ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI
BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL PADA
TOKO BUNDA DI PASAR SAMPOERNA RUNGKUT INDUSTRI
SURABAYA
SKRIPSI
Oleh: Ummul Khoiroti NIM: C02212075
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil dari penelitian lapangan yang berjudul “Analisis
Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Bahan Pokok Dengan Timbangan
Digital Di Pasar Sampoerna Rungkut Industri Surabaya”. Penelitian ini
dilakukan guna menjawab bagaimana praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna Rungkut Industri Surabaya. Bagaimana analisis hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna Rungkut Industri Surabaya.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu yang mendeskripsikan data yang berkaitan dengan fakta tentang praktek jual beli bahan pokok yang telah ditakar dengan timbangan digital sesuai aturan-aturan yang berlaku dalam hukum islam dan sesuai dengan standarisasi timbangan yang berlaku atau SNI.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwasannya kegiatan jual beli yang dilakukan pada toko bunda di pasar sampoerna Rungkut Industri Surabaya hampir sama dengan praktek jual beli lainnya. Hanya saja menggunakan timbangan digital otomatis yang digunakan untuk menakar bahan kue sebagai alat untuk menakar, barang yang dijual adalah bahan-bahan pokok yang telah dikemas dalam takaran yang disesuaikan dan tidak diperlihatkan secara langsung proses melakukan takaran timbangan bahan pokok yang diperjual belikan. Dalam hukum Islam kegiatan praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda tersebut tidak sesuai dengan prinsip jual beli dan aturan-aturan yang berlaku karena kurang transaparan dalam melakukan jual beli yanmana penjual tidak memperlihatkan secara langsung, kegiatan menakar bahan pokok di depan pembeli secara langsung sehingga menjadikan praktek jual beli tersebut diragukan karena Islam mengharuskan kepastian dan kejelasan dalam kegiatan praktek jual beli. Sedangkan menurut UTTP pasal 25 mengenai pengawasan tanda tera mengenai analisis standarisasi timbangan digital pada toko bunda Tidak sesuai dengan standarisasi timbangan yang berlaku karena kalibrasi timbangan tidak pernah disesuaikan atau di stell ulang namun penjual tidak mengetahui bahwasannya dalam perdagangan juga ada aturan-aturan yang berlaku untuk standarisasi ukuran takaran yang disesuaikan dengan standar nasional, sehingga membuat takaran timbangan pada toko bunda tersebut berselisish dengan takaran timbangan yang lainnya dan tidak sesuai SNI.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI Halaman
SAMPUL DALAM ………... i
PERNYATAAN KEASLIAN ………. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..……. iii
PENGESAHAN ………... iv
MOTTO ………... v
PERSEMBAHAN ………. vi
ABSTRAK ………... vii
KATA PENGANTAR ………. viii
DAFTAR ISI ……….... x
DAFTAR TRANSLITERASI ………. xiii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Identifikasi dan batasan Masalah ……… 7
C. Rumusan Masalah ……… 8
D. Kajian Pustaka ………. 9
E. Tujuan Penelitian ……….12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ………...12
G. Definisi Operasional ……….13
H. Metode Penelitian ……….14
I. Sistematika Pembahasan ………...20
BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN ……… 21
A. Jual beli (al-ba’i) ……… 21
1. Pengertian jual beli (al-ba’i) ……….... 21
2. Dasar Hukum jual beli (al-ba’i) ……… 22
3. Rukun dan Syarat jual beli (al-ba’i) ………. 25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. Standarisasi timbangan di Indonesia ……….…….. 36 1.
Timbangan manual/pegas ...…...………. 38
2. Timbangan digital/elektronik ………. …. 39
3. Perbedaan timbangan manual dan digital ………. 42
4. Standarisasi timbangan digital ………. 42
BAB III JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL PADA TOKO BUNDA DI PASAR SAMPOERNA RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA .. 46 A. Gambaran umum objek penelitian ……….. 46
1. Letak geografis desa rungkut kidul ……….. 46
2. Keadaan penduduk ……… 49
3. Keadaan sosial pendidikan ………... 51
4. Keadaan sosial agama ……….. 52
5. Profil pasar sampoerna ………. 54
B. Kegiatan praktek jual beli bahan pokok dengan Timbangan digital pada toko bunda dipasar Sampoerna rungkut industri Surabaya ……….. 55
1. Penjual atau pemilik toko ……… 56
2. Dari segi pembeli ………. 58
3. Proses jual beli ………...……….. 59
4. Dari segi bahan-bahan pokok ………... 60
5. Dari segi harga ……….. 60
C. Dari segi ketentuan takaran timbangan ………..…… 60
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL ……….. 62
A. Analisis hukum islam terhadap praktek jual beli
bahan pokok dengan timbangan digital pada toko
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
suraabaya ………..……….……. 62
B. Analisis standarisasi timbangan digital terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut kidul industri Surabaya …... 70
BAB V PENUTUP ……… 74
A. Kesimpulan ………. 74
B. Saran ……… 75
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman sekarang manusia hidup dengan banyak perubahan
tidak seperti dahulu lagi. Banyaknya faktor yang melatar belakangi
perubahan atau bergesernya adat kebudayaan. Sering kali manusia
terjerumus pada perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan manusia
menginginkan hal yang lebih.
Dalam kegiatan sehari-hari manusia yang memang makhluk sosial
dituntut untuk bersosialisasi terhadap sesama manusia atau makhluk
hidup. Karena manusia saling membutuhkan satu sama lain sehingga
hadirlah rasa tolong-menolong, yang memperkuat hubungan antara satu
dengan yang lain.
Seperti dalam kegiatan bermuamalah, Muamalah dalam
pengertiannya dapat dilihat dari dua segi bahasa dan istilah. Bila dilihat
dari segi bahasa, Muamalah berarti saling bertindak, saling berbuat, dan
saling mengamalkan. Sedangkan menurut istilah, pengertian Muamalah
dapat diartikan menjadi dua yang pertama Muamalah dalam arti luas dan
arti sempit.
Menurut Al Dimyati di dialam kitab karangan Imam Abi Bakar yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ُليِصُحَتلا
يِوَيْ ندلا
ْوُكَيِل
َن
ًابَبَس
َلِل
ِر ِخ
“menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi”.1
Sedangkan Muhammad Yusuf Musa di dalam buku Abdul Madjid
mengatakan bahwa muamalah itu ialah peraturan–peraturan Allah yang
wajib di ikuti dan ditaati dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia.2 Adapula yang mendefinisikan jual beli sebagai
sebagai pemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya dengan
bayaran harta.3
Adapaun definisi sebagian ulama yang mengatakan jual beli
adalah kegiatan menukar satu harta dengan harta yang lain dengan cara
khusus merupakan definisi yang bersifat toleran karena menjadikan jual
beli sebagai saling menukar, sebab itu pada dasarnya akad tidaklah harus
saling tukar akan tetapi menjadi bagian konsekuensinya, kecuali jika
dikatakan: “akad yang mempunyai sifat saling tukar menukar artinya
menurut adanya satu pertukaran.
Dasar hukum memperbolehkan jual beli, adapun dalil dari al qur`an
yaitu bahwasannya Allah SWT telah berfirman:
َو َا
َلَح
ُل
َعْيَ بْلا
َو
َرَح
َم
ِّرلا
وَبآ
1 Imam Abi Bakar,I’anat At Thalibin Terjemahan Al Dimyati, (Semarang: Toha putra), 2.
2 Abdul Madjid, Pokok-Poko Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaaan Dalam Islam, (Bandung:
IAIN Sunan Gunung Djati, 1986), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.(QS. Al-Baqarah ayat: 275)4
Pada hakikatnya, Islam tidak melarang segala bentuk jual beli apapun
selama tidak merugikan salah satu pihak dan selama tidak melanggar
aturan- aturan yang telah ditetapkan dan diserukan agar tetap memelihara
ukhuwah Islamiyah. Bahkan dalam hal pengembangan perekonomian
yang mapan, Islam sangat menganjurkannya. Dalam aturan hukum Islam
manusia telah dilarang memakan harta sesama atau memakan harta yang
diperoleh dengan jalan batil (tidak sah). maksudnya ialah memenuhi
persyaratan–persyaratan, rukun–rukun, dan hal–hal lain yang ada
kaitannya dengan jual beli sehingga bila syarat–syarat dan rukunnya tidak
terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.
Adapun dijelaskan dalam Al-Qur’an:
ََ اوُنَمآ َنيِذَلا اَه يَأ اَي
ْمُكْنِم ضاَرَ ت ْنَع ًةَراَِِ َنوُكَت ْنَأ ََِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت
ۖ
ْمُكَسُفْ نَأ اوُلُ تْقَ ت َََو
ۖ
اًميِحَر ْمُكِب َناَك َََا َنِإ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang Kepadamu.” (QS. An-Nisa’ ayat: 29)5
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung:Diponegoro,2010),47.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selain jual beli yang diperbolehkan ada pula jual beli yang
dilarang dan batal hukumnya adalah, barang yang dihukumi najis oleh
agama, seperti anjing, babi, berhala, bangkai, dan khamar.
Dengan demikian juga kebutuhan manusia yang mencakup
kebutuhan akan sandang, pangan, maupun papan itu adalah termasuk hal
yang wajar dibutuhkan dalam keseharian. Salah satunya adalah kebutuhan
pangan yang mana setiap harinya selalu dibutuhkan oleh manusia pada
umumnya. Maka dengan demikian untuk mmenuhi kebutuhan tersebut
hadirlah sebuah tempat dimana orang-orang dapat memperolehnya,
biasanya disebut dengan pasar. Pasar merupakan salah satu tempat
dimana bertemunya orang-orang dengan setiap harinya melakukan
kegiatan transaksi dan bertemunya antar penjual dengan pembeli. Dalam
hal ini penjual merupakan suatu pemegang transaksi yang dominan.
Dikarenakan kebutuhan masyarakat pada umumnya yang semakin
hari semakin bermacam dan kebutuhan bahan pokok yang berubah-ubah
harga tidak menentu, membuat para pedagang atau penjual cemas akan
tingkat konsumen atau pembeli menurun dan membuat tak lakunya
dagangan mereka atau menghambat pendapatan mereka.
Dengan keadaan yang seperti ini biasanya banyak dimanfaatkan
oleh pedagang-pedagang nakal yang sengaja memutar otak karena takut
pendapatan mereka menurun, sehingga bermunculah ide-ide atau inisiatif
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sedikit mengurangi takaran timbangan pada barang yang mereka
perdagangkan.
Seperti yang dijelaskan dalam hadits bahwasannya tidak boleh ada
unsur penipuan. Dari Abdullah bin Umar :
ْنَع
َِّاِدْبَع
ِنْب
َمُع
َر
َنَا
ًلُجَر
ِِّبَنلِلَرَكَذ
علص
م
ُهَنَا
ُعَدٌَْ
ِف
ِعْوُ يُ بْلا
اَقَ ف
َل
:
اَذِا
َتْعَ ياَب
ْلُقَ ف
ََ
َةَب.
َل
ِخ
Artinya : Diterima dari Abdullah bin Umar ra., bahwasannya “seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah SAW. Bahwa dia ditipu orang dalam hal jual beli. Maka Rasulullah bersabda, “apabila engkau berjual beli, maka katakanlah, “tidak boleh ada tipuan.” 6\
Seperti halnya yang dilakukan oleh pedagang pada Toko Bunda di
Pasar Sampoerna Rungkut Industri Surabaya, pada toko tersebut
menyediakan berbagai kebutuhan pokok. seperti beras, gula, minyak,
telor, hingga bumbu dapur. Dimana yang setiap harinya toko tersebut
melakukan transaksi jual beli, setiap pembeli yang membeli telur sudah
dalam takaran dari yang 1/4kg, 1/2kg, hingga 1kg. begitu juga dengan
tepung, gula, minyak goreng. Penjual pada toko tersebut menimbang
barang dengan timbangan digital kecuali ketika menjual beras
menggunakan timbangan manual. Tetapi apabila pembeli membeli selalu
sudah dipersiapkan dalam takaran 1/4, 1/2, 1 kg. Namun ketika pembeli
membawa pulang barang yang telah dibeli dan menakarnya dirumah
dengan timbangan yang sama yakni digital, ada suatu keanehan yaitu
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
takaran selalu berkurang dan kekurangan tersebut tidaklah sedikit. yang
seharusnya takaran timbangan apabila :
1kg = 1000gram
1/2kg = 500gram
1/4kg = 250gram
Bila menggunakan timbangan digital dimana penjual hanya
membebani 900gram untuk 1kg dan terkadang beban tersebut tidak
menentu dan selalu berkurang, Sehingga secara tidak langsung merugikan
pembeli dan menipu para konsumen yang telah mempercayainya.
Didalam undang-undang No.2 tahun 1981 bahwasannya
pengaturan untuk penyeragaman sistem satuan dalam ukuran, takaran,
timbangan dan perlengkapannya dengan menggunakan satuan Sistem
Internasional (SI) yang juga disebut sistem metric modern. Setiap
ukuran satuan yang berlaku sah harus berdasarkan decimal dengan
menggunakan satuan-satuan SI. Pasal 3 :
(1) a. satuan dasar berdasarkan panjang adalah meter;
b. satuan dasar besaran massa adalah kilogram;
c. satuan dasar besaran waktu adalah sekon;
d. satuan dasar besaran arus listrik adalah sekon;
e. satuan dasar besaran suhu termodinamika adalah kelvin;
f. satuan dasar besaran kuat cahaya adalah candela;
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
(2) Definisi berlaku bagi satuan dasar seperti tersebut pada ayat (1)
pasal ini adalah definisi terbaru yang ditetapkan oleh konperensi
umum untuk ukuran timbangan.7
Aturan-aturan timbangan juga dijelaskan didalam
undang-undang No.2 tahun 1981 didalam pasal 26 ayat (3): dilarang pada
tempat-tampat seperti tersebut dalam pasal 25 undang-undang ini
memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya untuk mengukur, menukar, dan menimbang atau
menentukan ukuran kurang dari pada batas terendah yang ditentukan
berdasarkan keputusan mentri; 8
Dilihat dari segi ketentuan takaran timbangan yang dilakukan
oleh penjual pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri
Surabaya. Setiap kali dilakukan transaksi jual beli pada toko tersebut
penjual sudah menyediakan bereapa takaran yang biasa diminta oleh
penjual. Semisal, gula 1 kg dan gula 1/2 kg. Tepung terigu dari berat
1/4 kg, 1/2 kg, hingga 1 kg. Telur 1/4 kg, 1/2 kg, hingga 1 kg.
sehingga sudah tersedia tanpa adanya proses penimbangan secara
langsung dihadapan pembeli. Namun penjual tersebut menggunakan
alat ukur timbangan otomatis atau digital kecil yang biasa digunakan
untuk menimbang takaran bahan-bahan kue.
7
Undang-undang No.2 tahun 1981
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. Identifikasi Dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Proses terjadinya praktek jual beli
2. Praktek jual beli bahan pokok
3. Cara penggunaan timbangan digital
4. Rukun dan syarat jual beli bahan pokok dengan timbangan digital
5. Analisis hukum Islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan
Timbangan Digital Pada Toko Bunda diPasar Sampoerna diPasar
Sampoerna Rungkut Industri Surabaya.
Agar pokok permasalahan diatas lebih terarah, maka yang perlu
dikaji dan menetapkan batasan-batasan pada :
1. Praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko
bunda di pasar sampoerna rungkut industri surabaya
2. Analisis hukum Islam terhadap jual beli bahan pokok dengan
timbangan digital pada toko bunda dipasar sampoerna rungkut
industri surabaya
Melihat terlalu luasnya permbahasan jual beli tersebut, penulis
membatasi pembahasan dan dapat ditarik kesimpulan:
Analisi Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Bahan Pokok
dengan Timbangan Digital pada Toko Bunda di Pasar Sampoerna
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
C. Rumusan Masalah
Dalam rangka mempermudah pembahasan dalam penelitian
berdasarkan paparan latar belakang, indentifikasi dan batasan masalah di
atas maka peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan
digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri
Surabaya?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli bahan
pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna
rungkut industri Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak
merupakan pengulagan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah
ada.9
1. Skripsi yang ditulis oleh Ali Sofyan yang berjudul “tinjauan hukum
islam terhadap penjualan bensin eceran di jalan Timoho Yogyakarta”
skripsi ini menjelaskan tentang timbangan dan takaran pengukuran
barang dalam perdagangan yakni penjualan bensin eceran yang
mengurangi takarannya,. Yang mana takaran ecerannya ada yang
kurang kelihatan banyak. Penjualan bensin eceran biasanya dilakukan
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dengan menggunakan botol ukuran satu liter ataupun dua liter, yang
mana para penjual bensin eceran sebelumnya membeli bensin di
SPBU sebelum dijual ke konsumen. Dari keterangan tersebut timbul
pokok permasalahan, bagaimana tinjauan hukum islam terhadap
praktek jual beli bensin eceran literan yang kurang dari satu liter. Dari
analisis permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hal alat
yang digunakan sebagai wadah bensin eceran, menurut ‘urf yaitu
mengunakan istilah literan bukan botolan sehingga ukurannya harus
penuh satu liter. Dapat disimpulkan bahwasannya praktek jual beli
bensin eceran tersebut tidak dibenarkan dalam kaidah hukum islam
karena hal tersebut bertentangan dengan asas-asas keabsahan suatu
akad atau transaksi, sehingga hukumnya tidak diperbolehkan karena
mengandung unsur penipuan (gharar).10
2. Skripsi yang ditulis oleh Sapran Djaleha yang berjudul “tinjauan
hukum islam terhadap praktek jual beli bahan-bahan pokok di
beberapa toko/keda di sidoarjo” skripsi ini menjelaskan tentang
bagaimana praktek jual beli di beberapa toko atau kedai di sidoarjo
karena menurut peneliti ini banyak yang tidak sesuai dengan
aturan-aturan atau etika jual beli dalam islam. Sehingga peneliti
10Ali Sofyan, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penjualan Bensin Eceran Di Jalan Timoho
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menyimpukan bahwasannya beberapa toko/keda yang ada di sidoarjo
tidak memenuhi etika jual beli yang telah diatur dalam hukum islam.11
3. Skripsi yang ditulis Asmianiyati yang berjudul “penimbangan hasil
pertanian di pasar agropolitan jagalan banjaroyo kalibawang kulon
progo dalam prespektif hukum islam” skripsi ini menjelaskan tentang
pasar agropolitan jagalan yang termasuk pusat transaksi jual beli yang
dilakukan antara petani yang menjual hasil pertanian mereka dengan
tengkulak di sekitar kalibawang dan sebagian magelang. Jual beli
yang terjadi disana terdapat pemotongan yang dilakukan oleh
tengkulak sebesar 10%. Yang artinya jika petani menjual hasil
panennya sebesar 10 kg, maka oleh tengkulak itu hasil panennya akan
dihargai sebesar 9kg, dan yang menjual sebesar 20kg juga hanya akan
dihargai sebesar 18kg, begitu seterusnya. Meskipun pemotongan ini
bias diterima dan sudah menjadi kebiasaan. Menjadi hal wajar
dikalangan masyarakat disana, denganmelihat syarat, rukun serta cara
penyampaiannya sudah terpenuhi, sudah ada kerelaan antara dua belah
pihak, dan alasan pemotongan ini juga bias diterima oleh kedua belah
pihak, maka menurut prespektif islam hukumnya adalah sah.12
11
Sapran Djahela, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Bahan-bahan Pokok di Beberapa Toko/Keda di Sidoarjo”, (Skripsi- -IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 1991)
12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Bahwasanya permasalahan yang peneliti temui hanyalah
sebatas pengurangan takaran namun disini letak perbedaan dengan
permasalahan yang peneliti angkat ialah penggunaan takarannya
yakni menggunakan timbangan digital dan untuk penggunaan
timbangan digital seperti yang dilakukan oleh penjual pada toko
bunda di pasar sampoerna rungkut industri Surabaya belum ada.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka penelitian ini meiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan
digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri surabaya.
2. Untuk mengeahui analisis hukum islam terhadap praktek jual beli
bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar
sampoerna rungkut industri surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian, diharapkan dapat bermanfaat dan keguanaan
yang bisa dicapai yakni:
1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan mengenai praktek jual beli bahan pokok dengan
timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut
industri Surabaya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hasil penelitian ini digunakan sebagai refrensi serta
memberikan penjelasan kepada masyarakat luas tentang analisis
hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok pada toko bunda
di pasar sampoerna rungkut industri Surabaya.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman presepsi dan lahirnya
multi-interpretasi terhadap judul proposal ini, maka sangat penting bagi
penulis untuk menjabarkan tentang maksud dari istilah-istilah yang
berkenaan dengan judul di atas, yakni sebagai berikut:
1. Hukum Islam
Hukum islam sendiri dijelaskan dalam muamalat, yaitu
hukum yang mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lain atau individu dengan negara islam, atau hubungan
antara negara Islam dengan negara-negara yang lain.13 Dapat
disimpulkan bahwa tinjauan hukum Islam “pandangan hukum
Islam yang mengatur hubungan antara individu, negara Islam
lainnya.
2. Jual Beli bahan pokok
Menurut istilah yang dimaksud dengan jual beli adalah
menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar
saling merelakan. Dari intinya dapat di pahami bahwa jual beli
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
adalah suatu perjanjian tukar – menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak.
Jual beli bahan pokok kegiatan tukar menukar uang dengan
benda yang berupa kebutuhan pokok yakni gula, telur, tepung, dll.
atas dasar rasa suka sama suka dan rela sama rela untuk
mendapatkan benda yang diinginkan.
3. Timbangan digital
Adalah suatu alat yang digunakan untuk mentakar beban
dan ditimbang sesuai berat yang di inginkan, terhadap kebutuhan
pokok yang akan dibeli.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field
research). Oleh karena itu, data yang dikumpulkan merupakan data yang
diperoleh dari lapangan sebagai obyek penelitian kualitatif. Agar
penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan benar, maka penulis
memandang perlu untuk mengemukakan metode penulisan skripsi ini
yaitu sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Dengan melihat persoalan diatas maka data yang akan digali
meliputi:
a. Data yang berkaitan dengan praktek jual beli bahan pokok
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
b. Data tentang analisis Hukum Islam mengenai jual beli
bahan pokok dengan timbangan digital.
2. Sumber Data
Berdasarkan data yang akan dihimpun diatas, maka
yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer
Sumber data primer disni adalah sumber data yang
diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Dalam
penelitian ini sumber data primer adalah:
1. Pemilik Toko Bunda
2. Pembeli yang berjumlahkan 15 orang sebagai
konsumen Toko Bunda
b. Sumber data sekunder
Data ini bersumber dari buku-buku ,
catatan-catatan dokumen tentang apa saja yang berhubungan
dengan masalah kegiatan jual beli bahan pokok dengan
timbangan digital, antara lain:
1) Fiqh Muamat (Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam),
Abdul Aziz Muhammad Azzam.
2) Fiqh Muamalah, Hendi Suhendi.
3) Fiqh Islam, Wahbah Az-zuhaili.
4) Fiqh Muamalah, Nasroen Haroen.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6) Asas-asas Muamalat, Ahmad Azhar Basyir.
7) Fiqh Ekonomi Syariah, DR. Mardani.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penilitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standart data yang ditetapkan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode observasi (pengamatan)
Observasi adalah pengumpulan data dengan
menggunakan atau menggandakan pengamatan atau
pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang
diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung.14
Yakni dengan cara mengamati keadaan toko tersebut
setiap harinya hingga beberapa hari dan memahami
kegiatan setiap hari yang dilakukan di toko tersebut dan
bertanya kepada pihak-pihak yang mengetahui toko
tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan. apabila
wawancara bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau
untuk keperluan informasi maka individu yang menjadi
sasaran wawancara adalah informan. Pada wawancara ini
yang terpenting adalah memilih orang-orang yang tepat
dan memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang ingin kita
ketahui.
Dengan cara mewawancarai pemilik toko dan
pembeli yang membeli pada toko tersebut dan pihak yang
mengetahui toko tersebut.
c. Dokumen
Dokumen merupakan salah satu sumber untuk
memperoleh data dari buku dan bahan mengenai penelitian
yang pernah dilakukan. Dokumen ini adalah salah satu cara
pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian
sosial. Pengumpulan data tersebut dilakukan guna
memperoleh sumber data primer dan sekunder, baik dari
kitab-kitab, buku-buku, maupun dokumen lain yang
berkaitan dengan kebutuhan penelitian.
Teknik pengumpulan data yang diambil dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yang berbentuk dokumentasi.15 Pengambilan data dalam
penelitian ini diperoleh dengan melalui wawancara dengan
pemilik toko bunda.
4. Teknik Pengolaan Data
Tahapan-tahapan dalam pengelolaan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk
tujuan penelitian.16
2. Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan
ketepatan data tersebut.17
3. Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan dan memeriksa
Data yang relevan dengan data tema penelitian agar lebih
fungsional.18
5. Teknik Analisis Data
Dalam rangka mempermudah dalam menganalisa data,
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan selanjutya akan
dibahas yang kemudian dilakukan analisis secara kualitatif,
yaitu dengan menghasilkan data deskriptif.
Deskriptif yaitu menggambarkan/menguraikan sesuatu
hal menurut apa adanya yang sesuai dengan kenyataannya.19
15
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kenana, 2011), 141.
16
Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89.
17
Ibid., 97
18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dengan mengumpulkan data tentang praktek jual beli
bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di
pasar sampoerna rungkut industri surabaya di sertai analisa
untuk diambil kesimpulan.
Pola pikir yang dipakai adalah induktif yaitu
merupakan metode yang digunakan untuk mengemukakan
hasil kenyataan yang ada di toko bunda pasar sampoerna
rungkut industri Surabaya.
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar mempermudah
pembahasan dalam penelitian ini, sistematika pembahasannya sebagai
berikut:
Bab pertama ialah pendahuluan berisi tentang pokok-pokok
pikiran atau landasan permasalahan yang melatarbelakangi penulisan
proposal ini, sehingga memunculkan gambaran isi tulisan yang terkumpul
dalam konteks penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
Rumusan masalah, kajian pustaka,tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, defenisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua adalah merupakan landasan teori tentang jual beli
menurut hukum Islam dan standart penggunaan timbangan digital di
Indonesia,bab ini memuat penjelasan tentang pengertian jual beli, dasar
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
hukum jual beli, hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli,
bentuk-bentuk jual beli yang dilarang, hikmah yang terdapat didalam jual beli,
dan standart penggunaan timbangan digital di Indonesia.
Bab ketiga berisikan tentang deskripsi lokasi penelitian, praktek
jual bahan pokok dengan timbangan digital dan pengertian jual beli bahan
pokok dengan timbangan digital itu sendiri yang terjadi di toko bunda
pasar sampoerna rungkut industri Surabaya. Bab ini memuat tentang
bagaimana gambaran desa rungkut kidul, keadaan penduduk, dan profil
pasar sampoerna. Serta bagaimana terjadinya praktek jual beli pada pasar
toko bunda.
Bab keempat adalah berisikan tentang analisis hukum islam dan
standar timbangan digital terhadap jual beli bahan pokok dengan
timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri
surabaya.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan tentang
kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dan di lengkapi dengan
saran–saran. Selain itu bab terakhir ini dilengkapi dengan daftar pustaka
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI
TIMBANGAN
A. Jual Beli (al-ba’i)
1. Pengertian Jual Beli (al-ba’i)
Jual beli (al-ba’i) atau bisa disebut dengan perdagangan,
dalam etimologi berarti menjual atau mengganti. Dan menurut
Bahasa ialah memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad
saling mengganti. Adapun menurut Malikiyah, Syafi’iyah, dan
Hanabilah dalam buku Dr. Mardani yang berjudul Fiqh Ekonomi
Syariah, bahwa jual beli (al-ba’i) yaitu tukar menukar harta
dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan
kepemilikan.1 Demikian juga menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah, ba’i adalah jual beliantara benda, atau
pertukaran antar benda dan uang. Adapun definisi sebagian ulama
yang mengatakan jual beli adalah kegiatan menukar suatu harta
dengan harta yang lain dengan cara khusus merupakan definisi
yang bersifat toleran karena menjadikan jual beli sebagai saling
menukar, sebab itu pada dasarnya akad tidaklah harus saling tukar
akan tetapi menjadi bagian konsekuensinya, kecuali jika
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dikatakan: “akad yang mempunyai sifat saling tukar menukar
artinya menurut adanya satu pertukaran.
Sayyid Sabiq didalam buku Fiqh Muamalat karangan Prof.
Dr. H. Abdul Rahman Ghazaly,M.A. mendefinisikan dengan:
َداَبُم
ُةَل
اَم
ل
لاَِِ
َلَع
ِلْيِبَس
،يِضاَرَ تلا
ْوَا
ُلْقَ ن
كْلِم
ضَوِعِب
ىَلَع
ِهْجَوْلا
ِنْوُذْءاَمْلا
ِهْيِف
.
“Jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan”, atau, “memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan”.2
Dari definisi diatas, maka jual beli (al-ba’i) adalah
tukar-menukar barang. Yang mana dalam hal ini telah dipraktekan oleh
masyarakat sejak pada primitif yakni ketika uang belumlah
digunakan sebagai alat tukar-menukar barang, yaitu dengan
system barter yang didalam fiqh disebut dengan ba’i
al-muqayyadah. Meskipun pada saat ini jual beli menggunakan
system barter telah ditinggalkan dan berganti dengan system mata
uang, namun terkadang esensi jual beli seperti itu masih berlaku.
2. Dasar Hukum Jual Beli (al-ba’i)
Pada hakikatnya, Islam tidak melarang segala bentuk jual
beli apapun selama tidak merugikan salah satu pihak dan selama
tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan dan
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
diserukan agar tetap memelihara ukhwah Islamiyah. Jual beli
sebagai sarana tolong-menolong antara sesame umat manusia juga
mempunyai landasan yang sangat kuat.
a. Al-Qur’an
Adapun dasar hukum memperbolehkan jual beli, didalam
Al-Qur’an yakni:
َو َا
َلَح
ُل
َعْيَ بْلا
َو
َرَح
َم
ِّرلا
آوَب
Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah ayat: 275)3
َسْيَل
ْمُكْيَلَع
ٌحاَنُج
ْنَأ
اْوُغَ تْبَ ت
ًلْضَف
ْنِم
ْمُكِّبَر
Artinya : Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. (QS. Al-Baqarah ayat: 198)4
َاَي
َنْيِذْلااَه ي
َمَا
اْوُ ن
ْأَتََ
اْوُلُك
اَوْمَا
ْمُكَل
ْمُكَنْ يَ ب
ِلِطاَبْلاِب
ْنَاََِا
َنْوُكَت
ْنَعًةَراَِِ
َ ت
ضاَر
ْمُكْنِم
َََو
ْوُلُ تْقَ ت
ْمُكَسُفْ نَاا
َنِا
َل
َنَاك
مُكِب
ًاميِحَر
Artinya : wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah maha penyayang kepadamu.(Qs. An Nisa’ ayat:29)5
b. Assunnah
3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2010),47.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Yakni segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad
SAW dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan penetapan yang
baik menurut hukum syar’i.
Dasar hukum jual beli yang berdasarkan Sunnah Rasulullah
adalah:
اَََِإ
ُعْيَ بْلا
ْنَع
ضاَرَ ت
.
Artinya : “sesungguhnya jual beli itu atas prinsip saling rela.”6
ْنَع
ِنْبَةَعاَفِر
عِفاَر
َيِضَر
ُل
ُهْنَع
َنَأ
َِبَنلا
لَص
َي
ُل
ِهْيَلَع
َمَلَسَو
ُس
َلِئ
:
يَأ
ِبْسَكْلا
؟ُبَيْطَأ
َلاَق
:
ُلَمَع
ِلُجَرلا
،ِِدَيِب
لُكَو
عْيَ ب
روُرْ بَم
.
ُاَوَر
اَزَ بْلا
ُر
ُهَحَحَصَو
ُمِكاَْْا
Artinya : Dari Rifa’ah bin Rafi’ Radiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya, “pekerjaan apakah yang baik?” beliau bersabda “ pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar, dan dihahihkan oleh Al-hakim)7
ْنَع
ِلِدْبَع
ِنْب
َرَمُع
َنَا
ًلُجَر
َذ
َرَك
ِِّبَنلِل
معلص
ُهَنَا
ُعَدََْ
ِِ
ِعْوُ يُ بْلا
اَقَ ف
َل
:
اَذِا
اَب
َتْعَ ي
ْلُقَ ف
ََ
َلِخ
َةَب.
Artinya: Diterima dari Abdullah bin umar ra., berkata, “seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah SAW. Bahawa dia ditipu orang dalam hal jual beli. Maka beliau bersabda, “Apabila engkau berjual beli, maka katakanlah,”tidak boleh ada tipuan.” 8
6
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, subulussalam syarah Bulughul Marram jilid 2, (Jakarta Timur: Darussunah Press,2007), 306.
7 Ibid., 308.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ْنَع
ِبَا
ِلاَس
َلاَق
:
ُتْيَاَر
ذَلا
َنْي
َنْوُرَ تْشَي
َماَعَطلا
ًتَفَزاَُُ
َرْضُي
َنْوُ ب
يَلَع
ِدْهَع
ِلْوُسَر
ِل
معلص
ْنَا
ُْوُعْ يِبَي
ََّح
ْؤُ ي
ُُرَو
َلِا
اَحِر
ْمِِا
.
Artinya : diterima dari Ibnu Umar ra. Mengatakan, “pada masa Rasulullah SAW, saya melihat orang-orang yang meperjual belikan makanan dengan kira-kira tanpa ditimbang atau digantang, mereka dipukul, karena menjualnya hingga mereka pindahkan ke tempat mereka.”9
ِنَع
ِنْبا
اَبَع
س
َنَا
َلْوُسَر
ِل
معلص
ىَهَ ن
ْنَا
َعْيِبَي
ُلُجَرلا
اَعَط
اًم
ََّح
ْوَ تْسَي
ُهَيِف
َلْيِق
ِنْبَِ
اَبَع
س
َفْيَك
َكاَذ
َلاَق
َكاَذ
اَرَد
ُمِ
اَرَدِب
َمِ
ُماَعَطلاَو
ٌأَجْرُم
Artinya : Dari Ibnu Abbas ra. Mengatakan, “sesungguhnya Rasulullah SAW, melarang orang menjual makanan hingga disempurnakannya, (jual beli itu).” Orang bertanya kepada Abbas, “kenapa demikian?” jawabnya, “dirham dengan dirham dan makanan dibelakang.”10
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Jual beli sendiri memiliki rukun dan syarat dimana rukun
dan syarat tersebut harus terpenuhi, dalam akad sehingga jual beli
tersebut dapat dinyatakan sah oleh syara’. Didalam menentukan
rukun jual beli itu sendiri juga terdapat perbedaan pendapat antar
ulama.
Menurut pendapat ulama Hanafiyah rukun jual beli
hanyalah ada satu, yakni ijab adalah ungkapan membeli dari
pembeli dan qabul adalah ungkapan menjual dari si penjual. Dari
9
Ibid., 444.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
penjelasan tersebut bahwasannya yang menjadikan rukun dalm
suatu jual beli yaitu hanyalah kerelaan atau ridha taradhi dari
kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.
Namnu dalam kompilasi Hukum Ekonomi Syariah terdapat
unsur jual beli yakni, adanya pihak-pihak yang terlibat dalam
perjanjian jual beli yang terdiri dari penjual dan pembeli:
- dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
- Kemudian objek jual beli terdiri atas benda yang dalam keadaan
berwujud dan benda yang tidak berwujud, yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, dan begitupun yang terdaftar
ataupun yang tidak terdaftar. Syarat objek yang diperjual
belikan adalah, barang yang dijual belikan ada, barang yang
diperjual belikan harus diserahkan, barang yang diperjual belikan
harus memiliki nilai atau harga tertentu, barang yang diperjual
belikan harus halal, barang yang diperjual belikan harus
diketahui oleh pembeli.
- Kesepakatan, dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan isyarat.
Ketiganya memiliki makna hukum yang sama.
Menurut ulama hanafiyah juga bahwasannya orang yang berakad,
barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Namun jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli
itu ada empat,11 yaitu:
- Oarng yang berakad atau al-muta@’@aqidain yakni penjual dan
pembeli
- Si@ghat yaitu lafal i@jab dan qabu@l
- Adanya barang yang dibeli
- Ada nilai tukar pengganti barang
Namun dalam kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
terdapat unsur jual beli yakni, adanya pihak-pihak yang
terlibat dalam perjanjian jual beli yang terdiri dari penjual,
pembeli dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
Kemudian objek jual beli terdiri atas benda yang dalam
keadaan berwujud dan benda yang tidak berwujud, yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, dan begitupun yang
terdaftar ataupun yang tidak terdaftar.
Syarat objek yang diperjual belikan harus diserahkan,
barang yang diperjual belikan harus memiliki nilai atau harga
tertentu barang yang diperjual belikan harus halal, barang yang
diperjual belikan harus diketahui oleh pembeli.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
- kesepakatan, dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan isyarat.
Ketiganya memiliki makna hukum yang sama.
Menurut ulama hanafiyah juga bahwasannya orang yang
berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk
dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.
Adapula syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan jumhur ulama diatas sebagai berikut:12
a. Syarat-syarat orang yang berakad.
Para ulama fiqh bersepakat bahwa orang yang melakukan akad
jual beli itu harus memenuhi syarat:
1. Berakal, oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil
yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.
Adapun anak kecil yang telah mumayiz, menurut ulama
hanfiyah, apabila akad yang dilakukannya membawa
keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hibah, wasiat,
dan sedekah, maka akadnya sah. Sebaliknya, apabila akad
itu membawa kerugian bagi dirinya, seperti meminjamkan
hartanya kepada orang lain, mewakafkan, atau
menghibahkannya, maka tindakan hukumnya tidak boleh
dilaksanakan. Apabila transaksi yang dilakukan anak kecil
12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yang telah mumayiz mengandung manfaat dan mudarat
sekaligus, seperti jual beli, sewa menyewa, dan
perserikatan dagang, maka transaksi ini hukumnya sah jika
walinya mengizinkan. Dalam kaitan ini, wali anak kecil
yang telah mumayiz ini benar-benar mempertimbangkan
kemaslahatan anak kecil itu.
Jumhur ulama perpendirian bahwa orang yang melakukan
akad jual beli itu harus telah baligh dan berakal. Apabila
orang yang berakad itu masih mumayiz, maka jual belinya
tidak sah, sekalipun mendapat izin dari walinya.
2. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.
Artinya seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang
bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.
Misalnya, Rahman menjual sekaligus membeli barangnya
sendiri, maka jual belinya tidak sah.
b. Syarat-syarat yang terkait dengan ijab dan qabul.
Para ulama fiqh bersepakat bahwa unsur utama dari jual beli
ialah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak
dapat dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Menurut
mereka ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dalam
transaksi -transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
transaksi yang sifatnya mengikat salah satu pihak, seperti
wasiat, hibah dan wakaf, tidak perlu qabul, karena akad seperti
ini cukup dengan ijab saja. Bahkan, menurut Ibn Taimiyah
(ulama fiqh hanbali) dalam buku yang berjudul Fiqh
Muamalat, ijab pun tidak diperlukan dalam masalah wakaf.
Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam akad jual
beli maka pemilikan barang atauuang telah berpindah tangan
dari pemilikik semula. Barag yang dibeli berpindah tangan
menjadi milik pembeli, dan nilai /uang berpindah tangan
menjadi milik penjual.13
Oleh karena itu, ulama fiqh mengungkapkan
bahwasannya syarat ijab dan qabul sebagai berikut,
1. Orang yang mengucapkan yakni sudah baligh dan berakal,
menurut jumhur ulama, atau telah berakal menurut ulama
hanafiyah di dalam buku Fiqh muamalat, yang disesuaikan
dengan perbedaan mereka dalam syarat-syarat orang yang
melakukan akad yang telah disebutkan diatas.
2. Qabul yang sesuai dengan ijab. Semisal, penjual berkata:
“saya jual pensil ini seharga Rp. 3000,-“, kemudian
pembeli menjawab: “saya beli pensil ini dengan harga
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Rp.3000,-“. Apabila dianatara ijab dan qabul tidak sesuai
maka jual beli yang dilakukan tidak sah.
3. Ijab dan qabul yang dilakukan dalam suatu majelis. Yakni,
diantara kedua belah pihak yang telah melakukan jual beli
hadir dalam perbincangan dengan topik yang sama. Dan
apabila penjual mengatakan ijab, lalu kemudian si pembeli
berdiri sebelum mengucapkan qabul, atau pembeli
melakukan aktifitas lain yang tidak ada kaitannya dengan
masalah jual beli, kemudian mengucapkan qabul, maka
menurut kesepakatan yang dilakukan ulama fiqh, jual beli
tersebut tidaklah sah sekalipun mereka memiliki pendirian
bahwa ijab tidaklah harus dijawab langsung dengan qabul.
Dalam kaitannya hal ini, ulama Hanafiyah dan Malikiyah
mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh saja
diantarai oleh waktu, yang diperkirakan bahwa pihak
pembeli sempat untuk berfikir. Namun, ulama syafi’iyah
dan hanabila memiliki pendapat bahwa jarak antara ijab
dan qabul tidak terlalu lama yang dapat menimbulkan
dugaan bahwa objek pembicaraan telah berubah.
Namun pada saat modernisasi berkembang, wujud ijab dan
qabul tidak lagi diucapkan, namun dilakukan dengan sikap
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menerima dengan mensyaratkan barang dari penjual tanpa
ucapan apapun. Semisal, jual beli yang berlangsung di toko
asatu swalayan. Di dalam fiqh Islam, jual beli seperti ini
disebut dengan ba’I al-mu’athah.
c. Syarat-syarat barang yang diperjual belikan (ma’qud ‘alaih)
syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjual
belikan :
Barangnya harus ada, atau tidak ada ditempat, namun pihak
dari penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan
barang itu. Semisalnya ada sebuah toko karena tidak
memungkinkan untuk memajang barang seluruhnya maka
sebagian yang lain diletakkan pedagang di gudang atau masih
di pabrik, tetapi secara untuk meyakinkan barang tersebut
boleh di hadirkan sesuai dengan persetujuan pembeli dan
penjual.
Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh
karena itu bangkai, khamar, dan darah tidaklah sah menjadi
objek dalam jual beli, dikarenakan dalam pandangan syara’
benda-benda seperti itu tidaklah bermanfaat bagi orang
muslim.
Adalah milik seseorang, barang yang sifatnya belum dimiliki
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
memperjual belikan ikan dilaut atau emas dalam tanah, karena
ikan dan emas ini belum dimiliki oleh penjual.
Di perbolehkan untuk di serahkan saat akad berlangsung atau
pada waktu yang telah disepakati bersama ketika transaksi
berlangsung.
d. Sayarat-syarat nilai tukar atau harga barang
Dimasukkan kedalam unsur terpenting didalam jual beli yakni
adalah nilai tukar dari barang yang dijual yang pada zaman ini
disebut uang. Terkait dalam masalah nilai tukar ini para ulama
fiqh membedakannya dari dua istilah yakni al-tsaman dengan
al-si’r . menurut pendapat mereka, al-tsaman ialah harga pasar
yang berlaku ditengah-tengah masyarakat secara aktual,
sedangkan al-si’r ialah modal barang yang diterima oleh para
pedagang sebelum perjual belikan pada konsumen.
Sedangkan para ulama fiqh sendiri mengemukakan
syarat-syarat at-tsaman :
1. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang
mana harus jelas jumlahnya.
2. Diperbolehkan untuk diserahkan pada saat akad, sekalipun
secara hukum seperti pembayaran dengan cek dan kartu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Apabila jual beli dilakukan dengan saling tukar barang
maka barang yang dijadikan nilai tukar bukanlah barang
yang telah diharamkan oleh syara’, seperti semisalnya babi
dan khamar, karena kedua jenis benda tersebut tidak
bernilai menurut syara’.
Di samping dari syarat-syarat yang berkaitan dengan rukun
jual beli diatas, maka para ulama fiqh juga mengemukakan
syarat-syarat lain yakni:
a. Syarat sah jual beli. Ulama fiqh mengemukakan bahwa jual
beli dianggap sah apabia:
1. Jual beli tersebut terhindar dari suatu kecacatan seperti
dari kriteria barang yang di perjual belikan itu tidaklah
diketahu, baik jenis, kualitas maupun kuantitas, dari
jumlah barang yang jelas, jual beli tersebut
mengandung paksaan, tipuan, mudharat, serta adanya
syarat-syarat lain yang membuat jual beli rusak.
2. Dan apabila barang yang diperjual belikan itu adalah
benda yang bergerak, makabarang tersebut boleh
langsung dikuasai pembeli dan harga barangnya pun
dikuasai oleh penjual.
b. Syarat yang terkait dengan jual beli yakni jual beli baru
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. Semisal,
barang itu di miliki sendiri atau barang yang dijual ialah
bukan milik dari orang lain, ata hak orang lain yang telah
berkaitan dengan barang tersebut. Akad jual beli pun tidak
diperbolehkan dilaksanakan apabila orang yang melakukan
akad tidak memiliki kekuasaan untuk melaksanakan akad.
Misalnya, seorang yang bertindak untuk mewakili orang
lain dalam jual beli, di dalam hal ini, pihak wakil harus
mendapatkan persetujuan terdahulu dari orang yang
diwakilinya. Dan apabila orang yang diwakilinya setuju,
maka barulah hukumnya dianggap sah. Jual beli seperti ini
didalam fiqh disebut dengan ba’i al-fudhuli.
c. Syarat yang terkait dengan kekuatan hukum akad jual beli.
Para ulama fiqh bersepakat bahwa suatu jual beli baru
dikatakan bersifat megikat apabila jual beli itu terbebas
dari segala macam khiyar atau hak pilih untuk meneruskan
atau membatalkan jual beli dan apabila jual beli tersebut
masih mempunyai hak khiyar, maka jual beli tersebut
belum mengikat dan masih diperbolehkan untuk
membatalkan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Antara penjual dan pembeli di dalam melakukan jual beli
hendaknya berprilaku jujur, berterus terang dan mengatakan apa
yang sebenarnya, janganlah berdusta dan sumpah dusta, sebab
sumpah dusta itu menghilangkan keberkahan.
Pedagang yang jujur, benar, dan sesuai dengan ajaran islam dalam
berdagangnya, mereka akan dikumpulkan dengan para nabi,
sahabat, dan orang-orang yang mati syahid pada hari akhir.
Apabila diantara penjual dan pembeli berselisih pendapat di dalam
suatu benda yang sedang di perjual belikan, maka yang dibenarkan
adalah kata-kata di pemilik barang bila diantara keduanya tidaklah
ada saksi dan bukti lainnya.
B. Satndarisasi timbangan di Indonesia
Timbangan yang biasanya disebut Scales didalam Bahasa
inggris, yakni alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran
massa atau berat suatu benda. Timbangan atau neraca termasuk dalam
kategori dalam system mekanik dan juga elektronik atau digital.
Sebuah timbangan dengan sistem pegas mengukur berat dengan
mengukur dari jarak pegas yang terentang akibat beban. Timbangan
dapat digunakan dalam industri dan komersial, dari mulai produk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan
menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib
melalui kerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan.
Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang
ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan berlaku
secara Nasional.14
Tujuan standarisasi secara umum yakni, kemampuan proses,
produk atau jasa untuk memenuhi kegunaan ditetapkan dalam kondisi
spesifik tertentu. setiap proses, produk atau jasa dimaksudkan untuk
dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Standar sendiri berguna untuk
mengidentifikasi parameter optimum bagi kinerja satu proses.
Salah satu manfaat standarisasi yakni mengurangi hambatan
perdagangan. Dalam era globalisasi masyarakat international berusaha
keras untuk mengurangi hambatan perdagangan yang dilakukan oleh
negara tertentu untuk membatasi akses pasar terhadap masuknya
produk dari negara lain.
Persamaan matematis suatu neraca pegas dinyatakan dalam:
k = konstanta pegas
X = defleksi
m = masa
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
g = gravitasi
Neraca atau timbangan dengan bandul pemberat yang seperti
kebanyakan terdapat di pasar ikan atau pun sayuran dengan
menimbang massa. Biasanya menggunakan massa pembanding yang
lebih kecil dengan level tuas yang panjang. Mengikuti hukum tuas
atau persamaan momen.
Standar nasional dirumuskan dengan mempertimbangkan
kepentingan semua pihak terkait di wilayah kedaulatan suatu negara
tertentu dan ditetapkan oleh pihak berwenang yaitu organisasi
standarisasi nasional.15
1. Timbangan pegas (analog)
Timbangan pegas atau timbangan analog banyak
ditemukan di pasar-pasar tradisional yang digunakan oleh para
pedagang untuk mengukur beban seperti ayam, sayuran,
buah-buahan dan ikan. Mengapa timbagan ini dipilih dan dijumpai
di area pasar-pasar traditional? Karena skala pengukuran yang
tidaklah terlalu besar dan sederhana dalam penggunannya,
sehingga cocok untuk digunakan dalam usaha-usaha tersebut.
Pada dasarnya prinsip kerja timbangan pegas yakni kerja tuas
atau pengungkit. Tuas merepresentasikan penekanan beban
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yang jatuh pada titik tumpu menjadi lebih ringan berkali-kali
dari seharusnya.
2. Timbangan elektronik (digital)
Yakni sebuah perangkat alat pengukuran yang
digunakan untuk mengukur berat atau massa suatu benda atau
zat. Timbangan digital sendiri lebih kompak, tahan lama serta
tepat akurat sedari jenis lain yang berskala misalnya
timbangan pegas atau saldo, yang sering aus dan memberikan
pembacaan yang berbeda dari waktu ke waktu. Timbangan
digital sendiri membutuhkan sumber daya seperti batrai atau
listrik dan tidak selalu benar-benar akurat, akan tetapi mereka
biasanya cukup akurat dan konsisten bahkan ketika digunakan
dalam waktu yang lama. Skala digital dapat digunakan untuk
berbagai tujuan di mulai dari pengukuran bahan hingga di
laboratorium.
Ada banyak jenis timbangan digital yang beredar di
pasar. Timbangan digital dikelompokkan beradasarkan
bagaimana timbangan digital digumakan. Timbangan satu tipe
dapat difungsikan untuk kebutuhan lain. Yang paling banyak
yaitu timbangan digital kamar mandi, timbangan digital dapur
atau makanan, timbangan digital pos, timbangan point of
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kehidupan kita lebih mudah. Berbagai macam penemuan dan
ide-ide yang telah di aplikasikan untuk penggunaan praktis
sehari-harinya terbukti menghemat waku dan energi.
Manfaat yang ada yakni timbangan digital tingkat
akurasi lebih tinggi dibandingkan analog. Timbangan digital
sendiri dapat mengukur elemen-elemen yang kecil seperti satu
butir pasir dengan tingkat akurasi yang menakjubkan.
Sementara kebanyakan timbangan analog tidak cukup sensitif
untuk mencatat beban rendah seperti ini. Akurasi tidak
terbatas pada penimbangan yang kecil, timbangan digital juga
lebih akurat untuk menunjukkan berat seluruhnya.
Timbangan mandi digital yakni untuk menghitung
volume badan seseorang. Yang sejajar perubahan timbangan
kamar mandi manual kuno serta manfaat untuk mengetahui
angka yang akurat dari volume tubuh seseorang. Tipe
timbangan kamar mandi karena selalu disimpan dikamar
mandi.
Sedangkan untuk timbangan pos sendiri adalah ukuran
digunakan untuk menimbang volume berat benda-benda
berbentuk kecil, menengah serta biasa disebut pos karena
secara luas dimanfaatkan pada kantor pos untuk mengukur
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
berada dikantor pos tersedia juga di pasar dengan deprogram
cara mengukur upah dari kirim surat yang akan digunakan
untuk ukuran surat-surat tertentu.16
Timbangan bayi digunakan di rumah sakit dan dunia
kedokteran untuk mengukur pertumbuhan bayi secara teratur,
timbangan makanan untuk mengetahui jumlah asupan
makanan serta susunan gizi ari makanan.
Timbangan digital juga dapat mengurangi tingkat
kesalahan yang dilakukan manusia pada saat membaca ukuran
berat. Sementara timbangan analog menggunakan garis-garis
untuk menandai kenaikan berat, timbangan digital selalu
menampilkan digit. maka dari itu apabila anda membaca
sesuatu yang beratnya 5 1/3 pon dan garis-garis pada
timbangan analog hanya mencatat 1/4, jadi kemungkinan besar
apa yang and abaca di timbangan analog tidak 100% akurat.
3. Perbedaan antara timbangan manual dan otomatis (digital)
Timbangan manual yakni jenis timbangan yang bekerja
secara mekanis dengan sistem pegas, biasanya jenis timbangan ini
menggunakan iindicatorberupa jarum sebagai penunjuk ukuran
massa yang telah berskala sedangkan timbangan digital jenis
16 http://www.timbanganindonesia.com/news_and_event/detail/233/timbangan-digital.html,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
timbangan yang bekerja secara elektronik dengan tenaga listrik
atau batrai. Pada umumnya timbangan ini menggunakan arus
lemah dan indikatornya berupa angka digital pada layar kaca.
Untuk timbangan digital ini sangatlah akurat, karena tidak bias di
utak atik sesuai dengan keinginan.
4. Standarisasi timbangan
Didalam timbangan standarisasi biasa dikenal dengan
kalibrasi, yakni proses standar acuan yang mampu menjadi
patokan ke standar nasional ataupun internasional, definisi
kalibrasi sendiri adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan
cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu ke
standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dana
tau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Dengan
menent