• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMBAHAN LANTAN PADA PENETAPAN KALSIUM SECARA SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (SSA): STUDI PENDAHULUAN. Juli Astuti dan Herawati. Kimia Analisis Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENAMBAHAN LANTAN PADA PENETAPAN KALSIUM SECARA SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (SSA): STUDI PENDAHULUAN. Juli Astuti dan Herawati. Kimia Analisis Bogor"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN LANTAN PADA PENETAPAN KALSIUM SECARA SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (SSA): STUDI PENDAHULUAN

Juli Astuti dan Herawati Akademi Kimia Analisis Bogor

ABSTRACT

The preliminary study on Lanthanum addition in calcium determination using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) has been done. This study is aimed to find out the proper concentration of Lanthanum which can solve the problem of phosphate interference in calcium determination. In calcium determination, the absorbance of 4 mgIL calcium standard was 45 % reduced because of the interference of the presence of 20 mgIL phosphate. The result of this preliminary study is that the addition of 15 mgIL (minimum) Lanthanum to the sample which consist of3 mgIL calcium and3 mg/L phosphate can increase the absorbance by 41 %. This result indicates that Lanthanum can solve the problem of phosphate interference in determining calcium.

PENDAHULUAN

Penetapan kadar analit, baik unsur, senyawa, maupun bentuk spesi lain, dalam sampel atau contoh dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis kimia kuantitatif secara konvensional (gravimetri dan titrimetri) atau menggunakan metode _~. instrumen secara Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Pemilihan penggunaan metode analisis tersebut sangat tergantung pada jumlah atau kandungan analit dalam contoh.

WARTAAKAB, No 22, DES EMBER 2009

Penetapan kalsium (Ca) dalam contoh dapat ditetapkan kadarnya dengan metode konvensional (teknik gravimetri dan titrimetri) maupun

metode instrumen dengan

manggunakan SSA. Beberapa metode konvensional untuk menetapkan kalsium dalam contoh antara lain ; permanganometri, kompleksiometri dengan EDTA. Sedangkan penetapan Ca dalam contoh dengan metode instrument dapat dilakukan secara ermsi flame photometri, atomic 24

(2)

absorpsi spectrophotometrt. Kadar Ca

dalam contoh beragam kisaran

konsentrasinya, dari konsentrasi persen

sampai mg/L. Dalam hal ini perlu

dipilih metode yang tepat, agar hasil uji

yang diperoleh benar sesuai dengan

nilai sebenarnya. Untuk kadar Ca

dengan konsentrasi satuan persen (%)

dapat digunakan metode konvensional,

sedangkan untuk konsentrasi mg/L

(ppm) digunakan metode instrument.

Sebagai contoh, metode instrumen,

dalam hal ini metode SSA dapat

digunakan untuk penetapan Ca dalam

contoh air dengan kandungan kurang

dari 4 mglL. Namun dalam penetapan

Ca dalam contoh air dengan kandungan

kurang dari 4 mg/L secara SSA

terdapat hasil penyimpangan sebesar

45% dengan adanya ion fosfat dalam

contoh sebesar 20 ppm (S. John Wilson

and Peter M. Marquis, 1999). Dengan

demikian, adany a ion fosfat dalam

contoh dapat menggangu pada

penetapan Ca secara SSA.

Gangguan ini dapat diatasi dengan

menambahkan unsur lain dalam jumlah

berlebihan agar bereaksi dengan

komponen pengganggu, sehingga tidak

berpengaruh terhadap penetapan kadar

25 WART A AKAB, No 22, DESEMBER 2009

Ca tersebut. Lantan telah

direkomendasikan dan digunakan

sebagai releasing agent untuk

mengatasi adanya gangguan fosfat

dalam sampel pada penetapan Ca

secara SSA. Hal irn karena lantan

bereaksi dengan fosfat, sehingga

atomisasi Ca dapat optimum (S. John

Wilson and Peter M. Marquis, 1999).

Tujuan penelitian

Penelitian pendahuluan ini bertujuan

untuk mengkaji dan mencan

konsentrasi larutan lantan yang tepat

yang harus ditambahkan pada

penetapan kalsium agar gangguan

fosfat dapat diatasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan

menganalisis Ca secara AAS untuk

beberapa jenis contoh, yaitu : larutan

contoh standar Ca 3 ppm yang

ditambah ion fosfat dengan variasi

konsentrasi yang dapat mengganggu

analisis Ca. Disamping itu, dilakukan

juga penambahan konsentrasi larutan

lantan dalam beberapa variasi untuk

(3)

lantan yang dapat mengatasi gangguan adanya fosfat.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi : standar Ca 1000 ppm, standar fosfat 100 ppm,

standar Lantan 1000 ppm, asarn

Klorida pekat p.a, dan air suling.

Peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah neraca analitik, labu takar 50 mL, 100 mL, buret mikro,

pipet volumetrik, labu semprot, piala

gelas, dan Atomic Absorption

Spectrophotometer (AAS) Shimadzu AA 6300

Preparasi Larutan Contoh Standar

Ca 3 ppm (mg/L)

Sebanyak la mL standar induk Ca

1000 ppm dipipet ke labu takar 100

mL, diimpitkan dengan air suling

sampai tanda tera ( Ca 100 ppm).

Kemudian dipipet 3 mL standar Ca 100 ppm ke labu takar 100 mL diimpitkan sampai tanda tera dengan air suling (3_~. ppm Ca)

Preparasi terhadap Larutan Contoh Standar Ca 3 ppm

Dibuat satu seri larutan contoh standar

Ca 3 ppm yang mengandung 1, 2, 3,

WARTAAKAB, No 22,DESEMBER2009

dan 4 ppm fosfat dalam labu takar 100 mL.

Dibuat satu seri larutan contoh standar

Ca 3 ppm yang mengandung

konsentrasi fosfat yang dapat

menurunkan konsentrasi Ca dalam

contoh dengan variasi penambahan

larutan lantan (1; 3; 5; la; dan 15 ppm).

Pembuatan Larutan B1ankol

Standar Ca 0,09 ppm dan Pengujian

IDL

Larutan standar Ca 9 ppm dipipet 1 mL

ke labu takar 100 mL diimpitkan

dengan air suling sampai tanda tera (0,09 ppm Ca). Larutan ini dibuat tujuh kali ulangan, Kemudian ke tujuh

larutan inr diukur absorbansinya

dengan AAS pada panjang gelombang 422,7 nm.

Pembuatan Larutan Deret Standar

Ca

Sebanyak 10 mL standar induk Ca

1000 ppm dipipet ke labu takar 100

mL, diimpitkan dengan air suling

sampai tanda tera ( Ca 100 ppm).

Kemudian masing-masing dipipet :0; 1

(4)

; 2 ; 3 ;4 ; 5 mL standar Ca 100 ppm

ke labu takar 100 mL diimpitkan

sampai tanda tera dengan air suling ( 0;

l:,2 .,3 ,.4 . 5 ppm Ca),

Pengujian Linieritas

Larutan deret standar Ca ( 0; 1 ; 2 ; 3 ;

4; 5 ppm Ca) masing-rnasing diukur

absorbansinya dengan AAS pada

panjang gelombang 422,7 nm.

Analisis Ca dalam Larutan Contoh

Standar Ca 3 ppm

Pada masing-masing perlakuan,

terhadap larutan contoh standar Ca 3

ppm tersebut diukur absorbansinya

dengan AAS pada panjang gelombang

422,7 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan pada analisis Ca

dalam dua perlakuan larutan contoh

standar Ca 3 ppm secara SSA disajikan

secara berurutan, yaitu limit deteksi

instrumen, linieritas, pengaruh fosfat

dalam larutan contoh standar Ca 3

ppm, dan pengaruh penambahan lantan dalam larutan contoh standar Ca 3 ppm

yang mengandung fosfat 3 ppm.

Limit Deteksi

Pengujian limit deteksi ini dilakukan

dengan cara mengukur absorbansi

larutan standar Ca 0,08 ppm sebanyak

tujuh kali ulangan. Data hasil pengujian

limit deteksi Ca secara SSA

ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Limit

Deteksi Instrumen pada Penetapan Ca

Ulangan Absorbansi Konsentrasi

Ca (ppm) 1 0,0340 0,088 2 0,0331 0,084 3 0,0336 0,086 4 0,0344 0,090 5 0,0336 0,086 6 0,0337 0,087 7 0,0355 0,096 Rata-rata 0,088 SD 0,004 IDL Ca (ppm) 0,100

Pada Tabel 1 menunjukkan limit

deteksi alat untukpengukuran Ca

secara SSA sebesar 0,100 ppm. Nilai

tersebut merupakan konsentrasi

terendah yang masih dapat dipercaya

pada pengukuran Ca dengan

menggunakan SSA. Berdasarkan nilai

-~.

tersebut dapat diketahui bahwa

penggunaan instrument pada

pengukuran Ca dengan konsentrasi >

0,100 ppm dapat dipercaya sebagai

(5)

Pengaruh Fosfat pada Analisis Ca dalam Larutan Contoh Standar Ca 3ppm

Untuk menunjukkan adanya gangguan

ion fosfat pada pengukuran Ca 3 ppm

dalam contoh menggunakan kurva

hubungan antara konsentrasi Ca (ppm)

y= 0,1962x+0,0167 t rhadap konsentrasi Ion fosfat. R' = 0,9984

onsentrasi ion fosfat yang digunakan

--.

alam larutan contoh standar Ca 3 ppm

alah 1, 2, 3. dan 4 ppm. Kurva hasil

alisis dapat dilihat pada Gambar 2.

sinyal alat terhadap analit Ca, tetapi

untuk konsentrasi analit Ca < 0,100

ppm sinyal yang dihasilkan tidak

dipercaya berasal dari analit Ca tetapi

merupakan noise.

Limit deteksi uu menunjukkan

konsentrasi terendah dari suatu analit

yang masih dapat direspon dengan baik

oleh alat. Semakin kecil nilai limit

deteksi dari suatu alat terhadap suatu

analit tertentu menunjukkan semakin

baik alat yang digunakan untuk

menganalisa anal it tersebut.

Linieritas

Linieritas adalah suatu parameter untuk

memastikan adanya hubungan yang

linier antara konsentrasi analit dan

respon alat. Pada pengujian linieritas

nu dilakukan dengan mengukur

absorbansi larutan deret standar Ca (0;

1; 2; 3; 4; 5 ppm). Kurva linieritas Ca

dapat dilihat pada Gambar 1.

Kurva Standar Ca 1.2000 1,(XXlo c 0.8000 ••

j

0,&XXl < 0.4000 0,2000 o,OCXJo~---'----r--~---"'---- '-0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 Konsentrasl Ca (pprrt

W ART A AKAB, No 22, DES EMBER 2009

Gambar I. Kurva Standar Ca

Berdasarkan data hasil analisis

linieritas diperoleh nilai koefisien

korelasi (r) untuk Ca sebesar 0,9989.

Hal ini berarti, nilai koefisien korelasi

yang diperoleh sesuai dengan

persyaratan nilai koefisien korelasi

suatu metode (r > 0,99). Kurva ini

mampu menghasilkan hasil yang

proporsional dengan konsentrasi analit

Ca dalam contoh pada kisaran

konsentrasi 1 sampai 5 ppm, sehingga

kurva tersebut dapat digunakan untuk

pengukuran Ca dengan kisaran

konsentrasi 3 ppm dalam contoh.

5,00

ada Gambar 2 terlihat bahwa terdapat

(6)

Pada penelitian ini dibuat lima larutan contoh yang mengandung standar Ca 3 ppm dan fosfat 3 ppm yang

masing-.---,H::-:Ib:-ung-an--:-;K7:-ons::-:.=ntr::-:asl;-;:ea:-;3-=pp=m..-:ter:i:ha:<:dap;:---i masing larutan tersebut mengandung 1; Penambahan Fosfat (ppm)

3; 5; 10, dan 15 ppm larutan lantan.

Kurva hubungan konsentrasi Ca (ppm) dalam larutan contoh (standar Ca 3 ppm dan 3 ppm ion fosfat) terhadap variasi penambahan ppm lantan terlihat

pada Gambar3.

pengaruh adanya ion fosfat pada

analisis Ca dalam larutan contoh secara

SSA. Kandungan ion fosfat sebesar 3

ppm dalam larutan contoh standar Ca 3

ppm sudah dapat menyebabkan

penurunan absorbansi (serapan) Ca.

Dengan demikian, konsentrasi Ca

turun sebesar 0,3 ppm dan kesalahan

hasil analisis sebesar 10%. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya fosfat

dalam larutan contoh dapat

menyebabkan gangguan -kimia pada

analisis Ca secara SSA, dan terbentuk

senyawa kalsium fosfat yang stabil secara termal sehingga menghalangi atomisasi Ca, karena Ca terikat kuat

dalam kalsiumfosfat. Konsentrasi ion

fosfat dalam contoh semakin tinggi,

semakin rendah konsentrasi Ca dalam contoh. Hal ini dapat menimbulkan hasil uji Ca dalam contoh tidak sesuai

dengan nilai sebenarnya.

4,00 ~ ,~2,45 3,00 E2,00 Go .

.•

e u 1,00 0,00-1---,----,---- .---,---0,00 1,00 2,00 3,00 Fosfat (ppm) 4,00

Gambar 2.Kurva Hubungan

Konsentrasi Ca (ppm) terhadap Konsentrasi Fosfat

29 WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009

(ppm) dalam Larutan Contoh Standar Ca 3 ppm

Pengaruh Penambahan Larutan

Lantan dalam Larutan Contoh yang Mengandung Standar Ca 3 ppm dan Fosfat 3 ppm

Berdasarkan hasil penurunan

konsentrasi Ca dalam larutan contoh dengan adanya ion fosfat seperti yang

terlihat pada Gambar 3, maka

dilakukan kajian lanjutan untuk

mengatasi penurunan ini. Penurunan

konsentrasi Ca dalam contoh dapat

diatasi dengan penambahan lantan

dalam jumlah berlebih yang dapat

bereaksi dengan ion fosfat sebagai pengganggu analisis Ca dalam larutan

(7)

Ca sebesar 10%

3. Penambahan larutan lantan minimal sebesar 15 ppm dalam larutan contoh yang mengandung 3 ppm Ca dan ion fosfat 3 ppm, dapat menaikkan absorbansi Ca sebesar 3.40

3,25 ...•3,18 41%.

[3,10 Dari kesimpulan tersebut perlu

-;2,95

u 2,802,65 dilakukan penelitian lanjutan dengan

2,50 +---,----..---,~ menggunakan sampel/contoh, sehingga

0,00 5,00 10,00 15,00

L li_nta_"_(p_pm_l ---' hasilnya lebih dapat diaplikasikan.

Pada Gambar 3. terlihat bahwa penambahan 10 ppm larutan lantan dalam larutan contoh (yang mengandung standar Ca 3 ppm dan 3 ppm ion fosfat) dapat menaikkan absorbansi Ca, sehingga konsentrasi Ca dalam contoh naik sebesar 0,27 ppm (2,77 - 2,97) atau 27%. Untuk mendapatkan maksimum Ca dalam larutan contoh yang mengandung 3 ppm Ca dan ion fosfat 3 ppm, minimal penambahan larutan lantan sebesar 15 ppm dengan memberikan kenaikan serapan Ca sebesar 41%.

lIIIIIun8'" Konltntraol Ca 3 ppm daIlII!I Folfal3 ppm t.",.dap Penambahan Lantan (ppm)

Gambar 3. Kurva Hubungan Konsentrasi ppm Ca dalam Larutan Contoh (Standar 3 ppm Ca dan Standar 3 ppm ion fosfat) terhadap Variasi Penambahan ppm Konsentrasi Larutan Lantan

WARTA AKAB, No 22, DESEMBER2009

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis Ca dalam larutan contoh uji secara AAS dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penetapan kadar Ca 0,100 ppm dalam contoh dapat dilakukan secara AAS.

2. Adanya ion fosfat sebesar 3 ppm dalam larutan contoh yang mengandung Ca 3 ppm dapat menurunkan absorbansi (serapan)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2008, Metode Pengolahan

Kesadahan (Hardness) Air dengan Menggunakan Resin PenukarIon, SKIMA.

Atatina S.B, Praswasti P.D.K. Wulan, dan Syarifudin, 2002,

Penghilangan Kesadahan Air yang Mengandung Ion Ca

(8)

dengan Menggunakan Zeolit

A lam Lampung Sebagai

Penukar Kation, Universitas

Indonesia, Depok

David L. T, and F.F. Esther, 1900,

Determination of Calcium in Urine and Serum by Atomic Absorption

Spectrophotometry (AAS),

University of Minnesota

Medical School, Minnepolis.

John Wilson. S, and M. M. Peter, 1999,

The estimation of lanthanum

by air - acetylene atomic

absorpation

spectrophotometry using an

indirect procedure, The

University of Birmingham,

Birmingham.

Standard Methods and Conditions for

Atomic Absorption

Spectrophotometry, 1982,

Perkin Elmer Corp., Norwalk, CT, USA.

Tyas Djuhariningrum, 2002, Kajian

Teoritis Pengaruh Unsur

Matriks terhadap Hasil

Analisis dengan Metode

Spektroskopi Serapan Atomic

(AAS). Universitas Indonesia,

Depok.

Referensi

Dokumen terkait

أ.. 14 يريو ثحابلا نأ ةجرد مهفلا يف ةءارقلا عم ةحص قطنلا ظفلتوأ ةملكلا ةيبرعلا امهل ريهظ ةقلاعلا , نأو مهف بلاطلا باتكل ليقع نبا حرش رثؤي ىلع مهف ام

hammer) itu terjadi, dimana air dengan tenaga gravitasi dari terjunan menghantam arus balik tadi, 2/3 debit keluar lubang pembuangan, sementara yang 1/3 debit mendorong klep

Sedangkan pada produksi padi dengan cara tanam jajar legowo 2:1 dengan 4:1 memberikan perbedaan yang nyata, Penerapan jajar legowo 2:1 hasilnya lebih tinggi

PELAKSANAAN KEWENANGAN PENYIDIK DIREKTORAT RESERSE NARKOBA DALAM PROSES PEMERIKSAAN TERSANGKA DI TINGKAT. PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi siswa, guru, dan kepala sekolah tentang pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer UNBK serta hasil ujian nasional

It is recommended that for this section of the syllabus, candidates should have a working knowledge of HTML and CSS, (for example, have studied website authoring in Cambridge

Jakarta, April 30, 2008 – Indosat present Corporate VPN (Virtual Private Network) service and Mobile Extension as part of Indosat Corporate Solution (ICS), namely

ANOVA, or one-factor analysis of variance, is a procedure to test the hypothesis that several populations have the same