• Tidak ada hasil yang ditemukan

18. Penyelidikan dan Evaluasi Potensi REE daerah Ketapang 2015 Trisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "18. Penyelidikan dan Evaluasi Potensi REE daerah Ketapang 2015 Trisa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN DAN EVALUASI POTENSI RARE EARTH ELEMENT (REE) DAN MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH BEKAS TAMBANG/TAILING

DI KECAMATAN KENDAWANGAN, KABUPATEN KETAPANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Trisa Muliyana, Edya Putra

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Penyelidikan dan Evaluasi Potensi Rare Earth Element (REE) dan mineral ikutannya pada wilayah bekas tambang/tailing di Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat didasarkan kepada kegiatan sebelumnya dimana diketahui terdapat sebaran Zircon dan REE yang cukup signifikan untuk ditindaklanjuti.

Metodologi yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah penyontohan dengan metoda saluran (channel sampling) dan bor dengan alat bor type dormer, selanjutnya conto mentah tersebut dilakukan pendulangan untuk memperoleh mineral beratnya.

Indikasi masih adanya mineral berharga seperti emas, zircón, monasit, ilmenit dan oksida besi yang diperoleh dari pengambilan conto dan pendulangan menunjukan bahwa di lahan bekas tambang dari kegiatan tambang rakyat menunjukan bahwa masih terdapat mineral berharga yang layak untuk diusahakan.

Luas wilayah penyelidikan adalah 402,67 Ha, dan diperkirakan masih terdapat wilayah di sekitarnya sekitar 1.200 Ha yang berpotensi mengandung REE dan mineral berharga lainnya

Sumber daya mineral zirkon dalam tailing tersebut sebesar 4.545,16 ton dan mineral monasit sebesar 520,07 ton, dengan kadar zirkon rata-rata sebesar 736,01 gr/m3 dan kadar monasit sebesar 77,24 gr/m3.

Hasil analisis ICP pasir zirkon hasil pendulangan conto menunjukan jumlah kadar UTJ (∑ REE + Y) sebesar 1,863 mgr/m3.

Di samping mineral zirkon dan monasit di dalam endapan tailing terdapat juga emas yang tidak tertambang. Sumber daya emas yang tidak tertambang sebesar 24,36 kg, dengan kadar rata-rata emas sebesar 3,76 mgr/m3.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir ini di wilayah Kabupaten Ketapang ditemukan potensi emas dan zirkon aluvial yang cukup besar di beberapa kecamatan di Kabupaten Ketapang, dan salah satunya yaitu di daerah Kecamatan Kendawangan. Disamping pertambangan berizin, pada saat ini banyak penambangan emas dan pasir zirkon tanpa izin (PETI) yang dilakukan oleh masyarakat, menurut informasi kegiatan penambangan sudah cukup lama dilakukan dan masih berlangsung hingga sekarang. Lokasi

bekas tambang/tailing tersebut tersebar cukup luas di daerah Kecamatan Kendawangan.

(2)

Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan penyelidikan ini yaitu mengumpulkan data potensi REE di Wilayah bekas tambang/tailing daerah penelitian di Kecamatan Kendawangan.

Tujuan penyelidikan ini untuk melakukan evaluasi potensi REE di daerah penyelidikan agar dapat dikelola dan dimanfaatkan secara lebih optimal. Hasil kegiatan ini diharapkan membantu pemerintah daerah setempat dalam penentuan kebijakan pengelolaan sumberdaya mineral. Salain itu juga sebagai data terbaru dan akurat bagi Bank Data Sumberdaya Mineral Nasional

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah

Daerah penyelidikan secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimatan Barat, terletak di bagian Selatan dari Provinsi Kalimantan Barat (Gambar 1).

Untuk mencapai daerah

penyelidikan dapat menggunakan jalur penerbangan Jakarta - Pontianak - Ketapang atau Jakarta - Ketapang dan dilanjutkan menuju daerah penyelidikan

dengan menggunakan sarana

perhubungan seperti kendaraan bermotor roda empat dengan waktu ± 9 jam.

METODOLOGI

Metoda penyelidikan yang dilakukan dalam kegiatan penyelidikan ini dimulai dengan pengumpulan studi kepustakaan, terutama yang berkaitan dengan mineral ikutan pada endapan emas aluvial dan keterdapatan REE dalam endapan aluvial tersebut.

Kegiatan pengumpulan data di lapangan diutamakan pada sebaran aluvial dan penyelidikan mineral lain yang mengandung unsur tanah jarang yang terdapat secara bersama di dalam aluvial dan tailing (sisa buangan) dengan cara pendulangan.

Analisis conto hasil kegiatan penyelidikan di lapangan, dianalisis terutama untuk mengetahui mineral lain dan mineral unsur tanah jarang dengan metoda mineralogi butir dan ICP. Disamping analisis tersebut, juga dilakukan analisis mineral ikutan yang terdapat bersama-sama dengan endapan aluvial tersebut untuk mengetahui kualitas dan kegunaannya.

Pada tahap akhir dilakukan analisis dan sintesa data yang selanjutnya disusun dalam suatu bentuk laporan kegiatan penyelidikan.

GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Daerah penyelidikan terpetakan dalam Peta Geologi Lembar Ketapang, Kalimantan dengan Sekala 1 : 250.000 (Gambar 2), yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Rustandi, dkk., 1993).

Batuan yang menjadi alas daerah penelitian adalah batuan granit serta batuan gunungapi yang tersebar dan terpisah-pisah oleh batuan sedimen pra-tersier dan sedikit batuan malihan. Secara umum litologi daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa formasi dari yang berumur tua ke muda yaitu :

Batuan Malihan Pinoh (PzTRp), terdiri dari kuarsit abu-abu tua terhablur ulang, mengandung anortit, kaya akan turmalin, gneiss klinopiroksin – hornblende, skis mika dan kuarsit muskovit dan turmalin.

Komplek Ketapang (Jkke), terdiri dari batuan psamit berlapis secara pelitik, sedang sampai tipis, terubah secara aneka ragam oleh malihan termal, batulempung, batupasir halus-kasar, arenit selaan, serpih dan batusabak.

Granit Laur (Kll), terdiri dari monzogranit biotit–hornblende, sedikit sienogranit biotit, granodiorit hornblende biotit.

(3)

dan sebagian tak terpisahkan dari bahan piroklastik.

Granit Sukadana (Kus), terdiri dari batuan monzonit kuarsa, monzogranit, sionogranit dan granit alkali felspar, sedikit seinit kuarsa, monzodiorit kuarsa dan diorit kuarsa.

Granit Sangiyang, terdiri dari granit felspar perititik, granofirik, leukokratik, berbutir halus dengan tekstur alitrimorfik di Bukit Sangiyang.

Basal Bunga (Kubu), terdiri dari basal hitam sampai kelabu tua yang pejal dengan anggota dasit dan andesit berwarna abu-abu kehijauan, lava, tufa selaan hablur dan breksi gunungapi.

Batuan Terobosan Sintang (Toms), terdiri dari diorit, granodiorit, andesit, forfir berupa retas stock.

Aluvial (Qa), terdiri dari litologi lumpur, pasir, kerikil dan bahan tumbuhan (organik), satuan batuan ini menutupi seluruh daerah penelitian.

Hasil Penyelidikan di Kabupaten Ketapang

Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Kendawangan, Desa Air Tarap. Area pertambangan daerah ini merupakan daerah bekas oleh penambangan emas rakyat tanpa izin (PETI) terletak di daerah aliran S. Air Hitam.

Potensi emas pada endapan aluvial di daerah penyelidikan sebagian telah ditambang, sebagian lagi masih berupa endapan aluvial yang masih utuh (insitu), terutama terletak di daerah pinggiran cekungan endapan aluvial.

Di wilayah bekas penambangan emas aluvial tersebut saat ini masih dilakukan penambangan zirkon oleh rakyat, walaupun dalam skala kecil dan perorangan. Terdapat tujuh blok yang diselidiki pada area bekas tambang ini yaitu: blok Pengunyitan (135,00 Ha), Petanaman (72,14 Ha), Pembiawakan (75,20 Ha), Danau-purun (5 Ha), Musuk

(35,19 Ha), Air Putih (45,00 Ha) dan blok Kinjil (35,11 Ha). Total luas blok daerah penyelidikan adalah 402,67 Ha.

Blok Pengunyitan merupakan wilayah bekas tambang yang paling luas yaitu 135 Ha, dan blok yang paling kecil yaitu blok Danaupurun dengan luas 5 Ha.

Pertambangan rakyat di daerah Air Tarap merupakan pertambangan emas tanpa izin yang sudah dimulai pada tahun 1990-an.

Hingga saat ini penambangan masih berlangsung dan dibeberapa tempat sudah banyak yang ditinggalkan.

Namun sebagian kecil daerah bekas tambang emas tersebut kembali dilakukan penambangan pasir zirkon dengan skala kecil yang umumnya dilakukan perorangan dan berkelompok yang dominan oleh kaum ibu-ibu.

Sebagian besar para penambang merupakan pendatang dari daerah lain, yang umumnya mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam melakukan penambangan dan pengolahan pasir zirkon.

Sedangkan penduduk setempat

mengambil keuntungan dan

memanfaatkan situasi ini dengan cara menyerap keterampilan cara menambang dan mengolah atau bermitra kerja dengan mereka. Beberapa jenis bentuk kerjasama dapat diamati diantaranya sebagai pekerja tambang, penyedia peralatan pengolahan, pelayanan pengangkutan hingga pensuplai logistik.

Penyontoan

(4)

Penyontohan dilakukan dengan mengunakan metode pengeboran berupa Bor Dormer dan juga dengan cara chanell sampling mengikuti tebal lapisan tailing, dan selanjutnya dilakukan pendulangan.

Selama penyelidikan telah diconto sebanyak sebanyak 52 conto, yang terdiri dari 27 conto dengan mengunakan bor dormer dan 25 conto lainnya dengan cara channel sampling. Sample berupa kosentrat dulang dari endapan tailing dan 3 conto konsetrat dulang dari endapan alluvial. Seluruh titik lokasi penyontohan koordinatnya diikat dengan GPS dan selanjutnya dibuat peta lokasi penyontohan. Peta lokasi conto konsentrat dulang dapat dlihat pada Gambar 4.

Hasil pengamatan megaskopis, konsentrat dulang endapan tailing teridentifikasi masih banyak butiran emas yang terbuang pada saat proses penambangan emas yang lalu.

Hal ini diakibatkan oleh disain sluice box yang tidak sempurna serta kualitas air pencucian yang tidak bersih serta tercemar oleh ceceran solar dari mesin penggerak alat penyedot pasir. Selain butir emas sisa pada konsentrat dulang teridentifikasi mineral sinabar, zirkon, pasir kuarsa, magnetit, ilmenit, dan monasit.

Perolehan conto dari kegiatan pengambilan data primer berupa conto konsentrat dulang. Conto-conto tersebut dipilah untuk keperluan pengujian di laboratorium disesuaikan dengan jenis conto kepentingan analisisnya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data dari pengamatan hasil dulang secara megaskopis diketahui bahwa lokasi bekas tambang/tailing di sekitar lokasi masih mengandung mineral mineral seperti emas, zircon, magnetit dan ilmenit, hanya jumlahnya untuk setiap lokasi bervariasi.

Daerah penyelidikan sekitar Desa Air Tarap dan sekitarnya memiliki sumberdaya yang cukup memadai,

prospek pemanfaatannya dengan dilaku-kan penambangan dengan peralatan yang lebih baik dalam recoverynya. Hal ini dilakukan mengingat kondisi endapan mineral berharga yang telah berkurang, sehingga harus dapat ditentukan dulu kelayakannya.

Dari sisi sarana infrastruktur untuk akses ke lokasi yang ada saat ini masih menggunakan transportasi sungai dan perlu perbaikan dan dikembangkan lebih lanjut menuju Desa Air Tarap. Untuk menuju ke lokasi sulit dilakukan melalui jalan darat yang belum tersedia, sehingga hanya dapat dicapai dengan jalan kaki atau dengan menggunakan perahu motor 3 PK. Penggunaan perahu motor masih menghadapi kendala pada saat air sungai surut karena kandas.

Dalam hal ketenagakerjaan, penduduk setempat memiliki potensi yang cukup bilamana dikelola dengan baik, terbukti sangat proaktif dalam membantu kegiatan penyelidikan.

Luas Daerah Bekas Tambang

Luas wilayah penyelidikan adalah 402,67 Ha, dan diperkirakan masih terdapat wilayah di sekitarnya sekitar 1.200 Ha yang berpotensi mengandung REE dan mineral berharga lainnya

Zircon, Monasit dan Unsur Tanah Jarang (UTJ)

(5)

yang tinggi. Berat jenis yang tinggi memungkinkan zirkon dapat dipisahkan dari mineral lain menggunakan prinsip gravitasi.

Secara genesa mineral zirkon di daerah penyelidikan merupakan hasil pengendapan kembali hasil pelapukan batuan yang berkomposisi asam dan terendapkan bersamaan dengan butir emas dalam endapan aluvial. Pada saat dilakukan penambangan emas aluvial mineral zirkon yang tidak tertambang selama proses penambangan dan terbuang bersama tailing.

Hasil analisis mineralogi butir dari konsentrat dulang,terlihat penyebaran dan konsentrasi zirkon dan monasit di tiap daerah bekas penambangan tidak merata. Zirkon dan monasit teridentifikasi di seluruh blok penyelidikan dengan kadar tertinggi diperoleh di blok Pengunyitan dengan nilai rata rata 1.488,86 gram /m3 dan 192,58 gram/m3.

Untuk kandungan REE (unsur tanah jarang diperoleh bahwa di wilayah bekas tambang/tailing daerah penyelidikan mengandung unsur Ce umumnya tinggi dan nilai tertinggi berada di blok Pengunyitan dan Danaupurun mencapai kadar 883 ppm dan 937 ppm.

Unsur tanah jarang lainnya yang tinggi adalah Lantanum, berkisar 100 - 400 ppm. Neodimium 200 - 300 ppm, Praseodimium 100 - 300 ppm, dan Itrium 100 - 400 ppm.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Di Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang saat ini terdapat daerah penambangan emas dan zircon baik yang masih aktif maupun bekas tambang yaitu di Blok Pengunyitan, Blok Petanaman, Blok Pembiawakan, Blok Danaupurun, Blok Musuk, Blok Air Putih dan Blok Kinjil.

2. Dari hasil penyelidikan diperoleh kandungan yang tinggi untuk zircon, Monasit dan Emas. Zircon dan Monasit merupakan mineral pembawa REE. Kadar zirkon, Monasit, REE dan Emas dalam tailing tidak merata, dari ketujuh daerah bekas tambang,

3. Hasil analisis unsur tanah jarang pada konsentrat dulang memperlihatkan kadar yang sangat tinggi untuk unsur Ce, La, Nd, Pr, Sm dan Y di lokasi . 4. Sumber daya hipotetik di lahan

penyelidikan seluas 402,67 Ha adalah Zircon 4.545,16 Ton, Emas 24.358,81 Gram, dan Monasit 520,07 Ton. REE total yang terkandng didalam Zircon dan Monasit adalah 11.891,54 Kg. (Gambar 5).

5. Sumber daya emas yang tidak tertambang sebesar 24,36 kg, dengan kadar rata-rata emas sebesar 3,76 mgr/m3. (Gambar 5).

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut di berupa pengeboran secara sistematis untuk mengetahui secara rinci potensi REE di daerah penyelidikan.

DAFTAR PUSTAKA

E Rustandi dkk, 1993, Peta Geologi Regional Lembar Ketapang, Kalimantan, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Gunradi, R, 2012. Penelitian Potensi Mineral Ikutan dan Unsur Tanah Jarang di Daerah Matan Hilir, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Kantor Wilayah Departemen Pertambangan Dan Energi Provinsi Kalimantan Barat, 1996, Bahan Galian di Kalimantan Barat.

(6)

Soeprapto, T Bambang, S, 2002, Tinjauan Sumberdaya Monasit Indonesia Sebagai Pendukung Litbang/Industri Semikonduktor, Pusat Pengembangan Bahan Galian Dan Geologi Nuklir Batan.

Soeprapto JS, 2009, Tinjauan Tentang Unsur Tanah Jarang, Buletin Sumber Daya Geologi, Vol. 4 No. 1 April 2009.

W, Syaiful Asri, Sutisna Tisna, Egan H. Sinambela, 2002, Inventarisasi dan Evaluasi Mineral non Logam di Kabupaten Pontianak dan Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, Sub dit. Mineral non logam, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.

Zulfikar, Herry, RE, Wastoni,CP & Djadja, T, 2008, Endapan Zircon di Daerah Pangkalan Batu Kecamatan Kendawangan Kabupate Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

(7)

Gambar 2. Peta Geologi Regional Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat

(8)
(9)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.  Peta Geologi Regional Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 4 . Peta lokasi conto
Gambar 5 . Peta Sumber Daya tiap Blok Penyelidikan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perebusan berpengaruh terhadap penurunan kadar serat kasar, protein dan pati, namun tidak berpengaruh terhadap kadar abu dan kadar minyak

Penetapan kadar analit, baik unsur, senyawa, maupun bentuk spesi lain, dalam sampel atau contoh dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis kimia kuantitatif secara

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.Simpulan dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut: (1)

Umum Daerah Kota Semarang. Kepala Badan adalah Kepala Badan sesuai dengan nama Badan masing-masing. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor sesuai dengan nama Kantor masing-masing.

Dengan keberadaan TPA Badran yang menempati lokasi pada saat ini dengan jumlah pemulung dan jumlah penadah barang-barang bekas (Limbah) serta keanekaragaman sampah yang

Berada pada kawasan yang menjadi target perkembangan pariwisata perkotaan Kota Padang, berkaitan dengan bahasan da fungsi dari bangunan sebagai pemeraga sains dan

Hubungan ini menunjukkan bahawa persepsi yang lebih positif terhadap latihan mengajar dalam kalangan guru-guru pelatih dijangka membawa kesan positif dalam usaha mengatasi kesukaran

Akhirnya, dapatan juga menunjukkan bahawa terdapat perbezaan yang signifikan bagi tahap kesediaan guru terhadap pengetahuan kandungan pedagogi berdasarkan