• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL PADA TOKO BUNDA DI PASAR SAMPOERNA RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL PADA TOKO BUNDA DI PASAR SAMPOERNA RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI

BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL PADA

TOKO BUNDA DI PASAR SAMPOERNA RUNGKUT INDUSTRI

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh: Ummul Khoiroti NIM: C02212075

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah Dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil dari penelitian lapangan yang berjudul “Analisis

Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Bahan Pokok Dengan Timbangan

Digital Di Pasar Sampoerna Rungkut Industri Surabaya”. Penelitian ini

dilakukan guna menjawab bagaimana praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna Rungkut Industri Surabaya. Bagaimana analisis hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna Rungkut Industri Surabaya.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu yang mendeskripsikan data yang berkaitan dengan fakta tentang praktek jual beli bahan pokok yang telah ditakar dengan timbangan digital sesuai aturan-aturan yang berlaku dalam hukum islam dan sesuai dengan standarisasi timbangan yang berlaku atau SNI.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwasannya kegiatan jual beli yang dilakukan pada toko bunda di pasar sampoerna Rungkut Industri Surabaya hampir sama dengan praktek jual beli lainnya. Hanya saja menggunakan timbangan digital otomatis yang digunakan untuk menakar bahan kue sebagai alat untuk menakar, barang yang dijual adalah bahan-bahan pokok yang telah dikemas dalam takaran yang disesuaikan dan tidak diperlihatkan secara langsung proses melakukan takaran timbangan bahan pokok yang diperjual belikan. Dalam hukum Islam kegiatan praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda tersebut tidak sesuai dengan prinsip jual beli dan aturan-aturan yang berlaku karena kurang transaparan dalam melakukan jual beli yanmana penjual tidak memperlihatkan secara langsung, kegiatan menakar bahan pokok di depan pembeli secara langsung sehingga menjadikan praktek jual beli tersebut diragukan karena Islam mengharuskan kepastian dan kejelasan dalam kegiatan praktek jual beli. Sedangkan menurut UTTP pasal 25 mengenai pengawasan tanda tera mengenai analisis standarisasi timbangan digital pada toko bunda Tidak sesuai dengan standarisasi timbangan yang berlaku karena kalibrasi timbangan tidak pernah disesuaikan atau di stell ulang namun penjual tidak mengetahui bahwasannya dalam perdagangan juga ada aturan-aturan yang berlaku untuk standarisasi ukuran takaran yang disesuaikan dengan standar nasional, sehingga membuat takaran timbangan pada toko bunda tersebut berselisish dengan takaran timbangan yang lainnya dan tidak sesuai SNI.

(7)
(8)

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id   

DAFTAR ISI Halaman

SAMPUL DALAM ………... i

PERNYATAAN KEASLIAN ………. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..……. iii

PENGESAHAN ………... iv

MOTTO ………... v

PERSEMBAHAN ………. vi

ABSTRAK ………... vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……….... x

DAFTAR TRANSLITERASI ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi dan batasan Masalah ……… 7

C. Rumusan Masalah ……… 8

D. Kajian Pustaka ………. 9

E. Tujuan Penelitian ……….12

F. Kegunaan Hasil Penelitian ………...12

G. Definisi Operasional ……….13

H. Metode Penelitian ……….14

I. Sistematika Pembahasan ………...20

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN ……… 21

A. Jual beli (al-ba’i) ……… 21

1. Pengertian jual beli (al-ba’i) ……….... 21

2. Dasar Hukum jual beli (al-ba’i) ……… 22

3. Rukun dan Syarat jual beli (al-ba’i) ………. 25

(9)

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id   

B. Standarisasi timbangan di Indonesia ……….…….. 36 1.

Timbangan manual/pegas ...…...………. 38

2. Timbangan digital/elektronik ………. …. 39

3. Perbedaan timbangan manual dan digital ………. 42

4. Standarisasi timbangan digital ………. 42

BAB III JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL PADA TOKO BUNDA DI PASAR SAMPOERNA RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA .. 46 A. Gambaran umum objek penelitian ……….. 46

1. Letak geografis desa rungkut kidul ……….. 46

2. Keadaan penduduk ……… 49

3. Keadaan sosial pendidikan ………... 51

4. Keadaan sosial agama ……….. 52

5. Profil pasar sampoerna ………. 54

B. Kegiatan praktek jual beli bahan pokok dengan Timbangan digital pada toko bunda dipasar Sampoerna rungkut industri Surabaya ……….. 55

1. Penjual atau pemilik toko ……… 56

2. Dari segi pembeli ………. 58

3. Proses jual beli ………...……….. 59

4. Dari segi bahan-bahan pokok ………... 60

5. Dari segi harga ……….. 60

C. Dari segi ketentuan takaran timbangan ………..…… 60

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL ……….. 62

A. Analisis hukum islam terhadap praktek jual beli

bahan pokok dengan timbangan digital pada toko

(10)

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id   

suraabaya ………..……….……. 62

B. Analisis standarisasi timbangan digital terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut kidul industri Surabaya …... 70

BAB V PENUTUP ……… 74

A. Kesimpulan ………. 74

B. Saran ……… 75

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang manusia hidup dengan banyak perubahan

tidak seperti dahulu lagi. Banyaknya faktor yang melatar belakangi

perubahan atau bergesernya adat kebudayaan. Sering kali manusia

terjerumus pada perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan manusia

menginginkan hal yang lebih.

Dalam kegiatan sehari-hari manusia yang memang makhluk sosial

dituntut untuk bersosialisasi terhadap sesama manusia atau makhluk

hidup. Karena manusia saling membutuhkan satu sama lain sehingga

hadirlah rasa tolong-menolong, yang memperkuat hubungan antara satu

dengan yang lain.

Seperti dalam kegiatan bermuamalah, Muamalah dalam

pengertiannya dapat dilihat dari dua segi bahasa dan istilah. Bila dilihat

dari segi bahasa, Muamalah berarti saling bertindak, saling berbuat, dan

saling mengamalkan. Sedangkan menurut istilah, pengertian Muamalah

dapat diartikan menjadi dua yang pertama Muamalah dalam arti luas dan

arti sempit.

Menurut Al Dimyati di dialam kitab karangan Imam Abi Bakar yang

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ُليِصُحَتلا

يِوَيْ ندلا

ْوُكَيِل

َن

ًابَبَس

َلِل

ِر ِخ

“menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi”.1

Sedangkan Muhammad Yusuf Musa di dalam buku Abdul Madjid

mengatakan bahwa muamalah itu ialah peraturan–peraturan Allah yang

wajib di ikuti dan ditaati dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjaga

kepentingan manusia.2 Adapula yang mendefinisikan jual beli sebagai

sebagai pemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya dengan

bayaran harta.3

Adapaun definisi sebagian ulama yang mengatakan jual beli

adalah kegiatan menukar satu harta dengan harta yang lain dengan cara

khusus merupakan definisi yang bersifat toleran karena menjadikan jual

beli sebagai saling menukar, sebab itu pada dasarnya akad tidaklah harus

saling tukar akan tetapi menjadi bagian konsekuensinya, kecuali jika

dikatakan: “akad yang mempunyai sifat saling tukar menukar artinya

menurut adanya satu pertukaran.

Dasar hukum memperbolehkan jual beli, adapun dalil dari al qur`an

yaitu bahwasannya Allah SWT telah berfirman:

َو َا

َلَح

ُل

َعْيَ بْلا

َو

َرَح

َم

ِّرلا

وَبآ

1 Imam Abi Bakar,I’anat At Thalibin Terjemahan Al Dimyati, (Semarang: Toha putra), 2.

2 Abdul Madjid, Pokok-Poko Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaaan Dalam Islam, (Bandung:

IAIN Sunan Gunung Djati, 1986), 1.

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.(QS. Al-Baqarah ayat: 275)4

Pada hakikatnya, Islam tidak melarang segala bentuk jual beli apapun

selama tidak merugikan salah satu pihak dan selama tidak melanggar

aturan- aturan yang telah ditetapkan dan diserukan agar tetap memelihara

ukhuwah Islamiyah. Bahkan dalam hal pengembangan perekonomian

yang mapan, Islam sangat menganjurkannya. Dalam aturan hukum Islam

manusia telah dilarang memakan harta sesama atau memakan harta yang

diperoleh dengan jalan batil (tidak sah). maksudnya ialah memenuhi

persyaratan–persyaratan, rukun–rukun, dan hal–hal lain yang ada

kaitannya dengan jual beli sehingga bila syarat–syarat dan rukunnya tidak

terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.

Adapun dijelaskan dalam Al-Qur’an:

ََ اوُنَمآ َنيِذَلا اَه يَأ اَي

ْمُكْنِم ضاَرَ ت ْنَع ًةَراَِِ َنوُكَت ْنَأ ََِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت

ۖ

ْمُكَسُفْ نَأ اوُلُ تْقَ ت َََو

ۖ

اًميِحَر ْمُكِب َناَك َََا َنِإ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang Kepadamu.” (QS. An-Nisa’ ayat: 29)5

4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung:Diponegoro,2010),47.

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Selain jual beli yang diperbolehkan ada pula jual beli yang

dilarang dan batal hukumnya adalah, barang yang dihukumi najis oleh

agama, seperti anjing, babi, berhala, bangkai, dan khamar.

Dengan demikian juga kebutuhan manusia yang mencakup

kebutuhan akan sandang, pangan, maupun papan itu adalah termasuk hal

yang wajar dibutuhkan dalam keseharian. Salah satunya adalah kebutuhan

pangan yang mana setiap harinya selalu dibutuhkan oleh manusia pada

umumnya. Maka dengan demikian untuk mmenuhi kebutuhan tersebut

hadirlah sebuah tempat dimana orang-orang dapat memperolehnya,

biasanya disebut dengan pasar. Pasar merupakan salah satu tempat

dimana bertemunya orang-orang dengan setiap harinya melakukan

kegiatan transaksi dan bertemunya antar penjual dengan pembeli. Dalam

hal ini penjual merupakan suatu pemegang transaksi yang dominan.

Dikarenakan kebutuhan masyarakat pada umumnya yang semakin

hari semakin bermacam dan kebutuhan bahan pokok yang berubah-ubah

harga tidak menentu, membuat para pedagang atau penjual cemas akan

tingkat konsumen atau pembeli menurun dan membuat tak lakunya

dagangan mereka atau menghambat pendapatan mereka.

Dengan keadaan yang seperti ini biasanya banyak dimanfaatkan

oleh pedagang-pedagang nakal yang sengaja memutar otak karena takut

pendapatan mereka menurun, sehingga bermunculah ide-ide atau inisiatif

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sedikit mengurangi takaran timbangan pada barang yang mereka

perdagangkan.

Seperti yang dijelaskan dalam hadits bahwasannya tidak boleh ada

unsur penipuan. Dari Abdullah bin Umar :

ْنَع

َِّاِدْبَع

ِنْب

َمُع

َر

َنَا

ًلُجَر

ِِّبَنلِلَرَكَذ

علص

م

ُهَنَا

ُعَدٌَْ

ِف

ِعْوُ يُ بْلا

اَقَ ف

َل

:

اَذِا

َتْعَ ياَب

ْلُقَ ف

ََ

َةَب.

َل

ِخ

Artinya : Diterima dari Abdullah bin Umar ra., bahwasannya “seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah SAW. Bahwa dia ditipu orang dalam hal jual beli. Maka Rasulullah bersabda, “apabila engkau berjual beli, maka katakanlah, “tidak boleh ada tipuan.” 6\

Seperti halnya yang dilakukan oleh pedagang pada Toko Bunda di

Pasar Sampoerna Rungkut Industri Surabaya, pada toko tersebut

menyediakan berbagai kebutuhan pokok. seperti beras, gula, minyak,

telor, hingga bumbu dapur. Dimana yang setiap harinya toko tersebut

melakukan transaksi jual beli, setiap pembeli yang membeli telur sudah

dalam takaran dari yang 1/4kg, 1/2kg, hingga 1kg. begitu juga dengan

tepung, gula, minyak goreng. Penjual pada toko tersebut menimbang

barang dengan timbangan digital kecuali ketika menjual beras

menggunakan timbangan manual. Tetapi apabila pembeli membeli selalu

sudah dipersiapkan dalam takaran 1/4, 1/2, 1 kg. Namun ketika pembeli

membawa pulang barang yang telah dibeli dan menakarnya dirumah

dengan timbangan yang sama yakni digital, ada suatu keanehan yaitu

6

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

takaran selalu berkurang dan kekurangan tersebut tidaklah sedikit. yang

seharusnya takaran timbangan apabila :

1kg = 1000gram

1/2kg = 500gram

1/4kg = 250gram

Bila menggunakan timbangan digital dimana penjual hanya

membebani 900gram untuk 1kg dan terkadang beban tersebut tidak

menentu dan selalu berkurang, Sehingga secara tidak langsung merugikan

pembeli dan menipu para konsumen yang telah mempercayainya.

Didalam undang-undang No.2 tahun 1981 bahwasannya

pengaturan untuk penyeragaman sistem satuan dalam ukuran, takaran,

timbangan dan perlengkapannya dengan menggunakan satuan Sistem

Internasional (SI) yang juga disebut sistem metric modern. Setiap

ukuran satuan yang berlaku sah harus berdasarkan decimal dengan

menggunakan satuan-satuan SI. Pasal 3 :

(1) a. satuan dasar berdasarkan panjang adalah meter;

b. satuan dasar besaran massa adalah kilogram;

c. satuan dasar besaran waktu adalah sekon;

d. satuan dasar besaran arus listrik adalah sekon;

e. satuan dasar besaran suhu termodinamika adalah kelvin;

f. satuan dasar besaran kuat cahaya adalah candela;

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(2) Definisi berlaku bagi satuan dasar seperti tersebut pada ayat (1)

pasal ini adalah definisi terbaru yang ditetapkan oleh konperensi

umum untuk ukuran timbangan.7

Aturan-aturan timbangan juga dijelaskan didalam

undang-undang No.2 tahun 1981 didalam pasal 26 ayat (3): dilarang pada

tempat-tampat seperti tersebut dalam pasal 25 undang-undang ini

memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang, dan

perlengkapannya untuk mengukur, menukar, dan menimbang atau

menentukan ukuran kurang dari pada batas terendah yang ditentukan

berdasarkan keputusan mentri; 8

Dilihat dari segi ketentuan takaran timbangan yang dilakukan

oleh penjual pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri

Surabaya. Setiap kali dilakukan transaksi jual beli pada toko tersebut

penjual sudah menyediakan bereapa takaran yang biasa diminta oleh

penjual. Semisal, gula 1 kg dan gula 1/2 kg. Tepung terigu dari berat

1/4 kg, 1/2 kg, hingga 1 kg. Telur 1/4 kg, 1/2 kg, hingga 1 kg.

sehingga sudah tersedia tanpa adanya proses penimbangan secara

langsung dihadapan pembeli. Namun penjual tersebut menggunakan

alat ukur timbangan otomatis atau digital kecil yang biasa digunakan

untuk menimbang takaran bahan-bahan kue.

7

Undang-undang No.2 tahun 1981

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Identifikasi Dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Proses terjadinya praktek jual beli

2. Praktek jual beli bahan pokok

3. Cara penggunaan timbangan digital

4. Rukun dan syarat jual beli bahan pokok dengan timbangan digital

5. Analisis hukum Islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan

Timbangan Digital Pada Toko Bunda diPasar Sampoerna diPasar

Sampoerna Rungkut Industri Surabaya.

Agar pokok permasalahan diatas lebih terarah, maka yang perlu

dikaji dan menetapkan batasan-batasan pada :

1. Praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital pada toko

bunda di pasar sampoerna rungkut industri surabaya

2. Analisis hukum Islam terhadap jual beli bahan pokok dengan

timbangan digital pada toko bunda dipasar sampoerna rungkut

industri surabaya

Melihat terlalu luasnya permbahasan jual beli tersebut, penulis

membatasi pembahasan dan dapat ditarik kesimpulan:

Analisi Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Bahan Pokok

dengan Timbangan Digital pada Toko Bunda di Pasar Sampoerna

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Rumusan Masalah

Dalam rangka mempermudah pembahasan dalam penelitian

berdasarkan paparan latar belakang, indentifikasi dan batasan masalah di

atas maka peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan

digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri

Surabaya?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli bahan

pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna

rungkut industri Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti

sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak

merupakan pengulagan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah

ada.9

1. Skripsi yang ditulis oleh Ali Sofyan yang berjudul “tinjauan hukum

islam terhadap penjualan bensin eceran di jalan Timoho Yogyakarta”

skripsi ini menjelaskan tentang timbangan dan takaran pengukuran

barang dalam perdagangan yakni penjualan bensin eceran yang

mengurangi takarannya,. Yang mana takaran ecerannya ada yang

kurang kelihatan banyak. Penjualan bensin eceran biasanya dilakukan

9

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dengan menggunakan botol ukuran satu liter ataupun dua liter, yang

mana para penjual bensin eceran sebelumnya membeli bensin di

SPBU sebelum dijual ke konsumen. Dari keterangan tersebut timbul

pokok permasalahan, bagaimana tinjauan hukum islam terhadap

praktek jual beli bensin eceran literan yang kurang dari satu liter. Dari

analisis permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hal alat

yang digunakan sebagai wadah bensin eceran, menurut ‘urf yaitu

mengunakan istilah literan bukan botolan sehingga ukurannya harus

penuh satu liter. Dapat disimpulkan bahwasannya praktek jual beli

bensin eceran tersebut tidak dibenarkan dalam kaidah hukum islam

karena hal tersebut bertentangan dengan asas-asas keabsahan suatu

akad atau transaksi, sehingga hukumnya tidak diperbolehkan karena

mengandung unsur penipuan (gharar).10

2. Skripsi yang ditulis oleh Sapran Djaleha yang berjudul “tinjauan

hukum islam terhadap praktek jual beli bahan-bahan pokok di

beberapa toko/keda di sidoarjo” skripsi ini menjelaskan tentang

bagaimana praktek jual beli di beberapa toko atau kedai di sidoarjo

karena menurut peneliti ini banyak yang tidak sesuai dengan

aturan-aturan atau etika jual beli dalam islam. Sehingga peneliti

10Ali Sofyan, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penjualan Bensin Eceran Di Jalan Timoho

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

menyimpukan bahwasannya beberapa toko/keda yang ada di sidoarjo

tidak memenuhi etika jual beli yang telah diatur dalam hukum islam.11

3. Skripsi yang ditulis Asmianiyati yang berjudul “penimbangan hasil

pertanian di pasar agropolitan jagalan banjaroyo kalibawang kulon

progo dalam prespektif hukum islam” skripsi ini menjelaskan tentang

pasar agropolitan jagalan yang termasuk pusat transaksi jual beli yang

dilakukan antara petani yang menjual hasil pertanian mereka dengan

tengkulak di sekitar kalibawang dan sebagian magelang. Jual beli

yang terjadi disana terdapat pemotongan yang dilakukan oleh

tengkulak sebesar 10%. Yang artinya jika petani menjual hasil

panennya sebesar 10 kg, maka oleh tengkulak itu hasil panennya akan

dihargai sebesar 9kg, dan yang menjual sebesar 20kg juga hanya akan

dihargai sebesar 18kg, begitu seterusnya. Meskipun pemotongan ini

bias diterima dan sudah menjadi kebiasaan. Menjadi hal wajar

dikalangan masyarakat disana, denganmelihat syarat, rukun serta cara

penyampaiannya sudah terpenuhi, sudah ada kerelaan antara dua belah

pihak, dan alasan pemotongan ini juga bias diterima oleh kedua belah

pihak, maka menurut prespektif islam hukumnya adalah sah.12

11

Sapran Djahela, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Bahan-bahan Pokok di Beberapa Toko/Keda di Sidoarjo”, (Skripsi- -IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 1991)

12

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Bahwasanya permasalahan yang peneliti temui hanyalah

sebatas pengurangan takaran namun disini letak perbedaan dengan

permasalahan yang peneliti angkat ialah penggunaan takarannya

yakni menggunakan timbangan digital dan untuk penggunaan

timbangan digital seperti yang dilakukan oleh penjual pada toko

bunda di pasar sampoerna rungkut industri Surabaya belum ada.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka penelitian ini meiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan

digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri surabaya.

2. Untuk mengeahui analisis hukum islam terhadap praktek jual beli

bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di pasar

sampoerna rungkut industri surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian, diharapkan dapat bermanfaat dan keguanaan

yang bisa dicapai yakni:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini digunakan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan mengenai praktek jual beli bahan pokok dengan

timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut

industri Surabaya.

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hasil penelitian ini digunakan sebagai refrensi serta

memberikan penjelasan kepada masyarakat luas tentang analisis

hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok pada toko bunda

di pasar sampoerna rungkut industri Surabaya.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman presepsi dan lahirnya

multi-interpretasi terhadap judul proposal ini, maka sangat penting bagi

penulis untuk menjabarkan tentang maksud dari istilah-istilah yang

berkenaan dengan judul di atas, yakni sebagai berikut:

1. Hukum Islam

Hukum islam sendiri dijelaskan dalam muamalat, yaitu

hukum yang mengatur hubungan antara satu individu dengan

individu lain atau individu dengan negara islam, atau hubungan

antara negara Islam dengan negara-negara yang lain.13 Dapat

disimpulkan bahwa tinjauan hukum Islam “pandangan hukum

Islam yang mengatur hubungan antara individu, negara Islam

lainnya.

2. Jual Beli bahan pokok

Menurut istilah yang dimaksud dengan jual beli adalah

menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan

melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar

saling merelakan. Dari intinya dapat di pahami bahwa jual beli

13

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

adalah suatu perjanjian tukar – menukar benda atau barang yang

mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak.

Jual beli bahan pokok kegiatan tukar menukar uang dengan

benda yang berupa kebutuhan pokok yakni gula, telur, tepung, dll.

atas dasar rasa suka sama suka dan rela sama rela untuk

mendapatkan benda yang diinginkan.

3. Timbangan digital

Adalah suatu alat yang digunakan untuk mentakar beban

dan ditimbang sesuai berat yang di inginkan, terhadap kebutuhan

pokok yang akan dibeli.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field

research). Oleh karena itu, data yang dikumpulkan merupakan data yang

diperoleh dari lapangan sebagai obyek penelitian kualitatif. Agar

penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan benar, maka penulis

memandang perlu untuk mengemukakan metode penulisan skripsi ini

yaitu sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan

Dengan melihat persoalan diatas maka data yang akan digali

meliputi:

a. Data yang berkaitan dengan praktek jual beli bahan pokok

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Data tentang analisis Hukum Islam mengenai jual beli

bahan pokok dengan timbangan digital.

2. Sumber Data

Berdasarkan data yang akan dihimpun diatas, maka

yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer

Sumber data primer disni adalah sumber data yang

diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Dalam

penelitian ini sumber data primer adalah:

1. Pemilik Toko Bunda

2. Pembeli yang berjumlahkan 15 orang sebagai

konsumen Toko Bunda

b. Sumber data sekunder

Data ini bersumber dari buku-buku ,

catatan-catatan dokumen tentang apa saja yang berhubungan

dengan masalah kegiatan jual beli bahan pokok dengan

timbangan digital, antara lain:

1) Fiqh Muamat (Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam),

Abdul Aziz Muhammad Azzam.

2) Fiqh Muamalah, Hendi Suhendi.

3) Fiqh Islam, Wahbah Az-zuhaili.

4) Fiqh Muamalah, Nasroen Haroen.

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6) Asas-asas Muamalat, Ahmad Azhar Basyir.

7) Fiqh Ekonomi Syariah, DR. Mardani.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penilitian

adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standart data yang ditetapkan. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Metode observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengumpulan data dengan

menggunakan atau menggandakan pengamatan atau

pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang

diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung.14

Yakni dengan cara mengamati keadaan toko tersebut

setiap harinya hingga beberapa hari dan memahami

kegiatan setiap hari yang dilakukan di toko tersebut dan

bertanya kepada pihak-pihak yang mengetahui toko

tersebut.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua

14

(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi-informasi atau keterangan. apabila

wawancara bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau

untuk keperluan informasi maka individu yang menjadi

sasaran wawancara adalah informan. Pada wawancara ini

yang terpenting adalah memilih orang-orang yang tepat

dan memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang ingin kita

ketahui.

Dengan cara mewawancarai pemilik toko dan

pembeli yang membeli pada toko tersebut dan pihak yang

mengetahui toko tersebut.

c. Dokumen

Dokumen merupakan salah satu sumber untuk

memperoleh data dari buku dan bahan mengenai penelitian

yang pernah dilakukan. Dokumen ini adalah salah satu cara

pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian

sosial. Pengumpulan data tersebut dilakukan guna

memperoleh sumber data primer dan sekunder, baik dari

kitab-kitab, buku-buku, maupun dokumen lain yang

berkaitan dengan kebutuhan penelitian.

Teknik pengumpulan data yang diambil dari

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

yang berbentuk dokumentasi.15 Pengambilan data dalam

penelitian ini diperoleh dengan melalui wawancara dengan

pemilik toko bunda.

4. Teknik Pengolaan Data

Tahapan-tahapan dalam pengelolaan data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk

tujuan penelitian.16

2. Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan

ketepatan data tersebut.17

3. Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan dan memeriksa

Data yang relevan dengan data tema penelitian agar lebih

fungsional.18

5. Teknik Analisis Data

Dalam rangka mempermudah dalam menganalisa data,

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan selanjutya akan

dibahas yang kemudian dilakukan analisis secara kualitatif,

yaitu dengan menghasilkan data deskriptif.

Deskriptif yaitu menggambarkan/menguraikan sesuatu

hal menurut apa adanya yang sesuai dengan kenyataannya.19

15

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kenana, 2011), 141.

16

Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89.

17

Ibid., 97

18

(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dengan mengumpulkan data tentang praktek jual beli

bahan pokok dengan timbangan digital pada toko bunda di

pasar sampoerna rungkut industri surabaya di sertai analisa

untuk diambil kesimpulan.

Pola pikir yang dipakai adalah induktif yaitu

merupakan metode yang digunakan untuk mengemukakan

hasil kenyataan yang ada di toko bunda pasar sampoerna

rungkut industri Surabaya.

I. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar mempermudah

pembahasan dalam penelitian ini, sistematika pembahasannya sebagai

berikut:

Bab pertama ialah pendahuluan berisi tentang pokok-pokok

pikiran atau landasan permasalahan yang melatarbelakangi penulisan

proposal ini, sehingga memunculkan gambaran isi tulisan yang terkumpul

dalam konteks penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

Rumusan masalah, kajian pustaka,tujuan penelitian, kegunaan hasil

penelitian, defenisi operasional, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua adalah merupakan landasan teori tentang jual beli

menurut hukum Islam dan standart penggunaan timbangan digital di

Indonesia,bab ini memuat penjelasan tentang pengertian jual beli, dasar

19

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

hukum jual beli, hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli,

bentuk-bentuk jual beli yang dilarang, hikmah yang terdapat didalam jual beli,

dan standart penggunaan timbangan digital di Indonesia.

Bab ketiga berisikan tentang deskripsi lokasi penelitian, praktek

jual bahan pokok dengan timbangan digital dan pengertian jual beli bahan

pokok dengan timbangan digital itu sendiri yang terjadi di toko bunda

pasar sampoerna rungkut industri Surabaya. Bab ini memuat tentang

bagaimana gambaran desa rungkut kidul, keadaan penduduk, dan profil

pasar sampoerna. Serta bagaimana terjadinya praktek jual beli pada pasar

toko bunda.

Bab keempat adalah berisikan tentang analisis hukum islam dan

standar timbangan digital terhadap jual beli bahan pokok dengan

timbangan digital pada toko bunda di pasar sampoerna rungkut industri

surabaya.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan tentang

kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dan di lengkapi dengan

saran–saran. Selain itu bab terakhir ini dilengkapi dengan daftar pustaka

(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI

TIMBANGAN

A. Jual Beli (al-ba’i)

1. Pengertian Jual Beli (al-ba’i)

Jual beli (al-ba’i) atau bisa disebut dengan perdagangan,

dalam etimologi berarti menjual atau mengganti. Dan menurut

Bahasa ialah memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad

saling mengganti. Adapun menurut Malikiyah, Syafi’iyah, dan

Hanabilah dalam buku Dr. Mardani yang berjudul Fiqh Ekonomi

Syariah, bahwa jual beli (al-ba’i) yaitu tukar menukar harta

dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan

kepemilikan.1 Demikian juga menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah, ba’i adalah jual beliantara benda, atau

pertukaran antar benda dan uang. Adapun definisi sebagian ulama

yang mengatakan jual beli adalah kegiatan menukar suatu harta

dengan harta yang lain dengan cara khusus merupakan definisi

yang bersifat toleran karena menjadikan jual beli sebagai saling

menukar, sebab itu pada dasarnya akad tidaklah harus saling tukar

akan tetapi menjadi bagian konsekuensinya, kecuali jika

1

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dikatakan: “akad yang mempunyai sifat saling tukar menukar

artinya menurut adanya satu pertukaran.

Sayyid Sabiq didalam buku Fiqh Muamalat karangan Prof.

Dr. H. Abdul Rahman Ghazaly,M.A. mendefinisikan dengan:

َداَبُم

ُةَل

اَم

ل

لاَِِ

َلَع

ِلْيِبَس

،يِضاَرَ تلا

ْوَا

ُلْقَ ن

كْلِم

ضَوِعِب

ىَلَع

ِهْجَوْلا

ِنْوُذْءاَمْلا

ِهْيِف

.

“Jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan”, atau, “memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan”.2

Dari definisi diatas, maka jual beli (al-ba’i) adalah

tukar-menukar barang. Yang mana dalam hal ini telah dipraktekan oleh

masyarakat sejak pada primitif yakni ketika uang belumlah

digunakan sebagai alat tukar-menukar barang, yaitu dengan

system barter yang didalam fiqh disebut dengan ba’i

al-muqayyadah. Meskipun pada saat ini jual beli menggunakan

system barter telah ditinggalkan dan berganti dengan system mata

uang, namun terkadang esensi jual beli seperti itu masih berlaku.

2. Dasar Hukum Jual Beli (al-ba’i)

Pada hakikatnya, Islam tidak melarang segala bentuk jual

beli apapun selama tidak merugikan salah satu pihak dan selama

tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan dan

2

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

diserukan agar tetap memelihara ukhwah Islamiyah. Jual beli

sebagai sarana tolong-menolong antara sesame umat manusia juga

mempunyai landasan yang sangat kuat.

a. Al-Qur’an

Adapun dasar hukum memperbolehkan jual beli, didalam

Al-Qur’an yakni:

َو َا

َلَح

ُل

َعْيَ بْلا

َو

َرَح

َم

ِّرلا

آوَب

Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah ayat: 275)3

َسْيَل

ْمُكْيَلَع

ٌحاَنُج

ْنَأ

اْوُغَ تْبَ ت

ًلْضَف

ْنِم

ْمُكِّبَر

Artinya : Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. (QS. Al-Baqarah ayat: 198)4

َاَي

َنْيِذْلااَه ي

َمَا

اْوُ ن

ْأَتََ

اْوُلُك

اَوْمَا

ْمُكَل

ْمُكَنْ يَ ب

ِلِطاَبْلاِب

ْنَاََِا

َنْوُكَت

ْنَعًةَراَِِ

َ ت

ضاَر

ْمُكْنِم

َََو

ْوُلُ تْقَ ت

ْمُكَسُفْ نَاا

َنِا

َل

َنَاك

مُكِب

ًاميِحَر

Artinya : wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah maha penyayang kepadamu.(Qs. An Nisa’ ayat:29)5

b. Assunnah

3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2010),47.

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Yakni segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad

SAW dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan penetapan yang

baik menurut hukum syar’i.

Dasar hukum jual beli yang berdasarkan Sunnah Rasulullah

adalah:

اَََِإ

ُعْيَ بْلا

ْنَع

ضاَرَ ت

.

Artinya : “sesungguhnya jual beli itu atas prinsip saling rela.”6

ْنَع

ِنْبَةَعاَفِر

عِفاَر

َيِضَر

ُل

ُهْنَع

َنَأ

َِبَنلا

لَص

َي

ُل

ِهْيَلَع

َمَلَسَو

ُس

َلِئ

:

يَأ

ِبْسَكْلا

؟ُبَيْطَأ

َلاَق

:

ُلَمَع

ِلُجَرلا

،ِِدَيِب

لُكَو

عْيَ ب

روُرْ بَم

.

ُاَوَر

اَزَ بْلا

ُر

ُهَحَحَصَو

ُمِكاَْْا

Artinya : Dari Rifa’ah bin Rafi’ Radiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya, “pekerjaan apakah yang baik?” beliau bersabda “ pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar, dan dihahihkan oleh Al-hakim)7

ْنَع

ِلِدْبَع

ِنْب

َرَمُع

َنَا

ًلُجَر

َذ

َرَك

ِِّبَنلِل

معلص

ُهَنَا

ُعَدََْ

ِِ

ِعْوُ يُ بْلا

اَقَ ف

َل

:

اَذِا

اَب

َتْعَ ي

ْلُقَ ف

ََ

َلِخ

َةَب.

Artinya: Diterima dari Abdullah bin umar ra., berkata, “seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah SAW. Bahawa dia ditipu orang dalam hal jual beli. Maka beliau bersabda, “Apabila engkau berjual beli, maka katakanlah,”tidak boleh ada tipuan.” 8

6

Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, subulussalam syarah Bulughul Marram jilid 2, (Jakarta Timur: Darussunah Press,2007), 306.

7 Ibid., 308.

(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ْنَع

ِبَا

ِلاَس

َلاَق

:

ُتْيَاَر

ذَلا

َنْي

َنْوُرَ تْشَي

َماَعَطلا

ًتَفَزاَُُ

َرْضُي

َنْوُ ب

يَلَع

ِدْهَع

ِلْوُسَر

ِل

معلص

ْنَا

ُْوُعْ يِبَي

ََّح

ْؤُ ي

ُُرَو

َلِا

اَحِر

ْمِِا

.

Artinya : diterima dari Ibnu Umar ra. Mengatakan, “pada masa Rasulullah SAW, saya melihat orang-orang yang meperjual belikan makanan dengan kira-kira tanpa ditimbang atau digantang, mereka dipukul, karena menjualnya hingga mereka pindahkan ke tempat mereka.”9

ِنَع

ِنْبا

اَبَع

س

َنَا

َلْوُسَر

ِل

معلص

ىَهَ ن

ْنَا

َعْيِبَي

ُلُجَرلا

اَعَط

اًم

ََّح

ْوَ تْسَي

ُهَيِف

َلْيِق

ِنْبَِ

اَبَع

س

َفْيَك

َكاَذ

َلاَق

َكاَذ

اَرَد

ُمِ

اَرَدِب

َمِ

ُماَعَطلاَو

ٌأَجْرُم

Artinya : Dari Ibnu Abbas ra. Mengatakan, “sesungguhnya Rasulullah SAW, melarang orang menjual makanan hingga disempurnakannya, (jual beli itu).” Orang bertanya kepada Abbas, “kenapa demikian?” jawabnya, “dirham dengan dirham dan makanan dibelakang.”10

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli sendiri memiliki rukun dan syarat dimana rukun

dan syarat tersebut harus terpenuhi, dalam akad sehingga jual beli

tersebut dapat dinyatakan sah oleh syara’. Didalam menentukan

rukun jual beli itu sendiri juga terdapat perbedaan pendapat antar

ulama.

Menurut pendapat ulama Hanafiyah rukun jual beli

hanyalah ada satu, yakni ijab adalah ungkapan membeli dari

pembeli dan qabul adalah ungkapan menjual dari si penjual. Dari

9

Ibid., 444.

10

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

penjelasan tersebut bahwasannya yang menjadikan rukun dalm

suatu jual beli yaitu hanyalah kerelaan atau ridha taradhi dari

kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.

Namnu dalam kompilasi Hukum Ekonomi Syariah terdapat

unsur jual beli yakni, adanya pihak-pihak yang terlibat dalam

perjanjian jual beli yang terdiri dari penjual dan pembeli:

- dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

- Kemudian objek jual beli terdiri atas benda yang dalam keadaan

berwujud dan benda yang tidak berwujud, yang bergerak

maupun yang tidak bergerak, dan begitupun yang terdaftar

ataupun yang tidak terdaftar. Syarat objek yang diperjual

belikan adalah, barang yang dijual belikan ada, barang yang

diperjual belikan harus diserahkan, barang yang diperjual belikan

harus memiliki nilai atau harga tertentu, barang yang diperjual

belikan harus halal, barang yang diperjual belikan harus

diketahui oleh pembeli.

- Kesepakatan, dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan isyarat.

Ketiganya memiliki makna hukum yang sama.

Menurut ulama hanafiyah juga bahwasannya orang yang berakad,

barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk dalam

(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Namun jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli

itu ada empat,11 yaitu:

- Oarng yang berakad atau al-muta@’@aqidain yakni penjual dan

pembeli

- Si@ghat yaitu lafal i@jab dan qabu@l

- Adanya barang yang dibeli

- Ada nilai tukar pengganti barang

Namun dalam kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

terdapat unsur jual beli yakni, adanya pihak-pihak yang

terlibat dalam perjanjian jual beli yang terdiri dari penjual,

pembeli dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

Kemudian objek jual beli terdiri atas benda yang dalam

keadaan berwujud dan benda yang tidak berwujud, yang

bergerak maupun yang tidak bergerak, dan begitupun yang

terdaftar ataupun yang tidak terdaftar.

Syarat objek yang diperjual belikan harus diserahkan,

barang yang diperjual belikan harus memiliki nilai atau harga

tertentu barang yang diperjual belikan harus halal, barang yang

diperjual belikan harus diketahui oleh pembeli.

11

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

- kesepakatan, dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan isyarat.

Ketiganya memiliki makna hukum yang sama.

Menurut ulama hanafiyah juga bahwasannya orang yang

berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk

dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.

Adapula syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang

dikemukakan jumhur ulama diatas sebagai berikut:12

a. Syarat-syarat orang yang berakad.

Para ulama fiqh bersepakat bahwa orang yang melakukan akad

jual beli itu harus memenuhi syarat:

1. Berakal, oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil

yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.

Adapun anak kecil yang telah mumayiz, menurut ulama

hanfiyah, apabila akad yang dilakukannya membawa

keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hibah, wasiat,

dan sedekah, maka akadnya sah. Sebaliknya, apabila akad

itu membawa kerugian bagi dirinya, seperti meminjamkan

hartanya kepada orang lain, mewakafkan, atau

menghibahkannya, maka tindakan hukumnya tidak boleh

dilaksanakan. Apabila transaksi yang dilakukan anak kecil

12

(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

yang telah mumayiz mengandung manfaat dan mudarat

sekaligus, seperti jual beli, sewa menyewa, dan

perserikatan dagang, maka transaksi ini hukumnya sah jika

walinya mengizinkan. Dalam kaitan ini, wali anak kecil

yang telah mumayiz ini benar-benar mempertimbangkan

kemaslahatan anak kecil itu.

Jumhur ulama perpendirian bahwa orang yang melakukan

akad jual beli itu harus telah baligh dan berakal. Apabila

orang yang berakad itu masih mumayiz, maka jual belinya

tidak sah, sekalipun mendapat izin dari walinya.

2. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.

Artinya seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang

bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.

Misalnya, Rahman menjual sekaligus membeli barangnya

sendiri, maka jual belinya tidak sah.

b. Syarat-syarat yang terkait dengan ijab dan qabul.

Para ulama fiqh bersepakat bahwa unsur utama dari jual beli

ialah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak

dapat dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Menurut

mereka ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dalam

transaksi -transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak,

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

transaksi yang sifatnya mengikat salah satu pihak, seperti

wasiat, hibah dan wakaf, tidak perlu qabul, karena akad seperti

ini cukup dengan ijab saja. Bahkan, menurut Ibn Taimiyah

(ulama fiqh hanbali) dalam buku yang berjudul Fiqh

Muamalat, ijab pun tidak diperlukan dalam masalah wakaf.

Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam akad jual

beli maka pemilikan barang atauuang telah berpindah tangan

dari pemilikik semula. Barag yang dibeli berpindah tangan

menjadi milik pembeli, dan nilai /uang berpindah tangan

menjadi milik penjual.13

Oleh karena itu, ulama fiqh mengungkapkan

bahwasannya syarat ijab dan qabul sebagai berikut,

1. Orang yang mengucapkan yakni sudah baligh dan berakal,

menurut jumhur ulama, atau telah berakal menurut ulama

hanafiyah di dalam buku Fiqh muamalat, yang disesuaikan

dengan perbedaan mereka dalam syarat-syarat orang yang

melakukan akad yang telah disebutkan diatas.

2. Qabul yang sesuai dengan ijab. Semisal, penjual berkata:

“saya jual pensil ini seharga Rp. 3000,-“, kemudian

pembeli menjawab: “saya beli pensil ini dengan harga

13

(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Rp.3000,-“. Apabila dianatara ijab dan qabul tidak sesuai

maka jual beli yang dilakukan tidak sah.

3. Ijab dan qabul yang dilakukan dalam suatu majelis. Yakni,

diantara kedua belah pihak yang telah melakukan jual beli

hadir dalam perbincangan dengan topik yang sama. Dan

apabila penjual mengatakan ijab, lalu kemudian si pembeli

berdiri sebelum mengucapkan qabul, atau pembeli

melakukan aktifitas lain yang tidak ada kaitannya dengan

masalah jual beli, kemudian mengucapkan qabul, maka

menurut kesepakatan yang dilakukan ulama fiqh, jual beli

tersebut tidaklah sah sekalipun mereka memiliki pendirian

bahwa ijab tidaklah harus dijawab langsung dengan qabul.

Dalam kaitannya hal ini, ulama Hanafiyah dan Malikiyah

mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh saja

diantarai oleh waktu, yang diperkirakan bahwa pihak

pembeli sempat untuk berfikir. Namun, ulama syafi’iyah

dan hanabila memiliki pendapat bahwa jarak antara ijab

dan qabul tidak terlalu lama yang dapat menimbulkan

dugaan bahwa objek pembicaraan telah berubah.

Namun pada saat modernisasi berkembang, wujud ijab dan

qabul tidak lagi diucapkan, namun dilakukan dengan sikap

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

menerima dengan mensyaratkan barang dari penjual tanpa

ucapan apapun. Semisal, jual beli yang berlangsung di toko

asatu swalayan. Di dalam fiqh Islam, jual beli seperti ini

disebut dengan ba’I al-mu’athah.

c. Syarat-syarat barang yang diperjual belikan (ma’qud ‘alaih)

syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjual

belikan :

Barangnya harus ada, atau tidak ada ditempat, namun pihak

dari penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan

barang itu. Semisalnya ada sebuah toko karena tidak

memungkinkan untuk memajang barang seluruhnya maka

sebagian yang lain diletakkan pedagang di gudang atau masih

di pabrik, tetapi secara untuk meyakinkan barang tersebut

boleh di hadirkan sesuai dengan persetujuan pembeli dan

penjual.

Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh

karena itu bangkai, khamar, dan darah tidaklah sah menjadi

objek dalam jual beli, dikarenakan dalam pandangan syara’

benda-benda seperti itu tidaklah bermanfaat bagi orang

muslim.

Adalah milik seseorang, barang yang sifatnya belum dimiliki

(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

memperjual belikan ikan dilaut atau emas dalam tanah, karena

ikan dan emas ini belum dimiliki oleh penjual.

Di perbolehkan untuk di serahkan saat akad berlangsung atau

pada waktu yang telah disepakati bersama ketika transaksi

berlangsung.

d. Sayarat-syarat nilai tukar atau harga barang

Dimasukkan kedalam unsur terpenting didalam jual beli yakni

adalah nilai tukar dari barang yang dijual yang pada zaman ini

disebut uang. Terkait dalam masalah nilai tukar ini para ulama

fiqh membedakannya dari dua istilah yakni al-tsaman dengan

al-si’r . menurut pendapat mereka, al-tsaman ialah harga pasar

yang berlaku ditengah-tengah masyarakat secara aktual,

sedangkan al-si’r ialah modal barang yang diterima oleh para

pedagang sebelum perjual belikan pada konsumen.

Sedangkan para ulama fiqh sendiri mengemukakan

syarat-syarat at-tsaman :

1. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang

mana harus jelas jumlahnya.

2. Diperbolehkan untuk diserahkan pada saat akad, sekalipun

secara hukum seperti pembayaran dengan cek dan kartu

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Apabila jual beli dilakukan dengan saling tukar barang

maka barang yang dijadikan nilai tukar bukanlah barang

yang telah diharamkan oleh syara’, seperti semisalnya babi

dan khamar, karena kedua jenis benda tersebut tidak

bernilai menurut syara’.

Di samping dari syarat-syarat yang berkaitan dengan rukun

jual beli diatas, maka para ulama fiqh juga mengemukakan

syarat-syarat lain yakni:

a. Syarat sah jual beli. Ulama fiqh mengemukakan bahwa jual

beli dianggap sah apabia:

1. Jual beli tersebut terhindar dari suatu kecacatan seperti

dari kriteria barang yang di perjual belikan itu tidaklah

diketahu, baik jenis, kualitas maupun kuantitas, dari

jumlah barang yang jelas, jual beli tersebut

mengandung paksaan, tipuan, mudharat, serta adanya

syarat-syarat lain yang membuat jual beli rusak.

2. Dan apabila barang yang diperjual belikan itu adalah

benda yang bergerak, makabarang tersebut boleh

langsung dikuasai pembeli dan harga barangnya pun

dikuasai oleh penjual.

b. Syarat yang terkait dengan jual beli yakni jual beli baru

(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. Semisal,

barang itu di miliki sendiri atau barang yang dijual ialah

bukan milik dari orang lain, ata hak orang lain yang telah

berkaitan dengan barang tersebut. Akad jual beli pun tidak

diperbolehkan dilaksanakan apabila orang yang melakukan

akad tidak memiliki kekuasaan untuk melaksanakan akad.

Misalnya, seorang yang bertindak untuk mewakili orang

lain dalam jual beli, di dalam hal ini, pihak wakil harus

mendapatkan persetujuan terdahulu dari orang yang

diwakilinya. Dan apabila orang yang diwakilinya setuju,

maka barulah hukumnya dianggap sah. Jual beli seperti ini

didalam fiqh disebut dengan ba’i al-fudhuli.

c. Syarat yang terkait dengan kekuatan hukum akad jual beli.

Para ulama fiqh bersepakat bahwa suatu jual beli baru

dikatakan bersifat megikat apabila jual beli itu terbebas

dari segala macam khiyar atau hak pilih untuk meneruskan

atau membatalkan jual beli dan apabila jual beli tersebut

masih mempunyai hak khiyar, maka jual beli tersebut

belum mengikat dan masih diperbolehkan untuk

membatalkan.

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Antara penjual dan pembeli di dalam melakukan jual beli

hendaknya berprilaku jujur, berterus terang dan mengatakan apa

yang sebenarnya, janganlah berdusta dan sumpah dusta, sebab

sumpah dusta itu menghilangkan keberkahan.

Pedagang yang jujur, benar, dan sesuai dengan ajaran islam dalam

berdagangnya, mereka akan dikumpulkan dengan para nabi,

sahabat, dan orang-orang yang mati syahid pada hari akhir.

Apabila diantara penjual dan pembeli berselisih pendapat di dalam

suatu benda yang sedang di perjual belikan, maka yang dibenarkan

adalah kata-kata di pemilik barang bila diantara keduanya tidaklah

ada saksi dan bukti lainnya.

B. Satndarisasi timbangan di Indonesia

Timbangan yang biasanya disebut Scales didalam Bahasa

inggris, yakni alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran

massa atau berat suatu benda. Timbangan atau neraca termasuk dalam

kategori dalam system mekanik dan juga elektronik atau digital.

Sebuah timbangan dengan sistem pegas mengukur berat dengan

mengukur dari jarak pegas yang terentang akibat beban. Timbangan

dapat digunakan dalam industri dan komersial, dari mulai produk

(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan

menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib

melalui kerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan.

Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang

ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan berlaku

secara Nasional.14

Tujuan standarisasi secara umum yakni, kemampuan proses,

produk atau jasa untuk memenuhi kegunaan ditetapkan dalam kondisi

spesifik tertentu. setiap proses, produk atau jasa dimaksudkan untuk

dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Standar sendiri berguna untuk

mengidentifikasi parameter optimum bagi kinerja satu proses.

Salah satu manfaat standarisasi yakni mengurangi hambatan

perdagangan. Dalam era globalisasi masyarakat international berusaha

keras untuk mengurangi hambatan perdagangan yang dilakukan oleh

negara tertentu untuk membatasi akses pasar terhadap masuknya

produk dari negara lain.

Persamaan matematis suatu neraca pegas dinyatakan dalam:

k = konstanta pegas

X = defleksi

m = masa

14

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

g = gravitasi

Neraca atau timbangan dengan bandul pemberat yang seperti

kebanyakan terdapat di pasar ikan atau pun sayuran dengan

menimbang massa. Biasanya menggunakan massa pembanding yang

lebih kecil dengan level tuas yang panjang. Mengikuti hukum tuas

atau persamaan momen.

Standar nasional dirumuskan dengan mempertimbangkan

kepentingan semua pihak terkait di wilayah kedaulatan suatu negara

tertentu dan ditetapkan oleh pihak berwenang yaitu organisasi

standarisasi nasional.15

1. Timbangan pegas (analog)

Timbangan pegas atau timbangan analog banyak

ditemukan di pasar-pasar tradisional yang digunakan oleh para

pedagang untuk mengukur beban seperti ayam, sayuran,

buah-buahan dan ikan. Mengapa timbagan ini dipilih dan dijumpai

di area pasar-pasar traditional? Karena skala pengukuran yang

tidaklah terlalu besar dan sederhana dalam penggunannya,

sehingga cocok untuk digunakan dalam usaha-usaha tersebut.

Pada dasarnya prinsip kerja timbangan pegas yakni kerja tuas

atau pengungkit. Tuas merepresentasikan penekanan beban

15

(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

yang jatuh pada titik tumpu menjadi lebih ringan berkali-kali

dari seharusnya.

2. Timbangan elektronik (digital)

Yakni sebuah perangkat alat pengukuran yang

digunakan untuk mengukur berat atau massa suatu benda atau

zat. Timbangan digital sendiri lebih kompak, tahan lama serta

tepat akurat sedari jenis lain yang berskala misalnya

timbangan pegas atau saldo, yang sering aus dan memberikan

pembacaan yang berbeda dari waktu ke waktu. Timbangan

digital sendiri membutuhkan sumber daya seperti batrai atau

listrik dan tidak selalu benar-benar akurat, akan tetapi mereka

biasanya cukup akurat dan konsisten bahkan ketika digunakan

dalam waktu yang lama. Skala digital dapat digunakan untuk

berbagai tujuan di mulai dari pengukuran bahan hingga di

laboratorium.

Ada banyak jenis timbangan digital yang beredar di

pasar. Timbangan digital dikelompokkan beradasarkan

bagaimana timbangan digital digumakan. Timbangan satu tipe

dapat difungsikan untuk kebutuhan lain. Yang paling banyak

yaitu timbangan digital kamar mandi, timbangan digital dapur

atau makanan, timbangan digital pos, timbangan point of

(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kehidupan kita lebih mudah. Berbagai macam penemuan dan

ide-ide yang telah di aplikasikan untuk penggunaan praktis

sehari-harinya terbukti menghemat waku dan energi.

Manfaat yang ada yakni timbangan digital tingkat

akurasi lebih tinggi dibandingkan analog. Timbangan digital

sendiri dapat mengukur elemen-elemen yang kecil seperti satu

butir pasir dengan tingkat akurasi yang menakjubkan.

Sementara kebanyakan timbangan analog tidak cukup sensitif

untuk mencatat beban rendah seperti ini. Akurasi tidak

terbatas pada penimbangan yang kecil, timbangan digital juga

lebih akurat untuk menunjukkan berat seluruhnya.

Timbangan mandi digital yakni untuk menghitung

volume badan seseorang. Yang sejajar perubahan timbangan

kamar mandi manual kuno serta manfaat untuk mengetahui

angka yang akurat dari volume tubuh seseorang. Tipe

timbangan kamar mandi karena selalu disimpan dikamar

mandi.

Sedangkan untuk timbangan pos sendiri adalah ukuran

digunakan untuk menimbang volume berat benda-benda

berbentuk kecil, menengah serta biasa disebut pos karena

secara luas dimanfaatkan pada kantor pos untuk mengukur

(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

berada dikantor pos tersedia juga di pasar dengan deprogram

cara mengukur upah dari kirim surat yang akan digunakan

untuk ukuran surat-surat tertentu.16

Timbangan bayi digunakan di rumah sakit dan dunia

kedokteran untuk mengukur pertumbuhan bayi secara teratur,

timbangan makanan untuk mengetahui jumlah asupan

makanan serta susunan gizi ari makanan.

Timbangan digital juga dapat mengurangi tingkat

kesalahan yang dilakukan manusia pada saat membaca ukuran

berat. Sementara timbangan analog menggunakan garis-garis

untuk menandai kenaikan berat, timbangan digital selalu

menampilkan digit. maka dari itu apabila anda membaca

sesuatu yang beratnya 5 1/3 pon dan garis-garis pada

timbangan analog hanya mencatat 1/4, jadi kemungkinan besar

apa yang and abaca di timbangan analog tidak 100% akurat.

3. Perbedaan antara timbangan manual dan otomatis (digital)

Timbangan manual yakni jenis timbangan yang bekerja

secara mekanis dengan sistem pegas, biasanya jenis timbangan ini

menggunakan iindicatorberupa jarum sebagai penunjuk ukuran

massa yang telah berskala sedangkan timbangan digital jenis

16 http://www.timbanganindonesia.com/news_and_event/detail/233/timbangan-digital.html,

(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

timbangan yang bekerja secara elektronik dengan tenaga listrik

atau batrai. Pada umumnya timbangan ini menggunakan arus

lemah dan indikatornya berupa angka digital pada layar kaca.

Untuk timbangan digital ini sangatlah akurat, karena tidak bias di

utak atik sesuai dengan keinginan.

4. Standarisasi timbangan

Didalam timbangan standarisasi biasa dikenal dengan

kalibrasi, yakni proses standar acuan yang mampu menjadi

patokan ke standar nasional ataupun internasional, definisi

kalibrasi sendiri adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran

konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan

cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu ke

standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dana

tau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Dengan

menent

Gambar

Tabel 1 Tentang penggunaan tanah
Tabel 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Tabel 3 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan umum
Tabel 4 Jumlah pemeluk agama

Referensi

Dokumen terkait

 Dalam hal ini, sumber lisan telah memainkan peranan penting kepada para pengkaji sejarah dalam melakukan kajian sejarah ke atas pelbagai tema sejarah terutamanya sejarah

Oleh karena itu tenaga kependidikan pen- didikan nonformal, perlu ditingkatkan kualitas baik dari perencanaan pembelajaran, variasi program yang ditawar- kan, proses

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa hal yang membedakan sekolah yang berbasis full day dan sekolah yang tidak berbasis full day adalah pada waktunya yang lebih lama dan

(4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama- lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau

Menjatuhkan pidana denda kepada pelanggar yang bersangkutan dengan pidana denda sebagaimana terlampir dalam putusan ini, dengan ketentuan apabila denda tersebut

Ketika penurunan nilai wajar atas aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung dalam pendapatan komprehensif lainnya

Batasan yang diberlakukan dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas (4, 5, 6) yang memiliki kemampuan persepsi motorik yang dikelompokkan dalam kelompoik

Kompos memiliki keunggulan- keunggulan yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu mampu mengurangi kepadatan tanah, meningkatkan penyerapan hara dan