pembiayaan, bank
akan mendapatkan dokumen agunan untuk dilakukan
pengikatan. Dokumentasi/pengikatan agunan harrus
lengkap/sempurna agar tidak menimbulkan masalah yang
tidak dikehendaki.
Pengikatan agunan dapat berupa Hak Tanggungan,
Surat Kuasa Membebankan hak Tanggungan (SKMHT),
Fidusia, gadai, atau Hipotek, yang disesuaikan dengan jenis
agunan.
Untuk pembiayaan kecil, pada umumnya agunan hanya
di-cover dengan Surat Kuasa Menjual.
4) Penutupan asuransi
Salah satu upaya mengamankan agunan dan
45
menutup agunan pembiayaan dengan asuransi. Besar dan
jangka waktu penutupan adalah minimal senilai agunan
selama jangka waktu pembiayaan.
Klausul dalam polis asuransi harus jelas dan diupayakan
mencantumkan Banker’s Clause, yaitu suatu klausul atau
syarat khusus yang wajib tertulis dan terlekat pada polis atas
harta benda atau barang yang dipertanggungkan dibawah
polis.
Dengan Banker’s Clause berarti terjadi kesepakatan
antar bank dengan tertanggung (nasabah pembiayaan) bahwa
jika terjadi kerugian yang dapat dibayar dibawah polis
tersebut, penanggung akan membayarkan kepada bank
sebesar yang menjadi haknya tanpa mengurangi hak
tertanggung atas selisishnya.
5) Disbursement (Pencairan Pembiayaan)
Tahapan pencairan pembiayaan adalah tahapan saat
fasilitas pembiayaan diserahkan kepada nasabah dalam
bentuk pencairan dana pembiayaan. Pencairan dilakukan
setelah dipastikan bahwa seluruh dokumentasi dan
persyaratan pembiayaan telah dipenuhi nasabah.
3. Prinsip pemberian pembiayaan
Penyaluran pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama bank
46
risiko berupa tidak kembalinya pinjaman secara lacar. Untuk
mengantisipasi hal tersebut bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam memberikan pembiayaan dalam prinsip syariah.34 Dalam
memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus berdasarkan
analisis dengan menerapkan prinsip kehati-hatian,35 serta bank wajib
mempunyai keyakinan berdasarkan analisisi yang mendalam atas i’tikad
dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
utangnya atau mengembalikan pembiayaan sesuai dengan perjanjian.36
Dukungan control terhadap aktivitas perbankan oleh BI dengan
kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian merupakan solusi terbaik
untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan, yang pada
akhirnya akan membutuhkakan kepercayaan masyararakat kepada
industri perbankan itu sendiri.37
Prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan perbankan
secara tersirat diatur dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan38, dijelaskan sebagai berikut:
Pasal 8 ayat 1 berbunyi: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.
34 M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah (Malang: UIN
Malang Press, 2008), 15.
35 Amir Machmud, Rukamana, Bank Syariah…, 105. 36 M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank…, 16.
37 Iswi Hariyani, Restrukturisasi Dan Penghapusan Kredit Macet (Jakarta: PT Alex Media
Komputindo, 2010), 32.