• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002

 

TENTANG

 

HUTAN KOTA

 

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

 

Menimbang :

 

bahwa unt uk melaksanakan ket ent uan Pasal 9 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan, perlu menet apkan Perat uran Pemerint ah t ent ang Hut an Kot a.

 

Mengingat :

 

1.

Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana t elah diubah dengan perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945;

  

2.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034);

  

3.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

  

4.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 t ent ang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

  

5.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501);

  

6.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 t ent ang Perubahan Iklim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3557);

  

7.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

 

8.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

  

9.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

 

10.

Perat uran Pemerint ah Nomor 69 Tahun 1996 t ent ang Pelaksanaan Hak dan Kewaj iban, sert a Bent uk dan Tat a Cara Peran Sert a Masyarakat Dalam Penat aan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

 

11.

Perat uran Pemerint ah Nomor 47 Tahun 1997 t ent ang Rencana Tat a Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);

  

(2)

13.

Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 2001 t ent ang Pembinaan dan Pengawasan At as Penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

 

14.

Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206);

 

15.

Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4207).

 

M E M U T U S K A N :

 

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HUTAN KOTA.

 

BAB I KETENTUAN UMUM

 

Bagian Kesat u Bat asan Pengert ian

 

Pasal 1

 

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :

 

1.

Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya yang sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan.

  

2.

Hut an Kot a adalah suat u hamparan lahan yang bert umbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkot aan baik pada t anah negara maupun t anah hak, yang dit et apkan sebagai hut an kot a oleh pej abat yang berwenang.

 

3.

Wilayah perkot aan merupakan pusat -pusat permukiman yang berperan di dalam suat u wilayah pengembangan dan at au wilayah nasional sebagai simpul j asa at au suat u bent uk ciri kehidupan kot a.

 

4.

Kot a adalah wilayah perkot aan yang berst at us daerah ot onom.

  

5.

Tanah negara adalah t anah yang t idak dibebani hak at as t anah.

 

6.

Tanah hak adalah t anah yang dibebani hak at as t anah.

  

7.

Tat a ruang adalah wuj ud st rukt ural dan pola pemanf aat an ruang baik direncanakan maupun t idak.

 

8.

Rencana t at a ruang adalah hasil perencanaan t at a ruang.

 

9.

Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang, t ermasuk masyarakat hukum adat at au Badan Hukum.

  

10.

Pemerint ah Pusat selanj ut nya disebut Pemerint ah adalah perangkat Negara Kesat uan Republik Indonesia yang t erdiri dari Presiden besert a para Ment eri.

 

11.

Pemerint ah Daerah adalah Kepala Daerah besert a perangkat Daerah Ot onom yang lain sebagai Badan Eksekut if Daerah.

 

12.

Perat uran Daerah adalah Perat uran Daerah Kabupat en/ Kot a at au Perat uran Daerah Provinsi unt uk wilayah Daerah Khusus Ibukot a Jakart a.

 

(3)

Bagian Kedua Tuj uan dan Fungsi

 

Pasal 2

 

Tuj uan penyelenggaraan hut an kot a adalah unt uk kelest arian, keserasian dan keseimbangan ekosist em perkot aan yang meliput i unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Pasal 3

 

Fungsi hut an kot a adalah unt uk :

 

a.

memperbaiki dan menj aga iklim mikro dan nilai est et ika;

  

b.

meresapkan air;

  

c.

mencipt akan keseimbangan dan keserasian lingkungan f isik kot a; dan

 

d.

mendukung pelest arian keanekaragaman hayat i Indonesia.

  

BAB II

PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA

 

Bagian Kesat u Umum

 

Pasal 4

 

(1) Unt uk kepent ingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 di set iap wilayah perkot aan dit et apkan kawasan t ert ent u sebagai hut an kot a.

 

(2) Penyelenggaraan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i : 

a. penunj ukan; b. pembangunan; c. penet apan; dan d. pengelolaan.

Bagian Kedua Penunj ukan

Pasal 5

 

(1) Penunj ukan hut an kot a t erdiri dari :

 

a.

penunj ukan lokasi hut an kot a; dan

  

b.

penunj ukan luas hut an kot a.

  

(4)

(3) Unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a, penunj ukan lokasi dan luas hut an kot a dilakukan oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukot a Jakart a berdasarkan Rencana Tat a Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukot a Jakart a.

 

Pasal 6

 

Lokasi hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hij au (RTH) Wilayah Perkot aan.

 

Pasal 7

 

(1) Lokasi yang dit unj uk sebagai hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dapat berada pada t anah negara at au t anah hak.

 

(2) Terhadap t anah hak yang dit unj uk sebagai lokasi hut an kot a diberikan kompensasi sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang- undangan yang berlaku.

 

Pasal 8

 

(1) Penunj ukan lokasi dan luas hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 didasarkan pada pert imbangan sebagai berikut :

 

a.

luas wilayah;

  

b.

j umlah penduduk;

  

c.

t ingkat pencemaran; dan

  

d.

kondisi f isik kot a.

  

(2) Luas hut an kot a dalam sat u hamparan yang kompak paling sedikit 0, 25 (dua puluh lima perserat us) hekt ar.

 

(3) Persent ase luas hut an kot a paling sedikit 10% (sepuluh per serat us) dari wilayah perkot aan dan at au disesuaikan dengan kondisi set empat .

Pasal 9

 

(1) Pedoman, krit eria dan st andar penunj ukan hut an kot a diat ur oleh Ment eri.

(2) Tat a cara penunj ukan lokasi dan luas hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 diat ur dengan Perat uran Daerah.

Bagian Ket iga Pembangunan

 

(5)

(1) Pembangunan hut an kot a dilakukan berdasarkan penunj ukan lokasi dan luas hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

(2) Pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerint ah Kabupat en/ Kot a.

(3) Unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a, pembangunan hut an kot a dilaksanakan oleh Pemerint ah Provinsi Daerah Khusus Ibukot a Jakart a.

Pasal 11

Pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliput i kegiat an : a. perencanaan; dan

b. pelaksanaan.

Paragraf 2 Perencanaan

Pasal 12

(1) Rencana pembangunan hut an kot a sebagai hasil dari perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a merupakan bagian dari Rencana Tat a Ruang Wilayah Perkot aan.

(2) Unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a, rencana pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan bagian dari Rencana Tat a Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukot a Jakart a. (3) Rencana pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan kaj ian dari aspek t eknis, ekologis, ekonomis, sosial dan budaya set empat .

Pasal 13

Rencana pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 memuat rencana t eknis t ent ang t ipe dan bent uk hut an kot a.

 

Pasal 14

 

(1) Penent uan Tipe hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sesuai dengan f ungsi yang dit et apkan dalam Rencana Tat a Ruang Wilayah Perkot aan at au Rencana Tat a Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukot a Jakart a.

(2) Tipe hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t erdiri dari : a. t ipe kawasan permukiman;

b. t ipe kawasan indust ri; c. t ipe rekreasi;

d. t ipe pelest arian plasma nut f ah; e. t ipe perlindungan; dan

f . t ipe pengamanan.

(6)

(1) Penent uan bent uk hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 disesuaikan dengan karakt erist ik lahan.

(2) Bent uk hut an kot a sebagaimana di maksud pada ayat (1) t erdiri at as : a. j alur;

b. mengelompok; dan c. menyebar.

Paragraf 3 Pelaksanaan

Pasal 16

(1) Pelaksanaan pembangunan hut an kot a didasarkan at as rencana pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

(2) Pelaksanaan pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui t ahapan kegiat an :

a. penat aan areal; b. penanaman; c. pemeliharaan;

d. pembangunan sipil t eknis.

Pasal 17

(1) Pedoman, krit eria dan st andar pembangunan hut an kot a diat ur oleh Ment eri. (2) Tat a cara pembangunan hut an kot a diat ur dengan Perat uran Daerah.

Bagian Keempat Penet apan

Pasal 18

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembangunan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dit et apkan hut an kot a dengan Perat uran Daerah.

Pasal 19

(1) Tanah hak yang karena keberadaannya dapat dimint akan penet apannya sebagai hut an kot a oleh pemegang hak t anpa pelepasan hak at as t anah.

(2) Pemegang hak dapat memperoleh insent if at as t anah hak yang dit et apkan sebagai hut an kot a. (3) Pemberian insent if sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diat ur dengan Perat uran Daerah.

(7)

(5) Penet apan t anah hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan t anpa melalui proses penunj ukan dan pembangunan.

(6) Tanah hak yang dapat dimint akan penet apannya sebagai hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi krit eria sebagai berikut :

a. t erlet ak di wilayah perkot aan dari suat u Kabupat en/ Kot a at au provinsi unt uk Daerah Khusus Ibu Kot a Jakart a;

b. merupakan ruang t erbuka hij au yang didominasi pepohonan;

c. mempunyai luas yang paling sedikit 0, 25 (dua puluh lima perserat us) hekt ar dan mampu membent uk at au memperbaiki iklim mikro, est et ika, dan berf ungsi sebagai resapan air. (7) Penet apan dan perubahan perunt ukan t anah hak sebagai hut an kot a dilakukan dengan Keput usan Bupat i/ Walikot a.

(8) Unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a, penet apan dan perubahan perunt ukan t anah hak sebagai hut an kot a dilakukan dengan keput usan Gubernur Daerah Khusus Ibukot a Jakart a.

(9) Penet apan dan perubahan perunt ukan t anah hak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan berdasarkan permohonan dari pemegang hak.

Pasal 20

(1) Perubahan perunt ukan hut an kot a yang berada pada t anah negara disesuaikan dengan Rencana Tat a Ruang Wilayah Perkot aan sert a dit et apkan dengan Perat uran Daerah.

(2) Unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a, perubahan perunt ukkan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tat a Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukot a Jakart a sert a dit et apkan dengan Perat uran Daerah.

(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) didasarkan pada hasil penelit ian t erpadu.

Bagian Kelima Pengelolaan

Paragraf 1 Umum Pasal 21

(1) Pengelolaan hut an kot a dilakukan sesuai dengan t ipe dan bent uk hut an kot a agar berf ungsi secara opt imal berdasarkan penet apan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

(2) Pengelolaan hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i t ahapan kegiat an : a. penyusunan rencana pengelolaan;

b. pemeliharaan;

c. perlindungan dan pengamanan; d. pemanf aat an; dan

(8)

Pasal 22

(1) Pengelolaan hut an kot a yang berada di at as t anah negara dapat dilakukan oleh : a. Pemerint ah Daerah; dan at au

b. Masyarakat .

(2) Pengelolaan hut an kot a yang berada pada t anah hak dilakukan oleh pemegang hak.

(3) Pengelolaan hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh masyarakat bukan pemegang hak at au Pemerint ah Daerah melalui perj anj ian dengan pemegang hak.

Paragraf 2

Penyusunan Rencana Pengelolaan Pasal 23

Penyusunan rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan yang meliput i:

a. penet apan t uj uan pengelolaan;

b. penet apan program j angka pendek dan j angka panj ang; c. penet apan kegiat an dan kelembagaan; dan

d. penet apan sist em monit oring dan evaluasi. Paragraf 3 Pemeliharaan

Pasal 24

Pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b dilaksanakan dalam rangka menj aga dan mengopt imalkan f ungsi dan manf aat hut an kot a melalui opt imalisasi ruang t umbuh, diversif ikasi t anaman dan peningkat an kualit as t empat t umbuh.

 

Paragraf 4

Perlindungan dan Pengamanan

 

Pasal 25

 

(1) Perlindungan dan pengamanan hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf c bert uj uan unt uk menj aga keberadaan dan kondisi hut an kot a agar t et ap berf ungsi secara opt imal.

(2) Perlindungan dan pengamanan hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui upaya :

 

a. pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan;

b. pencegahan dan penanggulangan pencurian f auna dan f lora; c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran; dan

(9)

Pasal 26

(1) Set iap orang dilarang melakukan kegiat an yang mengakibat kan perubahan dan at au penurunan f ungsi hut an kot a.

 

(2) Set iap orang dilarang :

 

a. membakar hut an kot a; b. merambah hut an kot a;

c. menebang, memot ong, mengambil, dan memusnahkan t anaman dalam hut an kot a, t anpa izin dari pej abat yang berwenang;

d. membuang benda-benda yang dapat mengakibat kan kebakaran at au membahayakan kelangsungan f ungsi hut an kot a; dan

e. mengerj akan, menggunakan, at au menduduki hut an kot a secara t idak sah. Paragraf 5

Pemanf aat an Pasal 27 (1) Hut an kot a dapat dimanf aat kan unt uk keperluan :

a. pariwisat a alam, rekreasi dan at au olah raga; b. penelit ian dan pengembangan;

c. pendidikan;

d. pelest arian plasma nut f ah; dan at au e. budidaya hasil hut an bukan kayu.

(2) Pemanf aat an hut an kot a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sepanj ang t idak mengganggu f ungsi hut an kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

Paragraf 6 Pemant auan dan Evaluasi

Pasal 28

(1) Pemant auan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf e dimaksudkan unt uk meningkat kan kinerj a pengelola melalui penilaian kegiat an pengelolaan secara menyeluruh. (2) Hasil penilaian kegiat an pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan t erhadap pengelolaan hut an kot a.

(3) Pemant auan dan evaluasi dilakukan secara periodik. Pasal 29

(10)

BAB III

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 30

(1) Ment eri melakukan pembinaan t erhadap penyelenggaraan hut an kot a yang dilakukan oleh Pemerint ah Daerah.

(2) Ment eri dapat melimpahkan pembinaan at as penyelenggaraan hut an kot a di Kabupat en/ Kot a kepada Gubernur selaku wakil pemerint ah di daer ah sesuai dengan perat uran perundang-undangan. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i pemberian pedoman, bimbingan, pelat ihan, arahan dan supervisi.

(4) Pemerint ah Daerah melakukan pembinaan t erhadap pengelolaan hut an kot a yang dilakukan oleh masyarakat .

Pasal 31

(1) Ment eri melakukan pengawasan t erhadap penyelenggaraan hut an kot a yang dilakukan oleh Pemerint ah Daerah.

(2) Ment eri dapat melimpahkan pengawasan at as penyelenggaraan hut an kot a di Kabupat en/ Kot a kepada Gubernur selaku wakil pemerint ah di daer ah sesuai dengan perat uran perundang-undangan. (3) Gubernur at au Bupat i/ Walikot a melakukan pengawasan t erhadap penyelenggaraan hut an kot a di wilayah kerj anya.

(4) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan bersama-sama masyarakat secara t erkoordinasi dengan inst ansi pemerint ah yang t erkait .

Pasal 32

Pelaksanaan lebih lanj ut t ent ang pengawasan di laksanakan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

PERAN SERTA MASYARAKAT

 

Pasal 33

 

(1) Pemerint ah, Pemerint ah Provinsi, dan Pemerint ah Kabupat en/ Kot a mendorong peran sert a masyarakat dalam penyelenggaraan hut an kot a.

 

(2) Peran sert a masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sej ak penunj ukan, pembangunan, penet apan, pengelolaan, pembinaan dan pengawasan.

 

(11)

Pasal 34

 

(1) Peningkat an peran sert a masyarakat dil akukan mel al ui :

 

a. pendidikan dan pel at ihan; b. penyul uhan;

c. bant uan t eknis dan insent if .

(2) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pengat uran pemberian bant uan t eknis dan insent if sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diat ur dengan Perat uran Daerah.

Pasal 35

 

(1) Peran sert a masyarakat dalam penyelenggaraan hut an kot a dapat berbent uk :

 

a.

penyediaan lahan unt uk penyelenggaraan hut an kot a;

  

b.

penyandang dana dalam rangka penyelenggaraan hut an kot a;

  

c.

pemberian masukan dalam penent uan lokasi hut an kot a;

  

d.

pemberian bant uan dalam mengident if ikasi berbagai pot ensi dalam masalah penyelenggaraan hut an kot a;

  

e.

kerj asama dalam penelit ian dan pengembangan;

  

f.

pemberian inf ormasi, saran, pert imbangan at au pendapat dalam penyelenggaraan hut an kot a;

  

g.

pemanf aat an hut an kot a berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku;

  

h.

bant uan pelaksanaan pembangunan;

  

i.

bant uan keahlian dalam penyelenggaraan hut an kot a;

  

j.

bant uan dalam perumusan rencana pembangunan dan pengelolaan;

  

k.

menj aga, memelihara dan meningkat kan f ungsi hut an kot a.

  

(2) Tat a cara peran sert a masyarakat dalam penyelenggaraan hut an kot a diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Daerah.

 

BAB V PEMBIAYAAN

 

Pasal 36

 

Biaya penyelenggaraan hut an kot a berasal dari Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah at au sumber dana lainnya yang sah.

BAB VI S A N K S I

 

Pasal 37

 

(12)

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

 

Pasal 38

 

Hut an kot a yang t elah dit et apkan sebelum berlakunya Perat uran Pemerint ah ini dinyat akan t et ap berlaku dan segera menyesuaikan ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini.

BAB VIII P E N U T U P

 

Pasal 39

 

Pada saat mulai berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, semua perat uran perundang-undangan yang mengat ur hut an kot a yang t elah ada sepanj ang t i dak bert ent angan dengan Perat uran Pemerint ah ini, t et ap berlaku sampai dengan dikeluarkannya perat uran pelaksanaan yang baru berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

 

Pasal 40

 

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

 

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

 

Dit et apkan di Jakart a Pada t anggal 12 Nopember 2002

 

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, t t d. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

 

Diundangkan di Jakart a

Pada t anggal 12 Nopember 2002

 

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, t t d.

BAMBANG KESOWO

 

(13)

Referensi

Dokumen terkait

mengembangkan e-Learning adalah keterbatasan bandwidth serta biaya operasional yang sangat tinggi, sehingga sampai hari ini hanya beberapa universitas besar saja di dunia yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tentang

(2) Besarnya tarif Retribusi Tempat Parkir di Jalan Umum yang diselenggarakan oleh Orang atau Badan ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati dengan memperhatikan prinsip bagi

Untuk menindaklanjuti Undang-Undang yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut dan untuk memungut retribusi pelayanan kesehatan di Kabupaten

Dalam pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri menggunakan pinsip bagi hasil dalam pelaksanaannya. Setelah penentuan nisbah , pada saat akad juga ditentukan metode

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor penyesuaian diri di sekolah sebelum dan sesudah penerapan bimbingan

Penerima dana bantuan agar segera mengisi dan menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK) sebagaimana terlampir dan selanjutnya dikirimkan ke alamat :

[r]