• Tidak ada hasil yang ditemukan

VISUAL BRANDING 'CAFEKU' DI BLITAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "VISUAL BRANDING 'CAFEKU' DI BLITAR."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

VISUAL BRANDING “CAFEKU” DI BLITAR

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh:

BADIK RAHMAWATI B96212118

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Badik Rahmawati, B96212118, 2017. Visual Branding “Cafeku” di Blitar. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Visual Branding, Brand, Kafe, Desain Komunikasi Visual

“Cafeku” merupakan kafe sederhana yang diperuntukkan bagi para pelajar

selalu tampak ramai di kunjungi oleh anak-anak muda yang terletak di Kota Blitar. Pada skripsi ini persoalan yang hendak dikaji yaitu bagaimana bentuk visual branding “Cafeku” di Blitar.

Untuk mengungkap persoalan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui data-data yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pada penelitian ini penulis penggunakan Teori Postioning Differentiation Brand sebagai alat penguji temuan.

Hasil penelitian bentuk visual branding di “Cafeku” Blitar yaitu berupa:1) Gambar logo yaitu dengan menggunakan gambar cangkir dengan warna hitam. Makna simbol dari logo “Cafeku” yaitu tempat untuk ngopi. 2) Desain ruangan yaitu menggunakan warna dasar abu-abu dan oranye pada desain ruangan

“Cafeku” supaya terlihat mencolok ketika dilihat dari luar. 3) Stiker sebagai

media promosi pada “Cafeku”. Memiliki desain yang unik dengan perpaduan

kata, gambar logo dan warna pada stiker “Cafeku” 4) Desain menu makanan dan

minuman menggunakan tata letak daftar dari atas ke bawah serta memberikan varian menu makanan dan minuman yang bermacam-macam. Desain pewarnaan yang seimbang dengan kombinasi warna biru pada background dan warna kuning pada hurufnya. 5) Desain billboard menggunakan kombinasi desain logo, pewarnaan pada background yang selaras, serta tulisan pelengkap pada billboard. Visual branding dari billboard dapat terbaca oleh audience yang melewatinya. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan

untuk “Cafeku” di Blitar yaitu inovasi ide desain visual branding secara

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAKSI vii

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN : 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Hasil Penelitian 6

E. Penelitian Terdahulu 7

F. Definisi Konsep Penelitian 10

G. Kerangka Pikir Penelitian 13

H. Metode Penelitian 14

I. Sistematika Pembahasan 34

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN : 36

A. KAJIAN PUSTAKA 36

1. Brand 36

2. Branding 41

3. Visual 42

4. Visual Branding 42

5. Desain Komunikasi visual 44

6. Kuliner 60

7. Kafe 60

8. Bisnis kuliner di bidang kafe dalam komunikasi 60

B. KAJIAN TEORI 62

1. Teori Positioning Differentiation Brand 62

BAB III PENYAJIAN DATA: 67

A. Deskripsi Subyek Penelitian 67

1. Sejarah dan Latar Belakang 67

2. Struktur Organisasi 71

3. Visi dan Misi 72

4. Pengendalian Persediaan 73

(8)

1. Logo 74

2. Desain Ruangan 76

3. Stiker 80

4. Desain menu makanan dan minuman 81

5. Desain Billboard 82

BAB IV ANALISI DATA: 83

A. Hasil Temuan Penelitian 83

1. Gambar Logo Yang Unik Untuk Menarik Konsumen 83 2. Desain Ruangan Kafe Yang Nyaman Untuk Konsumen 84 3. Stiker sebagai penggabung logo dengan kata yang unik 85

4. Desain menu makanan dan minuman pada “Cafeku” 86

5. Desain Billboard sebagai penunjuk eksistensi. 86

B. Konfirmasi dengan Teori 87

BAB V PENUTUP 90

A. SIMPULAN 90

B. SARAN 91

DAFTAR PUSTAKA 92

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visual branding memiliki pengaruh yang diakibatkan oleh suatu bentuk visual untuk mendiferensiasikan brand, dimana membedakan brand tersebut dari brand kompetitor, sehingga dapat terlihat dan dirasakan menonjol dibanding yang lain dan paling diingat audiensinya (tingkat reminding-nya tinggi).

Visual branding memiliki fungsi utama menarik perhatian. Membuat orang tertarik melihat, kemudian mengenal brand tersebut dan akhirnya mampu mengingatnya merupakan tujuan dari visual branding. Sebuah merek yang terkenal dan terpercaya merupakan aset yang tak ternilai. Merek yang kuat adalah janji yang dapat dipercaya, relevan, dan istimewa. Ia lebih dari sebuah merek dagang. Ia adalah sebuah kepercayaan dengan berbagai nilai.

Penciptaan dan peningkatan loyalitas merek akan menghasilkan peningkatan nilai-nilai kepercayaan terhadap merek. Sebagai contoh, Starbucks, icon yang diperuntukkan bagi produk minuman kopi kelas atas ini sangat sedikit beriklan, namun merek ini banyak penggemarnya. Diperkirakan, konsumen Starbucks mengunjungi gerai Starbucks rata-rata 18 kali per bulan, sebuah loyalitas merek yang hampir tak tertandingi.1

Dalam penjualan di kelas industri, misalnya Wiraniaga berupaya memenuhi kebutuhan fungsional konsumen mereka akan produk berkualitas

(10)

tinggi, waktu pengantaran yang cepat, maupun pelayanan yang lebih baik. Secara berkala, pemasar consumer goods juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen mereka akan kenyamanan, keamanan, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain, yang seluruhnya merupakan kebutuhan fungsional yang dapat dipenuhi oleh manfaat merek. Beberapa iklan yang muncul untuk menciptakan inovasi pada sebuah merek merupakan sebuah fungsi dalam meningkatakan citra dari merek. Adapun berbagai macam bentuk visual yang digunakan juga mempengaruhi kredibilitas dari sebuah merek.

Desain komunikasi visual memiliki peran mengomunikasikan pesan atau informasi kepada pembaca dengan berbagai kekuatan visual, seperti tipografi, ilustrasi, warna, garis, layout, dan sebagainya dengan bantuan teknologi.2 Desain komunikasi visual sendiri memiliki pengertian sebuah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya.3

Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi “Cafeku”. Pada prinsipnya desain komunikasi visual adalah perancangan untuk menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yg komunikatif, efektif, efisien, terpola dan terpadu serta estetis, melalui desain komunikasi visual tertentu sehingga mudah diterima pada benak audience. Elemen desain komunikasi visual adalah gambar atau foto, huruf, warna dan

(11)

tata letak dalam berbagai media. Baik media cetak, massa, elektronika maupun audio visual.

Akar bidang desain komunikasi visual adalah komunikasi budaya, komunikasi sosial dan komunikasi ekonomi. Tidak seperti seniman yang mementingkan ekspresi perasaan dalam dirinya, seorang desainer komunikasi visual adalah penterjemah dalam komunikasi gagasan. Karena itulah desain komunikasi visual mengajarkan berbagai bahasa visual yang dapat digunakan untuk menterjemahkan pikiran dalam bentuk visual.4

Konsistensi visual dan humor dalam iklan Altoid melampaui kemampuan kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu. Gambar yang aneh ini mengomunikasikan gagasan tentang personalitas brand, dan perasaan serta rasa humor dari pasar sasaran brand.5 Sebuah personalalitas brand mampu menciptakan merek yang lebih dikenal oleh konsumen. Selain itu, kebutuhan experiental konsumen merupakan representasi dari keinginan mereka akan produk yang dapat memberikan rasa senang, keanekaragaman, dan stimulasi kognitif.

Blitar merupakan suatu kota kecil yang memiliki dua bentuk kepemerintahan, yaitu Kota dan Kabupaten. Daya saing bisnis di Kota Blitar begitu terlihat dengan bermunculannya banyak kafe di sepanjang jalan utama terebut. Khususnya bisnis kuliner di Kota Blitar mulai meningkat, seperti munculnya gallery and resto, lesehan hingga model kafe.

Kafe di Kota Blitar hari ini sudah menjamur. Setiap kali warga yang berada di wilayah Kota Blitar berjalan – jalan, maka mereka akan

(12)

menemukan berbagai macam kafe dan letaknya pun berdekatan dengan kafe yang lainnya. Disini letak tantangan bisnis kuliner kafe, yaitu bagaimana cara pemilik kafe mengatasi kompetitor tersebut. Adanya kompetitor inilah yang menjadikan perlu adanya pembeda yang jelas antara kafe satu dengan kafe lainnya. Kekuatan untuk menarik perhatian berada di tangan sisi visual khususnya melalui gambar. Tetapi ide kreatiflah yang menarik perhatian dan selalu diingat.

Adapun penggunaan visual yang efektif dalam advertisisng dapat dihubungkan dengan sejumlah efek di Facet model of Effects yaitu: 1) Menarik perhatian. Umumnya visual lebih mampu menarik perhatian dan mempertahankan perhatian ketimbang kata - kata. 2) Melekat dalam memori. Visual bertahan di ingatan karena orang biasanya ingat pesan sebagai fragmen-fragmen visual, atau gambar utama yang lebih mudah diingat. 3) Memperkuat keyakinan. Seeing is believing, seperti ditunjukkan dan menambah kredibilitas. 4) Menceritakan kisah menarik. Penceritaan visual lebih membangkitkan dan mampu mempertahankan perhatian. 5) Mengkomunikasikan dengan cepat. Gambar memberi kabar lebih cepat ketimbang kata seperti diilustrasikan iklan Altoid. Gambar mengomunikasikan dengan cepat. Konsumen harus mencerna komunikasi tertulis kata demi kata, baris demi baris. 6) Asosiasi. Untuk menonjolkan produk, pengiklan sering mengaitkan produk dengan asosiasi visual yang merepresentasikan gaya hidup atau tipe pengguna, seperti kampanye iklan Hemingway dan Bogart untuk Thomasville Furniture.6

(13)

“Cafeku” memiliki letak strategis, yaitu dekat dengan sekolah-sekolah di Kota Blitar. Sering terlihat anak-anak muda menghabiskan waktu, baik berkumpul dengan teman ataupun saudaranya dengan singgah di “Cafeku”. Konsumen yang menjadi target “Cafeku” yaitu adalah masyarakat luas dari berbagai kalangan. Visual branding bertujuan untuk mendapatkan respon atau aksi segera melalui iklan media massa maupun media sosial, serta mampu lebih mengembangkan kesadaran atau ingin membentuk suatu citra positif dalam jangka panjang.7

“Cafeku” yang merupakan kafe sederhana yang diperuntukkan bagi para pelajar selalu tampak ramai di kunjungi oleh anak-anak muda, yang rata-rata pengunjungnya adalah cowok. “Cafeku” sendiri terletak di Jalan Ciliwung no. 64, Kota Blitar. Disana menjual aneka makanan dan minuman dengan harga murah. “Cafeku” buka pada pukul 14.00 – 24.00 WIB. Disana menjual aneka makanan ringan seperti kentang goreng, tahu crispy, pisang bakar dan aneka macam menu lainnya.

Tak lupa disana juga menyajikan beberapa jenis minuman seperti kopi, susu, teh dan lain sebagainya. Tata letak kursi dan meja di “Cafeku” tertata rapi dan memiliki bentuk yang unik, yaitu dengan meja berbentuk kotak serta kursi berbentuk kotak yang diberi pegangan tangan sedikit serta tinggi meja dan kursi hampir sejajar.

Lukisan yang dipajang juga unik, dengan gambar-gambar abstrak tapi memiliki nilai seni yang indah. Selain itu, “Cafeku” juga memberikan fasilitas televisi dan musik sebagai hiburan tambahan. “Cafeku” sendiri hanya

(14)

di kenal oleh para pelajar khususnya, sedangkan untuk warga umum ada yang tidak tau kafe tersebut. Visual Branding pada “Cafeku” sangat dibutuhkan untuk mengembangkan usaha tersebut. Namun, perlu perencanaan desain komunikasi yang tepat untuk memperoleh hasil visual yang diinginkan.

Diferensiasi pada “Cafeku” penting adanya agar masyarakat khususnya yang berada di wilayah Kota Blitar sadar akan keberadaan kafe tersebut. Visual branding “Cafeku” di Blitar harus dilakukan secara efisien dan efektif agar nantinya mampu mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan pemaparan diatas, maka perlu mengadakan penelitian tentang “Visual Branding ‘Cafeku’ di Blitar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah yaitu bagaimana bentuk visual branding “Cafeku” di Blitar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan suatu brand mengangkat visual branding “Cafeku” di Blitar.

D. Manfaat Penelitian

(15)

1. Manfaat Teoritis

Beberapa manfaat secara teoritis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan mengembangkan teori dibidang kuliner dan khusunya Teori Positioning Differentiation Brand (PDB) pada penelitian ini.

b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pembanding untuk penelitian-penelitian dibidang komunikasi berikutnya.

2. Manfaat praktis

Secara praktis harapan dari penelitian ini adalah dapat menjadi masukan bagi yang memiliki perhatian dalam suatu kuliner mengenai bentuk visual branding.

E. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan dari penelusuran yang terkait dengan tema yang diteliti, peneliti berupaya mencari referensi mengenai hasil penelitian yang dikaji oleh peneliti terdahulu sehingga dapat membantu peneliti dalam proses pengkajian tema yang diteliti. Peneliti mendapati kesamaan konteks pada penelitian sebelumnya yaitu:

Pada kajian penelitian terdahulu peneliti menggunakan penelitian dengan judul “Branding Image Competition Nisrina D’jilbab Cabang

(16)

Negeri Sunan Ampel Surabaya.8 Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk perusahaan Nisrina D’jilbab memaksimalkan media komunikasi maka

dalam proses penyebaran informasi tentang Brand Nisrina D’jilbab dapat memalui media elektronik seperti televisi yang dapat dilihat oleh masyarakat luas dari segala usia. Adapun upaya Nisrina untuk menarik perhatian masyarakat melalui Agenda kegiatan event beauty class dan hijab class sebagai sarana berdialog antara Nisrina dengan konsumen, promosi dalam bentuk event beauty dan hijab class sebagai media dalam memperkenalkan

merek Nisrina D’jilbab. Bentuk komunikasi branding Nisrina D’jilbab dalam

membangun Public Trust masyarakat dan pelanggan melalui promosi, management event, media massa. Langkah-langkah inilah yang diterapkan Nisrina D’jilbab untuk mengembangkan dan memperkuat posisi merek

Nisrina D’jilbab ditengah kompetisi persaingan branding di dunia bisnis

fashion saat ini untuk mempersepsikan brand Nisrina D’jilbab di depan

konsumen agar konsumen semakin mencintai dan loyal dengan merek Nisrina

D’jilbab.

Kesamaan dalam penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti ada pada branding yang dilakukan oleh Nisrina D’jilbab, yaitu berupa cara membangun suatu brand dengan branding yang tepat. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada titik dimana dalam penelitian ini fokus penelitian terdapat pada upaya komunikasi yang dilakukan PT. NISRINA dalam membrending brand-nya Nisrina D’jilbab guna membentuk citra Nisrina

8 Nur Azizah Ulfah, Branding Image Competition Nisrina D’Jilbab Cabang Surabaya,

(17)

D’jilbab di masyarakat, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan peneliti

sekarang ini fokus penelitian terdapat pada bentuk visual branding “Cafeku” di Blitar.

Penelitian yang dilakukan oleh Thomas 2012, tentang Perancangn Ulang Identitas Visual Phillip Secuirities Indonesia. Dalam hasil data penelititan tersebut menyatakan bahwa masyarakat luas masih belum publik dengan nilai-nilai yang tentunya menjadi daya jual untuk diberikan kepada para konsumen atau investor. Dengan merancang kembali identitas visual perusahaan diharapkan dapat menunjukkan image subjek penelitian dibenak masyarakat. Beberapa penerapan identitas visual yang diambil antara lain: logo, panduan aturan grafis (graphic standard manual), dan media pendukung lainnya.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah identitas merupakan dasar pembentukan citra dimasyarakat umum, yang akhirnya menimbulkan sisi emosianal didalam benak mereka. Perancangan identitas visual mencakup berbagai elemen grafis seperti tipografi, ilustrasi dan warna, yang saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain. Dengan pembentukan ulang identitas visual, Phillip Securities hadir dengan penuh percaya diri untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan menjadi mitra yang terpercaya di benak konsumen, khususnya para investor.9

Kesamaan dalam penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti ada pada bentuk visual branding. Perbedaannya pada penelitian terdahulu fokus penelitian pada perancangan ulang identitas visual,

(18)

sedangkan pada penelitan yang dilakukan oleh peneliti sekarang ini fokus penelitian pada bentuk visual branding-nya.

Pada penelitian terdahulu berjudul Perancangan Corporate Identity PT. Yasa Industri Nusantara yang mampu merepresentasikan visi dan misi, filosofi perusahaan dan servis bisnis yang berupa EPC. oleh Dityo Wahyu Primandono (2010) memberikan sebuah simpulan bahwa corporate identity tidak berhenti pada logo saja, tetapi berlangsung pada elemen-elemen pendukung lainnya.

Elemen-elemen pendukung ini kemudian diterapkan secara konsisten dan terintegrasi secara menyeluruh. Pesan pencitraan dari identitas visual sebuah perusahaan terbentuk dari disampaikannya brand image, filosofi serta servis bisnis antara subjek penelitian dengan target audisensnya dan dengan adanya brand image maka dapat terjadi pembentukan suatu corporate identity yang baru.10

Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bentuk visual branding-nya. Perbedaan penelitian terdahulu fokus penelitiannya pada redisign visual pada corporate Identity, sedangkan peneliti sekarang fokus penelitiannya pada bentuk visual branding “Cafeku” di Blitar.

F. Definisi Konsep Penelitian

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau data yang ada. Oleh karena itu agar tidak terjadi kesalahpahaman, penulis

(19)

memberikan batasan istilah atau definisi yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, istilah atau definisi yang dimaksud memiliki pengertian terbatas.

Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini yaitu: 1. Visual Branding

Visual Branding disini dimaksudkan adalah pembentukan merek suatu kafe dengan tujuan untuk meningkatkan citra dari kafe tersebut di mata khalayak. Kafe yang sedang dibentuk mereknya untuk menuju proses pemasaran, dibuatkan semacam identitas visual yang berfungsi selain sebagai suatu identitas khusus juga untuk lebih mengenalkan atau mempromosikan kafe tersebut pada target audience.

Visual branding adalah pengaruh yang diakibatkan oleh suatu bentuk visual untuk mendifferensiasikan brand sehingga memiliki identitas dari brand dan dikenal masyarakat.11 Differensiasi artinya membedakan brand tersebut dari brand kompetitor, sehingga dapat terlihat dan dirasakan menonjol dibanding yang lain dan paling diingat audience-nya (tingkat reminding-nya tinggi).

Adapun elemen-elemen terpenting sebuah visual branding terdiri atas: a. Brand (merk, logo) yang bisa berbentuk visual, susunan huruf atau keduanya, b. Warna (produk, korporat), c. Komposisi semua elemen penyusunnya. Dan tiga hal tersebut biasanya lalu diimplementasikan dalam Brand Identity sebuah perusahaan atau sebuah produk, yang bisa kita lihat di media lini atas (above the line) maupun media lini bawah

(20)

(below the line). Selanjutnya, bisa saksikan parade kampanyenya di iklan tv, iklan koran, liflet, brosur, billboard bahkan event-event off air. Tujuannya agar brand tersebut bisa dikenal oleh audiensnya: pertama bisa diingat secara visual, selanjutnya bisa diterima di hati12. Visual Branding “Cafeku” di Blitar adalah untuk membuat identitas “Cafeku” serta

memperbaiki image secara visual yang lebih menarik, simple, terlihat mewah dan lebih serius untuk dikomunikasikan kepada masyarakat Blitar, sehingga masyarakat mengetahui keberadaan “Cafeku” yang tidak kalah

dengan kafe dan restoran yang lainnya.

2. “Cafeku” di Blitar

“Cafeku” merupakan suatu tipe restoran yang menyediakan tempat

duduk didalam dan diluar ruangan. “Cafeku” tidak menyajikan makanan berat namun lebih berfokus pada menu makanan ringan seperti kue, roti, tahu dan kentang goreng. Untuk minuman biasanya disajikan teh, kopi, juice serta susu cokelat.

Minuman beralkohol tidak disediakan di “Cafeku”. Kafe pertama

muncul di daerah barat. Istilah kafe paling umum dijumpai di Negara Perancis yang kemudian diadopsi oleh kota-kota di Inggris pada akhir abad ke-19. Istilah kafe (cafe) berasal dari kata coffee yang berarti kopi. Kafe merupakan tempat yang cocok untuk bersantai, melepas kepenatan, serta bertemu dengan kerabat.13

12 Sumber: www.google.co.id/visualbranding/arifbudiman, dilihat pada tanggal 12/05/2016, pukul 12:23 WIB

(21)

G. Kerangka Pikir Penelitian

PDB adalah Positioning, Differentiation, Brand, merupakan penghubung strategy, tactic dan value. Dengan adanya tiga penghubung tersebut, tiga dimensi marketing yaitu strategy, tactic dan value benar-benar ada link-nya. (Kertajaya, 2010: 264).14 Teori Positioning Differentiation Brand (PDB). Positioning yang didukung oleh diferensiasi yang kuat akan menghasilkan Brand Integrity yang kuat. Brand Integrity yang kuat akan menghasilkan Brand Image yang kuat. Brand Image yang kuat akan memperkuat reason for being (positioning-nya) dan menghasilkan atau mengkokohkan Brand Identity-nya.

Produk dari “Cafeku” mampu melihat pasar secara kreatif dan membagi pasar tersebut dalam berbagai segmen berdasarkan psikografis, geografis, atau behavior tertentu. Dari sini baru dipilih satu atau lebih segmen yang dijadikan target pasar. Tentu saja yang diberikan harus

14 Kertajaya, Hermawan. Grow With Character The Story, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 98.

Brand Identity

Desain Komunikasi Visual

Visual Branding Cafeku Blitar Brand Integrity

(22)

dikemas secara khusus dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan need, wants, dan expectation dari target pasar tersebut.

Dan dalam memilih segmen yang diambil harus memperhatikan beberapa faktor penting, diantaranya: ukuran pasar, besar pertumbuhan pasar, keunggulan kompetitor dan situasi kompetitornya. Setelah memilih segmen pasar, langkah selanjutnya adalah memposisikan produk, merek dan perusahaan dalam pikiran pelanggan.

Persaingan dalam memperebutkan pelanggan tidak dilakukan di pasar tapi dibenak pelanggan. Dan langkah ini dikenal dengan sebutan positioning. Positioning merupakan reason for being, bagi “Cafeku” di Blitar, karena itulah maka positioning disebut sebagai being strategy atau juga bisa disimpulkan berupa janji akan sebuah produk, merek dan perusahaan terhadap pelanggan.

Maka untuk memenuhi janji tersebut penting untuk membangun diferensiasi yang kokoh. Dengan kata lain diferensiasi adalah tools untuk memenuhi janji. Untuk itu kerangka pikir yang akan penulis deskripsikan yaitu visual branding yang dijadikan pembeda identitas produk guna memudahkan audience mengenali produk tertentu. Penulis mengambil fokus penelitian pada bentuk visual branding “Cafeku” di Blitar. Untuk lebih meyakinkan, penulis juga menggunakan teori positioning differentiation brand dalam mendukung keabsahan data.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(23)

Nyoman Kutha Ratna mengungkapkan pengertian mengenai pendekatan penelitian, yakni suatu cara mendekati atau menjinakkan sehingga hakikat objek dapat diungkap sejelas mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok dalam penelitian kualitatif dengan pertimbangan bahwa obyek adalah abstraksi kenyataan yang sesungguhnya.

Pendekatan perlu ditampilkan dalam metode penelitian karena setiap penelitian dilakukan dengan menampilkan sudut pandang, perspektif tertentu yang pada gilirannya menunjukkan ciri-ciri dominasi tertentu15. Ratna menegaskan pula bahwa pendekatan memiliki hubungan erat dengan model analisis yang akan kita gunakan.16

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan deskriptif, yaitu untuk mengkaji dan memaparkan secara rinci berdasarkan judul penelitian. Selain itu, pendekatan deskriptif ini tidak berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalisasi setting). Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, bearti disini peneliti hanya mengamati konteks penelitian berupa visual branding “Cafeku” di Blitar.

Suatu penelitian karya ilmiah, seorang peneliti harus memahami metodologi yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah (cara) sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

15 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.180.

16

Ratna, Nyoman Kutha, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora

(24)

masalah-masalah tertentu untuk diolah dan dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicari pemecahannya.17

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena pendekatan kualitatif lebih tepat untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu Visual Branding “Cafeku” di Blitar.

b. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma kualitatif, karena paradigma kualitatif lebih tepat untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan judul penelitian. Penelitian menggunakan paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji suatu kafe dengan berdasarkan visual branding “Cafeku” di Blitar. Paradigma kualitatif menitik beratkan suatu pandangan tentang sebuah fakta sosial yang berdasar pada penilaian dan juga penjabaran yang bersifat subjektif.

Dengan kata lain bahwa penelitian semacam ini akan mencoba mendalami tentang berbagai hal menyangkut masalah-masalah sosial yang terjadi dan ini dikaji dengan menggunakan sudut pandang secara realitas atau berdasarkan kenyataan yang sebenarnya terjadi pada penelitian. Dan dengan cara tersebut diharapkan akan mampu mengungkap sebuah fakta yang belum terpecahkan dari adanya masalah sosial yang terjadi.

(25)

Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnograpi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yag terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.18

Penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Hal ini berarti penekanannya adalah pada usaha untuk menjawab pertanyaan adalah melalui cara-cara berpikir informan dan argument. Dalam pendekatan kualitatif, terdapat sejumlah jenis penelitian. Jenis penelitian di dalam pendekatan kualitatif penting untuk dirumuskan terlebih dahulu agar tujuan penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat terdefinisi dengan baik.

Pemahaman jenis penelitian juga membantu peneliti untuk menyusun pertanyaan yang akan disampaikan kepada partisipan. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif. Jenis diskriptif ini digunakan untuk mendiskripsikan digunakan sebagai pertimbangan untuk menggambarkan visual branding “Cafeku” di Blitar.

2. Subyek, Objek, dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sasaran yang dijadikan analisis atau fokus masalah. Subyek penelitian disini menjelaskan tentang fokus yang akan

(26)

dikaji dari penelitian, dalam hal ini adalah Visual Branding “Cafeku” di

Blitar. Sesuai dengan judul tersebut, maka yang menjadi subyek penelitian adalah orang yang menjadi pemilik “Cafeku” yaitu bapak Agus Susilo.

b. Objek penelitian

Obyek penelitan ini adalah bentuk visual branding “Cafeku” di Blitar.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang visual branding “Cafeku” di Blitar. Untuk lokasi penelitian, peneliti menggunakan “Cafeku” di Blitar, Jalan Ciliwung No. 64, Kota Blitar. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan:

1) Lokasi penelitian merupakan usaha baru yang sedang dalam masa perkembangan kafenya, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan kafe tersebut.

2) Karena kegiatan di lokasi penelitian merupakan wirausaha yang penting bagi pemilik kafe tersebut.

3) Lokasi ini dipilih karena di kafe ini masih belum diketahui keberadaannya oleh masyarakat umum.

4) Lokasi penelitian juga dekat dengan tempat tinggal dari peniliti sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

(27)

langsung dari sumber yang diteliti, dan diamati. Sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.19

Berpijak dari peneliti di atas, peneliti bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan sekaligus menganalisis suatu permasalahan secara lebih rinci dengan maksud dapat menerangkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan peneliti. Dalam penelitian ini jenis data dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya untuk diamati dan dicatat dalam bentuk pertama kalinya, dan merupakan bahan utama penelitian. Data tersebut bersumber dari pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada narasumber tentang visual branding “Cafeku” di Blitar.

2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber lain. Peneliti hanya memanfaatkan data yang ada untuk penelitiannya. Seperti data yang telah tersedia dalam objek yang akan diteliti. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literature, artikel, jurnal serta situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.20

b. Sumber Data

Setelah jenis data yang diperlukan telah ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menentukan sumber data, yaitu dari mana data tersebut

19 Marzuki, Metode Riset, Yogyakarta: BPFE-UII, 2000, hal. 165

(28)

diperoleh. Adapun sumber data yang dipakai oleh peneliti dalam pengambilan data adalah:

1) Informan/ Narasumber

Informan/narasumber adalah orang yang diminta informasi oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan informan pemilik “Cafeku”. Biodata Informan:

Nama : Agus Susilo

TTL : 23 Agustus 1974

Pekerjaan : Pengusaha kuliner di bidang Cafe Jabatan : Pemilik “Cafeku”

Umur : 42 tahun

Agus Susilo merupakan pemilik ‘Cafeku’ sekaligus sebagai

pekerja di kafe tersebut. Agus Susilo bertugas sebagai pengantar minuman pada konsumen, jadi dia juga berhubungan langsung dengan konsumen. Agus Susilo juga seorang konseptor dari desain kafe tersebut.

(29)

Agus Susilo bekerja sejak awal berdirinya “Cafeku”, beliau juga merupakan bagian penting dalam ide visual branding, karena beliau yang mendesain warna pada ruangan “Cafeku”, pembuatan

logo, desain tampilan menu dan stiker dan desain papan billboard “Cafeku”.

2) Dokumen

Dokumen adalah informasi yang disimpan sebagai bahan dokumenter, berupa surat-surat, catatan harian, cindera mata, laporan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis dapat menggunakan data yang telah tersedia dalam objek yang akan diteliti.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap yang ada digunakan adalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan, baik yang berkaitan dengan konsep penelitian maupun persiapan perlengkapan yang dibutuhkan di lapangan. Di antaranya adalah menyusun rancangan penelitian dan memilih lapangan penelitian. Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah:

1) Menyusun Perancangan Penelitian

(30)

melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian. Dalam memulai penelitian, peneliti memilih tema tentang visual branding, pemilihan tema ini berawal dari keinginan peneliti untuk menjadi seorang wirausahawan, dalam mencipatakan usaha salah satu hal yang terpenting adalah menciptakan branding serta menjaga branding agar dapat dikenal masyarakat luas, oleh sebab itu peneliti mengambil judul Visual Branding “Cafeku” Blitar melalui desain komunikasi visual. 2) Memilih Lapangan Penelitian

Pemilihan penelitian didasaran pada kondisi lapangan itu sendiri untuk dapat dilakukan penelitian sesuai dengan tema penelitian. Pertimbangan lain adalah kondisi geografis, keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga. Sebelum peneliti menerapkan atau menentukan lapangan sasaran penelitian mempertimbangkan kesesuaian, kenyataan yang berada dilapangan dengan rencana penelitian.

Dalam hal ini peneliti mengambil penelitian di “Cafeku” Blitar. Di dalam konteks ini yang dilakukan peneliti sebelum membuat usulan pengajuan judul peneliti terlebih dahulu menggali data atau informasi tentang objek yang akan diteliti kemudian menetapkan “Cafeku” di Blitar sebagai objek penelitian.

3) Mengurus Perizinan

(31)

diterima oleh pihak jururan dan ditanda tangani, maka sah sudah judul yang diajukan peneliti. Kemudian peneliti menjalankan tugas untuk mengurus perizinan peneltian kepada Dekan Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya untuk diserahkan kepada Agus Susilo (pemilik "Cafeku”).

4) Menjajaki dan Meneliti Keadaan Lapangan

Menjajaki lapangan pentng artinya selain untuk mengetahui apakah daerah tersebut sesuai untuk penelitian yang ditentukan, juga untuk mengetahui persiapan yang harus dilakukan peneliti. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa penjajakan lapangan ini adalah untuk memahami pandangan hidup dan penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat tinggal.

Tahap ini sebelum sampai pada penyingkapan bagaimana peneliti masuk dilapangan, dalam arti mengumpulkan data yang sebenarnya, pada tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu peneliti mulai menilai keberadaan lapangan ini sendiri, setelah melakukan penjajakan barulah peneliti meninjau kelapangan, dengan melihat langsung “Cafeku” kemudian mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan judul penelitian sekaligus melakukan observasi.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

(32)

dan tepat untuk memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan visual branding “Cafeku” di Blitar.

6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Untuk kelancaran jalannya penelitian, maka peneliti hendaknya menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, tidak hanya perlengkapan fisik. Segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan sesuai dengan petunjuk Lexy J. Moeleong, yaitu:21

“Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan mulai dari izin mengadakan penelitian, pengaturan perjalanan, persiapan kotak kesehatan, alat tulis, alat perekam, rancangan biaya, rincian jadwal serta perlengkapan lainnya seperti komputer.”

Dalam hal ini, peneliti menyiapakan peralatan penelitian, antara lain: Peralatan tulis berupa Bullpoint, Pencil, Buku Tulis, Kertas Lembaran, Map Plastik, dan Tipe-x, handphone sebagai media rekaman saat wawancara, serta kamera sebagai media foto.

7) Persoalan Etika Penelitian

Pada tahap yang terakhir ini, peneliti sangat menjaganya, sebab ini menyangkut hubungan denagan orang lain yang berkenan dengan data-data yang diperoleh peneliti, dan dengan terjaganya etika yang baik, maka nantinya bisa tercipta suatu kerja sama yang menyenangkan antara kedua belah pihak.

(33)

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam kegiatan pada tahap pekerjaan lapangan, peniliti harus mudah memahami situasi dan kondisi lapangan penelitiannya. Penampilan fisik serta cara berperilaku hendaknya menyesuaikan dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan adat-istiadat setempat. Agar dapat berperilaku demikian sebaiknya harus memahami betul budaya setempat.

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dapat menerapkan teknik pengamatan, wawancara, dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, slide, dan sebagainya. Usahakan hubungan yang rapat dengan subjek sampai penelitian berakhir. Apabila hubungan tersebut dapat teripta, maka dapat diharapkan informasi yang diperoleh tidak mengalami hambatan. Uraian tentang pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, antara lain:

1) Memahami Latar Belakang Penelitian

Untuk memasuki pekerjaan lapangan, peneliti perlu memahami latar belakang penelitian terdahulu, di samping itu peneliti perlu mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental agar kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti dapat berjalan dengan baik. 2) Memasuki Lapangan

Dalam lapangan penelitian, perlu menempatkan diri dengan keakraban hubungan.

(34)

Dalam penelitian ini peneliti akan terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang terjadi dalam rangka mengumpulkan data mencatat data yang diperlukan untuk selanjutnya di analisa secara intensif.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendukung kelancaran tugas pengumpulan data, maka diperlukan teknik yang tepat. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan serangkaian pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.22 Observasi merupakan cara yang sangat baik untuk meneliti tingkah laku manusia. Dalam melakukan pengamatan sebaiknya peneliti sudah memahami terlebih dahulu pengertian-pengertian umum dari objek penelitiannya. Apabila tidak maka hasil pengamatannya menjadi tidak tajam.

Dalam penelitian naturalistic, pengamatan terhadap suatu situasi tertentu harus dijabarkan dalam ketiga elemen utamanya, yaitu lokasi penelitian, para pelaku atau aktor, dan kegiatan atau aktivitasnya. Kemudian ketiga elemen utama tersebut harus diuraikan lebih terperinci lagi.

(35)

Terdapat beberapa pengamatan berdasarkan dimensinya yaitu pengamatan berperan serta dan pengamatan tidak berperan serta, pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup, pengamatan pada latar belakang alamiah atau tak terstruktur dan pengamatan eksperimental dan pengamatan non-eksperimental.

Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan mencatat dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.23 Dalam teknik observasi ini peneliti melakukan pengamatan khusus pada objek penelitian. Diantaranya:

1) Proses transaksi yang dilakukan saat ada pemesanan barang dari konsumen.

2) Komunikasi antara pemilik kafe dan calon konsumen. b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang memberi keterangan.24 Terdapat sejumlah syarat bagi seseorang interviewer yaitu harus pembicaraannya harus responsive, tidak subjektif, menyesuaikan diri dengan responden dan pembicaraannya harus terarah.

Di samping itu terdapat beberapa hal yang harus dilakukan interviewer ketika melakukan wawancara yaitu jangan memberikan kesan negatif, mengusahakan pembicara bersifat kontinyu, jangan

(36)

terlalu sering meminta responden mengingat masa lalu, memberi pengertian kepada responden tentang pentingnya informasi mereka dan jangan mengajukan pertanyaan yang mengandung banyak hal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal yang variable yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, notulen, rapat dan sebagainya.25 Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen ini digunakan untuk mengetahui latar belakang, strategi pemasaran yang digunakan, serta mencari dokumen lain yang penting terkait dengan penelitian.

Metode dokumentasi ini merupakn metode pengumpulan data yang berasal dari sumber manusia. Sumber-sumber informasi non-manusia ini seringkali diabaikan dalam penelitian kualitatif, padahal sumber ini kebanyakan sudah tersedia dan siap pakai. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.

Foto merupakan salah satu bahan dokumenter. Foto bermanfaat sebagai sumber informasi karena foto mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi. Akan tetapi dalam penelitian kita tidak boleh menggunakan kamera sebagai alat pencari data secara sembarangan, sebab orang akan menjadi curiga. Gunakan kamera ketika sudah ada kedekaan dan kepercayaan dari objek penelitian dan

(37)

mintalah ijin ketika akan menggunakannya. Alasan penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi karena:

1) Dokumen merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.

2) Berguna sebagai “bukti” untuk suatu pengujian.

3) Berguna dan sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.26

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap yang harus dilewati oleh seorang penelitian. Adapun urutannya terletak pada tahap setelah tahap pengumpulan data. Dalam arti sempit, analisis data di artikan sebagai kegiatan pengolahan data, yang terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi data. Tabulasi data dinyatakan sebagai proses pemanduan atau penyatupaduan sejumlah data dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap sasaran penelitian, menjadi satu kesatuan daftar, sehingga data yang diperoleh menjadi mudah dibaca atau dianalisis.

Rekapitulasi merupakan langkah penjumlahan dari setiap kelompok sasaran penelitian yang memiliki karakter yang sama, berdasar criteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam proses pelaksanaannya, tahap pengolahan data tidak cukup hanya terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi saja, akan tetapi mencakup banyak tahap.

Di antaranya adalah tahap reduksi data, penyajian data, interpretasi datadan penarikan kesimpulan. Lebih dari sekedar itu, pengolahan data, yang tidak lain merupakan tahap analisis dan interpretasi data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan

(38)

data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan tehadap data yang kurang perlu dan tidak relevan.

Penyajian data diartikan merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasar kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan. Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan.

Penarikan kesimpulan merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara berungkali melakukan peninjauan mengenai kebenran dari penyimpulan itu, khususya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.

Proses analisa data ini dimulai dengan seluruh data yang tersedia dan berbagai sumber yaitu wawancara, dokumentasi, dan observasi yang pernah ditulis dengan cacatan lapangan dan analisis data ini mempunyai tujuan diantaranya sebagai berikut:

a. Data dapat diberi arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian.

b. Memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena yang diajukan dalam penelitian.

(39)

d. Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi-implikasi dan sarana-sarana yang berguna untuk kebijakan penelitian.

Untuk langkah selanjutnya dari data yang terkumpul dan selanjutnya yang dilakukan ialah memebuat data tersebut secara induktif yaitu menyimpulkan teori dari data-data tersebut, menggambarkan kondisi riil akan lapangan atau objek yang diteliti dengan bentuk penulisan, hal tersebut tentu saja berlandasan kepada teori-teori yang telah disebutkan diatas, yaitu antara lain menggambarkan atas kondisi lapangan melalui proses wawancara langsung dengan Agus Susilo selaku pemilik “Cafeku” Blitar.

7. Teknik Validitas

Penelitian dinyatakan sebagai sebuah kegiatan mencari kembali data yang setelah diolah dan dianalisa dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan. Sudah tentu jawaban yang dimaksudkan tersebut hendaknya dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dari keadaan sasaran penelitian.

Untuk itu penelitian harus memperhatikan sifat objektif dari kegiatan penelitiannya, yaitu suat sifat yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mencapai objektivitas itu, penelitian harus menggunakan perangkat yang tepat guna, yang dalam bahasa penelitian disebut sebagai alat yang bersifat valid.

(40)

hasil penelitian itu menunjukkan keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian.

Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki tingkat validitas yang sempurna, tidaklah mudah. Oleh karena itu dalam penelitian diperlukan juga adanya proses pengecekan melalui penggunaan konsep reliabilitas, untuk melihat berapa besar kebenaran yang ditemukan dalam penelitian itu, jika dibandingkan dengan kebenran yang terjadi dalam sasaran penelitian.

Peran objektivitas, validitas dan relibilitas bagi penelitian kualitatif. Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Untuk mendapatkan kebenaran tersebut diperlukan serangkaian langkah yang dapat menuntun peneliti untuk menghasilkan sesuatu yang tidak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian.

Serangkaian langkah tersebut antara lain meliuti langkah-langkah untuk mendapatkan objektivitas, validitas dan reliabilitas. Dalam sebuah penelitian kualitatif keilmiahan merupakan faktor utama menjaga keilmiahan tersebut dapat dilihat data yang ada, karena kesalahan mungkin saja terjadi dalam pencaraian data, sedangkan distorsi data bisa terjadi dari dalam penelitian sendiri dan mungkin juga terjadi dari informan.

(41)

berikut ini akan dijelaskan teknik keabsahan data yang digunakan peneliti dalam pembahasan penelitian ini antara lain:

a. Perpanjangan Keikut Sertaan

Keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikut sertaan itu tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat tetapi melakukan perpanjangan keikut sertaan peneliti pada latar penelitian.27 Dengan perpanjangan keikut sertaan peneliti dapat menguji ketidak benaran informasi baik berasal dari responden maupun kesalah pahaman peneliti sendiri dalam menangkap informasi tersebut.

b. Ketentuan Pengamatan

Ketentuan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri -ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan dan isu yang sedang dicari dan kemudian memuaskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.28 Dalam hal ini peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu secara tekun dalam upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan objek penelitian dalam rangka memenuhi persyaratan untuk gelar S-1, yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah yaitu visual branding

“Cafeku” yang menggunakan desain komunikasi visual.

Maka dari situlah peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap bentuk-bentuk visual

27 Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 175.

(42)

branding yang menonjol, kemudian peneliti menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. 1) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan, pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.29

Dengan demikian dalam penelitian ini tidak cukup hanya mengandalkan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, melainkan sumber lain dari luar yang berupa buku, dokumen, dan lain untuk membandingkan dan melengkapi data yang dibutuhkan.

2) Penggalian Data Melalui Referensi

Peneliti berusaha mengumpulkan literatur sebanyak mungkin berupa buku-buku komunikasi, buku-buku yang membahas metode penelitian kualitatif sebagai referensi dan bahan perbandingan dengan data-data yang terkumpul melalui proses pengumpulan data.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam pembahasan serta mempermudah dalam pembahasan lainnya maka laporan penelitian ini dibagi kedalam lima bab yaitu:

(43)

BAB I pada bab satu ini adalah uraian tentang pendahuluan, pada bab ini terdiri dari enam sub bab antara lain: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penelitian terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II pada bab dua ini menjelaskan mengenai kajian kepustakaan. Peneliti menyajikan 2 item yang menyangkut pembahasan, item yang pertama ada kajian pustaka dan item kedua yaitu kajian teori.

BAB III pada bab ini membahas mengenai penyajian data, yang membagi pembahasan menjadi 2 item, yaitu: pertama deskripsi subyek penelitian dan kedua, penyajian data.

BAB IV pada bab empat ini menguraikan tentang analisis data, yang meliputi temuan penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.

(44)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Pustaka

Untuk mencegah adanya kesalahan persepsi didalam memahami judul penelitian, maka perlu dijelaskan konsepsi teoritis tentang judul yang diangkat dalam penelitian ini:

1. Brand

a. Definisi Brand

Merek adalah aset yang menciptakan value bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan menghargai kualitas.1 Definisi tersebut menggambarkan peran merek yang tidak hanya sebagai representasi dari produk yang dimiliki, tapi juga harus dapat berfungsi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Brand menjadi indikator value yang ditawarkan kepada pelanggan internal, eksternal, dan investor. Selain itu merek mengindikasikan value dari produk, sehingga akan membuat perusahaan mampu menghindari dari jebakan komoditas. Brand erat kaitannya dengan berbagai strategi perusahaan serta mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.2

American Marketing Association, Kotler mendefinisikan, brand sebagai simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari

1

Desy, dkk, Brand Operation, (Jakarta: ESENSI, 2010), hlm. 62.

(45)

seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Sebuah brand juga memberikan tanda atau petunjuk pada pelanggan mengenai sumber-sumber produk dan melindungi konsumen dari pesaing yang mencoba menyediakan produk yang terlihat identik.3

Brand terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang dari pihak eksternal dari dirinya. Brand erat kaitannya dengan suatu penilaian, tanggapan, opini, kepercayaan publik, asosiasi atau simbol-simbol tertentu terhadap bentuk pelayanan, nama perusahaan dan merek suatu produk barang atau jasa dari pihak publik sebagai khalayak sasarannya.

Penilaian pada brand dari suatu produk, jasa atau personalitas merupakan kebutuhan penting bagi perusahaan jika ingin mendapatkan perhatian di mata publik. Suatu perusahaan tidak akan dapat mengubah brandnya hanya dengan perbuatan baik ditambah dengan ucapan baik saja, namun juga harus berlaku nyata sebagai brand yang dibangun. Dengan memberikan bukti nyata dengan kualitas atau keunggulan produk tersebut, selanjutnya perusahaan dapat menggunakan komunikasi persuasif yang dapat menarik perhatian konsumen.

Di lain sisi, ketika suatu brand ingin mendapatkan perhatian lebih dari konsumen, maka dalam ranah marketing ada yang namanya STP (Segmentasi, Targetting, Positioning). Ketiganya memiliki pengertian berikut:

(46)

1) Segmentasi

Definisi segmentasi menurut Hermawan Kertajaya adalah;

“Proses membagi pasar menjadi segmen-segmen yang lebih kecil

berdasarkan karakteristik serupa dari perilaku pelanggan, dan kemudian menentukan segmen-segmen mana yang mau kita layani.”4

2) Targetting

Secara umum targetting diartikan sebagai proses pemilihan pasar yang akan dituju perusahaan dalam menawarkan produk atau pelayanannya. Definisi targetting menurut Philip Kotler yaitu; The process of evaluating each market segment’s attractiveness

and selecting one or move segment to enter”.5 Artinya proses evaluasi daya tarik setiap segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk masuk. Dalam proses targetting ini perusahaan harus memilih segmen pasar yang sesuai dengan produknya. Kemudian merencanakan strategi tepat dengan segmen yang dibidik tersebut.

3) Positioning

Definisi positioning menurut pakar pemasaran Hermawan Kertajaya, positioning adalah sebagai proses menempatkan keberadaan perusahaan di benak pelanggan. Pengertian tersebut memiliki arti bahwa perusahaan harus memiliki kredibilitas agar

4 Tim Penyusun MIM Academy, Brand Operation, ... hlm. 5

(47)

positioning perusahaan dapat mudah melekat di benak pelanggan.6 Positioning sebuah merek berperan penting untuk mendapatkan mind share dari pasar karena perusahaan harus menciptakan positioning merek yang dapat meningkatkan kesadaran pasar terhadap merek produk.

Selain ketiga hal di atas, ada juga langkah yang perlu dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan hati pelanggan, yakni diferensiasi. Philip Kotler mendefinisikan diferensiasi sebagai pembedaan penawaran pasar suatu perusahaan untuk menciptakan nilai pelanggan yang unggul.7 Sederhananya ketika suatu produk mampu menemukan diferensiasinya maka akan tidak sulit untuk mendapatkan perhatian pelanggannya karena produk yang ditawarkan memiliki pembeda sehingga muncul nilai tersendiri jika dibandingkan dengan produk lain.

Orang mengadakan perbedaan antara merek pabrik dan merek dagang. Merek pabdrik (fabries merek) ialah tanda yang dibubuhkan atas pembungkusan barang-barang produksi pabrik, dengan tanda mana barang-barang itu dijual di pasaran bebas untuk membedakannya dari barang-barang sejenis milik orang lain, sedangkan merek dagang adalah tanda yang dibubuhkan atas pembungkusan barang-barang dagangannya seorang pedagang hasil produksi pabrik milik orang lain untuk membedakannya dari

(48)

barang-barang sejenis orang lain, misalnya ban mobil merek Dunlop dibuat oleh pabrik PT. Good Year atas pesanan PT. Dunlop yang tidak mempunyai pabrik sendiri.8

b. Jenis- jenis merek

Ada tiga jenis merek, ialah:

1) Merek kata ialah merek yang teridiri dari kata-kata saja, misalnya: Good Year, Dunlop seabagai merek untuk ban mobil, ban sepeda.

2) Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan.

3) Merek kombinasi kata dan lukisan banyak sekali di pergunakan, misalnya: rokok putih merek “Escort” yang

terdiri dari lukisan iring-iringan kapal laut dengan tulisan di bawahnya “Escort”, teh wangi cap atau merek “Pendawa”

yang terdiri dari lukisan “wayang kulit pendawa” dengan

perkataan di bawahnya “Pendawa Lima”.9

c. Fungsi merek

Adapun fungsi merek yaitu:

1) Memberi kepribadian kepada barang, mungkin juga mengenai asalnya.

(49)

2) Memberi nama kepada barang, misalnya: cukuplah kita sebut “jarum” apabila kita ingin membeli rokok kretek cap

“jarum” kepada seorang pedagang rokok.

3) Menjamin mutu barang. 2. Branding

Penetapan merek (Branding) adalah menciptakan perbedaan antarproduk (Kotler & Keller, 2009:260).10 Agar strategi branding berhasil dan nilai merek dapat tercipta, maka pemasar harus dapat meyakinkan konsumen bahwa terdapat perbedaan berarti di antara merek dalam kategori produk ataupun jasa.

Menurut Amalia E. Maulana pengertian branding adalah kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka proses membangun dan membesarkan brand. Tanpa dilakukannya kegiatan komunikasi kepada konsumen yang disusun dan direncanakan dengan baik, maka sebuah merek tidak akan dikenal dan tidak mempunyai arti apa-apa bagi konsumen atau target konsumennya.11

Sehingga sebuah brand butuh melakukan yang namanya branding untuk mendapatkan kekuatan pada perhatian konsumen atas brand yang disandangnya, karena dengan brand yang kuat di mata publik akan menghasilkan kemudahan untuk tetap mempertahankan produktivitas atas produk atau jasa dari brand tersebut. Tanpa adanya perhatian yang kuat

1010 Kotler, P. Et al (1999), Principle of Marketing, Prentice-Hall, dalam buku Brand Operation (Erlangga Group, 2009), hlm. 19

(50)

dari konsumen, brand akan kesulitan untuk mendapatkan hati konsumen agar menggunakan produk atau jasanya.

3. Visual

Visual adalah dapat dilihat dengan indra penglihat (mata)12. 4. Visual Branding

a. Definisi Visual Branding

Visual Branding merupakan suatu cara dalam menciptakan perbedaan antarproduk dengan menggunakan penglihatan sebagai alatnya. Visual Branding pada hakekatnya adalah pengaruh yang diakibatkan oleh suatu bentuk visual untuk mendiferensiasikan brand. Mendiferensiasikan brand yaitu membedakan brand tersebut dari brand kompetitor, sehingga dapat terlihat dan dirasakan menonjol dibanding yang lain dan paling diingat audiensinya (tingkat reminding-nya tinggi).13

b. Elemen-elemen visual branding yaitu:

1) Brand (merek, logo) yang bisa berbentuk visual, susunan huruf atau keduanya

2) Warna (produk, korporat)

3) Komposisi semua elemen penyusunnya

Dari tiga hal tersebut, lalu diimplementasikan dalam Brand Identity sebuah perusahaan atau sebuah produk, yang bisa dilihat di media lini atas (above the line) maupun media lini bawah (below the

12 Sumber: http://kbbi.web.id/visual, dilihat pada tanggal 28/06/2016, pukul 04.51 WIB

13 Badri M, “VisualBranding dalam Periklanan”, dalam https://ruangdosen.wordpress.com/

(51)

line). Selanjutnya bisa dilihat di iklan televisi, koran, liflet, brosur, billboard, bahkan event-event off air. Tujuannya agar brand tersebut bisa dikenal oleh penontonnya, yang berdampak bisa diingat secara visual, selanjutnya bisa diterima di hati dan benak penonton.

a. Strategi visual branding

Strategi Visual Branding oleh Marty Neumeier dalam bukunya The Brand Gap14, yaitu:

1) Diferensiasi

Sebuah produk harus memiliki pembeda yang unik dengan produk lain. Pembeda bisa dari kategori produknya sendiri, segmentasi, kualitas atau packaging-nya.

2) Kolaborasi

Brand building tidak bisa semuanya dikerjakan oleh produsen. Dibutuhkan kerja sama dengan agency, institusi terkait, juga dengan konsumen sebagai target market. Konsumen juga harus didengarkan pendapatnya, tidak sekadar diberikan promosi secara terus menerus yang nantinya menimbulkan antipati.

3) Inovasi

Brand yang tidak diremajakan atau direvitalisasi akan lenyap oleh waktu. Konsumen juga punya sikap bosan, sehingga harus diperbarui pandangan dan ingatannya.

(52)

4) Evaluasi

Tingkat penerimaan target audiens atas sebuah brand harus dilacak dan diketahui. Survey dilakukan untuk melihat tingkat penerimaan khalayak.15

5) Manajemen Brand

Brand tidak hidup di lembar-lembar iklan atau bersuara di radio. Brand hidup di otak dan hati konsumennya. Juga di budaya perusahaan produsennya. Karena itu harus tetap hidup dan bergerak sesuai zamannya.

5. Desain Komunikasi Visual

a. Definisi desain komunikasi visual

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, komposisi, dan layout.16 Semua itu dilakukan guna menyampaikan pesan secara visual kepada target sasaran.

Dewasa ini, desain komunikasi visual sebagai suatu karya seni terap padat teknologi, mempunyai dampak yang sangat komprehensif kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran, karena keberadaannya mampu menginformasikan jasa dan produk baru kepada audiens. Ditambahkan Umar Hadi (1998), bahwa sebagai bahasa, desain komunikasi visual adalah ungkapan ide dan pesan

(53)

dari perancang kepada masyarakat yang dituju melalui simbol-simbol berwujud gambar, warna, dan tulisan.

Ia akan komunikatif apabila bahasa yang digunakannya itu mudah dimengerti oleh khalayak sasarannya. Ia juga akan berkesan apabila dalam penyajiannya tersebut terdapat suatu keunikan sehingga ia tampil secara istimewa, mudah dibedakan dengan lainnya. Maka, dalam berkomunikasi, diperlukan sejumlah pengetahuan yang memadai seputar target sasaran yang akan dituju dan bagaimana cara terbaik untuk berkomunikasi dengannya. Semakin baik dan lengkap pemahaman akan hal-hal tersebut, maka akan semakin mudah menciptakan bahasa visual yang komunikatif. Selain itu, desain komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui simbol-simbol kasat mata, dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hampir di segala sektor kegiatan manusia, simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda, sampai display di berbagai pusat perbelanjaan dengan segala aneka daya tariknya.

b. Unsur-Unsur Desain Komunikasi Visual

(54)

komunikatif, dan menyenangkan audiens. Elemen-elemen desain yaitu17:

1) Garis (line)

Garis adalah elemen visual yang dapat dipakai di mana saja dengan tujuan untuk memperjelas dan mempermudah audiens. Garis tidak memiliki kedalaman (depth), namun hanya memiliki ketebalan dan panjang. Oleh karena itu, garis disebut elemen satu dimensi.

Dalam desain komunikasi visual, garis tidak terikat pada aturan atau ketentuan dalam pemakaian garis. Meskipun tidak ada ketentuan yang mengikat, namun pemakaian garis dalam desain sebaiknya memiliki konsep dan tujuan. Penggunaan garis yang kurang tepat hanya akan membuat desain tampak gaduh, menggangu komposisi, dan berpotensi membingungkan audiens.

Secara semiotika, rangkaian huruf atau teks juga dapat dimaknai sebagai garis. Teks yang disusun dengan arah vertikal, diagonal, lengkung, dan melingkar, selain dapat dibaca isinya dapat pula dirasakan citra visualnya. Penggunaan garis perlu diperhitungkan secara cermat sehingga tidak terkesan dipaksakan. Tujuan dari desain komunikasi visual adalah untuk menyajikan informasi, baik verbal maupun

(55)

visual, agar dapat ditangkap oleh audiens dengan mudah, menarik, menyenangkan sekaligus mengesankan.18

2) Bidang (shape)

Bidang merupakan bentuk yang memiliki dimensi tinggi dan lebar. Bidang dapat berupa bentuk-bentuk geometris (lingkaran, segitiga, segiempat, elips, setengah lingkaran, dan sebagainya) dan bentuk-bentuk yang tidak beraturan. Bidang geometris memiliki kesan formal. Sebaliknya, bidang-bidang non-geometris atau bidang tak beraturan memiliki kesan tidak formal, santai, dan dinamis. 19

3) Warna (color)

warna merupakan salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian audiens. Apabila pemakaian warna kurang tepat maka dapat merusak citra, mengurangi nilai keterbacaan, dan bahkan dapat menghilangkan gairah. Jika dapat menggunakan dengan tepat, warna dapat membantu menciptakan mood dan membuat teks lebih berbicara.

Desain publikasi yang menggunakan warna-warna soft dapat menyampaikan kesan lembut, tenang, dan romantik. Sedangkan warna-warna kuat dan kontras dapat memberi kesan dinamis dan cenderung meriah. Warna dapat dilihat dari tiga dimensi,20 yaitu:

18 Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi, (Jogjakarta: Andi Yogya, 2007), hlm. 24.

19 Rakhmat Supriyono, Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: ANDI, 2010), hlm. 55.

(56)

(a) Hue

Hue merupakan pembagian warna berdasarkan nama-nama warna, seperti merah, biru, hijau, kuning dan seterusnya. Berdasarkan hue, warna dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

(1) Warna primer (primary colors) terdiri dari merah, kuning, dan biru.

(2) Warna sekunder (secondary colors), merupakan campuran dua warna primer dengan perbandingan seimbang (1:1), menghasilkan warna oranye (merah+kuning), hijau (kuning+biru), dan ungu (biru+merah).

(3) Warna tersier (tertiary colors), merupakan campuran warna primer dengan warna sekunder, menghasilkan warna k

Gambar

ketimbang kata seperti diilustrasikan iklan Altoid. Gambar mengomunikasikan dengan cepat
Gambar cangkir melambangkan tempatnya ngopi atau minuman yang
gambar grafiti dan gambar tribal, karena saya pengen seperti itu. Kalo
gambar tribal mbak dan diluar juga ada gambar grafiti. Seneng aja kalo

Referensi

Dokumen terkait

kata lain, masyarakat kembali ke hadisi spiritual bukan karenapencerahan melainkan abserurya komwritas. Hal itu menyebabkan orang haus akan tradisi ritual dan

Maka, kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti hubungan antara hafazan al-Quran dengan kualiti hidup dalam kalangan pelajar tahfiz di Selangor, Malaysia.. Satu kajian keratan

Salah satunya perilaku agresif dari meminum alkohol, seseorang yang sedang dalam pengaruh alkohol terbukti akan lebih agresif, seperti yang di katakan (Baron dan

Analisis menggunakan studi literature, informasi dan bacaan buku yang berkaitan dengan bangunan benteng untuk melihat bentuk dasar dan penggunaan material/bahan

Useat vanhemmat ovat todenneet, että lapsi- ja perhetyön tarjonta on todella monipuolista ja heidän on ollut hyvin luontevaa osallistua siihen lastensa kanssa.. Ennen lasten

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

Lumpur pemboran mempunyai peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran dan keberhasilan dalam suatu operasi pemboran,

Pengaruh kompetensi profesional Terhadap motivasi Hasil regresi pada tabel 4.4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kompetensi profesional berpengaruh dan signifikan