• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Anak dalam Pembangunan Ekonomi Nur S. Buchori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Anak dalam Pembangunan Ekonomi Nur S. Buchori"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

37 Pendahuluan

Pembangunan ekonomi pada da-sarnya bert ujuan unt uk kesejaht eraan dan kem akmuran, nam un kit a juga t idak dapat menut up m at a oleh suat u kenyat aan yang m enunjukan bahw a pem bangunan selam a ini disam ping m em buat sejaht era dan m akm ur penduduk juga meninggalkan banyak orang yang sering disebut kelom pok orang yang t idak berunt ung at au t erim bas dam pak negat if oleh adanya pem bangunan. Salah sat u kelom pok orang yang t erkena at au sebagai kelom pok yang t idak berunt ung adalah anak. Anak yang m erupakan m odal pem bangunan mest inya m em punyai nilai yang t inggi dalam pem bangunan ekonomi sebagai suat u sum berdaya m anusia. Peran anak

lebih m erupakan suat u konsep yang m em iliki berbagai perm asalahan kom pleks, karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perubahan norm a sosial ekonom i dan kebudayaan yang berlaku disuat u negara. Bahkan set iap orang t ua yang m em punyai anakpun memiliki pandangan yang berbeda m engenai peran anak, karena peran anak banyak dipengaruhi oleh kebudayaan, norm a sosial dan fakt or kepribadian seseorang.

Penulis m encoba mem aparkan seput ar nilai anak dan Pem bangunan ekonomi yang dibahas oleh Pet er H. Lindert dalam bukunya ”Child Cost and Economic Development ” sert a m enam bahkan beberapa sum ber dari para peneliti dem ographi lainnya

Peran Anak dalam Pembangunan Ekonomi

Nur S. Buchori

(2)

38

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

seput ar peran anak dalam perspektif pem bangunan ekonom i melalui pendekat an part isipasi angkat an kerja anak. Sehingga dapat diket ahui pengaruh anak t erhadap pem ba-ngunan ekonomi baik di t ingkat yang lebih besar (m akro) at au dit ingkat keluarga. Oleh karena it u t ulisan ini akan m em aparkan pem bangunan ekonomi yang m elibat kan partisipasi angkat an kerja anak baik dipasar kerja m aupun di dalam rum ah t angga

Peran anak dim at a pem bangunan ekonomi merupakan sesuat u yang m em iliki cakupan perm asalahan yang sangat kom pleks karena selalu berubah-ubah sesuai dengan peru-bahan norm a sosial ekonom i dan budaya yang berlaku disebuah daerah at au negara. Pada prinsipnya ada dua m acam penilaian t ent ang anak dalam perspekt if pem bangunan ekonomi, yait u nilai positif dan nilai negatip. Pembangunan ekonomi sendiri lebih banyak dipengaruhi tingkat perum -buhan penduduk terut am a jika laju pert um buhan penduduk t idak sam a dengan laju pert umbuhan ekonom i suat u negara. Oleh karenanya Transisi Fert ilit as m erupakan suat u kat a kunci dalam pem bangunan ekonom i sebuah negara.

Pembahasan peran anak dalam pem bangunan ekonom i ini t idak lepas dari cara pandang orang t ua dalam m em posisikan anak dalam keluarganya yang dit unjukan dengan part isipasi pekerja anak baik di pasar

kerja m aupun dalam rum ah t angga m ereka sert a sert a kait annya dengan m asalah fert ilit as .

Anak Dimata Orang Tua

(3)

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

39 bahw a orang tua jaw a lebih

m em entingkan keuntungan m at eril dari anak sedangkan orang t ua Sunda lebih m em entingkan pada keun-t ungan psikologis.

Pada prinsipnya ada dua m acam nilai anak dalam perspektif sifat , yait u nilai posit if dan nilai negat ip. Nilai posit f diperlihat kan dalam perasaan puas karena m em iliki anak disebabkan adanya keunt ungan keunt ungan ant ara lain :

1. Keunt ungan Em osional se-pert i kebahagiaan, kecintaan m aupun penerus ket urunan. Tidak sedikit dari para orang t ua m erasa bahagia m anakala m em iliki penerus ket urunan

2. Keunt ungan Ekonomi misal-nya bant uan ekonomi at aupun m enjam in hari t ua

3. Keunt ungan Sosial yait u berhasil m em bent uk w at ak dan kepribadian anak, dan lain-lain proses sosialisasi anak.

Sem ent ara it u nilai negat if anak dit unjukan dalam berbagai m acam beban yang dirasakan at au yang diderit a orang t ua karena memiliki anak. Beban-beban ini adalah :

1. Beban perasaan yang dit unjukan seperti rasa t akut kalau anak sakit , nakal, m erusak barang-barang dan alat -alat rum ah t angga.

2. Beban Ekonomi, misalnya pengeluaran biaya-biaya peraw at an, pem eliharaan anak, pendidikan, kesehat an dan lain-lain.

3. Beban Ruang dan Gerak yait u m em bat asi kegiat an dan kesem pat an dalam berm acam -m aca-m akt ifit as sosial, ekono-mi, rekreasi dan lain-laina.

4. Beban Fisik, t erut am a m enam bah pekerjaan dan

5. Beban Kem asyarakat an, yait u menam bah jum lah penduduk dalam m asyarakat nya.

Apapun cara pandang orang t ua t erhadap anak past i berpengaruh t erhadap pola hidup, perilaku dan cara pandang seperti ini dan t erkont am inasi oleh pem bangunan negara yang juga sangat berpengaruh pada orang t ua dan anak dalam keluarga dan lingkungannya. Kenya-t aan m em ang m enunjukan bahw a kelahiran seorang anak ada yang sangat dit unggu-t unggu sem ent ara banyak pula yang lahir t anpa dikehendaki (unw ant ed pregnancy). Ada anak yang sangat dicint ai, dilindungi dan bahkan dim anja, sem ent ara yang lain di eksploit asi dan bahkan disiksa sepert i kasus Ari hanggara, juga beberapa berit a elekt onik m aupun cet ak yang m em berit akan kekejam an orang t ua t erhadap anaknya.

(4)

40

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

Secara kult ural, anak-anak yang bekerja dianggap bukan suat u hal yang aneh, karena anak-anak yang bekerja sebenarnya m erupakan bagian dari proses sosialisasi nilai-nilai kebudayaan tempat anak-anak t er-sebut berkem bang. Pem bangunan ekonomi bert ujuan unt uk kesejah-t eraan dan kem akm uran, nam un demikian t idak m enut up kem ung-kinan pem bangunan ekonom i disam ping unt uk kesejahteraan dan kem akm uran t erdapat orang-orang yang t erim bas dam pak negatif karena adanya pem bangunan ekonomi it u sendiri. Salah sat u kelom pok orang yang t erkena im bas pem bangunan ekonomi t ersebut adalah para pekerja anak. Dalam era globalisasi, pekerja anak m enjadi isyu yang sensit if. Di Negara-Negara m aju dit erapkan sangsi perdagangan kepada negara yang berkem bang yang menggunakan pekerja anak dalam proses produksi suat u barang. Sement ara di Negara-Negara berkem bang kerap m en-jadikan pekerja anak sebagai sebagai salah sat u pemenuhan kebut uhan produksinya untuk m encapai keun-t ungan yang m aksim al. Konvensi ILO no. 182/ 1999 mengenai Worst Form Of Child Labour Convent ion m encerm inkan kepedulian dan kon-sensus int ernasional unt uk m eng-hapus pekerja anak. Indonesia m erat ifikasi Konvensi ILO ini m engenai pelarangan dan tindakan segera penghapusan bent uk-bent uk

pekerjaan t erburuk unt uk anak. Dengan m erat ifikasi konvensi ini berarti Indonesia t erikat dengan konvensi it u dan w ajib m enjalankan isi konvensi

(5)

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

41 est im asi karena dinegara-negara

berkem bang dat a yang baik t ent ang pekerja anak sulit didapat. Nam un demikian, berapapun jum lah pekerja anak, perlu mendapat perhat ian karena anak-anak m erupakan sum ber daya yang penting dim asa m endat ang. Bent uk perhatian ini dapat difokuskan pada pert um buhan dan perkem bangan Anak. Anak-anak akan t um buh dan berkembang m ereka m em butuhkan penget ahuan dan ketram pilan agar m enjadi m anusia yang produktif. Penget ahuan dan Ket ram pilan dapat diperoleh disekolah form al, informal, non form al m aupun m elalui pengalam an bekerja (belajar mandiri, t anggung jaw ab). Anak-anak yang bekerja sam bil sekolah perlu diperhatikan karena akan m em pengaruhi kehadirannya di sekolah juga m enggagu proses belajar mengajar. Anker m enyarankan bahw a anak yang bekerja sam bil sekolah sebaiknya bekerja 2 – 3 jam sehari at au sekit ar 15 jam sem inggu. Dari hasil penelit iannya t erlihat bahw a semakin banyak jam unt uk bekerja, prest asi belajar anak disekolah semakin m enurun. Dibeberapa negara berkem bang keberadaan sekolah kurang m enarik bagi anak-anak dan orang t ua dari kelom pok miskin karena buruknya kualit as pendidikan dasar. Dalam hal ini jenis pekerjaan ringan dan tidak berbahaya bagi anak-anak dapat m enyum bang proses

pem belajaran dan ket ram pilan anak-anak. Berkait an dengan kualit as pendidikan dasar, bagi orang t ua dari kelom pok m iskin jika dihadapkan pada pilihan : m enyekolahkan anak, m em biarkan anak ” m enganggur” at au bekerja, m aka secara rasional orang t ua lebih suka menyuruh anaknya unt uk bekerja. Berbeda dengan kasus anak perem puan. Banyak anak-anak perem puan bekerja m em bantu orang t ua dengan jam kerja yang panjang sehingga m ereka tidak sem pat m enikm ati sekolah. Padahal m enurut difinisi angkat an kerja anak-anak ini dikat agorikan sebagai yang tidak bekerja.

(6)

42

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

sehingga berbagai kebijakan tinggal m engarah kepada pem bangunan ekonomi. Dengan m em bant u perkem -bangan pendidikan, indust rialisasi, peningkat an pendapat an, dan pem berdayaan perem puan di luar rum ah, kebijakan pem bangunan um um akan dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien unt uk m engurangi fert ilit as. Tet api jika pem bangunan ekonom i gagal dilaks-anakan dengan cepat dan pengu-rangan fertilit as t ert ahan, m aka negara-negara berkem bang akan m em iliki lebih banyak alasan unt uk m em pert im bangkan t indakan-t indakan pencegahan kelahiran yang lebih keras seperti tindakan pencegahan (disinsentif) kelahiran ket at pada t ahun 1972-1973 at au, di luar semuanya, st erilisasi w ajib. Nilai-nilai sosial unt uk t indakan ini harus dipengaruhi oleh keunt ungan sosial yang dirasakan dari pengurangan fertilit as yang lebih cepat sebagai sarana m em perkecil kem acet an dan perbedaan pendapat an.

Ada suat u kesepat akan um um bahw a pem bangunan ekonomi pada akhirnya akan m encegah kelahiran, baik dengan m eningkatkan penye-diaan alat kont rasepsi m aupun dengan meningkat kan m ahalnya biaya anak-anak t am bahan. Dengan m engabaikan pendapat t am bahan George St igler yang m engat akan bahw a “ t idak ada sepuluh alasan bagus unt uk apapun,” kit a dapat

(7)

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

43 jam inan sosial m em berikan cara-cara

yang lebih m urah kepada orang t ua unt uk m em ast ikan bahw a diri m ereka m em iliki sokongan biaya hidup dihari t ua. M obilit as geografis yang lebih besar m enempat kan keluarga kerabat pada keluarga int i yang meningkat kan biaya dan kesulit an m engat ur peraw at an anak t am bahan. Sem ent ara it u, pengurangan m ort alit as bayi dan anak m enurunkan angka kelahiran penting unt uk m encapai jum lah anak yang bert ahan. Dalam penelaahan t erhadap penelit ian para ekonom dem ografer m enjelang t ahun 2000 m enyim pulkan bahw a ” pertum buhan penduduk m em punyai hubungan kuat , negatif dan signifikan t erhadap laju pert um buhan ekonomi. Penurunan Fert ilit as yang pesat m em berikan kont ribusi yang relevan t erhadap penurunan kemiskinan. Kondisi ini m em berikan kesan kuat bahw a fertilit as tinggi di negara berkembang selam a ini ternyat a merupakan salah sat u sebab dari kemiskinan yang t erus m enerus baik dalam t ingkat keluarga m aupun dalam t ingkat m akro (Birdsall, Kelley dan Sinding eds, 2001). Kelly dan Schm idt (2001) m engembangkan m odelnya sendiri dengan m engaplikasikan ham pir sem ua ukuran-ukuran yang pernah dipakai oleh para pakar ekonom dem ografer sepert i : St udy Baro dan Lee 1993, Barro dan Lee, 1996, Gast il,1991, UN 1996, WB 1997 dll.

Dalam st udy dan persam aan Kelley m elihat dampak perubahan penduduk t erhadap pertum buhan ekonomi. Kelley dan Schm id m engem ukakan bahw a penurunan fert ilit as dan m ort alit as m asing-m asing telah berpart isipasi sebesar 22 persen dalam m eningkat kan pert um buhan out put , at au kurang lebih sam a dengan 21 persen dari 1,5 persen rat a-rat a pert um buhan perkapit a out put selam a periode t ersebut.

(8)

44

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

m em ikirkan m asalah biaya dan kepent ingan anak-anak sebagai suat u yang m em pengaruhi t ingkah laku m ereka, dan pada saat it ulah anak-anak pada kenyat aannya m enjadi lebih m ahal unt uk dibiayai, t erlebih m erupakan bagian dari kesulit an unt uk m encapai aspirasi-aspirasi baru. Pandangan ini t idak m engandung cara yang jelas unt uk m em prediksikan kelom pok at au m asyarakat m ana yang akan lebih lam a m encapai t ingkat kesadaran ekonomi, kecuali m ungkin dengan m em balikkan definisi pem bangunan sehingga sesuai dengan aw al jat uhnya fert ilit as dalam sem ua kasus. Hal ini sepert inya juga bert ent angan dengan bukt i lain yang menyat akan bahw a di m asyarakat tradisional sekalipun, para keluarga m erespon kesem pat an-kesem pat an ekonom i dan melihat anak-anak lebih kepada hubungan ekonom i. Nam un, cara yang tidak beralasan unt uk m enjelaskan kelam bat an penurun fertilit as adalah cara yang tidak disangkal at au tidak dianggap salah oleh uji coba penent uan apapun.

Penafsiran kedua adalah t erka-dang kelam bat an digabungkan dengan m odel t erkini pem bangunan dem ografis oleh Riad Tabbarah dan Richard Est erlin. M odel ini m eng-ident ifikasikan dim ana pergan-t ian fertilit as dari yang dit et apkan oleh suplai anak (at au “ out put pot ensial anak” ) dengan yang diarahkan ke

baw ah oleh penurunan t unt ut an unt uk anak-anak. Pada penafsiran ini, Homo economicus t idak lahir setelah pem bangunan t elah berlanjut. Dia sudah ada dalam m asyarakat t radisional dan pada fase aw al m odernisasi. Nam un, pada susunan aw al ini para pasangan m elihat bahw a anak-anak cukup berm anfaat sehing-ga m ereka m enginginkan keluarsehing-ga yang lebih besar daripada yang dapat m ereka capai. M anfaat at au keun-t ungan yang dirasakan t idak disebut kan sebagai ekonom is at au non ekonomis, t et api pem bat as aw al pada fertilit as dan ukuran keluarga yang dilengkapi digambarkan sebagai sosial dan biologis yang past i. Sepert i dalam penafsiran pert am a, fert ilit as para pasangan didesak oleh kode-kode sosial yang m engat ur pernikahan, hubungan suam i-ist ri, dan menyusui, dan oleh kesuburan m ereka. Dalam desakan-desakan ini, m ereka m em biarkan fert ilit as “ t anpa diat ur” unt uk bisa m em iliki anak sebanyak m ungkin; “ sebanyak yang Tuhan berikan” .

(9)

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

45 sosial pada pernikahan. Pem

ba-ngunan lebih lanjut akan m ening-kat kan kem ungkinan bahw a anak-anak akan bert ahan hingga dew asa yang m engakibat kan ukuran keluarga yang dicapai m eningkat k lebih cepat daripada fert ilit as. Nam un pada saat yang bersam aan, pem bangunan ekonomi juga menarik jum lah anak yang diinginkan m enurun ke arah m aksim um yang dapat dicapai, m elalui m ekanism e sosioekonom i yang kem udian m em buat fert ilit as sekular m enurun. Yait u pada saat jum lah anak yang diinginkan jat uh di baw ah jum lah yang dapat dicapai, at au saat para pasangan merasakan ini dan m ulai m engendalikan kelahiran yang t idak diinginkan secara pribadi.

Sangat m ungkin m elakukan pengujian parsial pada asum si yang digaris baw ahi bahw a suplai anak jat uh di baw ah angka yang diinginkan di era sebelum aw al penurunan fertilit as. Uji parsial t erdiri dari penghitungan rat a-rat a keunt ungan bersih ekonomi at au biaya akt ual at as seorang anak t am bahan dalam ukuran rat a-rat a keluarga yang dicapai. Jika t ernyat a seorang anak t am bahan mem baw a nilai ekonom i ke dalam susunan ini, para pendukung pandangan suplai anak akan dipaksa unt uk m enyat akan dan m em -perlihat kan bahw a baik penam bahan anak akan merupakan bagian dari keunt ungan at as dasar non ekonom i

(10)

46

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

m em besarkan dan m eraw at anak dan t idak diberikan dorongan baru yang kuat unt uk m encegah kelahiran hingga m em asuki proses pem ba-ngunan dengan baik. Tidak ada bukt i yang t ersedia m engenai pola w akt u kelahiran at au mengenai norm a-norm a sosial yang dinyat akan, at au m engenai biaya dan m anfaat anak yang bisa m em buat kit a m enolak pandangan ini.

Belum dilakukan ujicoba em piris unt uk penafsiran ini, sebagian karena konsep biaya relatif belum ditet apkan secara operasional dan sebagian karena belum t erkumpulnya dat a yang mencukupi mengenai peranan ekonomi anak dalam rum ah t angga di negara-negara berkem bang. Pada bagian berikut ini didefinisikan ukuran biaya relatif anak t am bahan yang m ew ujudkan sebagian besar intuisi t eoritis m engenai bagaim ana berbagai perubahan pada ekonom i m em pengaruhi pilihan-pilihan para pasangan ant ara anak t ambahan dan pendapat an lain. Ukuran at au st andar ini kem udian diukur secara t erinci dan dit erapkan unt uk m enjumlahkan pola. Diluar dukungan kecil yang diberikan kepada penafsiran m engenai kelam bat an transisi fertilit as ini, ukuran biaya anak relatif m enaw arkan kenyam anan t eoritis, dan seringkali dapat dilaksanakan secara em piris, cara mengurut an berbagai argumen yang tidak t erat ur m engenai bagaim ana nilai anak

berkem bang seiring perkem bangan at au pem bangunan ekonom i.

Unt uk m enguji pengaruh st andar biaya anak relatif, seseorang harus m enem pat kan st andar ke persaingan langsung dengan variabel sosio-ekonomi dan dem ografis lain dalam regresi yang m enjelaskan sebagian dari pola fert ilit as yang diteliti. Jenis ujicoba tersebut t elah dilaksanakan hanya unt uk abad keduapuluh di Am erika Serikat , t idak unt uk kont eks pem bangunan sebelumnya yang m erupakan perhatian ut am a dalam pem bahasan ini. Kegunaan st andar biaya relat if, dan w akil-w akilnya yang t ersedia, dalam m em pertim bangkan sering t erjadinya kelam bat an pada penurunan fertilit as hanya didasarkan pada ujicoba secara garis besar m engenai korelasi yang tidak t erorganisir. Ujicoba ini m em per-lihat kan alasan yang baik m engapa biaya relat if anak t am bahan sepert inya belum naik dalam susunan pem bangunan aw al nam un t ent u saja kem udian sangat m eningkat .

(11)

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

47 keduapuluh di Amerika. M ereka tidak

m em pert im bangkan ledakan kelahiran bayi dan kegagalan pasca perang w alaupun mereka mem ainkan peranan parsial. M ereka belum m elakukan semua pengujian sederhana mengenai korelasi garis besar dalam pengalam an yang alam i negara-negara berkem bang: m isalnya, mereka t idak dapat m enjelaskan m engapa fert ilit as m ulai sedikit m enurun di M esir dan India t et api t idak di M eksiko.

Dampak Paasar Kerja Pada Pekerja Anak

Bagi keluarga miskin, anak-anak yang bekerja m erupakan sum ber pendapat an yang pent ing. Dinegara berkem bang, kem iskinan m enjadi alasan kenapa anak-anak bekerja. Keluarga sering m enyandarkan pendapat an anak-anak unt uk m em enuhi kebut uhan hidup sehari-hari. Pada t ingkat m ikro, jika program penghapusan pekerja anak dilaksanakan, m aka dalam jangka pendek hal ini akan berdam pak pada penurunan pendapat an keluarga. Pada t ingkat m akro dipercaya bahw a kehadiran pekerja anak dalam pasar kerja akan berpengaruh pada pekerja dew asa akan berakibat pada penurunan upah dew asa dan pengangguran. Artinya makin banyaknya jumlah pekerja anak dipasar kerja akan m engurangi peluang pekerja dew asa unt uk m asuk

pasar kerja yang pada gilirannya akan m engurangi upah pekerja dew asa.

Penghapusan pekerja anak dalam jangka panjang akan berdam pak posit if bagi perekonomian. Tet api perekonomian yang m endasarkan pada pekerja anak akan m engakibat kan kem iskinan dari generasi kegenerasi berikut nya dan sebaliknya kem iskinan akan ” mem produksi” pekerja anak. Unt uk m em ecahkan lingkaran syet an ini peran pendidikan sangat diperlukan. M akin t inggi t ingkat pendidikan kualit as sum ber daya m anusia sem akin meningkat yang pada akhirnya akan m enyum bang pada perekonomian secara keseluruhan.

M enurut Groot aert dan Kanbur (1995) ada em pat fakt or penent u (det erminant s) pekerja anak ant ara lain

1. Jum lah anak dalam Rum ah Tangga

(12)

48

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

Ada efek subst it usi ant ara anak perem puan yang bersekolah dengan part isipasi angkat an kerja ibu. Kalau si Ibu (dari rum ah t angga m iskin) m asuk dan bekerja dipasar kerja, m aka anak perem puan tinggal dirum ah unt uk m engurusi rum ah t angga. Karena it u Opport unit y cost -nya bukan upah yang hilang dari anak perem puan t adi, t api upah ibu yang bekerja dipasar kerja. Dalam sist em perekonomian di sekt or inform al, banyak orang t ua berpendapat bahw a m enarik anak-anak m ereka dari sekolah dan m enem pat kan m ereka pada pasar kerja merupakan solusi yang m asuk akal agar rum ah t angga dapat survive.

2. Fakt or Resiko Rum ah Tangga Pada rum ah t angga m iskin m engizinkan anak-anak m asuk pasar kerja merupakan st rat egi unt uk m em inim alkan t erhentinya rus pem asukan pendapat an rum ah t angga dan mengurangi dam pak anggot a keluarga yang kehilangan pekerjaan..Pada rum ah t angga yang t idak m em iliki dana sim panan, dan t idak m em iliki aset yang dapat dijual sert a t idak m em iliki jaringan unt uk m em injam kan uang, kehilangan pekerjaan m erupakan ancam an bagi kelangsungan hidup keluarga. Karena it u m enjadi jelas kenapa pekerja anak lebih banyak t erjadi pada keluarga m iskin.

3. Fakt or St rukt ur Pasar Kerja

Dalam pasar kerja yang kom petit ip dim ana upah bersifat fleksibel, pekerja anak dapat mensubst it usi pekerja dew asa. Seandainya diberlakukan upah m inim um dipasar kerja. Pengusaha mengasum sikan bahw a pekerja dew asa lebih produktif dari pekerja anak m aka pengusaha akan lebih m em ilih pekerja dew asa. Dengan demikian berart i upah m inimum dapat m engurangi pekerja anak. M eskipun m asih disangsikan efekt ifit as dari penet apan upah m inimum t ersebut . Dibandingkan dengan pelarangan secara legal t erhdap pekerja anak. Dalam berbagai penelit ian di beberapa negara berkem bang banyak dit em ukan bahw a upah pekerja anak selalu lebih rendah dari upah pekerja dew asa. Dit em ukan juga bahw a pada jenis pekerjaan t ert ent u pengusaha lebih m enyukai pekerja anak daripada pekerja dew asa dengan alasan pekerjaan it u justru t idak efekt if jika dikerjakan oleh orang dew asa.

(13)

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

49 perkem bangannya perubahan

t eknologi juga bisa m endorong m unculnya pekerja anak, misalnya unt uk m enghem at beiaya overhed perusahaan, sebuah perusahaan m elakukan subcontracting, yait u m enyerahkan sebagian proses produksi suat u barang kepada penduduk disekit ar perusahaan unt uk dikerjakan di rum ah. Cont oh kasus ini pernah t erjadi di daerah Kp. Set u Desa Tam an sari Bant ar Gebang Bekasi. Sebuah perusahaan elekt ronik di Bekasi m enyerahkan sebagian proses produksinya kepada pant i asuhan yat im piat u, dan dikerjakan secara beram ai-ram ai oleh para penghuni panti. Hal ini m erupakan upaya perusahaan unt uk m engurangi berbagai biaya dan fasilit as pekerja. Dan pekerjaan ini biasanya dikerjakan oleh perem puan dan anak-anak.

Proyeksi pemerint ah t ent ang kem iskinan m isalnya, Indonesia juga m asih mengalami persoalan serius dengan kem iskinan. Pada t ahun 2004 t erdapat 36 jut a jiw a (16,7%) penduduk yang m asih hidup dibaw ah garis kemiskinan. Pem erint ah m ent arget kan bahw a persent ase penduduk miskin t ersebut akan t urun m enjadi 11,7 persen pada t ahun 2015 (Bappenas ,2003,Dokum en kerja t im M DGs ) . M elem ahnya kom itm en t erhadap program KB juga akan berdam pak pada ” peledakan kelahiran” (baby boom) dan m eningkat kan kem bali persent ase

penduduk usia balit a . Ini t ent u saja akan m em buat penanganan kesejah-t eraan m asyarakakesejah-t m enjadi semakin kom pleks . Oleh karena pada saat yang bersam aan proporsi penduduk lansia pun sudah m eningkat pesat .

Angka Part isipasi Angkat an Kerja (APAK) pedesaan jauh lebih t inggi dibandingkan dengan APAK perkot aan. M isalnya unt uk t ahun 1995. APAK Perdesaan sebesar 11,53 % sedangkan APAK Perkot aan sebesar 4 %.. Didug hal ini berkait an dengan sekt or pekerjaan yait u pert anian yang relatif m udah dim asuki oleh pekerja anak, selain it u secara absolut jum lah penduduk Perdesaan lebih banyak daripada penduduk perkot aan.

APAK penduduk usia 10 – 14 diproyeksikan hingga t ahun 2020 m engalam i penurunan setiap lim a t ahun-an dari t ahun 2000 sebesar 9,63 persen hingga pada t ahun 2020 m enjadi 8,23 persen. Sem ent ara it u jika dilihat dari jenis kelam innya, t am pak APAK Laki-laki lebih tinggi dari APAK Perempuan yait u pada t ahun 2020 sebesar 9,25 persen dan APAK Perem puan hanya sebesar 7,18 persen. Hal ini di duga bahw a pekerja anak laki-laki lebih banyak diserap di sekt or-sekt or inform al sepert i di saw ah at aupun berdagang.

(14)

50

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

anak w anit anya sebesar 91,50. Sem ent ara di Perdesaaan anak laki-laki yang bersekolah sebesar 79.87 lebih kecil dari anak laki-laki yang bersekolah di kot a. Dem ikian pula dengan anak perem uannya sebesar 81,81 lebih kecil dari anak perem puan yang bersekolah di Kot a. Sedangkan yang bekerja t am pak anak laki-laki di Peresaan m enunjukan angka 11,16 jauh lebih besar dari anak laki-laki yang bekerja di kot a. Hal ini m enunjukan bahw a t ingkat pekerja anak di Perdesaan lebih besar dari pekerja anak di Kot a

M enurut Dat a BPS 1997, sekit ar separo pekerja anak 10 -24 jam per m inggu nam un t ernyat a m asih ada pekerja anak yang lebih bekerja dari 45 jam , m elebihi jam norm al pekerja dew asa. Diperkot aan m isalnya 10,3 % bekerja lebih dari 45 jam , sem ent ara di pedesaan persent asenya lebih kecil yait u 6,8 %. Hal ini t am pakanya berkait an dengan sifat pekerjaan diperkot aan yait u sekt or perdagangan dan m anufakt ur yang sering m em but uhkan w akt u lam a. Jam kerja yang lam a it u akan membahayakan bagi pert um buhan dan perkem -bangan anak, sehingga dikhaw at irkan akan mengancam kualit as sum ber daya manusia dim asa m endat ang. Sem ent ara pekerja anak yang bekerja 10 – 24 jam per minggu at au 1 – 3 jam per hari t ampaknya m asih dapat dit olerir dengan syarat bahw a m ereka bukan bekerja pada pekerjaan yang

dikat agorikan sebagai hazardous w ork sesuai dengan konvensi ILO No. 182/ 1999.

Dari dat a BPS juga t erlihat bahw a sekt or bangunan (konst ruksi) m em berikan rat a-rat a upah yang paling tinggi yait u Rp 113.455 dan yang paling rendah adalah sekt or pert anian yait u Rp 60.855. M eskipun m em berikan upah t inggi, t api konsuekuensinya anak-anak harus bekerja 44 jam per m inggu at au sekit ar 7 jam per hari. Jika dilihat dari jam kerja, anak-anak yang bekerja pada sekt or jasa kem asyarakat an, sosial, dan perorangan harus bekerja rat a-rat a 55 jam per m inggu at au 9 jam per hari dengan ist irahat sat u hari. Diduga anak-anak yang bekerja di sekt or jasa kem asyarakat an ini t erm asuk m ereka yang bekerja sebagai pem bant u rum ah t angga.

Kesimpulan

(15)

Beban-M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

51 beban ini adalah : Beban perasaan,

Beban Ekonom i, Beban Ruang dan Gerak sert a Beban Kem asyarakat an.

Apapun bent uk peran anak dikalangan orang tua past i berpengaruh terhadap pola hidup, perilaku dan cara pandang sepert i ini dan t erkont am inasi oleh pem ba-ngunan negara yang juga sangat berpengaruh pada orang t ua dan anak dalam keluarga dan lingkungannya. Para ekonom dem ografer menjelang t ahun 2000 m enyim pulkan bahw a ” pertum buhan penduduk m em punyai hubungan kuat , negatif dan signifikan t erhadap laju pert um buhan ekonomi. Penurunan Fert ilit as yang pesat m em berikan kontribusi yang relevan t erhadap penurunan kem iskinan.

Penafsiran pert am a m engenai fertilit as yang tinggi sepanjang pem bangunan awal m enam pilkan fakt a t hreshold (ambang) kesadaran ekonomi; Penafsiran kedua adalah t erkadang kelam bat an digabungkan dengan m odel t erkini pem bangunan dem ografis oleh Riad Tabbarah dan Richard Est erlin. Penafsiran ketiga dari t ransisi fertilit as, seseorang yang berpendapat bahw a biaya relatif anak t ambahan pada keseim bangan yang diberikan bisa jadi t idak naik hingga m em asuki proses pem bangunan dengan baik. Belum dilakukan uji coba em piris untuk penafsiran ini, sebagian karena konsep biaya relat if belum dit et apkan secara operasional dan sebagian karena belum t erkum pulnya

dat a yang m encukupi m engenai peranan ekonom i anak dalam rum ah t angga di negara-negara berkem bang.

Implikasi

(16)

52

M aslahah

, Vol.2, No. 1, M aret 2011

Daftar Rujukan

Adioet om o,Sri M oert iningsih “ Bonus Dem ografi M enjelaskan Hubungan Ant ara

Pert um buhan Penduduk Dengan Pert um buhan Ekonom i” . Wart a Dem ografi

No.2 / 2005.

Anant a, Aris, Wongkaren,Turro S dan M is Cicih, Lilis Heri. ” Beberapa Im plikasi Perkem bangan Pendu-duk Indonesia Dalam PJP II” Kant or M enteri Negara

Kependudukan/ BKKBN Jakart a, 1995 Beni, Rom anus, Anggal Yust inus,W.

Wiyono Nur hadi. Usm an, Hadius, “ Nilai Anak dalam Pem ba-ngunan” , Wart a Dem ografi No. 4/ 2001

BPS, dat a Susenas, 2005

H. Lindert , Pett er, M ueller, Eva. ” Child Cost s and Economic Development ” . Dalam “ Popula-t ion and Econom c Change in Developing Count ries. A. East erlin, Richard. Chicago and London : The Universit y of Chicago Press Kat alog BPS: 3202.” Estim asi Fertilit as,

M ort alit as dan M igrasi” . Hasil SP 2000. Badan Pusast St at ist ik, Jakart a - Indonesia .

M anning, Chris.” Kegiat an Ekonm i Agkat an Kerja Di Indonesia” . Pusat Penelit ian

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian berupa Iptek bagi Masyarakat (IbM) kepada kelompok wanita tani (KWT) pembudidaya dan pengolah tanaman lidah buaya (Aloe vera) Citra Mandiri

terhadap PMB online STMIK AMIKOM Yogyakarta disertai grafik perbandingan penilaian pada gambar 3.10. Sehingga dalam perbadingannya dari sisi kualitas sistem PMB

[r]

Maka dari sini untuk dapat mewujudkan sebuah perlindungan hukum terhadap para korban perdagangan orang yang dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial adalah

kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi, program

Johtopäätökset syntyivät pohtimalla miten tulokset vastasivat tutkimuksen tutkimuskysymyksiin, millaiset ovat nuorten aikuisten kannabiksen käytön motiivit ja millaisia

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Program ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan pada kaum wanita tentang pentingnya pemeriksaan payudara sendiri dalam mencegah