• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN HCVF revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RINGKASAN HCVF revisi"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PERUM PERHUTANI KPH KENDAL

Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2015 1

RINGKASAN

Penilaian keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) di wilayah KPH Kendal merupakan proses lanjutan dari kajian-kajian yang lainnya, diantaranya adalah Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL) sosial, keamanan, kelestarian hasil dan finansial, serta aspek lain-lainnya.

Penilaian keberadaan KBKT disini ditujukan untuk memenuhi standard FSC prinsip 9 kriteria 9.1, 9.2, 9.3, dan 9.4. Penilaian keberadaan KBKT di KPH Kendal dilakukan oleh Perum Perhutani, TFT dan Masyarakat Desa Hutan. Metoda yang digunakan adalah Proforest Toolkit; Konsultasi dengan Masyarakat Desa Hutan menggunakan PCP (Participatory Conservation Planning); konsultasi bidang ekologi dilakukan melalui overview lapangan bekerja sama dengan TFT untuk menyusun strategi pengelolaan KBKT.

Berdasarkan hasil evaluasi keberadaan KBKT di wilayah hutan KPH Kendal ditemukan hutan dengan nilai-nilai konservasi tinggi NKT 1, NKT 2, NKT 3, NKT 4, NKT 5 dan NKT 6. Nilai-nilai konservasi tinggi yang ditemukan di wilayah KPH Kendal tersebut adalah :

NKT 1.

Cagar Alam Ulo lanang Kecubung ini ditunjuk berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No 25 Stbl 765 tanggal 8 Desember 1922. dan oleh Pemerintah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam berdasarkan keputusan Meneteri Kehutanan dalam Surat Keputusan No. SK. 106/Menhut-II/2000 tanggal 14 April 2004 seluas 69,7 Ha. Cagar Alam Ulo lanang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Kehutanan dalam dalam hal ini oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. Cagar Alam Peson Subah I ditunjuk berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Belanda No 83 Stbl no. 392 tanggal 7 Nopember 1919 dan oleh Pemerintah Indonesia ditetapkan sebgai Cagar Alam berdasarkan SK Menhut No.82/MENHUT-II/2004 tentang Penetapan Kawasan Hutan Peson Subah I seluas 104.000 m²di Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah sebagai Cagar Alam tanggal 10 Maret 2004.

(2)

PERUM PERHUTANI KPH KENDAL

Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2015 2

Hutan Alam Sekunder (HAS) Subah seluas 362,9 ha dengan kondisi klas kemiringan lapangan pada klas I s/d III (15 – 25%), dengan type iklim B, curah hujan 430 mm tinggi tempat 150 m dpl s/d 200 m dpl. Mayoritas tegakan berupa tanaman jati (Tectona grandis), dengan sebaran kelas umur I s/d III, johar dan mahoni. Kawasan ini merupakan kawasan penyangga dari zona inti cagar alam Ulolanang dengan type hutan campur, yang terdiri dari jati dan rimba lokal lainnya.

Hutan Alam Sekunder (HAS) Kaliwungu merupakan kawasan penyangga dari zona inti hutan cagar alam Pager Wunung dengan luas kawasan HAS Kaliwungu sebesar 254,4 Ha Kondisi lapangan dari kawasan hutan alam sekunder Kaliwungu landai sedikit agak curam dengan klas kelerengan 1 (0 – 8%) s/d 2 (8 -15%). Dengan type iklim B, curah hujan 430 mm tinggi tempat 150 m dpl s/d 200 m dpl.

Kawasan Cagar ALam dan Hutan Alam Sekunder KPH Kendal di atas memiliki nilai konservasi dan nilai keanekaragaman biodiversity yang tinggi masuk dalam NKT 1.1.

Macan Tutul (Panthera pardus melas) dan Trenggiling (Manis javanica) merupakan satwa yang termasuk dalam IUCN tergolong Endangered atau hampir punah Satwa tersebut merupakan jenis satwa top predator dan endemik masuk dalam NKT 1.2. Macan Tutul (Panthera pardus melas) merupakan satwa yang termasuk CITES Apendix I; IUCN : CR dan Lutung (Trachypiyhecus auratus s), yang merupakan satwa endemik Indonesia masuk dalam NKT 1.3.

Kawasan Goa disekitar Komplek Pergoaan Kiskendo petak 67 J RPH Trayu BKPH Boja seluas 6,5 Ha. Dalam kawasan karst tersebut terdapat beberapa goa yang merupakan hábitat bagi beberapa jenis satwa khas goa. Goa-goa yang berada pada kawasan pergoaan Kiskendo merupakan tempat yang biasa digunakan sebagai tempat untuk bersarang dan berkembang biak bagi beberapa jenis kelelawar goa. Kawasan Goa tersebut merupakan daerah migrasi dan tempat berlindung Kelelawar dan beberapa

jenis satwa lainnya. Menurut atribut NKT kawasan yang merupakan tempat migrasi dan berlindung satwa merupakan kawasan yang memiliki nilai sebagai NKT 1.4.

NKT 2.

Kawasan hutan KPH Kendal terdapat spesies interes berupa Macan Tutul (Panthera pardus melas), Kepodang (Oriolus chinensis) dan Rusa (Cervus timorensis) Dengan menetapkan spesies interes di mana jenisnya merupakan top predator dan indikator species maka jenis-jenis yang lain dapat terlindungi keberadaannya.

NKT 3.

(3)

PERUM PERHUTANI KPH KENDAL

Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2015 3

kawasan curam dengan komposisi vegetasi jenis rimba dan merupakan habitat trenggiling, Curug Sewu (HAS Curam) petak 61A seluas 57,2 Ha BKPH Sojomerto merupakan kawasan curam dan sebagai habitat lutung dan kepodang, petak 9 B (KPPN) BKPH Besokor seluas 70,6 HA sebagai habitat Macan tutul dan petak 39f (HAS Curam) seluas 12 Ha sebagai habitat kepodang.

NKT 4.

DAS Lampir , DAS Blukar , DAS Bodri , DAS Blorong, DAS Sambong, DAS Boyo , DAS Urang, DAS Mangkang Barat, DAS Mangkang Timur , DAS Kuripan , DAS Kentrung, DAS Garang dalam hal ini

Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) Sempadan Sungai memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas tanah terjal dan rawan longsor dan kontinuitas pasokan air untuk masyarakat yang hidup di kawasan Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang dan Kota Semarang yang merupakan wilayah KPH Kendal.

Mata Air sebanyak 13 tempat seluas 6,10 ha, pemasok utama kebutuhan air minum dan MCK bagi masyarakat. Dimana bila mata air ini rusak masyarakat tidak lagi memiliki sumber alternative pasokan air lainnya.

Kawasan yang memiliki kelerengan diatas 45 % (HAS Curam) memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas tingkat erosi di sekitar kawasan hutan KPH Kendal Adapun kawasan hutan yang ditetapkan sebagai penjaga bahaya erosi pada KPH Kendal adalah seluas 405,2 ha

NKT 5.

Peranan penting sumberdaya hutan KPH Kendal dalam pemenuhan kebutuhan dasar atau mata pencaharian terletak pada nilai-nilai dalam kegiatan tanaman Sistem Tumpangsari, pemenuhan kebutuhan kayu bakar dan pemenuhan kebutuhan hijauan makanan ternak bagi masyarakat sekitar hutan serta mata air.

NKT 6.

Referensi

Dokumen terkait