• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 10 – 12 Tahun melalui Terapi Bermain di PPA Agape IO-847 Salatiga T1 132010011 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 10 – 12 Tahun melalui Terapi Bermain di PPA Agape IO-847 Salatiga T1 132010011 BAB IV"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak PPA AGAPE IO-847 Salatiga kelompok

usia 10 – 12 tahun. Setelah dilaksanakan pre-test diketahui bahwa dari 22 anak, 12 anak berada pada kategori rendah dan sangat rendah dalam perilaku prososialnya.

Anak yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen dipilih dengan cara acak. Dibawah ini adalah deskripsi mengenai

kondisi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum mendapatkan

perlakuan

Tabel 4.1 Diskripsi kelompok eksperimen dan kontrol

No. Inisial Kelompok Usia Jenis Kelamin

1 TK Eksperimen 10 tahun Perempuan

2 SK Eksperimen 10 tahun Perempuan

3 EN Eksperimen 10 tahun Perempuan

4 KR Eksperimen 10 tahun Perempuan

5 EL Eksperimen 10 tahun Perempuan

6 DN Eksperimen 10 tahun Perempuan

7 NV Kontrol 10 tahun Perempuan

8 GN Kontrol 10 tahun Perempuan

9 HT Kontrol 10 tahun Laki-Laki

10 IR Kontrol 10 tahun Laki-Laki

11 AW Kontrol 10 tahun Laki-Laki

(2)

Berdasarkan tabel 4.1 dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan usia antara

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen terdiri dari 6

perempuan dan kelompok kontrol terdiri dari 2 perempuan dan 4 laki-laki.

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre-test perilaku prososial kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol :

Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

No Nama Total Kategori

Eks Kon Eks Kon Eks Kon

1 TK NV

53 68 Sangat rendah Rendah

2 SK GN

52 57 Sangat rendah Sangat Rendah

3 EN HT 63 63 rendah Rendah

4 KR IR

66 54 rendah Sangat Rendah

5 EL AW 65 69 rendah Rendah

6 DN EK

69 59 rendah Rendah

Jml 6 6 368 370

Keterangan : Eks : Eksperimen Kon : Kontrol

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa dalam penelitian ini terdapat 12 anak

yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 6 anak sebagai kelompok kontrol dan 6

anak sebagai kelompok eksperimen. Jumlah skor keseluruhuan kelompok

eksperimen yaitu 368, sedangkan jumlah skor yang diperoleh kelompok kontrol

yaitu 370.

Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil skala sikap perilaku prososial

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang

(3)

Sedangkan mean rank kelompok eksperimen 6.63 dan mean rank kelompok

kontrol adalah 6.67.

Berdasarkan rancangan penelitian dan hasil analisis diatas, selanjutnya

kelompok eksperimen akan diberikan treatment. yaitu dengan teknik terapi

bermain sebanyak 9 kali pertemuan, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan

treatment. Penyusunan topik dalam pemberian layanan terapi bermain

berdasarkan pada indikator perilaku prososial menurut Eisenberg dalam

Dayakisni, T. & Hudaniah (2003).

Tabel 4.3 Program Layanan Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial

15April 2014 2 x 60 menit Menggamba

r,

Bercerita,

Permainan

(4)
(5)
(6)

Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan di lapangan, mulai bulan

Februari hingga Mei 2014. Total proses penelitian dari pembuatan proposal

hingga analisis data yaitu 7 bulan, dimulai bulan November 2013 hingga Mei

2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan

observasi. Sebelum melaksanakan observasi dan wawancara, peneliti

mempersiapkan kisi-kisi dan subyek yang akan diwawancarai. Selanjutnya

peneliti melaksanakan wawancara kepada mentor dan koordinator PPA. Jenis

observasi yang dipakai peneliti adalah Check List. Selanjutnya, peneliti

menjalankan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian yaitu uji instrument,

pre-test , treatment dan post-tes. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam PPA,

kecuali treatment yang dilaksanakan diluar jam PPA.

4.2.2 Pre-Test

Pre-test dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014 dengan menyebarkan skala

perilaku prososial yang berjumlah 30 item pernyataan pada 22 anak PPA kelas

usia 10 – 12 tahun. Hasil dari analisis terdapat 8 anak dengan kategori perilaku prososial rendah dan 4 anak dengan kategori prososial sangat rendah. Selanjutnya

anak yang masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah tersebut dibagi secara

random menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen 6 anak dan kelompok

kontrol 6 anak. Berdasarkan uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16.0 for

Windows, dari kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompo ekperimen,

(7)

4.2.3 Perlakuan (treatment)

Perlakuaan diberikan dengan memberi layanan terapi bermain sesuai dengan

rancangan yang telah disusun oleh penulis sebanyak 9 sesi dan dilaksanakan

setiap hari kecuali hari Minggu dan hari Libur. Layanan ini dikatakan berhasil

apabila kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan frekuensi perilaku

prososial dan hasilnya lebih tinggi dari kelompok kontrol setelah dilaksanakan

Pos-test. Adapun sesi eksperimen dengan terapi bermain adalah sebagai berikut:

Pertemuan pertama hari Senin 14 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok mengucapkan salam, ucapan terimakasih

atas kedatangan anak-anak dan memimpin dalam doa. Pembimpin kelompok

kemudia menjelaskan tujuan kegiatan pada hari ini. Pada awal pertemuan ini,

pemimpin kelompok mengajak anggota untuk membaca ikrar/janji kerahasiaan.

Pemimpin kelompok meminta kepada seluruh anggota kelompok untuk menetapi

janji yang telah disebutkan bersama-sama (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup

dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/

keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan

yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok,

(8)

menanyakan seberapa jauh kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti proses

terapi ini

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan.

Anggota kelompok diminta untuk memperhatikan instruksi supaya permainan

dapat berjalan dengan baik. Pada awal sesi ini, semua permainan adalah untuk

tujuan mengakrabkan peneliti dengan anak dan antar anak dengan anak. Sehingga

peneliti memilih permainan yang asik dan menarik bagi anak. Permainan pertama

adalah Puisi Berantai. Langkah-langkah dalam permainan ini sudah penulis

lampirkan. Permainan yang kedia adalah jenis permainan Ice Breaking yaitu

“Ba.. Batu.. Batu-Batu..”. Selanjutnya kelompok diajak untuk bermain Dar Der

Dor, dan yang terakhir Domba dan Gembala.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin menjelaskan bahwa kegiatan akan segera berakhir. Di akhir

kegiatan akan selalu ada refleksi, untuk mengetahui apa yang telah didapat oleh

anggota kelompok setelah mengikuti terapi. Setelah semua anggota kelompok

mengungkapkan pendapatnya, pemimpin kelompok memberikan penguatan

terhadap refleksi dari setiap anggota kelompok.

Dalam konseling terapi bermain, pemimpin kelompok tidak diperkenankan

untuk memberikan nasehat atau himbauan kepada kelompok. Pemimpin

kelompok hanya bertugas untuk mengatur suapaya proses berjalan sesuai dengan

topik, dan memberikan penguatan terhadap hasil dari refleksi anggota kelompok.

(9)

1. Tahap Pembentukan

Untuk memulai sesi kedua, pemimpin kelompok mengucapkan salam, dan

ucapan terimakasih atas kedatangan anak-anak dalam kegiatan di sesi kedua ini.

Pemimpin kelompok memimpin dalam doa, kemudian menjelaskan tujuan

kegiatan. Anggota kelompok diajak untuk membacakan ikrar/janji kerahasiaan

yang nantinya harus di tepati (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia

menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang

saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh

dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan

kelompok, seta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian pemimpin

kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Masuk pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan peraturan

permainan. pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota

kelompok medengarkan dengan baik instruksi dari pemimpin kelompok. Pada

tahap ini, peneliti memilih beberapa permainan. Permainan yang pertama adalah

Pasar Loak. Pada permainan ini, anggota kelompok diminta untuk mengambil

barang bekas mana yang dia suka, kemudian memberikan penjelasan kepada

kelomok mengapa dia memilih barang itu. Masing-masing anak akan memilih

barang yang berbeda. Sehingga dari permainan ini, anak akan memahami, bahwa

(10)

alasan. Sehingga dikatakan bahwa individu itu unik. Pasa sesi ini adalah sesi

untuk mengenal diri. Anak yang dapat mengenal dirinya, akan lebih mudah dalam

mengenal dan memahami orang lain yang ada di sekelilingnya.

Permainan yang kedua adalah materi jendela johari yang dikemas dalam

permainan, sehingga anak tidak merasa jenuh dalam mengisi kolom yang telah

disediakan. Permainan ini akan lebih memperjelas akan pengenalan terhadap diri

masing-masing anak.

Permainan yang ketiga adalah menggambar. Pada permainan ini, anak diminta

untuk menggambar bebas, akan tetapi harus ada unsur pohon, rumah dan orang.

Dalam hal ini peneliti meminta bantuan mahasiswa psikologi untuk membantu

penulis memahami arti dari gambar rumah, pohon dan manusia. Pengertian ini

hanya untuk pedoman peneliti saja. Akan tetapi interpretasi ada pada anak sendiri.

Anak akan menceritakan hasil dari gambarnya. Mengapa memilih gambar dan

warna sesuai apa yang mereka gambarkan.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran, pemimpin kelomok memimpin refleksi anggota

kelompok setelah mengikuti kegiatan. Kembali lagi bahwa pemimpin kelompok

tidak diharapkan memberikan nasehat, akan tetapi hanya memberikan penguatan

kepada refleksi dari kelompok. Kegiatan ditutup dengan doa.

Pertemuan ke tiga Rabu 16 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap pembentukan, pemimpin kelomok mengucapkan salam dan ucapan

(11)

kembali menjelaskan tujuan kegiatan, dan mengajak anak untuk membaca

ikrar/janji kerahasisaan, yang harus ditaati oleh setiap anggota kelompok.

(Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan,

menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota

kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui

oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok,

serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian pemimpin kelompok

menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara danaturan permainan. Anggita

kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada

tahap ini peneliti memilih permainan Menyusun balok dan bermain dengan

malam/was. Pada permainan pertama, peserta dibagi menjadi dua kelompok.

Masing-masing kelompok mewakilkan dua dari anggota kelompoknya untuk

mengikuti permainan ini. Peserta diminta untuk saling membelakangi. Peserta

yang bertugas sebagai komunikator menyusun balok sesuai dengan keinginannya,

kemudian memberikan interuksi kepada anggota kelompok yang berada

dibelakangnya untuk mengikuti langkahnya. Akan tetapi tidak boleh ada

komunikasi dua arah. Hanya komunikator saja yang boleh memberikan interupsi.

Melalui permainan ini akan terlihat, bahwa tidak semua yang dilakuakan

(12)

dapat disalah artikan oleh orang lain. Sehingga setiap anak perlu memiliki sikap

mengontrol emosi, supaya tidak ada yang dirugikan dan salah mengerti.

Dalam permainan membuat was, peserta diminta untuk membuat ekspresi

wajah, kemudian menceritakan pada keadaan yang seperti apa ekspresi itu keluar

dari dirinya. Kegiatan ini mengajak anak untuk dapat memahami macam-macam

emosi dalam dirinya, dan bagaimana mengatasinya.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota

kalompok setelah mengikuti kegiatan. Pemimpin kelompok memberikan

penguatan terhadap refleksi dari anggota kelompok. Kegiatan diakhiri denga doa

penutup.

Pertemuan ke empat, Jumat 18 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menyambut kedatangan anak dengan

menucapkan salam dan terimakasih atas kedatangan anak dalam kegiatan di sesi

ke empat ini. Pemimpin kelompok memimpin dalam doa, dan mengajak anggota

kelompok untuk kembali membacakan ikrar/janji kerahasiaan. (Saya....berjanji,

bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan

merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini

yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang

lain).

(13)

Pemimpin kelomok menjelaskan kembali kegiatan kelompok serta tata terrib

kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan

anggota kelompok dalam memasuki kegiatan pada sesi ke empat.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota

kelompok mendengarkan dan mengikuti interuksi dari pemimpin kelompok. Pada

sesi ini, permainan yang dipilih adalah Bola Torong dan Piramid Buliding. Pada

permainan bola torong, anggota kelomok diminta untuk bermain bola seperti pada

umumnya, akan tetaip seluruh wajah ditutupi dengan kertas karton ygn dibentuk

seperti corong, sehingga hanya ada 1 lubang kecil untuk melihat. Supaya

kelompok dapat menang, setiap anggota harus bekerjasama untuk memenangkan

pertandingan. Melalui permainan ini, anak diajak untuk memahami bahwa

manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang

lain. Permainan kedua juga memiliki arti yang sama. Dalam permaina kedua,

piramida tidak akan terbentuk apabila tidak ada komunikasi yang baik antara

anggota kelompok. Apabila anggota kelompok egois, maka piramida tidak dapat

terbentuk dengan baik.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok meminpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti

kegiatan. Pemimpin kelomok kemudian memberikan penguatan terhadap hasil

refleksi dari anggota kelompok. Pemimpin kelompok tidak diperkenannkan

memberikan saran.nasehat. Kegiatan diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh

(14)

Pertemuan ke lima, Senin 21 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok mengucapkan salam dan ucapan

terimaksih atas kehadiran para anggota kelompok. Pemimpin kelompok

memimpin pertmuan dalam doa.

Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk mambaca ikrar/janji

kerahasiaan yang nantinya harus ditepati oleh anggota kelompok (Saya....berjanji,

bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan

merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini

yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang

lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan, pemimpin kelomok menegaskan tata tertib dalam

kegiatan yang dilaksanakan, serta menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam

memasuki kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota

kelompok mengikuti interuksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada sesi

kelima ini, pemimpin kelompok memilih permainan Gobak Sodor dan Air

Mengalir dalam meningkatkan kejujuran anak. Pada permainan Gobak Sodor dan

Air mengalir, melatih anak untuk bersikap jujur. Permainan ini sepenuhnya diatur

oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok hanya mengawasi jalannya

(15)

yangmelakiukan kecurangan, pemimpin kelompok hanya melihat dengan

tersenyum Dengan cara ini, anggota kelompok kemudian meminta permainan

diulang, karena sudah bersikap tidak jujur. Tujuan konseling dengan terapi

bermain ini adalah anggota kelompok dapat menyadari dan mengubah perilakunya

dengan dukungan dari peneliti.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini, kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah

mengikuti kegiatan. Pemimpin kelompok tidak diharapkan untk memberikan

saran/nasehat. Pemimpin kelompok hanya diperbolehkan untuk memberikan

penguatan atas refleksi yang dilakukan oleh anggota kelompok. Kegiatan diakhiri

dengan doa

Pertemuan ke enam , Selasa 22 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini pemimpin kelompok mengucapkan salam dan mengucapkan

terimakasih atas kehadiran anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan

diawali dengan doa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin

kelompok mengajak anggota kelompok membaca ikrar/janji kerahasiaan yang

nantinya harus ditepati oleh setiap anggota kelompok (Saya....berjanji, bahwa saya

sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala

data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/

keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

(16)

Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiata kelompok

serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok

menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota

kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada

tahap ini peneliti memilih permainan gambar berantai untuk melatih rasa empati

siswa. Pada permainan gambar berantai, setiap anggota kelompok diminta untuk

saling bergantian menggambar objek yang telah ditentukan. Pada kegiatan ini,

anak merasa kesal dan jengkel karena teman yang lain tidak menggambar sesuai

dengan keinginannya. Dari sini anak diajarkan untuk memiliki rasa empati dan

menghargai perasaan orang lain.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti

kegiatan. Pemimpin kelompok memberikan penguatan terhadap refleksi dari

anggota kelompok. Setelah kegiatan dirasa dapat diakhiri, pemimpin kelompok

memimpin dalam doa, dan kegiatan diakhiri dengan berjabat tangan.

Petemuan Ke tujuh, Kamis 23 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada sesi ketujuh ditahap pembentukan, pemimpin kelompok menyambut

kedatangan anggota kelompok dengan memberikan salam dan ucapan trimakasih

atas kehadiran anggota kelompok. Pemimpin kelompok memimpin kegiatan

(17)

anggota kelompok membaca ikrar/ janji kerahasiaan (Saya....berjanji, bahwa saya

sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala

data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/

keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok

serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok kemudian

menanyakan kesiapan anggota kelmpok dalam mengikuti kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan

permainan, Anggota kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin

kelompok. Pada sesi ini penulis memilih permainan Bola Balon untuk

mengingkatkan rasa tanggungjawab anak dalam hal menolong. Permainan ini

secara tidak sengaja memperlihatkan bahwa pada dasarnya manusia itu egois,

maka dari itu sikap tanggungjawab menolong harus dilatih dan ditanamkan sejak

usia dini.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti

kegiatan. Setelah semua anggota kelompok menceritakan apa yang didapat dari

kegiatan yang sudah dilaksanakan, pemimpin kelompok memberikan penguatan

atas refleksid ari anggota kelompok. Kegiatan ditutup dengan doa yang dipimpin

oleh anggota kelompok.

(18)

1. Tahap Pembentukan

Pada sesi kedelapan, pemimpin kelompok menyambut anggota kelompok

dengan mengucapkan salam, ucapan termakasih dan memimpin dengan doa.

Pemimpin kelompok menjelaskan tujuan kegiatan dan mengajak untuk

membacakan ikrar/janji yang harus ditepati oleh kelompok. (Saya....berjanji,

bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan

merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini

yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang

lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali peraturan permainan

dan menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan

selanjutnya.

3. Tahap Kegiatan

Pada pertemuan ke delapan ini, peneliti memilih permainan The Longiest Tie

untuk mengajarkan kepada anak bahwa keputusan sangat penting dalam

melakukan tindakan prososial. Apabila sudah ada keinginan, akan tetapi tidak ada

keputusan untuk menolong, maka tidak akan ada tindakan menolong itu sendiri.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini, pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok

setelah mengikuti kegiatan. Setelah seluruh anggota kelompok memberikan

(19)

oleh kelompok. Apabila dirasa cukup, kegiatan diakhiri dengan doa, yang

dipimpin oleh pemimpin kelompok.

Pertemuan ke sembilan Senin, 28 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada sesi terakhir dalam pertemuan ini, pemimpin kelompok mengungkapkan

kebahagiaan atas kehadiran anggota kelompok yang konsisten dalam mengikuti

kegiatan. Kegiatan pada sesi terakhir dibuka dengan doa yang dipimpin oleh

pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok kemudian menjelaskan tujuan

kegiatan, dan mengajak anggota kelompok membaca ikrar/janji kerahasiaan yang

harus ditepati oleh seluruh anggota kelompok (Saya....berjanji, bahwa saya

sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala

data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/

keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini pemimpin kelompok kembali menegaskan peraturan dari

kegiatan pada hari ini. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota dalam

mengikuti kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan

permainan. Anggota kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin

kelompok. Pada tahap ini peneliti memilih permainan tradisional “Betengan”

(20)

4. Tahap Pengakhiran

Diakhir kegiatan, pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelomok

setelah mengikuti kegiatan. Setelah seluruh anggota kelompok menyatakan

pendapatnya, pemimpin kelompok memberikan penguatan etrhadap refleksi dari

kelompok.

4.2.4 Test Akhir (Post Test)

Post Test dilaksanakan pada hari Kamis 1 Mei 2014 dengan menyebarkan

skala perilaku prososial anak yang berjumlah 30 item pernyataan pada subyek

penelitian, yaitu 12 anak kelompok usia 10 – 12 tahun PPA AGAPE IO-847 Salatiga dengan 6 anak pada kelompok eksperimen dan 6 anak pada kelompok

kontrol.

Tabel 4.4 dibawah ini akan menjelaskan mengenai skor pre test dan post test

perilaku prososial kelompok eksperimen

Tabel 4.4 Hasil pre test dan post test perilaku prososial pada kelompok eksperimen.

Pre test Post test

No. Jenis

kelamin

Skor Kategori Skor Kategori

1. Perempuan 53 Sangat rendah 91 Sangat tinggi 2. Perempuan 52 Sangat rendah 96 Sangat tinggi

3. Perempuan 63 Rendah 101 Sangat tinggi

4. Perempuan 66 Rendah 83 Tinggi

(21)

6. Perempuan 69 Rendah 89 Tinggi

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat peningkatan skor skala perilaku

prososial masing-masing subjek penelitian pada kelompok eksperimen. Skor skala

konsep diri pre test kelompok eksperimen menyatakan bahwa dari enam subjek

penelitian, 2 anak memiliki perilaku prososial yang sangat rendah yaitu skor

antara 52 – 53, dan 4 anak memiliki perilaku prososial rendah yaitu skor antara 63

– 69. Sedangkan pada hasil post test skala perilaku prososial yang telah

disebarkan, diketahui bahwa skor perilaku prososial masing-masing anak

meningkat. anak memiliki kategori tinggi yaitu skor antara 83 – 99, dan 3 anak memiliki kategori sangat tinggi yaitu skor antara 91 – 101. Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen akan dianalisis dengan menggunakan Statistical

Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi 16.0.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Analisis Perilaku Anak

Analisis perilaku anak diperoleh melalui hasil observasi yang dilakukan

penulis ketika pemberian tretment pada kelompok eksperimen, yaitu anak yang

memiliki perilaku prososial rendah dan sangat rendah.

1) TK

Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama, TK mengikuti permainan dengan semangat. Akan tetapi

(22)

pertemuan pertama diisi dengan sesi Ice Breaking, maka peneliti membiarkan saja

anak bergerak senatural mungkin, sehingga tercipta kenyamanan antara anak dan

peneliti dan antar anak.

Pertemuan 2

Pertemuan yang kedua TK masih melakukan hal yang sama. TK bermain-main

sendiri dan kurang mengindahkan peneliti. TK akan menurut apabila peneliti

mulai bersuara lebih keras. Akan tetapi setelah beberapa menit, TK akan

mengulangi perilakunya. Pada pertemuan kedua, TK sering menjahili temannya.

Dalam permainan jendela johari, TK yang seharusnya tidak boleh melihat tulisan

temannya, malah mengambil kertas yang sedang ditulis oleh temannya. Pada

pertemuan kedua ini, masih belum ada tanda-tanda perubahan pada diri TK

Pertemuan 3

Pertemuan ketiga adalah menyusun balok. TK mendapat giliran kelomok kedua

dalam menyusun balok. TK mulai tertarik dan berkonsentrasi dengan permainan.

Meskipun ketika menjadi penonton saat temannya bermain, TK lebih sering

mengejek dan mengeluarkan kata-kata kasar.

Pertemuan 4

Pertemuan keempat adalah bola torong. Pada saat persiapan TK sering sekali

menjahili temannya dan bertindak seenaknya sendiri. Akan tetapi ketika

(23)

perubahan perilaku pada saat permainan bola torong. TK bermain dengan antusias

dan mengikuti interuksi dari peneliti

Pertemuan 5

Pertemuan kelima adalah gobak sodor dan air mengalir. Pada pertemuan ini

sangat terlihat perubahan pada TK. Pada permainan gobak sodor dan air mengalir,

Peneliti tidak berkomentar atas kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh

anggota kelompok TK. Akan tetapi TK menyadari sendiri bahwa anggotanya

melakukan kecurangan, kemudian TK meminta ijin kepada peneliti untuk

mengulangi permainan, karena merasa tidak sportif. Peneliti memberikan

apresiasi kepada TK atas perbuatannya ini

Pertemuan 6

Pertemuan keenam Perilaku TK mulai berubah. TK lebih senang mendengarkan

apa yang dikatakan peneliti. Pada permainan gambar berantai, TK lebih sering

menegur temannya untuk tidak berbuat curang dan tidak berisik. Terlihat bahwa

TK mulai menunjuukkan perubahan yang baik pada pertemuan ini

Pertemuan 7

Pada permainan ini semua anak masih terlihat egois, termasuk TK. Akan tetapi,

pada tahap refleksi, kemudian TK mulai menyadari arti dan inti dari permainan.

(24)

Pertemuan ke delapan adalah sesi dimana anak diajarkan untuk mengambil

keputusan dalam menolong. TK mengikuti permainan panjang-panjangan dengan

antusias. Sampai-sampai semua barang yang ada didalam tasnya, dan yang

menempel ditubuhnya TK lepaskan, supaya kelompoknya bisa memenangkan

pertandingan. TK memperilatkan perubahan cara berbicara dan mulai menghargai

peneliti

Pertemuan 9

Pada pertemuan terakhir, terlihat bahwa TK mulai lebih tenang, menurut, dan

mengurangi kata-kata kasar yang biasanya sering diucapkan. Apabila pada awal

pertemuan TK selalu bersungut-sungut dan tidak mau melihat wajah peneliti, akan

tetapi pada pertemuan ini TK lebih ceria dan terlihat segar.

2) SK

Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama, SK terlihat sangat agresif. Walaupun pada setiap

permainan SK mengikuti dengan semangat dan antusias, akan tetapi SK susah

untuk diatur, dan lebih sering memukul temannya.

Pertemuan 2

Pada pertemuan kedua, SK terlihat seperti penasaran saja dengan permainan apa

yang akan diberikan oleh peneliti. Pada permainan jendela johari ini, SK tidak

(25)

menjahili temannya. Akan tetapi setelah temannya usai melaksanakan tugas, SK

mau mengerjakan tugasnya

Pertemuan 3

Pada pertemuan ketiga, SK mendapatkan giliran pertama dalam menyusun balok.

SK mulai senang dengan permainan, dan mulai mau mendengarkan peneliti. Pada

saat sesi refleksi SK terliaht sungguh-sungguh dalam mendengarkan temannya

yang menceritakan apa yang mereka peroleh melalui permainan yang telah

dilakukan

Pertemuan 4

Pada pertemuan keempat, SK menunjukkan perubahan yang sangat drastis.

Permainan bila torong ini, SK mengikuti dengan baik. SK hanya beberapa kali

terliaht menjahili temannya.

Pertemuan 5

Pada air mengalir, SK kembali tidak bersungguh-sungguh mengikuti permainan.

SK berlari-lari dan membuang-buang ari yang ada. Akan tetapi pada saat refleksi,

seperti pada pertemuan ketiga, SK mulai diam dan mendengarkan temannya

dengan seksama.

Pertemuan 6

Pada permainan gambar berantai, SK terlihat tidak sabar dengan temannya yang

(26)

tetapi mau mengindahkan peneliti. Apabila peneliti mulai menegur, maka SK

akan menurut dan diam.

Pertemuan 7

Pada permainan ini semua anak masih terlihat egois, termasuk TK. Akan tetapi,

pada tahap refleksi, kemudian SK mulai menyadari arti dan inti dari permainan.

Pertemuan 8

Pada permainan ini, SK terlihat rgau-ragu dalam meminjamkan apa yang

dimilikinya untuk kelompok. Akan tetapi atas desakan temannya, SK mau

meminjamkan peralatan dan bajunya. SK mulai menunjukkan sedikit perubahan

dengan tidak berteriak-teriak dan berbicara kasar.

Pertemuan 9

Pada pertemuan terakhir, terlihat bahwa SK senang dan antusias. SK bahkan

meminta temannya untuk teratur dan mendengarkan peneliti. SK mulai sering

tersenyum dan malu apabila melakukan kecurangan.

3) EN

Pertemuan 1

EN adalah anak yang sangat aktif, lebih aktif dari teman-teman yang lain. EN

lebih sering jail kepada teman dan mengolok-olok teman. Pada pertemuan

pertama, EN berperilaku seperti teman-temannya yang lain, yaitu seenaknya

(27)

Pertemuan 2

Pada permainan kedua, EN selalu tidak menerima apa yang diberikan oleh

peneliti. EN meminta apa yang diinginkannya, dan marah apabila tidak diberikan.

EN masih terlihat kurang sopan.

Pertemuan 3

Pertemuan ketiga adalah menyusun balok. EN mendapatkan giliran pertama dan

menyusun balok. EN terlihat senang mengikuti permainan ini. EN mengikuti sesi

ketiga dengan baik. Meskipun masih sering jail terhadap temannya, akan tetapi

tidak seperti pada pertemuan pertama. EN mulai mau mendengarkan peneliti.

Pertemuan 4

Pada permainan bola torong, EN sempat terluka karena kecerobohannya sendiri.

EN banyak bergerak dan berlai kesana sini, padahal permainan belum dimulai,

sehingga EN menabarak, dan torong yang dipakai menggores wajahnya. Akan

tetapi EN tidak menangis, justru EN lebih tenang dan lebih tertib.

Pertemuan 5

Pada pertemuan kelima, EN bermain gobak sodor dengan tertib. EN terlihat

gembir dan antusias mengikuti permainan. Pada permainan bola air, EN merasa

diperlakukan curang oleh temannya, sehingga permainan diulang dari awal. Pada

(28)

Pertemuan 6

Pada sesi ini, EN menunjukkan perubahan perilaku, sama seperti teman-temanya

yang lain. EN antusias dan menegur temannya yang tidak menurut atau tidak mau

mendengarkan peneliti. Pada pertemuan ini, terlihat bahwa beberapa anak mulai

menunjukkan perubahan.

Pertemuan 7

Pada pertemuan ketujuh, terlihat bahwa semua anak masih belum menyadari arti

dari permainan. Demikian juga EN. EN terlihat egois dan ingin menang sendiri.

Akan tetapi pada saat refleksi, EN mulai menyadari apa yang menjadi inti dari

permaiann.

Pertemuan 8

Pertemuan ke delapan adalah sesi dimana anak diajarkan untuk mengambil

keputusan dalam menolong. EN mau memberikan apa saja yang dimiliki. Bahkan

seluruh isi tasnya dikeluarkan untuk membantu teman-temannya supaya

kelompoknya menang. Hal ini terlihat baik. EN tidak berpikir panjang untuk

menolong teman-temannya.

Pertemuan 9

Pada pertemuan terakhir, EN datang dengan gembira dan lebih tertib. EN lebih

sopan dalam berbicara. Meskipun masih sering menjahili temannya, akan tetapi

(29)

4) KR

Pertemuan 1

KR memliki postur tubuh yang lebih besar dari teman-teman yang lainnya. KR

ditakuti oleh teman yang lain, karena perkataannya yang kasar dan perilakunya

yang kasar terhadap teman-teman yang lainnya. Pada sesi ini, KR banyak

menenatang peniliti dan memberikan pendapat yang semaunya sendiri.

Pertemuan 2

Pada pertemuan kedua KR belum menunjukkan perubahan. KR masih beringas

dan semaunya sendiri. Meskipun KR mengikuti permainan sampai selesai, akan

tetapi selalu membantah apa yang dikatakan oleh peneliti.

Pertemuan 3

Pada saat permainan menyusun balok, KR mulai terlihat lebih lembut dari

biasanya. KR bersemangat mengikuti permainan dan sering tertawa. Akan tetapi

apabila ada teman yang melakukan kesalahan, KR akan marah dan mencaci maki

temannya.

Pertemuan 4

Pada pertemuan keempat, KR bermain bola torong seenangknya sendiri. Torong

yang dipakai oleh KR di sodokkan kepada temannhya, sehingga temannya terjatuh

dan menangis. KR telihat menyesali perbuatannya, dan mulai tertib pada sesi ini.

(30)

Pada permainan gobak sodor dan bola air, KR serius dalam mengikuti permainan.

KR mulai tidak mau ada temannya yang berbuat curang. Meskipun KR mulai mau

mendengarkan peneliti, akan tetapi masih sering memarahi dan memukul teman

yang dia anggap tidak benar.

Pertemuan 6

Pada sesi keenam, KR lebih sering diam. Akan tetapi ketika temannya tidak

melakukan apa yang diinginkannya, KR kembali marah dan membentak

temannya. Akan tetapi kali ini tidak dengan memukul.

Pertemuan 7

Pada pertemuan ketujuh telihat bahwa KR menyadari arti dari permainan. Akan

tetapi karena teman-temannya yang lain berkompetisi, maka KR mengikuti alur

dari teman-temannya. Pada saat refleksi, KR mulai banyak berbicara dan

memberikan pendapat.

Pertemuan 8

Pada pertemuan ke delapan terlihat perubahan pada diri KR. KR mulai

mengurangi bebicara dengan membentak. KR sering bercanda dengan teman dan

peneliti.

Pertemuan 9

Pada pertemuan kesembilan, KR lebih sering berbicara pada saat refleksi. Refleksi

(31)

menceritakan dengan antusias apa saja pelajaran yang diperoleh selama sembilan

kali pertemuan.

5) EL

Pertemuan 1

EL anak yang pendiam, yang lebih sering mengomentari temannya dari belakang.

EL tidak berani mengekspresikan perasaannya didepan temannya. Apabila EL

tidak suka sesuatu, maka dia akan cemberut sampai akhir sesi. Pada sesi pertama

ini, EL mengikuti permainan dengan bersemangat. Akan tetapi apabila ada

temannya yang melakukan kesalahan, EL cemberut dan tidak bersemangat lagi.

Pertemuan 2

Pertemuan kedua EL mengikuti permainan dengan baik, EL mengikuti permainan

dengan tertib. Akan tetapi EL kurang memperhatiakn interuksi dari peneliti,

sehingga EL melakuakn kesalahan saat permainan.

Pertemuan 3

Permainan menyusun balok, EL mendapatkan giliran pertama dalam permainan.

EL serius mengikuti permainan. Pada saat sesi refleksi, EL terlihat banyak

berbicara dan mengutarakan pendapat. Dari pendapat yang diutarakan EL, terlihat

bahwa EL memahami apa maksud dari permainan.

(32)

Pada saat permainan bola torong EL menurut dan tertib dalam mengikuti

permainan. Beberapa hal yang tidak EL mengerti diatanyakan kepada peneliti.

Berbeda pasa saat awal-awal pertemuan EL tidak mau bertanya dan hanya

bisik-bisik dengan temannya saja.

Pertemuan 5

EL mengaku belum pernah memainkan permainan gobak sodor, sehingga EL

terlihat canggung. Meskipun pada akhirnya EL menikamti permainan. Pada saat

sesi refleksi, EL mulai mengerti apa arti dari permainan pada pertemuan kelima.

Pertemuan 6

Pada sesi ini, EL menunjukkan perubahan perilaku, sama seperti teman-temanya

yang lain. EL antusias dan menegur temannya yang tidak menurut atau tidak mau

mendengarkan peneliti. Pada pertemuan ini, terlihat bahwa beberapa anak mulai

menunjukkan perubahan.

Pertemuan 7

Pada pertemuan ketujuh, EL mengikuti saja arus dari permainan. El mengikuti

permainan seperti teman-temannya yang lain. EL mulai sering bebicara dan mulai

sering mengungkapkan perasaannya.

Pertemuan 8

Pada sesi ini, EL masih sering lama berpikir ketika akan meminjamkan barangnya

(33)

supaya EL mau meminjamkan barangnya. Pada sesi refleksi, EL mulai menyadari

bahwa perilakunya salah, melalui pernyataannya.

Pertemuan 9

Pada pertemuan terkahir. EL mulai terlihat bersemangat dan banyak bicara. EL

terlihat mulai beradaptasi dengan kelompok dan dengan peneliti. EL mengikuti

permainan dengan semangat. Pada saat refleksi EL terlihat lebih banyak bicara

dari sebelumnya. EL memahami arti dari sembilan pertemuan yang telah

dilaksanakan.

6) DN

Pertemuan 1

Pada awal pertemuan, DN sering marah-marah sendiri dan tidak mau menurut

kepada peneliti. Saat Ice Breaking DN lebih senang bermain-main sendiri. DN

selalul membantah apa yang dikatakan oleh peneliti.

Pertemuan 2

DN masih bersikap sama pada pertemuan kedua. DN sering mengajak temannya

(34)

Pertemuan 3

Pada pertemuan ketiga, DN tertarik dengan permainan menyusun balok. Peneliti

selalu memberikan apresiasi ketika DN melakukan tindakan yang baik. DN mulai

mau mendengarkan peneliti, dan mengikuti permainan dengan baik.

Pertemuan 4

Pada permainan ini, DN menunjukkan sikap yang baik. DN membantu peneliti

dalam mempersiapkan permainan. DN mulai lebih sering bertanya dan berada di

dekat peneliti, serta menurut.

Pertemuan 5

DN bersikap sangat baik dari biasanya. DN akan menegur temannya yang tidak

tertib dan berusaha mengikuti permainan dengan baik. DN membantu teman yang

kesulitan membawa peralatannya, dan membantu peneliti apabila terlihat kesulitan

dalam mempersiapkan permainan.

Pertemuan 6

Pada sesi ini, DN mengikuti permainan dengan baik dan tertib. DN sangat cepat

menunjukkan perubahan perilaku. Apabila ada teman yang tidak melaksanakan

tugas sesuai dengan harapan DN, maka DN hanya terdiam saja dan beruasaha

untuk bersabar.

(35)

Pada pertemuan ketujuh, DN mengikuti teman-teman yang lain untuk

berkompetisi. Akan tetapi pada saatrefleksi, DN menunjukkan sikap yang baik

dan memberikan tanggapan yang baik. Dari tanggapan DN terlihat bahwa DN

memahami arti dari permainan pada sesi ini.

Pertemuan 8

Pada saat permainan panjang-panjangan, DN sangat bersemangat dalam

membantu kelompok. DN memberikan semangat kepada teman yang lain dan

berusaha dengan sangat keras untuk membantu temannya. DN berlari kesana

keamri untuk mencari benda-benda yang bisa membantu kelompoknya untuk

menang.

Pertemuan 9

Pada sesi terakhir, DN terlihat bersedih karena mengetahui bahwa pertemuan

berakhir. Pada permainan terakhir, DN terlihat kurang bersemangat. Akan tetapi

pada saat refleksi, DN mulai kembali bersemangat dan memberikan pendapat

mengenai sembilan sesi yang telah dijalani. DN menunjukkan perubahan yang

terlihat sangat baik, dibanding pada awal pertemuan.

4.3.2 Analisis Hasil Pre-Test dan Post-Test

Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang

dianalisis adalah data skor post test skala sikap perilaku prososial kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.4 merupakan perbandingan hasil post

(36)

Tabel 4.5 Tabel perbandingan hasil post test skala perilaku prososial pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

No. Jenis

Berikut merupakan hasil analisis data perbadingan hasil post test skala

perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji

menggunakan Analisis data Mann Whitney.

Ranks

(37)

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa

terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol. Setelah diberikan treatment berupa terapi bermain pada kelompok

eksperimen, mean rank hasil skala perilaku prososial pada kelompok ini

berjumlah 9.50. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan

treatment, memiliki mean rank 3.50. Dapat dilihat bahwa mean rank hasil skala

perilaku prososial kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank

hasil skala perilaku prososial kelompok kontrol.

Berdasar hasil analisis diatas, diketahui bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara hasil skala perilaku prososial kelompok eksperimen dengan skala

perilaku prososial kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil

Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis berjumlah 0.004 < 0.01.

Tabel 4.6 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post tes skala

perilaku prososial pada kelompok ekperimen

Ranks

Kelom

pok N

Mean

Rank

Sum of

(38)

Prososi

al

pre

test

6 3.50 21.00

post

test

6 9.50 57.00

Total 12

Test Statisticsb

prososi

al

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 21.000

Z -2.882

Asymp. Sig. (2-tailed) .004

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0 diketahui bahwa

terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala perilaku

prososial pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test skala perilaku prososial

adalah 3.50 sedangkan mean rank post test skala perilaku prososial adalah 9.50.

Sehingga mean rank hasil post test skala perilaku prososial lebih tinggi dibanding

hasil pre test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen.

(39)

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada peningkatan perilaku prososial

yang signifikan pada anak PPA AGAPE IO-847 Salatiga melalui terapi bermain.

Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed)

0.004 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan perilaku

prososial yang signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan

post test kelompok eksperimen dengan hasil 0.004 < 0.01 sehingga dinyatakan

signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis yang diajukan

peneliti dapat diterima.

4.5 Pembahasan

Terapi bermain yang diberikan kepada kelompok eksperimen terdiri dalari 9

sesi pertemuan. Penyususnan topik layanan berdasarkan pada aspek-aspek

perilaku prososial menurut Eisenberg (Dalam Dayakisni, 2011). Aspek-aspek

perilaku prososial yaitu : Sharing (membagi), Cooperative (kerjasama), donating

(menyumbang, helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity

(kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

Dalam setiap sesi terapi bermain dilakukan evaluasi dengan melibatkan

pengamat yang ditugaskan untk mengamati kegiatan. Dengan menggunakan hasil

pengamatan diketahui bahwa di setiap sesi terapi bermain, kelompok selalu

antusias dan bersemangat, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Setelah

(40)

kontrol sebagai post test. Hasil dari post test akan menjadi pembanding antare

kedua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil post test, diketahui bahwa terjadi

peningkatan perilaku prososial pada kelompok eksperimen. Hal tersebut diketahui

dari hasil analisis data skor pre test dan post test pada kelompok eksperimen.

Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis dalam

hal menningkatkan perilaku prososial melalui terapi bermain, maka dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan yang signifikan perilaku prososial anak kategori rendah

dan sangat rendah. Pada studi pendahuluan awal, ditunjukkan data bahwa lebih

dari 50% anak memiliki perilaku prososial yang rendah dan sangat rendah. Hal ini

perlu dicermat bagi pendidik dan orangtua. Seperti yang telah dijelaskan di awala,

bahwa anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan dan lebih banyak

bersosialisasi dengan lingkungan diluar keluarganya, pada masa usia sekolah

dasar. Apabila dalam perkembangan ini, anak tidak menunjukkan perilaku

prososial bahkan menyimpang, maka lingkungan tidak akan menrimanya, dan

perkembangan anak akan terganggu.

Eisenberg dan mussen (1989) menyatakan bahwa anak yang telah

dikembangkan kapasitasnya untuk mengetahui apa yang „benar‟ belum tentu akan

terlibat dalam perilaku prososial. Karena perilaku prososial membutuhkan

keterampilan dan motivasi untuk dapat melakukannya. Keterampilan dan motivasi

anak dalam meningkatkan perilaku prososial seharusnya didapatkan anak di

(41)

melatih anak dalam pencapaian tugas perkembangannya, dalam hal ini

perkembangan sosialnya.

Dari data yang telah penulis peroleh, terapi bermain efektif dalam

meningkatkan perilaku prososial anak, sehingga pendidik atau PPA dapat

menggunakan teori ini sebagai alat untuk membantu anak mencapai perilaku

prososial. Dunia anak tidak dapat lepas dari permainan. Anak akan lebih peka dan

lebih tertarik dengan bermain. Dengan bermain pula, anak dapat mengekspresikan

emosinya secara natural dan leluasa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain

Gambar

Tabel 4.1 Diskripsi kelompok eksperimen dan kontrol
Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Tabel 4.3 Program Layanan Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial
Tabel 4.4 dibawah ini akan menjelaskan mengenai skor pre test dan post test
+3

Referensi

Dokumen terkait

Presiden SBY barangkali tak pernah membayangkan, ujaran singkat tentang gaji yang sudah tujuh tahun berjalan tidak naik akan menuai respon negatif yang sangat

(Atwater, 1987) dalam (Joyce B, 1996) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri,

Hasil analisis jalur untuk menjelaskan mekanisme hubungan kausal antara curah hujan, kelembaban udara, suhu udara dan ABJ di Kota Banjarbaru, variabel-variabel yang berpengaruh

Peserta yang memasukkan penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada Pokja ULP Kegiatan Rehabilitasi / Pemeliharaan

Undang-undang Dasar 1945 adalah produk dari manusia yaitu masyarakat Indonesia yang dijadikan oleh Negara Indonesia sebagai Dasar Negara Oleh karena itu

Pada makalah ini akan dikonstruksi titik Kosnita dengan menggunakan ketiga excenter (titik pusat lingkaran singgung luar) segitiga, berdasarkan circumcenter atau

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.. dasar dan pencapaian atau prestasi. 112 Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika khususnya pada pokok

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah