• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAKAN PEREMPUAN PARTAI POLITIK : STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN OLEH PEREMPUAN BANGSA DI KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GERAKAN PEREMPUAN PARTAI POLITIK : STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN OLEH PEREMPUAN BANGSA DI KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

GERAKAN PEREMPUAN PARTAI POLITIK

( Studi tentang Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan Bangsa

di Kabupaten Sidoarjo)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam

Oleh : Nur Komariyah NIM : E04212005

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

GERAKAN PEREMPUAN PARTAI POLITIK( STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN OLEH PEREMPUAN BANGSA DI

KABUPATEN SIDOARJO)

Oleh : Nur Komariyah

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul tentang Gerakan Perempuan Partai Politik ( Studi tentang Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan Bangsa di Kabupaten Sidoarjo). Fokus penelitian ini adalah, yakni: Bagaimana model pemberdayaan perempuan di Kabupaten Sidoarjo dan bagaimana Perempuan Bangsa meningkatkan kualitas perempuan di legislatif. Tujuannya untuk mendeskripsikan model Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Sidoarjo dan menganalisa Perempuan Bangsa meningkatkan kualitas perempuan di legislatif.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan jenis deskriptif analisis yang menggunakan analisis kualitatif. Penentuan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan teknik wawancara indept interview. Teknis analisis data menggunakan Reduksi Data, Pengumpulan Data, Display Data dan Verifikasi dan penegasan kesimpulan. Teknik keabsahan data peneliti melakukan dengan melihat reliabilitas dan validasi data yang diperoleh.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil, pertama model pemberdayaan perempuan bahwa kegiatan dalam Perempuan Bangsa di politik untuk kemajuan bangsa dalam pendekatan pelatihan seperti program yang dibuat oleh Perempuan Bangsa diadakan ketrampilan, pelatihan entrepreneur, workshop tentang perempuan dan anak maupun sekolah gender sehingga perempuan memiliki kemampuan berpolitik.keduaPerempuan Bangsa meningkatkan kualitas perempuan di legislatif dengan cara melakukan pelatihan- pelatihan seperti PKP dan PKM yang sudah dibuat , namun Perempuan Bangsa tidak punya program secara spesifik untuk meningkatkan kualitas kadernya di legislatif. Sehingga kader Perempuan Bangsa di legislatif meningkatkan kemampuannya secara autodidak.

(7)

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ... 9

C. Manfaat Penelitian ... 10

D. Definisi Konseptual ... 11

E. Telaah Pustaka ... 13

F. Metode Penelitian ... 14

1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 14

2. Lokasi Penelitian ... 15

3. Sumber Data ... 15

4. Teknik Pemilihan Informan ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 20

7. Teknik Keabsahan Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II : KERANGKA TEORI... 25

A. Perempuan dan Politik ... 28

1. Kebijakan kuota 30% untuk perempuan... 28

B. Konsep Pemberdayaan Perempuan ... 30

1. Pengertian Pemberdayaan Perempuan... 30

(8)

3. Kemitraan Perempuan dan Laki-laki sejajar ... 34

C. Konsep Model Pemberdayaan Perempuan ... 36

BAB III : Setting Penelitian ... 39

A. Deskripsi umum ... 39

1. Sejarah Kabupaten Sidoarjo... 39

2. Letak Geografis dan Demografi Sidoarjo... 41

B. Kondisi Sosial Keagamaan ... 43

C. Kondisi Ekonomi ... 44

D. Kondisi Sosial Politik ... 45

E. Profil Perempuan Bangsa ... 47

BAB IV : Penyajian Data dan Analisis ... 50

A. Model Pemberdayaan Perempuan ... 51

B. PB meningkatkan kualitas perempuan di legislatif ... 61

BAB V : PENUTUP... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 72

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Perempuan dan politik merupakan rangkaian dua kata yang tidak bisa

dipisahkan. Perempuan sering kali digunakan alat strategi oleh partai politik.

Perempuan sering dijadikan slogan untuk mencari suara akan tetapi setelah pemilu

berlangsung partai politik akan lupa pada janjinya. Slogan tersebut dimaksudkan

sebagai kampanye agar perempuan tertarik menyumbangkan suaranya pada partai

politik. Perempuan sering dijanjikan setelah pemilu berakhir dan mencapai

kemenangan akan dijadikan sebagai agenda politik. Akan tetapi janji kampanye

itu tidak direalisasikan, bahkan proses penjaringan calon anggota legislatif

dilakukan perempuan tidak diajak. Kalaupun diajak perempuan ditempatkan di

nomer bawah atau yang lebih dikenal dengan nomer sepatu. Dengan begitu

jumlah keterwakilan perempuan dilembaga legislatif menurun.1

Di Indonesia kaum perempuan dapat menikmati hak-hak politiknya sejak

sebelum kemerdekaan. Hal itu terbukti dengan adanya pengakuan terhadap

kepemimpinan perempuan baik di dalam organisasi maupun dimedan

pertempuran pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan aktualisasi perempuan

dalam kehidupan politik mulai lebih baik. Lembaga legislatif merupakan cikal

bakal DPR atau MPR sudah memiliki legislator perempuan. Bahkan mereka

termasuk anggota-anggota yang vokal memberi sumbangan pemikiran kepada

1

(10)

2

bangsa dan negara. Saat ini jumlah wanita dalam dunia politik mengalami

kenaikan cukup tajam baik yang aktif di lembaga legislatif pemerintah maupun di

organisasi politik. Anggota DPR atau MPR periode 1987-1992 terdapat 50 orang

perempuan anggota DPR dan 104 orang Perempuan anggota MPR. Padahal pada

periode sebelumnya jumlah mereka relatif kecil. Jumlah wanita yang terjun dalam

bidang pemerintahan juga semakin bertambah.2 Pada saat itu anggota DPR

periode 2009-2014 terdapat 103 orang perempuan sedangkan pada periode

2014-2019 relatif menurun yang jumlahnya 97 orang perempuan setara dengan 17,32

persen.

Di Indonesia ketentuan kuota telah dimasukkan ke dalam UU Pemilu tahun

2003. Hal itu adalah suatu keberhasilan dari perjuangan kaum perempuan. Dengan

kebijakan kuota 30% telah memberi semangat kepada perempuan untuk terjun ke

politik. Kuota 30% yang cukup dilakukan organisasi perempuan untuk berpolitik

telah mampu mengubah persepsi perempuan tentang politik dengan tidak lagi

memandang politik sebagai kegiatan yang kotor dan hanya untuk laki-laki.

Munculnya kesadaran bahwa politik adalah sarana untuk melakukan perubahan

terutama melalui undang undang yang mempunyai legalitas negara. Mengenai

keberhasilan kuota diperlukan upaya dan perjuangan yang terus menerus agar

semangat melakukan perubahan tetap hidup dengan terus memelihara kontinuitas

aktivitas politik sehingga politik membawa manfaat bagi kehidupan perempuan.

2

(11)

3

Sejumlah tokoh muncul dengan gagasan untuk mendorong kaum perempuan

memiliki posisi lebih tinggi, bahkan terlibat dalam peran-peran di luar dunia

tradisional mereka sebagai ibu rumah tangga. Pendiri organisasi perempuan dalam

organisasi pergerakan seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama dan lainnya

sebagaimana semua itu merupakan wujud dari gerakan perempuan di Indonesia.

Kemajuan yang menjadi dasar pergerakan Indonesia secara umum menjadi isu

utama pergerakan mereka yang diterjemahkan dalam rumusan emansipasi.3

Gerakan Perempuan memperjuangkan keterwakilan perempuan 30 persen di

parlemen merupakan gerakan memperjuangkan kehidupan politik

yang demokratis bagi seluruh perempuan bukan hanya di Indonesia tetapi dunia.

Partai politik umumnya telah memiliki divisi dan organisasi sayap perempuan

dalam struktur partai. Melalui struktur partai tersebut partai politik memiliki

banyak peluang untuk memperluas jaringan kader perempuan dan

mengoptimalkan kader perempuan untuk kegiatan partai termasuk dalam pemilu

Penyusunan daftar calon legislatif yang mempersyaratkan adanya 30% kuota

perempuan merupakan kemajuan yang harus diwujudkan oleh semua partai

politik. Tekanan penetapan caleg perempuan telah dilakukan oleh banyak pihak.

Komisi pemilihan umum berjanji akan mempublikasikan dan menekan partai

politik agar memperhatikan calon perempuan. Bahkan para pimpinan partai

mengumbar janji bahwa mereka akan mengontrol keterlibatan perempuan dalam

calon legislatif, mulai dari daerah hingga pusat sejumlah 30% dengan nomor urut

jadi. Urutan calon perempuan di legislatif memang tidak mudah. Kepentingan

3

(12)

4

laki-laki yang mendominasi perebutan kekuasaan masih enggan memberikan

kesempatan pada perempuan. Hal tersebut tampak pada benturan sosial budaya

dan ekonomi yang mempersepsikan perempuan tidak pantas masuk ke wilayah

publik.

Sedikitnya perolehan kursi untuk perempuan dalam anggota legislatif di DPR.

Padahal terdapat quota 30% kursi anggota dewan perempuan. Kurangnya

keterwakilan perempuan itu tidak terlepas dari kinerja anggota dewan perempuan

sebelumnya. Bukan perempuannya yang tidak cerdas atau tidak melek politik

tetapi tidak terlepas juga dari kinerja anggota dewan perempuan sebelumnya.

Masalah ini harus dilihat secara objektif dan dievaluasi secara menyeluruh.

Ketidakyakinan perempuan terhadap calon legislatif perempuan dilihat dari

kemampuan kualitas. Akibatnya mereka sendiri pun tidak yakin jika calon

legislatif perempuan bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat secara

keseluruhan. Penyebabnya dari rekrutmen calon legislatif yang lebih

mengutamakan calon legislatif bermodal dari pada calon legislatif yang

berkualitas. Dampaknya kinerja dewan tidak ada karena fokus mengembalikan

modal dan mengurus proyek. Pada akhirnya masyarakat dan daerah yang menjadi

korban. Di sisi lain berharap agar ke depannya kesadaran, partisipasi, pendidikan,

dan akses kaum perempuan dalam berpolitik dapat dikuatkan.

Implikasinya perempuan kurang mendapatkan akses dalam keseluruhan tahap

pembangunan. Dengan demikian yang dibutuhkan kini bukan sekedar memenuhi

(13)

5

perempuan untuk masuk ke arena politik. Dengan begitu di masa depan tidak lagi

ditemukan wakil- wakil perempuan di parlemen yang hanya menjadi hiasan

belaka. Yang lebih dipentingkan juga adalah perempuan yang memiliki komitmen

pada upaya pemberdayaan perempuan. Yakni yang dapat mengartikulasikan

kepentingan strategis perempuan menuju terciptanya kesetaraan dan keadilan

gender dalam seluruh aspek kehidupan baik dalam ruang lingkup keluarga,

masyarakat dan negara.4

Penelitian ini mengambil gerakan perempuan PKB di Sidoarjo. Kabupaten

Sidoarjo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur Indonesia. Kabupaten

ini berbatasan dengan kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di Utara, Selat

Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan serta Kabupaten Mojokerto di

barat. Bersama dengan Gresik, Sidoarjo merupakan penyangga utama Kota

Surabaya dan termasuk dalam kawasan Gerbang kertosusila.

Menurut Perempuan Bangsa sendiri pemberdayaan perempuan dalam ranah

politik adalah peningkatan dan partisipasi perempuan. Perempuan Bangsa

bekerjasama dengan mitra seperti IRI, FNST, NDI, IRCOS dan lembaga lainya.

Selanjutnya ketertarikan penyusun dalam penelitian di Perempuan Bangsa adalah

terkait dengan status Perempuan Bangsa yang merupakan banom dari PKB yakni

secara organisatoris dan ideologis PKB masih berada di lingkungan NU.5

4

Siti Musdah Mulia. Muslimah Reformis Perempuan Pembaru Keagamaan. Bandung. PT Mizan Pustaka. 2004. Hal. 275

5

(14)

6

Hubungan antara Partai PKB dengan Perempuan Bangsa sangat kondusif.

Partai PKB dengan perempuan saling bekerjasama untuk mensukseskan visi dan

misinya. Pada setiap event partai seperti pilkada pilihan legislatif Perempuan

Bangsa menjadi tim dan ikut mensukseskan. Dalam setiap kebijakan partai pasti

melibatkan perempuan. Kepengurusan partai sekitar 30% itu melibatkan

perempuan.

Di dalam anggota Perempuan Bangsa ada beberapa orang yang berada di

legislatif. Adapun kader Perempuan Bangsa yang menjadi anggota DPRD

Sidoarjo yaitu Dra. Hj. Ainun Jariyah sebagai Anggota Komisi .Perempuan yang

menduduki kursi legislatif sebenarnya memiliki sejumlah tujuan selain agar

hak-hak perempuan diperhatikan terutama hak-hak perempuan dalam bidang politik

sebagai warga negara juga punya hak yang sama dengan kaum pria. Isu

pemberdayaan perempuan menjadi garis besar landasan pikir tentang

keterwakilan perempuan dalam politik agar kebijakan dan undang-undang yang

disusun memiliki sudut pandang gender. Perempuan Bangsa yang dilegislatif

Sidoarjo hanya diwakili 1 orang karena selama ini perempuan kurang percaya diri

dan kurangnya kesempatan untuk mencalonkan di legislatif.

Sedangkan anggota Perempuan Bangsa provinsi yaitu Dra. Hj. Anik

Maslachah, M.Si sebagai sekretaris DPR Jawa Timur. Kepemimpinan masih

dikuasai oleh laki-laki. Pemberi peluang kepada perempuan masih minimal

sehingga gerak perempuan kurang bebas. Untuk saat ini hampir semua partai

(15)

7

tetapi Perempuan Bangsa juga ikut berperan aktif di Partai ikut membantu

melaksanakan kebijakan yang ada di partai. Perempuan Bangsa juga membantu

atas suksesnya partai apabila ada kegiatan seperti pemilihan legislatif, perempuan

berjuang untuk mensukseskan partai mencari suara rakyat dengan terjun langsung

ke acara rutinan seperti fatayat, muslimat. Dengan begitu Perempuan Bangsa

memiliki ruang untuk mensosialisasikan tujuan-tujuan yang dimiliki sehingga

lebih mudah mencari suara rakyat.

Keterlibatan perempuan dalam proses politik di Indonesia masih sangat

minimal. Minimnya keterwakilan perempuan dalam politik disebabkan oleh

kondisi struktural dan kultural bangsa Indonesia. Tingginya budaya patriarki yang

melekat dalam budaya Indonesia menjadi penghalang keterwakilan perempuan

dalam legislatif. Budaya ini memandang perempuan lemah dan lebih

memposisikan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Menghadapi hal demikian

pemerintah sebagai pemegang kebijakan telah menetapkan sejumlah

undang-undang untuk mendorong keterwakilan perempuan dalam legislatif. UU Nomor 2

Tahun 2008 dan UU Nomor 10 Tahun 2008, merupakan UU yang ditetapkan

pemerintah untuk mendorong keterwakilan perempuan dalam legislatif. Dalam

kedua undang-undang tersebut perempuan memiliki kuota sebesar 30% untuk

turut serta dalam legislatif. Partai Politik berperan dalam mengakomodir

keterwakilan perempuan dalam legislatif. Melalui ketetapan tersebut perempuan

(16)

8

Keterwakilan perempuan di legislatif dengan adanya partisipasi politik. Dapat

dikatakan partisipasi politik karena kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik antara lain dengan jalan memilih

pemimpin. Partai PKB sudah menerapkan kebijakan kuota 30% . Perempuan

Bangsa memperjuangkan kuota 30% dalam setiap proponsinya. Akan tetapi

perempuan itu kecukupan finansial masih minim tidak sebanyak laki-laki. Sistem

kuota dianggap menjadi pilihan yang tepat untuk mempercepat kesetaraan antara

laki-laki dan perempuan di bidang politik khususnya dalam keterwakilan

perempuan di DPR. Keterwakilan perempuan dalam politik secara nyata tidak saja

didasarkan pada keikutsertaannya dalam pengambilan keputusan tetapi juga

kontribusinya untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Keterlibatan

perempuan dalam politik merupakan bukan hal yang baru karena mereka telah

turut serta secara aktif dalam pergerakan kebangsaan. Perempuan Bangsa aktif

melakukan sosialisasi kepada masyarakat di acara kumpulan ibu-ibu seperti

yasinan, PKK, muslimat dan fatayat untuk mensosialisasikan pentingnya

berpartisipasi politik.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah tersebut disusun kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai

batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model pemberdayaan Perempuan Bangsa di Kabupaten Sidoarjo ?

(17)

9

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka penulis mempuyai tujuan

yang hendak dicapai dalam penulisan ini. Adapun tujuan penulisan ini agar

memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar dari adanya

interpretasi dan meluasya masalah dalam memahami isi penulisan. Tujuan

penulisan ini adalah :

1. Mendeskripsikan program Perempuan Bangsa untuk memperluas akses

perempuan di dunia politik ?

2. Menganalisa Perempuan Bangsa meningkatkan kualitas perempuan di legislatif

?

D. Manfaat penelitian

Berhubungan dengan tujuan penulisan di atas maka penulis paparkan

bahwa manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Dari segi teoritis penulisan ini merupakan kegiatan dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya wacana politik dalam gerakan

perempuan di partai politik. Secara akademis penulisan ini diharapkan mampu

memberi sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya kepada

mahasiswa Prodi Politik Islam Fakultas Ushuluddin sebagai bahan bacaan yang

bersifat ilmiah.

(18)

10

Sedangkan dalam segi praktis penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan

pemahaman mengenai model pemberdayaan Perempuan Bangsa di Kabupaten

Sidoarjo. Manfaat lain riset ini bagi masyarakat adalah memberikan landasan

berpikir standarisasi dan implementasi dalam hal pentingnya pemahaman

Perempuan Bangsa meningkatkan kualitas perempuan di legislatif. Bagi pengamat

sosial dan politik, penulisan ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan analisa

dan wacana kedepan mengenai Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan

Bangsa di Kabupaten Sidoarjo.

E. Definisi konseptual

Untuk mendapatkan kejelasan tentang judul penulisan ini agar terhindar dari

kesalah pahaman, maka perlu untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap

judul penulisan ini yaitu Gerakan Perempuan Partai Politik ( studi tentang

pemberdayaan perempuan oleh Perempuan Bangsa kabupaten sidoarjo). kiranya

sangat diperlukan adanya penegasan yang terdapat dalam judul tersebut antara

lain:

1. Gerakan Perempuan yang ada di partai politik sangat berperan dalam

menjalankan kebijakan. Posisi perempuan memiliki peranan penting di dalam

partai politik. Partai PKB medorong seluruh kader perempuan sebagai elemen

vital partai. Perempuan Bangsa merupakan subyek politik. Organisasi

perempuan sayap dari partai politik, melalui organisasi sayap itu akan

memperjuangkan tegaknya ideologi partai yang berbasis kerakyatan, pancasila.

(19)

11

Allah, menjunjung tinggi kebenaran, menegakkan persatuan, sesuai dengan

nilai Islam Ahlussunnah wal jamaah.

Keterlibatan perempuan dalam aktivitas politik khususnya dalam

kepengurusan partai sangat penting sebagai proses pembelajaran perempuan

yang selama ini dianggap tidak memiliki kemampuan, kurang percaya diri dan

kurang berpengalaman. Bergabung dalam partai politik akan memberikan

pengalaman yang baik bagi perempuan. Berdasarkan kondisi tersebut maka

tidak ada alasan bagi perempuan untuk tidak melakukan aktivitas politik.

2. Pemberdayaan perempuan realita yang berkembang di masyarakat dimana

adanya sikap dan tindakan dikriminatif terhadap perempuan sebagai jenis

kelamin yang lebih rendah dibandingkan laki-laki sehingga mengakibatkan

kaum perempuan harus mengalami hambatan perkembangan dalam berbagai

bidang kehidupan bahkan terancam kehidupannya. Pemberdayaan Perempuan

adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai kesetaraan dan keadilan

gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Pemberdayaan perempuan

sebagai sumber daya manusia potensi yang dimiliki perempuan dalam hal

kuantitas maupun kualitas tidak dibawah laki-laki. Namun kenyataannya masih

dijumpai bahwa status perempuan dan peranan perempuan dalam masyarakat

masih bersifat subordinatif dan belum sebagai mitra sejajar dengan laki-laki.

(20)

12

posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara

dengan laki-laki.6

3. Perempuan Bangsa (PB) adalah barisan perempuan kader Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) yang merupakan salah satu organisasi sayap PKB yang fokus

terhadap perempuan baik dalam bidang politik, sosial, budaya dan agama.

Kehadiran organisasi sayap perempuan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat secara luas terutama kalangan perempuan. Sebagai makhluk

feminis perempuan kerap menjadi salah satu objek dari ketidakadilan gender di

berbagai hal dalam kehidupan nyata. Perempuan Indonesia hingga saat ini

masih jauh mendapatkan perlakuan adil terhadap gender. Oleh karenanya

Perempuan Bangsa berupaya menjadi salah satu organisasi yang akan

memperjuangkan hak-hak perempuan di segala bidang. Perempuan yang

dipandang lemah (feminis) kerap dipandang sebelah mata padahal dengan sifat

feminis dan keibuan tersebut justru perempuan dapat masuk ke ruang publik

yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Telah banyak prestasi

yang diukir oleh perempuan Indonesia hal itu merupakan sebagai bukti nyata

perempuan Indonesia juga sebagai bagian dari penentu arah perubahan Bangsa

Indonesia.

F. Telaah Pustaka

1) Peran Politik Perempuan Dalam Partai Kebangkitan Bangsa. Skripsi dari

Yulita, Mahasiswa program studi S1 jurusan Pemikiran Politik Islam,

6

Bayoedarkochan’s blog,

(21)

13

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2008. Skripsi Yulita

menjelaskan tentang Perempuan memiliki peluang untuk terjun di beberapa

kepengurusan partai politik salah satunya perempuan juga menjadi wakil di

lembaga legislatif dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), keseriusan PKB

dalam meningkatkan representasi politik perempuan dapat dilihat dalam

nominasi caleg perempuan PKB pada pemilu 2004 dimana jumlah total caleg

untuk DPR 29,7 % dengan komposisi 140. PKB juga memandang tentang

perlunya meningkatkan keterlibatan perempuan dari sebuah partai politik

karena sumber utama dari perekrutan anggota parlemen.7

2) Peran dan Partisipasi Politik Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa

(PPKB). Skripsi dari Mohammad Mushoffa, Mahasiswa program strudi S1

jurusan Ilmu Hukum Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta 2011. Skripsi Muhammad Mushoffa menjelaskan tentang

partisipasi kader PKB. Salah satu diantaranya berpartisipasi dalam upaya

membebaskan kekerasan terhadap perempuan dengan kampanye anti

kekerasan terhadap perempuan melalui media cetak. Dengan cara begitu

sangat efektif untuk mengurangi tindak kekerasan terhadap perempuan.8

Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan peneliti yang akan

dilakukan adalah dari kedua penelitian sebelumnya membahas mengenai

7

Yulita. Peran Politik Perempuan Dalam Partai Kebangkitan Bangsa. http://www.google.co.id/search?q=peran+politik+perempuan+dalam+partai+pkb (Minggu.6 November 2016 pukul 19.00)

8 Mohammad Mushofa. Peran dan Partisipasi Politik Pergerakan Perempuan

Kebangkitan Bangsa.

(22)

14

Peran Politik Perempuan dalam Partai Kebangkitan Bangsa. Sedangkan yang

kedua membahas Peran dan Partisipasi Politik Pergerakan Perempuan

Kebangkitan Bangsa (PPKB). Dari penelitian sebelumnya belum ada yang

membahas Gerakan Perempuan Partai Politik ( studi tentang Pemberdayaan

Perempuan oleh Perempuan Bangsa di Kabupaten Sidoarjo) yang menjelaskan

penguatan program Perempuan Bangsa dan strategi yang mendorong

peningkatan kualitas untuk kebijakan kuota 30%.

G. Metode penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologis. Melalui pendekatan ini peneliti mencoba memahami

Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan Bangsa di Kabupaten Sidoarjo.

Dengan cara melakukan penafsiran data yang telah digali dari lapangan. Metode

yang diterapkan adalah metode deskriptif analitik.9

Jenis penelitian ini dipilih dengan pertimbangan pertama untuk memperoleh

data berupa deskripsi informasi secara holistic (utuh) dari suatu kegiatan atau

program diperlukan ketetapan penelitian yang mempertimbangkan aspek tempat

(place), pelaku (actor) dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Kedua

dibutuhkan wawancara mendalam untuk menemukan gejala lambang yang dapat

membuka pemahaman tentang perspektif organisasi secara umum atau aktor

9

(23)

15

secara khusus. Ketiga pembatasan penelitian kualitatif lebih didasarkan pada

tingkat kepentingan urgensi danfeasebilitas(keterbatasan) masalah.10

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur pada Gerakan

Perempuan Partai Politik, studi tentang Pemberdayaan Perempuan oleh

Perempuan Bangsa di kabupaten Sidoarjo.

Alasan Pemilihan Subyek Penelitian Gerakan Perempuan di Partai PKB yang

disebut Perempuan Bangsa dipilih sebagai subyek dalam penelitian ini

dikarenakan pertimbangan bahwa :

a) Sidoarjo adalah basis Partai PKB

b) Basis massa Perempuan Bangsa berjumlah besar yang berasal dari kelompok

muslimat dan fatayat.

3. Sumber Data

Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber

data dibedakan atas sumber data primer dan sekunder. Mampu memahami dan

mengidentifikasi sumber data akan dapat membedakan peneliti untuk memilih

metode pengumpulan data yang tepat guna memudahkan melakukan

pengumpulan data.

10

(24)

16

a) Primer

Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber pertamanya. Data primer dalam penelitian ini berasal dari informan di

lapangan. Melalui wawancara pemilihan informan ditentukan dengan

menggunakan teknik “purposive sampling” informan diasumsikan memahami

topik.

Yakni pengambilan sampel berdasarkan penilaian bahwa para informan

termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut:

1) Pengurus dan anggota Perempuan Bangsa di Sidoarjo

2) Pengurus PKB cabang Sidoarjo

3) Kelompok Fatayat dan Muslimat

b) Sekunder

Data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang sumber

pertamanya. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen. Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu mencari data

atau informasi yang berupa benda-benda tertulis seperti buku, internet dan karya

tulis ilmiah. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen kegiatan

Perempuan Bangsa mengenai Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan Bangsa

(25)

17

4. Teknik Pemilihan Informan

Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah

berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan

bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak

sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat yang akan menjadi

informan narasumber dalam penelitian ini adalah ketua dari Perempuan Bangsa

terkait dari strategi Perempuan Bangsa untuk memperluas akses perempuan di

dunia politik dan Perempuan Bangsa meningkatkan kualitas perempuan di

legislatif.

Dalam hal ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk menanyakan

terhadap informan terkait Perempuan Bangsa di Kabupaten Sidoarjo. Data

diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara. Dalam penelitian

kualitatif ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiono11

purposive sampling adalah teknik pengambilan purposive sampling sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi

sosial yang diteliti.

11

(26)

18

Adapun informannya adalah sebagai berikut:

1. Ibu Anik Maslachah selaku Pembina Perempuan Bangsa Sidoarjo. Informan ini

berguna untuk pemenuhan data tentang Perempuan Bangsa di Kabupaten

Sidoarjo.

2. Ibu Ainun Jariyah selaku anggota Perempuan Bangsa yang menjadi dewan di

Kabupaten Sidoarjo. Informan ini berguna untuk pemenuhan data tentang

Perempuan Bangsa Kabupaten Sidoarjo.

3. Ibu Mahmudah selaku Ketua Perempuan Bangsa Sidoarjo.Informan ini

berguna untuk pemenuhan data tentang Perempuan Bangsa di Kabupaten

Sidoarjo.

4. Ibu Nur Ambariyah selaku sekretaris Perempuan Bangsa. Informan ini berguna

untuk melengkapi data tentang Perempuan Bangsa di Kabupaten Sidoarjo.

5. Bapak Nasich selaku DPC PKB. Informan ini berguna untuk melengkapi data

terkait tentang Perempuan Bangsa di Kabupaten Sodoarjo.

Dalam teknik pengumpulan data dengan metode wawancara ini menggunakan

wawancara tidak terstruktur dalam hal ini maksudnya adalah wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang

(27)

19

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah dalam memperoleh data dalam pembahasan ini, maka

penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi yaitu sebagai alat pengumpulan data, observasi langsung akan

memberikan sumbangan yang sangat penting dalam penelitian deskriptif.

Observer harus tahu pasti apa yang ingin dia cari. Harus mampu membuat

perbedaan antara situasi yang benar-benar bermakna dengan faktor yang hanya

sedikit nilai pentingnya bagi penelitian.12 Pengamatan dalam istilah sederhana

adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Alasan peneliti

melakukan observasi adalah untuk menyajikan kejadian untuk menjawab

pertanyaan. Peneliti melakukan observasi guna untuk mengetahui strategi

Perempuan Bangsa untuk memperluas akses perempuan di dunia politik dan

Perempuan Bangsa meningkatkan kualitas perempuan di legislatif.

Observasi ini menggunakan teknik Nonpartisipan. Observasi

Nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai mengamati upaya

Perempuan Bangsa untuk memperluas akses perempuan di dunia politik dan

strategi Perempuan Bangsa untuk meningkatkan kualitas perempuan

perempuan di legislatif.13

b. Wawancara, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan menggunakan

pertanyaan-12

John W. Best. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo. 1982. Hal .204

13

(28)

20

pertanyaan pada responden.14 Teknik wawancara merupakan salah satu cara

pengumpulan data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data maka

wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian.15

Wawancara ini menggunakan teknik Wawancara Mendalam (Indepth

interview) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam

penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan berdasarkan pemilihan informan

sebagai sumber data dalam penelitian berdasarkan pada asas subyek yang

menguasai permasalahan. informan yang dapat memberikan informasi dan

akurat yaitu Aniek Maslachah, Ibu Ainun Jariyah, Ibu Mahmudah, Ibu Nur

Ambariyah dan bapak Nasich.

Tahapan wawancara dilakukan secara mendalam (in depth interview).

Selain pertemuan tatap muka, wawancara juga dilakukan melalui telepon untuk

kelancaran proses pengumpulan data serta menyesuaikan ketersediaan waktu

subyek penelitian.

c . Dokumen merupakan salah satu cara pengumpulan data yang digunakan dalam

suatu penelitian sosial.16Cara ini dilakukan guna memperoleh data dari sumber

data sekunder, baik dari buku-buku maupun dokumen lain yang berhubungan

dengan penelitian ini. Proses dokumentasi dalam penelitian ini menghasilkan

transkrip wawancara peneliti dengan informan dan foto-foto.

14

P. Joko Subagyo. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2003. Hal. 87

15

Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kencana. 2007. Hal. 69

16

(29)

21

6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kualitatif analisis data dilakukan melalui pengaturan data

secara logis dan sistematis. Pada penelitian kualitatif yang melakukan analisis

data adalah peneliti yang sejak awal terjun kelapangan berinteraksi dengan

latar dan orang ( subjek) dalam rangka pengumpulan data. Secara umum

menurut Neuman analisis data merupakan suatu pencarian pola-pola dalam

data yaitu perilaku yang muncul, objek-objek atau badan pengetahuan.17

Analisis data mencakup menguji, menyortir, mengategorikan,

mengevaluasi, membandingkan, mensintesiskan dan merenungkan data yang

direkam juga meninjau kembali data mentah dan terekam. Penelitian ini

menggunakan analisis induktif yang berarti kategori tema dan pola berasal dari

data. Kategori yang muncul dari catatan lapangan, dokumen dan wawancara

tidak ditemukan sebelum pengumpulan data.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan lebih banyak bersifat

uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh

akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Definisi

tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedududukan

analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian

kualitatif adalah menemukan teori dan data.

17

(30)

22

Teknis analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.18

1. Pengumpulan Data ( Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data ( Data Reduction)

Reduksi data di artikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan- catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menelusur tema, membuat gugus- gugus, menulis memo dan sebagainya

dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan

bagan.

4. Verifikasi dan penegasan kesimpulan ( Conclution Drawing and

Verification)

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa

kegiatan interpretasi yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.

18

(31)

23

7. Teknik keabsahan data

Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan

reliabel. Untuk itu dalam kegiatan penelitian kualitatif pun dilakukan upaya

validasi data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan

melihat reliabilitas dan validasi data yang diperoleh. Dengan mengacu

Moleong untuk pembuktian validasi data ditentukan oleh kredibilitas temuan

dan interpretasi dengan mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan

sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui oleh subjek penelitian

(perspektif emik).

Agar dapat terpenuhinya validitas data dalam penelitian kualitatif dapat

dilakukan dengan cara antara lain:

a) Memperpanjang observasi

b) Pengamatan yang terus menerus

c) Triangulasi

d) Membicarakan hasil temuan dengan orang lain

e) Menggunakan bahan referensi

Adapun untuk reliabilitas dapat dilakukan dengan pengamatan sistematis,

berulang-ulang dan dalam situasi yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif

dikenal istilah data jenuh. Data jenuh artinya kapan dan dimana pun

dipertanyakan pada informan (triangulasi data) dan pada siapa pun pertanyaan

(32)

24

saat itulah cukup alasan bagi peneliti untuk menghentikan proses pengumpulan

datanya.19

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami penulisan skripsi maka dibuat sistematika

penulisan yang terdiri dari lima bab yang masing-masing terdiri dari subbab

sebagai berikut :

Bab 1 pendahuluan ( latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual, Telaah Pustaka, Metode

Penelitian).

Bab II Pembahasan Kerangka Teori ( Konsep Perempuan dan Politik ,Konsep

Pemberdayaan Perempuan di bidang Politik, Konsep Model Pemberdayaan

Perempuan ).

Bab III Setting Penelitian ( deskripsi umum, Kondisi Keagamaan, Kondisi

Ekonomi, Kondisi Sosial Politik, Profil Perempuan Bangsa)

Bab IV Penyajian dan Analisa Data ( Penyajian Data, Analisis Data)

Bab V Penutup ( Kesimpulan, Saran).

19

(33)

BAB II KERANGKA TEORI A. Perempuan dan Politik

Perempuan dan politik merupakan rangkaian dua kata yang dijadikan slogan

oleh partai politik. Tatanan kehidupan umat manusia yang di dominasi kaum

laki-laki atas kaum perempuan sudah menjadi akar sejarah yang panjang. Di dalam

tatanan itu perempuan ditempatkan sebagai the second human being (manusia

kelas kedua) yang berada di bawah prioritas laki-laki yang membawa implikasi

luas dalam kehidupan social di masyarakat. Perempuan selalu di anggap bukan

makhluk penting melainkan sekedar pelengkap yang diciptakan dan untuk

kepentingan laki-laki.

Sulit bagi perempuan untuk melangkah ke ranah kekuasaan selama gagasan

tentang kekuasaan selalu diidentikkan dengan maskulinitas. Oleh karena itu agar

perempuan merasa nyaman dan langgeng dalam dunia kekuasaan mereka tidak

harus mengubah jati diri menjadi maskulin, yang harus berubah dan diubah adalah

kekuasan itu sendiri. Sudah saatnya kekuasaan kita yang selama ini penuh dengan

maskulin harus di rubah dengan yang feminim. Untuk itu kaum perempuan masih

harus bekerja keras, mereka harus selalu disadarkan bahwa kekuasaan bukanlah

sesuatu yang begitu saja turun. Kekuasaan bukan serta merta diberikan melainkan

harus diperjuangkan bahkan sejarah mengajarkan tidak ada orang didunia ini yang

menyerahkan kekuasaannya begitu saja. Karena itu jika perempuan menginginkan

(34)

✂6

tidak mau menyerahkan kekuasaannya begitu saja baik kepada sesame laki-laki

terlebih lagi kepada perempuan.

Suatu konsep mengenai kekuasaan perempuan yang berbeda dengan

kekuasaan laki-laki yang selama ini menjadi acuan semua pihak. Kekuasaan

dalam konsep feminisme adalah kekuasaan yang penuh dilimpahi kasih sayang.

Kekuasaan semacam ini tidak berpusat pada diri sendiri melainkan lebih

diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu kekuasaan perempuan juga

mencakup gagasan memberdayakan orang lain.

Perempuan dan politik sering digunakan slogan untuk kampanye agar

perempuan tertarik menyumbangkan suaranya pada partai politik. Akan tetapi itu

hanya sebagai sebatas slogan karena saat pemilu berakhir partai politik lupa akan

janjinya. Kepentingan perempuan saat kampanye dijanjikan akan dijadikan

sebagai agenda politik tidak pernah di realisasikan. Kalaupun diajak namanya

ditempatkan pada urutan bawah atau yang dikenal dengan nomer sepatu. Berbagai

alasan dikemukakan oleh para pemimpin partai perihal penurunan keterwakilan

perempuan di DPR. Pertama partai politik kesulitan dalam merekrut anggota

legislatif perempuan. Persoalan mengadang tidak hanya pada kuantitas tetapi juga

kualitas calon. Alasan minimnya kader perempuan terkait dengan sistem

pengaderan partai yang memang tidak memberi tempat, perhatian serta peluang

pada perempuan. Kedua, partai politik mengaku sulit mengajak perempuan

terlibat dalam wacana politik, karena rendahnya kesadaran politik. Selain

(35)

27

masuk ke lembaga-lembaga politik formal seseorang harus memiliki sumber daya

ekonomi (modal).1

Perempuan pada setiap tingkat sosial- politik merasa dirinya kurang terwakili

dalam parlemen dan jauh dari keterlibatan dalam pembuatan keputusan.

Perempuan yang ingin masuk dalam dunia politik secara kenyataan bahwa publik

dan budaya sering bermusuhan. Perempuan dan politik sering mengalami pasang

surut yang berakhir pada penyempurnaan. Partisipasi perempuan dalam

pembangunan terutama dalam pengambilan keputusan dan menduduki posisi

strategis sangat rendah, baik di bidang eksekutif, legislative yudikatif maupun

lembaga lainnya.2

Perempuan dan politik merupakan dua hal yang sulit dibayangkan terutama

pada Negara- Negara berkembang. Hal ini disebabkan telah dibentuk oleh

budayanya masing- masing yang menekankan bahwa kedudukan atau peranan

wanita berkisar dalam lingkungan keluarga. Sedangkan politik yang digambarkan

sebagai sesuatu yang berkenaan dengan kekuasaan. Akan tetapi kedudukan

perempuan yang demikian ternyata tidak dapat dipertahankan karena dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedikit demi sedikit bermula

dari dunia barat perempuan dapat menaikkan posisinya di berbagai bidang

termasuk politik. Memang masih terdapat hambatan yang besar untuk menembus

pandangan bahwa politik adalah hanya milik laki-laki, tetapi kini masyarakat

1

Siti Musdah Mulia & Anik Farida. Perempuan dan politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 2005. Hlm 17

2

(36)

28

mulai menyadari bahwa baik di Timur maupun Barat perempuan dapat terjun dan

terlibat dalam politik asalkan diberi kesempatan.

Sekarang ini hampir semua negara telah memberikan hak politiknya pada

warga perempuannya. PBB telah berjasa besar bagi proses perkembangan

kedudukan perempuan. Usaha PBB dalam mempebaiki kedudukan perempuan

adalah membentuk badan The United Nations Committee on the Status of

Women. Dalam sidangnya yang pertama pada tanggal 11 Desember 1948, PBB

memperingati pada anggotanya agar membentuk undang- undang yang menjamin

persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Keterlibatan perempuan Indonesia

dalam politik sebenarnya bukan lagi merupakan hal yang baru, karena mereka

telah turut serta secara aktif dalam pergerakan kebangsaan.3

A.1 Kebijakan kuota 30% untuk perempuan

Perjuangan perempuan untuk memperoleh kuota dalam pembahasan RUU

pemilu telah membuahkan hasil dengan dimaksudkannya kuota pencalonan

perempuan minimal 30% dalam pasal 65 Undang-Undang No 12 tahun 2003

tentang pemilu. Akan tetapi belum ada sanksi apabila ada partai politik yang tidak

mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam UU. Upaya- upaya yang dapat

dilakukan untuk memenuhi jumlah kandidat perempuan minimal 30% dan

tercapainya jumlah keterwakilan perempuan yang signifikan dilembaga legislatif

yaitu yang pertama meningkatkan pemahaman dan kesadaran politik kaum

perempuan sehingga semakin bertambah minat mereka untuk terjun di politik.

3

(37)

29

Kedua meyakinkan partai politik bahwa peran serta perempuan dalam

pengambilan kebijakan publik sangat penting sehingga perlu meningkatkan

rekrutmen calon perempuan dan menempatkan mereka dalam daftar calon tetap

(DCT) partai politik. Ketiga meyakinkan masyarakat agar termasuk media massa

agar mendukung keterwakilan perempuan pada lembaga legislatif khususnya

lembaga lembaga legislatif daerah. Untuk memperjuangkan memenuhi kuota 30%

ini memang bukan hal yang mudah terutama jika menyadari bahwa budaya

patriarki sudah sedemikian merasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akan tetapi perlu dipikirkan juga sesungguhnya dibutuhkan bukan hanya

sekadar memenuhi kuota tersebut melainkan bagaimana mempersiapkan landasan

kerja yang dapat memfasilitasi perempuan untuk masuk ke arena politik sehingga

yang dipersiapkan adalah kualitas. Dengan begitu di masa depan tidak lagi

ditemukan wakil- wakil perempuan di parlemen yang menjadi hiasan belaka.

Karena yang dibutuhkan bukan hanya perempuan dalam arti fisik jasmani

melainkan perempuan yang memiliki komitmen pada upaya- upaya pemberdayaan

perempuan dan perempuan yang dapat mengartikulasikan kepentingan strategi

perempuan menuju terciptanya kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh

aspek kehidupan baik dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat dan Negara.4

4

(38)

30

B. Konsep Pemberdayaan Perempuan di bidang politik

B.1 Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan merupakan informasi hubungan kekuasaan antara laki-laki

dan perempuan pada empat level yang berbeda yakni keluarga, masyarakat, pasar

dan Negara. Konsep pemberdayaan dapat dipahami dengan kekuasaan dalam

proses pembuatan keputusan dengan titik tekan pada pentingnya peran

perempuan. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dalam 2 sisi

yaitu : Pertama menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang ( enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan

bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (

empowering).Dalam rangka ini diperlukan langkah- langkah positif.5

B.2 Pemberdayaan Perempuan Melalui organisasi

Pembangunan nasional selama dasawarsa terakhir dalam bentuk modernisasi

di berbagai sector, harus diakui telah memberikan manfaat yang besar terhadap

upaya pemberdayaan perempuan. GBHN 1999 mengarahkan Pemberdayaan

perempuan dilaksanakan dengan dua penekanan. Pertama, meningkatkan

kedudukan dan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

melalui kebijakan nasional oleh lembaga yang mampu memperjuangkan

terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Kedua, meningkatkan kualitas peran

dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai

5

(39)

31

persatuan dan kesatuan, serta perjuangan kaum perempuan dalam melanjutkan

usaha pemberdayaan perempuan serta kesjahteraan masyarakat.

Salah satu ikhtiar dan memberdayakan perempuan Indonesia melalui

peningkatan peran organisasi perempuan adalah dengan melakukan

pendampingan dan perjuangan menuju kehidupan berbangsa dan bernegara

sehingga keserasian dan keadilan gender dapat terwujud. Tugas untuk

neningkatkan kedudukan dan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara serta tugas untuk menciptakan keserasian dan keadilan gender di

masyarakat merupakan amanat kehidupan yang harus dilaksanakan bersama.

Karena itu pelbagai pihak perlu melakukan kerjasama baik antara Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan organisasi wanita maupun antarorganisasi wanita.

Untuk merealisasikan misi pemberdayaan perempuan yang diperlukan adalah

peningkatan kualitas hidup perempuan di pelbagai bidang strategis, penggalakan

sosialisasi keserasian dan keadilan gender, penghapusan segala bentuk tindak

kekerasan terhadap perempuan, penegakan HAM bagi perempuan, kemampuan

dan peningkatan kemandirian lembaga dan organisasi perempuan.

Tujuan dan sasaran pemberdayaan perempuan diarahkan untuk tetap

mempertahankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan

kaum perempuan. Semua kita lakukan dalam rangka melanjutkan usaha

pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Rendahnya peran perempuan pada tingkat pengambilan keputusan di eksekutif,

(40)

32

terakomodasikannya aspirasi dan kepentingan perempuan dalam pembangunan

bangsa secara keseluruhan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa peran politik

perempuan masih belum maksimal.

Pemberdayaan perempuan tidak saja menjadi amanah rakyat melalui GBHN

1999 tetapi juga merupakan amanah internasional dalam kerangka kerja Global

Konferensi Dunia ke 4 tentang perempuan mewujudkan keserasian gender.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan perempuan harus

menggunakan pendekatan dan strategi yang tepat. Pengaruh utama gender

merupakan sebuah strategi untuk mencapai keserasian gender melalui kebijakan

pembangunan masyarakat. Gender Mainstreaming merupakan suatu pendekatan

untuk pengembangan kebijakan yang mengintegrasikan pengalaman dan masalah

perempuan dan laki-laki ke dalam rancangan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi kebijakan dan program baik dalam bidang politik, ekonomi, hokum dan

sosial masyarakat. Tujuan pengaruh utama gender mainstreaming adalah

memastikan bahwa baik perempuan danl aki-laki dapat menikmati keuntungan

yang sama agar ketidaksetaraan dapat dihentikan.

Media massa mempunyai peranan yang sangat signifikas dalam proses

pemberdayaan perempuan. Signifikasi peran terletak pada eksistensinya. Pertama

(41)

33

maupun media elektronik. Karena perempuan sering mengikuti acara TV,

mendengarkan siaran radio dan membaca Koran atau media lainnya.6

Undang-Undang Dasar 1945 yang dijabarkan dalam peraturan

perundang-undangan yang lebih rendah pada asasnya mengandung prinsip persamaan hak

dan kewajiban bagi laki-laki maupun perempuan tanpa ada perbedaan dalam

segala bidang. Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945

bahwa tiap- tiap warga negara berhak atas pekerjaan yang layak bagi

kemanusiaan. Selain itu tertuang dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tentang

Pergeseran Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita,

dinyatakan bahwa tujuan untuk mencapai kedudukan setara (equal status)

perempuan sebagai peserta, pengambil keputusan, dan penikmat di dalam

kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dan dinyatakan untuk

memberdayakan (empower) perempuan dan laki - laki perlu kerjasama sebagai

mitra sejajar dan memberi inspirasi kepada generasi baru kaum perempuan dan

laki-laki untuk bekerja sama demi kesetaraan, pembangunan berkelanjutan dan

perdamaian.

Pendekatan pemberdayaan menekankan pada fakta bahwa perempuan

mengalami penekanan yang berbeda menurut bangsa, kelas sosial sejarah

penjajahan kolonial, dan kedudukannya dalam ekonomi internasional pada masa

kini. Dengan demikian perempuan tetap harus pada tingkatan yang berbeda.

Pendekatan ini juga menekankan pentingnya bagi wanita untuk meningkatkan

6

(42)

34

keberadaannya dan mengartikan pemberdayaan bukan konteks mendominasi

orang lain dengan makna apa yang diperoleh perempuan akan merupakan

kehilangan bagi lelaki, melainkan menempatkan pemberdayaan dalam arti

kecakapan atau kemampuan perempuan untuk meningkatkan kemandirian (self

reliance) dan kekuatan dalam dirinya.

B.3 Kemitraan Perempuan dan Laki-Laki Sejajar

Strategi pemberdayaan perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki

menggunakan pendekatan dua arah antara perempuan dan laki-laki, saling

menghormati sebagai manusia (human being), saling mendengar, dan menghargai

keinginan serta pendapat orang lain. Upaya saling memberdayakan ini meliputi

usaha menyadarkan, mendukung, mendorong, dan membantu mengembangkan

potensi yang terdapat pada diri individu sehingga menjadi manusia mandiri tetapi

tetap berkepribadian.Secara normatif, kedudukan perempuan dan laki-laki adalah

sejajar. Akan tetapi dalam kehidupan nyata seringkali terdapat apa yang biasa

disebut dengan istilah “gender statification”, yang menempatkan status perempuan dalam tatanan hierarki pada posisi subordinat atau tidak persis sejajar dengan

posisi kaum pria. Tatanan hierarki ini ditandai oleh kesenjangan ekonomi

(perbedaan akses pada peran politik).

Kaum laki-laki memperoleh akses yang lebih besar dari kaum perempuan

dalam sumber-sumber ekonomi dan politik. Secara politis laki-laki lebih banyak

menempati posisi- posisi kunci dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena

itu perempuan untuk mencapai puncak strata sosial lebih berat dan berliku-liku.

(43)

35

makna tidak ada pihak yang menguasai dan yang dikuasai, tidak ada yang

mengeksploitasi dan dieksploitasi. Akan tetapi ini mengandung arti bahwa kaum

perempuan dan laki-laki saling memberdayakan sehingga mengakibatkan adanya

dialog dan komunikasi. Sebaliknya jika salah satu pihak mempunyai keinginan

untuk menguasai pihak lain hubungan komunikasi ini dapat menimbulkan debat

antar keduanya karena terdapat kecenderungan usaha untuk menang. Pada

hakekatnya perempuan dan laki- laki saling membutuhkan dalam usaha mencapai

tujuan bersama yang tidak dapat dilakukan sendiri.

Kemitra sejajaran perempuan dan laki- laki menjadi masalah bagi pasangan

yang cukup terdidik. Kesadaran akan pentingnya dan keharusan kemitra sejajaran

antara suami istri merupakan aspirasi yang diasosiasikan dengan perempuan yang

terdidik dan merasa mempunyai kemampuan untuk mengatur dan menguasai

kehidupannya. Dengan demikian masalah kemitra sejajaran lebih merupakan

masalah keluarga golongan menengah ke atas.

Pemberdayaan perempuan sebagai mitra sejajar laki- laki adalah kondisi

dimana laki - laki dan perempuan memiliki kesamaan hak dan kewajiban yang

terwujud dalam kesempatan kedudukan peranaan yang dilandasi sikap dan

perilaku saling membantu dan mengisi di semua bidang kehidupan. Perwujudan

kemitra sejajaran yang harmonis merupakan tanggungjawab bersama. Untuk

(44)

36

berkenaan dengan perubahan hubungan jender dan keseimbangan kekuasaaan

antara laki-laki dan perempuan.7

C. Konsep Model Pemberdayaan Perempuan

Tipologi pengembangan masyarakat ada empat model pendekatan yaitu model

pendekatan penyuluhan, pendekatan pelatihan, pendekatan koperasi swadaya dan

pendekatan pambangunan terpadu.

1. Pendekatan Penyuluhan

a) Model konvensional

Dengan beberapa modifikasi pada tiap Negara, model ini mempunyai

tujuan untuk mengikhtiarkan memperbaiki kesejahteraan keluarga penduduk

pedesaan dengan memberi pendidikan kesejahteraan rumah tangga terhadap kaum

perempuan.

Metodenya adalah kombinasi dari ilmu pendidikan,ilmu komunikasi, ilmu

dakwah dan ilmu perniagaan. Sedangkan dalam penyuluhan ada 5 tahap yaitu

memupuk kesadaran ( radio dianggap media yang tepat untuk tujuan ini),

membangkitkan minat (motivasi) melalui rapat setempat, poster, pameran dan

sebagainya, informasi dan persuasi, termasuk kunjungan kelompok binaan ke

kebun peragaan.

2. Pendekatan pelatihan

Ada empat cirikhas isi program pelatihan ini yang pertama sedapat

mungkin diusahakan menyesuaikan bahan pelatihan dengan pola budidaya dan

7

(45)

37

keadaan lingkungan. Kedua seluruh latihan (kursus) diselenggarakan menurut

siklus sepenuhnya untuk budidaya bersangkutan dan setiap bagian pelatihan

disesuaikan dengan tahap tertentu dalam siklus budidaya tersebut. Ketiga bagian

terbanyak dari masa pelajaran disediakan untuk kerja praktik. Keempat pelajaran

di ruang kelas lebih difokuskan pada diskusi dalam kelompok kecil daripada

menggunakan metode ceramah. Disamping itu juga diselenggarakan kursus

singkat atas dasar bahan pengajaran khusus.

Pelatihan lebih banyak bersifat praktik daripada teori dan jarang sekali

diadakan ceramah. Para pelatih lebih banyak mengandalkan peragaan dan para

peserta ditugaskan meniru dan menerapkan unjuk kerja (performance) yang

dilakukan instruktur. Para instruktur sebanyak mungkin menggunakan alat-alat

yang tersedia di daerah yang bersangkutan, agar para peserta dapat melanjutkan

pendidikannya sehabis masa pelatihan.

3. Pendekatan Swadaya Kooperatif

Pendekatan ini menjelaskan bahwa sekalipun program-program yang menjunjung

pendekatan swadaya ini bersumber pada filsafat pembangunan atau

pengembangan masyarakat yang sama, tetapi dalam beberapa segi mereka saling

berbeda. Pertama Model Community Development adalah pengembangan atau

pembangunan, tujuannya membangkitkan semangat serta hasrat pembangunan di

kalangan penduduk pedesaan dan untuk mencetuskas daya kerja agar dapat

membantu mencapai tujuan dan kebijakan nasional dengan dibantu oleh jawatan

(46)

38

gerakan ini mencerminkan suatu pola baru dalam usaha mengantar kaum

tradisional kedalam dunia modern khususnya melalui usaha pendidikan. Ketiga

Sistem Pendidikan Koperasi adalah sistem pendidikan ini telah didirikan dan

mempunyai kegiatan yang disetujui pemerintah pusat tetapi bukan merupakan

bagian dari sistem pendidikan formal. Model ini telah mengadakan kegiatan untuk

memperkuat gerakan koperasi di setiap tingkat, sistem ini dipandang sebagai suatu

lembaga ekonomi dan sosial yang utama untuk merombak masyarakat agraris

menuju sistem sosialisme.

4. Pendekatan Pembangunan Terpadu

Pendekatan ini pada lembaga-lembaga taraf internasional, bilateral dan

nasional terjadilah semacam consensus yang lebih menyukai pendekatan yang

(47)

BAB III

SETTING PENELITIAN

A. Deskripsi Umum

1. Sejarah Kabupaten Sidoarjo

Sidoarjo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa

kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang

merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh

seorang patih bernama R.Ng.Djojohardjo bertempat tinggal di kampung Pucang

Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di

kampung Pangabahan. Pada 1859 berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia

Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6 daerah Kabupaten

Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten

Sidokari. Sidokare dipimpin R. Notopuro (kemudian bergelar R.T.P

Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan. Ia adalah putra dari R.A.P.

Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten

Sidokare yang memiliki konotasi kurang bagus diubah menjadi Kabupaten

Sidoarjo.

Setelah R. Notopuro wafat tahun 1862, maka kakak almarhum 1863 diangkat

sebagai bupati yaitu Bupati R.T.A.A Tjokronegoro II yang merupakan pindahan

dari Lamongan. Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro mendapat pensiun sebagai

(48)

✆ ✝

bulan karena wafat pada tahun itu juga, dan R.A.A.T. Tjondronegoro I diangkat

sebagai gantinya.

Di masa Pedudukan Jepang (8 Maret 1942 - 15 Agustus 1945), daerah delta

Sungai Brantas termasuk Sidoarjo juga berada di bawah kekuasaan Pemerintahan

Militer Jepang (yaitu oleh Kaigun,tentara Laut Jepang). Pada tanggal 15 Agustus

1945, Jepang menyerah pada Sekutu. Permulaan bulan Maret 1946 Belanda mulai

aktif dalam usaha-usahanya untuk menduduki kembali daerah ini. Ketika Belanda

menduduki Gedangan pemerintah Indonesia memindahkan pusat pemerintahan

Sidoarjo ke Porong. Daerah Dungus (Kecamatan Sukodono) menjadi daerah

rebutan dengan Belanda.

Tanggal 24 Desember 1946 Belanda mulai menyerang kota Sidoarjo dengan

serangan dari jurusan Tulangan. Sidoarjo jatuh ke tangan Belanda hari itu juga.

Pusat pemerintahan Sidoarjo lalu dipindahkan lagi ke daerah Jombang.

Pemerintahan pendudukan Belanda (dikenal dengan nama Recomba) berusaha

membentuk kembali pemerintahan seperti pada masa kolonial dulu. Pada

November 1948, dibentuklah Negara Jawa Timur salah satu negara bagian dalam

Republik Indonesia Serikat. Sidoarjo berada di bawah pemerintahan Recomba

hingga tahun 1949. Tanggal 27 Desember 1949, sebagai hasil kesepakatan

Konferensi Meja Bundar Belanda menyerahkan kembali Negara Jawa Timur

kepada Republik Indonesia sehingga daerah delta Brantas dengan sendirinya

(49)

✞ ✟

2. Letak Geografis dan Demografi Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo ditinjau dari kondisi geografis wilayah terletak pada

112,5-112,9 derajat bujur Timur dan 7,3- 7,5 derajat Lintang Selatan. Luas wilayah laut

Kabupaten Sidoarjo berdasarkan perhitungan GIS sampai dengan 4 mill ke arah

laut adalah 201,6868 Km. Batas Administrasi wilayah kabupaten Sidoarjo adalah :

Table 3.1

Batas Wilayah Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Utara Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik Sebelah Timur Selat Madura

Sebelah Selatan Kabupaten Pasuruan Sebelah Barat Kabupaten Mojokerto

Sumber: DDA Kabupaten Sidoarjo

Selain itu Sidoarjo dibatasi oleh dua sungai yang cukup besar yaitu Kalimas di

Utara ( berbatasan dengan Kota Surabaya) dan Kali Porong di selatan ( berbatasan

dengan Kabupaten Pasuruan). Di sebelah timur yang berbatasan dengan Selat

Madura terdapat kawasan pertanian tambak yang cukup luas membentang dari

Surabaya sampai Pasuruan.

Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah 71.424,25 Ha. Sebagian besar

wilayah Sidoarjo (40,81%) terletak diketinggian 3-10 meter yang berada di bagian

tengah dan berair tawar. 29,99% wilayah Kabupaten Sidoarjo sebelah timur

merupakan daerah pantai dan pertambakan yang ketinggian 0-3 meter dan sisa

wilayahnya berketinggian 10-25 meter. Dengan struktur tanah Alluvial kelabu

(50)

✠ ✡

Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha dan Grumosol Kelabu Tua seluas 870,70

Ha.

Topologi wilayah ini adalah daratan Delta dengan ketinggian antar 0- 25 m,

ketinggian 0-3 m dengan luas 19.006 Ha, meliputi 29,99% merupakan daerah

pertambakan yang berada di wilayah bagian timur. Di wilayah bagian tengan yang

berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut merupakan daerah

pemukiman, perdagangan dan pemerintahan Meliputi 40,81%. Sedangkan

diwilayah bagian barat dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut

merupakan daerah pertanian meliputi 29,20%.

Kemudian berdasarkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kabupaten

Sidoarjo prosentase penggunaan tanah di Kabupaten Sidoarjo yaitu persawahan

sebesar 36,87%, pemukiman (kampung, perumahan, lapangan oleh raga,

kuburan,jasa) sebesar 22,70%, perairan darat sebesar 21,88%, industry sebesar

2,66%, hutan (sejenis bakau) sebesar 1,45%, tanah terbuka (tanah kosong) sebesar

1,23%, pertanian tanah kering sebesar 0,37%, pertambangan sebesar 0,04 dan

lain-lain (jalan dan sungai) sebesar 10,79%.

Pada konteks hidrogeologis wilayah ini merupakan daerah air tanah, payau dan

air asin mencapai luas 16.312.69 Ha. Kedalaman air tanah rata-rata 0-5m dari

permukaan tanah. Wilayah ini juga terletak diantara dua aliran sungai yaitu Kali

Surabaya dan Kali Porong yang merupakan cabang dar Kali Brantas yang berhulu

(51)

☛ ☞

Seperti daerah lainnya yang berada di sekitar garis khatulistiwa Kabupaten

Sidoarjo beriklim tropis dan mengenal 2 musim yaitu musim kemrau dan musim

penghujan. Musim kemarau berkisar antara bulan Mei sampai September dan di

bulan selebihnya yaitu Oktober sampai bulan April adalah musim hujan. Suhu

udara berkisar 20-35 derajat Celcius. Kabupaten Sidoarjo secara administrasi

terdiri dari 18 wilayah kecamatan yang terbagi atas 322 desa dan 31 kelurahan.1

B. Kondisi Sosial Keagamaan

Penduduk Kabupaten Sidoarjo terdiri dari beberapa agama sebagaima agama

yang diakui oleh Negara. Keberagamaan masyarakat Kabupaten Sidoarjo yang

tersebar di 18 kecamatan yang masing- masing agama itu memiliki penganut

tersendiri. Beberapa agama yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo dan jumlah

pemeluknya terdiri dari Pertama, agama Islam dengan jumlah pemeluk 1.786.226

jiwa. Kedua, agama Kristen dengan jumlah pemeluk 36.092 jiwa. Ketiga, agama

katolik dengan jumlah pemeluk 19.750 jiwa. Keempat, agama Hindu dengan

jumlah pemeluk 3.958 jiwa. Kelima, agama Budha dengan jumlah pemeluk 3.775

jiwa. Keenam, agama konghucu dengan jumlah pemeluk 232 jiwa.

Beberapa kegiatan keagamaan yang ada dan dilaksanakan oleh penduduk

Kabupaten Sidoarjo tergolong agamis, karena bahwasanya melakukan kegiatan

keagamaan dalam masyarakat mengadakan pengajian rutin, jamiyah tahlil dan

jamiyah diba’ serta pendidikan TPQ dan diniyah .2

✍ ✎✏✑✒ ✓✔✕✖✗✘✕✙✚ ✛✜✒ ✢✏✕ ✎✣✏ ✤

Gambar

 Table 3.1
 Table 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Gaya kepemimpinan (X3) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y) karena mempunyai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 5,983 > 2,008. Hasil penelitian ini

Keindahan alam di Tana Toraja tidak hanya sebagai sumber inspirasi dari warna ukiran, tetapi juga berbagai bentuk yang telah disederhanakan pada ragam hias.. Selain itu

yang tentunya meminta ganti rugi atas kehilangan kendaraannya harus berhadapan dengan dalil pengelola parkir bahwa perjanjian parkir adalah perjanjian sewa lahan

Transformasi nilai menjadi efektif tidak terlepas dari waktu yang digunakan oleh lembaga untuk mencapai tujuan. Mengapa terjadi perbedaan capaian pembelajaran antara

Bermain sambil Mengenal Lambang Bilangan Apakah kamu sudah punya teman baru.. Berapa banyak

Adapun variabel-variabel akuntansi yang digunakan adalah dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth, dengan tujuan untuk

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengurangi penggunaan energi listrik yang ada dengan cara meredesain ulang oven pengering yang sudah ada, untuk meminimalkan

Hiranyakasipu memiliki saudara kembar yang bernama Hiranyaksa, sebelum bernama Hiranyakasipu dan Hiranyaksa ia bernama Jaya Wijawa.Garapan ini merupakan sebuah garapan