• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN ASNAF FAKIR DAN MISKIN MELALUI BANTUAN MODAL ZAKAT YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH (YDSF) SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

PUTRI INTAN ITSNAINI NIM : C74213138

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Kewirausahaan Asnaf Fakir dan Miskin Melalui Bantuan Modal Zakat Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya” ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang apa saja strategi yang digunakan untuk mengembangkan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya serta apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan informan dalam penelitian ini, yaitu penanggung jawab KUM Rohmad Hidayat, bagian umum Dian Fardiana, bagian penghimpun Khoirul Anam serta beberapa mustah}iq (fakir dan miskin).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh YDSF Surabaya dalam mengembangkan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat adalah sebagai berikut: Pemberian bantuan modal usaha, memberikan motivasi moril berupa pengajian umum (Ta’lim) diskusi keagamaan dan lain-lain, memberikan pelatihan kewirausahaan serta praktik lapangan. Faktor pendukung strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat adalah terdapatnya komunitas yang kuat, adanya dukungan penuh dari YDSF Surabaya baik dana maupun mental serta adanya mitra kerja kelompok pelaku usaha yang saling menguntungkan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya pengetahuan bagi asnaf fakir dan miskin mengenai kewirausahaan, kurangnya SDM dalam pembinaan dan pelatihan serta kemajuan teknologi yang masih kurang.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penulisan ... 15

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 16

G. Definisi Operasional ... 16

H. Metodologi Penelitian ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN, FAKIR DAN MISKIN SERTA MODAL ZAKAT A. Tinjauan tentang strategi pengembangan kewirausahaan ... 25

1. Pengertian strategi ... 25

2. Pengertian manajemen strategi ... 27

3. Pengertian pengembangan ... 27

4. Pengertian analisis SWOT ... 29

(8)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan

kewirausahaan ... 32

B. Tinjauan tentang asnaf fakir dan miskin ... 41

1. Definisi fakir ... 41

2. Definisi miskin ... 42

3. Konsep dan indikator fakir dan miskin ... 44

4. Faktor-faktor penyebab kemiskinan ... 48

5. Pandangan sistem ekonomi Islam terhadap kemiskinan ... 50

C. Tinjauan tentang dana zakat sebagai modal usaha... 54

1. Pengertian zakat ... 54

2. Hukum penggunaan dana zakat untuk modal usaha ... 56

3. Tujuan dan manfaat dana zakat sebagai modal usaha ... 57

BAB III: STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN ASNAF FAKIR DAN MISKIN MELALUI BANTUAN MODAL ZAKAT YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH (YDSF) SURABAYA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 58

1. Sejarah berdirinya YDSF Surabaya ... 58

2. Visi dan Misi YDSF Surabaya ... 61

3. Legalitas lembaga ... 62

4. Struktur Organisasi YDSF Surabaya ... 63

5. Keterangan Deskripsi Tugas ... 63

6. Keterangan staff dan jabatannya... 69

7. Prinsip Dasar YDSF Surabaya ... 70

8. Program-Program di YDSF Surabaya ... 71

B. Strategi Pengembangan Kewirausahaan Asnaf fakir dan Miskin Melalui Bantuan Modal Zakat di YDSF Surabaya ... 76

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pengembangan Kewirausahaan Asnaf Fakir dan Miskin Melalui Bantuan Modal Zakat ... 89

(9)

ZAKAT YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH (YDSF) SURABAYA

A. Analisis Strategi Yang Digunakan Untuk

Mengembangkan Kewirausahaan Asnaf Fakir dan Miskin

Melalui Bantuan Modal Zakat di YDSF Surabaya ... 93 B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi

Pengembangan Kewirausahaan asnaf fakir dan miskin

melalui bantuan modal zakat ... 99

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN

(10)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi YDSF Surabaya... 63 Gambar 4.1 Diagram SWOT ... 104

(11)

Tabel 2.1 Ekuivalen konsumsi beras ... 45 Tabel 3.1 Mustahiq yang menerima bantuan dana zakat untuk modal

usaha tahun 2016 daerah Surabaya ... 82 Tabel 3.2 jumlah anngota KUM tahun 2010-2016 ... 90 Tabel 3.3 dana yang telah di keluarkan untuk keperluan KUM ... 90 Tabel 3.4 Jadwal Pelatihan Kewirausahaan anggota KUM

YDSF Surabaya ... 91 Tabel 4.1 Analisis SWOT faktor pendukung dan penghambat

strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin

melalui bantuan modal zakat ... 100 Tabel 4.2 Analisis SWOT dengan metode IFAS dan

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kurun waktu yang begitu lama, umat Islam memiliki persepsi bahwa ajaran zakat tidak lebih dari sekedar ibadah ritual yang terpisah dari konteks sosial. Pandangan dogmatis ritualistis ini menjadikan ajaran zakat tereleminasi dari fungsi dasar yang diembannya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi yang mungkin perlu pembaharuan secara terus-menerus dalam mengaktualisasikan potensi zakat di tengah-tengah masyarakat agar setiap masyarakat bisa merasakan secara langsung implikasinya dalam kehidupan sosial ekonomi mereka, baik sekarang maupun masa yang akan datang.1

Pengalaman sejarah seharusnya telah membentuk sebuah sistem dan kerangka sosial ekonomi syariah masyarakat yang kuat dan tangguh. Pada kenyataannya terjadi sebaliknya, negara-negara Islam khususnya Indonesia justru mengalami ketergantungan yang tinggi terhadap sistem dan pola yang ditawarkan sistem ekonomi konvensional, sehingga negara tersebut tidak bisa lepas dari jerat krisis, padahal solusi penyelesaian sebenarnya tergantung bagaimana kemampuan negara

1

Rosbi Abd Rahman, “Strategi Pengembangan Keusahanawanan Asnaf Fakir dan Miskin Melalui Agihan Modal Zakat”, Jurnal Pengurusan 33 (2011), 38.

(13)

2

tersebut bisa lepas dari jerat krisis dan membangun fundamental ekonomi yang lebih mandiri.2

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki ciri-ciri spesifik, yang berbeda dengan negara-negara lain di dunia, sehingga perekonomiannya tentu saja memiliki karakteristik tersendiri, yang berbeda pula dengan negara-negara lain.3 Dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 dan 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kalau jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 254,9 juta jiwa. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berada di urutan ke 3 di dunia sebagai negara berpenduduk besar. Penyebaran penduduk tidak merata (2/3 nya tinggal di Pulau Jawa). Sebagian besar hidup di pedesaan (pertanian), bermata pencaharian sebagai petani kecil dan buruh tani dengan upah sangat rendah. Sektor tenaga kerja masih didominasi jenjang pendidikan SD ke bawah yaitu sekitar 55,3 juta orang (46,8%), sedangkan penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12 juta.4 Hal ini menunjukkan bahwa mutu SDM masih rendah, yang berdampak pada rendahnya produktivitas. Dengan jumlah penduduk yang demikian besar, maka Indonesia membutuhkan berbagai barang, jasa dan fasilitas hidup. Namun kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak sebanding dengan kemampuan berproduksi. Hal ini memicu munculnya kondisi rawan kemiskinan.

2

Ibid., 39. 3

Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, Tinjauan Historis, Teoritis dan Empiris

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), 2. 4

(14)

3

Ilustrasi di atas memberikan gambaran betapa potensi ekonomi zakat sangat membantu sekali umat dalam pemberdayaan ekonomi rakyat, karena selama ini zakat hanya dipahami sebagai sebuah kewajiban rutin dan harus dilaksanakan setiap tahun, tanpa melihat aspek sosial ekonomi, pemberdayaan, pemanfaatan dan produktifitasnya.

Fakir dan miskin adalah dua kata yang terdapat dalam Al-Quran dan mereka dinyatakan sebagai orang-orang yang berhak menerima zakat dan bantuan lainnya dalam rangka memberikan perlindungan. Dalam Al-Quran dan Hadits tidak ditetapkan angka tertentu dan pasti sebagai ukuran kemiskinan. Akibat dari tidak adanya batasan baku itu, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan tolak ukur kefakiran dan kemiskinan. Namun perbedaan ini tidak ada gunanya diperpanjang karena fakir-miskin adalah orang-orang yang perlu diberikan perlindungan.5

Fakir dan miskin menjamur di bangsa ini, terutama selepas dari krisis ekonomi dan moneter, jika tidak ada penanganan yang serius dari para ekonom baik muslim dan non-muslim ekonomi umat tidak akan dapat mengalami perubahan yang signifikan.

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyah yang memiliki posisi yang penting, strategis dan menentukan baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat

5

(15)

4

termasuk salah satu rukun Islam, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadist Nabi:

Dari Ibnu Abbas r. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan hadits itu-- dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari. 6

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa kewajiban menunaikan zakat demikian tegas dan mutlak. Oleh karenanya, di dalam ajaran Islam ini terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustah}iq, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan khususnya asnaf fakir dan miskin. sehingga keberadaanya dianggap ma’lum min addin biadhz}aurah atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari ke-Islaman seseorang.7

Bantuan zakat merupakan salah satu dari bentuk bantuan yang disalurkan oleh agensi zakat di Indonesia untuk membantu golongan asnaf terutama asnaf fakir dan miskin untuk berusaha dan berupaya merubah kehidupan mereka ke tingkat yang lebih baik.

6

Ibnu Hajar Al-asqalani, Bulughul Maram (Kitab Zakat), 2008 7

Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial & Ekonomi (Surabaya: Penerbit Putra Media Nusantara, 2010), 1.

(16)

5

Bantuan modal zakat ini disalurkan kepada golongan asnaf yang memenuhi kriteria tertentu untuk mengembangkan suatu wirausaha. Di Indonesia, salah satu kota yang aktif menyalurkan bantuan berbentuk modal ini adalah kota Surabaya. Bagi wilayah Surabaya bantuan modal zakat diberi penekanan. Agensi zakat yang terlibat yaitu pihak YDSF Surabaya.

YDSF dengan jumlah donatur sebanyak 270.622 dan dana yang berhasil dihimpun ditahun 2016 mencapai Rp.42.000.000.000.8 Jumlah yang sangat besar tersebut telah terhimpun. Keberhasilan YDSF dalam menghimpun dana disebabkan oleh semangat mereka dalam menjaring donatur yang tidak dibatasi oleh kedudukan atau tugas struktural yang melekat pada diri mereka. Artinya, semua anggota pengurus YDSF wajib mengajak orang untuk menjadi donatur baik donatur tetap maupun donatur tidak tetap. Besarnya potensi zakat yang telah dihimpun oleh YDSF Surabaya tersebut diharapkan mampu menjadi bantuan dalam memberikan modal usaha pada mustah}iq khususnya asnaf fakir dan miskin dalam mengembangkan kewirausahaan. Agar taraf kehidupan mereka menjadi lebih baik serta sesuai dengan hakikat zakat yang sebenarnya.

Salah satu program bidang garap YDSF adalah program pemberdayaan ekonomi kota dan desa yang terdiri dari Bantuan modal usaha Kelompok Usaha Mandiri (KUM) dan pelatihan keterampilan

8

(17)

6

serta jejaring usaha, dengan sentuhan KUM ini, diharapkan ada perubahan dalam pola pikir juga perekonomian masyarakat muslim khususnya asnaf fakir dan miskin. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat muslim kelas menengah bawah secara ekonomi maupun spiritual. Mereka dibina, didampingi, diberi modal pinjaman untuk usaha, agar menjadi tidak di bawah terus menerus. Selain ekonominya ditingkatkan, mereka juga diberi kegiatan kerohanian lewat majelis taklim.

Sejak 2010 KUM terbentuk dengan tim khusus yang menangani. YDSF melalui program ini melakukan pendampingan komunitas atau perorangan melalui pelatihan, peningkatan keterampilan, juga kerohanian. Di samping itu ada pinjaman modal untuk usaha bagi anggota yang bergabung. Sasaran utamanya adalah masyarakat muslim yang ingin menjadi pengusaha mikro, ataupun yang sudah menjadi pengusaha dengan pendapatan tidak lebih dari tiga juta rupiah per bulan.

Total dana yang sudah berputar di masyarakat dari program KUM sekitar Rp. 500 juta. Dari tahun ke tahun pun yang dibantu jumlahnya meningkat, yang sudah menjadi anggota dan menerima bantuan modal usaha totalnya 380 orang.9

KUM menjadi teropong bagi YDSF, untuk memahami secara dekat bagaimana gambaran masyarakat muslim yang memiliki potensi dalam berwirausaha dan mewujudkan perekonomian muslim yang berjaya.

9

(18)

7

Lewat bantuan secara langsung dan juga pelatihan-pelatihan, YDSF lewat KUMnya tak hanya turut mengentaskan kemiskinan di kalangan muslim, tapi juga menanamkan jiwa usaha mandiri yang berasaskan spiritual.10

Berwirausaha merupakan aktivitas ekonomi pada sektor riil yang menempati posisi penting dalam ekonomi syariah. Peran wirausaha juga sangat dibutuhkan dalam perekonomian seperti: menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan produktivitas. Rasulullah juga merekomendasikan dalam banyak hal bahwa berwirausaha merupakan aktivitas utama yang perlu dikembangkan. Dalam salah satu dialog, Beliau menyatakan bahwa pekerjaan dan usaha (al-kasb) yang paling baik dilakukan seseorang adalah pekerjaan yang dihasilkan dengan tangan (‘amal al-rajul bi yadih) dan semua jual beli mabrur (bai’ mabrur), yaitu jual beli halal dan bebas dari kecurangan. Berwirausaha

adalah pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli untuk mendapatkan keuntungan. Kegiatan yang diorientasikan kepada keuntungan ini dalam Quran disebut dengan tijarah. Kata al-tijarah terulang dalam al-Quran sebanyak sembilan kali, dan enam di

antaranya secara spesifik menyebut aktivitas ekonomi, sementara tiga

10

Ibid., 27.

(19)

8

lainnya menggambarkan tentang hakikat kehidupan.11 Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Quran yang berpesan:



“ Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu niaga yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasulnya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (Q.S. al-Shaff [61]:10-11).12

Adanya dukungan ayat diatas sekaligus memberikan perintah kepada kita untuk memajukan atau mengembangkan kewirausahaan sebagai aktivitas ekonomi pada sektor riil.13

Dengan demikian dana zakat yang diberikan YDSF Surabaya untuk modal usaha dapat diharapkan menjadi awal peningkatan produktivitas masyarakat fakir dan miskin yang pada akhirnya mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya. Karena pada dasarnya kebanyakan masalah utama asnaf fakir dan miskin adalah mendapatkan modal untuk memulai atau mengembangkan wirausaha, modal berperan sebagai suatu hal yang mampu meningkatkan kehidupan sosial mereka dengan efektif dan efisien, sehingga kesejahteraan umat secara hakiki akan terjadi walaupun dilakukan secara bertahap dan dalam tenggang waktu yang

11

Amiur Nuruddin, Dari Mana Sumber ...,153 12

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006), 552.

13

(20)

9

relatif lama. Hal ini jauh lebih baik daripada percepatan pertumbuhan ekonomi yang tidak dilandasi oleh ajaran agama yang kuat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Kewirausahaan Asnaf Fakir dan Miskin Melalui Bantuan Modal Zakat Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) Surabaya”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diperoleh identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Kondisi perekonomian di Indonesia

2. Potensi ekonomi zakat dalam pemberdayaan ekonomi rakyat 3. Masalah Kemiskinan di Indonesia

4. Pemanfaatan zakat sebagai modal usaha

5. Kewirausahaan sebagai unsur penting pada bisnis

(21)

10

pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi yang digunakan untuk mengembangkan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Dari beberapa skripsi yang telah diamati maka penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian Iffatul Auliyaa’ Alwi, dengan judul “Optimalisasi Penghimpunan dan Pendistribusian Zakat yang Memberdayakan di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya”.14 Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik deskriptif analistis. Dari penelitian di

14

Iffatul Auliyaa’ Alwi, “Optimalisasi Penghimpunan dan Pendistribusian Zakat yang Memberdayakan di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya” (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014).

(22)

11

atas dapat diketahui persamaan dan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang saya lakukan.

Penelitian kami berlokasi sama yaitu di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya dan membahas mengenai manfaat adanya zakat. Walaupun sama-sama berlokasi di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya, namun penelitian Iffatul Auliyaa’ Alwi disini berfokus hanya pada bagaimana cara mengoptimalisasikan penghimpunan dan pendistribusian zakat yang memberdayakan di YDSF Surabaya, bukan spesifik pada strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Iffatul Auliyaa’ Alwi dibahas juga mengenai pemberdayaan mustah}iq dalam bentuk pinjaman modal usaha qardul h}asan yang nantinya dapat mempengaruhi kesejahteraan mustah}iq. Sedangkan pada penelitian saya lebih di spesifikkan pada

strategi pengembangan kewirausahaan yang dilakukan YDSF untuk asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat atau program dalam YDSF yang disebut ZUM (zakat untuk mustah}iq).

Kedua, penelitian Siti Maulidatus Sholikha, dengan judul “Peran Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam Pengembangan Kewirausahaan Melalui Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Lamongan”.15 Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif dengan jenis 15

Siti Maulidatus Sholikha, “Peran Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam Pengembangan Kewirausahaan Melalui Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Lamongan” (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).

(23)

12

penelitian deskriptif. Dari Penelitian tersebut memaparkan bagaimana peran dan apa program kerja dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam pengembangan kewirausahaan melalui pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) di kabupaten Lamongan. Meskipun sama-sama membahas mengenai pengembangan kewirausahaan, penelitian ini berbeda dari yang sebelumnya sebab fokus penelitian ini adalah pada peran dinas koperasi, perindustrian dan perdagangan pemerintah Kabupaten Lamongan, sedangkan penelitian saya lebih ke strategi yang digunakan dalam pengembangan kewirausahaan. Selain itu, objek penelitian juga berbeda dari penelitian sebelumnya.

Ketiga, penelitian Puji Setyawati dengan judul “Pengembangan Life Skill Kewirausahaan melalui Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Kelautan di SMA Muhammadiyah 06 Paciran Lamongan”.16 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal di SMA Muhammadiyah 06 Paciran Lamongan yang mana program pembelajaran yang diselenggarakan dalam pengembangan kewirausahaan pada SMA ini sangat sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan potensi, bakat dan minat peserta didik, penelitian ini berbeda dari yang 16

Puji Setyawati, “Pengembangan Life Skill Kewirausahaan Melalui Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Kelautan di SMA Muhammadiyah 06 Paciran Lamongan(Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).

(24)

13

sebelumnya sebab fokus penelitian pada pengembangan kewirausahaan untuk peserta didik, sedangkan penelitian saya pada pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin. Selain itu tempat penelitian juga berbeda dari penelitian sebelumnya.

Keempat, penelitian Rindang Wiranti dengan judul “Pengembangan Keterampilan Kewirausahaan Melalui Prosmart (Program Sekolah Mustah}iq Entrepreneur Terpadu) di PKPU Semarang”. Skripsi pada

Fakultas Ilmu Sosial, Politik dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Semarang. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif.17 Ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pentingnya tingkatan pengetahuan dan keterampilan seseorang bila menginginkan kemenangan dalam sebuah persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, maka PROSMART merupakan program untuk masyarakat yang belum memiliki pekerjaan sehingga memiliki kemampuan yang dapat digunakan untuk mencari pekerjaan atau memulai usaha. Adapun lokasi penelitiannya bertempat di PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat), penelitian ini berbeda dari yang sebelumnya sebab fokus penelitian ini adalah alat bantu yang digunakan yaitu PROSMART (Program Sekolah Mustah}iq Entrepreneur Terpadu), sedangkan penelitian saya melalui

bantuan modal zakat. Selain itu, objek dan tempat penelitian juga berbeda dari penelitian sebelumnya.

17

Rindang Wiranti, “Pengembangan Keterampilan Kewirausahaan Melalui PROSMART (Program Sekolah Mustahik Entrepreneur Terpadu) di PKPU Semarang (Skripsi--Universitas Negeri Semarang, 2013).

(25)

14

Kelima, penelitian Eka Sri Murni Mustapa dengan judul “Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Bagi Mustah}iq (Studi Kasus Pada Baznas Kabupaten Gorontolo)”. Peneliti pada Fakultas Ekonomi, Akuntansi, Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan pendapatan usaha mustah}iq dengan adanya pendayagunaan zakat produktif yang berlokasi di BAZNAS Kabupaten Gorontalo. Dari hasil penelitian program yang dilaksanakan oleh BAZNAS untuk meningkatkan kesejahteraan mustah}iq ada 3, pertama ekonomi produktif, kedua insentif kepada para imam masjid daerah terpencil dan yang terakhir beasiswa kepada siswa kelas XII yang akan melanjutkan studi ke perguruan negeri. Program ini sudah dilaksanakan mulai tahun 2002.18 Penelitian ini berbeda dari yang sebelumnya sebab fokus penelitian ini adalah peningkatan pendapatan usaha dan kesejahteraan pada mustah}iq, sedangkan penelitian saya mengembangkan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin. Selain itu, objek dan tempat penelitian juga berbeda dari penelitian sebelumnya.

Berbagai penelitian terdahulu yang pernah dicermati oleh peneliti, lima penelitian di ataslah yang dianggap paling berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan sekarang ini, akan tetapi, penelitian yang akan diteliti oleh penulis terkait kasus yang diangkat tidaklah sama. 18

Eka Sri Murni Mustapa, “Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Bagi Mustahiq (Studi Kasus Pada Baznas Kabupaten Gorontolo) (Skripsi--Universitas Negeri Gorontalo, 2013).

(26)

15

seperti tercantum diatas penelitian pertama menggunakan lokasi yang sama, namun tidak membahas mengenai pengembangan strategi kewirausahaan. penelitian kedua, ketiga dan keempat hanya mempunyai variabel pengembangan kewirausahaan yang sama, namun subjek penelitian yang digunakan berbeda. Penelitian kelima pun demikian, kesamaan terletak di pembahasan mengenai memperbaiki taraf kehidupan mustah}iq, namun subjek penelitian yang digunakan berbeda. Sehingga penelitian ini merupakan penelitian yang baru (original).

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan strategi yang digunakan untuk mengembangkan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya?

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya?

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat serta berguna untuk hal-hal sebagai berikut:

(27)

16

Diharapkan bisa memberikan informasi dan refrensi bagi masyarakat khususnya asnaf fakir dan miskin serta bagi semua kalangan pada umumnya sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi pengembangan kewirausahaan melalui bantuan modal zakat.

2. Dari segi praktis

Diharapkan hasil penelitian tentang strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya dapat direalisasikan maupun diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ketika memberikan strategi pengembangan kewirausahaan kepada fakir dan miskin.

G. Definisi Operasional

Agar lebih memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti ingin mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:

1. Pengembangan Kewirausahaan Asnaf Fakir dan Miskin

Upaya atau cara yang dilakukan YDSF Surabaya dalam membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah dari suatu organisasi secara bersama dan terencana yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kualitas kehidupan fakir dan miskin.19

2. Bantuan Modal Zakat

19

(28)

17

Bantuan modal zakat adalah pertolongan atau pemberian uang dari seorang muslim atau badan usaha yang kelebihan harta kemudian dihimpun oleh YDSF Surabaya untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam, kemudian dipakai sebagai pokok untuk berwirausaha dan menghasilkan sesuatu yang dapat menambah kekayaan.20

H. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan sebagai berikut: 1. Data yang dikumpulkan

a. Data primer didapatkan dengan melakukan wawancara terkait strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat di YDSF Surabaya dengan Rohmad Hidayat penanggung jawab KUM, Dian Fardiana bagian umum, dan Khoirul Anam bagian penghimpunan serta beberapa mustah}iq (fakir dan miskin).

b. Data sekunder didapatkan dengan menganalisis metode pengelolaan dana, laporan pengeluaran YDSF, dan data-data lain YDSF yang diperlukan dalam penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dimana data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh. Sumber data adalah tempat

20

KBBI, Online.

(29)

18

ditemukannya data.21 Adapun data dari penelitian diperoleh dari dua sumber yaitu:

a. Sumber data primer, merupakan sumber data yang berupa keterangan dari pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini, sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di tempat penelitian dari pihak yang berwenang dalam memberikan keterangan secara langsung mengenai permasalahan yang diteliti.22 Yang menjadi sumber data primer dari penelitian ini adalah Rohmad Hidayat selaku penanggung jawab KUM di Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, Diana selaku penanggung jawab bagian Umum dan Khoirul Anama selaku bagian penghimpunan.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberikan keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer.23 Penggalian data yang diambil dari data sekunder yaitu literatur yang membahas mengenai manfaat zakat sebagai modal usaha untuk mengembangkan strategi kewirausahaan asnaf fakir miskin yang relevan dengan fokus penelitian. Diantaranya: Zakat dalam perspektif fiqh, sosial dan ekonomi, buku ini membahas mengenai pengertian dan manfaat zakat dari berbagai perspektif. Dari mana sumber hartamu, buku 21

Soejarno Soekamto, Penelitain Hukum Normatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 11. 22

Ibid.,12. 23

(30)

19

ini membahas mengenai asal-usul harta, pemanfaatan dan cara menjalankan harta tersebut. Kewirausahaan membahas mengenai pengertian, tujuan dan manfaatnya serta dan lain sebagainya. 3. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah metode wawancara, observasi, dan bahan dokumentar. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.24

Maka peneliti melakukan pengamatan dan mengajukan pertanyaan yang ditujukan kepada YDSF Surabaya. Dalam hal ini memaparkan secara jelas hasil penelitian mengenai analisis strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat.

24

(31)

20

Peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada Rohmad Hidayat selaku penanggung jawab KUM di Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, Diana selaku bagian umum dan Khoirul Anam selaku bagian penghimpunan. terkait berapa jumlah dana yang diberikan untuk pengembangan kewirausahaan asnaf fakir miskin serta bagaimana strategi-strategi pengembangannya.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Maka dapat disimpulkan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.25

Metode observasi ini digunakan untuk mencari data tentang sejarah Yayasan Dana Sosial Al-Falah sebagai pemberi modal usaha untuk fakir dan miskin, serta bagaimana strategi pengembangan kewirausahaan yang dilakukan YDSF untuk fakir miskin.

c. Dokumentasi

25

Ibid., 118-119.

(32)

21

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, otobiografi atau biografi, yang berupa gambar, biasanya mengenai foto-foto pribadi.26 Data seperti ini berhubungan dengan jadwal kerja, kegiatan dan aktivitas apa saja yang mengenai strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya.

4. Tekhnik Pengolahan Data

Analisis yang baik memerlukan pengelolaan data yang dilakukan secara efisien. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berilkut:

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dikelola menggunakan penelitian deskriptif analisis. Jenis penelitian ini, dalam deskripsinya juga mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya teletak pada analisis hubungan antara variabel.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

26

Ibid., 124-125.

(33)

22

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.27 Dalam hal ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.28 Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.29

5. Teknik Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif analistis, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.30 Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai

27

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2008), 243. 28

Ibid., 245. 29

Ibid., 246. 30

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 143.

(34)

23

objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.31

Kemudian data tersebut dianalisis dengan pola pikir induktif, yaitu pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga pemecahan masalah tersebut dapat berlaku secara umum. Fakta-fakta yang dikumpulkan adalah bantuan modal zakat dari YDSF untuk asnaf fakir dan miskin serta upaya YDSF Surabaya dalam strategi pengembangan kewirausahaannya.

I. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini dibahas dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

Bab pertama berisis tentang pendahuluan yang terdiri dari gambaran umum yang memuat pola dasar penulisan skripsi ini yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian yang meliputi: Pendekatan dan jenis Penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi tentang landasan teori yang merupakan hasil telaah dari beberapa literatur yang digunakan sebagai pisau analisis

31

(35)

24

terhadap data, tujuan dan proses untuk membuka wawasan dan cara berpikir dalam memahami dan menganalisis fenomena yang ada.

Bab ketiga berisi tentang data penelitian yang terdiri dari gambaran umum YDSF Surabaya, terkait sejarah berdiri, visi dan misi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, prinsip dasar, program-program, strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat di YDSF Surabaya serta menjelaskan faktor pendukung dan penghambat strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat di YDSF Surabaya.

Bab keempat berisi tentang analisis data yang terdiri dari analisis strategi pengembangan kewirausahaan asnaf fakir dan miskin melalui bantuan modal zakat YDSF Surabaya.

(36)

BAB II

STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN, FAKIR DAN MISKIN SERTA MODAL ZAKAT

Untuk mempermudah memahami dan membangun kerangka berfikir tentang judul peneliti, yaitu Analisis Strategi Pengembangan Kewirausahaan Asnaf Fakir dan Miskin Melalui Bantuan Modal Zakat Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya, maka peneliti akan memaparkan kajian teori dari setiap variabel.

A. Tinjauan tentang Strategi Pengembangan Kewirausahaan 1. Pengertian Strategi

Setiap perusahaan memerlukan strategi agar lebih mudah dalam mencapai tujuannya pengertian strategi yang luas mengandung berbagai macam definisi dan interpretasi. Berikut adalah pengertian strategi menurut beberapa sumber yang diperoleh, antara lain:

Strategi adalah rencana berskala besar yang berorintas jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang semuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dengan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.1

1

(37)

26

Strategi menurut Hamel dan Prahalad merupakan tindakan yang bersifat Incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan untuk para pelanggan di masa yang akan datang.2

Sedangkan menurut Jauch dan Glueck strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.3

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan strategi adalah ketika semua karyawan dan tingkatan perusahaan berkomitmen untuk mencapai kriteria kinerja spesifik dan signifikan. Sebagian berargumentasi bahwa tujuan strategi yaitu memberikan para karyawan tujuan satu-satunya yang berharga untuk usaha dan komitmen personal untuk menggeser posisi yang terbaik, atau tetap menjadi yang terbaik di seluruh dunia. Tujuan strategi telah di bentuk dengan efektif ketika orang-orang percaya dengan semangat yang menyala-nyala terhadap produk dan industri mereka dan ketika mereka memusatkan perhatian sepenuhnya pada kemampuan perusahaan untuk mengatasi para pesaingnya.4

2

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2003), 25.

3

Ibid., 26. 4

Ibid., 28.

(38)

27

2. Pengertian Manajemen Strategi

Manajemen strategis adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan.5

Kotler menyatakan bahwa manajemen strategi adalah suatu proses manajerial untuk mengembangkan dan mempertahankan kesesuaian yang layak antara sasaran dan sumberdaya perusahaan dengan peluang-peluang pasar yang selalu berubah. Manajemen strategi akan membantu perusahaan dalam melihat peluang dan ancaman di masa yang akan datang sehingga memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah.6

3. Pengertian Pengembangan

Sehubungan dengan pengembangan usaha, hal ini tergantung pada kemampuan pengusaha dan pengelolanya dalam usahanya setiap hari. Hal ini seperti apa yang di kemukakan oleh Scumpeter bahwa pengembangan adalah perubahan spontan dan terputus-putus senintiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan untuk waktu sebelumnya. dan dikemukakan oleh Kellog bahwa pengembangan sebagai suatu perubahan dalam diri orang yang memungkinkan yang bersangkutan bekerja efektif.

5

Jauch dan Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1996), 11.

6

(39)

28

Menurut Iskandar Wiryokusumo, pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama, maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan prbadi yang mandiri.7

Begitu pula menurut Gauzali Saydam, pengembangan merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan agar pengetahuan, maupun keterampilan mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan.8 Disisi lain Bone, mengatakan bahwa pengembangan adalah memerlukan dan melibatkan semacam pengarahan,pengaturan, dan pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasabn pemeliharaan.9 Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia menyatakan bahwa pengembangan adalah cara atau hasil kerja mengembangkan sesuatu (pekerjaan, usaha, kepribadian dan lain sebagainya).10

7

Iskandar Wiryokusumo dan Mandilika, Kumpulan-Kumpulan Pemikiran dalam Pendidikan

(Jakarta: CV. Rajawali, 1982), 93. 8

Gauzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Djambatan, 1996), 496. 9

M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1993), 4.

10

KBBI Offline

(40)

29

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah segala sesuatu yang dilaksanakan untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang memberikan informasi, pengarahan,pengaturan, dan pedoman dalam pengembangan usaha.

4. Pengertian Analisis SWOT

Bisnis yang baik adalah bisnis yang memiliki strategi yang baik dalam menjalankan usahanya. Menurut Freddy Rangkuti analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths), dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

(41)

30

ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).11

Sebelum melakukan pola pikir pendekatan analisa SWOT ini di bagi menjadi 3 aspek. Adapun ketiga aspek dalam analisa SWOT ini terdiri dari:

a. Aspek Global

Aspek global bersifat garis besar dan berkaitan dengan misi dan visi yang harus dikembangkan oleh perusahaan kita.

b. Aspek Strategis

Aspek strategin ini merupakan penjabaran yang lebih rinci ke dalam rencana kerja yang lebih bersifat jangka menengah (biasanya 5 tahunan) guna merealisasikan apa yang sudah dirumuskan oleh rencana global di atas. Dalam tahap strategis ini kita harus mampu untuk memikirkan berbagai alternatif strategi yang mungkin dapat kita lakukan untuk merealisasikan rancangan global dengan tetap memperhatikan SWOT yang ada pada organisasi.

c. Aspek Operasional

Aspek operasional merupakan aspek yang bersifat jangka pendek/tahunan atau bahkan kurang dari setahun, rencana operasional ini akan menjabarkan secara operasional serta rinci

11

Freddy Rangkuti, Strategi Promosi Yang Kreatif dan Analisis SWOT, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), 18.

(42)

31

terhadap rencana strategis. Operasionalisasi terhadap strategi yang dipilih dan ditetapkan harus ditindak lanjuti dalam bentuk keterampilan atau keahlian yang harus dikuasai, bentuk-bentuk latihan yang harus dilaksanakan, alat-alat apa yang harus disiapkan begitu pula siapa personalis yang harus melakukannya dan sebagainya.12

5. Pengertian Kewirausahaan

Disiplin ilmu kewirausahaan berkembang secara cepat di berbagai bidang seperti: industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan pada bidang lain. Kewirausahaan merupakan ilmu yang memiliki obyek kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.13

Peter Drucker berpendapat entrepreneurship dan inovasi merupakan hal sentral dalam proses kreatif perekonomian. Inovasi adalah fungsi spesifik dari entrepreneurship, sebagai sebuah cara menciptakan sumberdaya baru yang mendayagunakan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan kekayaan.14 Proses kewirausahaan secara tipikal sama dengan proses manajemen strategi.

Definisi lain tentang wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan

12

Ibid., 19-20. 13

R. Heru Kristanto HC, Kewirausahaan Entrepreneurship Pendekatan Manajemen dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 1.

14

Ibid., 2.

(43)

32

cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumberdaya yang dimiliki.15

Hakekat kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create new & different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak melakukan sesuatu yang baru (keinovasian) guna menciptakan nilai tambah (value added) agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilembagakan agar kelak dapat tetap berjalan dengan efektif ditangan orang lain.16

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kewirausahaan

Tujuan kegiatan perusahaan pada dasarnya untuk melaksanakan pemasaran yang bertujuan untuk mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Dengan adanya kegiatan tersebut akan memberi dampak positif bagi sebuah pengembangan usaha. Adapun faktor-faktor mempengaruhi pengembangan suatu usaha yakni antara lain:

a. Kepemimpinan

Faktor kepemimpinan sangat menentukan dalam pengembangan dan kemajuan suatu usaha. Karena kepemimpinan

15

Ibid., 3. 16

Ibid., 4.

(44)

33

merupakan proses atau rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain secara sistematis. Dimana seorang pemimpin dapat mengayomi para bawahan, menggerakan, dan membimbing secara perseorangan maupun bersama-sama sebagai mana dikemukakan oleh Anoraga bahwa kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan kemampuan mereka, kemampuan dan usaha untuk mencapai tujuan tertentu.17 Sedangkan menurut Terry kepemimpinan adalah realisasi dalam setiap individu atau pemimpin yang mempengaruhi pengaruh dalam mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan perhatian yang penuh pencapaian sasaran tertentu.18

Dengan demikian kepemimpinan merupakan proses pengarahan pembimbingan, penggerakan dan evaluasi yang di selenggarakan oleh pemimpin dalam mengembangkan seluruh usaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

b. Permodalan

Modal adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha tersebut. Dimana modal sangat besar peranannya dalam menunjang kelangsungan kegiatan usaha tersebut dalam proses pencampaian tujuan. Adapun modal itu sendiri tidak lain suatu hal yang berwujud uang atau barang-barang.

17

Panji Anoraga, Psikologi Kepemimpinan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1982), 186. 18

(45)

34

Menurut Kamsir Modal adalah sesuatu yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi.19 Sedangkan menurut Tohar, modal dibedakan atas 3 bentuk yaitu :20

1) Modal Uang

Modal uang adalah sumber dari nama uang itu diperoleh untuk dipergunakan dan ditanamkan dalam barang-barang modal. Jadi modal uang merupakan cermin dari modal barang. Jika dilihat dalam neraca, modal ini terletak pada sisi kredit.

2) Modal Barang

Modal barang adalah seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan didalamnya termasuk good will bersifat abstrak terletak pada debet neraca.

3) Modal Redimen

19

Kamsir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 91. 20

(46)

35

Modal redimen yaitu semua alat-alat produksi yang harus merupakan kesatuan modal yang mendapatkan laba dengan tidak melupakan unsur pribadi pengusaha yang cakap.

Melihat uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal merupakan suatu penunjang utama dari usaha dalam mengembangkan pembiayaan terhadap konsumen, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor modal sangat mempengaruhi pengembangan usaha pembiayaan.

c. Pembinaan

Faktor pembinaan sangat mempengaruhi terhadap pengembangan kewirausahaan. Pembinaan merupakan tuntutan, bantuan dan pertolongan kepada individu atau kelompok orang agar dapat menyesuaikan dirinya sebaik-baiknya untuk mencapai kesejahteraan dan mempertahankan hidup untuk mencapai tingkat efektivitas tenaga kerja yang baik maka perlu adanya pembinaan dari seorang pemimpin perusahaan sehingga apa yang menjadi tujuan perusaahaan tercapai.

(47)

36

dikerjakan oleh para karyawan yang bekerja pada industri sudah dapat mengetahui pekerjaan yang mereka laksanakan. Adapun yang menjadi tujuan pembinaan adalah:

1) Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan

2) Menghasilkan tenaga kerja yang berdaya guna dan berhasil guna 3) Meningkatkan kualitas, keterampilan,serta memupuk semangat

dan modal kerja

4) Mewujudkan iklim kerja yang kondusif, dan

5) Memberikan pembekalan dalam rangka distribusi tenaga kerja. Dengan adanya pembinaan tenaga kerja, diharapkan setiap tenaga kerja dapat memberikan kinerja yang sebaik-baiknya sehingga berdaya guna dan berhasil guna sesuai tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya pembinaan kepada karyawan dalam rangka mengembangkan atau perluasan usaha.21

d. Mitra Kerja

Mitra kerja merupakan suatu bentuk kerja sama dari dua atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan. Terjadinya mitra kerja dikarenakan adanya keinginan dalam mencapai tujuan bersama, dengan adanya mitra kerja ini usaha menengah diharapkan hidup sejajar dengan usaha-usaha besar. Dimana mitra kerja ini dapat dilakukan antara usaha menengah dan usaha besar.

21

Sony Andrianto, “Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di Propinsi Sumatera Utara”. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 (2006).

(48)

37

Sehingga masingmasing sektor dapat saling mengisi dapat menempatkan pada posisinya.

Jika mitra kerja ini dibangun atas dasar saling membutuhkan maka tujuan dari kerja sama diatas akan menjadi kenyataan. Untuk mitra kerja usaha menengah harus mengatasi kendala internalnya terlebih dahulu. Jadi mereka harus mempersiapkan organisasinya baik dari sisi manajemen maupun sumber daya manusia.22

e. Pelanggan

Pelanggan merupakan faktor yang menentukan dalam suatu usaha dengan tetap mempertahankan pelanggan bahkan meningkatkannya. Kita akan memiliki keunggulan tersendiri sebab pelanggan merupakan konsumen utama dari suatu usaha ketimbangan dengan konsumen pasar secara umum. Untuk mempertahankan pelanggan maka seorang menejer usaha harus mampu mengambil kebijaksanaan yang tidak mengikat usaha serta pelanggan, seperti dalam peningkatan jumlah produksi, kualitas produksi, perluasan pasar. Hal ini lebih menjaga kepercayaan serta pelayanan khusus bagi pelanggan dan konsumen itu sendiri.23

f. Lingkungan Lokasi

22

Widya Yudha Ningtias, “Strategi Pengembangan Usaha Kecil Waroeng Coklat (Studi Kasus Usaha Kecil Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor Jawa Barat).”(Skripsi—Institut Pertanian Bogor, 2009), 36.

23

Ibid., 36.

(49)

38

Faktor pendukung lainnya adalah lokasi usaha yang terletak di tempat strategis yakni dekat para pelanggannya. Hal ini sangat memudahkan para pelanggan untuk datang ke lokasi tempat usaha, sehingga produk yang dihasilkan akan mendapatkan perhatian dari konsumen.

Lingkungan usaha perlu diteliti, dipelajari untuk ditentukan langkahlangkah dan menjawab setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan usaha. Bila lingkungan menghendaki perubahan suatu tatanan manajemen pembiyaan, maka sedapat mungkin dilakukan biaya tambahan mengikuti perkembangan konsumen, sehingga strategi pembiyaan yang dilaksanakan akan mendapat perhatian dari konsumen/pelanggan.24

g. Daya Saing

Pada saat kualitas produksi cukup dengan permintaan konsumen yang semakin meningkat dan cepat berubah. Oleh sebab itu perusahaan harus mengetahui kondisi pasar, konsumen dan selalu melihat permintaan konsumen. Dalam persaingan pemasaran harus dapat mempengaruhi calon pembeli dengan cara promosi, namun promosi tidak mengetahu perkembangan pasar

24

Ibid., 37.

(50)

39

dan permintaan konsumen. Karenanya perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada konsumen dan kondisi pasar.25 h. Pemasaran

Untuk mencapai tujuannya, setiap perusahaan mengarahkan kegiatan khususnya untuk menghasilkam produk yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga dalam jangka panjang perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharapkannya. Keberhasilan suatu perusahaan sngat ditentukan oleh keberhasilan usaha pemasaran dari produk yang dihasilkannya. Pemasaran adalah suatu proses kegiatan usaha untuk menciptakan suatu produk guna memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran.

Menurut Kotler pemasaran adalah suatu proses sosial dan menejerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dengan nilai lain.26 Dan menurut Maynard pemasaran adalah segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari sector produksi ke sektor konsumsi.27

Oleh karena itu faktor pemasaran ini sangat berperan dalam rangka perluasan usaha. Perluasan usaha dapat berkelanjutan dengan baik dan hasil produksi dapat laku dipasaran, maka perlu memperhatikan keadaan pasar, walaupun 25

Ibid., 38. 26

Kotler dan Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2012), 61. 27

(51)

40

hasil produksi telah tersedia dan tidak mungkin dapat dipasarkan dalam arti perusahaan tidak mampu menganalisa keadaan pasar sudah pasti usaha yang dilakukan tidak akan berkembang.28

i. Sumber Daya Manusia

Keadaan sumber daya manusia pada pembahasan ini lebih difokuskan kepada kualitas tenaga kerja (karyawan), dimana tenaga kerja merupakan faktor yang turut mempengaruhi tinggi rendahnya suatu pendapatan dari usaha yang dijalankannya, keberhasilan suatu usaha juga didukung oleh faktor kemauan/motifasi, karyawan yang sangat tinggi untuk melaksanakan tugasnya dalam menghasilkan produk.

Menurut Nugroho sumber daya manusia adalah kemampuan individu dan kelompok manusia yang tercurah secara penuh untuk mendukung jalannya satu mata rantai usaha. Berdasarkan uraian ini, mengenai sumber daya manusia bila dikaitkan dengan pengembangan usaha pembiayaan konsumen, maka, keberadaan kualitas tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaan sangat diperlukan demi kelancaran suatu usaha yang dijalankan.29

B. Tinjauan tentang Asnaf Fakir dan Miskin 1. Definisi Fakir

28

Ibid., 3. 29

(52)

41

Fakir ialah orang yang memerlukan bantuan karena mereka tidak memperoleh hasil pendapatan yang cukup untuk menampung keperluan sehari-hari mereka sesuai kebiasaan masyarakat tertentu.30 Sebagaimana yang tersirat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 273:

Artinya: “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”31

Mereka adalah orang yang tidak memiliki harta dan sumber pendapatan yang halal menurut pendapat jumhur ulama fiqih atau orang yang memiliki harta kurang dari kadar nisab syar’i zakat menurut madzhab Hanafi. Kedudukan mereka lebih buruk daripada kedudukan orang-orang miskin. Tapi ada pendapat yang mengatakan berbeda.32

Dari sudut pandang ilmiah, hal ini tidak akan memberi perbedaan apa-apa karena fakir merupakan golongan yang berhak menerima zakat.

Diantara golongan yang berhak menerima zakat dan termasuk dalam kategori fakir adalah mereka yang terbukti memenuhi syarat-syarat memerlukan bantuan dan yang tidak mempunyai sumber penghasilan atau

30

Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat 1001 Masalah dan Solusinya (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), 29.

31

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006), 46

32

(53)

42

harta, tidak mempunyai keluarga yang dapat menanggung keperluannya mereka seperti yang ditetapkan syariat ataupun undang-undang seperti: anak yatim, anak pungut, janda, orang yang sudah tua, orang yang sakit, orang yang cacat, orang yang mempunyai penghasilan rendah, orang yang masih menempu sekolah, pengangguran, narapidana, orang-orang yang kehilangan ahli keluarga dan tawanan, sesuai dengan syarat-syarat yang telah dijelaskan dalam peraturan pemberian zakat yang ditentukan oleh penguasa setempat.33

2. Definisi Miskin

Miskin adalah keadaan penghidupan dimana orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar. Senada dengan definisi di atas, Zakiah Daradjat mendefinisikan miskin adalah orang yang tidak cukup, penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. Adapun menurut Taqyuddin, miskin menurut bahasa maknanya adalah ihtiyaj (membutuhkan). Bisa dinyatakan dengan: Faqara wa Iftaqara lawwanan kata dari istaghna (tidak membutuhkan). Sedangkan miskin menurut pengertian syara’ maknanya adalah orang yang membutuhkan plus lemah keadaannya, yang tidak bisa dimintai apa-apa. Mujahid mengatakan: miskin adalah orang yang tidak bisa dimintai apa-apa. Sedangkan Ikrimah mengatakan: miskin adalah orang yang lemah.34

Menurut Chambers dalam Nasikun, kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

33

Ibid., 30. 34

(54)

43

a) Kemiskinan absolut, bila pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum atau kebutuhan dasar termasuk pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

b) Kemiskinan relatif, kondisi kemiskinan karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan atau dapat dikatakan orang tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

c) Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

d) Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi kerap menyebabkan suburnya kemiskinan.35

3. Konsep dan Indikator Fakir dan Miskin

35

Ali Khomsan, et al., Indikator Kemiskinan dan Miklasifikasi Orang Miskin (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), 3.

(55)

44

Salah satu konsep penghitungan fakir dan miskin yang diaplikasikan di banyak negara termasuk Indonesia adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approch) seseorang untuk hidup secara normal. Dengan konsep ini, fakir dan miskin dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Beberapa konsep pendekatan yang digunakan untuk mengukur angka fakir dan miskin di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Pada awal tahun 1970-an, Sajogyo, menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai indikator fakir dan miskin. Sajogyo membedakan tingkat ekuivalen konsumsi beras di daerah perdesaan dan perkotaan. Untuk daerah pedesaan, apabila sesorang hanya mengonsumsi ekuivalen beras kurang dari 240 kg per orang per tahun, maka yang bersangkutan digolongkan sangat miskin. Sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan sebesar ekuivalen 360 kg beras per orang per tahun. Penentuan fakir dan miskin dengan hanya menggunakan beras sebagai kriteria memiliki kelemahan antara lain:

1) Beras bukanlah makanan pokok semua suku di Indonesia. 2) Tidak diketahui jenis-jenis makanan lain yang dikonsumsi

penduduk.

(56)

45

Tabel 2.1 Ekuivalen konsumsi beras

Kriteria Pedesaan

(kg/orang/tah un)

Perkotaan (kg/orang/tahun)

Melarat 180 270

Sangat miskin 240 360

Miskin 320 480

b. Badan pusat statistik mengartikan fakir dan miskin sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan pangan maupun non pangan. BPS menghitung angka fakir dan miskin lewat tigkat konsumsi penduduk atas kebutuhan dasar (basic needs). Berdasarkan pendekatan tersebut indikator yang digunakan adalah head count index (HCI), yaitu jumlah presentase penduduk miskin

yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan diperoleh dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum pangan ditetapkan patokan 2.100 kkal/kapita/hari. BPS juga menyertakan hasil analisis tentang karakteristik rumah tangga miskin. Di dalamnya tergambar berdasarkan karakteristik sosial demografi, pendidikan, kesehatan, sumber penghasilan, rasio keuntungan, ketenagakerjaan, kondisi perumahan dan lain-lainnya.36

36

Ibid., 9.

(57)

46

c. BKKBN lebih melihat dari sisi kesejahteraan dibandingkan dari sisi fakir miskinnya. Ukuran lain yang dikembangkan oleh BKKBN, yang menggunakan data mikro hasil pendaftaran keluarga prasejahtera dan sejahtera I. Dalam ukuran ini sebuah keluarga disebut miskin jika:

1) tidak bisa melaksanakan kewajiban-kewajiban rutin dalam agamanya.

2) tidak bisa makan dua kali dalam sehari.

3) tidak mempunyai pakaian lain untuk bekerja/bersekolah dan melakukan aktivitas lainnya.

4) tinggal dirumah yang sebagian besar ruangannya berlantai tanah.

5) tidak membayar biaya fasilitas kesehatan.37

d. Bank Dunia, menurut bank dunia penyebab, dasar fakir dan miskin adalah:

1) kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal.

2) terbatasnya kesediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana.

3) kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor.

4) adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung.

37

Ibid., 10.

(58)

47

5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional vs ekonomi modern)

6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat.

7) budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkungannya.

8) tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance)

9) pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.38

4. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan

Timbulnya kemiskinan dalam suatu masyarakat bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, namun dipengaruhi oleh banyak faktor. Bambang Ismawan,39 memaparkan beberapa penyebab terjadinya kemiskinan antara lain:

a. Kurangnya pengembangan SDM

Melihat kondisi konkret sumber daya manusia di desa maupun di kota, bahwa standar yang bisa menjadi penyebab terjadinya kemiskinan. Menurut data BPS memperlihatkan bahwa 72 % dari rumah tangga miskin di pedesaan dipimpin oleh kepala rumah tangga yang tidak tamat SD dan 24,3 % dipimpin oleh kepala rumah tangga

38

Ibid.,11. 39

(59)

48

yang berpindidikan SD. Hal yang sama juga ditemukan pada masyarakat perkotaan, penduduk miskin diperkotaan, 57 % rumah tangga miskin dipimpin oleh kepala rumah tangga yang tidak tamat SD dan 31,4 % dipimpin oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan SD. Ini menunjukkan faktor pendidikan sangat menunjang guna mengubah kondisi perekonomian rakyat.

Menurut Syafaruddin Alwi, bahwa tingkat pendidikan yang rendah akan tidak memiliki nilai jual yang tinggi sehingga jasa yang dijual harganya pun akan rendah.40

b. Adanya struktur yang menghambat pembangunan ekonomi rakyat kecil.

Dalam hal ini, sangat erat kaitannya dengan struktur ekonomi politik dan struktur sosial budaya. Namun, menurut pusat pengkajian strategi dan kebijakan serta departemen ilmu ekonomi dan kemasyarakatan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia pusat tentang masalah faktor-faktor penyebab timbulnya kemiskinan.41

c. Ketidakberuntungan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat miskin

ketidakberuntungan ini, disebut oleh Robert Cambers, seorang ahli pembangunan pedesaan, merupakan jebakan kekurangan dan kondisi kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan, dan ketidakberdayaan masyarakat miskin dalam menghadapi

perubahan-40

Ibid., 74. 41

Ibid., 75.

(60)

49

perubahan kebijakan ekonomi dan non ekonomi, fluktuasi pasar dan kekuatan ekonomi yang lebih kuat.

d. Ketimpangan distribusi

Ketimpangan distribusi ini dapat terjadi dalam berbagai hal. bisa terjadi karena produksi yang dimiliki. Pekerjaan yang hanya mengandalkan tenaga otot saja akan menerima bagian yang lebih kecil dibandingkan dengan pekerjaan yang menggunakan kemampuan intelektualnya dalam berproduksi.

Melihat kondisi dan sumber daya manusia Indonesia dengan pendidikan yang masih sangat rendah 53 % berpendidikan SD ke bawah. Hal ini yang menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan. Selain itu menyebabkan perbedaan aliran yang menuju daerah di setiap propinsi.42

5. Pandangan Sistem Ekonomi Islam terhadap Kemiskinan

Sistem ekonomi Islam adalah sistem yang berdasarkan dari norma-norma agama Islam yang bersifat universal. Oleh sebab itu, jelas bahwa akan berbeda dengan kapitalis dan sosialis dalam memandang permasalahan kemiskinan.

Sebelum memaparkan pandangan sistem ekonomi Islam terhadap permasalahan kemiskinan terlebih dahulu dijelaskan perhatian Al-Quran terhadap kemiskinan dan pandangan golongan-golongan yang ada dalam Islam terhadap masalah kemiskinan.

42

Ibid., 76.

(61)

50

a. Perhatian Al-Quran terhadap kemiskinan

Perhatian Al-Quran terhadap kaum miskin terbukti dari ayat-ayat yang diungkapkan kepada Nabi SAW. Bahkan, sebelum negara Islam terbentuk di Madinah, orang-orang yang beriman didorong untuk memberikan makan orang-orang yang kelaparan dan juga agar selalu saling mengingatkan sesamanya untuk menolong fakir miskin. Dalam salah satu ayat, penolakan terhadap anak yatim dan mengabaikan pemberian makanan kepada kaum yang dhuafa disamakan dengan pendosa agama. Allah berfirman dalam surat Al-Maa’un (107): 1-3:43

Artinya: “ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makanan orang miskin”44

Allah juga berfirman dalam surat Al-Hadid (57): 7:



Artinya: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya memperoleh pahala besar”45

Dalam surat Al-Baqarah (2):262 dan Allah juga berfirman:

43

Ibid., 81 44

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006), 602.

45

Ibid., 537.

Gambar

Gambar 4.1 Diagram SWOT .................................................................
Tabel 3.2 jumlah anngota KUM tahun 2010-2016 .........................................
Tabel 2.1  Ekuivalen konsumsi beras
 Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

(B - S) Salah satu syarat mengikuti perjamuan kudus adalah percaya bahwa korban Tuhan Yesus telah menebus dosa kita.. (B - S) Kita mengikuti perjamuan kudus karena

Loss-framed messages yang tertera di bungkus rokok yang lebih menonjolkan kerugian dari perilaku merokok, misalnya “Merokok dapat meningkatkan risiko terkena

Hasil analisis indeks keragaman spesies moluska menunjukkan spesies kategori jarang dengan persentase spesies yang rendah jika dibandingkan dengan persentase spesies

[r]

Contoh lain: salah satu teman subjek di kelas sering membuat gaduh atau saat emosi anak itu timbul, yang mengakibatkanperbuatan yang menyakiti teman lain

Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan dampak kebijakan kebudayaan yang sudah diterapkan terhadap komunitas seni dan tradisi budaya Banyuwangi, khusunya Using, untuk