• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol.14 No.2 April 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Vol.14 No.2 April 2013"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

FAkultAS EkoNomI

universitas malikussaleh

JouRNAl oF

Economic

management

& Business

Analisis Kesetiaan Konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk Lhokseumawe

Chalirai 121

Pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai PDAM Tirta Mon Pase Kabupaten Aceh Utara

Em. Yusuf Iis dan M.Yahya 129

Community Participation in Post-Tsunami Infrastructure and Economic Redevelopment A Case Study of Lambung Village

I c h s a n 141

Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Bordir Khas Aceh pada Toko Souvenir Putroe Aceh di Kota Lhokseumawe

J u m m a i n i 157

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Terhadap Kepuasan Konsumen pada Perpustakaan Umum Kota Lhokseumawe

K h a i r a w a t i 167

Hubungan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan

Mohd. heikal 179

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumahtangga di Kabupaten Aceh Utara

Muhammad Nasir 189

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada Perbankan Syariah dengan Perbankan Asing di Indonesia

Nurlela, Ghazali Syamni dan Herry B 207

Pengaruh Pemberian Bantuan Khusus Siswa SMA Murid (BKM) Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri I Langkahan Kabupaten Aceh Utara

N u r m a l a 221

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Memilih Jasa Perkreditan FIF Syariah Lhokseumawe

(2)
(3)

FAkultAS EkoNomI

universitas malikussaleh

JouRNAl oF

Economic

management

& Business

Analisis Kesetiaan Konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk Lhokseumawe

Chalirai 121

Pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai PDAM Tirta Mon Pase Kabupaten Aceh Utara

Em. Yusuf Iis dan M.Yahya 129

Community Participation in Post-Tsunami Infrastructure and Economic Redevelopment A Case Study of Lambung Village

I c h s a n 141

Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Bordir Khas Aceh pada Toko Souvenir Putroe Aceh di Kota Lhokseumawe

J u m m a i n i 157

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Terhadap Kepuasan Konsumen pada Perpustakaan Umum Kota Lhokseumawe

K h a i r a w a t i 167

Hubungan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan

Mohd. heikal 179

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumahtangga di Kabupaten Aceh Utara

Muhammad Nasir 189

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada Perbankan Syariah dengan Perbankan Asing di Indonesia

Nurlela, Ghazali Syamni dan Herry B 207

Pengaruh Pemberian Bantuan Khusus Siswa SMA Murid (BKM) Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri I Langkahan Kabupaten Aceh Utara

N u r m a l a 221

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Memilih Jasa Perkreditan FIF Syariah Lhokseumawe

(4)

Diterbitkan Oleh :

Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Dewan Penasehat/Advisory Board Rektor Universitas Malikussaleh

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Ketua Penyunting/ Chief Editor Wahyuddin (Chief)

Pengelola Penyunting/Managing Editor Khairil Anwar (Chief)

Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni, Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri

Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/ Editorial Advisory and Review Board

Prof. A. Hadi Ariin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal), Adi Aif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI),

Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK), Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND),

Jeliteng Pribadi, MA (USK),

Sirkulasi & Secretary :

Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail

Kantor Penyunting/Editorial Ofice

Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941 E-mail: emabis@fe-unimal.org - Homepage: http://www.fe-unimal.org/category/jurnal/emabis

Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000

Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh FE Unimal bekerjasama dengan ISEI Lhokseumawe Dekan: Wahyuddin, Pembantu Dekan I: Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi, Pembantu Dekan III: Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV: Ichsan

Jurnal E-Mabis terbit 4 kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.

ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 4 kali setahun mulai Edisi Vol.13 Nomor: 1, Januari 2012

E-MABIS

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

(5)

Analisis Kesetiaan Konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk Lhokseumawe

Chalirai 121

Pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai PDAM Tirta Mon Pase Kabupaten Aceh Utara

Em. Yusuf Iis dan M.Yahya 129

Community Participation in Post-Tsunami Infrastructure and Economic Redevelopment A Case Study of Lambung Village

I c h s a n 141

Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Bordir Khas Aceh pada Toko Souvenir Putroe Aceh di Kota Lhokseumawe

J u m m a i n i 157

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Terhadap Kepuasan Konsumen pada Perpustakaan Umum Kota Lhokseumawe

K h a i r a w a t i 167

Hubungan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan

Mohd. heikal 179

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumahtangga di Kabupaten Aceh Utara

Muhammad Nasir 189

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada Perbankan Syariah dengan Perbankan Asing di Indonesia

Nurlela, Ghazali Syamni dan Herry B 207

Pengaruh Pemberian Bantuan Khusus Siswa SMA Murid (BKM) Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri I Langkahan Kabupaten Aceh Utara

N u r m a l a 221

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Memilih Jasa Perkreditan FIF Syariah Lhokseumawe

(6)
(7)

ANAlISIS kESEtIAAN koNSumEN

RumAh mAkAN khAS AcEh RAyEuk

lhokSEumAwE

chAlIRAFI

Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

This Research target is to know how big inluence of quality of service to consumer loyallity at Typical Restaurant of Aceh Rayeuk Lhokseumawe. This Research is at Typical Restaurant of Aceh Rayeuk Lhokseumawe, and becoming research object is reliability variable, responsive, conidence, empathy, extant and Population consumer loyallity in this research is entire/all consumer which have isn’t it Typical Restaurant service of Aceh Rayeuk living in Town of Lhokseumawe, in intake of sample done/conducted followed situation of consumers amount served by his him, for research early passing the amount of consumers which was service are equal to average 135 consumer thereby the amount of sampel the taken is equal to 26 percentage of 135 consumers hence amount of sampel in this research is counted 100 sampel. Result of research indicate that reliability variable, responsive, conidence, very hand in glove extant variable and empathy of relation/link of to variable mount Typical Restaurant consumer loyallity of Aceh Rayeuk that is equal to 87,3%. Determinant coeficient (Valuable R2) 0,762 or 76,2% indicating that reliability variable determinant, responsive, conidence, extant variable and empathy have an effect on to store level of loyalitas Typical Restaurant consumer of Aceh Rayeuk that is equal to 76,2%. good done/conducted examination by using test of t-hitung in the reality for all free variables in this research have an effect on isn’t it to consumer loyallty. done/conducted veriication by using test of F-Hitung indicate that ifthly of free variable have an effect on isn’t it (positive) to consumer loyallity at Typical Restaurant of Aceh Rayeuk.

(8)

lAtAR BElAkANg

Konsumen di milenium ketiga akan

sangat berpengetahuan. Mereka meletakkan

pengetahuan sebagai senjata untuk

membuat keputusan membeli. Mereka suka

melakukan investigasi dan penelitian yang mendalam pada opsi-opsi produk atau jasa yang tersedia bagi kebutuhan mereka. Konsumen akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada produsen yang dapat menyediakan informasi yang terbanyak, penuh, eisien dan komunikatif sewaktu mereka berada pada fase proses membeli.

Konsumen adalah seseorang yang sangat menentukan besarnya penjualan dan proit yang akan diperoleh sebuah perusahaan, melalui keputusan-keputusannya untuk membeli produk barang atau produk jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, motivasi konsumen dan keputusan mereka untuk berbelanja benar-benar menentukan kelangsungan hidup suatu usaha atau

bisnis.

Perusahaan dalam menawarkan pelayanan jasa dari produk yang telah dihasilkan dalam persaingan yang ketat, terutama harus diprioritaskan dalam pemasaran jasa adalah kepuasan pelanggan

agar mampu menguasai pangsa pasar

(market share). Pimpinan perusahaan harus

mengetahui hal-hal apa saja yang dianggap

penting oleh konsumen sehingga mereka merasa puas.

Dipihak lain perusahaan juga melakukan berbagai kebijakan dalam mengevaluasi para pelanggannya dengan memberikan serta meningkatkan mutu pelayanan. Melalui sistem saran dan keluhan, survei pasar dan saling membandingkan jasa yang akan dihasilkan sehingga dengan demikian konsumen akan benar-benar puas dengan apa yang telah diberikan.

Kepuasan pelanggan sangat ditentukan oleh kualitas barang dan jasa serta pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi setiap perusahaan, yang saat ini dijadikan

sebagai tolok ukur keunggulan daya saing perusahaan. Perusahaan manapun dalam menawarkan pelayanan jasa dari produk yang telah dihasilkan dalam persaingan yang ketat, terutama harus diprioritaskan dalam pemasaran jasa adalah kepuasan

pelanggan agar mampu menguasai pangsa

pasar (market share). Pimpinan perusahaan

harus mengetahui hal-hal apa saja yang dianggap penting oleh konsumen sehingga

mereka merasa puas.

Jika perusahaan yang menawarkan jasa

kurang memperhatikan keinginan konsumen maka konsumen akan memberikan penilaian

yang kurang baik pada perusahaan tersebut dan mereka akan pindah ke produk lainnya yang mampu memberikan kepuasan kepada mereka, namun apabila yang mereka

nikmati memenuhi harapan maka konsumen

cenderung akan menjadi konsumen yang

setia.

Kota Lhokseumawe mempunyai prospek yang cukup baik untuk pengembangan usaha, hal ini dikarenakan peluang pasar yang cukup besar dan belum dimanfaatkan

secara maksimal oleh pengusaha-pengusaha lokal, sehingga sangat memungkinkan bagi

usahawan luar daerah untuk membuka usaha terutama dalam bentuk properti dan

restoran.

Masyarakat kota Lhokseumawe adalah konsumen yang potensial untuk produk-produk makanan, minuman, sehingga sangat

memungkinkan untuk mengembangkan usaha seperti warung kopi, rumah makan

dan restoran. Tingkat kebutuhan masyarakat kota Lhokseumawe terhadap restoran relatif sangat tinggi, yang mendorong wiraswasta untuk menginvestasikan modal

untuk membuka usaha restoran. Salah

satu restoran yang sudah sangat dikenal dikalangan masyarakat kota Lhokseumawe adalah Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk.

(9)

dengan restoran-restoran lain yang telah lama berdiri, Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk mempunyai strategi pemasaran tersendiri dalam meningkatkan volume penjualan, terutama bidang pelayanan (service), manajemen yang baik dan

penyediaan fasilitas yang memadai yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Lokasi restoran yang strategis, mudah untuk dijangkau oleh masyarakat di kota Lhokseumawe, tempat yang nyaman serta harga yang relatif murah.

tINJAuAN tEoRItIS

loyalitas pelanggan merupakan kata

sapaan dari bahasa inggris ”Loyality” yang artinya kesetiaan, loyalitas atau kesetiaan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Matutina, et.al (2001:60) loyalitas (kesetiaan) yang dituntut atau diberikan seseorang terhadap seseorang adalah sah dan hendaknya tulus karena sesuatu tingkat kepatuhan dan kesetiaan tertentu untuk menjalankan progran

organisasi.

Mowen (2000:531) mengatakan bahwa loyalitas produk merupakan tingkat dimana

seorang pelanggan mempertahankan sikap

yang positif terhadap produk, memiliki komitmen terhadap produk dimasa yang akan datang.

Tingkat loyalitas pada produk tinggi adalah salah satu dari asset yang paling besar yang dapat dipunyai oleh pemasar, ini adalah sikap yang sangat mendukung

menolak perubahan sehingga membuat

jalan masuk pesaing sulit sekaligus mahal. Ketika loyalitas kuat, maka tantangan adalah menemukan cara-cara ”menendang” konsumen keluar dari rutinitas ini dan

seringkali perlu untuk menawarkan insentif

keuangan yang rendah, namun loyalitas harus diusahakan dan dipelihara melalui komitmen-komitmen yang berkesinabungan dari kepuasan pelangan.sehari-hari.

Perilaku pembelian ulang kerap kali dihubungkan dengan loyalitas merek

(brand loyalitas), akan tetapi ada perbedaan antara keduanya. Bila loyalitas merek

mencerminkan komitmen psikologis

terhadap merek tertentu.Maka perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek yang sama secara berulang kali. Pembelian ulang dapat merupakan hasil dominasi pasar oleh suatu perusahaan yang berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif yang tersedia. Konsekuensinya, pelanggan tidak memiliki

peluang untuk memilih, selain itu pembelian

ulang dan dapat pula merupakan hasil dari upaya promosi yang trus menerus dalam rangka memikat dan membujuk pelanggan untuk membeli merek yang sama.

Dalam hal pelayanan sering kali terkait

unsur dari pada jasa. Sehingga pelayanan sering pula disebut sebagai jasa yaitu jasa pelayanan. Jasa yang dimaksudkan disini adalah jasa yang dipasarkan oleh perusahaan bisnis atau profesional dengan motif mencari laba atau jasa komersial

Pada prinsipnya, kata pelayanan dapat mengandung arti : memberikan fasilitas. Pelayanan sangat berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan sesuatu

kepada orang lain agar dapat menimbulkan simpatik bagi orang tersebut. Pelayanan berarti memuaskan, menyenangkan dan memberikan yang terbaik. Pelayanan atau jasa merupakan sesuatu yang ditawarkan dan diberikan kepada seseorang dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu, melainkan manfaat yang diterima oleh

orang lain.

(10)

dengan tujuan memberikan manfaat kepada pihak lain yang dilakukan dengan jalan menyelenggarakan jasa perseorangan tertentu, misalnya jasa pengacara, konsultan, dokter dan lain-lain.

Selanjutnya menurut Kotler (2000 : 548) jasa/pelayanan adalah “Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun”.

Berdasarkan pengertian di atas jasa/ pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

mEtodE PENElItIAN

Penelitian ini dilakukan pada Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk Lhokseumawe, dan yang menjadi objek penelitian adalah

variabel keandalan, keresponsifan,

keyakinan, empati, berwujud dan loyalitas

konsumen.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah mengguakan jasa Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk yang berdomisili di Kota Lhokseumawe, dalam pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti keadaan jumlah konsumen yang dilayani perharinya, untuk penelitian awal melalui jumlah konsumen yang dilayanani adalah sebesar rerata 135 konsumen dengan demikian jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 26 persen dari 135 konsumen maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 sampel dengan kriteria konsumen yang sudah pernah melakukan

pembelian minimal 3 kali.

Untuk mengetahui loyalitas konsumen pada Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk Lhokseumawe dihitung secara rata-rata dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2000 : 51):

¦

&

&

n

Dimana:

&

= nilai rata-rata item pertanyaan ∑X = Jumlah Score dari responden n = Jumlah responden

Untuk mengetahui pengaruh variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan berwujud terhadap loyalitas konsumen pada Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk

Lhokseumawe penulis menggunakan

alat ukur regresi linier berganda, secara sistematis alat ukur regresi linier berganda diformulasikan sebagai berikut, (Gujarati, 1999 : 24).

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +e

Dimana:

Y = Tingkat Loyalitas a = Konstanta

b1 = Koeisien regresi dari faktor keandalan b2 = Koeisien regresi dari faktor kerespon

-sifan

b3 = Koeisien regresi dari faktor keyakinan b4 = Koeisien regresi dari faktor empati b5 =Koeisien regresi dari faktor berwujud X1 = Faktor keandalan

X2 = Faktor keresponsifan X3 = Faktor keyakinan X4 = Faktor empati X5 = Faktor berwujud e = Faktor pengganggu

hASIl PENElItIAN

Untuk melihat pengaruh kualitas

pelayanan terhadap loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk maka dilakukan perhitungan Regresi Linier Berganda (Multiple Regression), hasil perhitungan akhir seperti terlihat pada

Tabel 1.

Dari hasil penelitian diperoleh persamaan akhir estimator yaitu sebagai berikut :

Y = 2,366 + 0,028 X1 + 0,376 X2 + 0,609 X3

(11)

a. Persamaan diatas mengandung penger

-tian bahwa konstanta sebesar 2,366 artinya apabila variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan variabel berwujud dianggap konstant maka tingkat loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk hanya sebesar 2,366.

b. Apabila variabel X1 (variabel keandalan) mengalami kenaikan 1% akan berpen

-garuh terhadap meningkatnya loyalitas

konsumen Rumah Makan Khas Aceh

Rayeuk sebesar 0,028 persen dengan asumsi variabel keresponsifan, keyaki

-nan, empati dan variabel berwujud di -anggap tetap.

c. Apabila variabel X2 (variabel keresponsi

-fan) mengalami kenaikan 1% maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk sebesar 0,376 persen den

-gan asumsi variabel keandalan, keyaki

-nan, empati dan variabel berwujud di -anggap tetap.

d. Apabila variabel X3 (variabel keyakinan) naik 1% maka a akan berpengaruh terha

-dap meningkatnya loyalitas konsumen pada Rumah Makan Khas Aceh Ray

-euk sebesar 0,609 persen dengan asumsi variabel keandalan, keresponsifan, keya

-kinan, empati dan variabel berwujud di -anggap tetap.

e. Apabila variabel X4 (variabel empati) mengalami kenaikan 1% maka akan ber

-pengaruh terhadap meningkatnya loyali -tas konsumen Rumah Makan Khas Aceh

Rayeuk sebesar 0,486 persen dengan asumsi variabel keandalan, keresponsi

-fan dan variabel berwujud dianggap

tetap.

f. Apabila variabel X5 (variabel berwujud) mengalami kenaikan 1% maka akan ber

-pengaruh terhadap meningkatnya loyali -tas konsumen Rumah Makan Khas Aceh

Rayeuk sebesar 0,389 persen dengan asumsi variabel keandalan, keresponsi

-fan dan variabel empati dianggap tetap.

Koeisien korelasi (R) sebesar 87,3% menggambarkan bahwa variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan variabel berwujud sangat erat hubungannya terhadap variabel loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk yaitu sebesar 87,3%. Koeisien determinan (R2)

bernilai 0,762 atau 76,2% menunjukkan bahwa determinan variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan variabel berwujud berpengaruh terhadap tingkat loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk yaitu sebesar 76,2% dan sisanya sebesar 23,8 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian

ini..

Pengujian t-hitung

Pembuktian bahwa variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan variabel berwujud berpengaruh signiikan terhadap variabel tingkat loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk maka dilakukan pengujian tersendiri secara partial dengan uji-t pada tingkat kepercayaan (Convidence Interval 95%) yaitu :

- Untuk variabel keandalan diperoleh t-hit sebesar 2,327 lebih besar dari t- tebel yaitu

tabel 1

hasil Rekapitulasi Analisis Regresi linier Berganda

Variabel Label Koeisien Regresi t-Hitung T-tabel Signiikan

X1 Keandalan 0,028 2,327 1,628 0,001

X2 Keresponsifan 0,376 3,441 1,628 0,001

X3 Keyakinan 0,609 7,371 1,628 0,000

X4 Empati 0,486 3,957 1,628 0,000

X5 Berwujud 0,389 3,382 1,628 0,001

R squared :

(12)

1,628 maka variabel keandalan secara partial berpengaruh signiikan terhadap loyalitas konsumen.

- Untuk variabel keresponsifan diperoleh

t-hit sebesar 3,441 lebih besar dari t- tebel

yaitu 1,628 maka variabel keresponsifan secara partial berpengaruh signiikan ter

-hadap loyalitas konsumen.

- Untuk variabel keyakinan diperoleh t-hit sebesar 7,371 lebih besar dari t- tebel yaitu 1,628 maka variabel keyakinan secara partial berpengaruh signiikan terhadap loyalitas konsumen.

- Untuk variabel empati diperoleh t-hit sebesar 3,957 lebih besar dari t- tebel yaitu 1,628 maka variabel empati secara partial berpengaruh signiikan terhadap loyali -tas konsumen.

- Untuk variabel berwujud diperoleh t-hit sebesar 3,382 lebih besar dari t- tebel yaitu 1,628 maka variabel berwujud secara partial berpengaruh signiikan terhadap loyalitas konsumen.

Pengujian F-hitung

Pembuktian terhadap keakuratan kelima variabel bebas tersebut terhadap terhadap tingkat loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk digunakan uji-F. F-hit dalam persamaan ini adalah sebesar 76,853 lebih besar dari F-tabel sebesar 2,3257 hal ini menggambarkan bahwa variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan variabel berwujud secara keseluruhan berpengaruh signiikan terhadap variabel tingkat loyalitas konsumen pada Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk.

kESImPulAN

Dari uraian hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu :

- Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keandalan, keresponsifan, keya

-kinan, empati dan variabel berwujud

sangat erat hubungannya terhadap vari

-abel tingkat loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk yaitu sebesar 87,3%.

- Koeisien determinan (R2) bernilai 0,762

atau 76,2 % menunjukkan bahwa deter

-minan variabel keandalan, keresponsi

-fan, keyakinan, empati dan variabel berwujud berpengaruh terhadap tingkat loyalitas konsumen Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk yaitu sebesar 76,2%.

- Pengujian yang dilakukan baik dengan menggunakan uji t-hitung ternyata un

-tuk semua variabel bebas dalam peneli

-tian ini berpengaruh signiikan terhadap loayalitas konsumen.

- Pembuktian yang dilakukan dengan menggunakan uji F-hitung menunjukkan bahwa kelima variabel bebas berpenga

-ruh signiikan (positif) terhadap loyali

-tas konsumen pada Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk.

REkomENdASI

Dari hasil penelitian diharapkan pihak Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk tetap dan terus meningkatkan pelayanannya kepada konsumen untuk membina loyalitas

konsumen, sehingga konsumen akan tetap

setia apalagi hal ini telah dibuktikan dengan uji t-tes dan F-tes bahwa unsur kualitas pelayanan berpengaruh signiikan terhadap loyalitas.

Apa yang telah dicapai untuk saat ini agar kiranya dapat dipertahankan oleh Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk dan terus meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.

(13)

REFERENSI

Baduara dan Sirait, (2001). Salesmanship, Suatu Ilmu dan Seni, Akademika Presindo,

Jakarta.

Dick dan Basu (2000) manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek, Edisi Pertama. Salemba

Empat, Jakarta.

Gaspersz, Vincent, (2003) membangun tujuh kebiasaan kualitas dalam Praktek Bisnis global.Jakarta : Gramedia Pustaka.

Grifin, Jill. (2004). costumer loyality. Covey Leadership Center, Inc

Gujarati, Damodar (2000) Ekonometrika dasar. Cetakan keenam, Alihbahasa Sumarno Zain.

Erlangga, jakarta.

Kolter, Phillip, (2000).manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan Implementasi dan Pengendalian. Edisi Keenam, Salemba, Jakarta.

Loudon, David L dan Albert J, Della Bitta, (2001). consumer Behaviour, Edisi ke lima , Mc Graw Hill Book Co Singgapura.

Matutina, et.al. (2001).loyalitas Pelanggan. Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta Mowen, Jc. Dan M. Minor, (2001). Perilaku konsumen. Jilid I Penerbit Erlangga. Mowen, Jc. Dan M. Minor, (2001). Perilaku konsumen. Jilid I Penerbit Erlangga,.

Schnaars, Steven P; (2002).marketing Strategi: A Customer Driven Approach New York, The Free Press,

Sheth, et.al (2000) Is Relationship For Every One? European Journal of marketing, Vol

34-4-10, 2000.Golis, Cristopher e. Menjual Dengan Empati. Gramedia Pustaka UtamaJakarta.

Sudjana (2000) metode Statistika, Edisi Kelima, Tarsito : Bandung.

(14)
(15)

PENgARuh komPENSASI dAN dISIPlIN kERJA

tERhAdAP PRoduktIVItAS kERJA

PEgAwAI PdAm tIRtA moN PASE

kABuPAtEN AcEh utARA

Em. yuSuF IIS

1

dAN m.yAhyA

2

1Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

2Mahasiswa Program Magister Sains Manajemen Universitas Malikussaleh

This study aims to determine and analyze compensation, work discipline and work productivity as well as the inluence of compensation and work discipline to work productivity of employees in the PDAM Tirta Mon Pase North Aceh distric, both simultaneously and partial. To answer this research, descriptive analysis and veriication. Technique data collecting by interview and questionnaire. The method used is survey research methods at the 67 employees of PDAM Tirta Mon Pase North Aceh district. The technique used to test the hypothesis is that the analysis path (Path Analysis). Based on the research we can conclude that the overall compensation is in the low category, work discipline is in the low category and work productivity are in the low category. The results show that the compensation and work discipline have positive and signiicant inluence, both simultaneously and partially to work productivity.

(16)

lAtAR BElAkANg

Seiring dengan bergulirnya perdagangan bebas di masyarakat dalam era globalisasi ini, masalah kualitas layanan publik, termasuk layanan dalam pengadaan air bersih merupakan isu yang terus bergulir khususnya di daerah perkotaan. Menurut Mahmudi (2005:229) pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksana ketentuan peraturan perundang undangan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air, maka instansi yang menyediakan layanan air bersih senantiasa harus mampu mengantisipasinya dengan memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.

Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas layanan publik dan perubahan organisasi, maka peranan sumber daya manusia senantiasa merupakan aspek yang

sangat penting. Di antara berbagai sumber

daya yang dimiliki organisasi, sumber daya manusia menempati kedudukan yang paling penting dan strategis, karena merupakan

faktor penggerak kegiatan organisasi. Di

samping itu, hanya manusia yang memiliki perilaku, sifat, karakteristik yang bervariasi, memiliki kemampuan berpikir yang rasional, kreatif, memiliki kepribadian, serta nilai-nilai yang perlu dihargai dan dikembangkan. Dapat dikatakan bahwa

kunci keberhasilan setiap organisasi saat ini

terletak pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.

Hal ini didukung oleh Stoner (1989:329) yang menyatakan: “The most important of an organization are its human resources, the people who supply the organization with their work, creativity, talent and drive”. Pada pelaksanaannya ternyata masih banyak organisasi yang tidak menyadari betapa berharganya sumber daya manusia bagi kelangsungan hidup organisasinya.

Tuntutan terhadap penyediaan air bersih yang memadai merupakan hal yang

perlu diperhatikan karena kelangsungan hidup manusia sangat tergantung pada ketersediaan air. Air yang semula dianggap sebagai benda bebas, kini menjadi barang langka. Sekjen Kofi Anan dalam suatu laporannya menyatakan bahwa secara keseluruhan, PBB menganalisa masalah kelangkaan air itu bisa menimpa sekitar 48 negara dunia dan sebanyak 1,4 milyar orang menderita kekurangan air yang aman dan terjamin kebersihannya, sedangkan separuh dari penduduk negara berkembang pada waktu tertentu menderita penyakit akibat menggunakan air yang kurang aman dan tidak terjamin kebersihannya.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dicetuskanlah Millennium Development Goals (MDG). Secara Spesiik MDG bertujuan meningkatkan cakupan pelayanan air minum di perkotaan sampai 80 % dan di perdesaan 60 % terhitung tahun 2015 dengan menargetkan mengurangi separuh jumlah penduduk yang belum mendapat akses air minum dan sanitasi yang sehat.

Mengingat air merupakan kebutuhan

pokok dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki peranan penting untuk mendukung kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Hendaknya Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) sebagai perusahaan/badan

usaha milik daerah yang berorientasi pada layanan publik, harus dikelola dengan baik berdasarkan asas-asas ekonomi perusahaan sehingga mampu melayani kebutuhan masyarakat pelanggan air minum secara lancar dalam jumlah cukup.

Kompensasi merupakan segala sesuatu

(17)

memungkinkan organisasi memperoleh,

memperkerjakan, dan mempertahankan pegawai. Bagi organisasi/perusahaan,

kompensasi memiliki arti penting karena

kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan pegawainya. Pengalaman menunjukkan bahwa kompensasi yang tidak memadai dapat menurunkan prestasi kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja pegawai, bahkan dapat menyebabkan pegawai yang potensial keluar dari organisasi

Pemberian kompensasi secara tidak

langsung akan meningkatkan kualitas

kerja pegawai di lingkungan PDAM yang pada akhirnya berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Misalnya, gaji yang diterima dapat menunjang kehidupan dengan layak, karena jika pegawai merasa tidak diperlakukan adil dan merasa tidak puas atas penghasilan atau gaji yang diterimanya, dikhawatirkan akan menimbulkan beberapa dampak yang merugikan instansi tempat kerja dan hal ini berpengaruh pada disiplin kerja pegawai. Kaitan dengan hal tersebut, PDAM Tirta Mon Pase memberikan kompensasi dalam dua bentuk, sesuai dengan Keputusan Direksi PDAM No. 107 tahun 2006, yaitu bentuk langsung dan tidak langsung. Dalam bentuk langsung berupa gaji (diberikan sesuai dengan golongan, lamanya bekerja dan pendidikan), insentif (diberikan hanya pada pegawai pencatat meter), sedangkan dalam bentuk tidak langsung berupa tunjangan-tunjangan (Askes, perumahan, THR, pendidikan, cuti tahunan, pensiun).

Produktivitas merupakan salah faktor yang dapat mendukung kemajuan suatu organisasi atau perusahaan. Whitmore dalam sedarmayanti (2001 : 58) mengemukakan bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran atas pengunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai ratio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan. Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan nasional telah disadari secara

universal. Tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas, di mana produktivitas yang tinggi dapat ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan banyak barang-barang maupun jasa (Sinungan, 1997:9). Produktivitas kerja merupakan motif ekonomi untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal, dan dalam pelaksanaanya terletak pada faktor sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan organisasi yaitu para anggota, pegawai atau pekerja. Jadi, faktor sumber daya manusia memegang peranan penting dalam mencapai hasil sesuai dengan tujuan

perusahaan. Betapapun sempurnanya

peralatan kerja tanpa adanya tenaga manusia tidak akan berhasil memproduksi barang dan jasa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Saksono, 1988:112).

Agar tujuan perusahaan dalam

meningkatkan produktivitas kerja dapat tercapai, maka sudah menjadi kewajiban pimpinan untuk memberikan motivasi pada pegawai dalam bentuk kompensasi.

Setiap perusahaan berupaya untuk mendapatkan pegawai yang terlibat dalam kegiatan organisasi/perusahaan dapat memberikan prestasi kerja. Dalam bentuk produktivitas kerja setinggi mungkin untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas diantaranya semangat kerja dan disiplin kerja, tingkat pendidikan, ketrampilan, gizi dan kesehatan, sikap dan etika, motivasi, iklim kerja, teknologi, sarana produksi,

kesempatan kerja dan kesempatan

berprestasi (Ravianto, 1995:20). Selama ini usaha peningkatan produktivitas lebih banyak dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, padahal untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terebut perlu dilakukan latihan atau training yang memerlukan adanya pengorbanan dana (biaya) dan waktu yang tidak sedikit.

(18)

bahwa produktivitas kerja dipengaruh oleh kuantitas kerja. kuantitas kerja merupakan suatu hasil yang dicapai dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh pegawai dengan standar yang ditetapkan

oleh perusahaan.

Faktor lain yang menentukan

produktivitas adalah disiplin kerja. Hilangnya disiplin akan berpengaruh terhadap eisiensi kerja dan efektivitas tugas pekerjaan. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan pekerjaan akan dilakukan seefektif mungkin. Bilamana kedisiplinan tidak dapat ditegakkan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan eisien. (Nitisemito, 1982:200). Sebagai gambaran apabila suatu perusahaan hanya memperhatikan tentang pendidikan, keahlian dan teknologi tanpa memikirkan disiplin kerja pegawai, maka pendidikan, keahlian dan teknologi yang tinggi sekalipun tidak akan menghasilkan produk yang maksimal bila yang bersangkutan tidak dapat memanfaatkannya secara teratur dan mempunyai kesungguhan disiplin kerja yang tinggi. Seperti yang telah diungkapkan diatas, disiplin kerja juga merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawai, karena dengan adanya disiplin kerja pegawai akan mampu mencapai produktivitas kerja yang maksimal. Tingkat disiplin dapat diukur melalui ketaatan pada peraturan yang telah ditentukan oleh perusahaan dan dari kesadaran pribadi. Sehingga dapat diartikan bahwa disiplin kerja merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi

memilih tuntutan berbagai ketentuan

tersebut (Siagian, 2003:305).

Disiplin kerja pegawai merupakan hal yang penting untuk dipelihara, karena dengan ditegakkannya disiplin, pegawai dapat melakukan pekerjaanya sesuai

dengan prosedur dan aturan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. Disiplin yang baik dari pegawai akan menunjukan bahwa organisasi dapat memelihara serta menjaga loyalitas dan kualitas pegawainya, dari disiplin juga dapat diketahui nilai produktivitas para pegawai.

Fenomena dalam hal penerapan disiplin dalam kehidupan organisasi ditujukan agar semua pegawai bersedia mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di dalam organisasi. Sikap atau perilaku kerja pegawai dalam organisasi sangat variatif, di mana ada beberapa pegawai yang sangat rajin dan patuh mengikuti prosedur kerja dan peraturan yang berlaku, akan tetapi tidak jarang ditemukan perilaku pegawai yang sebaliknya. Begitu juga halnya yang terjadi di PDAM Tirta Mon Pase Kabupaten

Aceh Utara.

Kedisiplinan kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase Kabupaten Aceh Utara secara umum dapat dikatakan masih harus ditingkatkan. Indikasi bahwa kedisiplinan pegawai PDAM harus ditingkatkan terlihat dari seringnya terjadi keterlambatan dalam penyelesaian atau pengurusan suatu berkas, banyaknya keluhan dari pelanggan, pegawai tidak berada di tempat kerja atau hasil kerja yang dicapai tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan adanya kemangkiran serta datang terlambat dan pulang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.

Berdasarkan Uraian di atas, produktivitas kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase

Kabupaten Aceh Utara menarik untuk

diteliti karena peranan produktivitas kerja terhadap hasil kerja yang dicapai pegawai atau pencapaian tujuan organisasi secara

keseluruhan sangat penting. Di samping

(19)

yang berkepentingan juga semakin baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis kompensasi, disiplin kerja dan Produktivitas kerja pengawai pada PDAM Tirta Mon Pase dan besarnya pengaruh kompensasi dan disiplin kerja baik secara parsial maupun simultan terhadap Produktivitas kerja.

mEtodE PENElItIAN

Dalam menganalisis data digunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis veriikatif. Analisis diskriptif dilakukan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk dalam kategori kuat atau tidak sedangkan analisis veriikatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji statistik yang relevan.

Untuk melakukan analisis deskriptif dibuat kriteria pengklasiikasian yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan oleh Husen Umar (1998:225) dimana rentang skor diperoleh dengan rumus sebagai

berikut :

Rentang skor = Skor tertinggi – Skor terendah

Jumlah klasiikasi

Teknik analisis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah analisis jalur (path analysis). Keuntungan analisis ini dapat menemukan besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen, juga dapat menentukan berapa besar pengaruh variabel langsung dan tidak langsung setiap variabel yang dianalisis. Struktur analisis hipotesis yang diajukan digambarkan oleh diagram jalur pada Gambar 1.

Dari Gambar 1 tersebut dapat dibuat

persamaan struktural sebagai berikut :

Y = Pyx1X1 +Pyx2X2 + Pyε.

Selanjutnya untuk menghitung koeisien jalur dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Hitung koeisen jalur dengan rumus :

2

koeisien determinasi total X1, X2,……… ….,Xk terhadap Y yang rumusnya :

>

@

(20)

3. Hitung Pyε berdasarkan rumus :

Pyε =

4. Menghitung pengaruh langsung dan ti

-dak langsung Pengaruh langsung :

Y Xi Y : (Pyxi)(Pyxi) x 100%

Pengaruh tidak langsung

Y XiΩXj Y : (Pyxi)(rxjxi)(Pyxi) x 100%

Total pengaruh dari masing-masing variabel X terhadap variabel Y diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh lang

-sung dengan pengaruh tidak lang-sung.

Total pengaruh = pengaruh langsung +

pengaruh tidak langsung.

hASIl PENElItIAN

Untuk mengetahui gambaran dari kompensasi, disiplin kerja dan produktivitas kerja pegawai maka data hasil jawaban responden dianalisis kemudian dilakukan kategorisasi terhadap skor jawaban responden yang dikumpulkan melalui kuesioner penelitian dengan didukung oleh teori-teori yang relevan dengan variabel yang diteliti. Kategorisasi skor jawaban responden berguna untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi kompensasi, disiplin kerja dan produktivitas kerja

pegawai

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa kompensasi berada dalam kategori rendah dengan jumlah rata-rata skor 153,5 Hal tersebut memberikan maksud bahwa pemberian kompensasi pada para pegawai oleh PDAM Tita Mon Pase belum dirasakan layak dan adil sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja

pegawai.

Selanjutnya, untuk mendapatkan gambar-an dimensi dari variabel disiplin kerja

dilakukan kategori terhadap skor tanggapan responden pada dua dimensi disiplin kerja dengan menggunakan kelas interval. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa variabel disiplin kerja secara keseluruhan memiliki skor secara keseluruhan rata-rata 166,9 dari dua dimensi yaitu waktu dan perilaku dalam bekerja termasuk dalam kategori rendah. Artinya bahwa disiplin kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase masih tergolong rendah sehingga diperlukan cara untuk meningkatkan disiplin kerja para pegawai

tersebut.

Untuk memperoleh gambaran dimensi dari variabel produktivitas kerja pegawai dilakukan kategori terhadap skor tanggapan responden pada tiga dimensi produktivitas kerja pegawai dengan menggunakan kelas interval. Hal tersebut digambarkan pada

Tabel 4.

Pengaruh parsial kompensasi terhadap produktivitas kerja pegawai PdAm tirta mon Pase

Untuk mengetahui pengaruh kompensasi

baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produktivitas kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase, dapat dihitung dengan cara

sebagai berikut.

Langsung : PYX12 = 0,3232 = 0,105 = 10,5% Tidak Langsung : PYX1 x rx1x2 x PYX1 =

0,323 x 0,825 x 0,649 = 0,173 = 17,3% 0,278 = 27,8%

(21)

tabel 2

hasil Pengolahan data untuk Variabel kompensasi

Dimensi/Indikator Jumlah Skor Rata-rata Skor Kriteria

Gaji/salary

- Bonus yang diterima 155

155,0 Rendah

Penghasilan tambahan/perquisite

- Tambahan penghasilan yang didapat dalam bekerja

152

152,0 Rendah

Hadiah/reward

- Penghargaan atas prestasi kerja 160

160,0 Rendah

Kompensasi (X1) 921 153,5 Rendah

tabel 3

hasil Pengolahan data untuk Variabel disiplin kerja

Dimensi/Indikator Jumlah Skor Rata-rata Skor Kriteria

Waktu

- Ketepatan datang dan ketepatan kan kantor

- Kehadiran Pegawai - Efektivitas Penggunaan waktu - Ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan

- Pemahaman terhadap peraturan yang berlaku - Menggunakan dan merawat inventaris kantor dengan sebaik-baiknya

- Kesadaran dan ketaatan pegawai terhadap peraturan

- Menjalankan dan mentaati perintah dinas/ atasan

- Menciptakan dan menjaga suasana kerja yang kondusif

Disiplin kerja (X2) 1502 166,9 Rendah

tabel 4

hasil Pengolahan data untuk Variabel Produktivitas kerja

Dimensi/Indikator Jumlah Skor Rata-rata Skor Kriteria

Kualitas Output - Hasil Mutu Pekerjaan

- Penyelesaian tugas kerja sesuai standar kerja

- Melebihi target kuantitas

- Jangka waktu penyelesaian kerja - Target waktu penyelesaian kerja

(22)

Pengaruh parsial disiplin kerja terhadap produktivitas kerja pegawai PdAm tirta mon Pase

Untuk mengetahui pengaruh kompensasi

baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produktivitas kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase, dapat dihitung dengan cara

sebagai berikut.

Langsung : PYX22 = 0,6492 = 0,421 = 42,1% Tidak Langsung : PYX2 x rx1x2 x PYX1 =

0,649 x 0,825 x 0,323 = 0,173 = 17,3% 0,594= 59,4%

Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa pengaruh langsung disiplin kerja (X2) terhadap produktivitas kerja pegawai (Y) adalah sebesar 42,1% sedangkan pengaruh tidak langsung melalui kompensasi sebesar 17,3%. Dengan demikian maka total pengaruh langsung dan tidak langsung variabel disiplin kerja terhadap produktivitas kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase adalah sebesar 59,4%.

Pengaruh simultan kompensasi dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja pegawai PdAm tirta mon Pase

Besarnya pengaruh simultan X1,X2

terhadap Y diperlihatkan oleh hasil

perhitungan perkalian koeisien jalur dengan matriks korelasi antara variabel sebab dengan variabel akibat sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh gambaran pengaruh simultan kompensasi (27,8%) dan disiplin kerja (59,4%) berpengaruh secara simultan terhadap produktivitas kerja pegawai PDAM sebesar 87,2%.

kESImPulAN

Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh kompensasi dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja

serta pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa

simpulan sebagai berikut:

1. Kompensasi pada PDAM Tirta Mon Pase secara umum termasuk dalam kat

-egori rendah. Hal ini dapat dilihat dari dimensi dari kompensasi yang terdiri dari pemberian gaji, tunjangan-tunjan -gan, bonus atas prestasi, penghasilan

tambahan dan hadiah berada dalam kategori rendah. Ditinjau dari pemberian gaji maka PDAM Tirta Mon Pase belum memberikan gaji yang memadai sehing

-ga tidak mencerminkan tingkat keadilan dan kelayakan, besarnya tunjangan yang diberikan perusahaan jumlahnya belum memadai, pemberian bonus juga tidak sesuai dengan prestasi kerja yang diberi -kan oleh pegawai. Selain itu, penghasilan

tambahan yang diterima pegawai belum memadai dan kurangnya sistem peng

-hargaan yang diberikan pada pegawai atas prestasi yang dicapainya.

2. Secara umum disiplin kerja pegawai PDAM Tirta Mon Pase berada dalam kat

-egori rendah. Hal ini dapat dilihat dari dua dimensi disiplin kerja yaitu waktu dan perilaku dalam bekerja berada dalam kategori rendah. Ditinjau dari segi waktu, maka pegawai PDAM Tirta Mon Pase belum memiliki kedisiplinan yang baik dan dilihat dari perilaku dalam bekerja, maka pegawai PDAM Tirta Mon Pase tidak memiliki kedisiplinan yang baik juga.

3. Produktivitas kerja pegawai PDAM be

-rada dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari dimensi produktivi

-tas kerja pegawai itu sendiri yang terdiri dari kualitas output, kuantitas output dan ketepatan waktu semua termasuk dalam kategori rendah. Dari segi kuali

-tas output, maka pegawai tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar dan kualitas kerja yang ditetap -kan perusahaan. Dari segi kuantitas out-put, maka sebagian besar pegawai belum

(23)

dengan jumlah yang ditargetkan. Selain itu, pegawai PDAM Tirta Mon Pase tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan

tepat waktu.

4. Kompensasi dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh positif dan sig

-niikan terhadap produktivitas kerja pegawai. Hal ini berarti kompensasi dan disiplin kerja secara bersama-sama ber

-peran untuk meningkatkan produktivi

-tas kerja pegawai.

5. Kompensasi berpengaruh positif dan signiikan terhadap produktivitas kerja

pegawai. Semakin baik kompensasi

yang diterima pegawai maka semakin baik pula produktivitas kerja pegawai. 6. Disiplin kerja berpengaruh positif dan

signiikan terhadap produktivitas kerja pegawai. Artinya pegawai yang memi

-liki disiplin kerja yang baik maka akan menghasilkan produktivitas kerja yang

baik pula.

SARAN

Saran hasil penelitian ini antara lain :

1. Perusahaan hendaknya lebih sering

memberikan apresiasi atas prestasi

pega-wai dalam bentuk penghargaan. Peng

-hargaan yang diberikan dapat melalui

pemilihan pegawai yang berprestasi dan pegawai setiap bulannya dengan mem -ber piagam atau plakat pegawai sehingga merasa memiliki nilai lebih, apalagi bila

diberi penghargaan berupa fasilitas-fasil

-itas dalam bentuk materi dengan cara tersebut pegawai merasa lebih dihargai dan lebih termotivasi untuk berprestasi dalam pekerjaan.

2. Hendaknya perusahaan menerapkan tata tertib dan peraturan tanpa membeda-be

-dakan antara pegawai dan pemiliki usaha serta memberikan sanksi yang tegas bagi siapapun yang melanggarnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan disiplin kerja.

3. Hendaknya perusahaan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pegawai sehingga pegawai dapat memi

-liki pengetahuan yang bermanfaat bagi peningkatan kinerjanya.

4. Dikarenakan penelitian ini hanya meneli

-ti produk-tivitas kerja dari faktor kompen

-sasi dan disiplin kerja, maka disarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya agar mengadakan penelitian-penelitian, guna

mengetahui hubungan faktor-faktor lain

(24)

REFERENSI

Anup Agarwal Charles R. Knoeber.1996. Managerial compensation and the theat of takeover. The Academy of Management Journal. Vol. 28, No. 5(Dec., 1996), pp. 743-764.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Angkasa

Armstrong, Michael&Halen Murlis.2003. Reward Management, 4th Edition, London.

Byars, Liyod L & Rue Leslie W. 1997. Human Resource Management. Fifth Edition, The

Megraw Hill Campanises Inc.

Barry Bosworth, George L. Perry, Matthew D. Shapiro, Productivity and Real Wages: Is There a Puzzle. Brookings Papers on Economic Activity, Vol. 1994, No.1 (1994), pp. 317-344 .

Bernardin, HJ, & Russell, J, E, A .2010. Human Resources management :An Experential Approach Edition 5. New York Mc Graw Hill/Irwin.

Cascio, Wayne F.1992. Productivity, Quality of Worklife, Proits. Third Edition. USA: Mc Graw-Hill. Inc.

Cascio, Wayne F. 2006. Managing Human Resources: Productivity. Quality of Work Life. and Proit. Seventh edition. McGraw-Hill, Inc.

Cooper. Donald R. and Schindle.2006. Bussines research Methods Ninth Edition. Mc Graw Hill internasional Edition.

Casio,W. F. 2003. Managing Human Resources : Productivity,Quality of Work Life, Proits, Fourth Edition. New York : Mc Graw Hill.Inc.

Carrell.M.R Elbert N.F and Hatield R.D.1995. Human Resource Mangement : Global Strategies for Managing a Diverse workforce. Fifth Edition Prentice-Hall Internasional Inc New Jersey

Dessler, Gary. 2008. Human Resource Management. 11th Pearson Internasional Edition.

Decenzo, David ,Robbins Stepephen P .1999. Human Resources Management. Sixth edition,Jhon Willey & Son

Foong-Ming Tan. 2008. Linking career development practices to turnover intention, Journal of Business and Public Affairs, Volume 2, Number 1.

Grunberg,T.(2004) Performance Improvement Towards a method of Finding and priotising potential Performance Improvement Areas in manufacturing Operations Internasional Journal Of Productivity and Performance Management Vol 53 No.1 pp 52-71

Hale Jamie.1998. Strategy Reward: Keeping your talent from working out the door, Journal compensation & beneits Review, Volume 14, issue 3, 1998.

Hornsby, Jeffrey S, Donald F. Kuratko, William R. Lafollette, Richard M. Hodgetts and Larry R. Cox. 2003. A Study of Human Resource Praktice and Trend In US Small Business. Muncie: Departemen of Management, Ball State University.

Harris, Michael .2000. Human Resource Management: A Practical Approach. 2nd United States of America: the Dryden Press.

Ivancevich John M.2008. Human Resource Management, Ninth Edition., McGraw ¬

Hill Companies, Inc., USA.

(25)

Janice M. Beyer and Harrison M. Trice, A Field Study of the Use and Perceived Effects of Discipline in Controlling Work Performance, The Academy of Management Journal, Vol. 27, No. 4 (Dec., 1994), pp. 743-764.

Kreitner R, Angelo Kinicki.2001. Organizational Behavior, 5 th edition. International Edition. McGraw-Hill Book Company, New York.

Kulno Turk. 2008. Performance appraisal and the compensation of academic staff in the university of Tartu, Baltic Journal of Management, Volume 3, Number 1.

Kerlinger, Fred.2006. Azas-Azas Penelitian Behavioral. Penerjemah Landing R, Salemba

Empat

Lisa A. Burke dan Chengho Hsieh. 2006. Optimizing ixed and variable Compensation Costs for Employee Productivity, International Journal of of Productivity and Performance Management, Volume 55, Number 2.

Mathis, Robert and Jackson, John H. 2002. Buku Dua Management Sumber Daya Manusia. terjemahan Jimmy Sadeh dan Bayu Prawira. PT.Salemba Emban Patria: Jakarta.

Maryoto, http://jurnalmudi.tripod.com/sosial/duniaancamlangkaair.htm

Mondy R.Wayne, Noe Robert M. Premeaux. 1999. Human Resource Management, Sevent Editon. New Jersey,Prentice hall Inc.

Moore,Herff L. and Moore L. 1998. Discipline + Help=Motivation.Credit Union Management. Madison : Aug 1998 Vol.21.Iss 8;pg33.3 pgs.

Mondy, R. Wayne, Robert M. Noe and Shane R. Premeaux.1999. Human Resource Management. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan YKPN.

Moenir, (1993). Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian. Jakarta: Gunung Agung

Marks, M. L., P. H. Mirvis, E. J. Hackett, and J. F. Grady, Jr.1998. Employee Participation in a Quality Circle Program: Impact on Quality of Work Life. Productivity, and Absenteeism. Journal of Applied Psychology. 71 p.61 & 89.

Mondy Wayne R: Robert M. Noe; Shane R. Premeanx. 1999. Human Resource Management. Seventh editions, Prentice-Hall International., Inc, USA.

Mondy, R. W. and R M. Noe. 1995. Human Resource Management. Massachusetts: Allyn and

Bacon.

Masri Singarimbun & Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

---.2008. Metode Penelitian Survey.Jakarta: LP3ES.

Ngadimin dan M. Wahyudin. 2007. Rekruitmen, Dekruitmen, Pengembangan Karier dan Kompensasi Perannya Terhadap Motivasi Kerja, Journal Management.

Pear, Joseph and Martin, Gary L. 2002. Behavior Modiication: What It Is and How to Do It, Prentice Hall, Saddle River, New Jersey.

(26)

Rusli Syarif, 1991. Produktivitas, Edisi Revisi, Bandung : Angkasa.

Robert L. Mathis – John H. Jackson. 2006. Human Resource Management, selembah empat

Jakarta.

Riduan.2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung

Simamora, Henry.1993. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Sinungan, Muchdarsyah. 1997. Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju

Swaim,J,& sink,S (1984) Productivity Measurement in The Service Section. Industrial Engineering Conference Proceedings.

Shuman Goerge D 2002, How Should discipline be delivered ? security Management. Arlington: Jun 2002 Vol 46,Iss 6 pg.158,2pgs

Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

W.D McCausland, K. Pouliakas and I. Theodossiu. 2005. Some are punished and some are rewarded : A study of the impact of performance pay on job satisfaction, International Journal of Manpower, Volume 7/8, Number 26.

Werther William B. and Keith Davis, 1996. Human Resources and Personnel Management, 5th ed, McGraw-Hill, United State of America.

(27)

commuNIty PARtIcIPAtIoN IN

PoSt-tSuNAmI INFRAStRuctuRE ANd EcoNomIc

REdEVEloPmENt

A Case Study of Lambung Village

I c h S A N

Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

On December 26, 2004, an extremely strong earthquake with a magnitude of 9.1 on the Richter scale and the resulting tsunamis devastated Aceh Province. The governments of Indonesia views community participation after the tsunami as an important component in the decision making process. The government wants the survivors of the disaster to play an important role in post-tsunami redevelopment along with the community at large. This research examines community participation in the economic and infrastructure sectors in Lambung Village recovery efforts after the 2004 tsunami. The process of participation is classiied into two types of participation:“ad hoc” participation (mobilized by community members) and aid organization/agency-promoted participation (promoted by “interest groups” and/or government agencies). This study inds that the occurance of “ad hoc” participation was related to communities’ urgent needs right after the tsunami. Meanwhile, the extent to which communities participate in the reconstruction effort promoted by aid organizations/agencies was associated with the willingness and capacity of aid organizations/agencies, the nature of recovery projects, and the readiness of communities to participate. Community participation brought about a number of beneits for Lambung’s community: improving community capacity building, meeting community’s needs, reducing traumatic feelings among survivors, and providing more incomes for residents. Lessons learned from this study are community participation should be supported by the following factors: leadership, social ties, networking, creativity, religious approaches, and residents’ willingness to give contribution. Constraints of participation in the Lambung case included time consuming process and the bad inluence of “income generated” cash for work projects.

(28)

INtRoductIoN

On December 26, 2004, an extremely strong earthquake with a magnitude of 9.1 on the Richter scale and the resulting tsunamis devastated the South Asia region. Of 12 nations hit by the tsunami, Indonesia suffered the greatest. The overall fatalities were estimated at 127,000 people, 93,285 people missing, and about 500,000 people displaced (BRR, 2009a). In Indonesia, Aceh Province was affected the worst, while Nias Island in the Province of North Sumatra was affected to a much lesser extent. The earthquake and tsunami wave damaged most of Aceh’s coastal areas, infrastructure, settlements, and public facilities such as schools, health centers, market places, and government buildings. This disaster also affected the social and economic life of the people as well as their psychological condition (Republic of Indonesia, 2005).

The government of Indonesia views community participation after the tsunami as an important component in the decision

making process starting from the planning

and implementation phases through to the monitoring and evaluation phases (The Republic of Indonesia, 2005; BRR, 2006). The government wants the survivors of the disaster to play an important role in the post-tsunami development activities along with the governments and the community

at large.

This study will investigate community participation in the recovery efforts in Lambung Village after the 2004 Aceh

tsunami. The process of participation

will be described in two categories of participation:“ad hoc” and aid organization/ agency-promoted participation. “Ad hoc” participation relates to voluntary actions mainly mobilized by community members themselves and plays a role in such forms as volunteer programs, information ofices, and fund-raising efforts. Aid organization/ agency-promoted participation consists of participation promoted by “interest groups”

and administrative agencies through such activities as supporting residents’ rights and needs, educating and informing them with relevant information, providing funds, and building facilities.

RESEARch mEthodology

The methodological approach used in this study included a case study of Acehnese communities in the tsunami-affected Vilage of Lambung. This study employed qualitative methods consisting of document analysis and in-depth interviews. Lambung Village was selected because this village is considered as one of the most successful villages exercising community participation in Aceh after the 2004 tsunami (BRR, 2009b). Data were collected from interviews conducted with government oficials, aid organization/agency workers, and community leaders (heads of villages and informal leaders). Selection of participants for the interviews was based on the relevance of their contribution to the understanding of the research problem. The interviews were mainly intended to gather information about the community participation process and beneits, as well as supporting factors and

constraints of partcipation.

Two key aid organizations/agencies involved in post-tsunami redevelopment were chosen in this study. Their approaches in recovery efforts were examined to identify general picture of the participatory process following the tsunami. For this purpose, their representatives, particularly those who dealt with participatory issues like community organizers or community facilitators, were interviewed. The aid organizations/agencies included World Vision and the Ministry of Public Works.

lItERAtuRE REVIEw

the Extent and challenges of community Participation

(29)

community participation as “the involvement of the community members in development project” (p. 7). The involvement here includes a series of activities: assessment of the situation, deinition of the problems, setting of priorities, making decisions, planning of action programs to overcome the problems, sharing responsibility in project implementation, and evaluating and modifying the project.

Arnstein (1969) classiies community

participation into three categories: non

participation, tokenism, and citizen power -- based on the degree of power which citizens enjoy in decision making process. These categories are formulated as “eight rungs on a ladder of citizen participation.” According to her, in a hierarchal form, community participation categories from the lowest (the least meaningful) to the highest (the most meaningful) are as follows:

1. Nonparticipation. In this category, com

-munity members are not allowed to participate in planning or conducting programs. Power holders ignore the in

-volvement of community in the develop

-ment process. This category has two lev

-els (from the lowest to the highest):

a. Manipulation. The social elite are

placed in the advisory boards of de

-velopment programs aimed at engi

-neering the community’s support. At meetings, the oficials persuade and advise the citizens, and not the re

-verse.

b. Therapy. The authority tries to be the savior by “curing” the “diseases” suf

-fered by the community. For example, tenants of public housing are used for the sake of the authority’s interest,

such as through promoting cleanup

campaigns. On the other side, they do not have a chance to deal with their urgent problems, such as arbitrary eviction or poor maintenance. The fact is that it actually does not solve their real problems because it doesn’t touch on the basic underlying factors

causing the problems.

2. Tokenism. This category introduces the initial steps toward legitimate citizen participation through the involvement of the community in decision-making. Unfortunately, this involvement doesn’t guarantee their concerns will truly be taken into account. The levels of commu

-nity participation in this category (from the lowest to highest) are as follows: a. Informing. Citizens are informed of

their rights, responsibilities, and op

-tions. Unfortunately the information is usually provided at a late stage and using a one-way low of information (from oficials to citizens), so citizens can’t inluence the decision signii

-cantly.

b. Consultation. The community is in

-vited to contribute ideas or consid -erations for the programs through

surveys, neighborhood meetings, or public hearings. Participation is gauged by questionnaire responses, number of meetings/public hearings, or number of people attending the meetings/public hearings. The draw -back is that there is no guarantee that

their input will be really considered by the oficials.

c. Placation. The oficials invite the com

-munity to provide input for programs and accommodate the involvement of community through the existence of their representatives in related plan

-ning boards. However, the right to ac

-cept or reject the advice still depends

a lot on them.

3. Citizen power. In this category, citizens have a determinant power to force and inluence the decision-making. A degree of citizen power can be achieved if the citizens have mechanisms in place which will hold their leaders accountable. This category has three levels. From the low

-est to high-est levels are as follows: a. Partnership. The power of citizens is

(30)

-icials share planning and decision-making responsibilities through joint policy boards, planning committees,

or other mechanisms of problem reso-lution.

b. Delegated power. Citizens can have dominant decision-making authority with regards to a certain program or

plan as a result of negotiation with

public oficials. One of the models at this level is the implementation of the rights of citizens to veto decisions. Even though the veto rights had ever been agreed in Richmond, California, they had not been tested.

c. Citizen Control. This highest level of community participation enables citi

-zens to govern a program, to handle managerial aspects, and to negotiate to change the conditions. In practice, in the American context, many people consider that no model city can meet the criteria of citizen control because the inal power and accountability are held by the city council.

Community participation in development can beneit both communities and the government (Rukmana et. al, 1993; Voth & Bonner, 1978). First, community participation mobilizes the resources of citizenry which

contributes to complementing the lack of

government resources. Second, community participation creates a possibility for decisions to be based on the community’s needs and priorities. Third, community participation ensures community’s knowledge, creativity, and skills are recognized and used that in turn results in the enhancement of community’s capacity building. Fourth, community participation builds up the self enabling and cooperative spirit of the community. Fifth, community participation ensures a greater acceptance and appreciation of development programs. This may result in better care and maintenance. Sixth, community participation can reduce conlict by airing conlictual issues openly and attempting to resolve them.

According to Hoff and Steinberg (1992), the willingness and readiness of both the government and communities affect community participation in policymaking process. On the one hand, government bureaucrats and agencies should have the political will and skills to stimulate and broaden participatory process. On the other hand, community members should have the will and ability to participate in the process or learn over time the beneits of such

participation.

Despite its signiicant beneits in

the abstract, public participation in

development poses certain challenges for community decision makers. According to Cogan, Sharpe, and Hertzberg (1986), citizen participation in development will naturally vary for different activities and governmental levels. In terms of activities, due to technical capability issues, citizen participation is most effective in the stages of goal formulation and policy deinition and tends to be limited in other stages. In this case, the planners’ roles in those other stages will be much more dominant. Cogan et al. (1986) consider that citizen participation in development cover a broad scope, i.e. goal setting, policy identiication and analysis, policy making, administrative rulemaking, program operations, and evaluation. With regard to governmental levels, citizens tend to get involved at the local level decisions because they are close to their concerns which are readily understood. On the other hand, issues at the state and regional levels tend to be more abstract and removed from their daily routine.

Gambar

tabel 1Jumlah konsumen Souvenir Putroe Aceh
tabel 1tanggapan Responden terhadap Variabel koleksi Perpustakaan (X
tabel 3tanggapan Responden terhadap Variabel Pelayanan Perpustakaan (X
tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai pranata keagamaan, wakaf punya potensi dan manfaat ekonomi karenanya pelu dikelola secara baik untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.. Untuk

Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia.Jakarta: Sagung Seto.. Kode Etik Bidang Informasi Teknologi:

Seksi Pengembangan Benih Padi mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengembangan benih padi, meliputi pengumpulan dan pengolahan data, melaksanakan budidaya dan

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yg diperoleh dari pihak Penggunaan modal pinjamanluar perusahaan dan diperoleh dari pinjaman. untuk membiayai suatu usaha

Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah

maupun saham LQ45 yang tidak termasuk dalam Sri-Kehati mempunyai kinerja. saham yang sama-sama baik namun dengan risiko

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 03 Februari 2018, diketahui dalam proses kegiatan belajar mata pelajaran IPA kelas IV MIN 9 Bandar

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA Rehabilitasi Sedang/Berat Bangunan Sekolah Pengadaan Jasa Konsultan Perencanaan Wilayah I Rehabilitasi Sedang/Berat Bangunan Sekolah (SD/SMP)